Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH MATERI IBADAH KEMASYARAKATAN

“MACAM-MACAM SHALAT SUNNAH”

Dosen Pengampu :

Bambang Irawan, M.Pd

Disusun Oleh Kelompok 6 :

Cita Ulva Lendari Marion Tina (2323290027)

Ruang 2B

PROGRAM STUDI TADRIS BAHASA INDONESIA


FAKULTAS TARBIYAH DAN TADRIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) FATMAWATI SUKARNO
BENGKULU 2024
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji serta syukur kita panjatkan kepada
Allah SWT yang telah memberi rahmat serta hidayah-Nya untuk kita semua,
sehingga makalah yang berjudul “Macam-Macam Shalat Sunnah” dapat
ditulis sedemikian rupa dan bisa dipersentasikan oleh kelompok 6 sebagai
pemenuhan tugas dari matakuliah Ibadah Kemasyarakatan. Terimakasih
kepada teman-teman yang berpartisipasi dalam diskusi mengenai macam-
macam shalat sunnah, serta kepada dosen pengampu matakuliah Ibadah
Kemasyarakatan Bpk. Bambang Irawan, M.Pd.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan
sehingga kritik dan saran yang diberikan oleh teman-teman akan sangat
membantu dalam perbaikan kedepannya. Dengan demikian, diharapkan
pembaca mendapatkan manfaat dan ilmu dari membaca makalah ini.
Wassalamualaikum Wr. Wb.

Bengkulu, Maret 2024

Cita Ulva Lendari Marion


Tina

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................................i

KATA PENGANTAR.................................................................................................ii

DAFTAR ISI..............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1

A. Latar Belakang............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.......................................................................................1

C. Tujuan Masalah...........................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................2

A. Pengertian Shalat Sunnah..........................................................................2

B. Macam-Macam Shalat Sunnah dan Pelaksanaannya...............................2

C. Waktu Dilarangnya Shalat Sunnah..........................................................10

BAB III PENUTUP..................................................................................................12

A. Kesimpulan................................................................................................12

B. Saran...........................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Shalat adalah tiang agama. Maka dari itu setiap muslim memiliki
kewajiban untuk melaksanakan ibadah Shalat Fardhu, yaitu sholat 5 waktu
dalam sehari semalam. Hukum shalat 5 waktu adalah Fardhu ‘ain. Sejak
kecil kita harus menanamkan kebiasaan shalat, ketika beranjak baligh
akan menjadi kewajiban. Banyak keutamaan-keutamaan shalat yang bisa
kita peroleh dalam kehidupan sehari-hari di dunia dan akhirat kelak.
Namun selain Shalat Fardhu, terdapat banyak sekali Shalat Sunnah untuk
menutupi kekurangan Shalat Fardhu.
Shalat sunnah termasuk amalan yang selayaknya kita kerjakan dan
rutinkan. Kita tahu dengan pasti bahwa tidak ada yang yakin sholat lima
waktunya dikerjakan dengan sempurna. Kadang kita tidak konsentrasi,
tidak khusyu’(menghadirkan hati), juga kadang tidak tawadhu’ (tenang)
dalam Shalat. Orang yang senantiasa melakukan amalan sunnah
(mustahab) di samping melakukan amalan wajib, akan mendapatkan
kecintaan Allah, lalu Allah akan memberi petunjuk pada pendengaran,
penglihatan, tangan dan kakinya. Allah juga akan memberikan orang
seperti ini keutamaan dengan mustajabnya do’a.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Shalat Sunnah?
2. Apa saja macam-macam Shalat Sunnah?
3. Kapan waktu tidak diperbolehkannya melakukan Shalat Sunnah?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian Shalat Sunnah
2. Untuk Mengetahui macam-macam Shalat Sunnah
3. Untuk Mengetahui waktu dilarang melakukan Shalat Sunnah

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Shalat Sunnah

Shalat sunnah adalah semua shalat yang dikerjakan di luar shalat


yang difardhukan. Nabi Muhammad SAW mengerjakan sholat sunnah
selain untuk mendekatkan diri kepada Allah juga mengharapkan
tambahan pahala, namun jika tidak tidak dikerjakan pun tidak
mendapatkan dosa. Shalat sunnah yaitu shlat yang dianjurkan untuk
dilaksanakan akan tetapi tidak diwajibkan sehingga tidak berdosa bila
ditinggalkan, dengan kata lain apabila dilakukan dengan baik, dan benar
serta penuh keikhlasan akan tampak hikmah dan rahmat dari Allah SWT
yang begitu indah.

