Anda di halaman 1dari 31

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Perjalanan Nabi Muhammad SAW dari Masjidilharam sampai


Masjidilaqsa yang terletak di negara Palestina dengan menggunakan
kendaraan buraq kemudian naik ke SidratulMuntaha untuk mendapatkan
wahyu dari Allah SWT berupa salat sebanyak lima puluh waktu dalam satu
hari satu malam. kemudian Nabi Muhammad SAW turun untuk menemui
Nabi Musa AS untuk di mintai pendapatnya, setelah Nabi Musa AS
memberikan saran kepada Nabi Muhammad SAW, kemudian Nabi
Muhammad SAW menghadap Allah SWT untuk meminta dispensasi atau
keringanan perihal jumlah shalat dalam satu hari satu malam sampai Allah
SWT memberi keringanan kepada Nabi Muhammad SAW sebanyak lima
waktu dalam sehari semalam.setelah Nabi Muhammad SAW mendapatkan
perintah shalat dari Allah SWT , kemudian Nabi Muhammad SAW
menyampaikan dan menceritakan perihal perjalanannya kepada umatnya.1

Berikut adalah beberapa dalill tentang kewajiban shalat yang


bersumber dari Al-Qur’an dan Al-Hadist:

.‫ِاَّن الَّص اَل َة كَاَنْت َع َلى اْلُم ْؤ ِمِنْيَن كَِتاًبا َم ْو ُقْو ًتا‬

"sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang di tentukan waktunya bagi


orang-orang yang beriman".(QS.Annisa:103).

‫َفُس ْبَح اَن ِهللا ِح ْيَن ُتْم ُس ْو َن َو ِح ْيَن ُتْس ِبُحْو َن َو َل ُه اْلَحْم ُد ِفي الَّس ٰم ٰو ِت َو اَاْلْر ِض َو ِح ْيَن‬
. ‫ُتْظ ِهُرْو َن‬

1
Al-Mahally, Muhammad jalaluddin, Haramain, Tafsir jalalain, Juz 1, Hal: 227.

1
2

"Maka bertasbihlah kepada Allah SWT waktu kamu berada di petang hari
dan watu kamu berada di waktu shubuh, hanya bagi-Nya lah segala puji di
langit dan bumi dan di waktu kamu berada di waktu dzuhur".(QS.Arrum:17-
18).

‫َم َثُل الَّص َلَو اِت اْلَخ ْم ِس َكَم َثِل َنْهٍر َج اٍر َغ ِم ٍر َعلي َب اِب َاَح ِد ُكْم َيْغ َتِس ُل ِم ْن ُه ُك َّل َي ْو ٍم َخ ْمَس‬
.‫َم ّٰر ٍت‬

"Perumpamaan shalat lima waktu itu laksana sungai mengalir yang


melimpah airnya berada di depan pintu seseorang di antara kalian, ia
mandi di sungai setiap hari lima kali".(HR.Muslim).

Shalat menjadi hal yang sangat penting bagi peran keluarga


khususnya bagi orang tua wajib memerintahkan shalat kepada aanaknya
setelah Tamyiz yakni umur tujuh tahun dan wajib memukulnya ketika
umur sepuluh tahun bila meninggalkannya.2

Imam Al-Ghozali mengatakan membunuh satu orang yang sengaja


meninggalkan shalat itu lebih utama daripada membunuh seratus orang
kafir, bahkan menurut Imam Ahmad bin Hambal nikahnya tidak sah bagi
seseorang yang sengaja meninggalkan shalat dan menikahi kafir dzimmiy
lebih utama dari pada menikahi orang yang sengaja meninggalkan shalat.

Dalam kitab Zawajir karangan Imam Ibnu hajar al-haitami, Allah


SWT akan memberikan lima keistimewaan bagi seseorang yang tidak
pernah meninggalkan shalat, di antaranya:

1. di hilangkannya kesusahan di dunia.


2. di hilangkannya siksa kubur.
3. di berikan amal baik.
4. di permudahkan melewati shirat (jembatan)

2
Asmaraqandy, Nasr bin Muhammad,Tanbighul ghofilin,Dar Al-falah,Hal:99.
3

5. masuk surga tanpa hissab (hitungan).

Selain itu, shalat memiki fungsi yakni sebagai pondasi atau benteng
agama Islam, artinya orang yang merusak atau menghancurkan agama
Islam bukan dari agama lain akan tetapi dari orang Islam yang
meninggalkan shalatnya.seperti hadist Nabi SAW:

. ‫الَّص َلاُة ِع مَاُد الِّدْيِن َفَم ْن َاقَاَم َها َفَقْد َاَقاَم الِّدْيِن َفَم ْن َتَر َك َها َفَقْد هَد َم الِّدْيِن‬

“Shalat adalah tiang agama, barang siapa yang menegakkan shalat,


maka ia telah menegakkan agamanya, barang siapa yang meninggalkan
shalat, maka ia telah merobohkan agamanya”. (HR. Al-Baihaqi)

Shalat yang baik adalah shalat yang sesuai syariat yakni, shalat
yang telah dipraktikkan oleh Nabi SAW sesuai dengan Hadist:

.‫َص ُّلْو ا َك مَا َر آيُتُم ْو ِنْي ُاَص ِّلي‬

“shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat.” .(HR.Bukhari).

Pada redaksi hadist di atas menjelaskan bahwa kita sebagai umat Islam
dalam menjalankan shalat harus sesuai dengan apa yang telah di
peraktikan oleh Nabi Muhammad SAW, akan tetapi karena manusia pada
zaman sekarang tidak hidup pada zaman Nabi Muhammad SAW, maka
hanya bisa taqlid (mengikuti) kepada mujtahid mutlak yakni Imam hanafi,
Imam Maliki, Imam Syafi’i dan Imam Hanbali. Empat Imam tersebutpun
berbeda-beda dalam istinbat (pengambilan hukum) , maka sebagian
masyarakat dalam pelaksanaan ibadahpun berbeda-beda.

Shalat memiliki beberapa syarat, rukun, dan kesunahan-kesunahan


yang lainnya, akan tetapi dalam peraktiknya, penulis sering menemui
perbedaan-perbedaan dalam masalah shalat terutama yang paling
mencolok adalah masalah do’a qunut dalam shalat shubuh, sebagian
4

masyarakat ada yang mengamalkannya dan sebagian masyarakat yang


lainnya tidak mengamalkannya, bahkan dalam masalah perbedaan tersebut
sudah menjadi asumsi masyarakat ketika mengamalkan qunut itu golongan
orang NU dan yang tidak mengamalkannya golongan dari
Muhammadiyyah, karena Indonesia merupakan negara mayoritas umat
muslim dan berbeda-beda golongan seperti lambang bhineka tunggal ika
yakni berbeda-beda tetapi tetap satu jua, perbedaan itu akan menjadi indah
ketika saling mengharhgai dan menjujung peradabban dalam perbedaan
tersebut, akan tetapi manusia merupakan makhluk Allah SWT yang telah
diberi nikmat berupa akal yang sehat berusaha untuk memperluas dan
memperdalam khazanah keilmuan dengan tujuan agar lebih mantap dan
yakin dalam menjalankan ibadah kepada Allah SWT disertai dengan
ilmunya.

Pebedaan qunut shubuh yang terjadi di sebagian masyarakat


tentunya sudah memiliki hujjah (dasar) masing-masing sesuai dengan
istinbat (pengambilan hukum) dari empat madzhab.

Dalam hal ini Empat Madzhab mempunyai kedudukan sebagai mujtahid


mutlak yakni orang yang mampu atau berkuasa memutuskan suatu hukum
yang bersumberkan dari Al-Qur’an dan Al-Hadist, meskipun berbeda-beda
dalam ijtihadnya merka tetap diberi dua pahala ketika benar dan
mendpatkan satu ketika salah. 3

Terjadinya perbedaan itu disebabkan berbeda dalam memahami Al-


Qur’an dan Al-Hadist, karena dalam memahami ayat-ayat Al-Qur’an itu
tidak hanya memahami secara makna terjemah dari dzohirnya ayat saja,
akan tetapi dibutuhkan pemahaman yang berkaitan dengan kaidah fikih,
ushul (cabang fikih), nahwu (grametika arab), shorof (perubahan kosa
kata), balaghoh (bahasa), mantiq (logika) dan yang lainnya.

3
Burhanuddin, Ibrahim bin Hasan, Jauharuttauhid, Hal: 62.
5

Perbedaan yang kedua dalam memahami redaksi hadist, karena melihat


dari status riwayat, sanad dan kedudukan hadis tersebut, dan adanya dua
redaksi hadist yang sama-sama shahihnya akan tetapi saling berentangan.

Pengalaman penulis ketika melakukan safari ramadhan di desa


karangtengah kecamatan cilongok terjadi perselisihan yakni masalah qunut
shubuh, sebagian dari mereka yang tidak mengamalkan qunut mengatakan
bahwa melaksanakan shalat di masjid RT sebelah tidak sah karena telah
melakukan Bid'ah (hal baru) sedangkan tanggapan dari sebagian
masyarakat yang mengamalkan mengatakan kepada mereka bahwa shalat
mereka yang tidak sah karena merkeka berfikir apa yang telah mereka
lakukan tidak ada dasarnya.

Dengan demikian beragamnya perbedaan yang terjadi di masyarakat baik


yang mengamalkan maupun yang tidak mengamalkan qunut shubuh itu
meruapakan sesuatu yang wajar, dan menjadi indah ketika saling
menghargai perbedaan tersebut, akan tetapi dari perbedaan tersebut dari
pengalaman penulis ketika melaksanakan safari ramadhan di desa
karangtengah hampir rata-rata tidak tahu dasar atau dalil karena minimnya
pengetahuan, mereka hanya mengikuti pengajian di youtube dan media
internet sehingga mereka saling berselisih tanpa adanya dasar yang kuat.
maka dari itu penulis membuat judul “ANALISIS HUKUM TENTANG
GOLONGAN YANG MENGAMALKAN QUNUT DAN YANG
TIDAK MENGAMALKANYA PADA SHALAT SHUBUH
MENURUT EMPAT MADZHAB”.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa hukum qunut shubuh menurut empat madzhab?

