Anda di halaman 1dari 19

1

PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG MENJAMAK SHALAT


BAGI PENGANTIN DALAM ACARA WALIMATUL ‘URSY
(Studi Kasus Di Jorong Guguak Randah Nagari Guguak Tabek,
Kecamatan IV Koto, Kabupaten Agam)
Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana (SH)
Pada Program Studi Hukum Keluarga Islam
(Al- Ahwal Al- Syakhsiyyah)

OLEH:

HASNA KASYVEL FUADA


1117. 078

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM


(AL- AHWAL AL-SYAKHSIYYAH)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BUKITTINGGI
TAHUN 2021 M
2

PROPOSAL

PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG MENJAMAK SHALAT

DALAM ACARA WALIMATUL ‘URSY (Studi Kasus Di Jorong

Guguak Randah Nagari Guguak Tabek Kecamatan IV Koto,

Kabupaten Agam)

A. Latar Belakang Masalah

Bagi umat Islam, shalat adalah perintah Allah yang wajib

dilaksanakan dalam keadaan dan kondisi apapun. Bagi yang tidak

melaksanakannya, dia berdosa. Sebab, shalat lima waktu itu hukumnya fardhu

‘ain (diwajibkan atas setiap muslim baik laki-laki maupun perempuan). 1 Umat

Islam sepakat bahwa siapa yang mengingkari kewajiban shalat, maka ia akan

menjadi kafir (murtad), karena kewajiban shalat telah ditetapkan dengan dalil

qath’i dari al-Qur’an dan as-Sunnah.2

Umat Islam sepakat juga mengatakan bahwa shalat adalah kewajiban

setiap orang Islam yang baligh, berakal dan dalam keadaan suci. Artinya

ketika dia tidak dalam keadaan haid dan nifas, sedang gila atau ketika pingsan.

Shalat adalah ibadah badaniah yang pelaksanaannya tidak dapat digantikan

oleh orang lain. Oleh sebab itu, seseorang tidak boleh menggantikan shalat

orang lain.

1
Syahruddin El-Fikri, Sejarah Ibadah, (Jakarta: Republika, 2014), h. 29

2
Wahbah az-Zuhaili, Fiqh Islam Wa Adillatuhu 2, penerjemah Adul Hayyie At-Kattani

dkk penyunting, Budi Pernadi cet I (Jakarta: Gema Insani, 2010), hal. 546
3

Shalat secara bahasa adalah do’a atau do’a untuk kebaikan. Sedangkan

menurut istilah syara’ shalat adalah ucapan dan perbuatan khusus atau ibadah

yang dikerjakan umat Islam dimulai dari takbiratul ihram dan diakhiri dengan

salam, sesuai dengan syarat dan rukunnya. Pendapat ini dikemukakan oleh

Imam Taqiyuddin Abi Bakr bin Muhammad al-Husaini al-Hisni ad-Dimasqy

as-Syafi’i dalam kitabnya Kifayatul al-Akhyar, Syekh Muhammad Arsyad al-

Banjari dalam kitabnya Perukunan Besar, serta ulama-ulama fiqh lainnya. 3

Shalat lima waktu adalah rukun Islam yang utama setelah dua kalimat

syahadat.

Shalat-shalat fardhu wajib dikerjakan pada waktunya oleh setiap

muslim yang baligh, berakal lagi suci, haram mendahului dan terlewat dari

waktunya, jika tidak karena udzur. Sesuai dengan firman Allah dalam QS. An-

Nisa’ ayat 103 yang berbunyi:

       


        
     

Artinya: “Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu),

ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring.

Kemudian apabila kamu telah merasa aman, Maka dirikanlah shalat itu

(sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan

waktunya atas orang-orang beriman.4

3
Syahruddin El-Fikri, Sejarah Ibadah, (Jakarta: Republika, 2014), hal. 30

Ali Abu Al-Bashal, Keringanan-keringanan dalam Shalat, (Jakarta: PUSTAKA AL-


4

KAUTSAR, 2006), h. 2.
4

Dari keterangan firman Allah di atas dapat dipahami bahwa shalat itu

wajib dikerjakan pada waktunya oleh umat Islam yang telah dewasa, baligh,

dan berakal baik laki-laki ataupun perempuan dalam situasi dan kondisi

bagaimanapun tidak boleh ditinggalkan.

