A. LATAR BELAKANG
Ibadah merupakan hal wajib yang harus dijalani oleh setiap umat Islam.
Ibadah terdiri atas beberapa macam seperti, sholat, puasa, membaca alqur’an,
dll. Dengan menjalankan ibadah maka kita akan mendapatkan ketenangan hati
dalam hidup ini.
Sholat merupakan salah satu bentuk ibadah umat Islam yang juga
tercantum dalam rukun islam yang kedua yakni setelah syahadat. Sholat juga
merupakan tiang agama bagi tiap-tiap umat Islam. Dalam menjalankan ibadah
sholat perlu diperhatikan syarat-syarat dan rukun yang berlaku supaya ibadah
sholatnya sah.
Betapa pentingnya sholat juga tertuang dalam sabda nabi Muhammad saw
yakni, “Urusan yang memisahkan antara kita (orang-orang Islam) dengan
mereka (orang-orang kafir) adalah shalat. Oleh sebab itu siapa yang
meninggalkan shalat, sungguh ia telah menjadi kafir.”(H.R. Bukhori Muslim)1.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Jelaskan pengertian dari sholat!
2. Jelaskan dasar hokum dan tujuan melaksanakan sholat!
3. Jelaskan macam-macam sholat!
4. Jelaskan syarat wajib dan syarat sah sholat!
5. Jelaskan rukun-rukun sholat!
6. Jelaskan waktu-waktu melaksanakan sholat fardlu!
7. Bagaimanakah cara sholat dalam keadaan darurat?
8. Jelaskan macam-macam sholat sunnah!
9. Bagaimanakah cara menjamak dan mengqashar sholat?
10. Bagaimanakah cara menentukan kiblat?
1
Teungku Ash Shiddieqy, Hukum-hukum Fiqh Islam, (Semarang: PT Pustaka Rizki Putra),
1997, hal 105.
2
C. PEMBAHASAN
1. Pengertian Sholat
Pengertian “sholat” secara bahasa berarti berdoa. Shalat dengan
makna doa dicontohkan di dalam Al-Quran Al-Karim pada ayat berikut
ini.
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan shalatlah (mendo'alah) untuk
mereka. Sesungguhnya shalat (do'a) kamu itu ketenteraman jiwa bagi
mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.(QS. At-
Taubah: 103)
Dalam ayat ini, shalat yang dimaksud sama sekali bukan dalam
makna syariat, melainkan dalam makna bahasanya secara asli yaitu
berdoa.
Sedangkan pengertian menurut (tinjauan) Syara’ ialah beberapa
ucapan atau perbuatan yang diawali dengan ucapan takbir dan diakhiri
dengan ucapan salam, dengan memenuhi syarat yang telah ditentukan2.
Menurut hakekatnya, sholat ialah menghadapkan diri kepada Allah
SWT, yang bisa melahirkan rasa takut kepada Allah dan bisa
membangkitkan kesadaran yang dalam pada setiap jiwa terhadap
kebesaran dan kekuasaan Allah.
Sebelum sholat lima waktu wajib disyariatkan, sesungguhnya
Rasulullah SAW dan para shahabat sudah melakukan ibadah sholat.
Hanya saja ibadah sholat itu belum seperti shalat 5 waktu yang
disyariatkan sekarang ini.
Barulah pada malam mi`raj disyariatkan sholat 5 kali dalam sehari
semalam yang asalnya 50 kali. Persitiwa isra` ini dicatat dalam sejarah
terajdi pada 27 Rajab tahun ke-5 sebelum peristiwa hijrah nabi ke
Madinah. Sebagaimana tertulis dalam hadits nabawi berikut ini:
Dari Anas bin Malik ra. "Telah difardhukan kepada Nabi SAW
shalat pada malam beliau diisra`kan 50 shalat. Kemudian dikurangi
2
Abu Azim Mubarok, FIQH IDOLA:Terjemah Fathul Qarib, (Jawa Barat: Mukjizat), 2017,
hal. 117.
3
يَاأَيُّ َها
۩ َُواربَّ ُكم َواف َعلُواالخَي َرلَ َعلَّ ُكم تُف ِل ُحون
َ ُواواعبُد َ ُالَّذِينَآ َمنُواار َكع
َ واواس ُجد
” Hai orang-orang yang beriman, ruku'lah kamu, sujudlah kamu,
sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat
kemenangan” (Dalil al-quran:(Qs al hajj[22]:77)).
3
Ahmad Sarwat, Seri Fiqih Kehidupan (3): Shalat, (Jakarta: Rumah Fiqih Publishing), 2017,
hal.50.
4
3. Macam-macam Sholat
6
a) Sholat fardlu
Sholat yang difardlukan (diwajibkan) itu ada 5 (lima), yakni sholat
Subuh, sholat Dhuhur, sholat Ashar, sholat Maghrib, dan sholat Isya’.