2. Bagaimana istinbat (pengambilan hukum) empat madzhab tentang


qunut shubuh?
BAB II

KERANGKA KONSEPTUAL

A. Tinjauan Qunut Secara Umum


1. Pengertian Qunut

Menurut kamus At-Taufiq qunut berasal dari lafadz ‫وتا‬


ً ‫ت قُُن‬
ُ ‫قن‬
ُ ‫ت َي‬
َ ‫ َقَن‬yang
berarti tunduk atau patuh.4

Sedangkan menurut Ulama fiqih, dalam kiatab Fath Al-Barry qunut


memiliki beberapa makna yang di nadzomkan oleh Syeh Zainuddin Al-
Iraqiy:

‫ َو اْلِعَب اَد ُت‬، ‫ ٌخُش ْو ٌع‬، ‫َو َلْفُظ اْلُقُنْو ِت َعَد ُد َم َع اِنْيِه َتِج ُد َم ِز ْيَد َع َلى َع َش ِر َم َع اٍن َم ْر ِض ِه ُد َع اٌء‬
.‫ِاَقاَم ُتَها ِاْقَر اُر ُه ِباْلُعُبْو ِد َّيِة ُس ُك ْو ٌن َص اَل ٌة َو اْلِقَياُم َو ُطْو ُلُه َك َذ اَك َد َو اُم الَّطاَع ِة الَّراِبُح الَغ ِنْيَم ُة‬

Lafadz qunut memiliki 10 makna yakni do’a, khusu’, ibadah, tunduk


mendirikan ibadah, pengakuan, diam, shalat, berdiri, kemenangan, dan
keberuntungan.5

Secara bahasa qunut merupakan ibadah atau do’a, Secara istilah dzikir
atau doa secara khusus yang mencangkup terhadap do’a dan pujian ,
menurut Imam Barmawi berdo’a dengan kebaikan atau keburukan.

Menurut Imam Nawawi dalam Majmu’ Muhadzab qunut dzikir yang


harus mencangkup terhadap do’a dan pujian meskipun satu ayat dengan
menyimpan makna do’a atau semisalnya seperti akhir dari surah Al-
Baqarah, maka ketika tidak menyimpan makna do’a atau semisalnya maka
belum bisa mencukupinya.

4
Taufiqul hakim,At-Taufiq,Al-falah ofset,Hal:528.
5
Sulaiman bin umar bin mansur Al-jamal,Hasiyah jamal,Dar kutub Al-Ilmi,Hal:64.

6
7

B. Dasar Hukum Qunut


1. Hadist Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud:

‫َع ْن َأَنٍس ْبِن َم اِلٍك َر ِض َي ُهللا َع ْن ُه َأَّن ُه ُس ِئَل َه ْل َقَنَت َر ُس ْو ُل ِهللا َص َّلي ُهللا َع َلْي ِه َو َس َّلَم ِفي الَّص اَل ِة‬
.‫الُّص ْبِح َفَقاَل َنَعْم َفِقْيَل َلُه َقْبَل ُر ُك ْو ٍع َاْو َبْع َد الُّر ُك ْو ِع َقاَل َبْع َد الُّر ُك ْو ِع‬

Di riwayatkan dari Anas bin Malik RA ,Ia di tanya apakah Rasulullah SAW melakukan
qunut ketika shalat shubuh Beliau menjawab Ya Kemudian beliau di tanya lagi
sebelum ruku’ atau setelahnya Beliau menjawab setelah ruku’.6

2. Hadist Rasulullah SAW yang di riwayatkan oleh Imam Ahmad dan Daruqutni:

‫َع ْن َأَنٍس ْبِن َم اِلٍك َر ِض َي ُهللا َع ْنُه َقاَل َم ا َز اَل َر ُسْو ُل ِهللا َص َّلي ُهللا َع َلْي ِه َو َس َّلَم َيْقُنُت ِفي الَفْج ِر َح َّتي‬
.‫َفاَر َق الُّد ْنَيا‬

Diriwayatkan dari Anas bin Malik RA,Ia mengatakan bahwa Rasilullah SAW
senantiasa melakukan qunut ketika shalat shubuh sampai Beliau wafat.(HR:Ahmad dan
Daruquthni).

3. Hadist Rasulullah SAW yang di riwayatkan oleh Imam Muslim:

‫ُم َحَّمٍد َر ِض َي ُهللا َع ْنُه َقاَل ُقْلُت َأِلَنٍس َهْل َقَنَت َر ُسْو ُل ِهللا َص َّلي ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم ِفي الَّص اَل ِة الُّص ْبِح‬ ‫َع ْن‬
.‫َنَعْم َبْع َد الُّر ُك ْو ِع َيِس ْيًرا‬ ‫َقاَل‬

Di riwayatkan dari Muhammad, ia bertanya kepada Annas.”Apakah Rasulullah SAW


melakukan qunut di shalat shubuh? “ Beliau menjawab: ”Ya, setelah ruku’ dengan
selisih waktu yang sebentar.”(HR: Bukhari).

4. Hadist Rasulullah SAW yang di riwayatkan oleh Imam Hakim:

‫َع ْن َحَس ِن ْبِن َع ِلٍّي َر ِض َي ُهللا َع ْن ُه َق اَل َع َّلَم ِني َر ُس ُّو ِهللا َص َّلَي ُهللا َع َلْي ِه َو َس َّلَم َك ِلَم اٍت اُق وُلُهَّن ِفي‬
‫اْلُقُنوِت الَّلُهَّم اْهِدِني ِفيَم ْن َهَدْيت َو ًّع ا َفِّني ِفيَم ْن َعاَفْيت َو َتَو َّلِني ِفيَم ْن َت َو َّلْيُت َو َب اِر ْك ِلي ِفيَم ا اْع َطْيَت‬
‫َو ِقِني َشَّر َم ا َقَض ْيَت ِإَّنَك َتْقِض ي َو اَل يُْقَض ا َع َلْيَك َو ِإَّنُه اَل َيِذ ُّل َم ْن َو اَلْيَت َو اَل َيِع ُّز َم ْن َعا َد ْيَت َتَباَر ْك َت‬
. ‫َر َّبَنا َو َتَع اَلْيَت‬

Di riwayatkan dari hasan bin Ali RA, bahwa Rasulullah SAW mengajariku bacaan
qunut yaitu :

6
Abi Dawud,Sunan Abi dawud,jus:1 Hal:8.
8

Ya Allah, berilah aku petunjuk sebagaimana orang-orang yang engkau beri


petunjuk.Berilahaku kesehatan sebagaimana orang yang telah engkau beri
kesehatan.Berilah aku kekuasaan sebagaimana orang yang telah engkau beri
kekuasaan.Berilah aku keberkahan pada segala apa yang telah engkau berikan
Lindungilah aku dari keburukan hal-hal yang telah engkau putuskan.karena,
sesungguhnya engkaulah yang memberi keputusan dan tak ada yang dapat
memberikan keputusan terhadap-Mu. Dan sesungguhanya tidak akan menjadoi hina
orang-orang yang telah engkau beri kekuasaan. Dan tidak akan Mulia orang-orang
yang engkau musuhi.kebajikan engkau senantiasa bertambah, Ya Tuhan kami, dan
engkau maha luhur.(HR:Hakim).

5. Hadist Rasulullah SAW yang di riwayatkan oleh Imm Bukhari dan Muslim:

‫َع ْن َأَنٍس َر ِض َي ُهللا َع ْن ُه َأَّن َر ُس وَل ِهللا َص َّلَي ُهللا َع َلْي ِه َو َس َّلَم َقَنَت َش ْهًرا َي ْد ُعو َع َلي حٍَّي ِم ْن َأْح َي ِإ‬
.‫اْلَعَر ِب ُثَّم َتَر َك ُه‬

Diriwayatkan dari Anas bahwa Rasululloh SAW qunut selama satu bulan.Beliau
mendo’akan keburukan terhadap beberapa suku Arab ( suku Ri’li, Dzakwan dan
ushayyah) kemudian meninggalkannya.(HR. An-Nasa’i)

6. Hadist Rasulullah SAW yang di riwayatkan oleh Imam Muslim:

‫َع ْن الَب َّر ِإ ْبِن َع اِزٍب َر ِض َي ُهللا َع ْن ُه َأَّن َر ُس َو َل ِهللا َص َّلي ُهللا َع َلْي ِه َو َس َّلَم َك اَن َيْقُنُت ِفي الُّص ْبِح‬
.‫َو اْلَم ْغ ِر ِب‬

Di riwayatkan dari Bara’ bin ‘azib RA, bahwa Rasulullah SAW membaca do’a qunut
(ketika ada musibah) di waktu shalat shubuh dan maghrib.

7. Hadist Rasulullah SAW yang di riwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim:

‫َع ْن َأَنِس ْبِن َم اِلٍك َر ِض َي ُهللا َع ْنُه َقاَل َدَعا َر ُس َو ِهللا َص َّلي ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َع َلي اَّل ِذ يَن َقَتُل وا َأْص َح اَب‬
‫ِبْئِر َم ُع وَنَة َثاَل ِثيَن َغَداًة َع َلي ِر ْع ٍل َو َذْك َو اٍن َو ُع َص َّيٍة َع َص ْت َهللا َو َر ُس وَلُه َق اَل َأَنٌس ُأْن ِز َل ِفي اَّل ِذ يَن‬
.‫ُقِتُلوا ِبِبْئِر َم ُع وَنَة َقَر ْأَن َقَر ْأَناُه ُثَّم ُنِس َخ َبْعُد ِبَلْغ ِو َقْو ِم َنا َأْن َقْد َلِقيَنا َر َّبَنا َفَر ِض َي َع َّنا َو َر ِض يَنا َع ْنُه‬

Di riwayatkan dari Anas bin malik RA, bahwa Rasulullah SAW pernah mendoakan
kehancuran selama 30 hari kepada pembunuh sahabat Anshar ketika singgah di sumur
ma’unah.mereka di bunuholeh suku Ri’li , Dzakwan, dan Ushayyah yang durhaka
kepada Allah SWT dan RasulNya.Anas berkata: kami pernah membaca ayat Al-qur’an
9

yang diturunkan tentang sahabat yang dibunuh di sumur ma’unah kemudian ayat
tersebut di salin setelah itu, yakni ayat “Sampaikan kepada kaum kami bahwa kami
telah bertemu dengan Tuhan kami, maka Dia ridlo kepada kami dan kami ridlo
kepadaNya.(HR:Bukhari-Muslim).

