Anda di halaman 1dari 22

Mbah Jenggot II

>> DALI-DALIL AMALIYAH NAHDLATUL ULAMA <<


1. Tarawih, 20 rakaat
2. Doa Kunut
3. Perayaan MAulid Nabi Muhammad SAW
4. Talqin Mayit
5. Sampainya Pahala, Doa, dan Sadakah Kepada orang yang Sudah Meniggal
6. Peringatan 3, 7, 20, 40, 100 hari orang Meninggal
7. Haul
8. Ziarah Kubur
9. Tawasul
10. Tabaruk
11. Manakib
12. Tahlil
13. 2 adzan dalam Jumah

A. Tarawih, 20 rakaat
1. Pengertian

Shalat tarawih adalah shalat sunat dengan niat tertentu yang dikerjakan pada setiap malam
Bulan Rahamadhan setelah shalat isya. Hukum shalat tarawih adalah sunah ainiyah
Muakkadah baik bagi laki-laki amaupun perempuan yang mukallaf.
Dalam tradisi NU shalat tarawih 20 rokaat ini dikerjakan dengan dua rokaat salam, hal ini
berdasarkan hadist Nabi tentang tata cara melaksanakan shalat malam. Nabi SAW bersabda :

..
,

..

),

,,

,,

Dari Ibnu Umar Seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah tentang shalat malam.
Mereka Nabi menjawab, Shalat malam itu ada dua rakaat-dua rakaat )HR al-Bukhari : 936,
Muslim : 1239, al-Tirmidzi : 401, al-NasaI :1650, Abu Dawud :1130 dan Ibnu Majah :
1165).

2. Dalil Tarawih 20 Rakaat

Di antara Dalil yang di gunakan Hujjah oleh orang NU dalam menjalankan tarawih 20
Rakaat yaitu :
Pertama Hadist Imam Malik dari Sohabat Yasid bin Rumman.

.)

.)

Dari Malik, dari Yazid bin Rumman, ia mengatakan : Orang-orang mengerjakan (salat
Tarawih pada zaman Umar bin Khathbab sebanyak 23 rakaat. )HR Imam Malik, dalam
kitab al-Muwatha, Juz I hlm. 138)

Kedua Hadist riwayat al-Baihaqi dari sahabat saib bin Yazid dalam kitab Al-Hawy li Al
Fatawa li As Suyuthy, Juz I hlm. 350, juga kitab fath al-wahhab Juz I, hlm. 58.

Madzbab kita )Syafiiyah menyatakan : salat Taawih itu dijalankan 20 rakaat. Ini
berdasarkan pada hadist nabi yang diriwayatkan Imam Baihaqi dengan sanad shabih, dari
Saib bin Yasid, ia mengatakan : kita mengerjakan salat Tarawih pada masa Umar bin
Khathhab dengan 20 akaat ditambah Witir.

Ketiga, pendapat Jumhur fiqih yang terdapat dalam kitab fiqih as-Sunah, Juz II. Hlm. 45

Betul bahwa kaum muslimin mengerjakan salat pada zaman Umar, Utsman, dan Ali sebanyak
20 rakaat, dan ini pendapat sebagian mayoritas pakar-pakar hokum Islam.

Dalil keempat, dalam kitab Taudbib al-Adillah, Juz III, hlm. 171.

Ibnu Abbas mengatakan : Rasul salat di bulan Ramadhan sendirian sebanyak 20 rakaat
ditambah Witir (HR Baihaqi dan Thabrani, dari Abd bin Humaid)

Dalil kelima, dalam kitab Hamisy Muhibbah, Jus II, hlm. 446-467.

Ada komentarnya ImamRafiI untuk hadist riwayat Imam Ibnu hajar tentang teks hadist
Rasul salat bersama kaum muslimin sebanyak 20 rakaat di malam Ramadhan. Ketika tiba di
malam ketiga, orang-orang berkumpul, namun Rasulullah tidak keluar. Kemudian, paginya
dia bersabda, Aku takut Tarawih diwajibkan atas kalian, dan kalian tidak mampu
melaksanakannya. Hadist ini disepakati kesabibannya, tanpa mengesampingkan hadist yang
diriwayatkan Aisyah yang tidak menyebut rakaatnya. Sedangkan salat Tarawih berjamaah
hukumnya sunat ainiyah, memurut ulama khanafiyah hukumnya sunat kifayah. Dalil ini
bedasarkan hadist Abu Durahman bin Abdul Qari dalam kitab shaih al-Buhkari.


,
.

Diriwayatkan dari Abdurrohman bin Abd al-Qori, beliau berkata, Saya keluar bersama
Sayyidina Umar bin al-Khabtbab ke masjid pada bulan Ramadhan. (Didapati dalam mesjid
tersebut) orang-orang shalat tarawih sendiri-sendiri. Ada yang shalat sendiri-sendiri dan ada
yang shalat dengan berjamaah . Lalu Sayyidina Umar berkata, Saya punya pendapat
andaikata mereka aku kumpulkan dalam jamaah dengan satu imam, niscaya itu lebih bagus.
Lalu beliau mengumpulkan mereka dengan seorang imam, yakni sahabat Ubay bin Kaab.
Kemudian satu malam berikutnya, kami dating lagi ke masjid. Orang-orang sudah
melaksanakan satu imam. Umar berkata, Sebaik-baiknya bidab adalah ini. )Shalat tarawih
dengan berjamaah . )HR al-Bukhari :1871).

