Anda di halaman 1dari 7

Sejarah adzan dan iqamah

Adzan mulai disyariatkan pada tahun


kedua Hijriah. Mulanya, pada suatu hari
Nabi Muhammad SAW mengumpulkan
para sahabat untuk memusyawarahkan
bagaimana cara memberitahu masuknya
waktu salat dam mengajak orang ramai
agar berkumpul ke masjid untuk
melakukan salat berjamaah. Di dalam
musyawarah itu ada beberapa usulan.
Ada yang mengusulkan supaya
dikibarkan bendera sebagai
tanda waktu salat telah masuk. Apabila
benderanya telah berkibar, hendaklah
orang yang melihatnya memberitahu
kepada umum. Ada juga yang
mengusulkan supaya
ditiup terompetseperti yang biasa
dilakukan oleh pemeluk agama Yahudi.
Ada lagi yang mengusulkan supaya
dibunyikan lonceng seperti yang biasa
dilakukan oleh orangNasrani. ada
seorang sahabat yang menyarankan
bahwa manakala waktu salat tiba, maka
segera dinyalakan api pada tempat yang
tinggi dimana orang-orang bisa dengan
mudah melihat ketempat itu, atau
setidak-tidaknya asapnya bisa dilihat
orang walaupun ia berada ditempat yang
jauh. Yang melihat api itu dinyalakan
hendaklah datang menghadiri salat
berjamaah. Semua usulan yang diajukan
itu ditolak oleh Nabi, tetapi beliau
menukar lafal itu denganassalatu
jamiah (marilah salat berjamaah).
(KYP3095) Lantas, ada usul dari Umar
bin Khattab jikalau ditunjuk seseorang
yang bertindak sebagai pemanggil kaum
Muslim untuk salat pada setiap
masuknya waktu salat. Kemudian saran
ini agaknya bisa diterima oleh semua
orang dan NabiMuhammad SAW juga
menyetujuinya.
Berdasarkan Hadist
Abu Dawud mengisahkan
bahwa Abdullah bin Zaid berkata sebagai
berikut: "Ketika cara memanggil kaum
muslimin untuk salat dimusyawarahkan,
suatu malam dalam tidurku aku
bermimpi. Aku melihat ada seseorang
sedang menenteng sebuah lonceng. Aku
dekati orang itu dan bertanya kepadanya
apakah ia ada maksud hendak menjual
lonceng itu. Jika memang begitu aku
memintanya untuk menjual kepadaku
saja. Orang tersebut malah bertanya,"
Untuk apa? Aku menjawabnya, "Bahwa
dengan membunyikan lonceng itu, kami
dapat memanggil kaum muslim untuk

menunaikan salat." Orang itu berkata


lagi, "Maukah kau kuajari cara yang lebih
baik?" Dan aku menjawab "Ya!" Lalu dia
berkata lagi dan kali ini dengan suara
yang amat lantang:
Allahu Akbar Allahu Akbar
Asyhadu alla ilaha illallah
Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah
Hayya 'alash sholah (2 kali)
Hayya 'alal falah (2 kali)
Allahu Akbar Allahu Akbar
La ilaha illallah
Ketika esoknya aku bangun, aku
menemui Nabi Muhammad.SAW, dan
menceritakan perihal mimpi itu
kepadanya, kemudian Nabi Muhammad.
SAW, berkata, "Itu mimpi yang
sebetulnya nyata. Berdirilah
disamping Bilal dan ajarilah dia
bagaimana mengucapkan kalimat itu.
Dia harus mengumandangkan adzan
seperti itu dan dia memiliki suara yang
amat lantang." Lalu akupun melakukan
hal itu bersama Bilal." Rupanya, mimpi
serupa dialami pula oleh Umar ia juga
menceritakannya kepada Nabi
Muhammad, SAW.
Sejarah Iqamah
Setelah lelaki yang membawa lonceng
itu melafalkan adzan, dia diam sejenak,
lalu berkata: "Kau katakan jika salat akan
didirikan:
Allahu Akbar, Allahu Akbar
Asyhadu alla ilaha illallah
Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah
Hayya 'alash sholah
Hayya 'alal falah
Qod qomatish sholah (2 kali), artinya
"Salat akan didirikan"
Allahu Akbar, Allahu Akbar
La ilaha illallah
Begitu subuh, aku mendatangi
Rasulullah SAW kemudian kuberitahu
beliau apa yang kumimpikan. Beliaupun
bersabda: "Sesungguhnya itu adalah
mimpi yang benar, insya Allah.
Bangkitlah bersama Bilal dan ajarkanlah
kepadanya apa yang kau mimpikan agar
diadzankannya (diserukannya), karena
sesungguhnya suaranya lebih lantang
darimu." Ia berkata: Maka aku bangkit
bersama Bilal, lalu aku ajarkan
kepadanya dan dia yang berazan. Ia
berkata: Hal tersebut terdengar oleh
Umar bin al-Khaththab ketika dia berada
di rumahnya. Kemudian dia keluar
dengan selendangnya yang menjuntai.
Dia berkata: "Demi Dzat yang telah
mengutusmu dengan benar, sungguh

