I.
Ketika esoknya aku bangun, aku menemui Nabi Muhammad S.A.W, dan menceritakan
perihal mimpi itu kepadanya, kemudian Nabi Muhammad S.A.W, berkata, "Itu mimpi
yang sebetulnya nyata. Berdirilah disamping Bilal dan ajarilah dia bagaimana
mengucapkan kalimat itu. Dia harus mengumandangkan adzan seperti itu dan dia memiliki
suara yang amat lantang." Lalu akupun melakukan hal itu bersama Bilal." Rupanya, mimpi
serupa dialami pula oleh Umar. Ia juga menceritakannya kepada Nabi Muhammad S.A.W.
Setelah lelaki yang membawa lonceng itu melafalkan azan, dia diam sejenak, lalu berkata:
"Kau katakan jika salat akan didirikan:
Allahu Akbar, Allahu Akbar
Asyhadu alla ilaha illallah
Asyhadu anna Muhammadarrasullulah
Hayya 'alash sholah
Hayya 'alal falah
Qod qomatish sholah (2 kali), artinya "Salat akan didirikan"
Allahu Akbar, Allahu Akbar
La ilaha illallah
Begitu subuh, aku mendatangi Rasulullah S.A.W kemudian kuberitahu dia apa yang
kumimpikan. Diapun bersabda: "Sesungguhnya itu adalah mimpi yang benar, insya Allah.
Bangkitlah bersama Bilal dan ajarkanlah kepadanya apa yang kau mimpikan agar
diadzankannya (diserukannya), karena sesungguhnya suaranya lebih lantang darimu." Ia
berkata: Maka aku bangkit bersama Bilal, lalu aku ajarkan kepadanya dan dia yang
berazan. Ia berkata: Hal tersebut terdengar oleh Umar bin al-Khaththab ketika dia berada
di rumahnya. Kemudian dia keluar dengan selendangnya yang menjuntai. Dia berkata:
"Demi Dzat yang telah mengutusmu dengan benar, sungguh aku telah memimpikan apa
yang dimimpikannya." Kemudian Rasulullah S.A.W bersabda: "Maka bagi Allah-lah
segala puji."
II.
PENGERTIAN ADZAN
Adzan artinya pemberitahuan, yaitu kata-kata seruan
untuk memberitahukan akan masuknya waktu shalat
fardhu. Orangnya dinamakan muadzhin. Sedangkan
iqamah dari segi bahasa adalah mendirikan, yaitu
kata-kata sebagai tanda bahwa shalat fardhu akan
segera dimulai.
Shalat-shalat sunat tidak disunatkan menggunakan
adzan, iqamah, kecuali shalat sunat yang disunatkan
berjama'ah, seperti tarawih, shalat 'id dsb.
III.
LAFADZ ADZAN:
IV.
HUKUM ADZAN
Ulama berselisih pendapat tentang hukum Adzan. Sebagian ulama mengatakan bahwa
hukum azan adalah sunnah muakkad, namun pendapat yang lebih kuat dalam masalah ini
adalah pendapat yang mengatakan hukum adzan adalah fardu kifayah. Akan tetapi perlu
diingat, hukum ini hanya berlaku bagi laki-laki. Wanita tidak diwajibkan atau pun
disunnahkan untuk melakukan adzan.
V.
1.
SYARAT ADZAN
Syarat sah adzan adalah telah masuknya waktu shalat, sehingga adzan yang dilakukan
sebelum waktu solat masuk maka tidak sah. Akan tetapi terdapat pengecualian pada adzan
subuh. Adzan subuh diperbolehkan untuk dilaksanakan dua kali, yaitu sebelum waktu
subuh tiba dan ketika waktu subuh tiba (terbitnya fajar shadiq).
2.
Berniat adzan
Hendaknya seseorang yang akan adzan berniat di dalam hatinya (tidak dengan lafazh
tertentu) bahwa ia akan melakukan adzan ikhlas untuk Allah semata.
3.
Menurut sebagian ulama, tidak sah adzan jika menggunakan bahasa selain bahasa arab. Di
antara ulama yang berpendapat demikian adalah ulama dari Madzhab Hanafiah, Hambali,
dan Syafii.
4.
Tidak ada lahn dalam pengucapan lafadz adzan yang merubah makna
5.
6.
Maksudnya adalah hendaknya antara lafazh adzan yang satu dengan yang lain diucapkan
secara bersambung tanpa dipisah oleh sebuah perkataan atau pun perbuatan di luar adzan.
Akan tetapi diperbolehkan berkata atau berbuat sesuatu yang sifatnya ringan seperti bersin.