Dalam tradisi NU, di dalam melaksanakan shalat tarawih berjamaah biasanya bilal
membaca

yang dibaca pada waktu akan melakukan jamaah shalat tarawih.


Hal ini berdasarkan dalil dalam kitab Al-Qolyubi Juz, I hlm. 125.

)
.

Di dalam shalat ied dan shalat-shalat yang disyariatkan dilaksanakan secara berjamaah
(seperti shalat khusuf, shalat istisqo dan shalat tarawih )di sunahkan membaca
dan bacaan semisalnya seperti

atau


dan lain
sebagainya. Hal ini berdasarkan hadist Bukhari Muslim tentang shalat kusuf, adapun yang
lainnya di kias-kiaskan.

Kaitannya dengan hadist Riwayat Al Bukhari yang diriwayatkan oleh Aisyah RA

Dari Sayyidatuna Aisyah-Radbiyallohuanba, ia berkata ,Rosululloh tidak pernah


menambah shalat malam pada bulan Ramadhan atau bulan lain melebihi sebelas rekaat.)HR.
al-Bukhari,1079)

Hadist diatas sering dijadikan dalil shalat tarawih 11 rakaat. Namun menurut keterangan
dalam Kitab Tuhfah al-Muhtaj, Juz 11, hal 229 yang mengutip pendapat Ibnu Hajar A-

Haitami(seorang Ulama ahlussunah) meengatakan bahwa hadist tersebut bukanlah dalil salah
tarawih 11 rakaat melainkan dalil shalat witir. Sebab berdasarkan kebanyakan riwayat
disebutkan bahwa Nabi Muhammad SAW melaksanakan shalat witir dan bilangan
maksimalnya adalah sebelas rakaat.

Dalam Kitab Kasyfu At-tabarih dikatakan

Karena dalil-dalil tentang bilangan shalat rakaat shalat tarawih saling berlawanan dan
memungkinkan adanya tawil maka tidak memungkinkan untuk dijadikan hijjah dalam
menetapkan rakaat shalatbtarawih karena dalil-dalil tersebut saling menjatuhkan maka dari
itu kami tidak mengambil dalildarihadist-hadist tersebut melainkan menggunakan dalil yang
QotI yaitu ijma kebanyakan orang islam ) dilaman Sayyidina Umar RA
yang
melaksanakan shalat tarawih 20 rakaat berdasarkan hadist riwayat Baihaqi dari sahabat Assaib bin Yazid RA dengan isnad yang shahih, saib mengatakan : Mereka (orang-orang
muslim) mengerjakan shalat tarawih 20 rakaat pada bulan Ramadan di zaman Khalifah Umar
RA

Lebih lanjut dalam kitab Kasyfu at-tabarih dikatakan.

Dan jika perfmasalahannya seperti itu )dalil yang QotI adalah dalil ijma yang membenarkan
bilangan rakaat tarawih 20 rakaat) maka dapat kita ketaahui bahwa mereka yang
melaksanakan shalat tarawih 8 rakaat adalah bertentangan dengan ijma dan orang yang
menngingkari ijma tentang permasalahan yang sudah pasti dalam agama adalah kafir atau
fasik dan merfeka juga berftentangan dengan sunah khulafaur Rosyiidin dan orang yang
bertentangan dengan khulafaur Roysidin Juga bertentangan dengan Nabi SAW, karena ia
boleh bersabda Berpegang teguhlah kamu sekalian dengan sunatku dan dengan sunat
Khulafaur Rosyidin yang memberi petunjuk sesudahku (HR. Abu Daud dan At-tirmidi)

B. Doa Qunut
1. Pengertian Qunut
Secara bahasa Qunut artinya Doa. Secara istilah Qunut dibagi dua,
yaitu :
1. Qunut Nazilah yaitu : Qunut yang dibaca dalam shalat fardu ketika umat islam menghadapi
bahaya, wabah penyakit, bencana atau tantangan dari orang kafir.
2. Qunut subuh atau Qunut witir yaitu : qunut yang dikerjakan pada saat itidal rakaat ke-2
dalam shalat subuh atau witir

2. Dalil-dalil Qunut

Hukum Qunut adalah sunat, diantara sahabat yang mensunahkan diantanya Abu Bakar AsSidik, Umar bin Khatab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Tholib, Ibnu Abbas dan Barra Bin
Aziz. Dalil yang dijadikan pedoman untuk mensunahkan qunut adalah hadist Nabi
Muhammad SAW :

Diriwayatkan dari Anas bin Malik R.A Beliau berkata, Rasululloh senantiasa membaca
qunut ketika shalat subuh sehingga beliau wafat. )HR. Ahmad .

