Anda di halaman 1dari 237

Kumpulan Materi Pendidikan

Agama Islam
Dosen Pengampu : Bp. Djoko Priyatno, S.P.,
M.Si.

Disusun oleh :
Semester 1/ Reguler B

Page 1
DAFTAR ISI

JUDUL…………………………………………………………………………… 1

DAFTAR ISI……………………………………………………………………... 2

MAKALAH SHALAT SUNAH GHAIRU MUAKAD ……………………… .. 3

MAKALAH HAJI……………………………………………………………… 24

MAKALAH PERAWATAN JENAZAH……………………………………… 60

MAKALAH PUASA…………………………………………………………… 93

MAKALAH HARI RAYA ……………………………………………………128

MAKALAH SHALAT WAJIB ……………………………………………… 151

MAKALAH SHALAT SUNNAH MUAKAD ………………………………..191

MAKALAH ZAKAT ………………………………………………………….210

2
MAKALAH

SHALAT SUNAH GHAIRU MUAKAD

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam

Dosen Pengampu Djoko Priaytno S.P.M.Sc

Disusun Oleh :

Reguler B Semester I

1. Ramadhan Rizki Al-ghani ( P1337434116061)


2. Fida Asmauliyana ( P1337434116062)
3. Marwatiningsih ( P1337434116065)
4. Widya Rizqy Pratiwi ( P1337434116071)
5. Nikita Feren Labai ( P1337434116072)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

DIII TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK

2016

3
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah berjudul “Shalat sunah
gairu muakad”.. Penuliasan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas Pendidikan
Agama Islam. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan,
petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.

Di dalam penulisan makala ini, kami menyadari bahwa masih banyak


kekurangan oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun.
Dan tidak lupa kami mohon maaf bila terjadi kesalahan yang disengaja maupun tidak
disengaja. Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk
maupaun isi makalah ini sehingga ke depannya dapat menjadi lebih baik.

Semarang, 3 Desember 2016

Penyusun

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap ummat muslim diwajibkan untuk mendirikan sholat, karena sholat
merupakan tiang agama. Tiang penopang yang akan menentukan berdiri atau
tidaknya agama dalam diri masing – masing ummat muslim.
Sholat terbagi menjadi dua macam, yang pertama sholat wajib yakni sholat
yang diwajibkan bagi setiap muslim untuk mendirikannya. Yang kedua sholat sunnah
yakni sholat yang hukumnya sunnah.
Sholat sunnah dapat dikerjakan berjamaah maupun munfarid dan terbagi
dalam dua macam yakni sholat sunnah mu’akat dan ghairu mu’akad. Mu’akad
artinya dianjurkan, jadi sholat sunnah itu ada yang dianjurkan untuk ummat muslim
melaksanakannya, ada juga sholat sunnah yang tidak dianjurkan melaksanakannya,
tapi sebagaimana hukumnya sunnah bila dikerjakan berpahala ditinggalkan tidak
apa-apa.
Walau demikian kita sebagai ummat muslim tentu ingin meningkatkan
amalan ibadah dan ketakwaan kita. Dengan semakin banyak kita mengerjakan
sholat sunnah tanpa melihat itu dianjurkan atau tidaknya akan menambah amalan di
luar kewajiban sholat lima waktu yaitu satu kebaikan dalam bentuk sholat yang
bukan merupakan keharusan tetapi bernilai ibadah, yang dilakukan dengan ihklas
dan kerelaan hati.
Keutamaan sholat sunnah secara singkat adalah untuk menambah tabungan
amal nanti di akhirat serta menambah kebaikan bagi diri si pelakunya. Karena
dengan senantiasa mengerjakan ibadah-ibadah yang sunnah maka dengan
sendirinya ibadah yang fardu pun akan terlaksana dengan baik.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan sholat sunnah?
2. Apa dalil yang mendasari pelaksanaan sholat sunnah?
3. Apa yang dimaksud Sunnah Ghoiru Muakkad?