C. Pembagian Qunut

Qunut memiliki 3 macam diantaranya:

1. Qunut shubuh

Ulama madzhab Syafiiah adanya qunut subuh berdasarkan fiman Allah SWT

‫َو الَّص َلَو اُت اْلُو ْس َطى َو ُقْو ُم ْو ِهلِل َقاِنِتيَن‬

Dari ayat diatas Imam nawawi menafsiri bahwa yang di maksud shalat wustha
adalah shalat subuh, maka tidak ada qunut ketika waku fajar (subuh), dan mansusia
dalam keadaan tidur.7 Qunut subuh dilakukan setelah ruku’ pada rakaat terakhir shalat
subuh, adanya qunut subuh berdasarkan hadist Nabi Muhammad SAW:

‫َم ا َز اَل َر ُسوُل ِهللا ﷺ َيْقُنُت ِفي اْلَفْج ِر َح ّتي َفاَر َق الُّد ْنَيا‬

“Rasulullah SAW tak henti-hentinya melakukan qunut pada shalat subuh sampai beliau
wafat”

Dari hadist diatas dapat disimpulkan bahwa qunut shubuh merupakan kesunahan
bahkan dari madzab Syafi’i sunah melakukan sujud syahwi bila meninggalkannya baik
di sengaja maupun tidak.

2. Qunut nazilah atau nawazil

Qunut nazilah disunahkan ketika umat Islam sedang mengalami musibah besar
seperti menyebarnya penyakit atau virus, kekeringan artinya tidak ada hujan, tidak
adanya sumber makanan dan musibah lainya. Nabi SAW pernah melaksanakan qunut
nazilah selama satu bulan penuh untuk mendoakan sahabatnya yakni para penghafal
Al-Qur’an yang terbunuh di sumur Ma’unah, dan sahabat Umar melakukan qunut
nazilah ketika ada (wabah) thaa’un yang menyebar. Adaya qunut nazilah berdasarkan
hadist Nabi Muhammad SAW :

‫اَّنُه ﷺ َقَنَت َش ْهًرا َيْد ُعو َع َلى َقاِتِلي َاْص َح اِبِه ِبِبْئِر َم ُع وَنَة‬
7
10

“Nabi SAW melakukan qunut satu bulan penuh untuk mendoakkan sahabatnya yang
terbunuh di sumur maunah”.(HR Bukhari muslim).

Qunut nazilah tetap di sunattkan meskipun tidak ada bencana atau musibah karena
Nabi Muhammad SAW ketika mau mendo’akkan kebaikan atau keburukan beliau
berdo’a qunut setelah ruku’ seperti yang telah di riwayatkan oleh Imam Bukhari dan
Imam Ahmad.

Menurut Imam Ramli Qunut nazilah disunatkan pada semua shalat maktubah.
Menurut Imam Syafi’i, Hanafi, dan Hanbali qunut Nazilah di syariatkan tetapi tidak
secara mutlak, menurut Imam hanafi qunut nazilah boleh di lakukan pada shalat jahrr
saja.hal ini berbeda dengan Imam lainnya yang berpendapat tetap di sunnatkan pada
semua shalat maktubah kecuali shalat jum’at sedangkan menurut Imam Maliki cukup
berdo’a di dalam khutbah saja, dan di sunnatkan mengeraskan bacaannya.qunut Nazilah
sunnat di laksanakan ketika umat islam terkena Musibah seperti bencana,menyebarnya
virus dan sebagainya. adanya qunut Nazilah tidak di syariatkan untuk selamanya karena
Nabi SAW tidak melakukan qunut kecuali ketika ada musibah, dan tidak di sunnatkan
sujud syahwi ketika meninggalkannya, seperti pendapat Imam Syafi’i bahwa Nazilah
bukan termasuk sunnat Ab’ad.

3. Qunut Witir

Dalam hal ini Ulama berbeda pendapat dalam hukum qunut witir,Menurut Imam
Abu Hanifah dan Imam Ahmad bin Hanbal qunut witir hukumnya wajib, dan
pelaksanaanya sebelum ruku’ dengan mengangkat kedua tangan dan menurut Imam
Abu Hanifah tidak ada qunut selain qunut witir kecuali qunut Nazilah yang di lakukan
pada shalat jahrr yakni shalat yang disunnatkan mengeraskan bacaan shalat seperti
shubuh, maghrib, dan Isya.hukum qunut witir menurut Imam Abu Hanifah wajib
meskipun dari pengikut Hanafiyyah ada yang berpendapat qunut witir hanya sebatas
sunnat tidak sampai wajib.

Sedangkan menurut Imam Syafi’i hukumnya sunnat pada setengah bulan ramdhan
sampai akhir dan dilakukan setelah ruku’, dan menurut Imam Maliki tidak di
sunnatkan.

4. Kalimat Qunut
11

Kalimat qunut ketika shalat shubuh sama dengan qunut ketika shalat witir.kalimt
qunut ada yang di riwayatkan dari Rasulullah SAW dan ada yang dari sahabat Umar
bin Khatab.

Rasulullah SAW bersabda dalam hadist yang diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud
dan Hakim:

‫َع ْن َح َس ِن ْبِن َع ِلٍّي َقاَل َع َّلَم ِني َر ُسوُل ِهَّللا َص َّلي ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َك ِلَم اٍت اُقوُلُهَّن ِفي اْلُقُنوِت الَّلُهَّم اْهِدِني‬
‫ِفيَم ْن َهَد ْيَت َو َعا َفِّني ِفيَم ْن َعاَفْيَت َو َتَو َّلِني ِفيَم ْن َتَو َّلْيَت َو َباِر ْك ِلي ِفيَم ا اْع َطْيَت َو ِقِني َشَّر َم ا َقَض ْيَت‬
‫اْنَك َتْقِض ي َو اَل َيْقِض ي َع َلْيَك َو اْنُه اَل َيِذ ُّل َم ْن َو اَلْيَت َو اَل َيِع ُّز َم ْن َعاَد ْيَت َتَباَر ْك َت َر َّبَنا َو َتَع اَلْيَت‬

Di riwayatkan dari Hasan bin Ali RA, ia berkata: “Rasulullah SAW mengajariku
bacaan do’a qunut yaitu ya Allah, berilah aku petunjuk sebagaimana orang-orang
yang engkau beri petunjuk.Berilah aku kesehatan sebagaimana orang yang telah
engkau beri kesehatan.Berilah aku kekuasaan sebagaiman orang yang telah engkau
beri kekuasaan. Berilah aku keberkahan pada segala apa yang telah engkau berikan.
Lindungilah aku dari keburukan hal-hal yang telah engkau putuskan. karena,
sesungguhnya engkaulah yang memberi keputusan dan tidak ada yang memberi
keputusan terhadapMu. Sesungguhnya tidak akan menjadi hina orang-orang yang
telah engkau beri kekuasaan. Tidak akan mulia orang-orang yang engkau
musuhi.kebajikan engkau senantiasa bertambah, Ya Tuhan kami, dan engkau maha
luhur.’’(HR: Abu dawud dan Hakim).

Kalimat qunut dari Umar bin khatab adalah:

‫الَّلُهَّم اَّنا َنْسَتِع يُنَك َو َنْسَتْغ ِفُرَك َو َنْسَتْهِد ْيَك َو ُنْؤ ِم ُن ِبَك َو َنَتَو َّك ُل َع َلْي َك َو ُنْثِني َع َلْي َك اْلَخ ْي َر ُك َّل ُه َنْش ُك ُرَك‬
‫َو اَل َنَك ُفَر َك َو َنْخ َلُع َو َنْتُر ُك َم ْن َيْفُجُرَك الَّلُهَّم ِاَّياَك َنْعُبُد َو َلَك َنِص ُل َو َنْس ُج ُد َو اِليَك َنْس َع ي َو َنْح َف ُد ِبالَّد اِل‬
‫اْلُم ْهَم َلِة َاْي ُنْس ِر ْع َنْر ُجو َر ْح َم َتَك َو َنْخ َش ي َع َذ اَبَك ِاَّن َع َذ اَبك اْلِج ُّد‬

Di sunnatkan membaca qunut dari Rasulullah SAW dan Umar bin Khatab, bagi
munfarrid atau menjadi Imam bagi jamaah terbatas (mashurin) yang telah memberikan
izin (ridha).Apabila di pilih salah satunya, maka qunut dari Rasulullah SAW yang lebih
utama.Kalimat qunut Nazilah berbeda dengan qunut shubuh dan witir, karena qunut
Nazilah di baca berdasarkan sebab atau keadaan yang menuntut.

Do’a qunut shubuh , witir, dan Nazilah tidak tertentu atau terikat dengan kalimat di
atas akan tetapi dapat juga dengan menggunakan kalimat-kalimat yang mengandung
12

do’a, sanjungan (tsana’) kepada Allah SWT dan di sengaja untuk qunut telah cukup
untuk menghasilkan kesunnatan qunut.

Bagi seorang Imam di sunnatkan untuk mengeraskan suara ketika mebaca do’a
qunut, meskipun shalat yang bacaanya tidak keras (sirriah) dan menggunakan dhamir
jamak (kata ganti untuk orang banyak).

5. Mengusap kedua telapak tangan ke wajah

Hukum mengusap kedua telapak tangan ke wajah setelah qunut, Ulama berbeda
pendapat, dengan penjelasan sebagai berikut:

- Tidak sunnat mengusap kedua telapak tangan ke wajah setelah qunut, apabila
mengikuti ulama yang menyatakan tidak sunnat mengangkat kedua telapak tangan
ketika qunut , dan ini Ulama sepakat.
- Di sunnatkan mengusap kedua telapak tangan kewajah apabila mengikuti pendpat
Ulma yang mengatakan sunnat mengangkat kedua tangan ketika qunut menurut
Imam Al – Qodli Abu Thayyib, Abu muhammad Al-juwaini, Ibnu shabagh,
Almutawali ,Al-Ghazali. Akan tetapi menurut pendapat yang shahih (benar) tidak di
sunnatkan mengusap kedua telapak tangan ke wajah, meskipun mengikuti pendapat
pendapat Ulama yang menyatakan sunnat mengangkat kedua tangan ketika qunut
menurut Imam Al – Baihaqi, Ar-Rifa’i dan lainnya.

Ulama ahli hadist Imam Baihaqi berfatwa bahwa tidak di temukan pendapat Ulama
yang bisa dipertanggungjawabkan dari Ulama shalaf (lama) dan Ulama khalaf (baru)
yang menyatakan mengusapkan kedua tangan kewajah setelah berdo’a qunut di dalam
shalat , juga tidak di temukan hadist, fatwa sahabat ,qiyas.Maka yang terbaik mengikuti
Ulama shalaf (terdahulu) yang menyatakan sunnat mengangkat kedua tangan setelah
berdo’a dalam shalat.