Pakar hadis Muhammad bin Alan as-Sidiqi dalam kitabnya Al-Futuhat Ar-Rabbaniyah
mengatakan bahwa hadis ini yang benar dan diriwayatkan serta disahihkan oleh golongan
pakar yang banyak yang banyak hadist.
Sedangkan do`a qunut yang diajarkan langsung oleh Nabi SAW adalah sebagai berikut :

Ya Allah, berikanlah kami petunjuk seperti orang-orang yang telah Engkau beri petunjuk,
Berilah kami perlindungan seperti orang-orang yang telah Engkau beri perlindungan. Berilah
kami pertolongan sebagaimana orang-orang yang telah Engkau beri pertolongan. Berilah
berkah pada segala yang telah Engkau berikan kepada kami. Jauhkanlah kami dari segala
kejahatan yang telah Engkau pastikan. Sesungguhnya Engkau adalah Dzat yang Maha
menentukan dan Engkau tidak dapat ditentukan. Tidak akan hina orang yang Engkau
lindungi. Dan tidak akan mulia orang yang Engkau musuhi. Engkau Maha Suci dan Maha
luhur. Segala puji bagi-Mu dan atas segala yang Engkau pastikan. Kami memohon ampun
dan bertaubat kepada-Mu. )HR. An-NasaI :1725, Abu Dawud :1214, Al-Tirmidzi :426,
Ahamad :1625 dan Al-Darimi :1545 dengan Sanad yang Shahih)
Dalil kedua disebutkan dalam kitab fiqh as-Sunah Juz II halaman 38-39 :

. :

Ulama As-Syafiiyah mengatakan: Kedudukan qunut pada shalat subuh persisnya ketika
bangkit dari rakaat kedua, hukumnya sunah karena ada hdist yang diriwayatkan ahli hadis
kecuali at-Tirmidzi. Hadis itu diriwayatkan dari ibnu Sirin, Anas bin Malik pernah ditanya:
Apakah Nabi menjalankan qunut pada shalat subuh? Jawab anas: Ya! Kemudian ditanya lagi:
letaknya dimana sebelum atau sesudah ruku? Jawabnya: Sesudah ruku )fiqh As-Sunah,Juz
11,hlm.38-39)

Dalil ketiga sebagaimana disebutkan dalam kitab Hamizsy Qalyubi Mahalli Juz I halaman 57


.
.

Qunut itu disunahkan letaknya ketika Itidal, rekaat kedua shalat subuh, Keterangan tersebut
sampai: .. karena mengikuti Nabi. Hadis diriwayatkan Hakim dalam kitab Mustadrak
dari Abu Hurairah: Rosululloh mengangkat kepalanya dari ruku pada shalat subuh pada
rekaat kedua, dia mengangkat tangannya kemudian berdoa: Allohumma ihdini fi-man
hadait Rosululloh tidak memakai kata-kata robbana . Hadis ini shahih.

Ketiga, dalam Nail al-Authar, Juz II hlm:387:

Ketika ditanya sahabat tentang qunut fajar, Anas menjawab: Rasululoh (ketika qunut), ia
memanjangka shalat fajar (Subuh) tidak seperti shalat lainnya. Panjang, karena ia membaca
doa, memuji Alloh, mengagungkan-Nya dalam Itidal ini. Inilah yang dikatakan qunut, tidak
diragukan lagi. Kita tidak perlu syak (bimbang) dan ragu lagi bahwa Nabi membaca qunut
dalam shalat subuh sampai meninggal!.

C. Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW


a. Pengerian
Secara bahasa maulud adalah waktu kelahiran. Secara istilah diartikan sebagai: Perayaan
sebagai rasa syukur dan gembira atas kelahiran Rasul SAW yang biasanya dilakukan pada
bulan rabiul awal atau Mulud (Jawa).

b. Dalil-dalil perayaan Maulid Nabi SAW


Walaupun dalam kenyataannya tata cara perayaan Maulid Nabi SAW berbeda-beda, Namun
esensi dari peringatan Maulid Itu sama yaitu Marasa gembira dan bersyukur atas kelhiran
Rasululloh SAW yang mana kelahiran Rasululloh SAW adalah sebuah anugerah Alloh
kepada kita yang harus disyukuri, sebagaimana firman Alloh SWT:

Katakanlah )Muhammad , sebab anugerah dan rahmat Alloh )kepada kalian), maka
bergembiralah mereka.)QS.Yunus:58
Dalam sebuah hadis diriwayatkan oleh Imam Muslim dikatakan bahwa Rasululloh SAW
mensyukuri hari kelahirannya dengan berpuasa. Dalam sebuah hadis diriwayatkan:

Diriwayatkan dari Abu Qatadah al-Anshari RA bahwa Rasululloh pernah ditanya tentang
puasa senin, maka beliau menjawab: Pada hari itulah aku dilahirkan dan wahyu diturunkan
kepadaku.)HR.Muslim:1977
.
Dalil Kedua,

Ustadz Imam al-Hafidz al-Musnid DR. Habib Abdullah Bafaqih mengatakan bahwa hadis
man azhzhama maulidy kuntu syafingan lahu yaum al-qiyamati seperti diriwayatkan Ibnu
Asakir dalam Kitab Tarikh, juz 1,hlm 60, menurut Imam Dzaraby sahih sanadnya.
Dalil ketiga dalam kitab Madarij As-shuud Syarah al-Barzanji, hlm 15:

Rosululloh bersabda:Siapa menhormati hari lahirku, tentu aku akan memberikan syafaat
kepadanya dihari Kiamat.

Dalil keeempat dalam Madarif as-Shuud, hlm.16

Umar mengatakan: siapa menghormati hari lahir Rosululloh sama artinya menghidupkan
Islam.

