Share on Facebook
Share on Twitter
Melihat pentingnya pembahasan tentang Qunut Nazilah pada kondisi sekarang ini, juga
dikarenakan banyak manusia yang belum memahami hukum dan tata caranya, maka kami akan
menjelaskan perihal Qunut Nazilah, hukum dan tata caranya sesuai dengan Sunnah Rasulullah
Shallallahu’alaihi Wasallam. Penjelasan ini kami bagi menjadi beberapa bagian:
Pertama: Qunut Nazilah disyariatkan ketika terjadi musibah besar, dan boleh dilakukan pada
semua shalat wajib yang lima.
Kedua: Diriwayatkan dari Anas bin Malik Radhiyallahu’anhu: “Suku Ri’lan, Dzakwan, Ushiyyah,
dan Bani Lihyan meminta bantuan orang kepada Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam untuk
berlindung dari musuh, beliau Shallallahu’alaihi Wasallam memberikan bantuan 70 orang Anshor
yang kami sebut sebagai Qurra’. Kebiasaan para sahabat yang disebut Qurra’ ini adalah mereka
pencari bakar di siang hari dan menegakkan shalat lail di malam hari. Ketika 70 ornag Anshor ini
berada di perjalanan dan sampai di sumur Ma’unah, mereka dibunuh dan dikhianati oleh suku
Ri’lan, Dzakwan, Ushiyyah, dan Bani Lihyan. Berita ini sampai kepada Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam, maka beliau melakukan Qunut Nazilah selama sebulan pada shalat shubuh
mendoakan kehancuran terhadap suku Ri’lan, Dzakwan, Ushiyyah, dan Bani Lahyan. Anas
berkata: ” Kami pernah membacanya ayat Qur’an diturunkan tentang orang-orang yang dibunuh
di sumur Ma’unah tersebut , kemudian ayat tersebut diangkat (mansukh) sesudah itu. (Yaitu
ayat)
ع ننا نوأ نررنضاننا
ع ننا نقرونمننا أ ن ننا ل نضقيننا نرب نننا نفنرضضني ن
بنلض نغغوا ن
‘Sampaikanlah kepada kaum kami bahwa kami telah bertemu dengan Tuhan kami,
maka Dia ridha kepada kami dan kami ridha kepada-Nya.’ “ [HR. Bukhari]
ش نبدن أدمبيِ درمبيِدعدة اللااهام أدننمج انلدومليِدد نبدن انلدومليِمد اللااهام أدننمج دسلددمدة نبدن مهدشاَمم اللااهام أدننمج انلامنسدت ن
ضدعمفيِدن ممدن انلام نؤمممنيِدن اللااهام أدننمج دعايِاَ د
ضدر اللااهام انجدعنلدهاَ دعلدنيِمهنم مسمنيِدن دكمسمنيِ ايِواس د
ف ك دعدلىَ ام د اللااهام انشادند دونطأ ددت د
Ya Allah, tolonglah ‘Ayyash bin Abi Rabi’ah. Ya Allah, tolonglah Walid bin Al Walid. Ya
Allah, tolonglah Salamah bin Hisyam. Ya Allah, tolonglah orang-orang lemah dari kaum
mu’minin. Ya, Allah sempitkanlah jalan-Mu atas orang-orang yang durhaka. Ya Allah,
jadikanlah tahun-tahun yang mereka lewati seperti tahun-tahun yang dilewati Yusuf “
[HR. Bukhari][1]
Pertama: Disyariatkannya doa Qunut Nazilah saat terjadi musibah. Ibnu Taimiyah
berkata: “Dianjurkan berdoa Qunut saat terjadi musibah. Pendapat ini adalah pendapat
fuqaha ahli hadits dan didasari oleh riwayat-riwayat dari Khulafa Ur Rasyidin” [Majmu’
Fatawa 108/23]
Ibnu Taimiyah berkata: “Disyariatkan doa Qunut saat terjadi musibah pada shalat
Shubuh dan shalat wajib yang lain, untuk mendoakan kaum mu’minin dan mendoakan
keburukan untuk kaum kuffar. Sebagaimana Umar berdoa Qunut untuk memerangi
orang Nashara dengan doa [ ” اللهم العن كفرة أهل الكتاَبMajmu’ Fatawa 270/22].
Beliau juga berkata: “Doa Qunut paling banyak dilakukan oleh Rasulullah
Shallallahu’alaihi Wasallam pada shalat Shubuh” [Majmu’ Fatawa 269/22]
Keempat: Doa Qunut dilakukan pada raka’at terakhir setelah bangun dari ruku’.
Dan telah jelas bagi kita dari hadits-hadits yang telah lewat bahwa doa Qunut yang
dibaca Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam adalah doa-doa yang kalimatnya sedikit.
Dan tentulah, kebahagiaan hanya ada pada apa yang sesuai dengan contoh Rasulullah
Shallallahu’alaihi Wasallam.
Ketiga: Membatasi doa Qunut pada apa yang menjadi musibah saat itu.
Tidak dianjurkan menambah doa tentang hal lain pada doa Qunut. Karena yang benar
adalah mencukupkan doa Qunut pada apa yang menjadi musibah saat itu saja. Inilah
yang nampak dari dalil-dalil yang telah lewat dan juga dalil yang lain bahwa Rasulullah
Shallallahu’alaihi Wasallam mengulang-ulang doa Qunut yang sama ketika beliau
melakukan doa Qunut dalam sebulan penuh. Walau terkadang beliau berdoa Qunut
dengan doa yang agak sedikit berbeda.
Keempat: Qunut Nazilah hanya dilakukan karena adanya sebab, yaitu musibah besar
yang melanda kaum muslimin, jika musibah telah berakhir maka tidak dilakukan lagi.