aku telah memimpikan apa yang


dimimpikannya." Kemudian Rasulullah
SAW bersabda: "Maka bagi Allah-lah
segala puji."

Keajaiban Adzan
Ketahuilah bahwa pada setiap
waktu, ribuan bilal di merata dunia akan
melantunkan adzan, dimulai dengan
Indonesia yang terletak dibagian timur.
Saat tiba waktu Subuh, Adzan mulai
berkumandang dari kawasan ini dengan
ribuan Bilal yang akan melantunkan
Keagungan Allah Swt dan Nabi
Muhammad saw serta mengajak
manusia untuk meraih kemenangan
dengan shalat.
Proses ini akan bergerak kearah
Barat kepulauan Indonesia . Perbedaan
masa antara timur dan barat Indonesia
adalah 1-1/2 jam. Belum pun lantunan
Adzan di merata Indonesia selesai, maka
akan mulai pula di Malaysia. Berikutnya
di Burma dan dalam masa satu jam
selepas Adzan dilantunkan di Jakarta,
tiba giliran Dakka di Bangladesh.
Berikutnya lantunan akan kedengaran di
Calcutta dan terus ke Srinagar di Barat
India.
Perbedaan waktu dikota-kota
Pakistan adalah 40 menit jadi dalam
jangka masa ini, Adzan akan
berkumandang diseluruh Pakistan
Belum berakhir di Pakistan, Adzan akan
bermula pula di Afghanistan dan Muscat.
Perbedaan waktu antara Muscat dan
Baghdad adalah satu jam. Dalam jangka
masa ini, Adzan akan berterusan
dilantunkan di Uni Emirat Arab, Makkah,
Madinah, Yaman, Kuwait dan Irak .
Proses ini terus berlangsung
setiap detik sehingga ke pantai timur
Atlantik. Jarak antara Adzan mulai
dilantunkan di Indonesia sehingga ke
pantai timur Atlantik adalah 9-1/2 jam.
Belumpun Azdan Subuh berkumandang
di pantai Timur Atlantik, Adzan Zuhur
kini sudah mulai dilantunkan di
Indonesia. Ini berlangsung terus
menerus bagi setiap waktu sholat, tidak
putus-putus.

Adab Adzan bagi pendengar


a. Menjawab Adzan
Dianjurkan kepada setiap orang yang
mendengar adzan, untuk mengikuti apa
yang dikatakan muadzin, Rasulullah saw
bersabda Jika kalian mendengarkan

