Anda di halaman 1dari 12

ARBA’IN DAN ZIARAH MADINAH

Oleh; Ahmad Baidhowi

Kajian Bahtsul Masail Perhajian Tahun 2021


“Manasik Haji di Masa Pandemi”
Hotel Horison Ultima Buvana Bogor
27-29 April 2021

1
ARBA’IN DAN ZIARAH MADINAH
Keberadaan Jemaah haji di Madinah dalam kondisi normal, selama
delapan hari ditambah dua belas jam, 1 untuk melaksanakan ziarah dan
shalat arba’in, tetapi saat ini berbeda dalam kondisi pandemi bisa jadi
jemaah hanya beberapa hari saja di Madinah, sehingga jemaah haji tidak
bisa melaksanakan ziarah secara lengkap dan waktunya tidak mencukupi
untuk melakukan shalat arba’in, karenanya untuk mengantisipasi
kemungkinan-kemungkinan yan terjadi jemaah perlu dibekali dengan
tuntunan ziarah yang lengkap.

A. Shalat Arba’in

Shalat arba’in adalah shalat berjemaah di masjid Nabawi bersama imam


rawatib sebanyak 40 waktu yang dilaksanakan secara berturut-turut tanpa
ketinggalan satu salatpun, dilakukan selama delapan hari, 2 tujuannya untuk
mendapatkan fadhilah pembebasan dari api neraka, selamat dari adzab dan
terbebas dari kemunafikan.

1. Dasar Hukum Shalat Arba’in


Shalat arba’in dilaksanakan berdasarkan hadits riwayat imam Ahmad
dan imam at-Thabarani, dari Anas bin Malik, hadits ini derajatnya menjadi
perdebatan antara dha’if hingga hasan, hadits sebagai berikut;

َ ِ‫صلَّى ِِف َم ْس ِج ِدي أ َْربَع‬ َ ‫اَّللُ َعل َْيهِ َو َسلَّ َم أَنَّهُ ق‬


َّ ‫صلَّى‬ ٍِ
ٌ‫صالَة‬
َ ُ‫ الَ يَ ُفوتُه‬، ‫صالَة‬
َ ‫ني‬ َ ‫ َم ْن‬: ‫َال‬ َ ‫َّب‬ ‫ َع ِن النِ ِي‬، ‫س بْ ِن َمالك‬ ِ َ‫َع ْن أَن‬
ِ ‫ئ ِمن النيِ َف‬ ِ ‫ َو ََنَاةٌ ِم َن ال َْع َذ‬، ‫ت لَهُ بَ َراءَةٌ ِم َن النَّا ِر‬
ْ َ‫ ُكتِب‬،
.‫اق‬ َ َ ‫ َوبَ ِر‬، ‫اب‬
Artinya
Dari Anas bin Malik dari Nabi SAW bersabda; Barang siapa yang salat di
masjidku (Nabawi) empat puluh kali salat, tidak tertinggal satu salatpun
maka baginya pembebasan dari api neraka dan selamat dari adzab, serta
terbebas dari kemunafikan. 3 (HR. Ahmad dari Anas bin Malik RA)

1
Kementerian Agama RI, Tuntunan Manasik Haji dan Umrah, hlm. 30
2
M. Quraish Shihab, Haji Bersama Quraish Shihab Panduan Praktis Menuju
Haji Mabrur, hlm. 225.
3
Ahmad, Al-Musnad, juz 8, hlm. 312 nomor hadits 12521 hasan. At-Thabarani,
Al-Mu’jam al-Ausath, juz 5 hlm 325 nomor hadits 5444.
2
Kualitas hadits shalat arba’in rsebut tmenjadi perdebatan, menurut
Hamzah Ahmad az-Zain pentahqiq Musnad Ahmad isnad hadits ini hasan,
al-Bani menilai hadits ini kualitasnya dha’if. Adanya penilaian sanad hasan
oleh al-Haitami meragukan,4 namun menurut pernyataan al-Haitami dan ad-
Dimyati, bahwa perawi hadits ini semuanya tsiqat. 5 Oleh ulama Indonesia
hadits ini dijadikan dasar pelaksanaan shalat arba’in. 6
Berkaitan dengan shalat berjamaah selama jemaah haji di Madinah,
Imam al-Ghazali menganjurkan agar jemaah haji selama di Madinah tidak
boleh luput satu salat fardhu pun dari berjemaah di masjid Nabawi. 7
Demikian pula imam Nawawi menganjurkan agar selama di Madinah
menunaikan seluruh shalat di masjid Rasululah SAW dan sebaiknya setiap
masuk masjid berniat i’tikaf didalamnya. 8 Dengan demikian selama jemaah
haji berada di Madinah baik keberadaannya kurang dari delapan hari atau
lebih, disunahkan untuk terus shalat berjamaah di masjid Nabawi.
Berdasarkan penjelasan diatas bisa dipahami bahwa shalat arba’in
merupakan anjuran dan hukumnya sunah,9 shalat arba’in dikategorikan
sebagai fadhail a’mal sebab sandaran haditsnya bersanad lemah, An-Nawawi
menjelaskan; para ulama sepakat, bahwa hadits-hadits dhaif boleh digunakan
sebagai dasar untuk fadha’il a’mal dan sebagainya yang tidak berkenaan dengan
hukum.10
.
2. Meninggalkan arba’in