Sedangkan Qunut Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam yang dilakukan selama sebulan
penuh sebagaimana telah lalu haditsnya, bukanlah pembatasan. Karena Rasulullah
Shallallahu’alaihi Wasallam tidak meneruskan pelaksanaan Qunut Nazilah setelah
sebab yang menjadi alasan beliau untukmelakukan Qunut Nazilah telah hilang. Yaitu
dalam hal ini, datangnya para sahabat yang didoakan Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam dalam doa Qunut dengan selamat. Hal ini didasari oleh hadits dari Abu
Hurairah Radhiyallahu’anhu: “Selama sebulan penuh Rasulullah Shallallahu’alaihi
سمع اpada raka’at terakhir dari shalat Isya beliau
Wasallam setelah membaca ا ا لمدمنن دحممددها
membaca doa Qunut: ‘Ya Allah, tolonglah ‘Iyyash bin Abi Rabi’ah. Ya Allah, tolonglah
Walid bin Walid. Ya Allah, tolonglah Salamah bin Hisyam. Ya Allah, tolonglah orang-
orang lemah dari kaum mu’minin. Ya, Allah sempitkanlah jalan-Mu atas orang-orang
yang durhaka. Ya Allah, jadikanlah tahun-tahun yang mereka lewati seperti tahun-tahun
yang dilewati Yusuf’ ”
Ibnul Qoyyim berkata: “Qunut Nazilah dilakukan karena ada musibah yang menimpa
suatu kaum atau beberapa orang. Dan Qunut Nazilah tidak dilakukan lagi setelah orang
yang didoakan tersebut datang, atau telah terbebas dari tawanan, atau telah pulang
dengan selamat, atau orang yang didoakan keburukan telah bertaubat. Karena
disyariatkan Qunut Nazilah adalah untuk menghilangkan musibah tersebut, maka
setelah hilang tidak lagi dilakukan Qunut Nazilah” [Zaadul Ma’ad 272/1]
Kelima: Qunut Nazilah tidak memiliki lafadz tertentu. Lafadz-nya disesuaikan dengan
musibah yang sedang terjadi
الخ.… َالللهم اهمدناَ فيِدمن دهدنيِتْ و عاَمفناَ فيِدمن عاَفنيِتْ و دتدوالناَ فيِدمن دتدولانيِتْ و باَمرك دلناَ فيِما
Ini adalah doa Qunut pada shalat Witir. Dan tidak terdapat riwayat yang menetapkan
bahwa doa ini di baca Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam pada Qunut Nazilah.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata: “Disunnahkan untuk melakukan Qunut Nazilah
ketika ada musibah, dan disunnah pula padanya mendoakan kaum muslimin yang
sedang diperangi (musuh)” [Majmu’ Fatawa, 155/21]
Beliau juga berkata: “Dianjurkan seseorang yang melakukan Qunut Nazilah berdoa
sesuai dengan musibah yang terjadi saat itu. Dan jika dalam doanya ia menyebutkan
kaum mu’minin yang diperangi atau mendoakan kehancuran bagi orang-orang kafir
yang memerangi mereka, maka itu adalah sebuah kebaikan” [Majmu’ Fatawa, 271/22]
Beliau juga berkata: “Umar Radhiyallahu’anhu melakukan Qunut Nazilah ketika musibah
menimpa kaum muslimin. Dan beliau berdoa dengan doa yang sesuai dengan musibah
yang terjadi. Sebagaimana Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam berdoa Qunut pertama kali
untuk mendoakan kehancuran bagi Kabilah Bani Sulaim yang telah membunuh para
pembaca Al Qur’an. Beliau Shallallahu’alaihi Wasallam berdoa sesuai dengan keadaan
tersebut. Kemudian pada kesempatan lain Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam
mendoakan para sahabat yang dalam keadaan lemah. Pada kesempatan inipun
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam berdoa sesuai dengan keadaan. Maka sunnah
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dan Khulafa Ar Rasyidin ini menunjukkan dua
hal:
Qunut Nazilah dilakukan karean adanya suatu sebab, adapun melakukannya secara
rutin dan terus-menerus bukan termasuk sunnah Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam.
Dan berdoa dengan lafadz doa Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam yang sesuai dengan
musibah yang terjadi pada masa kita sekarang ini adalah sebuah kebaikan. Yaitu
misalnya dengan lafadz:
اللهم اشدد وطأتك علىَ اليِهود المجرميِن ومن شاَيِعهم، اللهم انصرهم، اللهم أنج إخوانناَ المسلميِن فيِ فلسطيِن
اللهم اجعلهاَ عليِهم سنيِن كسنيِ يِوسف، اللهم العنهم، وأعاَنهم
Artinya: “Ya Allah, berilah kemenangan pada dari kaum muslimin di Palestina. Ya Allah,
tolonglah mereka. Ya, Allah sempitkanlah jalan-Mu atas orang-orang Yahudi yang nista,
juga kepada sekutu dan pendukung mereka. Ya Allah, jatuhkan laknat kepada mereka
dan jadikanlah tahun-tahun yang mereka lewati seperti tahun-tahun yang dilewati Yusuf”
Karena doa Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam lebih utama dan juga telah
mencakup apa yang dimaksudkan.
Keenam: Di anjurkan bagi imam shalat untuk mengeraskan suara saat berdoa Qunut.
Hal ini didasari oleh hadits Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu: “Sesungguhnya Rasulullah
Shallallahu’alaihi Wasallam jika ingin mendoakan kebaikan bagi seseorang, atau
mendoakan keburukan bagi seseorang, beliau berdoa Qunut setelah ruku’ setelah
سمع اbeliau membaca: ‘Ya Allah bagi-Mu segala pujian. Ya Allah,
membaca ا ا لمدمنن دحممددها
tolonglah Walid bin Walid. Ya Allah, tolonglah Salamah bin Hisyam. Ya Allah, tolonglah
‘Iyyash bin Abi Rabi’ah. Ya Allah, tolonglah orang-orang lemah dari kaum mu’minin. Ya,
Allah sempitkanlah jalan-Mu atas orang-orang yang durhaka. Ya Allah, jadikanlah tahun-
tahun yang mereka lewati seperti tahun-tahun yang dilewati Yusuf’. Beliau membacanya
dengan suara keras” [HR. Bukhari]
Ibnu Hajar berkata: “Yang nampak bagiku adalah bahwa Qunut Nazilah dilakukan pada
saat I’tidal bukan saat sujud, walaupun memang doa saat sujud lebih besar
kemungkinan untuk dikabulkan. Sebagaimana ditetapkan hadits : ‘Seorang hamba
berada paling dekat dengan Rabb-nya pada saat ia sedang bersujud’. Dan juga
ditetapkan dari dalil-dalil yang ada bahwa wajib bagi ma’mum untuk mengikuti imam
dalam doa Qunut, juga jika dengan ta’min. Oleh karena itu, disepakati bahwa
pembacaan doa Qunut ialah dengan suara keras ” [Fathul Baari, 570/2]
Ketujuh: Dianjurkan bagi ma’mum untuk ta’min (mengamini) doa imam pada saat berdoa
Qunut.
