Oleh :
2022
KATA PENGANTAR
Semoga apa yang kami sampaikan dalam makalah ini dapat bermanfaat dan
memberikan kemudahan bagi kita semua. Amin.
Penyusun
A. Shalat Gerhana
Sholat gerhana dianjurkan untuk dilaksanakan saat terjadinya gerhana bulan dan
matahari. Hukumnya adalah sunnah muakkad untuk laki-laki dan perempuan.
Pendapat ini bedasarkan pada salah satu surat Al Qur’an yang Artinya:
"Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda
kekuasaan Allah. Adapun :
1. Tata cara shalat gerhana
Para ulama berbeda pendapat tentang tata cara shalat gerhana
a. Madzhab Hanafi
Pada shalat gerhana matahari, cara pelaksanaan shalatnya seperti
shalat Sunnah lainnya, yakni tiada adzan dan iqomah. Dan rukuknya hanya
sekali dengan dua kali sujud.
Sedangkan pada shalat gerhana bulan boleh dilakukan dengan dua
atau empat rokaat dengan sendiri-sendiri, seperti shalat sunnah lainnya.
b. Menurut pendapat ulama lainnya
Shalat gerhana matahari dilaksanakan dua rokaat dengan dua kali
kali berdiri, dua bacaan, dua rukuk, dan dua sujud. Yakni setelah takbir
rokaat pertama, membaca iftitah, ta’awwudz, fatihah, dan surah pilihan.
Disunnahkan setelah membaca surah Fatihah dilanjut dengan surah
yang panjang. Yakni pada berdiri pertama membaca al-Baqarah, berdiri
kedua membaca yang lebih pendek seperti al-Imron, berdiri ketiga membaca
yang lebih pendek lagi sekitar seratus lima puluhan ayat seperti surah an-
Nisa’, dan berdiri keempat membaca surah sekitar seratus ayat seperti al-
Maidah.
Setelah itu rukuk, i’tidal, dan kembali membaca fatihah dan surah
pilihan. Lalu rukuk kembali. Dilangsungkan sujud, duduk di antara dua
sujud, kemudian sujud kembali. Setelah itu dilangsungkan rokaat kedua
seperti demikian.
Seseorang boleh menambah jatah rukuknya menjadi empat atau lima,
namun tidak boleh lebih dari itu. Tetapi misal ingin melakukan shalat
dengan rukuk sekali, itu juga boleh. Karena bilangan pada ruku’ hukumnya
sunnah. Sedangkan pembacaan surah panjang ketika shalat hukumnya juga
sunnah.
Sedangkan pada shalat gerhana bulan, Imam Malik menganjurkan
untuk shalat dua rakaat dengan suara keras dan pelaksanaannya seperti
shalat biasa. Adapun Imam Syafi’i dan Hambali berpendapat bahwa shalat
gerhana bulan sama dengan shalat gerhana matahari, dan dilaksanakan
dengan suara yang tidak pelan.
B. Shalat Istisqo’
Kata Istisqo’ dalam segi Bahasa berarti meminta hujan. Sedangkan secara
istilah adalah meminta hujan dari Allah SWT berupa turun hujan ketika semua
orang membutuhkannya dengan bentuk tertentu, yaitu shalat, khotbah, istighfar,
puja, dan puji.
Hukum melaksanakan shalah istisqo’ adalah Sunnah. Dan shalat ini boleh
dilaksanakan berkali-kali. Secara sendiri maupun berjamaah, bahkan shalat boleh
digantikan dengan doa.
1. Hukum shalat istisqo’
a. Sunnah mutlak. Ini adalah pendapat dari Imam Syafi’i dan Abu Hanifah. Ia
mengatakan bahwa shalat istisqo’ tidak disunnahkan untuk berjamaah. Dan
boleh untuk melaksanakannya sendiri-sendiri. Shalat istisqa’ hanya berupa
doa dan istighfar, tidak perlu berjamaah maupun berkhotbath.
b. Sunnah Muakkad. Ini adalah pendapat dari mayoritas ahli fiqih, diantaranya
Muhammad bin Al-Hasan dan Abu Yusuf. Mereka berpendapat bahwa
shalat ini dilaksanakan baik di rumah maupun bepergian, sesuai kebutuhan,
dan kuat bahwa merupakan Sunnah Rasulullah SAW. Dalilnya ada pada
hadist Aisyah r.a. bahwa nabi SAW berkhotbah ketika beristisqo’:
ان النبي صلى هللا عليه وسلم خطب في اإلستسقاء ثم نزل فصلى ركعتين...
"Lalu beliau SAW turun dan melakukan shalat dua rokaat...” ditambah dengan
hadits Abu Hurairah, Abdullah bin Zaid, dan ‘Ubad bin Tamim dari pamannya.
ِ فَ َخ َر َج َرسُوْ ِل هللاِ صلى هللا عليه وسلم… ِح ْينَ بَ َدَأ َح
ِ اجبُ ال َّش ْم
... س
“... Maka keluarlah Rasulullah SAW ketika matahari mulai bersinar”(HR. Abu
Daud)
َْض الَّ ِذي َع ِملُوا لَ َعلَّهُ ْم يَرْ ِجعُون ِ َّت َأ ْي ِدي الن
َ اس لِيُ ِذيقَهُ ْم بَع ْ َظَهَ َر ْالفَ َسا ُد فِي ْالبَ ِّر َو ْالبَحْ ِر بِ َما َك َسب
Artinya: “Munculnya bencana di daratan dan lautan itu tidak lain karena
perbuatan manusia, supaya mereka merasakan akibat dari perbuatan mereka,
agar mereka kembali (bertaubat kepada Allah).[QS. ar-Rum: 41].