5
4. Apa saja yang perlu diperhatikan dalam sholat sunnah ghoiru
muakkad?
5. Apa manfaat melaksanakan shalat sunah?
6. Macam – macam shalat sunnah rawatib ghairu muakkad?

C. Tujuan
1. Dapat mengetahui tentang sholat sunnah.
2. Dapat mengetahui dalil-dalil yang mendasari pelaksanaan sholat sunnah.
3. Dapat membedakan sholat sunnah ghoiru muakad daengan sholat sunah
lainnya.
4. Dapat menegetahui hal-hal yang harus diperhatikan saat melakukan
sholat sunnah ghoiru muakad.
5. Dapat mengetahui manfaat melaksanakan shalat sunah.
6. Dapat mengetahui macam-macam sholat sunah ghoiru muakad.

BAB II
PEMBAHASAN

A.Pengertian shalat sunah

Salat sunah atau salat nawafil (jamak: nafilah) adalah salat yang dianjurkan
untuk dilaksanakan namun tidak diwajibkan sehingga tidak berdosa bila ditinggalkan
dengan kata lain apabila dilakukan dengan baik dan benar serta penuh ke ikhlasan
akan tampak hikmahdan rahmat dari Allah SWT yang begitu indah. Salat sunah
menurut hukumnya terdiri atas dua golongan yakni:
 Muakad

6
adalah salat sunah yang dianjurkan dengan penekanan yang kuat (hampir
mendekati wajib), seperti salat dua hari raya, salat sunah witr dan salat sunah
thawaf.
 Ghairu Muakad

adalah salat sunah yang dianjurkan tanpa penekanan yang kuat, seperti salat

sunah Rawatib dan salat sunah yang sifatnya insidentil (tergantung waktu dan
keadaan, seperti salat kusuf/khusuf hanya dikerjakan ketika terjadi gerhana).
B. Dalil yang mendasari pelaksanaan sholat sunnah

Dasar pelaksanaan sholat sunnah sangat kuat dan mendasar. Sholat sunnah
didasari oleh hadis dan sunah Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassalam. Jadi
sholat sunnah itu bukan sholat yang hanya dibuat – buat tapi sholat yang
berdasArkan pada dalil – dalil naqli.
Dalil tersebut yang kemudian dijabarkan oleh para ulama dan umara untuk
disampaikan pada seluruh ummat muslim, baik itu jenis maupun tata cara
pelaksanaannya yang sesuai dengan hadis dan sunnah.
Sebagimana yang telah diterangkan oleh Allah SWT di dalam hadis
QudsiNya yang artinya : “ Hambaku senantiasa mendekatkan diri kepada Ku
dengan melakukan hal-hal yang sunnah, sehingga Aku menyenangi dan
mencintainya. Karenanya Akulah yang menjadi mendengarnya yang dengannya ia
mendengar; Akulah yang menjadi penglihatannya dengan ia melihat, Aku menjadi
lidahnya dengannya ia berkata; dan Aku menjadi akalnya yang dengannya ia
berfikir. Apabila ia meminta sesuatu kepadaKu, niscaya Aku menolongnya. Ibadah
yang dilakukannya kepadaKu yang paling aku senangi adalah menunaikan
kewajibannya dengan sebaik-baiknya untukKu”. (HR. Imam Thabrani). Di antara
rahmat Allah SWT kepada hambanya adalah bahwa Allah SWT mensyari'atkan
bagi setiap kewajiban, sunnah yang sejenis; agar orang mukmin bertambah
imannya dengan melakukan yang sunnah, dan menyempurnakan yang wajib pada
hari kiamat, karena kewajiban-kewajiban mungkin ada yang kurang.