Hal ini didasari hadits Anas Radhiyallahu’anhu, ia berkata: “Tidak pernah kulihat
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersungguh-sungguh dalam berdoa seperti
doanya untuk para Qurra’. Dan pada saat itu aku melihat Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam pada shalat Shubuh beliau berdoa Qunut sambil mengangkat kedua
tangannya ” [HR. Ahmad, dengan sanad shahih. An Nawawi berkata: “Diriwayatkan oleh
Al Baihaqi dengan sanad shahih atau hasan”]. [Al Majmu’, 479/3]
Dari Abu Rafi’, ia berkata: “Aku shalat di belakang Umar bin Khattab Radhiyallahu’anhu,
beliau berdoa Qunut setelah bangun dari rukuk sambil mengangkat kedua tangannya
dan membaca doa dengan suara keras” [HR. Baihaqi, ia berkata “Riwayat ini shahih di
nisbatkan kepada Umar”. Dinukil dari Sunan Baihaqi 212/2]
Ibnu Taimiyah berkata: “Adapun tentang mengusap wajah dengan kedua tangan tidak
ada dalilnya kecuali satu atau dua hadits yang tidak dapat dijadikan hujjah (karena
dhoif)” [Majmu’ Fatawa, 519/22]
Kedua: Perlu di kritisi sebagian manusia yang berdoa Qunut dengan lafadz semacam :
أو يِاَ عفو يِاَ غفور، اللهم اشدد وطأتك علىَ الصرب النصاَرى المجرميِن برحمتك يِاَ أرحم الراحميِن
Artinya: “Ya Allah, sempitkanlah jalan-Mu bagi orang-orang Nashara yang berbuat nista,
dengan rahmat-Mu wahai Dzat yang Maha Penyayang ” atau “Wahai Dzat Yang Maha
Pengampun”
Karena bertawassul dengan nama dan sifat Allah di sini tidak sesuai dengan
konteksnya, yaitu untuk melaknat dan menjatuhkan adzab yang keras pada orang-orang
kuffar.
Keempat: Yang ditetapkan oleh dalil-dalil yang ada yaitu bahwa Qunut Nazilah dilakukan
pada shalat berjama’ah.
Sedangkan Qunut Nazilah pada shalat Jum’at, atau shalat nafilah, atau shalat sendirian
tidak ada dalil tegas yang menjelaskannya. Abdurrazzaq membuat bab yang berjudul
“Bab Qunut pada shalat Jum’at” pada Al Mushonnaf(194/3) miliknya. Ibnu Abi Syaibah
dalam Al Mushonnaf(46/2) miliknya membahas tentang Qunut pada Shalat Jum’at.
Begitu juga Ibnu Mundzir dalam Al Ausath(122/4). Mereka semua menyebutkan riwayat
dari para sahabat bahwa mereka meninggalkan dan mencela Qunut pada shalat Jum’at.
Namun tidak disebutkan dalam riwayat-riwayat tersebut bahwa yang dimaksud adalah
Qunut Nazilah. Sedangkan dalil-dalil tidak ada yang secara tegas melarang Qunut
Nazilah pada shalat Jum’at.
Al Mardawi berkata: “Rasulullah melakukan Qunut pada setiap shalat wajib kecuali
shalat Jum’at. Inilah pendapat yang benar dari mazhabku karena terdapat nash
tentangnya. Pendapat inilah yang dipilih Al Majid dalam syarah-nya, juga Ibnu ‘Abdaus
dalam At Tadzkir, serta Syaikh Taqiyyuddin dalam Al Wajiz merajihkan pendapat ini.
Sebagian ulama berpendapat: ‘Qunut Nazilah juga dilakukan pada shalat Jumat’.
Pendapat ini dipilih oleh Al Qadhi. Namun pendapat ini bertentangan dengan nash ” (Al
Inshaf, 175/2). Dan Imam Ibnu Taimiyah memilih pendapat disyariatkannya Qunut
Nazilah pada shalat sendirian (Al Inshaf, 175/2)
Namun yang jelas, hukum asal ibadah adalah terlarang sampai datang hujjah yang
menjelaskan disyariatkannya. Dan masalah ini masih memerlukan penelitian lebih lanjut,
wallahu’alam.
Kelima: Ibnu Taimiyah berkata: “Sebaiknya seorang mu’min mengikuti imamnya dalam
memutuskan ber-qunut atau tidak
Bila imam berqunut maka ma’mun mengikutinya berqunut. Jika imam tidak berqunut,
maka begitu pula ma’mun. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
“Sesungguhnya seorang imam diangkat untuk diikuti”. Beliau juga bersabda: “Jangan
kalian menyelisihi imam kalian”. Juga sabda beliau yang terdapat dalam Shahih
Bukhari : “Shalatlah kalian bersama imam. Jika shalatnya imam benar, pahalanya untuk
dia dan untukmu. Jika shalatnya imam salah, pahalanya untukmu dan dosanya untuk
dia” (Majmu’ Fatawa, 115-116/23)
Keenam: Sebagian fuqaha berkata: “Qunut Nazilah dipimpin oleh seorang imam kaum
muslimin, dan tidak boleh dipimpin oleh selainnya”
Hukum asal perbuatan Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam adalah berlaku juga untuk
seluruh kaum muslimin, kecuali ada dalil yang mengkhususkannya. Dan dalam hal ini
tidak ada dalil yang mengkhususkan, maka tetap berlaku hukum asal yaitu
disyariatkannya bagi seluruh kaum muslimin
Abu Hurairah pernah memimpin Qunut Nazilah padahal beliau bukanlah imam kaum
muslimin. Sebagaimana dijelaskan hadits yang terdapat dalam Shahihain: Diriwayatkan
dari Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu, ia berkata: “Sungguh aku bersungguh-sungguh
dalam mencontoh shalat Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam”. Dan pernah Abu
Hurairah Radhiyallahu’anhu berdoa Qunut pada raka’at terakhir shalat Zhuhur dan
سمع اkemudian ia berdoa
shalat Isya serta shalat Shubuh setelah membaca ا ا لمدمنن دحممددها
untuk kebaikan kaum mu’minin dan keburukan kaum kafir. [HR. Bukhari-Muslim]
[Diterjemahkan dari artikel berjudul Qunut Nazilah karya DR. Yusuf bin Abdillah Al
Ahmad di website www.islamlight.net, 29 Dzulhijjah 1429]
Artikel www.muslim.or.id
[1] “’Ayyash, Walid dan Salamah” Radhiyallahu’anhum adalah para sahabat yang
ditawan oleh kaum musyrikin di Makkah ketika mereka masuk Islam. Dan kaum
musyrikin menghalangi mereka untuk ikut hijrah. Dan mereka berjanji untuk
memberontak untuk membebaskan diri dari kaum musyirikin. Maka Rasulullah
Shallallahu’alaihi Wasallam mendoakan mereka. Sabda beliau “Tolonglah kaum
mu’minin yang lemah”, yang dimaksud adalah kaum muslimin yang ditawan oleh orang
kuffar sehingga tidak bisa mengikuti Hijrah. Orang kuffar menganiaya dan menyiksa
mereka. Sabda beliau “Ya, Allah sempitkanlah jalan-Mu atas orang-orang yang
durhaka”, makna Al Wathoah adalah jalan setapak. Orang yang melewati jalan setapak
yang sempit dan terjal dengan kaki telanjang dan biasanya adalah orang yang telah
berada dalam kesengsaraan dan kehinaan yang mendalam. Maka maksudnya disini: ‘Ya
Allah, jadikanlah bagi mereka kesengsaraan dan adzab yang pedih’. Kemudian sabda
beliau: “jadikanlah tahun-tahun yang mereka lewati seperti tahun-tahun yang dilewati
Yusuf” seolah-olah mengisyaratkan firman Allah Ta’ala pada surat Yusuf, yang artinya:
“Kemudian sesudah itu akan datang 7 tahun yang sulit” [Yusuf: 47]. Karena pada saat itu
kaum Yusuf melewati 7 tahun dalam kekeringan dan kekurangan bahan makanan. Maka
maksudnya di sini adalah permohonan untuk dijadikan kekeringan yang dahsyat bagi
mereka. [Lihat Al Minhal Al ‘Azb Al Maurud 82/8]
[2] Maksudnya “Aku bertanya apakah kalian melihat Walid bin Walid dan rombongannya
telah datang dari Madinah dan telah diberi kemenangan oleh Allah dari musuh-musuh
mereka?” (Lihat Al Minhal Al ‘Azb Al Maurud 82/8)
[3] Salah satu tulisan Imam Al Bukhari [Lihat Hadyu As Saari hal. 516]
[4] Masalah ini adalah perkara khilafiyah ijtihadiyyah diantara para ulama, pent.
