Dosen Pengampu :
Ruang 2B
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................................i
KATA PENGANTAR.................................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................1
C. Tujuan Masalah...........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................2
A. Kesimpulan................................................................................................12
B. Saran...........................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Shalat adalah tiang agama. Maka dari itu setiap muslim memiliki
kewajiban untuk melaksanakan ibadah Shalat Fardhu, yaitu sholat 5 waktu
dalam sehari semalam. Hukum shalat 5 waktu adalah Fardhu ‘ain. Sejak
kecil kita harus menanamkan kebiasaan shalat, ketika beranjak baligh
akan menjadi kewajiban. Banyak keutamaan-keutamaan shalat yang bisa
kita peroleh dalam kehidupan sehari-hari di dunia dan akhirat kelak.
Namun selain Shalat Fardhu, terdapat banyak sekali Shalat Sunnah untuk
menutupi kekurangan Shalat Fardhu.
Shalat sunnah termasuk amalan yang selayaknya kita kerjakan dan
rutinkan. Kita tahu dengan pasti bahwa tidak ada yang yakin sholat lima
waktunya dikerjakan dengan sempurna. Kadang kita tidak konsentrasi,
tidak khusyu’(menghadirkan hati), juga kadang tidak tawadhu’ (tenang)
dalam Shalat. Orang yang senantiasa melakukan amalan sunnah
(mustahab) di samping melakukan amalan wajib, akan mendapatkan
kecintaan Allah, lalu Allah akan memberi petunjuk pada pendengaran,
penglihatan, tangan dan kakinya. Allah juga akan memberikan orang
seperti ini keutamaan dengan mustajabnya do’a.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Shalat Sunnah?
2. Apa saja macam-macam Shalat Sunnah?
3. Kapan waktu tidak diperbolehkannya melakukan Shalat Sunnah?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian Shalat Sunnah
2. Untuk Mengetahui macam-macam Shalat Sunnah
3. Untuk Mengetahui waktu dilarang melakukan Shalat Sunnah
1
BAB II
PEMBAHASAN
1
Syekh syamsuddin Abu Abdillah, 2017, “Terjemah Fathul Qarib PeŶgaŶtaƌ FiƋih Iŵaŵ Syafi’i”,
mutiara ilmu, Surabaya, hal. 82
2
Dede Rosdaya, 2015, “MA. Fiqih” Ditjen Binbag Islam, Jakarta, hal. 102
2
Shalat dua hari raya/idain adalah shalat sunnah yang dilakukan
karena datangnya hari raya idul fitri atau idul adha. Shalat idul
fitri di laksanakan pada tanggal 1 syawal, sedangkan shalat idul
adha di laksanakan pada tanggal 10 dzulhijjah. Shalat idain
disyariatkan pada tahun pertama hijriyah. Dan dianjurkan
dilaksanakan di lapangan dan berjama’ah. Hukum melaksanakan
kedua shalat ‘Id ini sama, yakni sunnah muakkadah (yang
dikuatkan/penting sekali). Sejak disyariatkannya shalat ‘Id ini,
Rasulullah Saw. tidak pernah meninggalkannya. “Hari puasa
adalah hari ketika orang-orang berpuasa, Idul Fitri adalah hari
ketika orang-orang berbuka, dan Idul Adha adalah hari ketika
orang-orang menyembelih”3. Waktu untuk melakan shalat ied yaitu
sejak matahari terbit hingga tergelincir atau condong ke barat.
