Anda di halaman 1dari 30

‫‪AKTUALISASI TAWASUL‬‬

‫‪DAN ISTIGHATSAH‬‬
‫اَللّهُ َّم َ‬
‫ص ِّل َو َسلِّ ْم َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد‬
‫ضاقَ ْ‬
‫ت ِح ْيلَتِ ْي‬ ‫قَ ْد َ‬

‫هللا‬ ‫ل‬ ‫و‬ ‫س‬ ‫ر‬ ‫ا‬ ‫ي‬


‫ْ ِ ِ ْ َ َ ُْ َ ِ‬‫ي‬ ‫ن‬‫ك‬‫ْ‬ ‫ر‬ ‫د‬‫َأ‬
KONTROVERSI SUNNI - WAHABI

ِ ‫َأ ْد ِرْكنِي يا رسو َل‬


‫اهلل‬ ُْ َ َ ْ
(Tolonglah aku wahai Rasulullah [dengan didoakan
kepada Allah])
Menurut mayoritas kaum Muslimin
sejak generasi sahabat hingga kini,
bacaan di atas adalah benar dan tidak
syirik.
Sementara menurut Ibn Taimiyah (abad ke-8 H.),
dan menurut Wahabi (abad ke-12 Hijriah), redaksi
tersebut tidak benar, syirik akbar, murtad dan
masuk neraka selama-lamanya.
ِ‫َأ ْد ِر ْكنِ ْي يَا َرس ُْو َل هللا‬
MENURUT SUNNI MENURUT WAHABI
Bacaan di atas masuk Bacaan di atas masuk
dalam kategori tawasul dalam kategori
dan istighatsah, yaitu menyembah selain
berdoa kepada Allah Allah, yang berarti
dengan memanggil nama syirik akbar, murtad
seorang yang mulia dan pelakunya masuk
menurut Allah, dan hal neraka selama-
ini telah berlangsung lamanya, dan hal ini
sejak generasi sahabat telah difatwakan oleh
dan diajarkan oleh Syaikh Ibnu Taimiyah
Rasulullah . pada abad ke-8 H.
ABU JAHAL DAN ABU LAHAB LEBIH
BERTAUHID DARIPADA UMAT ISLAM
YANG BERTAWASSUL
ِ‫َأ ْد ِر ْكنِ ْي يَا َرس ُْو َل هللا‬

KAUM SUNNI KAUM WAHABI


Melarang dan
Membenarkan mensyirikkan redaksi
redaksi tersebut tersebut berdasarkan
fatwa Syaikh Ibnu
berdasarkan Taimiyah pada abad
hadits Rasulullah ke-8 H dan dipertegas
oleh ijtihad Syaikh
, amaliah para Muhammad bin Abdul
sahabat, dan Wahhab al-Najdi
(pendiri aliran Wahabi)
ulama salaf. pada abad ke-12.
Dalil-dalil Kaum Sunni

HADITS UTSMAN BIN HUNAIF 


Rasulullah 
mengajarkan
laki-laki tuna
netra yang ingin
sembuh dari
kebutaannya
agar berdoa
dengan disertai
memanggil Nabi
 dalam doanya
dengan redaksi
“Ya Muhammad
(Wahai
Muhammad)”.
Takhrij (Otentisifikasi)
Hadits Utsman bin Hunaif 

Sanad hadits Utsman bin


Hunaif di atas, shahih
diriwayatkan oleh
banyak ulama antara
lain:
1. Ahmad bin Hanbal
2. Abd bin Humaid
3. Al-Tirmidzi
4. Al-Nasa’i
5. Ibn al-Sunni
6. Ibn Majah dan lain-
lain
HADITS USTMAN BIN HUNAIF 
DIAMALKAN SAMPAI HARI KIAMAT

Dalam riwayat Ibnu Abi Khaitsamah terdapat


tambahan: “Apabila kamu mempunyai hajat,
lakukanlah doa seperti itu.” Hal ini membuktikan
bahwa doa yang mengandung tawasul Ya Muhammad
berlaku sampai hari kiamat, tidak terbatas ketika
Nabi  masih hidup.
HADITS UTSMAN BIN HUNAIF 
DIAMALKAN PADA MASA SAHABAT
Doa yang
mengandung
tawasul Ya
Muhammad
ternyata
diamalkan pada
masa sahabat,
sesudah
wafatnya Nabi .
PENGAMALAN HADITS UTSMAN BIN
HUNAIF  PADA MASA SAHABAT