Sahabat muslim, yuk berdakwah bersama kami. Untuk informasi lebih lanjut silakan klik
disini. Jazakallahu khaira
Baca selengkapnya https://muslim.or.id/3763-mengkaji-qunut-nazilah.html
Definisi "Qunut":
Sebelum kita bincangkan dengan lebih lanjut, ada baiknya kita mengetahui
Dari segi bahasa, "Qunut" mempunyai banyak makna. Antaranya ialah taat
al-Lughah 656).
syariat ialah satu nama bagi doa yang dibaca di dalam solat pada tempat
ialah satu istilah yang diberikan kepada doa yang sesuai dengan sesuatu
Definisi"Nazilah":
Kita telah mengetahui makna "qunut" secara ringkas, apa pula yang
Dari segi bahasa, "nazilah" ialah suatu keadaan yang gawat, mencemaskan
dan terdesak.
atas umat Islam seperti adanya musuh, ketakutan, musim kemarau, wabak
doa qunut nazilah ini, didapati ianya terbahagi kepada dua bahagian:
Dalam tulisan yang ringkas ini, hanya akan menyebut beberapa contoh
penting daripada hadis-hadis tersebut.
Salamah bin Hisham, 'Iyash bin Abi Rabia'h dan semua golongan yang
tertindas dari kaum mukminin. Wahai Allah, hancur dan musnahkanlah kaum
yang sengsara seperti yang berlaku pada zaman nabi Yusuf" . (Riwayat
Di dalam riwayat Imam Muslim (no. terdapat tambahan doa seperti berikut:
"Ya Allah, laknatilah kabilah Lihyan, Ri'l, Zakwan dan 'Usaiyah yang
masih tinggal di Mekah. Selepas masuk Islam, mereka itu diseksa dan
diazab oleh kafir Quraish. Dengan keberkatan doa Rasulullah saw, mereka
rakaat terakhir dalam solat Zohor, 'Isya', dan Subuh, selepas beliau
Muslim (676).
orang lain mencontohi cara solat beliau. Ini kerana cara solat beliau
· - Muhammad bin Sirin berkata: Anas bin Malik pernah ditanya: Adakah
Nabi saw membaca doa qunut dalam solat Subuh? Jawab Anas: Ya. Ditanya
lagi: Adakah baginda berqunut sebelum atau selepas rukuk? Anas menjawab:
maksudnya ialah dalam kadar masa yang sekejap sahaja seperti tempoh
· - Anas bin Malik menceritakan bahawa Rasulullah saw membaca doa qunut
riwayat lain daripada Anas juga, dinyatakan bahawa baginda saw berdoa ke
atas Bani Ri'l, Zakwan, dan baginda berkata 'Usaiyah telah menderhaki
· - Dalam riwayat lain, Anas bin Malik menceritakan bahawa Nabi saw
(yang alim dan mahir dalam bacaan al-Quran). Kumpulan para qurra' ini
Zakwan. Apabila rombongan tersebut sampai kepada kabilah Ri'l dan Zakwan
Mau'nah), kabilah tersebut berkata: Demi Allah, bukan kamu semua yang
tersebut telah menipu dan khianat kepada Rasulullah saw. Mereka telah
membunuh semua 70 orang para qurra' tersebut. Apabila berita ini sampai
kepada Nabi saw, baginda amat sedih. Lalu, baginda berdoa (laknat) ke
inilah permulaannya doa qunut. (Rujuk kisah ini dalam Sahih al-Bukhari
(4088).
- 'Asim al-Ahwal berkata: Aku bertanya kepada Anas bin Malik tentang doa
yang engkau pernah menyatakan qunut dibaca selepas rukuk. Anas berkata:
Tidak benar, sesungguhnya Nabi saw membaca doa qunut selepas rukuk
· - Ibn 'Abbas berkata bahawa Rasulullah saw membaca doa qunut selama
atas kabilah-kabilah dari Bani Sulaim, dan orang yang dibelakang baginda
berkata: Ini adalah permulaan doa qunut. (Riwayat Ahmad 1/301), Abu Daud
· - Salim menceritakan daripada Ibn Umar yang beliau mendengar Nabi saw
al-Sya'tha' katanya: "Aku bertanya Ibn Umar tentang doa qunut di dalam
solat Subuh, beliau berkata: Aku tidak rasakan ada seorang pun yang
sahih (379).
Maksud hadis ini bahawa Ibn Umar tidak membaca doa qunut di dalam
yang menyebut beliau membaca doa qunut di dalam solat witir dan sebagainya.
Bakar, Umar dan Uthman (di Madinah) dan dibelakang Ali di Kufah lebih
kurang selama lima tahun. Adakah mereka semua membaca qunut dalam solat
Subuh? Jawab ayahku: "Wahai anakku, itu adalah perkara baru dalam agama".
"Perkara baru dalam agama" yang dimaksudkan dalam hadis ini ialah
melazimkan membaca doa qunut dalam solat Subuh dengan satu doa yang
bahawa Rasulullah saw dan para khalifah tidak melazimkan membaca doa
Salah satu riwayat yang tidak sahih, tetapi popular dan sering digunakan
Anas, dan al-Rabi' meriwayatkan daripada Anas bin Malik, katanya: "
Rasulullah s.a.w berterusan membaca doa qunut pada waktu Subuh sehingga
Dalam satu riwayat lain disebutkan: "Sesungguhnya Nabi s.a.w membaca doa
Manakala dalam solat Subuh, baginda terus membaca doa qunut sehinggalah
baginda wafat".