Shalat sunnah menurut hukumnya terdiri dari 2 yaitu, Sunnah


Muakad adalah shalat sunnah yang dianjurkan dengan penekanan yang
kuat (hampir mendekati wajib) contohnya seperti shalat sunnah hari
Raya dan Shalat Sunnah Ghairu Muakad adalah shalat sunnah yang
dianjurkan tanpa penekanan yang kuat, seperti shalat sunnah gerhana.1

Adapun dalil yang mendasari pelaksanaan Shalat Sunnah yaitu,


pada hadist Rasulullah SAW, yang artinya : “Telah dating seorang arab
gunung, lalu ia berkata, “Ya Rasulullah, shalat apa yang difardhukan oleh
Allah atas saya?”. Jawab Raslullah SAW : shalat lima waktu, kecuali engkau
mau melaksanakan shalat sunnah”. (H R Bukhari dan Muslim)2

B. Macam-Macam Shalat Sunnah

a. Shalat Sunnah Berjamaah

1. Shalat Ied (Idul Fitri dan Idul Adha)

1
Syekh syamsuddin Abu Abdillah, 2017, “Terjemah Fathul Qarib PeŶgaŶtaƌ FiƋih Iŵaŵ Syafi’i”,
mutiara ilmu, Surabaya, hal. 82
2
Dede Rosdaya, 2015, “MA. Fiqih” Ditjen Binbag Islam, Jakarta, hal. 102
2
Shalat dua hari raya/idain adalah shalat sunnah yang dilakukan
karena datangnya hari raya idul fitri atau idul adha. Shalat idul
fitri di laksanakan pada tanggal 1 syawal, sedangkan shalat idul
adha di laksanakan pada tanggal 10 dzulhijjah. Shalat idain
disyariatkan pada tahun pertama hijriyah. Dan dianjurkan
dilaksanakan di lapangan dan berjama’ah. Hukum melaksanakan
kedua shalat ‘Id ini sama, yakni sunnah muakkadah (yang
dikuatkan/penting sekali). Sejak disyariatkannya shalat ‘Id ini,
Rasulullah Saw. tidak pernah meninggalkannya. “Hari puasa
adalah hari ketika orang-orang berpuasa, Idul Fitri adalah hari
ketika orang-orang berbuka, dan Idul Adha adalah hari ketika
orang-orang menyembelih”3. Waktu untuk melakan shalat ied yaitu
sejak matahari terbit hingga tergelincir atau condong ke barat.
Dengan demikian, waktu pelaksanaan shalat ied sama dengan
waktu pelaksanaan shalat dhuha. Namun untuk shalat ied al adha
jauh lebih baik jika dipercepat, artinya mengambil waktu terpagi
dari batas waktu pelaksanaanya, agar cukup waktu untuk
penyembelihan hewan Qurban, sedangkan untuk pelaksanaan
shalat ied fitri lebih diperlambat agar cukup waktu untuk
pembagian zakat fitrah. Demikian yang dikemukakan oleh Ibn
Qudamah (salah seorang ulama ilmu fiqih aliran Hambali). 4 Shalat
ied dilakukan sebanya 2 rakaat, dimana shalat diawali dengan
takbiratul ikhram kemudian membaca doa iftitah. Pada rakaat
pertama membaca takbir sebanyak 7x (tidak termasuk takbiratul
ikhram) lalu membaca taawudz, surah al fatihah dan surah Qaf
dengan suara keras.5