adzan, maka ucapkanlah seperti apa


yang diucapkan oleh muadzin (HR
Bukhari no 611, diriwayatkan dari Abu
Said ra), terkecuali saat muadzin
mengucapkan Hayya ala as-Shalah dan
Hayya alal-falah, maka jawabannya
ialah dengan mengucapkan La haula
wala quwwata illa billah. Diriwayatkan
bahwa Rasulullah saw saat mendengar
muadzin mengumandangkan adzan dia
mengucapkan seperti apa yang
diucapkannya, sehingga ketika muadzin
mengucapkan Hayya ala as-Shalah dan
Hayya alal-falah dia membaca La haula
wala quwatta illa billah (HR Bukhari no
613, diriwayatkan dari Muawiyah ra).
Adapun jawaban untuk Ash-shalatu
khairun minan-naum pada saat adzan
subuh, maka jawabannya adalah seperti
itu juga, karena Rasul bersabda Jika
kalian mendengarkan muadzin
mengucapkan Ash-shalatu khairun
minan-naum, maka ucapkanlah seperti
apa yang dia ucapkan (Musnad Imam
Ahmad, 3/348)
Dan bila muazin mengucapkan
"Ashshalatu khairum minan naum"
dalam azan Subuh, disunnahkan
menjawabnya dengan lafazh "Shadaqta
wa bararta wa ana 'ala dzalika minasy
syahidin" yang artinya "Benarlah engkau
dan baguslah ucapanmu dan saya
termasuk orang-orang yang
menyaksikan kebenaran itu".
b. Mengucapkan wa ana saat
muadzin mengumandangkan
syahadatain
Diriwayatkan bahwa Rasul saw jika
mendengar muadzin mengucapkan
Asyhadu alla ilaha illallah dan Asyhadu
anna Muhammadan Rasulullah dia
mengucapkan wa ana, wa ana (Sunan
Abu Dawud, Hakim dan lainnya dari
Aisyah ra), yang artinya saya juga
c. Membaca Shalawat untuk Nab
Muhammad saw
Rasulullah saw bersabda Jika kalian
mendengar muadzin mengumandangkan
adzan, maka ucapkanlah seperti apa
yang dia ucapkan kemudian bacalah
shalawat untukku (HR Muslim no 384
dari Abdullah bin Amr ra).
d. Berdoa setelah adzan

Membaca doa setelah adzan, serperti


yang disebutkan dalam hadits, Barang
siapa yang setelah adzan membaca :
( Allahumma rabba hadzihid-dawatittammah, was-shalatil-qa-imah, ati
Muhammadanil-wasilata wal-fadhilah,
wabatshu maqamam-mahmudanil ladzi
waadtah : Ya Allah, pemilik seruan yang
sempurna ini dan shalat yang wajib
didirikan, berilah Nabi Muhammad alwashilah (derajat di surga) dan
keutamaan, dan bangkitkan dia sehingga
bisa menempati tempat yang terpuji
yang telah Engkau janjikan),maka dia
berhak untuk mendapatkan syafaatku
pada Hari Kiamat (HR Bukhari no 614,
dari Saad bin Abi Waqash ra).
Setelah itu membaca doa yang
disebutkan dalam hadits Barang siapa
yang ketika mendengarkan adzan dia
membaca : Wa ana asyhadu alla ilaha
illallah wahdahu la syarikalah, wa
asyhadu anna Muhammadan abduhu
warasuluhu, radhitu billahi rabba, wabi
Muhammadin rasula, wa bil-Islami dina :
Aku bersaksi bahwa Tiada Tuhan selain
Allah yang maha Tunggal yang tidak
mempunyai sekutu, dan aku bersaksi
bahwa Nabi Muhammad saw hamba dan
utusanNya, aku rela Allah swt sebagai
Tuhanku, Nabi Muhammad sebagai
rasulku dan Islam sebagai agamaku,
maka dosanya diampuni (HR Muslim no
386, dari Saad bin Abi Waqash ra).
e.Berdoa diantara Adzan dan
Iqamah
Rasulullah saw bersabda Doa diantara
adzan dan iqamah tidak akan ditolak
(Musnad Imam Ahmad, Sunan Abu
Dawud, Sunan Tirmidzi). Hendaklah
setiap muslim selalu memanfaatkan
kesempatan-kesempatan yang berharga
saat doa tidak akan ditolak.
f. Tidak meninggalkan masjid
setelah adzan
Hendaklah orang-orang yang berada di
dalam masjid tidak meninggalkan masjid
setelah adzan dikumandangkan, kecuali
untuk urusan yang penting sekali.
Diriwayatkan Abu Hurairah saat melihat
seseorang meninggalkan masjid setelah
adzan berkumandang, dia berkata
orang ini telah bermaksiat kepada Nabi