4
M. Quraish Shihab, Haji Bersama Quraish Shihab Panduan Praktis Menuju
Haji Mabrur, hlm. 228
5
. Fathullah Ahmad Luthfi, Pahala & Keutamaan Haji, Umrah, Ziarah dalam
Hadits Rasulullah, hlm. 84
6
Departemen Agama RI, Himpunan Fatwa Ulama dan Keputusan Mudzakarah
Tentang Perhajian, hlm. 27.
7
Al-Ghazâlî, Ihyâ’ ‘Ulûm ad-Dîn, juz 1, hal. 341.
8
An-Nawai, Al-Idhah fi Manasik al-Hajj wa al-‘Umrah, hlm. 400.
9 Sunah yaitu sesuatu yang dituntut dari seorang mukallaf untuk melakukan,

tetapi tuntutan itu bukan tuntutan yang pasti, jika melakukan akan mendapat pujian, jika
meninggalkan tidak dicela. Wahbah az-Zuhaili, Al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, juz 1 hlm. 52
10
An-Nawawi, Al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab li as-Syirazi, juz 8 hlm. 240
3
Jemaah haji Indonesia dalam upaya menambah amal kebaikannya
dengan melaksanakan anjuran shalat arba’in. Dalam kondisi pandemi bisa
jadi akan berada di Madinah hanya beberapa hari, atau tetap delapan hari
namun tidak diperkenankan terus menerus shalat berjamaah di masjid
Nabawi, sebab masuk masjid Nabawi dibatasi, sehingga dalam kondisi
demikian terpaksa jemaah tidak bisa melaksanakan shalat arba’in.
Mengingat shalat arba’in merupakan anjuran yakni bukan suatu kewajiban,
maka jika ditinggalkan tidak berdosa dan tidak terkena sangsi apapun.
Hanya saja secara spiritual rugi karena meninggalkan keutamaan,
3. Pengganti shalat arba’in
a. Fadhilah shalat arba’in diantaranya selamat dari api neraka dan
bebas dari kemunafikan, terdapat hadits riawayat at-Tirmidzi yang
memiliki fadhilah setara dengan shalat arba’in di masjid nabawi,
yaitu dengan melaksanakan shalat 40 hari secara berturut-turut
dengan berjamaah, baik di dimasjid nabawi maupun masjid lain,
karenanya jika jemaah haji bermaksud mendapatkan fadhilah
arba’in yang hilang, maka sekembalinya ke tanah air dapat mencari
ganti dengan melakukan shalat berjamaah selama 40 hari,
sebagaimana hadits berikut;
‫ (من صلى هلل أربعني يوما ِف مجاعة يدرك‬: ‫عن انس بن مالك قال قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬
)‫وبراءة من النفاق‬، ‫ براءة من النار‬: ‫التكبرية االوىل كتب له براءاتن‬
Artinya
Dari Anas bin Malik berkata, Rasulullah SAW bersabda; Barang
siapa mengerjakan shalat karena Allah empat puluh hari dengan
berjamaah dan selalu mendapat takbir yang pertama maka ia
dicatat sebagai orang yang selamat dari api neraka dan dari sifat
munafik.11 (HR. At-Tirmidzi dari Anas bin Malik)

b. Selain itu selama di Madinah perlu mencari keutamaan lain untuk


menambah amalan dengan hilangnya fadhilah yang diperoleh dari
shalat arba’in, seperti keikhlasan dan bersabar menerima keadaan,
tetap disiplin menerapkan prokes untuk menjaga kesehatan diri