7.
Adzan yang dikumandangkan oleh muadzin haruslah terdengar oleh orang yang tidak
berada di tempat sang muadzin melakukan adzan. Hal tersebut bisa dilakukan dengan cara
mengeraskan suara atau dengan alat pengerasa suara.
VI.
1.
SIFAT MUADZIN
Muslim
Disyaratkan bahwa seorang muadzin haruslah seorang muslim. Tidak sah adzan dari
seorang yang kafir.
2.
Sepatutnya seorang muadzin melakukan adzan dengan niat ikhlas mengaharap wajah
Allah. Rasulullah shallallahu alaihi wa salam bersabda : Tetapkanlah seorang muadzin
yang tidak mengambil upah dari adzannya itu.
3.
4.
Rasulullah shallallahu alaihi wa salam bersabda kepada sahabat Abdullah bin Zaid:
pergilah dan ajarkanlah apa yang kamu lihat (dalam mimpi) kepada Bilal, sebab ia
memiliki suara yang lebih bagus dari pada suaramu
5.
Hendaknya seorang muadzin mengetahui kapan waktu solat masuk sehingga ia bisa
mengumandangkan adzan tepat pada awal waktu dan terhindar dari kesalahan.
A. PENGERTIAN IQAMAH
6
Iqamah adalah panggilan bahwa shalat akan segera dimulai, jamaah agar bersiap diri untuk
melakukan shalat bersama-sama. Hukum iqamah adalah sunah, baik bagi yang berjamaah
maupun perseorangan.
B. HUKUM IQAMAH
Hukum iqamah sama dengan hukum adzan, yaitu fardu kifayah. Dan hukum ini juga tidak
berlaku untuk wanita.
Sebagian besar ulama mengatakan hukumnya adalah hanya anjuran dan tidak wajib,
sebagaimana kebiasaan Sahabat Bilal, beliau yang adzan beliau pula yang iqamah. Dan
boleh hukumnya jika yang adzan dan iqamah berbeda.
C. LAFAZ IQAMAH DAN ATURANNYA
Lafaz iqamah mempunyai 11 kalimat, setiap kalimah diucapkan hanya sekali saja kecuali
takbir yang pertama dan akhirnya diulang sebanyak dua kali.
yang dilakukan oleh Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam dan para shahabatnya,
Allah Azza wa Jalla berfirman:
Segala sesuatu yang datang dari rasul maka ambillah dan segala sesuatu yang dilarang
maka tinggalkanlah. (Al Hasyr: 7)
Hukum Adzannya Wanita
Permasalahan ini perlu perincian sebagai berikut:
Pertama: Wanita beradzan di hadapan kaum lelaki.
Tidak ternukil sama sekali dari para ulama pembolehan hal ini. Bahkan suara perempuan
di hadapan laki-laki termasuk fitnah yang bisa membangkitkan penyakit hati bagi kaum
lelaki. Sebagaimana firman Allah:
Jika kalian bertaqwa (wahai istri-istri Nabi), maka janganlah kamu berlembut-lembut
dalam berbicara sehingga kaum lelaki yang hatinya berpenyakit mempunyai keinginan keji
(zina), dan hendaklah kalian ucapkan perkataan yang baik. (Al Ahzab: 32)
Kedua: Wanita adzan di tengah-tengah kaum wanita.
Pendapat yang rajih, hal seperti ini disyariatkan. Demikianlah pendapat Imam Asy Syafii,
Imam Ahmad, Imam Ibnu Hazm dan sebagainya.
Hal ini berdasarkan sebuah hadits di mana Umar bin Khaththab ditanya, apakah bagi para
wanita disyariatkan adzan atau tidak? Maka ia marah seraya berkata:
Apakah aku hendak melarang dari dzikir kepada Allah? (HR. Ibnu Abi Syaibah dari Ibnu
Umar)
Tetapi tidak sepantasnya adzan mereka menggunakan pengeras suara atau dilakukan di
tempat yang tinggi karena shalat jamaah di masjid hanya diwajibkan atas kaum lelaki dan
tidak diwajibkan atas kaum wamita. Sesuai dengan sabda Nabi shallallahu alaihi
wasallam:
Sesungguhnya saya hendak memerintahkan agar shalat ditunaikan lalu memerintahkan
seseorang untuk mengimami manusia kemudian saya akan pergi bersama beberapa orang
yang membawa kayu bakar pada suatu kaum yang tidak melakukan shalat jamaah. Saya
bakar rumah-rumah mereka. (HR. Bukhari (2242) dari Abu Hurairah)
***
10