Muhammad saw (HR Muslim no 655,


dari Abu Hurairah ra).
h. Tidak berbicara

Kematian itu pasti menjelma. Hanya


masa dan waktunya yang tidak kita
ketahui. Coba kita amati. Mengapa
kebanyakan orang yg nazak, hampir
ajal tidak dapat berkata apa-apa..
lidahnya kelu, keras dan hanya
mimik
mukanya yang menahan kesakitan
sakaratul maut Diriwayatkan
sebuah hadis yg bermaksud:
Hendaklah
kamu mendiamkan diri ketika azan,
jika tidak Allah akan kelukan lidahnya
ketika maut menghampirinya. Ini
jelas menunjukkan, kita disarankan
agar mendiamkan diri, jangan
berkata apa-apa pun semasa azan
berkumandang. Sebagai orang
beragama Islam kita wajib
menghormati azan. Banyak
fadhilatnya. Jika lagu
kebangsaan kita diajar agar berdiri
tegak dan diamkan diri.
Bab Ke-1: Permulaan Azan dan
Firman Allah Azza Wa Jalla, "Apabila
kamu menyeru (mereka) untuk
(mengerjakan) shalat, mereka
menjadikannya buah ejekan dan
permainan. Yang demikian itu
adalah karena mereka benar-benar
kaum yang tidak mau
mempergunakan akal." (alMaa'idah: 59) Dan Firman Allah,
"Apabila mereka diseru untuk
menunaikan shalat pada hari
jumat."(al-Jumu'ah: 9)
335. Ibnu Umar berkata, "Ketika kaum
muslimin datang di Madinah, mereka
berkumpul. Lalu, mereka menentukan
waktu shalat, sedang belum ada
panggilan untuk shalat (azan). Pada
suatu hari mereka memperbincangkan
hal itu. Sebagian dari mereka berkata,
'Ambillah lonceng seperti lonceng
(gereja) orang-orang Kristen.' Sebagian
mereka berkata, 'Bahkan, terompet saja
seperti terompet orang-orang Yahudi.'
Umar berkata, 'Apakah kalian tidak
mengutus seorang laki-laki yang
memanggil untuk shalat? Rasulullah saw.
bersabda, 'Hai Bilal, berdirilah, panggilah
(azanlah) untuk shalat!'"