Sekitar lima abad yang lalu Imam Jalaluddin al-Shuyuthi (849-910 H/1445-1505 M) pernah
menjawb polemik tentang perayaan Maulid Nabi SAW. Di dalam al-Hawi li al-Fatawi beliau
menjelaskan:

Ada sebuah pertanyaan tentang perayaan Maulid Nabi Saw pada bulan Rabiul Awal,
bagaimana hukumnya menurut syara. Apakah terpuji ataukah tercela? Dan apakah orang
yang melakukannya diberi pahala ataukah tidak? Beliau menjawab, Jawabannya menurut
saya bahwa semula perayaan Maulid Nabi Saw,yaitu manusia berkumpul, membaca al-

Quran dan kisah-kisah teladan Nabi SAW sejak kelahirannya sampai perjalanan
kehidupannya. Kemudian menghidangkan makanan yang dinikmati bersama, setalah itu
mereka pulang. Hanya itu yang dilakukan,tidak lebih. Semua itu termasuk Bidah hasanah.
Orang yang melakukannya diberi pahala karena mengagungkan darejat Nabi SAW,
manampakkan suka cita dan kegembiraan atas kelahiran Nabi Muhammad SAW, yang
mulia.)Al-Hawi li al-Fatawi,juz1,hal.251-252).

Bahkan hal ini juga diakui oleh Ibnu Taimiyyah, sebagaimana dikutip oleh Sayyid
Muhammad bin Alawi al Maliki:

Ibnu Taimiyyah berkata,Orang-orang yang melaksanakan perayaan Maulid Nabi SAW,


akan diberi pahala. Demikian pula yang dilakukan oleh sebagian orang, adakalanya bertujuan
meniru kalangan Nasrani yang memperingati kelahiran Isa AS, dan ada kalanya juga
dilakukan sebagai ekspresi rasa cinta dan penghormatan kepada Nabi SAW. Allah SWT akan
memberi pahala kepada mereka atas kecintaan mereka kepada Nabi mereka, bukan dosa atas
bidah yang mereka lakukan.)Manhaj al-Salaf fi Fahm al-Nushush Bain al-Nazhariyyah wa
al-Tathbiq, hal 399).

Selama ini Ibnu Taimiyah dijadikan panutan bagi kelompok kelompok yang mengingkari,
bahkan mengatakan bahwa tradisi dan Amaliah amaliah NU bidah.

D. Talqin Mayit

a. Pengertian
Arti talqin secara bahasa adalah Tafhim (memberikan pemahaman), memberi peringatan
dengan mulut, mengajarkan sesuatu. Secara istilah talqin adalah mengajarkan kalimat tauhid
terhadap orang orang yang baru saja dikubur serta mengajarinya tentang pertanyaan
pertanyaan kubur.

b. Dalil dan Talqin

Hukum talqin menurut mayoritas ulama Syafiiyah adalah sunnah. Di dasarkan pada
sabdaNabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Nabi Umamah:

) .


:
.

Dari Abi Umamah RA,beliau berkata, Jika aku kelak telah meninggal dunia, maka
perlakukanlah aku sebagaimana Rosulullah SAW memperlakukan orang orang yang wafat
diantara kita. Rosulullah SAW memerintahkan kita, seraya bersabda, Ketika diantara kamu
ada yang meninggal dunia, lalu kamu meratakan tanah diatas kuburannya, maka hendaklah
salah satu diantara kamu berdiri pada
bagian kepala kuburan itu seraya berkata, Wahai fulan bin fulanab. Orang yang berada
dalam kubur pasti mendengar apa yang kamu ucapkan, namun mereka tidak dapat
menjawabnya. Kemudian )orang yang berdiri di kuburan berkata lagi, Wahai fulan bin
fulanab, ketika itu juga si mayyit bangkit dan duduk dalam kuburannya. Orang yang berada
diatas kuburan itu berucap lagi, Wahai fulan bin fulanab, maka si mayyit berucap, Berilah
kami petunjuk, dan semoga Allah akan selalu memberi rahmat kepadamu. Namun kamu tidak
merasakan )apa yang aku rasakan disini . )Karena itu hendaklah orang yang berdiri diatas
kuburan itu berkata, Ingatlah sewaktu engkau keluar kealam dunia, engkau telah bersaksi
bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan Nabi Muhammad SAW adalah hamba serta Rosul
Allah. (Kamu juga telah bersaksi) bahwa engkau akan selalu ridho menjadikan Allah sebagai
Tuhanmu, Islam sebagai agamamu, Muhammad SAW sebagai Nabimu, dan al Quran
sebagai imam (penuntun jalan )mu. (Setelah dibacakan talqin ini ) malaikat Munkar dan
Nakir saling berpegangan tangan sambil berkata, Marilah kita kembali, apa gunanya kita
duduk ( untuk bertanya) dimuka orang yang dibacakan talqin. Abu Umamah kemudian
berkata, Setelah itu ada seorang laki laki bertanya kepada Rosulullah SAW, Wahai
Rosulullah, bagaimana kalau kita tidak mengenal ibunya? Rosulullah menjawab, )Kalau
seperti itu) dinisbatkan saja kepada ibu Hawa, Wahai fulan bin Hawa.)HR. al Thabrani
dalam al Mujam al Kabir :7979, Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab juga mengutip
hadits tersebut dalam kitabnya Ahkam Tamanni al Mawt hal. 9 tanpa ada komentar).