Doa yang mengandung tawasul Ya


Muhammad ternyata diamalkan pada masa
sahabat, sesudah wafatnya Nabi . Hal ini
membatalkan tesis Wahabi yang membatasi
doa tersebut pada zaman Nabi .
PENGAMALAN HADITS UTSMAN BIN
HUNAIF  PADA MASA SAHABAT
Doa yang
mengandung
tawasul Ya
Muhammad
ternyata
diamalkan pada
masa sahabat,
sesudah
wafatnya Nabi
, dan
haditsnya dinilai
shahih oleh al-
Imam al-
Thabarani.
HADITS UTSMAN BIN HUNAIF 
DIAMALKAN PADA MASA SALAF
Doa yang
mengandung
tawasul Ya
Muhammad
ternyata
diamalkan pada
masa ulama salaf
(tabi’in), sesudah
generasi sahabat,
dan tidak
dianggap sebagai
perbuatan syirik.
IBNU TAIMIYAH MENGAKUI PENGAMALAN HADITS
UTSMAN BIN HUNAIF  PADA MASA SALAF

Ibn Taimiyah
(panutan Wahabi)
mengakui bahwa
doa yang
mengandung
tawasul Ya
Muhammad
ternyata
diamalkan pada
masa ulama salaf
(tabi’in), sesudah
generasi sahabat,
dan tidak
dianggap sebagai
perbuatan syirik.
Sahabat Nabi  Beristighatsah Pada
Masa Khulafaur Rasyidin

Seorang sahabat datang ke makam Nabi  lalu


berkata: “Wahai Rasulullah, mintakanlah hujan bagi
umatmu, mereka sedang menghadapi kelaparan.” Ini
menjadi bukti bahwa beristighatsah dengan orang
yang sudah wafat bukanlah syirik menurut sahabat.
Sahabat Nabi  Beristighatsah Pada
Masa Khulafaur Rasyidin
Istighatsah
sahabat dengan
Nabi  pada masa
Khalifah Umar,
dinilai shahih oleh
al-Hafizh Ibn
Katsir.
Sahabat Nabi  Beristighatsah Pada
Masa Khulafaur Rasyidin

Istighatsah sahabat dengan


Nabi  pada masa Khalifah
Umar, dinilai shahih oleh al-
Hafizh Ibn Hajar dalam
Fath al-Bari juz 2 hal. 572.
Istighatsah Sahabat Dengan Nabi 
Pada Masa Khulafaur Rasyidin
Istighatsah
sahabat dengan
Nabi  pada
masa Khalifah
Umar, dinilai
shahih oleh al-
Hafizh Ibnu
Hajar.
Sahabat Nabi  Beristighatsah Ketika
Kakinya Mati Rasa

Abdurrahman bin Sa’ad berkata, “Kaki Ibnu


Umar mati rasa (tidak dapat digerakkan)”. Lalu
seorang laki-laki berkata kepadanya: “Panggil
orang yang paling kamu cintai”. Lalu Ibn Umar
berkata: “Ya Muhammad”.
Sahabat Yang Sedang Sakit Beristighatsah
Dengan Nabi 

Abu Sa’id berkata, “Aku berjalan bersama Ibnu


Umar, tiba-tiba kakinya mati rasa (tidak dapat
digerakkan), sehingga ia duduk”. Lalu seorang
laki-laki berkata kepadanya: “Panggil orang yang
paling kamu cintai”. Lalu Ibn Umar berkata: “Ya
Muhammadah”. Maka iapun dapat berdiri dan
berjalan.
Sahabat Yang Sedang Sakit
Beristighatsah Dengan Nabi 