Bab Ke-2: Azan Dua Kali-Dua Kali


336. Anas bin Malik berkata, "Pada
waktu orang-orang sudah banyak", ia
mengatakan selanjutnya, "Mereka
mengusulkan supaya mengetahui waktu
shalat telah tiba, dengan suatu tanda
yang mereka kenal. Ada yang
mengusulkan dengan menyalakan api
atau membunyikan lonceng. (Mereka
menyebut-nyebut orang Yahudi dan
orang-orang Nasrani). Maka, Bilal
disuruh untuk menggenapkan (dua kalidua kali) azan dan menggasalkan (satu
kali-satu kali) iqamah, kecuali lafal-lafal
iqamat, "Qad qaamatish shalaah."
Bab Ke-3: Iqamah Itu Diucapkan
Satu Kali Kecuali Ucapan "Qad
Qaamatish Shalaah"
(Saya berkata, "Dalam bab ini Imam
Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya
sebagian hadits Anas di muka.")
Bab Ke-4: Keutamaan Mengerjakan
Azan
337. Abu Hurairah mengatakan bahwa
Rasulullah bersabda, "Apabila
dikumandangkan panggilan shalat
(azan), maka setan membelakangi
sambil kentut sehingga tidak mendengar
azan. Apabila azan itu telah selesai,
maka ia datang lagi. Sehingga, apabila
diiqamati untuk shalat, maka ia
membelakangi lagi. Apabila iqamah itu
telah selesai, maka ia datang. Sehingga,
ia melintaskan pikiran antara seseorang
dan dirinya (dan dalam satu riwayat: dan
hatinya 4/94). Ia berkata, 'Ingatlah ini,
ingatlah ini!' Yaitu, ia mengingatkan
kepada orang itu sesuatu yang tidak
diingatnya (lalu dikacaukan pikirannya
2/67). Sehingga, orang itu tidak
mengetahui berapa rakaat ia shalat.
(dalam satu riwayat: Tidak mengetahui,
apakah telah mendapat tiga rakaat atau
empat rakaat)." Maka, apabila seseorang
dari kamu tidak mengetahui apakah ia
telah shalat tiga rakaat ataukah empat
rakaat, maka hendaklah ia sujud dua kali
(dalam satu riwayat: dua kali sujud
sahwi) sambil duduk (2/67).
Bab Ke-5: Mengeraskan Suara pada
Waktu Azan
Umar bin Abdul Aziz berkata (kepada
orang yang azan), "Kumandangkanlah
azan dengan jelas dan terang. Kalau
tidak, hendaklah engkau diganti.'"[1]
338. Dari Abdullah bin Abdur Rahman
bin Abi Sha'sha'ah al Anshari kemudian
al-Mazini bahwa Abu Sa'id al-Khudri
berkata kepadanya, "Kulihat Anda

menyukai kambing dan dusun kecilmu.


Karena itu, apabila Anda sedang berada
di dekat kambing-kambingmu atau di
dusunmu, dan Anda hendak azan buat
shalat, maka keraskanlah suara azanmu
itu. Karena, barangsiapa yang
mendengar gema suara azan, baik jin
maupun manusia atau lain-lainnya,
melainkan semuanya akan menjadi saksi
baginya pada hari kiamat nanti.
Begitulah kudengar dari Rasulullah."
Bab Ke- 6: Berhenti Perang Sewaktu
Mendengar Azan
(Saya berkata, "Dalam bab ini Imam
Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya
sebagian hadits Anas yang akan disebut
kan pada "'55-AL-WASHAYA/26- BAB'.")
Bab Ke-7: Apa yang Diucapkan
Seseorang Ketika Mendengar Suara
Orang Azan
339 Abu Sa'id al-Khudri mengatakan
bahwa Rasulullah bersabda, "Apabila
kamu mendengar azan, maka
ucapkanlah seperti apa yang diucapkan
muadzin (orang yang
mengumandangkan azan) itu."
Bab Ke-8: Berdoa Ketika Selesai
Azan
340. Jabir bin Abdullah r.a. mengatakan
bahwa Rasulullah bersabda, "Barang
siapa yang ketika mendengar azan
mengucapkan:
'Allahumma rabba haadzihid da' watit
taammati washshalaatil qaaimati aati
muhammadanil wasiilata walfadhiilata
wab'atshu maqaamam
mahmuudanilladzii wa'adtah' 'Ya Allah,
Tuhan pemilik panggilan yang sempurna
ini dan shalat yang akan ditegakkan,
berikanlah kepada Muhammad
perantaraan dan keutamaan.
Bangkitkanlah ia pada maqam
(kedudukan) yang Engkau janjikan',
maka pastilah ia akan mendapatkan
syafaatku pada hari kiamat."
Bab Ke-9: Mengadakan Undian
dalam Berazan
Diceritakan bahwa orang-orang
berselisih karena rebutan untuk
melakukan azan, lalu Sa'ad mengadakan
undian di antara mereka.[2]
341. Abu Hurairah r.a. mengatakan
bahwa Rasulullah bersabda, "Seandainya
manusia mengetahui pahala azan dan
shaf pertama, kemudian mereka tidak
mendapatkannya kecuali dengan undian,
niscaya mereka melakukan undian itu.