11
At-Tirmidzi, Sunan at-Tirmidzi, hlm. 55 nomor hadits 241 hasan
4
sendiri dan orang lain dari terpapar covid 19, kemudian tetap
melakukan salat berjamaah walaupun di hotel, ditambah melakukan
shalat-shalat sunnah yang dinjurkan oleh Rasulullah SAW.
An-Nawawi mengatakan; selama tinggal di Madinah disunahkan
berpuasa sunah sebisa mungkin dan bersedekah kepada orang yang
tinggal di Madinah dan orang pendatang.12 semua ini dapat dijadikan
sebagai tambahan keutamaan untuk menutup kurangnya keutamaan
akibat meninggalkan shalat arba’in, dan semua ini merupakan
tambahan keutamaan yang sangat berharga karena dilakukan di
tanah haram Madinah.

B. Ziarah
Ziarah adalah berkunjung, yang dimaksud berkunjung disini adalah
berkunjung ke Madinah al-Munawwarah untuk berkunjung ke Masjid
Nabawi dan Makam Nabi SAW serta tempat bersejarah lainnya di Madinah,
tujuannya antara lain untuk meningkatkan mahabbah kepada Rasululllah
SAW dan mengambil i’tibar untuk mencontoh perilaku hidupnya.
1. Dasar hukum ziarah
a. Ziarah ke masjid Nabawi
Ziarah ke masjid Nabawi sangat dianjurkan, sebab kunjungan itu
telah disyariatkan, Ibnu Thaimiyah mengatakan bahwa menurut
kesepakatan kaum muslimin, ziarah dan sengaja mengunjungi
masjid Nabawi disyariatkan.13 Disyariatkannya kunjungan ke
masjid Nabawi berdasarkan hadits berikut;
‫اج َد َم ْس ِج ِدى‬
ِ ‫ال إِالَّ إِ َىل ثَالَثَةِ َمس‬
َ ِ‫ش ُّد ي‬
ُ ‫الر َح‬ َ ُ‫ « الَ ت‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫َِّب‬َّ ِ‫َع ْن أ َِِب ُه َريْ َرةَ يَ ْب لُغُ بِهِ الن‬
ِ ِ
.» ‫ْصى‬َ ‫َه َذا َو َم ْس ِجد ا ْْلََر ِام َو َم ْس ِجد األَق‬
Artinya
Dari Abi Hurairah RA yang menyampaikan hadits ini hingga sampai
kepada Nabi SAW, Tidak dianjurkan bepergian kecuali ke tiga

12
An-Nawawi, Al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab li as-Syirazi, juz 8 hlm. 259
13
Ibnu Taimiyah, Al-Majmu’ al-Fatawa, juz 27 hlm 19
5
masjid yaitu masjidku ini (masjid nabawi), Masjid al-Haram dan
masjid al-Aqsha.14(HR. Muslim dari Abi Hurairah RA)

Menurut an-Nawawi, hadits ini menjelaskan tentang keutamaan


ketiga masjid tersebut, juga keutamaan melakukan perjalanan
kepada ketiganya. Menurut mayoritas ulama, makna hadits tersebut
adalah tidak ada keutamaan dari sebuah perjalanan yang dilakukan
ke selain ketiga masjid tersebut. 15 Dengan dasar di atas mengunjungi
masjid Nabawi dan merupakan keutamaan dan hukumnya sunah.
Wahbah az-Zuhaili mengatakan; disunahkannya berziarah ke masjid
Nabawi, sebab masjid Nabawi merupakan satu diantara tiga masjid
yang boleh diagungkan dengan mengadakan perjalanan kesana, 16
b. Ziarah ke Makam Nabi SAW
Di samping mengunjungi masjid Nabawi tujuan ke Madinah yang
paling utama adalah ziarah ke makam Rasulullah SAW. kunjungan
ini didasarkan adanya beberapa hadits, as-Syirazi (ulama madzhab
syafi’i) mengatakan bahwa jemaaah haji dianjurkan ziarah kemakam
Nabi SAW.17 dengan dasar hadits sebagai berikut;
‫ من زار قربي وجبت له شفاعيت‬: ‫عن بن عمر قال قال رسول هللا صلى هللا عليه و سلم‬
Artinya
Dari Ibnu ‘Umar RA berkata, Rasulullah SAW bersabda; Barang
siapa berziarah ke makamku niscaya dia mendapat syafa’atku 18
(HR. Dar al-Qutnhi dari Ibnu ‘Umar RA)