Dalam sebagian redaksi kitab lain, menggunakan kata-kata : “Sholat-
sholat yang difardlukan ada lima”. Masing-masing dari lima tersebut,
harus dikerjakan pada awal waktu (tepat waktu dimulainya sholat).
Yang mana keharusan mengerjakannya leluasa yang masih ada/cukup,
(sekira) muat untuk mengerjakan sholat. Maka, sewaktu dalam keadaan
demikian, menjadi sempitlah waktu keharusan mengerjakan.
Waktu sholat fardlu adalah wajib muwassa’ yaitu, datangnya waktu
sholat tidak menutup pelaksanaan sholatnya dikerjakan saat itu juga,
tetapi boleh ditunda sampai batas waktu yang tersisa hanya cukup
dibuat mengerjakan rukun-rukunnya saja. Dan disini kewajibannya
menjadi menjadi mudhayyaq, yaitu pelaksanaannya harus dikerjakan
saat itu juga. Namun bagi siapa saja yang ketika waktu sholat tiba tidak
segera melaksanakannya tetapi menundanya, menurut Imam Nawawi –
qaul ashah- di awal waktu dan dia harus ber “azm” (mempunyai
ketetapan hati) akan melaksanakannya.
Seperti namanya, sholat Fardlu adalah sholat yang wajib dikerjakan
oleh setiap umat Islam yang sudah baligh. Apabila sampai
meninggalkan sholat fardlu ia akan berdosa.
b) Sholat sunnah
Sholat-sholat yang disunnahkan itu ada 5 (lima) :
a. Sholat hari raya. Yaitu:
1) Sholat hari raya Idul Fitri
2) Sholat hari raya Idul Adha (hari raya qurban).
b. Sholat dua gerhana. Yaitu:
1) Sholat Gerhana Matahari
2) Sholat Gerhan Bulan.
c. Sholat mohon hujan ( Istisqa’)
7
b. Sudah mencapai baligh. Maka sholat itu tidak wajib dikerjakan oleh
seorang anak laki-laki dan perempuan yang masih kecil (belum pintar).
Tetapi mereka harus diperintah agar mau melaksanakan sholat, setelah
mereka berusia 7 (tujuh) tahun. Jika memang sewaktu usia itu, dia
sudah pintar (tamyiz). Namun apabila seusia itu dia belum pintar, maka
diperntahnya, setelah mereka pintar. Dan mereka harus dipukul karena
mereka meninggalkan sholat, setelah genap berusia 10 (sepuluh) tahun.
c. Berakal. Maka sholat wajib dikerjakan oleh orang yang gila.
Adapun syarat-syarat sah sholat ada 5 (lima) hal, yakni:
a. Sucinya beberapa anggota badan dari hadats.
Yakni hadats kecil dan hadats besar. Di samping suci dari hadats
juga suci dari najis yang tidak ditolerir, yang terdapat pada pakaian,
badan, dan tempat sholat.
b. Menutupi warna aurat.
Syarat menutupi aurat yaitu harus menggunakan pakaian (kain)
yang suci dari najis. Dan wajib pula menutupi auratnya sewaktu diluar
sholat, dari penglihatan manusia. Auratnya kaum laki-laki yaitu, suatu
anggota yang berada diantara pusar dan lututnya. Sedangkan auratnya
kaum wanita yang merdeka, sewaktu hendak melakukan sholat yaitu
seluruh anggota badan selain wajah dan kedua telapak tangannya, baik
bagian muka (belakang) atau yang dalam (bathin), hingga sampai ke
(batas) kedua pergelangan tangan.
Adapun batas aurat perempuan merdeka sewaktu diluar sholat,
ialah seluruh badannya. Sedang, auratnya waktu dalam bersunyi
(sendirian), sama dengan batas-batas aurat orang laki-laki.
c. Berdiri di suatu tempat yang suci.
Jadi, tidak dianggap sah, sholatnya seseorang yang pada sebagian
badan atau pakaiannya terdapat najis, sewaktu dalam keadaan berdiri,
duduk, ruku, atau sujud.
d. Mengetahui akan masuknya waktu sholat.
Yakni menduga akan masuknya waktu sholat, dengan melalui
kesungguhan berupaya untuk menentukan masuknya waktu sholat. Jadi,
10
5. Rukun Sholat
4
Khalilurrahman Al-Mahtani, Kitab Lengkap Paduan Sholat, (Jakarta: Wahyu Qolbu), 2016,
hal. 5.
5
Ahsin W. Alhafidz, Indahnya Ibadah dalam Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada),
2010, hal. 115.
11
6
Abu Azim Mubarok, FIQH IDOLA:Terjemah Fathul Qarib, (Jawa Barat: Mukjizat), 2017,
hal. 118.