7
Anjuran untuk melaksanakan sholat sunnah, antara lain berdasarkan hadits
dari Rabi’ah bin Malik yang mengatakan bahwa Rasullah memerintahkan kepada
saya, dengan sabdanya: “Bermohonlah, maka saya menjawab: “Saya mohon
kepadamu agar saya dapat menemanimu di surga”. Kemudian beliau
bersabda:“Adakah selain itu?” Saya menjawab: “Ya, hanya itu”. Beliaubersabda
lagi: “Maka bantulah saya, agar berhasil permohonan itudengan membanyakkan
sujud (salat sunat)”.
Dari Ummu Aabibah. RA isteri nabi SAW beliau berkata, aku mendengar
Rasulullah SAW bersabda: “tidaklah seorang hamba muslim shalat sunnah bukan
fardhu untuk Allah setiap hari dua belas rakaat, kecuali Allah membangunkan
baginya rumah di surga, atau kecuali dibangunkan baginya rumah di surga.” (HR.
Muslim).
Dari Ibnu Umar.RA berkata: "Aku shalat bersama Rasulullah SAW sebelum
dhuhur dua rakaat, dan setelahnya dua rakaat, setelah maghrib dua rakaat, setelah
shalat isya' dua rakaat, setelah shalat jum'at dua rakaat, adapun shalat maghrib,
isya', dan jum'at, maka aku shalat bersama nabi rdi rumahnya.” (muttafaq alaih)
Tetapi dianjurkan bagi orang yang shalat untuk memisahkan antara shalat
fardhu dan shalat sunnah dengan perkataan (baik dengan ngobrol maupun dzikir –
pent), atau dengan berpindah ke tempat lain. Dan berpindah tempat, yang paling
baik ialah berpindah ke rumah untuk shalat sunnah, bila shalatnya ba’diyah. Atau
shalat dulu di rumah, kemudian berangkat ke masjid untuk shalat fardhu bila
shalatnya qabliyah. Karena shalat yang paling utama bagi seorang laki-laki ialah di
rumahnya, kecuali shalat fardhu. Sebagaimana shahih dari hadtis Umar bin Atha’
ibn Abi Al Khuwwar, bahwa Nafi’ ibn Jubair pernah mengutusnya untuk bertanya
kepada As Sa’ib ibn Ukhti Namr, tentang sesuatu yang pernah dilihat Muawiyah
ketika ia shalat. Beliau berkata “ Iya. Aku pernah shalat Jumat bersamanya di Al
Maqshurah (sebuah benteng yang besar). Ketika imam salam aku pun berdiri dari
tempatku, lalu shalat. Maka ketika aku masuk dan menemuinya, Muawiyah
berkata, “Jangan kau ulangi lagi perbuatanmu. Bila engkau shalat Jumat

8
janganlah shalat sunnah hingga engkau berbicara atau telah keluar (dari masjid).
Karena sesungguhnya Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam memerintahkan
kami hal tersebut, yaitu agar tidak menyambung shalat (fardhu) dengan shalat
(sunnah) hingga berbicara atau keluar“.

Diriwayatkan dari Abu Dawud dan Ibn Majah dengan lafadz dari Abu
Hurairah dari Nabishallallaahu alaihi wa sallam beliau berkata, “Tidak mampukah
salah seorang diantara kalian bila selesai shalat ia berpindah ke depan, belakang,
kanan, atau kirinya”. Yaitu shalat sunnah (ba’diyah atau qabliyah).

Nabi shallallaahu’alaihi wa sallam melarang menyambung shalat


dengan shalat lain hingga terpisah diantara keduanya dengan berdiri maupun
berbicara. Maka janganlah mengerjakan apa yang dikerjakan oleh banyak orang
yang menyambung salam dengan dua rakaat sunnah. Karena sesungguhnya hal
tersebut melanggar larangan Nabi shallallaahu alaihi wa sallam. Terdapat hikmah
dalam sunnah ini yaitu adanya pembeda antara shalat fardhu dan selain yang
fardhu, sebagaimana dibedakan pula antara ibadah dengan selain ibadah.

cara pelaksanaan sholat sunah apabila jumlah rakaatnya lebih dari 2 :

Apabila dalam melaksanakn shalat sunah terdiri lebih dari 2 rakaat,maka


pelaksanaannya dengan cara dua rakaat salam-dua rakaat salam.