Hadis ini daif disebabkan kecacatan yang ada pada perawinya iaitu Abu
Ja'far al-Razi. Beliau ialah Isa bin Mahan. Ramai ulamak hadis telah
memberikan komentar tentang dirinya dan menilainya sebagai seorang yang
daif di sisi ulamak hadis. Antaranya ialah Imam Ahmad, Ibn al-Turkimani,
Jumhur ulamak bersepakat bahawa tidak wajib membaca qunut nazilah, dan
ulamak bahawa qunut ini (nazilah) tidak wajib, tetapi afdhal untuk imam
membacanya).
Para fuqaha' berbeza pendapat tentang hukum membaca qunut nazilah ketika
Pendapat yang lebih tepat (rajih) ialah pendapat para ulamak dari mazhab
Hanafi, Syafie dan Hanbali iaitu disyariatkan untuk membaca doa qunut
ketika berlakunya musibah. Pendapat ini berdasarkan dalil-dalil yang
Menurut pendapat majoriti ulamak, tidak ada doa khusus tertentu yang
perlu dibaca di dalam doa qunut nazilah. Jadi, doa yang dibaca ialah apa
Oleh itu, dalam suasana musibah yang menimpa umat Islam di Palestin ini,
kita boleh berdoa semoga Allah membantu dan memberikan kemenangan kepada
Para ulamak berbeza pendapat di dalam hal ini. Menurut pendapat yang
rajih, doa qunut nazilah boleh dibaca di dalam semua solat fardhu.
Pendapat inilah dipegang oleh para ulamak mazhab Syafie, pandangan yang
Sebagai contoh, hadis riwayat Ibn Abbas: Ibn 'Abbas berkata bahawa
solat Zohor, Asar, Maghrib, 'Isya' dan Subuh di penghujung setiap solat…
Jadi, doa qunut nazilah ini boleh dibaca pada rakaat terakhir dalam
semua solat fardhu. Pendapat ini jugalah yang dipegang oleh Ibn
Pertama: Pendapat ulamak Mazhab Maliki dan Hanbali: Tidak ada bacaan doa
Kedua: Pendapat ulamak mazhab Syafie: Boleh membaca qunut nazilah dalam
Pendapat yang tepat (rajih) -Allah yang lebih mengetahui- ialah pendapat
yang pertama. Ini kerana tidak terdapat hadis sahih mahupun daif yang
menyebut bahawa Rasulullah saw membaca doa qunut di dalam solat selain
baginda hanya membaca qunut nazilah dalam solat fardhu. Doa qunut
merupakan ibadah khusus yang dibaca pada waktu yang khusus. Maka
pendapat yang menyatakan bahawa ia boleh dibaca dalam solat selain solat
dari kalangan ulamak mazhab Hanafi dan Maliki: Qunut dibaca selepas
daripada rukuk.
Rasulullah saw membaca doa qunut dalam solat subuh? Jawab Anas: Ya,
antaranya ialah Ibn al-Munzir, Ibn Hazm, al-Azim Abadi dan selain
Pendapat kedua: Pendapat yang masyhur mazhab Maliki dan satu pendapat
dengan Uthman bin Affan, berdasarkan hadis riwayat Anas bin Malik (yang
Pendapat ketiga: Salah satu pendapat mazhab Maliki dan Hanbali: Boleh
bacaan qunut dalam solat subuh. Jawabnya: "Kami membaca qunut sebelum
Pendapat yang tepat -Allah lebih mengetahui- ialah pendapat ketiga. Imam
boleh memilih sama ada untuk membacanya sebelum atau selepas rukuk.
Pendapat ini juga berdasarkan amalan sebahagian sahabat seperti Umar dan
Uthman. Pendapat inilah yang dipilih oleh al-Bukhari, Ibn Hajar, Syeikh
Adakah imam membaca Qunut Nazilah dengan suara yang kuat (jahar) atau
perlahan (sir)?
pendapat yang tepat) iaitu imam perlu membaca doa qunut ini secara perlahan.
"Berdoalah kepada Tuhan kamu dengan merendah diri dan (dengan suara)
perlahan-lahan."
Kedua: Pendapat para ulamak dari mazhab Syafie (pendapat yang masyhur),
mazhab Hanbali dan satu pendapat dari mazhab Hanafi iaitu qunut dibaca
membaca doa qunut dengan suara yang kuat (seperti hadis-hadis yang telah
Pendapat yang lebih tepat -Allah yang lebih mengetahui- ialah pendapat
kedua iaitu disunatkan imam untuk membaca qunut nazilah dengan suara
Terdapat juga hadis Ibn Abbas yang menunjukkan bahawa para makmum yang
dibelakang baginda mengaminkan doa qunut tersebut. Dan hal ini berlaku
hanya jika imam membacanya secara kuat.
boleh membaca qunut nazilah kecuali hanya pemimpin utama umat Islam di
Pendapat kedua: Pendapat mazhab Hanafi, Maliki, Syafie dan satu riwayat
dari mazhab Hanbali: Doa qunut ini boleh dibaca oleh semua imam yang
dipilih oleh Syeikh al-Islam Ibn Taimiyah dan satu pendapat daripada
Syeikh Ibn 'Uthaimin: Setiap orang yang menunaikan solat fardhu boleh
membaca doa qunut ini, sama ada imam, makmum atau pun yang solat
Ibn 'Uthaimin: Doa qunut ini adalah khas dengan izin pemimpin, jika
Pendapat yang rajih -Allah lebih mengetahui- ialah pendapat yang ketiga
(satu pendapat dari Imam Ahmad dan yang dipilih oleh Syeikh al-Islam)
iaitu doa qunut boleh dibaca oleh semua orang yang sembahyang; imam,
"Solatlah kamu seperti mana kamu melihat aku solat". Hadis ini secara
disyariatkan untuk semua kaum muslimin secara umum. Tidak ada pula dalil
lain yang mengkhususkan bahawa qunut nazilah ini hanya boleh dibaca oleh
Malah terdapat riwayat lain yang menunjukkan beberapa orang sahabat yang
turut membaca qunut ini sedangkan mereka bukanlah pemimpin utama umat
Islam ketika itu. Antaranya ialah Abu Hurairah, Anas, Ibn Abbas,
Qunut Nazilah?