2. Shalat Gerhana

Shalat dua gerhana (shalat khusu fain) adalah shalat sunah yang
dilakukan karena terjadi gerhana bulan ataupun gerhana
matahari. Hukum melaksanakan kedua shalat gerhana tersebut
3
HR. Abu Dawud dan Nasa’i
4
Dede Rosdaya, 2015, “MA. Fiqih” Ditjen Binbag Islam, Jakarta, hal. 172
5
Syekh syamsuddin Abu Abdillah, 2017, “Terjemah Fathul Qarib PeŶgaŶtaƌ FiƋih Iŵaŵ Syafi’i”,
mutiara ilmu, Surabaya, hal. 102
3
adalah sunah muakad.Waktu Pelaksanaan gerhana matahari
adalah sejak awal terjadinya gerhana sampai selesai atau
tertutupnya matahari. Shalat gerhana ini dianjjurkan oleh
Rasulullah SAW melalui salah satu hadisnya yang berbunyi “dari
A‟isyah ra. Dia berkata, bahwa Rasulullah SAW bersabda bahwa
matahari dan bulan itu merupakan tanda kebesaran Allah.
Keduanya tidak akan terjadi gerhana karena kematian atau
kelahiran seseorang. Oleh sebab itu kalau kalian menyaksikan
gerhana, maka lakukanlah shalat dan berdoalah kepada-Nya.” 6
Waktu pelaksanaan shalat gerhana matahari yaitu sejak mulai
matahari tertutupi bulan, karena posisinya sejajar, dan berakhir
ketika posisinya berada dalam posisi tidak sejajar. Sedangkan
waktu pelaksanaan shalat gerhana bulan yaitu sejak bulan
terhalangi oleh bumi sehingga tidak menerima sinar dari matahari
dan berkhir ketika posisi keduanya sudah bergeser sehingga
bullan kembali menerima sinar dari matahari.

3. Shalat Sunnah Tarawih dan Witir pada Bulan Ramadhan

Shalat Sunnah Tarawih adalah shalat sunnah yang dikerjakan


pada malam hari, pada bulan ramadhan. Waktunya setelah
melaksanakan shalat isya’ sampai menjelang subuh. Sedangkan
pada jumlah rakaat, terdapat banyak pendapat. Berikut
rangkuman berupa table.

Madzhab Bilangan Alasan

Syafi’i 20 Berdasarkan yang dilakukan oleh


Khalifah Umar bin Khatab dalam
Hanafi 20
rangka mensyiarkan malam ramadhan
Hamba;i 20

Maliki 39 Melihat penduduk Madinah melakukan


shalat tarawih 39 rakaat disertai shalat
witir

6
HR Bukhari dan Muslim
4
Hadits 11 melihat Nabi melakukan shalat malam
Aisyah pada bulan ramadhan maupun selain
ramadhan hanya sebanyak 11 rakaat

Shalat Witir adalah shalat yang dikerjakan secara ganjil sebagai


penutup shalat malam, dikerjakan menurut kemampuan masing-
masing. Rasulullah saw, bersabda: “witir itu adalah hak setiap
muslim, siapa yang lebih suka witir lima rakaat, maka kerjakanlah,
dan barang siapa yang lebih suka witir satu rakaat, maka
kerjakanlah”7

4. Shalat Istisqo

Istisqo secara bahasa adalah meminta turun hujan. Secara istilah


yaitu meminta kepada Allah SWT agar menurunkan hujan dengan
cara tertentu ketika dibutuhkan hamba-Nya. Hukum shalat Istisqo
adalah sunnah muakkadah bagi yang terkena musibah kelangkaan
air untuk minum dan kebutuhan lainnya. Dan dianjurkan bagi
kaum muslimin lainnya yang masih mendapatkan air, sebagai
bentuk ukhuwah dan tolong menolong dalam kebaikan dan
ketakwaan. Maka aku katakan kepada mereka: “Mohonlah ampun
kepada Tuhanmu, –sesungguhnya Dia adalah Maha
Pengampun–,niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu
dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan
mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di
dalamnya) untukmu sungai-sungai”8. Ada 3 macam istiqo,
diantaranya:

1) Istisqo yang paling ringan, yaitu doa tanpa shalat dan tidak
juga setelah shalat di masjid atau selain masjid, sendiri atau
jamaah. Dan sebaiknya dilakukan oleh orang-orang yang
shalih.

2) Istisqo pertengahan, yaitu doa setelah shalat Jum’at atau


shalat lainnya, ketika khutbah Jum’at atau khutbah yang lain.
7
HR. Abu Dawud dan Nasa’i
8
QS. Fushshilat: 37
5
3) Istisqo yang paling utama adalah Istisqo dengan di dahului
shalat dua rakaat dan dua khutbah. Dilakukan oleh muslim,
baik musafir atau muqim, penduduk kampung atau kota.