Adapun dalam sebuah riwayat muslim, dari Said bin Jubair Ibnu

Abbas:

‫و‬88‫ريب وأب‬8‫و ك‬8‫دثنا أب‬8‫ة وح‬8‫وحدثنا أبو بكر بن أبي شيبة أبو كريب قاال حدثنا أبو معاوي‬

‫بيب بن‬88‫ا عن األعمش عن ح‬88‫ع كال هم‬88‫دثنا وكي‬88‫اال ح‬88‫ريب ق‬88‫سعيد ألشج واللفظ ألبي ك‬

‫ه‬88‫لى هللا علي‬88‫ول هللا ص‬88‫ع رس‬88‫ جم‬: ‫ال‬88‫اس ق‬88‫ير عن ابن عب‬88‫عيد بن جب‬88‫ابت عن س‬88‫أبي ث‬

‫ر في‬88‫وف وال مط‬88‫ير خ‬88‫ة في غ‬88‫اء بالمدين‬88‫رب والعش‬88‫ر والمغ‬88‫ر و العص‬88‫وسلم بين الظه‬

‫ديث أبي‬88‫ه وفي ح‬88‫رج أمت‬88‫ال كي ال يح‬88‫ك ق‬88‫ل ذل‬88‫حديث وكيع قال قلت البن عباس لم فع‬

‫معاوية قيل البن عباس ما أراد إلى ذلك قال أراد أن ال يحرج أمته‬

Artinya: “Dan telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu

Syaibah dan Abu Kuraib keduanya berkata; telah menceritakan kepada kami

Abu Muawiyah (dan diriwayatkan dari jalur lain) telah menceritakan kepada

kami Abu Kuraib, dan Abu Said Al Asyajj sedangkan lafadznya milik Abu

Kuraib, keduanya berkata; telah menceritakan kepada kami Waki’, keduanya

dari Al A’masy dari Habib bin Abu Tsabit dari Said bin Jubair dari Ibnu

Abbas katanya; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah menjamak

antara zhuhur dan ashar, magrib dan isya’ di Madinah, bukan karena

ketakutan dan bukan pula karena hujan. Dalam hadits Waki’, katanya; aku
5

tanyakan kepada Ibnu Abbas; Mengapa beliau lakukan hal itu? Dia

menjawab; Beliau ingin supaya tidak memberatkan umatnya”.5

Abu Azzuber mengatakan bahwa: “aku bertanya kepada Said bin

Jubair tentang mengapa Nabi SAW berbuat demikian” kata Sa’id: “hal itu

sudah ku tanyakan kepada Ibnu Abbas”, jawab Ibnu Abbas: “Nabi SAW

ingin untuk tidak memberatkan satupun dari umatnya.”

Berdasarkan keterangan hadits di atas, dibolehkan menjamak shalat

zuhur dengan ashar dan magrib dengan isya. Tetapai bukan berarti menjamak

shalat lantas menjadi kebiasaan. Namun bolehnya menjamak shalat tersebut

ada aturannya, yaitu ketika hanya ada hajat yang tidak dijadikan sebagai

kebiasaan. Seperti saat sedang dalam bepergian, karena ada hajat secara

mutlak, namun dengan syarat tidak boleh dijadikan sebagai kebiasaan.

Menurut para ulama boleh menjamak shalat ketika dalam kondisi:

bahaya (takut), safar (bepergian), sakit, hujan, haji, selebihnya mereka

berbeda pendangan. Inilah syari’at yang sangat memudahkan, walau bukan

berartimempermudah semuanya tanpa ada petunjuk yang jelas. Ulama yang

membolehkan menjama’ shalat bersepakat bahwa diperbolehkannya pada tiga

keadaan, pada saat takut, saat turun hujan atau pada saat dingin dan jamak

saat di Arafah dan Muzdalifah. Namun mereka berbeda pendapat tentang

kebolehan menjamak selain pada tiga keadaan tersebut.