Jawapannya: Wanita yang solat fardhu dirumah boleh membaca doa qunut
nazilah. Ini berdasarkan dalil-dalil yang umum daripada al-Quran dan
(orang-orang ang ingkar) itu, (kerana urusan mereka tertentu bagi Allah)".
hendak berjaya bagi satu kaum yang telah sanggup bertindak sebegini
kepada nabi mereka. Baginda berdoa ke atas mereka itu. Maka turunlah
ayat ini. Ini ialah pendapat Ibn Abbas, al-Hasan dan Qatadah.
3) 70 orang sahabat dari ahli suffah pergi kepada dua kabilah daripada
bani Sulaim iaitu 'Usaiyah dan zakwan. Lalu mereka semua dibunuh. Maka
Nabi saw pun mendoakan ke atas kabilah tersebut selam empat puluh hari.
Lalu turunlah ayat ini. Ini adalah pendapat Muqatil bin Sulaiman.
(bermaksud):
hukum-hukum yang Kami turunkan kepadamu; dan urusan Kami menghitung dan
Dia lah jua Yang lebih mengetahui akan orang-orang Yang (ada persediaan
solat Subuh. Mereka berhujah dengan hadis Ibn Umar yang beliau mendengar
Nabi saw menyebut dalam solat Subuh, selepas mengangkat kepala daripada
Allah menurunkan ayat ini (ali imran: 128). Hadis ini telah diriwayat
Namun, ini bukanlah bermaksud telah berlakunya mansukh. Tetapi Allah swt
Maka, pendapat yang lebih tepat (rajih) ialah digalakkan untuk membaca
menyatakan bahawa qunut nazilah telah dimansuhkan dengan ayat ini adalah
Dibolehkan mendoakan laknat ke atas orang kafir dalam qunut nazilah dan
menyatakan golongan tertentu di dalam doa sama ada doa kebaikan atau pun
doa laknat ke atas mereka. Pendapat ini dipilih oleh kebanyakkan para
ulamak, antaranya ialah Imam Malik, Imam Ahmad, Ibn Hibban, Ibn Battal,
Ibn Qudamah, Syeikh al-Islam Ibn Taimiyah, Ibn al-Qayyim, al-Nawawi, Ibn
Telah thabit daripada sebahagian sahabat seperti Umar dan Abu Hurairah
yang mendoakan laknat ke atas orang kafir. (seperti hadis yang telah
Al-Hafiz Ibn Hajar juga membahaskan perkara ini di dalam Fath al-Bari,
tersebut, boleh berdoa laknat ke atas kaum musyrikin dan hukum ini tidak
mansuh. Ada pun yang dilarang ialah doa ke atas orang kafir yang ada
Islam….(Rujuk: Ibn Hajar, Fath al-Bari, Kitab al-Da'wat, Bab al-Dua' lil
musyrikin, 11/234).
Oleh itu, dalam hal mendoakan laknat ke atas golongan kafir ini, boleh
Pertama: Orang kafir yang memerangi orang Islam; maka dibolehkan untuk
para ulamak.
Kedua: Orang kafir yang menghormati agama Islam, tidak memerangi orang
Islam dan dilihat ada harapan untuk melembutkan hati mereka supaya
menerima Islam; maka tidak boleh untuk mendoakan laknat ke atas mereka.
Inilah kesimpulan daripada gabungan dan penyelerasan di antara dalil-dalil yang berkaitan
perkara ini.
Para ulamak berbeza pendapat dalam perkara ini. Menurut pendapat Syeikh
Menurut beliau, di antara pengajaran ayat ini ialah orang kafir layak
untuk mendapat laknat Allah dan ianya suatu yang pasti. Berdasarkan ayat
laknat ke atas orang kafir secara khusus. Tetapi tidak ada dalil tentang
perkara ini. Ini kerana ayat di atas menyebut laknat ke atas orang kafir
secara umum dan ia pula adalah suatu pernyataan daripada Allah swt.
Antara bukti yang menunjukkan bahawa tidak boleh untuk mendoakan laknat
ke atas seseorang kafir secara khusus ialah Nabi saw pernah mendoakan
laknat ke atas si fulan dan si fulan yang terdiri daripada pemimpin
orang kafir. Lalu Allah melarang perbuatan baginda. Ini kerana, jika
seseorang kafir itu masih hidup, kemungkinan dia akan mendapat hidayah
Allah. Sekiranya dia telah mati, maka Nabi saw pernah bersabda
al-Bukhari)
secara khusus kepada individu tertentu. Ini kerana doa secara khusus ke
saw:
Jika kita perhatikan ayat ini sebaik mungkin, maka tidak terdapat
larangan secara jelas. Tetapi ianya menunjukkan suatu adab yang tinggi
dan manhaj yang kental dalam berhadapan dengan situasi kekalahan dan
umat Islam berhadapan dengan situasi yang getir dalam peperangan Uhud.
Suasana ini sangat memberi kesan yang pedih kepada pejuang Islam ketika
itu. Lalu, dalam keadaan itu, Rasulullah saw berdoa keburukan ke atas
dalam peperangan itu disebabkan golongan musuh yang didoakan laknat itu,
ayat tersebut.
Seakan-akan Allah ingin menyatakan bahawa tidak ada manfaat jika kamu
Dari sudut yang lain, kita perlu faham bahawa dalam menghadapi serangan
musuh, tidak cukup sekadar berdoa dan mengutuk mereka sahaja. Tetapi,
Semangat jihad perlu ditiupkan sentiasa dalam jiwa sanubari umat ini.
Para generasi agung salaf al-soleh adalah golongan yang soleh dan
semestinya ketaqwaan mereka jauh lebih mulia dari kita. Mereka yang
telah dijamin mendapat keredhaan Allah ini juga tidak hanya duduk di
generasi seterusnya.
Marilah kita hulurkan bantuan kita kepada para pejuang yang ikhlas
peluru dihambur, tetapi semangat juang mereka tidak pernah luntur. Malah
semakin banyak strategi yang disusun atur. Ramai musuh durjana yang
gugur tersungkur. Oleh itu, sokongan dan bantuan kita juga mesti
dihulur. Jangan mudah mengalah dan berasa lemah. Membaca qunut nazilah
Wallahu'alam
4 comments:
Azzikraa berkata...
“Sesungguhnya Nabi shallallahu alaihi wasalam melakukan qunut selama satu bulan, melakukan
doa untuk para sahabat beliau di Bi’r Ma’unah, lalu beliau meninggalkannya, akan tetapi qunut
waktu shubuh, maka beliau masih melakukan hingga wafat”
Hadits ini berada dalam Syarh Al Kabir (1/151).Hadits diriwayatkan Ad Daruquthni (2/39). Ahmad
dalam Musnad (3/162), Hafidz Abu Bakar Khatib, dalam At Tahqiq Ibnu Al Jauzi (1/463), Al
Baihaqi dalam Sunan Kubra (2/201).