As-Syaikh Muhammad bin Utsaimin rahimahullah berkata: “Sunnah Rawatib


terdapat di dalamnya salam, seseorang yang sholat rawatib empat rakaat maka
dengan dua salam bukan satu salam, karena sesungguhnya nabi bersabda: “Sholat
(sunnah) di waktu malam dan siang dikerjakan dua rakaat salam dua rakaat salam”.
(Majmu’ Fatawa As-Syaikh Al-Utsaimin 14/288) ¸ jadi setiap dua rakaat harus
salam .

C. Pengertian Sunnah Ghoiru Muakkad

9
Shalat sunnah ghairu muakad adalah shalat sunnah yang tidak dikuatkan
(kadang dikerjakan Rasulullah dan kadang tidak dikerjakannya). Maksudnya adalah
sholat sunnah yang tidak dianjurkan oleh Rasulullah saw.
shalat dhuha dan shalat – shalat rawatib yang tidak muakkad, yakni empat
rakaat sebelum ashar, dua rakaat sebelum shalat maghrib, dua rakaat sebelum shalat
isya dua rakaat sebelum dhuhur, dan dua rakaat setelah dhuhur.
Adapun hadits – hadits yang menerangkan tentang shalat sunnah ghairu
ghairu muakkadah antara lain :
 Sabda Rasulullah SAW :
‫صللىَّ اَصربَععاً قَصبَل اصلَع ص‬
ََ ‫ رواه احمد و ابو داود و الترمزى عن ابىَّ عمر‬.‫صرر‬ َ ‫رحَم اا اصمَراعء‬
Artinya : “Allah memberi rahmat kepada seseorang yang shalat empat
raka’at sebelum ashar” (HR Ahmad, Abu Daud dan At Tirmidzi dari Ibnu
Umar)
 Dalam hadits dari ‘Abdullah bin Mughaffal Al Muzanni, diterangkan :

‫صللىَّ قَصبَل اصلَمصغرر ر‬


َّ‫ رواه ابن حباًن عن عبدا بن مغنفل المزننى‬.‫ب َرصكَعتَصيرن‬ َ ‫صلليَّ اا َعلَصيره َوَسللام‬
َ َّ‫اَلن النبي‬
Artinya : “Bahwa Nabi SAW shalat sebelum maghrib dua raka’at” (HR Ibnu
Hibban dari ‘Abdullah bin Mughaffal Al Muzanni)
 Sabda Rasulullah SAW :

َ ‫صَلرة َمصفارصو‬
‫ رواه ابن حباًن عن ابن زبير‬.‫ضةع ارللَوبَصيَن يََدصيَهاًَرصكَعتَصيرن‬ َ ‫َماً رمصن‬
Artinya : “Tiada shalat fardlupun, kecuali sebelumnya ada dua raka’at
(shalat sunnah)” (HR Ibnu Hibban dari Ibnu Zubair)

D. Hal-hal yang perlu diperhatikan saat melakukan sholat sunah ghairu


muakad
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam sholat sunnah yang termasuk
dalam sunnah ghoiru muakkad, yaitu:
a) Tidak didahului adzan dan iqomah
b) Dilaksanakan secara munfarid (sendirian)
c) Dilaksanakan dengan dua rakaat salam
d) Tempat melaksanakan shalat sunnah sebaiknya berbeda dengan shalat wajib
e) Bacaan tidak di nyaringkan