Abdurrahman bin Sa’ad berkata, “Kaki Ibn


Umar mati rasa (tidak dapat digerakkan)”.
Aku berkata: “Kenapa dengan kaki Anda?”
Beliau menjawab: “Uratnya berkumpul”. Aku
berkata: “Panggil orang yang paling kamu
cintai”. Lalu Ibn Umar berkata: “Ya
Muhammad”. Maka kakinya sembuh
seketika itu.
Sahabat Yang Sedang Sakit
Beristighatsah Dengan Nabi 
Ibn Taimiyah
(panutan Wahabi)
menganjurkan
istighatsah seperti
yang dilakukan
Ibn Umar.
Sahabat Yang Sedang Sakit
Beristighatsah Dengan Nabi 
Seorang yang
pernah berguru
kepada Ibn Umar
berkata, “Kaki
Ibn Umar mati
rasa (tidak dapat
digerakkan)”.
Lalu seorang laki-
laki berkata
kepadanya:
“Panggil orang
yang paling kamu
cintai”. Lalu Ibn
Umar berkata:
“Ya Muhammad”.
Tadlisnya Abu Ishaq al-Sabi’i Diselamatkan
Oleh Riwayat Imam Syu’bah Darinya

Al-Albani (Wahabi) mendhaifkan


atsar Ibn Umar tersebut, karena
Abu Ishaq yang mudallis
meriwayatkannya secara
mu’an’an. Tetapi tadlis tersebut
menjadi hilang, karena atsar
tersebut juga diriwayatkan oleh
Imam Syu’bah dari Abu Ishaq.
Tadlisnya Abu Ishaq al-Sabi’i Diselamatkan
Oleh Riwayat Imam Syu’bah Darinya

Al-Albani (Wahabi) mendhaifkan


atsar Ibn Umar tersebut, karena
Abu Ishaq yang mudallis
meriwayatkannya secara
mu’an’an. Tetapi tadlis tersebut
menjadi hilang, karena atsar
tersebut juga diriwayatkan oleh
Imam Syu’bah dari Abu Ishaq.
Tadlisnya Abu Ishaq al-Sabi’i Diselamatkan
Oleh Riwayat Imam Syu’bah Darinya
Abu Abdillah
Mushthafa bin
al-’Adawi (ulama
Wahhabi)
menegaskan
bahwa riwayat
Imam Syu’bah
dari Abi Ishaq al-
Sabi’i yang
dikenal perawi
mudallis dapat
menyelamatkan
haditsnya dari
kedha’ifan sebab
mu’an’an.
PARA IMAM AHLI HADIS BERISTIGHATSAH
DENGAN NABI 
 Para Imam Ahli
Hadits, yaitu al-
Imam al-
Thabarani, al-
Imam Abu al-
Syaikh al-
Ashibhani dan al-
Imam al-
Thabarani
beristighatsah
dengan Nabi .
(Tadzkirat al-
Huffazh, Juz 3
hal. 974.)
GENERASI SALAF JUGA
BERISTIGHATSAH DENGAN NABI 

Abu al-Khair
al-Aqtha’,
tidak makan
lima hari, lalu
beristighatsa
h dengan
Nabi 
Nabi  Mengetahui Shalawat Yang Kita
Baca Dari Tempat Yang Dekat Dan Jauh
Rasulullah :
“Barang siapa
yang membaca
shalawat di dekat
makamku, maka
aku mendengar-
nya. Dan barang
siapa yang
membaca
shalawat dari
tempat yang jauh,
maka aku
mengetahuinya”.
Nabi  Mengetahui Shalawat Yang Kita Baca
Dari Tempat Yang Dekat Dan Jauh

Rasulullah : “Barang siapa yang membaca


shalawat di dekat makamku, maka aku
mendengarnya. Dan barang siapa yang
membaca shalawat dari tempat yang jauh,
maka aku mengetahuinya”. Hadits ini
dishahihkan oleh al-Hafizh Ibn Hajar.
Nabi  Mengetahui Shalawat Yang Kita
Baca Dari Tempat Yang Dekat Dan Jauh
Rasulullah :
“Barang siapa yang
membaca shalawat
di dekat makamku,
maka aku
mendengarnya. Dan
barang siapa yang
membaca shalawat
dari tempat yang
jauh, maka aku
mengetahuinya”.
Hadits ini
dishahihkan oleh
al-Hafizh al-
Ghumari.

Anda mungkin juga menyukai