Selain itu, Husain bin Muhammad al-Hanafi (ulama hanafiyah)


mengatakan bahwa jemaah haji dinjurkan ziarah ke makam
Rasulullah SAW sebab ada isyarat bahwa ziarah itu wajib
berdasarkan hadits riwayat Ibn ‘Adi, sebagai berikut;
‫قوهل صىل هللا عليه وسمل من جح البيت ومل يزرىن فقد جفاىن‬

14
Muslim, Shahih Muslim, hlm. 318 nomor hadits 1397 shahih
15
An-Nawawi, Shahih Muslim bi Syarh an-Nawawi, juz 9 hlm. 237
16
Wahbah az-Zuhaili, Al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, juz 3 hlm. 337
17
An-Nawai, Al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab li as-Syirazi, juz 8 hlm. 252.
18
Ad-Dâr Quthnî, Sunan ad-Dâra Quthnî, juz 2 hlm. 244 nomor 2669 dhaif
6
Artinya
Rasulullah SAW bersabda; Barang siapa haji ke Baitullah tetapi tidak
pergi mengunjungi aku maka ia telah benci kepadaku19

Kedua hadits di atas sanadnya lemah, Ibnu Taimiyah mengatakan


bahwa dua hadits diatas tentang “menziarahi Nabi mendapat
syafaat” yang diriwayatkan oleh Dar al-Quthni menurut suatu
pendapat dengan sanad yang dha’if, dan lebih dari satu orang yang
menyebutkannya dalam maudhu’at (himpunan hadits palsu).
Sedangkan hadits tentang “orang yang haji tanpa ziarah kepada
Nabi SAW sebagai orang yang menjauhi beliau” tidak diriwayatkan
oleh seorangpun dari ahli ilmu hadits bahkan itu adalah kepalsuan
atas nama Rasulullah SAW. bahkan tidak seorangpun dari imam
fikih yang bersandar dengan hadits itu, seperti Malik, as-Syafi’i,
Ahmad, Ishaq bin Rawaih, Abu Hanifah, ats-Tsauri, al-Auza’i, al-
Laits dan ulama lainnya20
Para imam madzhab bersepakat bahwa ziarah ke makam Rasulullah
SAW hukumnya sunah.21 Wahbah az-Zuhaili mengatkan,
disunahkannya berziarah ke makam Nabi SAW dan dua sahabatnya,
sebab tempat yang menjadi kuburan beliau merupakan tempat yang
paling mulia di muka bumi22
An-Nawawi mengatakan ziarah ke makam Rasulullah SAW
termasuk ibadah yang penting dan hukumnya sunah muakkad,
karenanya orang yang haji atau umrah disunahkan pergi ke Madinah
untuk berziarah ke makam Nabi SAW dengan niat mendektakan diri
kepada Allah, niat mengadakan perjalanan masjid Nabawi dan shalat

19
Husein bin Muhammad al-Hanafi, Irsyadu as-Sari ila Manasik al-Mulla al-
Qari.hlm. 708 beliau menjelaskan hadits ini jayyid hasan.
20
Ibnu Taimiyah, Al-Majmu’ al-Fatawa, juz 27 hlm 18. 21
21
Khalil bin Ishaq bin Musa, Manasik al-Hajj ‘Ala Madzhab Sayyidina Malik,
hlm. 229
22
Wahbah az-Zuhaili, Al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, juz 3 hlm. 337
7
di dalamnya, selama perjalanan dianjurkan memperbanyak
membaca shalawat dan salam atas Nabi SAW.23
c. Disunahkan juga mengunjungi raudhah untuk shalat sunah dan
berdoa.24 Disnauhkankan ziarah ke masjid Quba,25 disunahkan
ziarah ke pemakaman Baqi’ al- Gharqad,26 dan tempat bersejarah
lainnya, ziarah ketempat-tempat tersebut merupakan anjuran dan
hukumnya sunah.27