10
f) Memulai shalat di awali dengan niatnya masing-masing.
E. Manfaat sholat ghoiru muakkad
1. Akan Menutupi Kekurangan pada Shalat Wajib
Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
“Sesungguhnya amalan yang pertama kali dihisab pada manusia di hari kiamat
nanti adalah shalat. Allah ‘azza wa jalla berkata kepada malaikat-Nya dan Dia-lah
yang lebih tahu, “Lihatlah pada shalat hamba-Ku. Apakah shalatnya sempurna
ataukah tidak? Jika shalatnya sempurna, maka akan dicatat baginya pahala yang
sempurna. Namun jika dalam shalatnya ada sedikit kekurangan, maka Allah
berfirman: Lihatlah, apakah hamba-Ku memiliki amalan sunnah. Jika hamba-Ku
memiliki amalan sunnah, Allah berfirman: sempurnakanlah kekurangan yang ada
pada amalan wajib dengan amalan sunnahnya.” Kemudian amalan lainnya akan
diperlakukan seperti ini.”
2. Dihapuskan dosa dan ditinggikan deraja
Ma’dan bin Abi Tholhah Al Ya’mariy, ia berkata, “Aku pernah bertemu
Tsauban –bekas budak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam-, lalu aku berkata
padanya, ‘Beritahukanlah padaku suatu amalan yang karenanya Allah
memasukkanku ke dalam surga’.” Atau Ma’dan berkata, “Aku berkata pada Tsauban,
‘Beritahukan padaku suatu amalan yang dicintai Allah’.” Ketika ditanya, Tsauban
malah diam.
Kemudian ditanya kedua kalinya, ia pun masih diam. Sampai ketiga kalinya,
Tsauban berkata, ‘Aku pernah menanyakan hal yang ditanyakan tadi pada Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau bersabda,
Hendaklah engkau memperbanyak sujud (perbanyak shalat) kepada Allah. Karena
tidaklah engkau memperbanyak sujud karena Allah melainkan Allah akan
meninggikan derajatmu dan menghapuskan dosamu’.
3.Akan dekat dengan Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam di surga
Dari Rabiah bin Ka’ab Al-Aslami -radhiyallahu ‘anhu- dia berkata,

11
“Saya pernah bermalam bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu aku
membawakan air wudhunya dan air untuk hajatnya. Maka beliau berkata kepadaku,
“Mintalah kepadaku.” Maka aku berkata, “Aku hanya meminta agar aku bisa
menjadi teman dekatmu di surga.” Beliau bertanya lagi, “Adakah permintaan yang
lain?” Aku menjawab, “Tidak, itu saja.” Maka beliau menjawab, “Bantulah aku
untuk mewujudkan keinginanmu dengan banyak melakukan sujud (memperbanyak
shalat).” (HR. Muslim no. 489)

4.Shalat adalah sebaik-baik amalan


Dari Tsauban, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
“Beristiqamahlah kalian dan sekali-kali kalian tidak dapat istiqomah dengan
sempurna. Ketahuilah, sesungguhnya amalan kalian yang paling utama adalah
shalat. Tidak ada yang menjaga wudhu melainkan ia adalah seorang mukmin
F. Macam – macam shalat sunnah ghairu muakkad

1. sholat sunah rawatib

a. Empat rakaat sebelum ashar


Niat :
‫صللىَّ اسنلةَ اصلَع ص‬
َّ‫صررَرصكَعتَصيرن قَصبلريلةع رللر تََعاًَلى‬ َ ‫اا‬
Artinya : “Saya berniat shalat sunnah dua rakaat sebelum ashar,
karena Allah Ta’ala”
b. Dua rakaat sebelum shalat maghrib
Niat :
‫صللىَّ اسنلةَ اصلَمصغرر ر‬
َّ‫ب َرصكَعتَصيرن قَصبلريلةع رللر تََعاًَلى‬ َ ‫اا‬
Artinya : “Saya berniat shalat sunnah dua rakaat sebelum maghrib,
karena Allah Ta’ala”
c. Dua rakaat sebelum shalat isya
Niat :
َّ‫صللىَّ اسنلةَ اصلرعَشآَرء َرصكَعتَصيرن قَصبلريلةع رللر تََعاًَلى‬
َ ‫اا‬

12
Artinya : “Saya berniat shalat sunnah dua rakaat sebelum isya’,
karena Allah Ta’ala”
d. Dua rakaat sebelum dhuhur
Niat :
َّ‫ظصهررَرصكَعتَصيرن قَصبلريلةع رللر تََعاًَلى‬
‫صللىَّ اسنلةَ ال ظ‬
َ ‫اا‬
Artinya : “Saya berniat shalat sunnah dua rakaat sebelum dhuhur,
karena Allah Ta’ala”
e. Dua rakaat setelah dhuhur.
Niat :
َّ‫ظصهررَرصكَعتَصيرن بَصعرديلةع رللر تََعاًَلى‬
‫صللىَّ اسنلةَ ال ظ‬
َ ‫اا‬
Artinya : “Saya berniat shalat sunnah dua rakaat sesudah dhuhur,
karena Allah Ta’ala”