Hafidz Ibnu Shalah:”Hadits ini telah dihukumi shahih oleh lebih dari seorang huffadz hadits,
diantaranya: Abu Abdullah bin Ali Al Balkhi, dari para imam hadits, Abu Abdullah Al Hakim, dan
Abu Bakar Al Baihaqi. (Lihat, Badr Al Munir, 3/624).
Azzikraa berkata...
Al Hafidz Imam Nawawi mengatakan:”Hadits ini diriwayatkan oleh jama’ah huffadz dan mereka
menshahihkannya”. Lalu menyebutkan para ulama yang disebutkan Ibnu Shalah, dan
mengatakan,”Dan diriwayatkan Daruquthni melalaui beberapa jalan dengan sanad shahih (Al
Khulashah, 1/450-451).
Al Qurthubi dalam Mafham :”Yang kuat diperintahkan oleh Rasulullah shalallhualaihi wasalam
dalam qunut, diriwayatkan Daruquthni dengan isnad shahih, lalu beliau menyebut hadits itu”
(Badr Al Munir, 3/624).
Hafidz Al Hazimi dalam Nashih wa Mansukh:”Hadits ini shahih, dan Abu Jakfar tsiqah” (Al I’tibar,
255).
Hafidz Ibnu Hajar Al Asqalani : Setelah menyebutkan penilaian para ulama terhadap Abu Jakfar,
beliau mengatakan, “haditsnya memiliki syahid (penguat)” lalu menyebutkan hadits qunut
shubuh yang diriwayatkan dari Al Hasan bin Sufyan. Ini menunjukkan bahwa beliau menilai
hadits ini hasan (Talhis Khabir, 1/443). Penulis Ithaf fi Takhrij Ahadits Al ishraf menyatakan :”Ibnu
Hajar menghasankan dalam Talhisnya”.
Azzikraa berkata...
Perawi yang Disoroti dalam Hadts ini adalah Abu Jakfar Ar Razi
Bicara mengenai Abu Jakfar Ar Razi. Pendapat Imam Ahmad tentang Abu Jakfar, ada dua riwayat.
Pertama. Diriwayatkan Hanbal dari Ahmad bin Hanmbal:”Shalih hadits” (haditsnya layak). Kedua,
dari Abdullah, anaknya:”Laisa bi qawi (tidak kuat). Al Hazimi dalam Nashih wa Manshuh
mengatakan: “Riwayat pertama lebih utama (Al I’tibar, 256).
Adapun penilaian Yahya bin Ma’in, ada beberapa riwayat:1, dari Isa bin Manshur, “Tsiqah”. 2,
dari Ibnu Abi Maryam , “hadistnya ditulis, tapi ia sering salah”. 3, diriwayatkan Ibnu Abi
Khaitsamah,”shalih”. 4, diriwayatkan oleh Mughirah,”tsiqah” dan ia salah ketika meriwayatkan
dari Mughirah. Daruquthni mengatakan:”Dan hadits ini tidak diriwayatkan dari Mughirah”. 5,
diriwayatkan As Saji “Shoduq wa laisa bimuttaqin, ( hafalanya tidak terlalu tepat)” Nampaknya
karena periwayatan dari Yahya bin Ma’in lebih banyak ta’dilnya, maka-allahu’alam-para ulama
yang menshahihkan merajihkan riwayat ta’dil.
Ali bin Al Madini: Ada dua riwayat darinya tentang Abu Jakfar. Salah satu riwayat mengatakan,”Ia
seperti Musa bin Ubaidah, haditsnya bercampur, ketika meriwayatkan dari Mughirah dan yang
semisalnya. Dalam riwayat yang berasal dari anak Ibnu Al Madini, Muhammad bin Utsman bin
Ibnu Syaibah,”Bagi kami ia tsiqah”. Ibnu Al Mulaqqin mengatakan,”lebih utama riwayat dari
anaknya (anak Ibnu Al Madini).
Al Hafidz Ibnu Mulaqqin mengatakan: “Adapun Ibnu Al Jauzi hanya menukil riwayat yang
menjarh saja, dari Ahmad, Ibnu Al Madini Dan Yahya bin Ma’in untuk menolong madzhabya.
Orang munshif tidak akan berbuat sperti ini”.
Rujukan
Badr Al Munir :Ibnu Mulaqqin (guru Ibnu Hajar), Talhis Khabir (ringkasan Badr Al Munir): Ibnu
Hajar. Tharh Tasrib: Hafidz Al Iraqi, Ithaf fi Tahrij Ahadist Al Ishraf (Takhrij hadist kitab fiqih Maliki
“Al Ishraf”, dalam bimbingan Syeikh Al Muhadist Nur Syaif)
Assalam'alaikum ustadz, maaf kalau boleh minta referensi secara detailnya, kebetulan penelitian
saya juga mengenai qunut nazilah, kalau boleh minta referensi komplit dari kitab adzkar, riyadul
badi'ah, safinah sama fathul baari mengenai bab yang menjelaskan qunut di dalamnya,
terimakasih wassalamu'alaikum
Al-Hafidz ibn Hajar dalam kitabnya,Fath al-Bari, menukil penjelasan gurunya, Zainuddin al-Iraqi
menyatakan, bahwaqunutmempunyai banyak makna, lebih dari sepuluh makna, yaitu doa,
khusyu, ibadah, berdiam lama ketika menjalankannya, shalat, puasa, lama berpuasa dan
kontinuitas taat.. (Ibn Hajar,Fath al-Bari,).
Qunut Nazilahadalah doa pada saat ada peristiwa yang menimpa kaum Muslim, dengan tujuan
untuk menyingkirkan atau melenyapkan penganiayaan musuh, menyingkirkan bala (bencana),
dan sebagainya. Imam an-Nawawi, dalamSyarah Shahih Muslimmenyatakan,"Yang benar dan
paling masyhur adalah, bahwa kalau terjadi sesuatu seperti musuh, epidemi, kelaparan dan
bahaya yang nyata menimpa kaum Muslim, dan sejenisnya, maka mereka melakukan qunut pada
semua shalat wajib."(An-Nawawi,Syarah Shahih Muslim,)
()
"Nabi saw telah melakukan qunut selama sebulan untuk melaknat Rilan, Dzakwan dan Ushayyah
yang telah melakukan maksiat kepada Allah dan Rasul-Nya(HR. Muttafaq Alaih, redaksi Muslim)
()
"Nabi SAW ketika mengucapkan, Samia-Llahu liman hamidah pada rakaat terakhir shalat Isya,
maka baginda saw melakukan qunut (berdoa, yang artinya): Ya Allah, selamatkanlah Ayyasy bin
Abi Rabiah. Ya Allah selamatkanlah al-Walid bin al-Walid. Ya Allah, selamatkanlah Salamah bin
Hisyam. Ya Allah, selamatkanlah orang-orang Mukmin yang tertindas. Ya Allah, ambillah
kekuatan kabilah Mudhar dengan sekuat-kuatnya. Ya Allah, binasakanlah mereka selama
bertahun-tahun, sebagaimana tahun-tahun (kelaparan dan epidemi yang menimpa zaman) Nabi
Yusuf.."(HR. Bukhari)
Mereka adalah tokoh-tokoh penduduk Makkah yang telah memeluk Islam, kemudian diuji dan
disiksa oleh kaum Quraisy. Mereka kemudian selamat dengan berkah doa Nabi saw.