Mayoritas ulama mengatakan bahwa hadits tentang talqin ini termasuk hadits dhaif, karena
ada seorang perawinya yang tidak cukup syarat untuk meriwayatkan hadits. Namun dalam
rangka fadhail al amal, hadits ini dapat digunakan. Sebagian ahli hadits mengatakan
bahwa Hadits Abi Umamah ini Hasan Lighoirihi sebab sudah diperkuat dengan hadits lain
yang senada sebagai syahid.

Hadits diatas juga sesuai dengan al Quran surat Adariyat ayat 55:

Dan berilah peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang orang
yang beriman.

Imam Nawawi dalam kitab al Majmuli an Nawawy juz 7, halaman 254 dan Imam Muslim
dalam kitab Shahih Muslim juz 1, halaman 63, memberikan komentar tentang hadits Abi
Umamah yaitu:

: :

) .

Hadits Abu Umamah, riwayat abu Qasim at Thabrani dalam kitab Mujam nya dengan
sanad dhaif, teksnya demikian : Dari Said ibnu Abdullah al Azdi, ia mengatakan : Saya
melihat Abu Umamah dalam keadaan naza)sekarat , kemudian ia berpesan: Jika saya
meninggal maka berbuatlah seperti yang teleh diperintahkan Rosulullah SAW. Rosul pernah
bersabda : Jika ada yang meninggal diantara kalian, ratakanlah tanah kuburannya, dan
hendaknya berdiri salah seorang dari kalian diarah kepalanya, lalu katakan: Hai fulan bin
Fulan sesungguhnya ia )mayit mendengar dan dapat menjawab )al Hadits). Sampai
kata kata : para ulama pakar hadits sepakat dapat menerima hadits hadits tentang
keutamaan amal untuk menambah semangat beribadah. Dan telah dibantu bukti bukti
adanya hadits hadits lain seperti hadits Mintalah kalian kepada Allah kemampuan
)menjawab pertanyaan Munkar da Nakir dan wasiat Amr bin Ash tentang memberi
hiburan ketika ditanya malaikat di mana kedua hadits tersebut sahih seperti yang telah
disinggung sebelumnya .

Dalam kitab Dalil al Falihin, juz 71, halaman 57 disebutkan :

:
:

.
.

.
.
.

Disunahkan mentaqlin mayit setelah dikubur berdasarkan hadis. Syaikhul Islam sebagai
persyarahnya menjelaskan: Imam an Nawawi berkata bahwa hadits tersebut dhoif, ia
termasuk hadits Fadhail al-Amal yang di kalangan pakar ilmu hadits ditoleransikan bias
digunakan. Hadits tersebut diperkuat oleh banyak hadis-hadis sahih yang lain, seperti: asal
Allah at-tatsbit (mohonlah kepada Allah agar tetap di dalam keimanan ) dan wasiatnya
kepada Amr bin Ash dari kalangan orang pertama yang masuk Islam. Sabda Rosulullah:
Laqqinu mautakun la Illallah (Bacakan la ilaha Illallah kepada seorang mati diantara kalian).
Menurut pendapat sebagiaan ulama, hadis ini merupakan dalil di bolehkannya talqin bagi
seorang yang sudah mati karena hakekat al mayyit sebagaimana tertera dalam hadis itu
adalah seorang yang sudah mati. Sedangkan sebelum mati juga boleh dibacakan talqin seperti
yang banyak dilakukan para ulama. Menurut madzhab Syaii, kesunnahan talqin itu setelah
dikuburkan. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan pula dalam al-Majmu berdasarkan
pendapat dari banyak ulama. Di antara yang menyatakan kesunnahannya itu adalah al-Qadhi
Husain, al-Mutawalli, Syaikh Nashir al- Muqaddasi, RafiI, Ibnu Shalah dan Sakhawi.
Pendapat kami tentang kesunnahan talqin tersebut sesuai dengan pendapat dari kalangan alMaliki, seperti yang dinyatakan di antaranya al-Qadhi Abu Bakar Al- Azzi yang
menyebutkannya sebagai amalan penduduk Madinah dan orang-oarang saleh serta yang
banyak dilakukan oleh umat Islam di Spayol. Sedang di kalangan al-Hanafi, para tokoh
mereka saling bersilang pendapat sebagaimana tertera dalam al-Mubith sebagaimana silang
pendapat yang terjadi di kalangan ulama Hambali.

Dalil lain juga menerangkan dalam kitab Nihayat al-Muhtaj, Juz III,hal. 4:


-.

Disunnahkan mentalqin mayyit yang sudah mukallaf usai dikuburkan berdasarkan hadits:
Seorang hamba ketika ia diletakan dikuburnya dan para pengirimnya pulang,ia mendengar
suara alas kaki mereka. Kalau para pengantar sudah pulang semua, ia segera di datangi dua
malaikat.

Dalm kitab al- Hawy li al Fatawa li al Hafizh as- suyuthy, Juz II, halaman 176 177: juga
diterangkan.