Tetapi apabila waktu pelaksanaan sholat fardu sudah mepet, lebih


baik tidak melaksanakan sholat rawatib.
“Sesungguhnya tidak dianjurkan mengerjakan sholat rawatib diatas
keyakinan yang kuat bahwasannya sholat fardhu akan terlewatkan dengan
mengerjakannya. Bahkan meninggalkannya (sholat rawatib) karena
mengetahui akan ditegakkan sholat bersama imam dan menjawab adzan
(iqomah) adalah perkara yang disyari’atkan. Karena menjaga sholat fardhu
dengan waktu-waktunya lebih utama daripada sholat sunnah rawatib yang
bisa dimungkinkan untuk diqodho'”. (Syarh Al-‘Umdah, hal. 609)

13
2. Shalat Tahiyatul Masjid

Tahiyatul masjid berarti penghormatan masjid, shalat tahiyatul masjid berarti


shalat yang dikerjakan untuk menghormati masjid. Masjid adalah tempat manusia
bersemabah sujud kepada Allah, semua kegiatan di masjid menggunakan nama Allah
oleh karena itu masjid disebut Baitullah. Demikian mulianya sehingga islam
mensyariatkan shalat tahiyatul masjid, Rasulullah bersabda:

‫ رواهﺃبو داود‬.‫ﺇﺬا ﺟاًﺀ اﺤدﻜم المﺴﺟد ﻓليصل ﺴﺟدتين من قبل ان يﺟلﺱ‬


Artinya: “Apabila salah seorang diantara kamu masuk masjid, hendaklah ia shalat
dua rakaat sebelum duduk. “(HR.Abu Dawud dari Abi Qatadah : 395)
Tata cara pelaksanaan shalat tahiyatul masjid adalah sebagai berikut :
 Jumlah rakaatnya hanya 2 rakaat.
 Dilaksanakan secara munfarid (sendirian).
 Syarat sah shalat tahiyatul masjid sama dengan shalat yang lain, ditambah
satu lagi yakni dilakukan di masjid. Tidak sah jika dilakukan diluar masjid.
 Waktunya setiap saat memasuki masjid, baik untuk melaksanakan shalat
fardu maupun ketika akan beri’tikaf.
 Bacaan-bacaan shalat tahiyatul masjid sama dengan shalat yang lain, hanya
niatnya saja yang berbeda1[14].
 Urutannya secara garis besarnya :
a. Berniat shalat Tahiyatul Masjid, contoh lafadznya :

َ ‫ﺃا‬
َّ‫صلليَّ اسنلةع تَرﺤيلةَ اصلَمصﺴرجرد َرصكَعتَصيرن لر تََعاًلى‬

“Saya berniat shalat tahiyat masjid dua rakaat karena Allah Ta’ala.”

b. Takbiratul ihram
c. Shalat dua rakaat seperti biasa.
d. Salam.

Tujuan dari pelaksanaan shalat dua rakaat ini adalah untuk menghormati
masjid. Karena masjid memiliki kehormatan dan kedudukan mulia yang harus dijaga
oleh orang yang memasukinya. Yaitu dengan tidak duduk sehingga melaksanakan
shalat tahiyatul masjid ini. Karena pentingnya shalat ini, Nabi Shallallahu ‘Alaihi
Wasallam tetap memerintahkan seorang sahabatnya – Sulaik al-Ghaathafani – yang

14
langsung duduk shalat memasuki masjid untuk mendengarkan khutbah dari lisannya.
Ya, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tidak membiarkannya duduk walaupun untuk
mendengarkan khutbah dari lisannya, maka selayaknya kita memperhatikan shalat
ini.