Empat kalangan ulama mazhab, yaitu Hanafiah, Malikiyah, Syafi’iyah

dan Hanabilah membolehkan shalat jamak. Hanya saja mereka berbeda

5
Ashabul Muslimin, Kitab Hadis Muslim Terjemahan, 2011, hadis no. 47, jilid 7, h. 1151.
6

pendapat tentang kondisi dan situasi apa yang menjadikan seseorang boleh

menjamak shalat. Diantara empat mazhab Hanafiyahlah yang paling ketat

memberikan persyaratan dibolehkannya menjamak shalat. Semantara yang

agak longgar memberikan konsep rukhshah terkait shalat jamak adalah

mazhab Hanabilah. Umumnya alasan yang menjadi dasar untuk menjamak

shalat adalah karena ada udzur. Sementara mengenai bagaimana hukumnya

menjamak shalat saat ada keperluan belum menjadi perhatian kalangan ulama

mazhab.

Kedudukan shalat dalam agama Islam adalah sebagai berikut:

1. Shalat sebagai tiang agama, jika seorang muslim tidak shalat telah

meruntuhkan agamanya sendiri.

2. Shalat kewajiban umat Islam yang ditetapkan secara langsung melalui

peristiwa Isra’ dan Mi’raj.

3. Shalat merupakan kewajiban umat Islam yang pertama akan dihisab di

hari kiamat.

4. Shalat merupakan amalan penting dari pada amalan-amalan lain dalam

Islam.6

Diantara ketentuan-ketentuan tentang shalat fardhu ada juga

kemudahan yang diberikan agama dalam tata cara shalat, yaitu shalat jamak.

Shalat jamak adalah, “menggabungkan antara dua waktu shalat menjadi satu

waktu”.7 Menjamak antara dua shalat artinya (melakukan shalat dzuhur dan

6
Abdul Hamid, Fiqih Ibadah, (Bandung : Pustaka Setia, 2009), h. 22.
7
An-Nawawi, Raudhatuth Thalibin, diterjemahkan oleh Muhyidin Mas Rida, dkk,
(Jakarta Selatan : Pustaka Azzam, 2007), jilid 1, h. 773.
7

shalat ashar atau shalat magrib dan shalat isya secara bersama dalam satu

waktu, baik dilakukan di waktu shalat pertama atau waktu shalat kedua.8

Demikian kita harus mengetahui penyebab dari kebolehan menjamak

shalat itu sendiri. Karena walaupun memang ada kebolehan menjamak,

namun untuk bisa dijalankan harus terpenuhi syarat-syaratnya. Kalau syarat

kebolehannya belum terpenuhi, maka tidak boleh asal menjamak saja.

Berbeda halnya jika kita sedang bepergian jauh dan mengalami

kesulitan untuk mendirikan shalat fardhu pada waktunya maka Allah telah

meringankan kewajiban kita dengan cara manjamak dan mengqashar shalat

fardhu. Karena Islam adalah agama yang tidak memberatkan bagi para

umatnya.

Disinilah muncul permasalahan-permasalahan diantaranya adalah

tentang hukum dari menjamak dan qashar, sebab-sebab diperbolehkannya

melakukan jamak dan qashar, serta hukum shalat jamak bagi pengantin. Ada

yang memandangnya lebih baik menyempurnakan shalat walaupun sedang

bepergian. Ada juga yang memandang bahwa jamak dan qashar itu wajib

dilaksanakan dan tidak boleh menyempurnakan shalat. Dan masih banyak

lagi pendapat-pendapat tentang shalat jamak dan qashar.9

Akan tetapi fenomena yang berkembang di tengah-tengah masyarakat,

berdasarkan observasi awal yang peneliti lakukan di Jorong Guguak Randah

terdapat sebanyak 10 pengantin yang menjamak shalat. Dikarenakan

8
Abdul Malik Kmal bin As-Sayid Salim, Shahih Fikih Sunnah, (Jakarta : Pustaka Azzam,
2015), cet 4, h. 771.
9
Ali Abu Al-Bashal, Keringanan-keringanan dalam Shalat, (Jakarta : PUSTAKA AL-
KAUTSAR, 2006), h. 189.
8

susahnya bongkar pasang sunting yang dipakai bagi pengantin wanita.