Jika hanya doa, maka shalat istiqo dapat dilakukan kapan saja,
dan lebih baik jika dilakukan saat khutbah Jum’at. Jika doa dan
shalat maka dapat dilakukan kapan saja, tetapi jangan dilakukan
pada waktu yang dimakruhkan shalat. Waktu yang utama adalah
pada waktu Dhuha sampai Zhuhur sebagaimana shalat Id.

b. Shalat Sunnah Munfarid

1. Shalat Thajjud

Sholat Tahajjud merupakan shalat sunnah yang dikerjakan pada


waktu malam hari, sedikitnya 2 rakaat dan sebanayak-banyaknya
tak terbatas. Waktu untuk melaksanakan shalat Tahajjud yaitu
sesudah shalat isya, sampai terbitnya fajar. Shalat diwaktu malam
hanya dapat disebut shalat tahajjud apabila dengan syarat yaitu
apabila dilakukan sesudah bangun dari tidur malam, sekalipun
tidur itu hanya sebentar. Jadi apabila dikerjakan tanpa tidur
sebelumnya, maka ini bukan shalat tahajjud, tetapi shalat sunnah
saja seperti witir dan sebagainya. Sepanjang malam itu (sesudah
isya sampai subuh) ada saat-saat utama, antara lain :

1) Sepertiga pertama, yaitu kira-kira jam 19 sampai dengan jam


22, ini saat yang utama.

2) Sepertiga kedua, yaitu kira-kira jam 22 sampai dengan jam 1,


ini saat yang lebih utama.

3) Sepertiga ketiga, yaitu kira-kira jam 1 sampai dengan masuk


waktu subuh, ini adalah saat yang paling utama.

2. Shalat Rawatib

Kata Rawatib berasal dari bahasa Arab dan merupakan bentuk


jama‟ dari raatibah yang bermakna “yang mengikuti”. Kata
tersebut kemudian digunakan sebagai istilah untuk

6
mengungkapkan semua shalat sunnah yang waktu pelaksanaanya
beriringan dan mengikuti shalat fardhu.9 Shalat sunnah rawatib
ditetapkan oleh Rasulullah SAW melalui hadistnya baik melalui
perkataan, perbuatan terhadap para sahabatnya yang diceritakan
kemudian oleh para sahabat beliau. Salah satu hadist yang
mengungkap shalat sunnah rawatib adalah riwayat Bukhari dan
Muslim dari Ibnu Umar yang berbunyi “dari Ibnu Umar ra. Dia
berkata, saya memperoleh pelajaran shalat dari Nabi SAW
sebanyak 10 rakaat, yaitu dua rakaat sebelum dzuhur, dua rakaat
sesudahnya, dua rakaat sesudah maghrib di rumahnya, dua rakaat
sesudah isya dirumahnya, dan dua rakaat sebelum subuh”10. Shalat
Rawatib dibagi menjadi 2 kategori yaitu sunnah muakad (sunnah
yang sangat dianjurkan) dan sunnah ghairu muakad (sunnah
yang diajurkkan ntuk dilaksanakan tapi dianggap tidak terlalu
penting). Berikut pembagian waktu shalat rawatib berdasarkan
kategori-kategori yang telah ditetapkan.11 Yang termasuk dalam
kategori sunnah muakkad sebagaimana dikemukakan dalam
hadist Ibnu Umar diatas adalah sebanya 10 rakaat ,yaitu : 2
rakaat sebelum dan sesudah dzuhur, 2 rakaat sesudah maghrib, 2
rakaat sesudah isya‟ , dan 2 rakaat sebelum subuh. Sementara
yang termasuk dalam sunnah rawatib ghair muakkad
sebagaimana dikemukakan Wahbah al-Zhuhaili, adalah sebagai
berikut :

1) Menurut para ulama Hanafiyah adalah sebanyak 16 rakaat,


yaitu 2 rakaat sesudah dzuhhur, 4 rakaat sebelum ashar
dengan satu salam, 4 rakaat sebelum isya dengan satu salam,
dan 6 rakaat dengan satu, dua, atau tiga salam. Namun
pelaksanaannya dengan satu salam lebih banyak mereka
pakai.

9
Drs. Moh. Rifa’i, 2016, “Risalah Tuntunan Shalat Lengkap”, PT Karya Toha Putra, Semarang, , hal. 88-
89
10
HR Bukhari
11
Dr. Mustofa Dieb Al Bigha, 2015, hal, Diterjemahkan Achmad Soenarto, “Fiqih Islam Lengkap dan
Praktis” Insan Amanah, Surabaya. 145.
7
2) Menurut para ulama Syafi‟iyah adalah sebanyak 12 rakaat,
yaitu 2 rakaat sebelum dan sesudah dzuhur, 4 rakaat sebelm
ashar, 2 rakaat sebelum maghrib, dan 2 rakaat sebelum „isya.