13
Dalam hal ini ada dua pendapat, yaitu pendapat jumhur ulama dan
pendapt Al-Hanafiyah.
a. Jumhur Ulama
b. Mazhab Al-Hanafiyah
7
Ahmad Sarwat, Seri Fiqih Kehidupan 3: Shalat, (Jakarta: Rumah Fiqih Publishing), 2017,
hal. 635.
16
Orang yang bisa berdiri tapi tidak bisa sujud, dia cukup
membungkuk sedikit saja dengan badan masih dalam keadaan
berdiri. Dia tidak boleh berbaring, sambil menganggukkan kepala
untuk sujud. Bila hal itu dilakukannya malah akan membatalkan
shalatnya.
ض َو ِإلَّ فَأ َو ِمئ ِإي َما ًء َواج َعل َ َت أَن تَس ُجد
ِ علَى ال َر َ َ ِإ ِن است
َ طع
َ َس ُجودَ َك أَخف
ض ِمن ُر ُكو ِع َك ُ
8
Ahmad Sarwat, Seri Fiqih Kehidupan 3: Shalat, (Jakarta: Rumah Fiqih Publishing), 2017,
hal. 637.
17
9
Ahmad Sarwat, Seri Fiqih Kehidupan 3: Shalat, (Jakarta: Rumah Fiqih Publishing), 2017,
hal. 493.
18
10
Ahmad Sarwat, Seri Fiqih Kehidupan 3: Shalat, (Jakarta: Rumah Fiqih Publishing), 2017,
hal. 681.
11
Ibid, hal. 682.
20
عن ابن عبّاس قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم الظهر والعصر جميعا
في:وفي رواية.والمغرب والعشاء جميعا في غيرخوف ول سفر
.)(رواه مسلم وأبوداودوالنسائي ومالك.غيرخوف ولولمطر
12
Ahmad Sarwat, Seri Fiqih Kehidupan 3: Shalat, (Jakarta: Rumah Fiqih Publishing), 2017,
hal. 565.
21
Adapun syarat jamak ta’khir yakni, wajib niat menjamak sholat dan
keberadaan niat ini adalah di dalam waktunya sholat yang pertama. Dan
hukumnya diprbolehkan mengakhirkan niat hingga sampai tiba sisa
waktu sholat yang pertama.
عسفَان َ ص ُروا في ِ أَقَ ِّل ِمن أَر َبعَ ِة بَر ٍد ِمن َم َّكةَ ِإ
ُ لى ُ يَاأَه َل َم َّكةَ لَ تَق
13
Ahmad Sarwat, Seri Fiqih Kehidupan 3: Shalat, (Jakarta: Rumah Fiqih Publishing), 2017,
hal. 545.
22
D. Analisis
Sholat merupakan suatu ibadah rutinan yang wajib dijalankan oleh setiap
umat islam. Tujuan didirikannya adalah untuk menunaikan rukun islam yang
kedua. Sebagai bentuk ketaatan pada Allah, dan sebagai ungkapan rasa syukur
atas nikmat yang telah diberikan-Nya. Sholat wajib dilaksanakan bagi setiap
muslim yang sudah memenuhi syarat-syarat sholat dan ada hikmahnya sebagai
berikut ;Mencegah perbuatan keji dan mungkar(QS al-ankabut:45), mendidik
23
E. Kesimpulan
Dari uraaian di atas kita dapat menyimpulkan bahwa sholat adalah
serangkaian ibadah yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam.
Sholat merupakan sebuah kewajiban bagi semua umat Islam, yang apabila
ditinggalkan akan mendapat dosa. Seperti yang tertuang dalam QS. Al-
Ankabut ayat 45 bahwa sholat itu bisa mencegah dari perbuatan keji dan
mungkar.
Sholat terbagi menjadi dua, yakni sholat fardlu dan sholat sunnah. Seperti
namanya, sholat fardlu adalah sholat wajib 5 (lima) waktu yang harus
dikerjakan setiap umat Islam, sedangkan sholat sunnah apabila tidak dikerjakan
tidak akan menimbulkan dosa. Di samping itu, dalam mengerjakan sholat harus
memperhatikan syarat-syarat tertentu. Syarat tersebut terbagi dlam dua hal,
yakni syarat wajib dan syarat sah. Apabila kedua macam syarat itu tidak
terpenuhi maka sholatnya tidak akan sah.
Dalam mengerjakan sholat juga harus sesuai dengan rukun-rukun yang
ada. Ulama dalam menentukan banyaknya rukun sholat memang bermacam-
macam, akan tetapi semua hal itu harus dilakukan secara tertib. Melaksanakan
sholat juga harus mengetahui waktunya, karena jika tidak maka akan
berpengaruh pada sah dan tidaknya sholat tersebut.
24
DAFTAR PUSTAKA
25
Mubarok, Abu Hazim. 2017. Terjemah Fathul Qarib. (Jawa Barat: Mukjizat).
Sarwat, Ahmad. 2017. Seri Fiqih Kehidupan (3): Shalat. (Jakarta: Rumah Fiqih
Publishing).