Padahal hukum mengerjakan shalat itu adalah fardhu ‘ain atas seorang

mukallaf (akil, baligh). Anak-anak yang sudah berumur tujuh tahun harus

sudah diperintahkan untuk mengerjakan shalat. Dan di pukul ringan jika tidak

mengerjakannya ketika mereka berumur sepuluh tahun, dengan tangan dan

tidak dengan kayu.

Tetapi mengapa pengantin wanita ataupun pria malah menjamak

shalatnya. Kecuali dengan alasan tertentu, seperti : sakit mabuk dan gila.

Maka tidak wajib baginya melaksanakan shalat. Sedangkan pengantin

tersebut tidak sakit, tidak mabuk dan tidak gla serta telah baligh dan berakal.10

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah diungkapkan di atas, maka

yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana persepsi masyarakat tentang menjamak shalat bagi pengantin

di Jorong Guguak Randah?

2. Bagaimana pelaksanaan menjamak shalat bagi pengantin dalam

walimatul‘ursy di Jorong Guguak Randah?

C. Tujuan dan Kegunaan Penulisan

Berdasarkan permasalahan di atas terlihat bagaimana persepsi

masyarakat tentang pengantin yang menjamak shalat dan pelaksanaan shalat

jamak bagi pengantin. Hal inilah yang menyebabkan penulis mengadakan

10
Staikh Hasan Ayyub, Fikih Ibadah, (Jakarta : Pustaka Al-Kautsar, 2003), cet. 1, h. 118.
9

penelitian dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana persepsi masyarakat

tentang menjamak shalat bagi pengantin di Jorong Guguak Randah dan

pelaksanaan shalat jamak bagi pengantin.

1. Tujuan Penulisan

Secara umum skripsi merupakan salah satu persyaratan untuk

penyelesaian stusi pada perguruan tinggi. Karena itu penulis satu

kewajiban formal terkait pada aturan-aturan perguruan tinggi. Secara

khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana persepsi

masyarakat dan pelaksanaan menjamak shalat bagi pengantin dalam acara

walimatul ursy di Jorong Guguak Randah.

2. Kegunaan Penulisan

a. Sebagai informasi atas masalah yang dijadikan bahan penelitian.

b. Sebagai persyaratan dalam penyelesaian perkuliahan untuk

mendapatkan gelar sarjana Strata (S.1) di Fakultas Syari’ah IAIN

Bukittinggi.

c. Untuk menambah referensi perpustakaan digunakan dalam penelitian

selanjutnya.

d. Sebagai sumbagan pemikiran bagi umat Islam dalam menjawab

permasalahan yang berkembang ditengah masyarakat terkhususnya

bagi masyarakat di Jorong Guguak Randah Kanagarian IV Koto

Kabupaten Agam.

D. Defenisi Operasional
10

1. Persepsi : adalah kemampuan untuk membeda-bedakan,

mengelompokkan, memfokuskan dan sebagainya itu disebut sebagai

kemampuan untuk mengorganisasikan dan pengamatan.11

2. Masyarakat : Sekumpulan orang yang hidup bersama dalam satu

tempat atau wilayah tertentu.

3. Shalat : Sebuah perkataan dan perbuatan yang diawali

dengan takbir dan diakhiri dengan salam.

4. Pengantin : Orang yang sedang melangsungkan perkawinan.

5. Jorong :Pembagian wilayah administratif yang

berkedudukan di bawah nagari.