Dengan demikian, waktu pelaksanaan shalat ied sama dengan
waktu pelaksanaan shalat dhuha. Namun untuk shalat ied al adha
jauh lebih baik jika dipercepat, artinya mengambil waktu terpagi
dari batas waktu pelaksanaanya, agar cukup waktu untuk
penyembelihan hewan Qurban, sedangkan untuk pelaksanaan
shalat ied fitri lebih diperlambat agar cukup waktu untuk
pembagian zakat fitrah. Demikian yang dikemukakan oleh Ibn
Qudamah (salah seorang ulama ilmu fiqih aliran Hambali). 4 Shalat
ied dilakukan sebanya 2 rakaat, dimana shalat diawali dengan
takbiratul ikhram kemudian membaca doa iftitah. Pada rakaat
pertama membaca takbir sebanyak 7x (tidak termasuk takbiratul
ikhram) lalu membaca taawudz, surah al fatihah dan surah Qaf
dengan suara keras.5
2. Shalat Gerhana
Shalat dua gerhana (shalat khusu fain) adalah shalat sunah yang
dilakukan karena terjadi gerhana bulan ataupun gerhana
matahari. Hukum melaksanakan kedua shalat gerhana tersebut
3
HR. Abu Dawud dan Nasa’i
4
Dede Rosdaya, 2015, “MA. Fiqih” Ditjen Binbag Islam, Jakarta, hal. 172
5
Syekh syamsuddin Abu Abdillah, 2017, “Terjemah Fathul Qarib PeŶgaŶtaƌ FiƋih Iŵaŵ Syafi’i”,
mutiara ilmu, Surabaya, hal. 102
3
adalah sunah muakad.Waktu Pelaksanaan gerhana matahari
adalah sejak awal terjadinya gerhana sampai selesai atau
tertutupnya matahari. Shalat gerhana ini dianjjurkan oleh
Rasulullah SAW melalui salah satu hadisnya yang berbunyi “dari
A‟isyah ra. Dia berkata, bahwa Rasulullah SAW bersabda bahwa
matahari dan bulan itu merupakan tanda kebesaran Allah.
Keduanya tidak akan terjadi gerhana karena kematian atau
kelahiran seseorang. Oleh sebab itu kalau kalian menyaksikan
gerhana, maka lakukanlah shalat dan berdoalah kepada-Nya.” 6
Waktu pelaksanaan shalat gerhana matahari yaitu sejak mulai
matahari tertutupi bulan, karena posisinya sejajar, dan berakhir
ketika posisinya berada dalam posisi tidak sejajar. Sedangkan
waktu pelaksanaan shalat gerhana bulan yaitu sejak bulan
terhalangi oleh bumi sehingga tidak menerima sinar dari matahari
dan berkhir ketika posisi keduanya sudah bergeser sehingga
bullan kembali menerima sinar dari matahari.
6
HR Bukhari dan Muslim
4
Hadits 11 melihat Nabi melakukan shalat malam
Aisyah pada bulan ramadhan maupun selain
ramadhan hanya sebanyak 11 rakaat
4. Shalat Istisqo
1) Istisqo yang paling ringan, yaitu doa tanpa shalat dan tidak
juga setelah shalat di masjid atau selain masjid, sendiri atau
jamaah. Dan sebaiknya dilakukan oleh orang-orang yang
shalih.
Jika hanya doa, maka shalat istiqo dapat dilakukan kapan saja,
dan lebih baik jika dilakukan saat khutbah Jum’at. Jika doa dan
shalat maka dapat dilakukan kapan saja, tetapi jangan dilakukan
pada waktu yang dimakruhkan shalat. Waktu yang utama adalah
pada waktu Dhuha sampai Zhuhur sebagaimana shalat Id.
1. Shalat Thajjud
2. Shalat Rawatib
6
mengungkapkan semua shalat sunnah yang waktu pelaksanaanya
beriringan dan mengikuti shalat fardhu.9 Shalat sunnah rawatib
ditetapkan oleh Rasulullah SAW melalui hadistnya baik melalui
perkataan, perbuatan terhadap para sahabatnya yang diceritakan
kemudian oleh para sahabat beliau. Salah satu hadist yang
mengungkap shalat sunnah rawatib adalah riwayat Bukhari dan
Muslim dari Ibnu Umar yang berbunyi “dari Ibnu Umar ra. Dia
berkata, saya memperoleh pelajaran shalat dari Nabi SAW
sebanyak 10 rakaat, yaitu dua rakaat sebelum dzuhur, dua rakaat
sesudahnya, dua rakaat sesudah maghrib di rumahnya, dua rakaat
sesudah isya dirumahnya, dan dua rakaat sebelum subuh”10. Shalat
Rawatib dibagi menjadi 2 kategori yaitu sunnah muakad (sunnah
yang sangat dianjurkan) dan sunnah ghairu muakad (sunnah
yang diajurkkan ntuk dilaksanakan tapi dianggap tidak terlalu
penting). Berikut pembagian waktu shalat rawatib berdasarkan
kategori-kategori yang telah ditetapkan.11 Yang termasuk dalam
kategori sunnah muakkad sebagaimana dikemukakan dalam
hadist Ibnu Umar diatas adalah sebanya 10 rakaat ,yaitu : 2
rakaat sebelum dan sesudah dzuhur, 2 rakaat sesudah maghrib, 2
rakaat sesudah isya‟ , dan 2 rakaat sebelum subuh. Sementara
yang termasuk dalam sunnah rawatib ghair muakkad
sebagaimana dikemukakan Wahbah al-Zhuhaili, adalah sebagai
berikut :
9
Drs. Moh. Rifa’i, 2016, “Risalah Tuntunan Shalat Lengkap”, PT Karya Toha Putra, Semarang, , hal. 88-
89
10
HR Bukhari
11
Dr. Mustofa Dieb Al Bigha, 2015, hal, Diterjemahkan Achmad Soenarto, “Fiqih Islam Lengkap dan
Praktis” Insan Amanah, Surabaya. 145.