Rasulullah SAW bersabda dalam hadistnya yang dibriwayatkan oleh Imam Abu
Dawud:

“Janganlah kalian menutupi tembok.Barang siapa melihat kitab orang lain tana izin
maka ia melihat neraka.Mintalah kepada Allah SWT dengan membuka kedua telapak
tangan bagian dalam dan jangan menggunakan telapak tangan bagian luar, jika telah
selesai berdo’a, maka usapkan lah pada wajah kalian.’(HR: Abu dawud).
13

Imam Abu Dawud menyatakan, bahwa hadist tersebut tidak di riwayatkan dari
Muhammad bin Ka’ab.Hadist tersebut cacat dan dhaif (lemah) tidak bisa menjadi
pijakan hukum.

Imam Baihaqi bertanya keada Abdullah bin Mubarrak dalam masalah hadist
tersebut, beliau menjawab: “saya tidak pernah menemukan hadist tersebut.

6. kesunahan Qunut

A. Shalawat setelah Qunut

Para Ulama berbeda – beda tentang pembacaan shalawat setelah qunut:

a. Sunnat, menambahkan shalawat kepada Nabi SAW setelah selesai membaca


do’a qunut. menurut pendapat mayoritas Ulama berdasarkn Hadist Rasulullah
SAW yang diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dan Nasa’i:

‫َع ِن اِبي اْلَح ْو َر اِء َق اَل َق اَل اْلَح َس ُن ْبُن َع ِلٍّي َر ِض َي ُهللا َع ْنُهَم ا َع َّلَم ِني َر ُس وُل ِهللا ﷺ َك ِلَم اٍت‬
‫َاُقوُلُهَّن ِفي اْلِو ْتِر َقاَل اْبُن َج َّو اٍس ِفي ُقُن وِت اْل ِو ْتِر الَّلُهَّم اْه ِدِني ِفيَم ْن َه َد ْيَت َو َع اِفِني ِفيَم ْن َع اَفْيَت‬
‫َو َتَو َّلِني ِفيَم ْن َتَو َّلْيَت َو َباِر ْك ِلي ِفيَم ا اْع َطْيَت َو ِقِني َشَّر َم ا َقَض ْيَت ِاَّنَك َتْقِض ي َو اَل ُيْقَض ى َع َلْيَك َو ِاَّنُه‬
. ‫اَل َيِذ ُّل َم ْن َو اَلْيَت َو اَل َيِع ُّز َم ْن َعاَد ْيَت َتَباَر ْك َت َر َّبَنا َو َتَع اَلْيَت‬

Artinya :Ya Allah, berilah aku petunjuk sebagaimana orang-orang yang engkau beri
petunjuk. Berilah aku kesehatan sebagaimana orang yang telah engkau beri
kesehatan. Berilah aku kekuasaan sebagaimana orang yang telah engkau beri
kekuasaan. Berilah aku keberkahan pada segala apa yang telah engkau beri
kekuasaan. Berilah aku keberkahan pada segala apa yang telah engkau berikan.
Lindungilah aku dari keburukan hal-hal yang telah engkau putuskan. karena,
sesungguhnya engkaulah yang memberi keputusan dan tak ada yang memberikan
keputusan terhadapMu. Seungguhnya tidak akan menjadi hina orang-orang yang
telah engkau beri kekuasaan. Tidak amkan mulia orang-orang yang engkau
musuhi.kebajikan engkau senantiasa bertambah, Ya Tuhan kami, dan engkau maha
luhur.

b. Tidak sunnat, menambah shalawat kepada Nabi SAW setelah selesai membaca
do’a qunut dan bisa membatalkan shalat menurut Imam Al-Qadli Husain (Ulama
14

Syafi’i) menceritakan pendapat dari Imam Baghawi, dan pendapat ini di anggap
salah.

B. Mengangkat dan mengusap kedua tangan ke wajah

Ketika sedang berdo’a di luar shalat di sunnatkan mengangkat kedua tangan


dan mengusapkan kedua telpak tangan setelah selesai berdo’a, kedua telapak tangan
bagian dalam menghadap ke atas ketika meminta hal-hal yang baik, menghadapkan
kedua batin telapak tangan ke bawah ketika meminta di hilangkan hal-hal yang
buruk.ketetapan hukum beberapa kesunnattan di atas berdasarkan hadist Rasulullah
SAW yang diriwiyatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim:

‫َع ِن اْنِس ْبِن َم اِلٍك َر ِض َي ِهللا َع ْنُه َق اَل َاَص اَبْت الَّن اُس َس َنًة َع َلى َع ْه ِد الَّنِبِّي ﷺ َفَبْيَن ا الَّنِبُّي‬
‫ﷺ َيْخ ُطُب ِفي َيْو ِم ُج ُم َعٍة َقاَم َاْع َر ِبٌّي َفَقاَل َيا َر ُس َو َل ِهللا َهَلَك اْلَم اُل َو َج اَع اْلِع َياُل َفاْدُع َهللا‬
‫َلَنا َفَر َفَع َيَد ْيِه َو َم ا ُنِري ِفي الَّس َم اِء َقَز َع ٌة َفَو َاَّلِذ ي َنْفِس ي ِبَيِدِه َم ا َو َض َعَها َح َّتي َش اَر الَّس َح اُب َاْم َث اَل‬
‫اْلِج َباِل ُثَّم َلْم َيْنِز ْل َع ْن ِم ْنَبٍر َح َّتي َر َاْيُت اْلَم َطَر َيَتَح اُّد ِر ْع ِلي ِلْح َيِتِه َص َّلي ُهللا َع َلْي ِه َو َس َّلَم َفُمِط ْر َن ا‬
‫َيْو َم َنا َذ اِلَك َو ِم َن اْلَغ ِد َو َبْع َد اْلَغ ِد َو اَّلِذ ي َيِليِه َح َّتي اْلُج ُمَعِة اُالْخ َر ي َو َقاَم َذ ِلَك اَالْع َر اِبُّي َو َق اَل َغْي ُر ُه‬
‫َفَقاَل َيا َر ُسوُل ِهللا َتْهِدُم اْلِبَناَء َو َغ ِرَق اْلَم اُل َفاْدُع َهللا َلَنا َفَر َفَع َيَد ْيِه َفَقاَل الَّلُهَّم َح َو اَلْيَنا َو اَل َع َلْيَنا َفَم ا‬
‫ُيِش يُر ِبَيِدِه ِاَلي َناِحَيٍة ِم ْن الَّس َح اِب ااَّل اْنَفَر َج ْت َو َص اَر ْت اْلَم ِد يَن ُة ِم ْث َل اْلَج ْو َب ِة َو َس اَل اْل َو اِد ي َقَن اًة‬
. ‫َش ْهًرا َو َلْم َيِج يْء اَح ٌد ِم ْن َناِحَيِة ِااَّل َح َد َث ِباْلُجوِد‬

Artinya: Di riwayatkan dari malik mengatkan pada waktu musim kemarau selama
setaahun, ketika Rasulullah SAW sedang khutbah di hari jum’at tiba-tiba berdiri
seorang badui.Dia berkata :”Wahai Rasulullah, hartaku habis dan keluargaku
kelaparan maka do’akanlah aku, kemudian Rasulullah SAW mengangkat kedua
tangannya. Setelah itu kita tidak melihat gumpalan awan, demi Allah, kemudian
Allah SWT tidak meletakkan gumpalan awan sampai nampaklah mendung seperti
gunung.Lalu beliau tidak turun dari mimbar sampai aku (Anas) melihat hujan yang
membasahi jenggot Beliau.seelah itu kita diberi hujan selama seminggu sampai tiba
hari jun’at berikutnya. Dan orang badui atau lainyya berdiri dan berkata, rumah-
rumah roboh dan banyak harta hanyut oleh banjir . Akhirnya Rasulullah SAW
berdoa dengan mengangkat kedua tangannya.Beliau berdo’a ya Allah, turunkanlah
hujan di sekeliling kami bukan adzab bagi kami.kemudian Beliau Isyarah pada
mendung dengan tangannya dan mendungnya menjadi pudar, perkotaan menjadi
15

seperti lubang, air di lembah mengalir selama sebulan dan tiada seseorang yang
datang dari suatu daerah kecuali dia bercerita tentang hujan lebat.(HR.Bukhari-
Muslim).

Dan Hadist Rasulullah SAW yang di riwayatkan oleh Imm Muslim:

‫َع ْن ُع َم َر ْبِن اْلَخ َطِب َر ِض َي ُهللا َع ْنُه َقاَل َلَّم ا َك اَن َيْو ُم َبْد ٍر َنَظَر َر ُس ُو ِهللا َص َّلَي ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم ِاَلى‬
‫اْلُم ْش ِر ِكيَن َو ُهُم َاْلٌف َو َأْص َح اُبُه َثاَل ُث ِم اَئ ٍة َو ِتْس َع َة َع َش َر َر ُج اًل َفاْس َتْقَبَل َنِبُّي ِهللا َص َّلَي ُهللا َع َلْي ِه‬
‫َو َس َّلَم اْلِقْبَلَة ُثَّم َم َّد َيَد ْيِه َفَج َعَل َيْهِتُف ِبَر ِّبِه الَّلُهَّم َأْنِج ْز ِلي َم ا َو َع ْدَتِني الَّلُهَّم آِت َم ا َو َع ْدَتِني الَّلُهَّم ِإْن‬
‫ُتْهِلْك َهِذِه اْلِعَص اَبَة ِم ْن َأْهِل اِإْل ْس اَل ِم اَل ُتْع َبْد ِفي اَأْلْر ِض َفَم ا َز اَل َيْهِت ُف ِبَر ِّب ِه َم اًّد ا َيَد ْي ِه ُم ْس َتْقِبَل‬
‫اْلِقْبَلِة َح َّتي َس َقَط ِر َد اُؤ ُه َع ْن َم ْنِكَبْي ِه َفَأَت اُه اُب و َبْك ٍر َفَأَخ َذ ِر َداَءُه َفَأْلَق اُه َع َلى َم ْنِكَبْي ِه ُثَّم اْلَتَز َم ُه َم ْن‬
.‫َو َر اَءُه‬

Diriwyatkan dari Umar pada waktu perang Badar Rasulullah SAW melihat kaum
musyrikin yang berjumlah seribu orang. Sedangkan sahabat berjumlah 319 orang
kemudian Beliau menghadap kiblat seraya memanjangkan dan memohon : Ya Allah,
penuhilah dan daangkan sesuatu yang telah engkau janjikan padaku. Seandainya
engkau merusak kelompok orang Islam ini, makavtiada yang akn menyembah
Engaku di bumi .Rasulullah SAW tiada henti-hentinya melakukan hal tersebut
sampai selendang di atas pundaknya jatuh. Kemudian Abu bakar mengambil
selendang beliau dan meletakkan di pundak Beliau kembali. Kemudian Abu bakar
menetap berada di belakang Beliau.(HR:Muslim).