Seandainya mereka mengetahui pahala


bersegera pergi menunaikan shalat,
niscaya mereka berlomba-lomba
kepadanya. Dan, seandainya mereka
mengetahui pahala jamaah shalat isya
dan subuh, niscaya mereka
mendatanginya meskipun dengan
merangkak."
Bab Ke-10: Bercakap-cakap di
Dalam Berazan
Sulaiman bin Shurad berbincang-bincang
sewaku ia mengumandangkan azan.[3]
Hasan berkata, "Tidak apa-apa kalau
muadzin tertawa sewaktu
mengumandangkan azan atau
iqamah."[4]
342. Abdullah bin Harits (anak paman
Muhammad bin Sirin 1/216) berkata,
"Ibnu Abbas pernah berkhutbah di
hadapan kami semua pada suatu saat
hujan berlumpur. Ketika muadzin
mengumandangkan azan sampai pada
lafaz, 'Hayya 'alash shalaah', maka Ibnu
Abbas menyuruh orang yang azan itu
supaya berseru, Ash-shalaatu firrihaal 'Shalat dilakukan di tempat
kediaman masing-masing!'.' (Dalam satu
riwayat: Ibnu Abbas berkata kepada
muadzinnya pada hari hujan, "Apabila
engkau selesai mengucapkan, 'Asyhadu
anna Muhammadar Rasulullah, maka
janganlah kamu ucapkan, 'Hayya 'alash
shalaah', tetapi ucapkanlah, "Shalluu fii
buyuutikum"). Maka, orang-orang saling
melihat satu sama lain (seakan-akan
mengingkari tindakan Ibnu Abbas itu
1/163). Ibnu Abbas berkata, "Tampaknya
kalian mengingkari perbuatan ini? Hal ini
sudah pernah dilakukan oleh orang yang
jauh lebih baik daripada muadzinku ini
(dan dalam satu riwayat: daripada aku,
yakni orang yang lebih baik itu adalah
Nabi saw.). Sesungguhnya shalat (dalam
satu riwayat: Jumatan) itu adalah sebuah
ketetapan, tetapi aku tidak suka
mengeluarkan kalian (dan dalam satu
riwayat: Saya tidak ingin
mempersalahkan kalian, sehingga kalian
datang sambil berlumuran tanah. Dalam
satu riwayat: lantas kalian berjalan di
tanah dan lumpur) seperti ke ladang
kalian.'"
Bab Ke-11: Azan Orang Buta Jika
Ada Orang Yang Memberitahukan
Kepadanya Perihal Masuknya Waktu
Shalat
343. Abdullah (bin Umar) mengatakan
bahwa Rasulullah bersabda,
"Sesungguhnya Bilal itu azan di malam