7
2) Menurut para ulama Syafi‟iyah adalah sebanyak 12 rakaat,
yaitu 2 rakaat sebelum dan sesudah dzuhur, 4 rakaat sebelm
ashar, 2 rakaat sebelum maghrib, dan 2 rakaat sebelum „isya.
3. Shalat Dhuha
4. Shalat Wudhu
12
HR Muslim, kitab Shalâ t al-Musâ firîn wa Qashruha, Bab: Istihbâ b Shalat ad-Dhuha, hadits No. 720.
13
Shohih Bukhori, no.159 dan Shohih Muslim, no.226
8
memisahkan antara wudhu' dan sholat sunat wudhu' menurut
pendapat Al-Aujah, maka apabila jangka waktunya sudah lama,
maka sudah tidak disunatkan lagi mengerjakan sholat sunat
wudhu'. Adapun batasan lamanaya waktu yang memisahkan itu
menurut kebiasaan (adat) pada umumnya. Sebagian ulama'
menyatakan batas waktunya selama belum berpaling dari
mengerjakan sholat tersebut, sebagian lainnya menyatakan,
selama belum kering air wudhunya, dan ada juga yang
mengatakan bahwa batas waktunya selama belum batal
wudhunya.
6. Shalat Istikhoroh
Jika kita perhatikan dua hadis di atas, ada lima waktu terlarang
sholat sunnah, 3 berkaitan dengan waktu dan sisanya 2 berkaitan dengan
perbuatan. Yang berkaitan dengan waktu adalah ketika matahari terbit,
ketika matahari tepat di atas kepala dan ketika matahari terbenam.
Adapun yang berkaitan dengan perbuatan adalah ketika selesai sholat
Shubuh dan ketika selesai sholat Ashar. Dari setelah shalat Fajar hingga
kira-kira setelah ¼ jam setelah terbitnya matahari (waktu syuruq). Sekitar
¼ jam sebelum masuknya waktu shalat Zuhur hingga masuknya waktu
Zuhur. Jika telah shalat ashar –meskipun setelah satu jam dari masuk
waktu- sampai bulatan matahari benar-benar terbenam, maka waktu yang
terlarang berawal sejak setelah shalat Ashar, bukan dari awal waktunya.
14
HR Al-Bukhari
15
HR Muslim
10
Karena seorang muslim terkadang melaksanakan shalat Ashar setelah
masuknya waktu beberapa saat setelahnya.
Maka pada saat itu bagi seorang muslim boleh shalat sunah selama
belum shalat Ashar, meskipun waktunya sudah masuk beberapa saat lalu.
Ibnu Qudamah berkata di dalam Al Mughni (1/429): “Dalam hal ini kami
tidak ketahui adanya perbedaan pendapat soal larangan shalat setelah
shalat Ashar”.Dalil dari beberapa waktu ini terdapat dalam banyak hadits.
Di antara yang paling tampak dan paling mencakup maknanya adalah
hadits panjang yang diriwayatkan oleh Imam Muslim di dalam Shahihnya
(832) dari Amr bin ‘Abasah –radhiyallahu ‘anhu- bahwa Nabi –shallallahu
‘alaihi wa sallam- bersabda kepadanya: “Tunaikan shalat subuh dan
jangan shalat (sesudah itu) hingga matahari terbit meninggi. Karena saat
matahari terbit, dia terbit di antara dua tanduk setan dan orang-orang
kafir bersujud pada saat itu. Lalu shalatlah (di waktu Dhuha), karena
shalat (pada saat ini) disaksikan dan dihadiri (malaikat) hingga saat
bayangan sebuah tombak tidak tampak, maka janganlah kamu shalat,
karena pada waktu itu api neraka sedang dinyalahkan hingga bayangan
kembali muncul. Dan apabila bayangan sudah kembali maka shalatlah
kamu, karena shalat pada waktu itu disaksikan dan dihadiri (oleh para
malaikat) hingga matahari turun untuk terbenam. Ketika matahari hari
hendak terbenam, maka janganlah kamu shalat hingga benar-benar
terbenam, Karena matahari terbenam diantara dua tanduk syetan dan
pada waktu itulah orang-orang kafir beribadah.”