Teks lengkap mengenai Talqin ini seperti yang diriwayatkan bahwa Rosulullah saat
mengubur anaknya, Ibrahim, mengatakan: Katakanlah: Allah Tuhankn.sampai kata kata:
Hal itu menunjukan atas benarnya apa yang aku ucapkan, apa yang diriwayatakan dari Nabi,
sesungguhnya saat dia menguburkan anaknya, Ibrahim, dia berdiri diatas kubur dan bersabda:
Hai anakku, hati ini sedih, mata ini mencucurkan air mata, dan aku tidak akan berkata yang
menjadikan Allah marah kepadaku. Hai anakku, katakana Allah itu Tuhanku, Islam agamaku,
dan Rosulullah itu bapakku ! Para sahabat ikut menangis, bahkan Umar bin Khoththob
menangis sampai mengeluarkan suara yang keras.

Dalam kitab Hasyiah Umairah bi Asfali Hasyiah Qalyuby Mahally, Juz I, halaman 353:
Menegaskan tenteng kesunnahan Hukum mentalqin mayit.

Talqin itu disunnahkan maka dikatakan kepadanya (mayitt): Hai hamba Alla, ingatlah engkau
telah meninggal, bersaksilah tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah,
surga adalah haq (benar adanya), neraka adalah haq, dan kebangkitan di Hari Kiamat juga
haq. Hari Kiamat pasti akan dating, tidak bias diragukan lagi, Allah akan membangkitkan
kembali manusia dari kuburnya, dan hendaknya engkaun rela Allah sebagai Tuhan, Islam
sebagain agama, Muhammad sebagi Nabi, al Quran sebagi kitab suci, Kabah sebagi
kiblat, dan kaum muslimin sebagai saudra. Hal ni berkenaan dengan danya hadits dalam
masalah ini, dan dalam kitab ar Raudhah ditambahkan: Hadits ini, meskipun dhaif, tapi
lengkap panguat penguatnya.

Dalam kitab Ianah al Thalibin karya Sayid Abu Bakar Syatha al Dimyati, juz ll hal 140
dijelaskan:

)
.
): 55

Yang dimaksud dengan membacakan talqin bagi orang yang baligh yaitu, disunnahkan men
talqin kan orang yang sudah baligh (ukallaf). Hal itu berdasarkan firman Allah SWT: Dan
tetaplah memberi perihgatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang
orang mukmin (al Dzariyat : 55) dan yang paling diperlukan oleh seorang hamba untukl
mendapat peringatan pada saat ini )setelah dikubur .

Dalam kitab Ianatul Thalibin juz ll hal 140 disebutkan :

Dan disunnahkan orang yang sudah balighdemikian itu sesuai dengan firman Allah Swt
:Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi
orang orang yang beriman. )al Dzariyat : 55). Dalam keadaan seperti ini lah seorang
hamba sangat membutuhkan terhadap peringatan tersebut.

Dalam kitab Nihayatul Muhthaz juz lll hal 4 disebutkan :

.
/ .

Disunahkan mentalqini mayyit yang sudah mukallaf setelah selesai dikuburkan, berdasarkan
hadits: Sesungguhnya seorang hamba ketika sudah diletakkan dikuburnya dan para
pengiringnya berpaling pulang, ia mendengar suara gema alas kaki mereka. Jika mereka
sudah pergi semua, kemudian ia didatangi oleh dua malaikat Al Hadits.

Dalam kanzu al Umal karya Syaih Ibnu Hisammudin Al Hindi Al Burhanfuri, jilid 15 hal
737 disebutkan sebagai berikut;


:
.

Diceritakan dari Said al Umawi, ia berkata: Saya menyaksikan Abu Umamah sedang
naza )sakaratul maut . Lalu ia berkata kepadaku : Hai Said ! Jika aku mati, perlakukanlah
olehmu kepada diriku sebagaimana yang diperintahkan oleh Rosulullah Saw kepada kita.
Rosulullah SAW bersabda kepada kita : Jika diantara kamu meninggal dunia maka timbunlah
kuburannya dengan tanah sampai rata. Dan hendaknya salah seorang diantara kamu berdiri
disamping arah kepalanya, lalu ia berkata : Hai fulan bin Fulanah, sesungguhnya mayit itu
mendengar, akan tetapi tidak dapat menjawab. Kemudian hendaklah ia brkata : Hai Fulan bib
Fulanah, maka ia akan duduk tegap. Kamudian hendaklah ia berkata : Hai Fulan bin Fulanah,
lalu ia berkata: Semoga Allah Swt . memberikan petunjuk kepda kita dan juga memberikan
rahmat kepadamu. Kemudian hendaklah ia berkata: Ingatlah bahwa engkau telah keluar dari
alam dunia ini:Dengan bersaksi bahwa tiada yang berhak disembah selain Allah dan
bahwasanya Muhammad adalah hamba dan Rosul Nya, dan bahwasannya engkau rrela
Allah sebagai Tuhanmu, Muhammad sebagai Nabimu, Islam sebagai agamamu, dan al
Quran sebagai imammu. Sesungguhnya jika seseorang mengerjakan itu maka malaikat
munkar dan Nakir akan menyambut salah satunya dengan tangan sahabatnya yang kemudian
ia berkata : Keluarlah bersama kami dari tempat ini. Kami tidak akan memperlakukan apa
yang telah ia nyatakan. Maka Allah Swt akan memenuhi keperluannya tanpa kedua malaikat
itu. Lalu seseorang bertanya kepeda Rosulullah SAW: Wahai Rosulullah, bagai mana jika
saya tidak mengetahui ibunya? Rosulullah SAW menjawab : Hendaklah kamu
menasabkannya kepada )ibu Hawa.