6. Guguak Randah : Suatu daerah/nagari yang berada di Kecamatan

Guguak Tabek

Pengertian dari masing-masing kata yang terdapat dalam pengertian di

atas, maka yang penulis maksud adalah PERSEPSI MASYARAKAT

TENTANG MENJAMAK SHALAT BAGI PENGANTIN DALAM ACARA

WALIMATUL ‘URS (Studi Kasus Di Jorong Guguak Randah Kenagarian

Guguak Tabek Kecamatan IV Koto Kabupaten Agam).

E. Tinjauan Pustaka

Masalah menjamak shalat bagi pengantin sesungguhnya telah ditulis

dan dikaji dalam skripsi dan karya ilmiah seperti penelitian yang dilakukan

oleh: Putri Anisa yang berjudul “Hukum Pelaksanaan Shalat Jama’ Bagi

Pengantin di Nagari Sungai Pua” dengan rumusan masalah apa penyebab

11
Sarlito Wirawan Surwono, Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta : Bulan Bintang, 1982),
edisi ke 1, h. 44.
11

pengantin melakukan shalat jama’ di Nagari Sungai Pua. Persamaan

penelitian ini adalah sama-sama membahas tentang shalat jama’ pengantin,

dan perbedaan penelitian ini adalah perspektif masyarakat tentang menjamak

shalat bagi pengantin di Jorong Guguak Randah.

Penelitian selanjutnya oleh Wilda yang berjudul “Ketentuan

(Dhawabith) Menjama’ Shalat Bagi yang Bermukim (Hadhar) (Perspektif

Maqasid Syari’ah) dengan rumusan masalah bagaimana perspektif maqasid

syari’ah mengenai menjama’ shalat bagi yang bermukim (hadhar) dan

bagaimana dalil, dasar serta filosofi maqasid syari’ah bagi orang yang

bermukin (hadhar). Persamaan penelitian ini adalah sama-sama membahas

tentang menjamak shalat, dan perbedaan penelitian ini adalah tentang

menjamak shalat bagi pengantin.

F. Metode Penelitian

Supaya penyusunan skripsi ini dapat berjalan sesuai dengan yang

diharapkan maka diperlukan metode yang sesuai dengan permasalahan yang

dibahas dan relevan dengan teknik penulisan karya ilmiah.

Adapun lokasi penelitian ini adalah di Jorong Guguak Randah

Kanagarian Guguak Tabek Kecamatan IV Koto Kabupaten Agam.

1. Jenis dan Sifat Penelitian

a. Jenis Penelitian

Sesuai dengan jenis penelitian ini untuk mengetahui bagaimana

pendapat masyarakat tentang pelaksanaan shalat jamak bagi pengantin di

Jorong Guguak Randah Kenagarian Guguak Tabek Kecamatan IV Koto


12

Kabupaten Agam. Jadi dilihat dari jenisnya, penelitian ini termasuk

penelitian lapangan field research maksudnya suatu penelitian yang

dilakukan dalam kehidupan sebenarnya.12

Maka jenis yang dilakukan penulis dalam penelitian ini menggunakan

metode penelitian kualitatif deskriptif. Menurut Denzin dan Lincoln

menjelaskan penelitian kualitatis merupakan penelitian yang menggunakan

latar ilmiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan

dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada.13

Metode penelitian kualitatif ialah metode yang digunakan untuk

meneliti pada kondisi objek yang alamiah, dimana penelitian ini adalah

sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara

gabungan (trianggulasi), analisis data bersifat induktif dan hasil penelitian

kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.

b. Sifat penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif merupakan penelitian yang dilakukan

untuk memberikan gambaran yang lebih detail mengenai suatu gejala atau

fenomena, yaitu menjelaskan ataupun menerangkan sebuah peristiwa.14

Karena dalam pengumpulan data sampai dalam analisis data, penelitian

memperoleh data obyektif yang sebanyak mungkin sesuai kamampuan

yang ada.