Jumhur ulama berpendapat : hukum shalat dua rakaat sebelum masuk masjid adalah
mandub (sunnah) dan tidak wajib.2[15]
3. Shalat Mutlak

shalat sunnah yang boleh dikerjakan pada waktu kapan saja, kecuali pada
waktu yang dilarang untuk mengerjakan shalat sunah dengan jumlah rakaat yang
tidak terbatas. Niat shalat mutlak tidak terikat dengan niat tertentu selain ikhlas
hanya karena ibadah kepada Allah SWT. Shalat sunah mutlak dikerjakan tiap-tiap
dua raka’at dengan satu kali salam.
Sholat sunnah muthlaq yaitu sholat sunnah yang dapat dilakukan seorang
muslim pada malam dan siang hari dengan tanpa sebab misalnya seorang yang
menunggu iqamat sholat setelah ia sholat rawatib sebelumnya, kemudian ia lanjutkan
beberapa rakaat lagi hingga iqamat dikumandangkan, nah beberapa rakaat tambahan
inilah yang dinamakan sholat sunnah mutlaq.

Sholat sunnat mutlak ini boleh dilakukan pada waktu kapan saja baik malam atau
siang, kecuali pada lima waktu terlarang untuk sholat, yaitu:

1. Ketika matahari mulai terbit hingga dia agak tinggi.

2. Ketika matahari tepat berada di tengah langit hingga dia tergelincir.

3. Ketika matahari mulai tenggelam hingga dia tenggelam sempurna.

4. Setelah shalat subuh hingga matahari meninggi.

5. Shalat sunah mutlak yang dilakukan di malam hari, lebih utama


dibandingkan shalat sunah mutlak yang dilakukan di siang hari.

15
Sebagai contoh, orang yang mengerjakan shalat sunah mutlak antara
maghrib dan isya, lebih utama dibandingkan orang yang mengerjakan shalat
sunah mutlak antara zuhur dan asar .

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa


sallam bersabda, “Shalat yang paling utama setelah shalat wajib adalah
shalat sunah yang dikerjakan di malam hari.” (HR. Muslim) Sedangkan
Shalat sunah mutlak yang dikerjakan di sepertiga malam terakhir, lebih
utama dibandingkan shalat sunah mutlak di awal malam. Karena sepertiga
malam terakhir adalah waktu mustajab untuk berdoa.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam


bersabda,

“Tuhan kita Yang Maha Mulia lagi Maha Tinggi, turun setiap malam ke
langit dunia, ketika tersisa sepertiga malam yang terakhir. Kemudian Dia
berfirman: ‘Siapa yang berdoa kepada-Ku akan Aku kabulkan, siapa yang
meminta kepada-Ku akan Aku beri, dan siapa yang memohon ampun
kepada-Ku akan aku ampuni.” (HR. Muslim)
Sholat sunnah mutlaq dapat dilakukan dua rakaat dua rakaat seperti
dalam hadits "sholat malam dan siang (dilakukan) dua rakaat dua rakaat"
(HR. Tirmidzi, Abu Dawud, Nasa'I dan Ibnu Majah, disahihkan Albani).

Lafadz niatnya:

َ ‫اا‬
َّ‫صليَّ سنة المطلق ركعتين ل تعاًلى‬

artinya: Aku niat shalat sunah 2 rakaat karena Allah SWT.

Jumlah rakaat shalat mutlak bisa dilakukan dengan 1 rakaat, 2


rakaat, 3 rakaat dan seterusnya. Dan pengerjaannya bisa dilakukan dengan
dua rakaat salam-dua rakaat salam, dan bisa diulang-ulang dengan jumlah
yang tidak terbatas.