3) Menurut para ulama Hanabilah adalah sebanyak 20 rakaat,


yaitu 4 rakaat sebelum dan sesudah dzuhur, 4 rakaat
sebelum dzuhur, 4 rakaat sesudah aghrib, dan 4 rakaat
sesudah „isya.

3. Shalat Dhuha

Shalat dhuha adalah shalat yang dikerjakan pada waktu dhuha,


yakni ketika matahari sudah naik, yaitu kira-kira setinggi tombak
sampai matahari tergelincir yaitu menjelang waktu dhuhur.
Hukum mengerjakan shalat dhuha adalah sunnah. Shalat dhuha
memiliki keutamaan yang besar bagi pelakunya sehingga
rasulullah menganjurkan para sahabat dan seluruh kaum muslim
untuk melaksanakannya. Bilangan rakaat shalat dhuha. Shalat
dhuha dikerjakan sekurang-kurangnya dua rakaat dan sebanyak-
banyaknya sebelas rakaat Dari Abu Dzar, dari Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam bahwa beliau telah bersabda: “Di setiap pagi,
ada kewajiban sedekah atas setiap persendian dari salah seorang
kalian. Setiap tasbiih adalah sedekah, setiap tahmiid adalah
sedekah, setiap tahliil adalah sedekah, setiap takbiir adalah
sedekah, amar makruf nahi mungkar adalah sedekah. Dan dapat
memadai untuk semua itu, dua rakaat yang dilakukan pada waktu
Dhuha”12

4. Shalat Wudhu

"Barangsiapa mengambil wudlu seperti cara aku berwudlu


kemudian dia menunaikan shalat dua rakaat dan tidak berkata-
kata antara wudlu dan shalat, maka Allah akan mengampunkan
dosadosanya yang telah lalu."13 Sedangkan waktu pelaksanaannya
adalah sesudah wudhu' selama belum lama waktu yang

12
HR Muslim, kitab Shalâ t al-Musâ firîn wa Qashruha, Bab: Istihbâ b Shalat ad-Dhuha, hadits No. 720.
13
Shohih Bukhori, no.159 dan Shohih Muslim, no.226
8
memisahkan antara wudhu' dan sholat sunat wudhu' menurut
pendapat Al-Aujah, maka apabila jangka waktunya sudah lama,
maka sudah tidak disunatkan lagi mengerjakan sholat sunat
wudhu'. Adapun batasan lamanaya waktu yang memisahkan itu
menurut kebiasaan (adat) pada umumnya. Sebagian ulama'
menyatakan batas waktunya selama belum berpaling dari
mengerjakan sholat tersebut, sebagian lainnya menyatakan,
selama belum kering air wudhunya, dan ada juga yang
mengatakan bahwa batas waktunya selama belum batal
wudhunya.

5. Shalat Tahiyatul Masjid

Yaitu shalat sunnah dua rakaat yang dikerjakan ketika memasuki


masjid, sebelum duduk untuk menghormati masjid. Rasulullah
bersabda : ‘Apabila seseorang diantara kamu masuk masjid, maka
janganlah hendak duduk sebelum shalat dua rakaat lebih dahulu’
(H.R. Bukhari dan Muslim). Mengenai hukum shalat Tahiyyat
Masjid adalah sunnah sebagaimana bahwa selain shalat fardhu
lima waktu hukumnya sunnah. Adapun mengenai waktu
mengerjakannya ialah sewaktuwaktu (kapan saja) masuk ke
dalam masjid disunnahkan shalat tahiyyat masjid terlebih dahulu,
baik siang maupun malam

6. Shalat Istikhoroh

Pengertian Shalat Istikharah adalah Shalat Sunah dua Raka’at yg


dikerjakan oleh seorang muslim untuk meminta petunjuk kpd
Alloh Swt yg sedang bingung diantara beberapa pilihan dan
merasa ragu – ragu untuk memiilih atau saat akan memutuskan
sesuatu hal tersebut. Sedangkan untuk ukuran atau perihal
masalah yg dimaksudkan di atas tidak dibatasi ukurannya karena
bisa masalah didlm pekerjaan, masalah perjodohan maupun
masalah lain – lain. Yang pada intinya Shalat Istikharah dilakukan
saat anda sedang merasa bingung atau raguragu dlm suatu hal
atau memilih sesuatu hal.
9
7. Shalat Hajat