2. Sumber Data

12
Kartini Kartono, Pengantar Metorologi Riset Sosial (Bandung Bndar, 1996) h. 32.
13
Djam’an Satri dan Aan Komariah, Metode Penelitian Kualitatif, cet ke-5, (Bandung
Alfabeta, 2013), h. 23.
14
Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul J, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta Rajawali
Press, 2003), h. 42.
13

a. Data Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh dari objek yang diteliti, yang

meliputi:

1) Tokoh Masyarakat

Tokoh masyarakat yang penulis maksud adalah tokoh adat atau tokoh

agama.

2) Pelaku

Pelaku yang penulis maksud adalah orang yang melakukan shalat

jamak.

3) Masyarakat Umum

Masyarakat umum yang penulis maksud adalah masyarakat Jorong

Guguak Randah Kanagarian Guguak Tabek Kecamatan IV Koto

Kabupaten Agam selain dari tokoh masyarakat dan pelaku, yang

mengatahui masalah yang akan penulis teliti.

Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif,

maka teknik yang digunakan yaitu teknik Snowbaall sampling merupakan

metode penarikan sampel secara berantai, dari satu sampel informan yang

diketahui diteruskan kepada informan berikutnya sesuai dengan informan

yang pertama, begitu seterusnya sehingga jumlah informan yang dihungkan

semakin lama semakin besar.15

15
Muhammad Teguh, Metode Penelitian Teori dan Aplikasi, (Jakarta PT. Raja Grafindo
Persada, 1999), cet ke-1, h. 159.
14

3. Metode Dalam Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa metode untuk

mengumpulkan data, adapun metode-metode yang digunakan adalah sebagai

berikut:

a. Wawancaraadalah situasi peran antara pribadi bertatap muka (face to

face), ketika seseorang yakni pewawancara mengajukan pertanyaan

yang relevan dengan masalah penelitian kepada seorang responden.16

Dalam hal ini penulis menggunakan jenis interview (wawancara)

tepimpin yaitu pewawancara bebas bertanya apa saja dan harus

menggunakan acuan pertanyaan lengkap dan terperinci agar data-data

terperoleh dengan sesuai harapan.

Penulis menggunakan metode ini karena penulis mengharapkan data

yang dibutuhkan dapat diperoleh secara langsung sehingga

kebenarannya tidak diragukan lagi. Penulis mempersiapkan pertanyaan-

pertanyaan yang berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti dan

yang juga di interview tidak merasa lelah mengambil datanya.

b. Observasi (Pengamatan) adalah metode pengumpulan data melalui

pengamatan langsung atau peninjauan secara langsung dan cermat.

Dalam hal ini penelitian dengan berpedoman desain penelitiannya perlu

mengunjungi lokasi penelitian untuk mengamati secara langsung

sebagai hal atau kondisi yang ada dalam lapangan.17Pengamatan yang

penulis lakukan yaitu melihat dari persepsi masyarakat tentang

pelaksanaan menjamak shalat bagi pengantin.


16
Amiruddin dan Zinal Asikin, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2008), h. 45.
17
Ahsanuddin Mudi, Profesional Sosiologi, (Jakarta: Mendiatam, 2004), h. 44.
15

c. Metode Dokumentasi adalah data-data berupa lembaran, tulisan-tulisan

atau dalam bentuk lain yang dapat menunjang data dalam penelitian .

dalam pelaksanaannya melalui pengumpulan data dengan metode

dokumentasi, penelitian bertujuan untuk memperoleh data mengenai

pendapat masyarakat tentang pelaksanaan menjamak shalat bagi

pengantin di Jorong Guguak Randah Kenagarian Guguak Tabek

Kecamatan IV Koto. Metode ini sebagai pendukung karena data yang

dihasilkan mendukung untuk data yang utama.

4. Teknik Pengolahan Data

Sesudah data yang diperlukan dikumpulkan, maka data tersebut di

olah melalui prosedur pengolahan data yaitu:

a. Editing yaitu setelah data terkumpul sesuai dengan harapan, data

tersebut diperiksa kembali satu persatu agar tidak ada kekeliruan pada

jawaban.

b. Coding yaitu pemberian tanda tertentu atau kode pada jawaban

responden setelah diedit bertujuan untuk memudahkan dalam

menganalisa data.

c. Klasifikasi yaitu mengelompokkan data yang telah didapat.