hari. Maka, makan dan minumlah kamu


sehingga Ibnu Ummi Maktum azan." Ia
berkata, "Ibnu Ummi Maktum itu seorang
tunanetra. Ia tidak azan sehingga
dikatakan kepadanya (dan dalam satu
riwayat: sehingga orang-orang berkata
kepadanya, 3/152) 'Telah subuh, telah
subuh.'"
Bab Ke-12: Azan Setelah Fajar
344. Hafshah mengatakan bahwa
Rasulullah apabila muadzin subuh
beritikaf[5] (selesai azan) dan subuh
sudah jelas, maka beliau shalat dua
rakaat yang ringan sebelum shalat itu
(subuh) dilaksanakan.
Bab Ke-13: Berazan Sebelum Subuh
345. Abdullah bin Mas'ud mengatakan
bahwa Nabi saw bersabda, "Jangan
sekali-kali azan Bilal menghalangi salah
seorang di antaramu dari sahurnya
karena dia azan di malam hari, agar
orang yang mendirikan (shalat malam)
kembali dan orang-orang yang tidur agar
ingat (bangun). Dan, fajar atau subuh
belum tampak." Beliau berisyarat
dengan jari-jari di angkat ke atas dan
menundukkannya ke bawah, sehingga
beliau berbuat begini. Zuhair berisyarat
dengan kedua jari penunjuknya, yang
satu di atas yang lain, kemudian
membentangkannya ke kanan dan ke
kiri. (dalam satu riwayat: Yazid
menampakkan kedua tangannya,
kemudian membentangkan yang satu
dari yang lain. 6/176)[6]
Bab Ke-14: Berapa Lama Waktu
Antara Azan dan Iqamah serta
Orang yang Menantikan Iqamah
untuk Shalat
346. Anas bin Malik berkata, "Apabila
juru azan telah selesai berazan, maka
para (pembesar) sahabat Nabi beralih ke
pilar-pilar masjid pada waktu maghrib
sampai beliau keluar sedang mereka
masih shalat dua rakaat sebelum shalat
maghrib. Sedangkan, di antara azan dan
iqamah itu tidak ada apa-apa." (Dalam
riwayat yang mu'allaq: Jarak keduanyaazan dan iqamah-itu hanya sedikit)
Bab Ke-15: Orang yang Menantikan
Iqamah Shalat
347. Aisyah r.a. berkata, "Apabila
muadzin telah selesai azan subuh, maka
Rasulullah melakukan shalat dua rakaat
yang ringan sebelum shalat subuh,
sesudah terbit fajar. Setelah itu beliau
berbaring ke sebelah kanan sampai
muadzin datang kepada beliau
memberitahukan hendak iqamah."

Bab Ke-16: Di Antara Tiap-tiap Azan


Dan Iqamah Ada Shalat (Sunnah)
bagi Orang yang Mau
348. Abdullah bin Mughaffal berkata,
"Nabi bersabda, 'Di antara setiap dua
azan (yakni antara azan dan iqamah)
terdapat shalat, di antara dua azan
terdapat shalat.' Kemudian beliau
bersabda pada kali ketiga, 'Bagi siapa
yang mau.'"
Bab Ke-1 7: Orang yang Mengatakan
Harus Ada Seorang Muadzin di
Dalam Perjalanan
(Saya berkata, "Dalam bab ini Imam
Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya
hadits Malik ibnul Huwairits yang akan
disebutkan pada '95 -KHABARUL WAHID /
1 - BAB'.")
Bab Ke-18: Azan untuk Orang yang
Bepergian Bersama-sama dan
Iqamah, Juga di Arafah Dan
Muzdalifah. Demikian Pula Ucapan
Muadzin, "Ash-shalaatu Firrihaal'Shalatlah Di Tempat MasingMasing'," Pada Malam yang Dingin
atau Pada Saat Turun Hujan
Bab Ke-19: Apakah Suatu Keharusan
Muadzin Menghadap dan Menoleh
ke Sana-Sini (ke Kanan dan ke Kiri)
Pada Waktu Azan?
Diriwayatkan dari Bilal bahwa ia
meletakkan kedua jari-jarinya di kedua
telinganya.[7]
Ibnu Umar tidak pernah meletakkan
kedua jari-jarinya pada kedua telinganya
(pada waktu azan).[8]
Ibrahim mengatakan, "Tidak apa-apa
mengumandangkan azan dengan tanpa
berwudhu."[9]
Atha' berkata, "Wudhu pada waktu azan
adalah hak (yakni begitulah yang
terbaik) dan hukumnya adalah
sunnah."[10]
Aisyah berkata, "Nabi berzikir
(mengingat Allah) pada semua
waktunya."[11]
(Saya berkata, "Dalam bab ini Imam
Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya
bagian hadits Abu Juhaifah yang
disebutkan pada nomor 211 di muka.")
Bab Ke-20: Ucapan Orang yang
Mengatakan, "Kita Terluput Shalat."
Ibnu Sirin tidak senang untuk
mengatakan, "Kita terluput shalat."
Tetapi, sebaiknya seseorang
mengucapkan, "Kita tidak mendapatkan
shalat". Dalam hal ini sabda Nabi saw
adalah yang paling benar.[12]