Shalat hajat adalah sholat sunat yang dikerjakan karena


mempunyai maksud atau keperluan dan berharap allah swt
mengabulkannya. Hajat atau keperluan ini ada yang kepada allah
swt dan ada juga yang mempunyai hajat kepada sesama manusia,
atau disebut dengan urusan duniawi dan ukhrawi Atau suatu
hajat dapat tercapai diantaranya dengan berusaha dan berdoa
yaitu dengan shalat hajat. Sehingga berharap allah swt akan
segera mengabulkan keinginan melalui shalat hajat kita.

C. Waktu Dilarangnya Melaksanakan Shalat Sunnah

Dari Abu Said Al-Khudri radhiyallahuanhu berkata: "Aku


mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidak ada
sholat setelah sholat Shubuh hingga matahari terbit. Dan tidak ada sholat
sesudah sholat Ashar hingga matahari terbenam. 14 Dari Uqbah bin 'amir al-
Juhaniy radhiyallahu anhu dia berkata: Ada tiga waktu shalat yang
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melarang kami untuk melakukan
sholat dan menguburkan orang yang meninggal diantara kami. [1] Ketika
matahari terbit hingga meninggi, [2] ketika matahari tepat berada diatas
kepala [3] ketika matahari dalam proses terbenam".15

Jika kita perhatikan dua hadis di atas, ada lima waktu terlarang
sholat sunnah, 3 berkaitan dengan waktu dan sisanya 2 berkaitan dengan
perbuatan. Yang berkaitan dengan waktu adalah ketika matahari terbit,
ketika matahari tepat di atas kepala dan ketika matahari terbenam.
Adapun yang berkaitan dengan perbuatan adalah ketika selesai sholat
Shubuh dan ketika selesai sholat Ashar. Dari setelah shalat Fajar hingga
kira-kira setelah ¼ jam setelah terbitnya matahari (waktu syuruq). Sekitar
¼ jam sebelum masuknya waktu shalat Zuhur hingga masuknya waktu
Zuhur. Jika telah shalat ashar –meskipun setelah satu jam dari masuk
waktu- sampai bulatan matahari benar-benar terbenam, maka waktu yang
terlarang berawal sejak setelah shalat Ashar, bukan dari awal waktunya.

14
HR Al-Bukhari
15
HR Muslim
10
Karena seorang muslim terkadang melaksanakan shalat Ashar setelah
masuknya waktu beberapa saat setelahnya.

Maka pada saat itu bagi seorang muslim boleh shalat sunah selama
belum shalat Ashar, meskipun waktunya sudah masuk beberapa saat lalu.
Ibnu Qudamah berkata di dalam Al Mughni (1/429): “Dalam hal ini kami
tidak ketahui adanya perbedaan pendapat soal larangan shalat setelah
shalat Ashar”.Dalil dari beberapa waktu ini terdapat dalam banyak hadits.
Di antara yang paling tampak dan paling mencakup maknanya adalah
hadits panjang yang diriwayatkan oleh Imam Muslim di dalam Shahihnya
(832) dari Amr bin ‘Abasah –radhiyallahu ‘anhu- bahwa Nabi –shallallahu
‘alaihi wa sallam- bersabda kepadanya: “Tunaikan shalat subuh dan
jangan shalat (sesudah itu) hingga matahari terbit meninggi. Karena saat
matahari terbit, dia terbit di antara dua tanduk setan dan orang-orang
kafir bersujud pada saat itu. Lalu shalatlah (di waktu Dhuha), karena
shalat (pada saat ini) disaksikan dan dihadiri (malaikat) hingga saat
bayangan sebuah tombak tidak tampak, maka janganlah kamu shalat,
karena pada waktu itu api neraka sedang dinyalahkan hingga bayangan
kembali muncul. Dan apabila bayangan sudah kembali maka shalatlah
kamu, karena shalat pada waktu itu disaksikan dan dihadiri (oleh para
malaikat) hingga matahari turun untuk terbenam. Ketika matahari hari
hendak terbenam, maka janganlah kamu shalat hingga benar-benar
terbenam, Karena matahari terbenam diantara dua tanduk syetan dan
pada waktu itulah orang-orang kafir beribadah.”