2. Tata Cara Ziarah di Masa Pandemi


Cara ziarah kemakam Nabi di masa pandemi saat terlebih dulu diharuskan
mendaftar melalui aplikasi yang disediakan oleh pihak pemerintah Arab
Saudi, setelah mendaftar dan diterima kemudian ditentukan jadwal
waktunya ziarah dan diberi tashrih, tiba saatnya ziarah jemaah mengantri di
garis masuk makam sesuai tempat yang ditentukan, sebelum masuk harus
memperlihatkan tasrih/barkot kepada petugas, dan dengan protokol
kesahatan yang ketat, setibanya didepan makam Nabi tidak boleh berlama-
lama, kesempatan ziarah diberikan satu kali dalam bulan sekali, mendaftar
ziarah hanya untuk ziarah dan mendaftar ke raudhah hanya untuk ke
raudhah. Dengan demikian kesempatan ziarah sangat terbatas.
Jemaah haji Indonesia dalam kondisi normal, setiap saat bisa menambah
amal kebaikan dengan setiap saat melaksanakan shalat di masjid Nabawi,
ziarah ke makam Rasulullah SAW dan ziarah ke tempat-tempat bersejarah.
Namun demikian dalam kondisi pandemi tempat ziarah di makam Nabi
dibuka tetapi penziarah dibatasi, setiap jemaah haji diberi jatah masuk
masjid Nabawi satu kali, sehingga selama di Madinah jemaah haji masih
bisa ziarah tetapi hanya satu kali.

23
An-Nawai, Al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab li as-Syirazi, juz 8 hlm. 253
24
Al-Ghazali, Ikhya’ ‘Ulum ad-Din, juz 1 hlm. 341
25
Al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, hlm. 145 nomor hadits 1193.
26
Muslim, Shahih Muslim, hlm. 215 nomor hadits 974 shahih
27
Wahbah az-Zuhaili, Al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, juz 3 hlm. 342
8
3. Meninggalkan Ziarah

a. Dalam kondisi pandemi bisa jadi masjid Nabawi ditutup, jemaah


tidak mendapatkan jatah untuk bisa masuk masjid. Mengingat ziarah
ke masjid Nabawi hukumnya sunah yakni bukan suatu kewajiban,
maka jika meninggalkan ziarah ke masjid Nabawi tidak berdosa dan
tidak terkena sangsi atau denda apapun. Hanya saja secara spiritual
rugi karena meninggalkan keutamaan sehingga tidak mendapatkan
pahala yang berlipat seribu kali shalat di masjid Nabawi dibanding
masjid lainnya.
b. Tidak tertutup kemungkinan tempat ziarah di makam Nabi ditutup,
jika terjadi penutupan berarti jemaah haji tidak ada kesempatan
untuk ziarah ke makam Nabi. Mengingat ziarah hukumnya sunah
yakni bukan suatu kewajiban, maka jika meninggalkan ziarah tidak
berdosa dan tidak terkena sangsi atau denda apapun. Hanya saja
secara spiritual rugi karena meninggalkan keutamaan dan tidak bisa
menumpahkan kerinduan hatinya dihadapan Rasulullah SAW.
c. Mendatangi raudhah, ziarah ke masjid Quba, zaiarah ke makam
Baqi’ al-gharqad, ziarah ke syuhada Uhud dan ketempat bersejarah
lainnya merupakan anjuran dan hukumnya sunah, karena itu jika
meninggalkan ziarah ketempat-tempat tersebut tidak berdosa dan
juga tidak terkena sangsi atau denda apapun, hanya saja rugi karena
meninggalkan keutamaan.
4. Ibadah pengganti ziarah

a. Dalam kondisi masjid Nabawi ditutup jemaah tidak bisa ziarah dan shalat
di masjid Nabawi, sebagai gantinya jemaah tetap melakukan salat
berjamaah di hotel, ditambah melakukan shalat-shalat sunnah yang
dinjurkan oleh Rasulullah SAW. meskipun shalat di hotel tetap
mendapatkan keutamaan melakukan kebaikan di tanah haram
Madinah