Imam Ibnu Sabghah berpendapat mengusap kedua tangan ke wajah setelah


berdo’a hukumnya makruh.

Mengangkat kedua telapak tangan ketika membaca do’a qunut shubuh dan
mengusap kedua telapak tangan kewajah dalam hal ini Ulama berbeda pendapat:

- Tidak sunnat mengangkat kedua tangan menurut Imam Qaaffal, Al-baghawi,


Imam Haramain, dengan alasan do’a di dalam shalat sama dengan berdo’a ketika
sujud dan tasyahud, yang tdak di sunnatkan mengankat kedua tangan.
16

- Di sunnatkan mengangangkat kedua tangan, menurut Imam Abu zaid Al-


Mawardi, Al-Qadli, Abu Tayyib, Abu Muhammad, Ibnu Sabghah, Mutawali, Al-
Ghazali dan Ulama-Ulama yang lain.

C. Mengeraskan Bacaan Qunut

Hukum mengeraskan qunut shubuh atau witir berbeda-beda sesuai dengan


keadaan orang yang shalat dengan perincian sebagai berikut:

a. Munfarid (sendiri), di baca secara pelan.


b. Imam, terdapat dua cara membaca:

- Di baca secara pelan sebagaimana tasyahud dan do’a lainnya.


- Dibaca secara keras dan ini pendapat yang lebih shahih.

c. Makmum, cukup membaca amin, dan tidak di sunnatkan membaca qunut apabila
mendengar bacaan Imam. Akan tetapi, ada pendapat yang menyatakan bagi
makmum boleh memilih antara membaca amin dan membaca qunut sendiri.

Apabila makmum mendengar bacaan-bacaan qunut Imam dan mengikuti


pendapat yang menyatakan sunnat membaca amin, maka dalam hal ini ada dua
pendapat Ulama’ dengan penjelasan sebagai berikut:

- Makmum membaca amin atas seluruh bacaan Imam.

- Makmm hanya membaca amin pada lima kalimat:

‫الَّلُهَّم اْهِدِني ِفيَم ْن َهَد ْيَت َو َعاِفِني ِفيَم ْن َعاَفْيَت َو َتَو َّلِني ِفيَم ْن َتَو َّلْيَت َو َب اِر ْك ِلي ِفيَم ا َاْع َطْيَت َو ِقِني‬
. ‫َشَّر َم ا َقَض ْيَت‬

sedangkan kalimat pujian

‫َتْقِض ي َو اَل َيْقِض ي َع َلْيَك َو ِاَّنُه اَل َيِذ ُّل َم ْن َو ا َلْيَت َو اَل َيِع ُّز َم ْن َعا َد ْيَت َتَباَر ْك َت َر َّبَن ا َو َتَع اَلْيَت‬ ‫ِاَّنَك‬
‫اْلَح ْم ُد َع َلى َم ا َقَض ْيَت َاْسَتْغ ِفُرَك َو َاُتْو ُب ِاْلَيَك‬ ‫َفَلَك‬

Bagi makmum boleh memilih antara diam atau membacanya. Namun, membaca
lebih utama karena bacaan pujian, dzikir tidak sunah di amini. Apabila Makmum
17

tidak mendengar bacaan do'a qunut Imam dan mengikuti pendapat yang menyatakan
sunnat membaca amin ketika mendengar bacaan Imam , maka dalam hal ini ada dua
pendapat Ulama dengan penjelasan sebagai berikut:

- Makmum membaca qunut menurut pendapat yang lebih shahih


- Makmum membaca amin meskipun tidak mendengar do’anya Imam, menurut
sebagian pendapat Ulama. Rasulullah SAW bersabda dalam hadist yang di
riwayatkan oleh Imam Bukhari:

‫َع ْن َأِبي ُهَر ْيَر َة َر ِض َي ُهللا َع ْن ُه َأَّن الَّنِبَّي َص َّلَي ُهللا َع َلْي ِه َو َس َّلَم َج َه َر ِب اْلُقُنوِت ِااَّل ِفي ُقُن ْو ِت‬
. ‫الَّناِز ِل‬

Di riwayatkan dari Abu Hurairah RA bahwa Nabi SAW mengeraskan bacaan di


saat membaca do’a qunut, kecuali qunut Nazilah. (HR:Bukhari)

Rasulullah SAW bersabda dalam hadist yang di riwayatkan oleh Imam Abu
dawud:

‫َع ِن اْبِن َعَّباٍس َر ِض َي ُهللا َع ْن ُه َق اَل َقَنَت ُرُس ْو ُل ِهللا َص َّلَي ُهللا َع َلْي ِه َو َس َّلَم َش ْهًرا ُم َتَتاِبًع ا ِفي‬
‫الُّظْهِر َو اْلَع ْص ِر َو اْلَم ْغ ِر ِب َو اْلِع َش اِء َو الَّص اَل ِة الُّص ْبِح ِفي ُد ُبِر ُك ِّل َص اَل ٍة ِإَذ ا َق اَل َس ِمَع ُهللا ِلَم ْن‬
‫َحِم َد ُه ِم ْن الُّر َّك َعِة اآْل ِخَر ِة َيْدُع ْو َع َلَّي َأْح َياًء ِم ْن َبِني ُس َلْيٍم َع َلى َر ْع ٍل َو َذْك َو اٍن َو ِعِص َيٍة َو ُي َؤ ِّم ُن‬
.‫ِم ْن َخ ْلِفِه‬

Di riwayatkan dari ibnu Abbas RA bahwa Rasulullah SAW pernah melakukan


qunut selama satu bulan berturut-turut di waktu dzuhur,ashar,maghrib, ,isya,
dan shubuh yakni di saat rakaat terakhir ketika mengicapkan:

‫َسِمَع ُهللا ِلَم ْن َحِم َد ُه‬

Beliau mendoakan kehancuran untuk orang -orang yang masih hidup dari kabilah
Bani sulaim, yaitu Ri’li, Dzakwan, dan Ushaiyyah.Dan sahabat yang berada di
belakangnya mengamini do’a beliau.(HR:Abu dawud).

7. Sejarah Qunut
18

Melihat dari hadist-hadist sahih dapat dilihat bahwa pertama kali qunut dilakukan
oleh Rasulullah SAW. Beliau pernah melakukan qunut selama satu Bulan penuh untuk
mendoa’akan laknat terhadap Bani sulaim, kemudian Beliau meninggalkannya.qunut
yang di lakukan oleh Nabi Muhammad SAW adalah qunut karena terjadinya musibah
yaitu terbunuhnya para sahabat Nabi SAW di kota mekkah dan terbunuh di Najd oleh
beberapa Bani Sulaim.terbunuhnya para sahabat terjadi pada bulan shafar, adanya
peristiwa Bani sulaim itu menjadi sebab Rasululah SAW pertama kali melakukan do’a
qunut, akan tetapi ketika melihat Hadits sahih yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik
dan Imam Daruqutny Rasulullah SAW melaksanakan do’a qunut tidak hanya terjadi
musibah atau bencana saja, akan tetapi Beliau selalu melakukan do’a qunut sampai
Beliau meninggal dunia.

8. Keutamaan Qunut

A. Mendapat petunjuk Allah SWT

Allah SWT menurunkan kitab Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad SAW yang
tidak ada keraguan didalamnya.Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi orang-orang yang
beriman, yaitu orang-orang yang menjalankan semua perintah Allah SWT dan
menjauhi segala larangan-Nya, dan orang-orang yang membenarkan tentang adanya
syurga, neraka, hari akhir, dan orang-orang yang menjaga shalat lima waktu, dan
orang-orang yang memberikan sebagian hartanya untuk kemaslahatan Agamanya,
dan orang-orang yang membenarkan kitab-kitab Allah SWT, dan semua itu orang-
orang yang di beri petnjuk oleh Allah SWT dan orang-orang yang beruntung.dalam
hal ini do’a qunut sebagai bentuk permohonan hamba kepada Allah SWT agar
mendapatkan petunjuk dan menjadi orang-orang yang beruntung.

B. Mendapat perlindungan Allah SWT

Termasuk manfaat qunut adalah mendapat perlindungan Allah SWT dari segala
musibah dan bencana.karena ketika para sahabat terbunuh di mekah Nabi
Muhammad SAW melakukan do’a qunut selama satu bulan untuk mendo’akan para
sahabat yang pada waktu itu di serang orang kafir.dan Raulullah SAW mendo’akan
laknat bagi mereka.
19

C. Mendapatkan Rizki

Allah SWT akan mempermudah dalam masalah rizki orang-orang yang


bertaqwa dan akan memberikan rizki dari arah-arah yang tak teruga.karena apabila
seseorang kesulitan dalam masalah rizki tidak lain karena banyaknya dosa sehingga
ketika orang tersebut bertawakal dengan cara selalu berdo’a dan berusaha.maka
semua urusan dunia dan akhirat akan di permudah oleh Allah SWT, termasuk
melakukan do’a qunut sebagai lantaran seorang hamba meminta di permudahkan
dalam masalah hidupnya terutama masalah rizki.