5. Analisis Data

Setelah data terkumpul, langkah selanjutnya adalah penulis menganalisa

data yang diperoleh dalam pelaksanaan penelitian, tentunya data yang

dianalisa tersebut merupakan data yang berhubungan dengan pokok

permasalahan yang harus diolah sedemikian rupa sehingga mendapatkan

suatu kesimpulan.
16

Teknik analisa yang digunakan adalah teknikkomperatif deskriptid

kualitatif, penulis menjelaskan kondisi objektif dilapangan dan yang teoris

dan mendiskripsikannya dengan bahasa dan tidak memakai angka-angka.

Selanjutnya penulis menarik kesimpulan dengan menggunakan teknik

induktif. Ada langkah-langkah yang digunakan sebagai berikut:

a. Reduktif Data

Data yang terkumpul dari wawancara di rangkum disederhanakan dan

disesuaikan dengan penelitian dengan membuat abstraksi yang merupakan

usaha membuat rangkuman inti melalui proses untuk menjaga pertanyaan-

pertanyaan sehingga tetap berada di dalamnya.18

b. Penyajian Data

Penyajian data adalah penyajian sekumpulan data yang tersusun dan

memberi kemungkinan penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

Jadi, yang dimaksud untuk mempermudah bagi peneliti melihat bagian-

bagian tertentu dari data peneliti.

c. Penarikan Kesimpulan

Pada penelitian ini, penarikan kesimpulan terus menerus sepanjang proses

penelitian dapat mengambil kesimpulan akhir yang didukung oleh bukti

yang valid dan konsisten.

G. Sistematika Penulisan

18
Lexy J. Maelong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Rosdakarya, 2011), h.
190.
17

Untuk mengetahui gambaran secara menyeluruh tentang isi dan apa

yang diuraikan dalam skripsi ini penulis membagi pembahasan skripsi ke

dalam empat bab.

Bab pertama, merupakan bab pendahuluan yang berisikan aspek-aspek

utama penelitian yaitu terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan

dan kegunaan, defenisi operasional, tinjauan pustaka, metode penelitian, dan

sistematika penulisan.

Bab kedua, menjelaskan tentang landasan teori yang membahas

bagaimana persepsi masyarakat tentang menjamak shalat bagi pengantin di

Jorong Guguak Randah dan pelaksanaan shalat jamak bagi pengantin.

Bab ketiga, merupakan hasil penelitian, penulis akan memberikan

gambaran secara umum mengenai bagaimana persepsi masyarakat tentang

menjamak shalat bagi pengantin di Jorong Guguak Randah.

Bab keempat, merupakan bab penutup dari skripsi, penulisakan

mengemukakan kesimpulan dari penelitian serta memberikan saran-saran.

OUTLINE

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah
18

C. Tinjauan Penulisan

D. Manfaat Penulisan

E. Penjelasan Judul

F. Metodologi Penelitian

G. Tinjauan Pustaka

H. Sistematika Penulisan

BAB II LANDASAN TEORI

A. Pengertian Shalat Jamak

B. Dasar Hukum Shalat Jamak

C. Pendapat Ulama tentang Shalat Jamak

D. Sebab-sebab dibolehkan Shalat Jamak

E. Waktu Shalat Jamak dan Jaraknya

BAB III HASIL PENELITIAN

A. Monografi Jorong Guguak Randah

B. Pendapat Pasangan Pengantin yang Menjamak Shalat

C. Hukum Menjamak Shalat bagi Pengantin di Jorong Guguak

Randah

D. Pandangan Ulama di Jorong Guguak Randah terhadap Pasangan

Pengantin yang Menjamak Shalat

E. Pendapat Masyarakat tentang Pelaksanaan Shalat Jamak bagi

Pengantin di Jorong Guguak Randah

F. Analisis Penulis tentang Pelaksanaan Shalat Jamak di Jorong

Guguak Randah

BAB IV PENUTUP
19

A. Kesimpulan

B. Saran

Anda mungkin juga menyukai