349. Abu Qatadah berkata, "Ketika kami


shalat bersama Nabi, beliau mendengar
suara hiruk-pikuk para laki-laki. Ketika
beliau selesai shalat, beliau bersabda,
'Ada apa urusanmu?' Mereka menjawab,
'Kami tergesa-gesa untuk shalat' Belau
bersabda, 'Janganlah kamu berbuat
demikian. Apabila kamu datang untuk
shalat, maka hendaklah kamu tenang.
Apa yang kamu dapati, maka shalatlah;
dan apa yang terlewatkan (ketinggalan),
maka sempurnakanlah.'"
Bab Ke-21: Tidak Boleh Berjalan
Tergesa-gesa Mendatangi Shalat,
Hendaklah Mendatanginya dengan
Tenang dan Perlahan-lahan
Rasulullah bersabda, "Apa yang kamu
dapati, maka shalatlah; dan apa yang
terlewatkan (ketinggalan); maka
sempurnakanlah." (Diriwayatkan oleh
Qatadah dari Nabi saw.)
350. Abu Hurairah mengatakan bahwa
Nabi saw bersabda, "Apabila kamu
mendengar iqamah, maka pergilah
shalat (berjamaah). Hendaklah kamu
bersikap tenang dan tenteram, jangan
tergesa-gesa. Apa yang kamu dapati,
shalatlah kamu bersama mereka; dan
apa yang terlewatkan (ketinggalan),
maka sempurnakanlah."
Bab Ke-22: Kapankah Seharusnya
Berdiri untuk Shalat Jika Melihat
Imam Telah Datang di Waktu Iqamah
Telah Diucapkan?
351. Abu Qatadah berkata, "Rasulullah
bersabda, 'Apabila shalat didirikan, maka
janganlah kamu berdiri sehingga kamu
melihatku (dan hendaklah kamu bersikap
tenang).'"
Bab Ke-23: Tidak Baik Berjalan
Mendatangi Shalat dengan Tergesagesa, Hendaklah Berdiri dengan
Tenang dan Perlahan-lahan
(Saya berkata, "Dalam bab ini Imam
Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya
hadits Abu Qatadah di muka.")
Bab Ke-24: Apakah Seseorang Boleh
Keluar dari Masjid karena Ada
Sebab?
(Saya berkata, "Dalam bab ini Imam
Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya
hadits Abu Hurairah yang tersebut pada
nomor 158.")
Bab Ke-25: Apabila Imam
Mengatakan, 'Tunggu di Tempat
Kalian Sehingga Imam Keluar," Maka
Hendaklah Mereka Menunggunya
(Saya berkata, "Dalam bab ini Imam
Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya

hadits Abu Hurairah yang diisyaratkan di


muka.")
Bab Ke-26: Ucapan Seseorang, "Kita
Belum Shalat."
(Saya berkata, "Dalam bab ini Imam
Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya
hadits Jabir yang tersebut pada nomor
222.")
Bab Ke-27: Apabila Imam
Membutuhkan Sesuatu Setelah
Iqamah
(Saya berkata, "Dalam bab ini Imam
Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya
hadits yang tersebut pada bab berikut
ini.")
Bab Ke-28: Berbicara Setelah Shalat
Diiqamahi

352. Humaid berkata, "Saya bertanya


kepada Tsabit al-Bannani tentang
seseorang yang berbicara sesudah
shalat diiqamahi. Lalu, dia menceritakan
kepadaku dari Anas bin Malik, ia berkata,
'Shalat diiqamahi, lalu ada seorang lakilaki menghadap kepada Nabi. Kemudian
orang itu menyebabkan beliau tertahan
sesudah shalat diiqamahi.'" (Dari jalan
lain: Anas berkata, "Shalat telah
diiqamahi, sedang Nabi bercakap-cakap
dengan seseorang di samping masjid.
Maka, beliau belum melaksanakan shalat
sehingga orang-orang tertidur.")
Bersambung....

Anda mungkin juga menyukai