D. Biografi empat madzhab

1. Imam Abu Hanifah (Madzhab Hanafi)

Nama asli Beliau adalah Nu’man bin Tsabit bin Zutha, lahir di kota kuffah Iraq
pada tahun 80 Hijriyah atau 699 Masehi yakni 70 tahun setelah wafatnya Rasulullah
SAW. Imam Abu hanifah masih termasuk keturunan bangsa persia dan mengalami dua
masa khilafah yaitu Daulah Umaiyyah dan Daulah Abbasiyyah, beliau termasuk salah
satu Ulama ahli fikih (fuqaha) dikota Iraq. Dalam riwayat lain Imam Abu Hanifah
termasuk tabi’in ( generasi setelah sahabat ) yakni santrinya para sahabat Nabi
Muhammad SAW. Karena dalam riwayat ini, beliau pernah bertemu dengan Anas bin
Malik yang meriwayatkan salah satu Hadist Nabi SAW tentang kewajiban mencari
Ilmu bagi setiap orang Islam.pada waktu remaja Imam Abu Hanifah dibawa oleh
Ayahnya untuk menunaikkan Ibadah Haji, dan ketika di Masjidilharam, beliau bertemu
dengan Abdullah bin Al-Harist bin Juzu’ Az-Zubaidi yang termasuk dari sahabat Nabi
Muhammad SAW, dalam pertemuannya, Beliau berhasil meriwayatkan satu Hadist
lagi.8

2. Imam Malik ( Madzhab Maliki)

Nama lengkapnya adalah Abdullah Malik bin Annas bin Malik bin ‘amr bin Al-
Harist, lahir pada tahun 93 Hijriyyah di kota Madinah Al-Munawwarah, Abu Suhail
yang termasuk paman Imam Malik mengatakan bahwa silsilah keluarga Imam Malik
8
Muhammad Ali As-sayis,Tarikh Al-madzahib,juz 2,Hal:131.
20

dari Dzi Ashbah, nasabnya masih bersambung dari Ya’jub bin Yasjub bin Qaththan Al-
Asbahi .Imam Malik hidup pada zaman Dinasti Abbasiyyah yang banyak sekali
melahirkan Ulama termasuk salah satunya Imam Malik.Beliau putra dari Anas bin
Malik, Ayah beliau seorang Ulama, pekerja keras, dan mandiri.meskipun Ayah Imam
Malik cacat fisik , Ia tetap berpegang teguh mengajarkan kepada putra-putranya agar
hidup mandiri tanpa bergatungan pada orang lain.Imam Malik di kenal sebagai Ulama
ahli Hadist ( muhadditsiin) dan Ulama ahli fikih ( fuqaha), bahkan periwayatan beliau
berkembang pesat di kota Madinah, pada waktu usia masih remaja beliau sudah mampu
menghatamkan Al-Qur’an dan juga menghafal berjuta-juta Hadist, dan semua itu
karena dorongan serta motifasi dari ayahnya dalam menunutut Ilmu.9

3. Imam Syafi’i ( Madzhab Syafi’i)

Nama lengkap Beliau adalah Muhammad bin Idris As-Syafi’i Al-Qurassy Al-
Muthaliby, lahir di kota Guzzah (gaza) palestina pada tahun 150 Hijriyyah atau 767
Masehi, dan wafat pada tahun 204 Hijriyyah di kota Mesir. Pada usia 7 tahun beliau
sudah menghatamkan Al-Qur’an dan sudah Hafal kitab Muwattha’ pada umur 10 tahun.
Beliau menimba Ilmu di kota Mekah dan sudah mendapatkan izin sebagai juru dakwah
(mufti), pada waktu itu usia beliau masih sangat muda. Setelah menimba Ilmu di
mekah, Beliau hijrah ke Madinah untuk belajar kepada gurunya yaitu Imam Malik salah
satu pendiri Madzhab Maliki, dan sempat hijrah (pindah) ke negara Yaman , dan hijrah
(pindah) ke Baghdad pada tahun 184 Hijriyyah untuk belajar kepada Qodhi Muhammad
bin Hasan Asyaibany termasuk salah satu dari Madzhab Hanafiyyah . sehingga
terkumpul alur dua pemikiran keilmuan ( fikih Hijaz dari madzab Maliki dan fikih Iraq
dari Madzab Hanafiyyah ), kemudian Beliau kembali ke Mekah selama sembilan tahun
dan mengajar di Masjidilharam.10

Diantara karya-karya Beliau adalah:

-Ar- Risalah Al- Qodimah.

-Ar-Risalah Al- Jadidah.

-Jima’ul I’lmi.

9
Ibid.
10
Ibid
21

-Ibthalul Istihsan.

-Ahkam Al-Qur’an.

-IkhtilafulMalik Waa As-Sayafi’ii.

Dan masih banyak yang lainyya.

4. Imam Ahmad bin Hanbal ( Madzhab Hanbali)

Nama lengkapnya adalah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal bin Hilal As-
Syaibany, lahir pada tahun 164 Hijriyyah di kota Baghdad. Imam Ahmad bin Hanbal
terkenal sebagai Ulama yang tidak pernah bosan dalam menuntut Ilmu meskipun beliau
sudah terkenal sebagai Ulama Hadist dan Ulama fikih. Beliau terus belajar sampai ke
Basrah, Hijaz, Yaman, dan Kuffah. Di antara guru-guru beliau yang mengajarkan Ilmu
hadist yaitu Yahya bin Sa’id Al-Qathan, Imam Abdurrahman bin Mahdi, Yazid bin
Harun, Imam Sufyan bin Uyainah, dan Imam Abu Dawud Athayalisy. Beliau termasuk
pakar Hadist yang menyalurkan Hadist , yakni Musnad Ahmad yang memuat 40.000
hadist. Sementara beliau hafal satu juta Hadist , dan di antara guru-guru beliau yang
mengajarkan Ilmu fikih yaitu Imam Waqi’ bin Jarrah, Imam Syafi’i, dan Imam Abu
Yusuf. Kegigihan beliau dalam belajar fikih mampu menghantarkan beliau menjadi
salah satu Ulama Empat Madzhab diantara Imam Abu hanifah, Imam Syafi’i dan
Imam Maliki yang sudah terkenal dari masa ke masa.11

11
Ibid
BAB III

PEMBAHASAN

A. Hukum Qunut Shubuh


1. Imam abu Hanifah
Menurut Imam Abu Hanifah hukum qunut shubuh yakni tidak disunnatkan
bahkan termasuk bid’ah (hal baru), dan hanya disunnatkan qunut witir akan tetapi
yang menjadi letak perbedaan yakni pada pelaksanaanya saja.menurut Imam Abu
Hanifah pelaksanaan qunut witir di lakukan sebelum ruku’12
2. Imam Maliki
Qunut shubuh menurut Imam Maliki hukumnya mustahab atau sunnat pada
shalat shubuh secara mutlak, dan tidak pada shalat yang lainyya, meskipun
menurut sebagian Ulama Malikiyyah boleh melakukan qunut pada selain shubuh
akan tetapi ketika ada hanya hajat saja, pelaksanaa qunut disunnahkan sebelum
ruku’ dengan alasan untuk membantu makmum masbuk (makmum yang tertinggal
menemui satu rakaat), dan apabila di laksanakan setelah ruku’ hukumnya di
perboehkan, akan tetapi yang paling afdhal (utama) adalah sebeleum ruku’ ,
menurut pendapat Imam malik sunnat untuk tidak mengeraskan suara (jahrr)
dengan artian harus pelan di dalam membaca do’a qunut (sirr), karena menurut
Imam Maliki hakikat sebuah qunut adalah do’a, sedangkan Do’a harus dibaca
pelan dengan tujuan agar terhindar dari sifat pamer, adapun redaksi do’a qunut
yang dianjurkan oleh Imam Maliki menggunakan redaksi yang di riwayatkan oleh
Imam Malik yaitu:
‫ ِاَلي َاِخ ِر ِه‬...‫اللهم ِاَّنا َنْسَتِع ْيُنَك‬

Dan menurut Imam Maliki apabila menggunakan selain redaksi yang di


riwayatkan oleh selain Imam Malik dengan semisal :
‫ ِاَلى َاِخ رِه‬..‫الّلُهَّم اْهِد َنا‬

maka sama halnya melakukan satu kesunattan dan meninggalkan kesunattan yang
lainyya.

12
Ibid.

22
23

Redaksi Do’a ‫ اللهم انا نستعينك الي اخره‬adalah do’a yang langsung disampaikan
oleh Nabi Muhammad SAW, para sahabat, dan para tabi’in, yang di riwayatkan
oleh Imam malik lebih di dahulukan dan di utamakan meskipun tidak ada dalil
secara khusus, karena qunut memiliki 20 riwayat lebih akan tetapi yang harus di
dahulukan adalah riwayatnya Imam Malik.13
3. Imam Syafi’i
Qunut shubuh menurut Imam Syafi’i adalah sunnat muakkad (dianjurkan)
pada shalat shubuh yang di lakukan setelah bangun dari ruku’ pada rakaat terakhir
dari shalat shubuh, dengan konsekuensi hukum bila meninggalkan maka di
anjurkan untuk melaksanakan sujud syahwi , baik meninggalkannya karena sengaja
atau tidak di sengaja, meskipun ada sebagian Ulama Syafi’iyyah yang berpandapat
sunnat sujud syahwi ketika meninggalkannya karena sengaja, akan tetapi pendapat
yang paling kuat tetap di anjurkankan sujud syahwi baik di sengaja maupun tidak
disengaja.untuk selain qunut shubuh hukumnya makruh kecuali ketika qunut
nazilah yakni qunut di sunatkan ketika umat islam tertimpa musibah dan qunut
witir yakni qunut yang di sunnatkan pada tanggal setengah sampai akhir dari bulan
ramadhan.
Menurut pendapat Imam Syafi’i qunut shubuh di lakukan setelah ruku’ pada
rakaat terakhir, dan apabila di lakukan sebelum ruku’ maka belum bisa
mencukupinya, dan sunnat untuk mengangkat kedua tangan seperti berdoa pada
umumnya, dan untuk redaksi do’a qunut menurut Imam Syafi’i hukumnya di
perbolehkan untuk memilih antara redaksi yang diriwayatkan oleh Imam Abi
Dawud, Imam Tirmidzi, Imam Nasa’i , Imam Ibnu Majah ,dan Imam Baihaki atau
redaksi qunut dari sahabat Umar bin Khattab 14.
4. Imam Hanbali
Menurut Imam Ahmad bin Hanbal qunut shubuh tidak di sunatkan atau
makruh pada shalat shubuh dan juga pada shalat-shalat yang lainnya, tak terkecuali
pada shalat witir dan ketika ada musibah atau bencana akan tetapi pelaksanaanya
setelah ruku’15

13
Muhammad bin abdillah Al-khuraasy,hasiyatul khusaasi Al-maliki,jus:2, hal:530.
14
Imam muhyidin An-nawawi, Al-Adzkar,haromain hal:75.
15
Wabah Azzuhaili, Fiqhul islami juz 1 ,hal 1.
24

B. Metode istinbat
1. Imam Hanafi

Menurut Imam Hanafi qunut shubuh Hukumnya adalah Bid’ah (hal baru)
karena berdasarkan hadist Nabi Muhammad SAW:

‫َع ِن اْبِن َعَّباٍس َر ِض َي ُهللا َع ْنُه َقاَل اْلُقُنْو ُت ِفي الُّص ْبِح ِبْد َع ٌة‬

Di riwayatkan dari ibnu Abbas bahwa Ia berkata :”Qunut dalam shalat shubuh
adalah bid’ah atau hal baru.