Orang yang sudah meninggal dunia sebenarnya masih mendengar ucapan salam dan bias
menerima doa orang lain. Rosulullah SAW selalu mengucapkan salam kepada ahli kubur
pada saat ziaroh kubur atau melintasi kuburan. Demikian juga Rosulullah Saw pada saat
putranya Ibrahim wafat mentalqinkannya dengan kalimat tauhid. Logikanya, seandainya
talqin itu tidak berguna niscaya Rosulullah SAW tidak akan mengerjakannya.
Kesimpulannya hukum mentalqinkan mayit yang sudah mukallaf hukumnya adalah sunnah.

Keterangan tentang kesunnahan talqin ini juga dapat dilihat dalam kitab sebagai berikut:
a. At Tukhfah juz ll, hal 19
b. Al Mughni juz lll, hal 207
c. Al Majmu Syarah Muhadzab juz 7, hal 303
d. Al Iqnajuz l, hal 183
e. Tassyikhil Mustafidin 142

f. Busro al Karim juz ll, hal 38


g. Nikhayah al Zain 162
h. Al Anwar juz l, hal 124
i. Fathul Barri juz l, hal 449
j. Irsyadus syari juz ll, hal 434
k. Matan al Raodhoh

Kaitannya dengan firman Alla Swt:

Dan engkau )wahai Muhammad sekali kali tiada sanggup menjadikan orang yang didalam
kubur dapat mendengar. )QS. Fathir: 22).

Firman Allah diatas sering dijadikan untuk menolak hokum sunnah talqin namun dalam
Tafsir al Khazim diterangkan bahwa yang dimaksud denan kata Man Fi al Qubur (orang
yang berada didalam kubur) dalam ayat ini ialah orang orang kafir yang diserupakan orang
mati karena sama sama tidak menerima dakwah. Kata mati tersebut adalah metaforis
(bentuk majaz)dari hati mereka yang mati (tafsir al Khazim, juz 7, hal 347).
Dengan demikian dapat dipahami bahwa orang yang beriman itu dalam kubur bias
mendengar suara orang yang membimbimg talqin tersebut dengan kekuasaan Allah Swt. Hal
ini dapat diperkokoh dengan kebiasaan Rosulullah SAW apabila berziarah kekuburan selalu
menguicapkan salam. Seandainya ahli kubur tidak mendengar salam Rosulullah SAW, tentu
Rosulullah SAW melakukan sesuatu yang sia sia dan itu tidak mumgkin.Wallahu Alam .

E. Sampainya Pahala, Doa dan Sodaqoh Kepada Orang Yang Sudah Meninggal

Menurut pendapat ahli sunnah pahala, doa dan sodaqoh bisa sampai kepada orang yang sudah
meninggal dan dapat bermanfaat bagi mereka.

Kalangan Ahlusunnah berhujjah dengan beberapa firman Allah Swt dan beberapa hadits
shohih diantaranya :

Dan orang orang yang beriman dan anak cucu mereka mengikuti dalam keimanan, kami
hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan kami tiada mengurangi sedikitpun dari
pahala amal mereka. Tiap tiap manusia terpikat dengan apa yang dikerjakannya.

Allah juga berfirman :


:

Tentang orang tuamu dan anak anakmu, kamu tidak mengetahui siapa diantara mereka yang
lebih dekat (banyak) manfaatnya bagimu.

Dalam sebuah hadist shohih disebutkan:

Dan Aisyah RA, Seorang laki-laki bertanya kepada Nabi SAW, Ibu saya meninggal
secara mendadak dan tidak sempat berwasiat. Saya menduga seandainya ia dapat berwasiat,
tentu ia akan bersedekah. Apakah ia akan mendapat pahala jika saya bersedekah atas
namanya? Nabi menjawab, Ya. )HR.Muslim, :1672 .

Dalam kitab Nail al Authar juz IV juga disebutkan sebuah hadits soheh yang berbunyi:

Dari Abu Hurairah, ia meriwayatkan: Ada laki-laki datang kepada Nabi lalu ia berkata:
Ayahku telah meninggal dunia dan ia tidak berwasiat apa-apa. Apakah saya bias memberikan
manfaat kepadanya jika saya bersedekah atas namanya? Nabi menjawab: Ya, dapat (HR.
Ahmad, Muslim, NasaI, dan Ibnu Majah .

Hadits tersebut diatas menegaskan bahwa pahala shodakoh itu sampai kepada ahli kubur.
Sementara di hadits shahih yang lain dijelaskan bahwa shodakoh tidak hanya berupa harta
benda saja, tapi juga dapat berwujud bacaan dzikir seperti kalimat la illaha
illallah,subhanallah,dan lain-lain sebagaimana disebutkan dalam hadits shahih berikut ini:

Dari Abu Dzarr RA,ada beberapa sahabat berkata kepada Nabi SAW, Ya Rosulullah,
orang-oarng yang kaya bisa (beruntung) mendapatkan banyak pahala. (Padahal) mereka
shalat seperti kami shalat. Mereka berpuasa seperti kami berpuasa. Mereka bersedekah
dengan kelebihan harta mereka. Nabi SAW menjawab, Bukankah Allah SWT telah
menyediakan untukmu sesuatu yang dapat kamu sedekahkan? Sesungguhnya setiap satu
tasbih (yang kamu baca) adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, setiap tahmid adalah
sedekah, dan setiap tahlil adalah sedekah. )HR. Muslim :1674 .