9
b. Dalam kondisi tempat ziarah ditutup, jemaah tidak bisa ziarah ke
makam Nabi, namun sekiranya pelataran masjid dibuka, sebagai
gantinya ziarah bisa dilakukan diluar area makam Nabi, dengan
menghadap dinding masjid yang posisinya tepat dengan makam
Nabi, namun jika pelataran masjid juga ditutup zsebagai gantinya,
ziarah bisa dilakukan dari luar pagar masjid, dan jika dari luar pagar
juga tidak diperbolehkan maka sebagai gantinya dilakukan dengan
memperbanyak membaca shalawat yang dibaca di hotel, sebab yang
disyariatkan pada dasarnya adalah membaca shalawat kepada Nabi
sebagaimana firman Allah dalam surah al-Ahzab[33]:56.28
Ibnu Taimiyah mengatakan bahwa menurut kesepakatan kaum
muslimin hukum menziarahi beliau tidak wajib, bahkan tidak ada
yang memerintahkan baik didalam al-Kitab maupun as-Sunnah,
adapun perintah yang ada dalam al-kitab dan as-Sunnah adalah
menyampaikan shalawat dan salam untuk beliau.29 Pada dasarnya
penghormatan dari umatnya bukan hanya kedatangannya di depan
makam Nabi SAW tetapi yang paling diharapkan adalah bacaan
shalawat, yang dibaca setiap saat dan dimanapun berada, dan
shalawat itu akan sampai kepada Nabi, sebagaimana hadits berikut;
ِْ ‫ َوالَ ََتْ َعلُوا ق‬، ‫ الَ ََتْ َعلُوا بُيُوتَ ُك ْم قُبُورا‬: ‫ول هللاِ صلى هللا عليه وسلم‬
‫َربي‬ ُ ‫َال َر ُس‬ َ ‫ ق‬: ‫َال‬ َ ‫ ق‬، َ‫َع ْن أَِِب ُه َريْ َرة‬
ِ
َ ‫َي فَِإ َّن‬
ُ ‫صالَتَ ُك ْم تَ ْب لُغُِِن َح ْي‬
.‫ث ُكنْ تُ ْم‬ َّ ‫صلُّوا َعل‬َ ‫ َو‬، ‫عيد‬
Artinya
Dari Abi Hurairah RA berkata, Rasulullah SAW bersabda;
Janganlah jadikan kalian kuburanku sebagai hari raya (tempat yang
selalu didatangi). Dan bacalah shalawat untukku, karena shalawat
yang kalian baca akan sampai kepadaku di manapun kalian
berada.30 (HR. Abi Daud dari Abi Hurairah RA)

Disamping itu salam yang disampaikan oleh seseorang kepada Nabi


SAW akan dijawab langsung oleh beliau, karena itu hendaknya

28
Firman Allah yang artinya; Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya
bershalawat untuk Nabi. Wahai orang yang beriman! Bershalawatlah kamu untuk Nabi dan
ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan. Al-Ahzab[33]:56
29
Ibnu Taimiyah, Al-Majmu’ al-Fatawa, juz 27 hlm 19
30
Abi Daud, Sunan Abi Daud, hlm. 241 nomor hadits 2042 shahih.
10
jemaah haji selama di Madinah perlu terus memparbanyak membaca
shalawat Nabi agar mendapatkan ucapan salam dari Nabi,
sebagaimana hadits berikut;
ِ ‫َي ر‬ َّ ‫سلِي ُم عَل‬
َّ َّ‫َي إِالَّ َرد‬ ٍ ‫ ما ِمن أ‬: ‫َال‬ ِ َ ‫َن رس‬
‫وحي‬ُ َّ ‫اَّللُ عَل‬ َ ُ‫َحد ي‬
َ ْ َ َ ‫ول هللا صلى هللا عليه وسلم ق‬ ُ َ َّ ‫ أ‬، َ‫عَ ْن أَِِب ُه َريْ َرة‬
َّ ِ‫َح ََّّت أ َُردَّ َعل َْيه‬
.‫السالَ َم‬
Artinya
Dari Abi Hurairah, Nabi SAW bersabda; Setiap ada seseorang yang
mengucapkan salam kepadaku, pasti Allah mengembalikan ruhkku
agar aku dapat menjawab salamnya.31 (HR. Abi Daud dari Abi
Hurairah RA)

Sebagai ganti dari seluruh keutamaan yang tidak didapatkan karena


tempat-tempat ziarah ditutup, jemaah haji masih mendapatkan
keutamaan tinggal di tanah haram Madinah An Nawawi
mengatakan; pendapat yang kuat bahwa tinggal di Madinah
hukumnya sunah.32 Artinya meskipun tidak bisa ziarah dan
melakukan shalat arba’in jemaah haji yang tinggal di Madinah dalam
beberapa hari, masih mendapatkan pahala sunah karena tinggal di
tanah haram Madinah.