Menurut Al-Hafidz Abu Ja’far At-Thawi tidak di sunnatkannya qunut shubuh


kecuali adanya bencana atau musibah seperti yang di lakukan oleh Rasulullah SAW
yang di riwayatkan oleh Imam Muslim dan Imam Bukhari.

‫ َو َأَّنُه َقَنَت ِفي اْلَم ْغ ِر ِب َو اْلِع َش اِء‬، ‫َأَّنُه َقَنَت ِفي الُّظْهِر َو اْلَع ْص ِر‬

Rasululllah SAW melakukan qunut pada shalat dzuhur, Ashar, maghrib, dan Isya.

Dari hadist,diatas menurut Imam Hanafi qunut yang di lakukan pada semua
shalat haqiqatnya adalah qunut nazilah.

Dan menurut Imam Hanafi ada penyalinan hukum pada hadist karena adanya
ketetapan dua hadist yang menunjukkan bahwa Rasulullah SAW qunut pada shalat
shubuh. Dan menurut Imam Abu Hanifah qunut yang dilakukan oleh Rasulullah
SAW pada shalat shubuh adalah qunut Nazilah tidak pada selainyya memberikan
kepahaman bahwa qunut pada shalat shubuh telah di Nash (salin) dari segi
Hukumnya saja.16
2. Imam Maliki17

Imam Maliki mengatakan hukum qunut subuh adalah mustahab (dianjurkan)


karena Beliau menggunakan hadist yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan
Imam Muslim. Yang mana dalam hadist tersebut Annas bin Malik ditanya tentang
qunut ? kemudian dijawab ‘’Ya.” Kemudian ditanya lagi “Apakah sebelum ruku’
atau setelahnya? Kemudian dijawab: “sebelum ruku’.”

Selain menggunakan hadist Nabi SAW yang dirwayatkan oleh Imam Bukhari
dan Imam Muslim,Imam Maliki juga menggunakan hadist yang diriwayatkan oleh
16
Muhammad bin Amin bin ‘umar bin Abdul aziz,Radd Al-mukhtar juz 2 Hal 468.
17
Muhammad bin Abdillah Al-khusaasy,hasiyatul khurasi,juz:1,hal:530.
25

Imm Al-Baihaqi dan Imam Darruqutny, yang mana dalam hadist tersebut Nabi
Muhammad SAW melakukan qunut selama satu bulan penuh untuk mendo’akan
keburukan pada suatu kaum kemudian meninggalkannya, akan tetapi pada shalat
shubuh Beliau tetao melakukannya sampai wafat.

Dalam kita Arbai’n dijelaskan bahwa derajat hadist ini dinyatakan sahih
menurut beberapa Ulama hadist.

Imam Maliki mengatakan qunut subuh mustahhab (disunnatkan) karena


berdasarkan beberapa dalil dari Al-qur’an dan Al-hadist

)١٢:‫ِإَّن ِإْبَر اِهْيَم َك اَن ُأَّم ًة َقاِنًتا ِهلِل (النحل‬

Artinya:

)٢٣٨:‫َو ُقْو ُم ْو ا ِهلِل َقاِنِتْيَن (البقرۃ‬

Artinya:

Hadist Rasulullah yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Daruqutny :

‫َع ْن َأَنِس ْبِن َم اِلٍك َر ِض َي ُهلِل َع ْنُه َقاَل َم اَز اَل ُرُس وُل ِهللا َص َّلي ُهللا َع َلْي ِه َو َس َّلَم ِفي اْلَفْج ِر َح َّتي‬
.‫َفاَر َق الُّد ْنَيا‬

Diriwayatkan dari Anas bin Malik RA, ia mengatakan bahwa Rasululullah Saw
senantiasa melaksanakan qunut ketika shalat shubuh sampai beliau wafat.

Adapun pelakasanaan atau tempat qunut yakni sebelum ruku’ berdasarkan


pemikiran beliau bahwa huruf ( (‫ و‬termasuk hal bukan ‘ataf. Dan berdasarkan
hadist Nabi SAW ketika Anas ditanya perihal pelaksanaan qunut kemudian Anas
menjawab sebelum ruku’.

Sunnat memakai do’a yang diriwayatkan oleh Imam malik karena menurut
beliau lebih memilih yng paling afdhal (utama) meskipun ada 20 riwayat.

Do’a yang diriwayatkan oleh Imam malik adalah sebagai berikut :


26

‫الَّلُهَّم ِإَّنا َنْسَتِع يُنَك َو َنْسَتْغ ِفُرَك َو ُنْؤ ِم ُن ِبَك َو َنَتَو َّك ُل َع َلْيَك َو َنْخ َن ُع َو َنْخ َل ُع َو َنْت ُر ُك َم ْن ُيْك ِف ُرَك الَّلُهَّم‬
‫ِإَّياَك َنْعُبُد َو َلَك ُنَص ِّلي َو َنْسُج ُد ِإَلْيَك َنْس َع ي َو َنْح ِفُذ َنْر ُجو َر ْح َم َتَك َو َنَخاُف َع َذ اَبَك اْلَج َّد ِإَّن َع َذ اَبَك‬
.‫ِباْلَك اِفِر يَن ُم ْلَح ٌق َو َنْح َفُد‬

Sunnat tidak mengeraskan baca’an qunut karena menurut beliau qunut


termasuk do’a sedangkan do’a harus di baca pelan agar terhindar dari riya (pamer).
Sebagaiman firman Allah SWT :

)٢٣٨:‫َو ُقْو ُم ْو ِهلِل َقاِنِتْيَن (البقرۃ‬

3. Imam Syafi’i18
a. Imam Syafi’i dalam menentukan hukum qunut shubuh itu sunnat baik ada
musibah atau tidak, yang telah diperkuat oleh para sahabat seperti Abu Bakar,
Umar, Utsman, Ibnu Abbas, dan Al-Barra’ bin Azib yang di riwayatkan oleh
Imam baihaqi dengan sanad yang sahih. Dan juga didukung oleh para tabi’in
(pengikut) seperti Ibnu Abi Laila , Al-hasan bin soleh, dan dawud. Adapun
komentar Imam Nawawi dalam kitab Al-Majmu’ Syarh’ Al-Muhadzab tentang
hadist yang yang tidak menganjurkan qunut Karena Nabi Muhammad SAW
meninggalkannya, yang di maksud dalam hadist tersebut adalah meninggal do’a
laknat pada suatu kaum, bukan meninggalkan semua do’a qunut atau yang
dimaksud lafadz kemudian meninggalkan pada hadist tersebut adalah
meninggalkan do’a qunut pada selain shalat shubuh. Karena berdasarkan hadist
Anas RA yaitu :
“Rasulullah SAW senantisasa berqunut shubuh sampai beliau meninggal dunia.”
Dan menurut Imam baihaqi mengatakan maksud dari lafadz bahwa Nabi
Muhammad SAW kemudian meninggalkannya, maksudnya meninggalkan do’a
laknat atas mereka sebagaimana hadist Imam Abu Hurairah. Imam Nawawi
dalam kitabnya nampaknya menggunakan kaidah fikih yaitu:
“Al-mustbit muqaddamun ‘alaa An-nafi’”.
Apabila ada dua dalil yang bertentangan dan sama-sama sahih, dimana satu
menetapkan dan satunya mentiadakan, maka yang dimenangkan adalah hadist
yang menetapkan qunut.
b. Hukum Qunut Shubuh Pada Raka’at Kedua

18
Abu zakariya muhyiddin An-nawawi, Syarhul muhadzab ,darul fikr,jus 3, Hal: 493.
27

Hukum qunut shubuh pada raka’at kedua pada salat shubuh karena
berdasarkan hadist Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Anas bin
Malik RA.

‫ َفَأَّم ا ِفي الُّص ْبِح َفَلْم َي َز ْل‬،‫َأَّن االَّنِبَّي َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َقَنَت َش ْهًرا َي ْد ُعو َع َلْيِهْم ُثَّم َتَر َك ُه‬
.‫َيْقُنُت َح َّتى َفاَر َق الُّد ْنَيا‬

“sesungguhnya Nabi Muhammad SAW qunut selama satu bulan penuh untuk
mendoakan suatu kaum kemudian meninggalkannya,adapun pada salat shubuh
Nabi SAW selalu melaksanakan qunut”
Dengan adanya hadist di atas Imam Syafi’i menghukumi sunnat muakkad
(dianjurkan) karena Nabi SAW selalu melakukannya.
c. Mahal (Tempat) Qunut
Mahal (tempat) qunut yaitu setelah bangun dari ruku’ karena adanya hadist
Nabi SAW :

‫ِلَم ا ُر ِوَي َأَّنُه َس َأَل الَّنِبَّي َهْل َقَنَت َر ُسْو ُل ِهللا َص َّلَي ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم ِفي الِّص اَل ِت الُّص ْبَح َق اَل‬
.‫َنَعْم َقاَل َقْبَل الُّر ُك ْو ِع َاْو َبْع َد ُه َقاَل َبْع َد الُّر ُك ْو ِع‬

Annas di tanya perihal apakah Nabi SAW melakukan qunut pada salat shubuh?
Annas menjawab :Ya”. Kemudian di tanya : sebelum ruku’ atau setelah ruku’?
Annas menjawab : “setelah ruku’.”
Dari hadist di atas Imam Syafi’i mengtakan bahwa pelaksanaan qunut
shubuh dilakukan setelah bangun dari ruku’.
d. Sunnat Membaca Do’a Qunut
1. Do’a yang diajarkan oleh Rasulullah SAW.