Dalam hadits lain disebutkan:

Sabda Nabi: Bersedekahlah kalian untuk diri kalian dan orang-orang yang telah mati dari
keluarga kalian walau hanya air setejuk. Jika kalian tak mmampu dengan itu, bersedekahlah
dengan ayat-ayat suci al-Quran, berdoalah untuk mereka dengan memintakan ampunan dan
rahmat. Sungguh, Allh telah berjanji akan mengabulkan doa kalian.

Adzarami dan Nasai juga meriwayatkan hadis tentang tahlil dari Ibnu Abbas RA.

.)

Rasululloh bersabda: Siapa menolong mayit dengan membacakan ayat-ayat al-Quran dan
Zikir, Alloh akan memastikan surga baginya.(HR.ad-Darimy dan Nasai dari Ibnu Abbas .

Hadis diatas juga didukung oleh hadis Nabi yang diriwayatkan oleh ad-Daroqutni dari Anas
bin Malik:

Diriwayatkan oleh Abu Bakar an-Najjad dalam kitab Sunan bersumber dari Ali bin Abi
Thalib, ia mengatakan , Nabi bersabda: Siapa lewat diantara batu nisan, lalu membaca surat
al-Ikhlas 11 kali dan menghadiahkan pahalanya untuk yang meninggal maka Alloh akan
mengabulkannya.

Dalil-dalil inilah yang dijadikan dasar oelh para ulama tentang sampainya pahala bacaan alQuran,tasbih, tahlil, shalawat yang dihadiahkan kepada orang yang meninggal dunia. Begitu
pula dengan sedekah dan amal baik lainnya.
Bahkan Ibnu Taimiyah mengatakan dalam kitab Fatawa-nya, sesuai dengan kesepakatan
para Imam bahwa mayit dapat memperoleh manfaat dari semua ibadah, baik ibadah
badaniyah seperti shalat, puasa, membaca al-Quran, ataupun ibadah maliyah seperti sedekah
dan lain-lainnya. Hal yang sama juga berlaku bagi orang yang berdoa dan membaca istighfar
untuk mayit.)Hukm al-Syariah al-Islamiyah fi Matam al Arbain,hal 36
Mengutip dari kitab Syarh al-Kanz, Imam al-Syaukani juga mengatakan bahwa seseorang
boleh menghadiahkan pahala perbuatan yang ia kerjakan kepada orang lain, baik berupa
shalat, puasa, haji, shadaqah, bacaan al-Quran atau semua bentuk perbuatan baik lainya, dan
perbuatan baik tersebut sampai kepada mayit dan memberi manfaat kepada mayit tersebut
menurut ulama Ahlussunnah. (Nail al-Awthar, Juz IV, hal. 142)
Kaiatnnya dengan firman Alloh dalam Sura an-Najm ayat 39 yang sering dijadikan sebagai
dalail bagi orang yang mengatakan bahwa doa atau pahala yang tidak sampai kepada mayit
yaitu:
:

Dan bahwa seorang manusia


diusahakannya.)QS,an-Najm:39)

tiada

memperoleh

selain

apa

yang

telah

Berikut ini beberapa penafsiran para ulama ahli tafsir mengenai ayat di atas:

1. Syekh Sulaiman bin Umar Al-Ajili menjelaskan

Ibnu Abbas berkata bahwa hukum ayat tersebut telah di-mansukh atau diganti dalam syariat
Nabi Muhammad SAW. Hukumnya hanya berlaku dalam syariat Nabi Ibrahim AS dan Nabi
Musa AS, kemudian untuk umat Nabi Muhammad SAW kandungan QS. Al-Najm 39 tersebut
dihapus dengan firman Allah SWT
Ayat ini menyatakan bahwa seorang anak
dapat masuk surga karena amal baik ayahnya. Ikrimah mengatakan bahwa tidak sampainya
pahala )yang dihadiahkan hanya berlaku dalam syariat Nabi Ibrahim AS dan Nabi Musa
AS. Sedangkan untuk umat Nabi Muhammad SAW mereka dapat menerima pahala amal
kebaikannya sendiri atau amal kebaikannya sendiri atau amal kebaikan orang lain )AlFutuhat Al-Ilahiyyah, Juz IV, hal 236)

2. Menurut Mufti Mesir Syekh Hasanain Muhammad Makhluf :

Firman Allah SWT

perlu diberi batasan, yaitu jika orang yang


melakukan perbuatan baik itu tidak menghadiahkan pahalanya kepada orang lain. Maksud
ayat tersebut adalah, bahwa amal seseorang tidak akan bermanfaat di akhirat kecuali
pekerjaan yang telah dilakukan di dunia bila tidak ada orang lain yang menghadiahkan
amalnya kepada si mayit. Apabila ada orang yang

http://www.piss-ktb.com/2012/03/f0065-dalil-dalil-amaliyah-nahdlatul.html#gsc.tab=0

Anda mungkin juga menyukai