Tangerang Selatan 27 April 2021

DAFTAR PUSTAKA

31
Abi Daud, Sunan Abi Daud, hlm. 241 nomor hadits 2041 hasan
32
An-Nawawi, Al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab li as-Syirazi, juz 8 hlm. 262
11
Abi Qasim Sulaiman bin Ahmad at-Thabarani, Al-Mu’jam al-Ausath, Kairo: Dar
al-Haramain 1995.
Abî Zakariyâ Yahyâ bin Syaraf an-Nawawî, Kitâb al-Majmû’ Syarah al-
Muhadzdzab li asy-Sysyîrâzî, Jeddah; Maktab al- Irsyâd 1982
-----------, Shahih Muslim bi Syarhi an-Nawawi, Muassasah Qurtubah 1994.
-----------, Kitâb al-Îdhâh fî Manâsik al-Hajji wa al-‘Umrah, Kairo:Dâr as-Salâm,
2006.
Al-Bukhârî, Abî ‘Abdillâh Muhammad bin Ismâ’îl bin Ibrâhîm, Shahîh Al-
Bukhârî, Kairo: Dâr Ibnu al-Jauzî, 2010.
Departemen Agama RI, Himpunan Fatwa Ulama dan Keputusan Mudzakarah
Tentang Perhajian, Ditjen Bimas Islam dan Peneyelenggaraan Haji, 2006
Ad-Dâr Quthnî, ‘Alî bin ‘Umar, Sunan ad-Dâra Quthnî, Beirût: Dâr al-Kutub al-
’Ilmiyyah, 2011.
Fathullah Ahmad Luthfi, Pahala & Keutamaan Haji, Umrah, Ziarah dalam
Hadits Rasulullah, Jakarta: Al-Mughni Pers, 2006
Al-Gazâlî, Abî Hâmid, Ihyâ’ ‘Ulum ad-Dîn, Kairo: Dâr al-Hadîts, 2004.
Hambal, Ahmad bin Muhammad bin, Al-Musnad, Kairo: Dâr al-Hadîts, 2012.
Husein bin Muhammad Sa’id Abd al Ghanni al-Makki al-Hanafi, Irsyadu as-Sari
ila Manasik al-Mulla al-Qari. Makkah al-Mukarramah: Al-Maktabah al-
amdadiyah, 2009.
Kementerian Agama RI, Tuntunan Manasik Haji dan Umrah, Jakarta: Ditjen
Penyelenggaraan Haji dan Umrah 2020.
Khalil bin Ishaq bin Musa, Manasik al-Hajj ‘Ala Madzhab Sayyidina Malik, Kairo:
Dar al-Hadits 2008.
Muslim, Abî Husain Muslim bin Hajjâj al-Qusyairî an-Naisâbûrî, Shahîh Muslim
Kairo: Dâr al-Jauzî, 2009.
M. Quraish Shihab, Haji Bersama Quraish Shihab Panduan Praktis Menuju Haji
Mabrur, Bandung: Mizan, 1999.
As-Sijistânî, Sulaimân al-Asy’ats Abî Dâud, Sunan Abî Dâwud, Kairo Dâr ibn al-
Jauzî, 2011.
Taqiyyu ad-Din Ahmad bin Taimiyah, Al-Majmu’ al-Fatawa, Al-Manshurah: Dar
al-Wafa’ 2005.
At-Tirmdzî, Muhammad bin ‘Îsâ bin Sûrah Abi ‘Îsâ, Sunan at-Tirmidzî, Kairo: Dâr
ibn al-Jauzî, 2011.
Wahbah az-Zuhaili, Al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, Suriah, Dar al-Fikr, 1985

12

Anda mungkin juga menyukai