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Shalat adalah tiang agama. Shalat sunnah juga sangat penting
dilakukan sebagai pelengkap dari ibadah. Shalat sunnah adalah shalat
diluar shalat wajib yang dianjurkan untuk dilaksanakan, tetapi tidak
diwajibkan sehingga tidak berdosa bila ditinggalkan dan akan
mendapatkan pahala jika dilaksanakan.
2. Ada beberapa macam-macam shalat sunnah diantaranya, shalat
sunnah berjamaah (shalat ied, shalat gerhana, Shalat Sunnah Tarawih
dan Witir pada Bulan Ramadhan, shalat istiqo, dll) dan shalat sunnah
munfarid (shalat tahajjud, shalat rawatib, shalat dhuha, shalat wudhu,
shalat tahiyatul masjid, shalat istikhoroh, shalat hajat)
3. Islam memberikan aturan yang jelas mengenai kapan waktu
dilaksanakannya shalat shalat tersebut dan juga kapan dilarangnya
melakukan shalat sunnah yaitu diantaranya:
1) Dari setelah shalat Fajar hingga kira-kira setelah ¼ jam
setelah terbitnya matahari (waktu syuruq). Sekitar ¼ jam
sebelum masuknya waktu shalat Zuhur hingga masuknya
waktu Zuhur.
2) Jika telah shalat ashar –meskipun setelah satu jam dari
masuk waktu- sampai bulatan matahari benar-benar
terbenam, maka waktu yang terlarang berawal sejak setelah
shalat Ashar, bukan dari awal waktunya.
4. Tunaikan shalat subuh dan jangan shalat (sesudah itu) hingga
matahari terbit meninggi. Karena saat matahari terbit, dia terbit di
antara dua tanduk setan dan orang-orang kafir bersujud pada saat itu.
Lalu shalatlah (di waktu Dhuha), karena shalat (pada saat ini)
disaksikan dan dihadiri (malaikat) hingga saat bayangan sebuah
tombak tidak tampak, maka janganlah kamu shalat, karena pada
waktu itu api neraka sedang dinyalahkan hingga bayangan kembali
12
muncul. Dan apabila bayangan sudah kembali maka shalatlah kamu,
karena shalat pada waktu itu disaksikan dan dihadiri (oleh para
malaikat) hingga matahari turun untuk terbenam. Ketika matahari
hari hendak terbenam, maka janganlah kamu shalat hingga benar-
benar terbenam, Karena matahari terbenam diantara dua tanduk
syetan dan pada waktu itulah orang-orang kafir beribadah.”
B. Saran
13
DAFTAR PUSTAKA
Amir Abyan, 2018, “Pendidikan Agama Islam Karya Toha Putra”, Fikih
Semarang
Anjen Dianawati, 2018, “Kumpulan Sholat-Sholat Sunnah”, Wahyu Media,
Surabaya
Ash Shiddieqy, 2019, “Kuliah Ibadah”, PT. Pustaka Rizki Putra, Semarang
Dede Rosdaya, 2015, “MA. Fiqih” Ditjen Binbag Islam, Jakarta
Dr. Mustofa Dieb Al Bigha, 2015, hal, Diterjemahkan Achmad Soenarto, “Fiqih
Islam Lengkap dan Praktis” Insan Amanah, Surabaya
Hamid Sjamsul Rijal, 2017, “Buku Pintar tentang Islam”, Pustaka Amani
Nasution Lahmuddin, Jakarta.
Nuruddina, 2014, “Shalat Tarawih Menurut Mazhab Empat”, Wahyu Media,
Surabaya
Rifa‟I, Moh, 2016, Risalah Tuntunan Shalat Lengkap, PT Karya Toha Putra,
Semarang
Rosdaya, Dede, 2017, “Fiqih 1”, Ditjen Binbag Islam, Jakarta
Syekh syamsuddin Abu Abdillah, 2017, “Terjemah Fathul Qarib PeŶgaŶtaƌ FiƋih
Iŵaŵ Syafi’i”, mutiara ilmu, Surabaya