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Shalat adalah tiang agama. Shalat sunnah juga sangat penting
dilakukan sebagai pelengkap dari ibadah. Shalat sunnah adalah shalat
diluar shalat wajib yang dianjurkan untuk dilaksanakan, tetapi tidak
diwajibkan sehingga tidak berdosa bila ditinggalkan dan akan
mendapatkan pahala jika dilaksanakan.
2. Ada beberapa macam-macam shalat sunnah diantaranya, shalat
sunnah berjamaah (shalat ied, shalat gerhana, Shalat Sunnah Tarawih
dan Witir pada Bulan Ramadhan, shalat istiqo, dll) dan shalat sunnah
munfarid (shalat tahajjud, shalat rawatib, shalat dhuha, shalat wudhu,
shalat tahiyatul masjid, shalat istikhoroh, shalat hajat)
3. Islam memberikan aturan yang jelas mengenai kapan waktu
dilaksanakannya shalat shalat tersebut dan juga kapan dilarangnya
melakukan shalat sunnah yaitu diantaranya:
1) Dari setelah shalat Fajar hingga kira-kira setelah ¼ jam
setelah terbitnya matahari (waktu syuruq). Sekitar ¼ jam
sebelum masuknya waktu shalat Zuhur hingga masuknya
waktu Zuhur.
2) Jika telah shalat ashar –meskipun setelah satu jam dari
masuk waktu- sampai bulatan matahari benar-benar
terbenam, maka waktu yang terlarang berawal sejak setelah
shalat Ashar, bukan dari awal waktunya.
4. Tunaikan shalat subuh dan jangan shalat (sesudah itu) hingga
matahari terbit meninggi. Karena saat matahari terbit, dia terbit di
antara dua tanduk setan dan orang-orang kafir bersujud pada saat itu.
Lalu shalatlah (di waktu Dhuha), karena shalat (pada saat ini)
disaksikan dan dihadiri (malaikat) hingga saat bayangan sebuah
tombak tidak tampak, maka janganlah kamu shalat, karena pada
waktu itu api neraka sedang dinyalahkan hingga bayangan kembali
12
muncul. Dan apabila bayangan sudah kembali maka shalatlah kamu,
karena shalat pada waktu itu disaksikan dan dihadiri (oleh para
malaikat) hingga matahari turun untuk terbenam. Ketika matahari
hari hendak terbenam, maka janganlah kamu shalat hingga benar-
benar terbenam, Karena matahari terbenam diantara dua tanduk
syetan dan pada waktu itulah orang-orang kafir beribadah.”
B. Saran

Demikianlah makalah yang penulis buat, harapannya semoga


makalah ini bias bermanfaat bagi pembaca. Shalat sunnah sangat
bermanfaat dan menjadi lading pahala jika dilaksanakan. Maka,
laksanakannlah shalat sunnah sesuai dengan tata cara dan waktunya.

13
DAFTAR PUSTAKA
Amir Abyan, 2018, “Pendidikan Agama Islam Karya Toha Putra”, Fikih
Semarang
Anjen Dianawati, 2018, “Kumpulan Sholat-Sholat Sunnah”, Wahyu Media,
Surabaya
Ash Shiddieqy, 2019, “Kuliah Ibadah”, PT. Pustaka Rizki Putra, Semarang
Dede Rosdaya, 2015, “MA. Fiqih” Ditjen Binbag Islam, Jakarta
Dr. Mustofa Dieb Al Bigha, 2015, hal, Diterjemahkan Achmad Soenarto, “Fiqih
Islam Lengkap dan Praktis” Insan Amanah, Surabaya
Hamid Sjamsul Rijal, 2017, “Buku Pintar tentang Islam”, Pustaka Amani
Nasution Lahmuddin, Jakarta.
Nuruddina, 2014, “Shalat Tarawih Menurut Mazhab Empat”, Wahyu Media,
Surabaya
Rifa‟I, Moh, 2016, Risalah Tuntunan Shalat Lengkap, PT Karya Toha Putra,
Semarang
Rosdaya, Dede, 2017, “Fiqih 1”, Ditjen Binbag Islam, Jakarta
Syekh syamsuddin Abu Abdillah, 2017, “Terjemah Fathul Qarib PeŶgaŶtaƌ FiƋih
Iŵaŵ Syafi’i”, mutiara ilmu, Surabaya

Anda mungkin juga menyukai