()
"Rasulullah saw telah melakukan qunut selama sebulan terus-menerus pada waktu shalat
Dhuhur, Ashar, Maghrib, Isya dan shalat Subuh di penghujung setiap shalat, ketika baginda saw.
mengucapkan, Samia-Llahu liman hamidah dari rakaat yang terakhir. Baginda saw melaknat
kampung Bani Sulaim, Rilin, Dzakwan, Ushayyah dan diamini oleh makmum di belakang baginda
saw."(HR. Ahmad, Abu Dawud, al-Hakim semuanya melalui jalur Tsabit bin Yazid, dari Hilal bin
Khabab, dari Ikrimah dari Ibn Abbas)
Berdasarkan hadits di atas, bisa ditarik kesimpulan, bahwa disunahkan melakukanqunut nazilah,
ketika terjadi peristiwa yang menimpa kaum Muslim. Ini diambil dari perbuatan Nabi saw, yang
kemudian diikuti oleh para sahabat, tabiin dan generasi setelah mereka. Ibn Taimiyyah
berkomentar,"Qunut disunahkan ketika terjadi peristiwa (yang menimpa kaum Muslim). Ini
merupakan pendapat fuqaha Ahli Hadits. Ini merupakan riwayat yang diperoleh dari para
Khulafa Rasyidin."(Ibn Taimiyyah,al-Majmu,XXIII/108)
Qunut nazilahini dilakukan pada rakaat akhir, sebagaimana yang dinyatakan secara nyata dalam
hadits Abu Hurairah, dalam kitabShahih al-Bukhari dan Muslim. Ibn Hajar mengomentari hadits
di atas, dalam kitabnya,Fath al-Bari,tentang Qunut,"Saya melihat, bahwa hikmah dijadikannya
qunut nazilah pada waktu Itidal, bukan waktu sujud, padahal sujud merupakan tempat
dikabulkannya doa saat sujud, adalah karena yang diminta dari qunut nazilah ini agar makmum
bisa berdoa bersama-sama imam, sekalipun dengan mengucapkan amin. Dengan begitu, para
ulama sepakat, bahwa qunut ini harus dikeraskan."
Qunut nazilahini boleh dikerjakan pada saat shalat lima waktu, dan lebih dikuatkan lagi pada
waktu Shalat Fajar. Ini ditunjukkan oleh Nabi saw yang telah melakukanqunut nazilahpada saat
shalat lima waktu. Dalam kitabShahih BukharidanMuslimtelah ditegaskan, bahwa Nabi saw.
telahqunut nazilahpada wkatu shalat Subuh, Dhuhur, Maghrib dan Isya. Sedangkanqunut
nazilahpada waktu shalat Ashar telah dinyatakan dalam riwayat Abu Dawud dan Ahmad.
Ibn Taimiyyah menyatakan,"Pada saat qunut nazilah diperintahkan untuk berdoa demi kebaikan
kaum Mukmin, dan melaknat kaum Kafir, baik pada saat shalat Fajar maupun yang lain. Demikian
pula Umar telah melakukan qunut, yang membuat kaum Nasrani lari karena doa beliau, yang
isinya:
Adapunqunut nazilahpada waktu shalat sunnah, hendaknya tidak dilakukan. Ini merupakan
pendapat mazhab Ahli Hadits, karena tidak adanya hadits yang menyatakan Nabi saw. pernah
melakukannya. Mengenaiqunut nazilahdi waktu shalat Jumat, para ulama juga berbeda
pendapat.
Ibn Taimiyyah dan Ibn al-Mundzir menyatakan, tidak bolehqunut nazilahdi waktu shalat Jumat.
Tetapi, cukup bagi khatib untuk mendoakan kaum Muslim dalam khutbahnya.
Disunahkan untuk tidak memperpanjang doa; tidak memberatkan jamaah, dan hendaknya
meniru tuntunan Nabi saw. Doa Nabi saw adalah kalimat yang pendek, sebagaimana yang
tampak pada hadits di atas. Juga diperkuat dengan penuturan Anas bin Malik, ketika
ditanya,"Apakah Rasulullah saw. melakukan qunut pada waktu shalat Subuh?" Dia menjawab,
"Benar, setelah melakukan ruku dengan bacaan yang pendek (ringan)."(HR Muslim)
Yang menjadi ukuran tentu bukan panjang atau pendeknya doa, tetapi ukurannya terletak pada
ketulusan doa, kebersihan hati dan kesucian ibadah orang yang berdoa kepada Allah SWT. Hanya
saja, kadang-kadang seseorang perlu memperpanjang sedikit doanya untuk menggetarkan
tuhannya, terutama ketika musibah dan bencana begitu dahsyat menimpa kaum Muslim, dengan
catatan tidak memberatkan kaum Muslim.
Doaqunut nazilahpun dibatasi hanya untuk peristiwa itu saja, tidak ditambah dengan doa-doa
lain. Ini sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah saw. Ibn Taimiyyah
menyatakan,"Hendaknya orang yang melakukan qunut berdoa ketika terjadi peristiwa dengan
doa yang relevan untuk peristiwa tersebut. Jika disebutkan nama kaum Mukmin yang didoakan,
dan nama orang Kafir yang memerangi mereka, itu lebih baik."(Ibn Taimiyyah,Majmu al-
Fatawa,XXII/271)
Tidak disyaratkanqunut nazilahtersebut dilakukan karena ada peristiwa yang terjadi di negeri
kaum Muslim, tetapi juga diperintahkan untuk melakukannya ketika peristiwa tersebut terjadi,
meski di luar negeri kaum Muslim, jika peristiwa itu menimpa mereka. Ini bisa diambil
dariqunutyang dilakukan oleh Rasul untuk mendoakan kaum Muslim yang teraniaya di Makkah,
sementara saat itu Makkah masih merupakanDar al-Kufur. [Hafidz Abdurrahman]