karena adanya hadist Nabi SAW yang diriwayatkan oleh hasan bin Ali

‫َقاَل َع َّلَم ِني َر ُس وُل ِهلِل َص َّلي ُهللا َع َلْي ِه َو َس َّلَم َه ُؤاَل ِء اْلَك ِلَم اِت ِفي اْل ِو ْتِر َفَق اَل ُق ْل "الَّلُهَّم‬
‫ َو َب اِر ْك ِلي ِفيَم ا‬٬ ‫ َو َت َو َّلِني ِفيَم ْن َت َو َّلْيَت‬٬ ‫َو َع اِفِني ِفيَم ْن َع اَفْيَت‬٬ ‫اْه ِدِني ِفيَم ْن َه َد ْيَت‬
.‫ الى أخره‬.. ‫َأْع َطْيَت‬

Hasan bin Ali berkata: Aku di ajari Rasulullah SAW tentang kalimat do’a
shalat witir
‫‪28‬‬

‫الَّلُهَّم اْهِدِني ِفيَم ْن َهَد ْيَت ‪َ ،‬و َع اِفِني ِفيَم ْن َع اَفْيَت ‪َ ،‬و َت َو َّلِني ِفيَم ْن َت َو َّلْيَت ‪َ ،‬و َب اِر ْك ِلي ِفيَم ا‬
‫َأْع َطْيَت ‪ِ ..‬اَلى أخره‪.‬‬

‫‪2. Do’a qunutnya Umar bin khatab.‬‬

‫‪Karena adanya hadist Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Abu Rafi’i:‬‬

‫َقاَل ‪َ :‬قَنَت ُع َم ُر ْبُن اْلَخ َّطاِب َر ِض َي ُهللا َع ْنُه َبْع َد الُّر ُك وِع ِفي الُّص ْبِح َفَسِم ْع ُتُه َيُقوُل الَّلُهَّم ِإَّن ا‬
‫َنْسَتِع يُنَك َو َنْسَتْغ ِفُرَك َو اَل ُنَك ِّفُرَك َو ُنْؤ ِم ُن ِبَك َو َنْخ َل ُع َو َنْت ُر ُك َم ْن ُيْفُج ُرَك ‪ ،‬الَّلُهَّم ِاَّي اَك َنْعُب ُد‬
‫َفَلَك ُنَص ِّلي َو َنْسُج ُد َو ِإَلْيَك َنْس َع ي َو َنْخ ِفُذ َنْر ُجْو َر ْح َم َت ك َو َنْخ َش ى َع َذ اَبَك ‪ِ ،‬إَّن َع َذ اَبَك اْلَج ُّد‬
‫ِباْلُك َّفاِر ُم ْلَح ٌق ‪ ،‬الَّلُهَّم َع ِّذ ْب َكَفَر َة َاْهِل اْلِكَت اِب اَّل ِذ ْيَن َيُص ُّد وَن َع ْن َس ِبيِلَك ُيَك ِّذ ُبْو َن ُرُس َلَك‬
‫َو ُيَقاِتُلوَن َاْو ِلَياَء َك الَّلُهَّم اْغ ِفْر لْلُم ْؤ ِمِنيَن َو الُم ْؤ ِم ناِت والُم ْس ِلِم ْيَن والُم ْس ِلماِت‪َ ،‬و َأْص ِلح َذ اَت‬
‫َبْيِنِهْم وَأِّلْف َبْيَن ُقُلوِبِهْم َو اْج َع ْل ِفي ُقُل وِبِهم اِإل يَم اَن َو الِح ْك َم َة َو َثِّبْتُهْم على ِم َّل ِة َر ُس وِل ِهللا‬
‫صلى هّللا عليه وسلم َو َأْو ِز ْع ُهْم أْن ُيْو ُف وا ِبَع ْه ِد َك اَّل ذي عاَه ْدَتُهْم َع َلْي ِه َو اْنُص ْر ُهْم على‬
‫َع ُّد َو َك َو َع ُد ِّو ِهْم ِإلَه الَح ّق َو اْج َع ْلنا ِم ْنُهْم ‪.‬‬

‫‪Dari dua Hadist Nabi SAW di atas Imam Syafi’i mengatakan sunnat‬‬
‫‪untuk memakai do’a yang di ajarkan oleh Rasulullah SAW dan do’anya‬‬
‫‪Umar bin khatab.‬‬

‫‪4. Imam Ahmad bin hambal‬‬

‫‪Menurut Imam hambali hukum qunut shubuh tidak di sunnatkan atau makruh‬‬
‫‪akan tetapi shalatnya tetap sah bila makmum kepada Imam yang memakai qunut‬‬
‫‪dan di anjurkan untuk mengaminkannya, Imam Ahmad menghukumi Makruh‬‬
‫‪karena berdasarkan hadist umi salamah yang di riwayatkan oleh Imam baihaqi‬‬

‫َع ْن ُأِّم َس َلَم َة َر ِض َي ُهللا َع ْنَه ا َأَّن الَّنِبَّي َص َّلي ُهللا َع َلْي ِه َو َس َّلَم َنَهى َع ِن اْلُقُن ْو ِت ِفي الَّص اَل ِت‬
‫الُّص ْبِح‪.‬‬

‫‪Diriwayatkan dari Ummu salamah , bahwa Rasulullah SAW melarang qunut ketika‬‬
‫‪shalat shubuh.‬‬
29

Dari hadist di atas Imam ahmad bin hambal menghukumi qunut shubuh sama
seperti Imam hanafi yakni bid’ah(hal baru

Imam Ahmad bin Hanbal menegaskan bahwa qunut yang di lakukan tanpa
adanya hajat seperti Musibah atau bencana adalah makruh ,Imam Ahmad
menggunakan dasar atau hadist yang diriwayatkan oleh Anas, Abu hurairah, Ibnu
mas’ud Thariq dan yang lainyya yang menegaskan bahwa Rasulullah SAW
memang pernah melakukan qunut tetapi Nabi Muhammad SAW meninggalkannya.

Adapun hadit Rasulullah SAW:

‫ َع ْن َأَنِس ْبِن َم اِل ٍك‬،‫ َع ِن الَّر ِبيِع ْبِن َأَنٍس‬،‫ َح َّد َثَنا َأُبو َج ْع َفٍر َيْع ِني الَّراِزَّي‬: ‫ َقاَل‬،‫َح َّد َثَنا َع ْبُد الَّر َّز اِق‬
" ‫ " َم ا َز اَل َر ُسوُل ِهللا َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َيْقُنُت ِفي اْلَفْج ِر َح َّتى َفاَر َق الُّد ْنَيا‬: ‫َقاَل‬

Menurut Imam ahmad bin hambal hadist tersebut yang di riwayatkan melalui
jalannya Abu ja’far Ar-razy dengan Nama aslinya Isa bin mahan

A. Sanadnya lemah.

B. Hafalannya buruk.

C. Dan tdak tsiqah (tidak dapat di percaya).

D. Termasuk hadist munkar.

Sehingga dalam hal ini menurut Imam Ahmad bin hanbal hadist tersebut tidak
bisa di jadikan pijakan.19 Dan menurut Imam ahmad hadist qunut yang bisa
dijadikan pijakan adalah hadist yang di riwayatkan oleh Anas bin malik adalah
Rasulullah SAW melakukan do’a qunut selama satu bulan untuk mendo’akan para
sahabat yang terbunuh , kemudian meninggalkannya.

19
Abu abdillah ahmad bin muhammad,Musnad ahmad,juz 20,Hal:95
BAB II

PENUTUP
A. Kesimpulan

Dengan adanya pembahasan di atas bisa disimpulkan bahwa dari golongan yang
mengamalkan qunut tidak dipermasalahan karena memang menurut Imam Syafi’i hukm
qunut shubuh adalah sunnat dengan konsekoensi bila meniinggalkan maka di sunnatkan
sujud syahwi dan bagi golongan yang tidak mengamalkannya juga tidak dipermasalahkan
karena ada kemungkinan bagi mereka mengikuti dari dua madzhab yakni Imam Hanafi
atau Imam hanbali akan tetapi jika mereka mengikuti terhadap Imam hanafi atau Imam
hanbali yang tidak mensyariatkan qunut maka harus mengikuti semuanya yakni dalam
masalah rukun dan syarat shalatnya. Bedanya Golongan dari sebagian masyarakat baik
yang mengamalkan qunut dan yang tidak mengamalkan qunut tidak ada yang di salahkan
semuanya benar karena ada dasar hukum atau dalil . karena dari empat madzhab yakni
Imam Syafi’i, Imam Hanafi, Imam Maliki dan Imam Hanbali dalam mengkumi hukum
qunut shubuh berbeda-beda.Imam syafi dan Imam Maliki memperbolehkan bahkan
dianjurkan untuk melakukan qunut shubuh sedangkan Imam Hanafi dan Imam Hanbali
tidak menganjurkannya.

Dari empat madzhab tersebut berhak untuk mengambil sebuah ketetapan hukum
karena dari empat madzhab tersebut mepunyai kedudukan sebagai mujtahid mutlak.
Dengan demikan umat muslim boleh untuk mengikuti salah satu dari empat madzhab
tersebut, apabila mengikuti Imam Syafi’i maka qunut subuh hukumnya sunnat muakkad
dengan konsekoensi bila meninggalkannya disunnatkan melakukan sujud syahwi, dan apa
bila mengikuti Imam hanafi maka tidak di anjurkan.

30
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an.

Al-Hadist.

Abu Dawud No 1444,Al-Maktabah Asriyyah.

Ahmad No 12657 Muassasah Ar-Risalah.

Amin Muhammad bin Umar bin Abdul Aziz Abidin Radd Al-Muktar jus 1 Hal 468 Darr Al-
Fikrr 1992

An-Nasa’i NO 1079 Darrulihya At-Turaas Al-‘arabiyyah.

Bukhari NO 2814 Darruttaukid An-Najah.

Darruqutny No 1692 Muassasah Ar-Risalah.

Hakim NO 1178 Darrul Ihya Al-Kutub Al-‘arabiyyah.

Hakim Taufik Kamus At-Taufik Hal:528 2004

Jalaluddin Muhammad Al-Mahally, Tafsir Jalalain jus 1 Hal 227 Haramain 2007.

Muhammad bin Abdillah At-Thurassi jus 1 Hal 282 Darr Al-fikr 2007

Muhammad Nasrr As-samarqandi Tanbighul Ghofilin Hal: 99 Bab Shalat Jama’ah 2019.

Muslim No 298 Darrul Ihya At-Thuras Al-‘arabi.

Sulaiman bin Umar bin Mansur Al-Jamal Hasiyyatujammal Dki Hal :64 2013.

31

Anda mungkin juga menyukai