16
Cara melakukan sholat mutlak

Shalat sunah mutlak tata caranya sama dengan shalat biasa. Tidak ada bacaan
khusus, maupun doa khusus. Sama persis seperti shalat pada umumnya. Dari Ibnu
Umar radhiyallahu ‘anhuma, bahwa ada seseorang yang mendatangi Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam dan bertanya, ‘Bagaimana cara shalat di malam hari?’
Beliau menjawab:

َ ‫صللصي‬
‫ت‬ َ َ‫ٍ اتوترار ل‬،‫صصبَح َﻓأَصوترصر برَوارحَدةة‬
َ ‫ك َماً قَصد‬ َ ‫ٍ َﻓإََذا َخرشي‬،َّ‫َمصثَنىَّ َمصثَنى‬
‫ت ال ظ‬

“Dua rakaat-dua rakaat, dan jika kamu khawatir nabrak subuh, kerjakanlah
witir satu rakaat, sebagai pengganjil untuk semua shalat yang telah anda kerjakan.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Hukum pelaksanaan shalat sunah mutlak

Shalat shalat mutlak merupakan pelengkap atau penyempurna shalat fardu.

Nabi Muhmmad s.a.w bersabda“Sesungguhnya amalan yang pertama kali


akan diperhitungkan dari manusia pada hari kiamat dari amalan-amalan mereka
adalah shalat. Kemudian Allah Ta’ala mengatakan pada malaikatnya dan Dia lebih
Mengetahui segala sesuatu, “Lihatlah kalian pada shalat hamba-Ku, apakah
sempurna ataukah memiliki kekurangan? Jika shalatnya sempurna, maka akan
dicatat baginya pahala yang sempurna. Namun, jika shalatnya terdapat beberapa
kekurangan, maka lihatlah kalian apakah hamba-Ku memiliki amalan shalat
sunnah? Jika ia memiliki shalat sunnah, maka sempurnakanlah pahala bagi hamba-
Ku dikarenakan shalat sunnah yang ia lakukan. Kemudian amalan-amalan lainnya
hampir sama seperti itu.”

Jadi, Oleh karena shalat mutlak hanya sebagai pelengkap, maka apabila kita
tidak menjalankannyaa kita tidak berdosa.

17
3.Shalat Sunnah Wudhu

Shalat sunah wodhu yaitu sebuah ibadah shalat yang dianjurkan untuk
dikerjakan setelah kita melakukan wudhu, saat kita akan melaksanakan ibadah sholat
baik sholat fardhu ataupun sholat sunnah lainnya. Hukum dari shalat wudhu adalah
sunnah.

Untuk waktu pelaksanaan dari sholat sunnah wudhu ini adalah disaat kita
telah selesai mengambl air wudhu secara sempurna, kemudian kita membaca doa
setelah berwudhu. Setelah itu barulah kita melaksanaakn sholat wudhu, dan
setelahnya kita dapat melaksanakan sholat sunah atau sholat fardhu lainnya.

Shalat Sunnah Wudlu’ disyariatkan untuk dikerjakan (masyru’ah)


berdasarkan beberapa Hadits Shahih yang bersifat qawliyah(ucapan Rasulullah)
dan taqririyah (pengakuan Rasulullah). Di antara hadits qawliah itu adalah sebagai
berikut:

• ‫سرجرد فععجاَعءهن اصلنمعؤذذنن رعصنصصعد اصلعع ص‬


‫صصصرر‬ ‫ت نعصثعماَعن صبعن ععففاَعن عونهعو برفرعناَرء اصلعم ص‬ ‫ععصن نحصمعراعن عمصوعلىَ نعصثعماَعن عقاَعل ع‬
‫سرمصع ن‬
‫سصصوعل‬
‫ت عر ن‬ ‫ار عماَ عحفدصثتننكصم إرنذصصىَ ع‬
‫سصصرمصع ن‬ ‫ار لنعحذدثعنفنكصم عحرديثثاَ لعصولع آيعةة رفىَ ركعتاَ ر‬
‫ب ف‬ ‫ضأ ع ثنفم عقاَعل عو ف‬
‫ضوءء فعتععو ف‬
‫فععدععاَ برعو ن‬

‫صصلعةث إرلف عغفعصصعر ف ن‬


‫اص‬ ‫ضوعء فعين ع‬
‫صصذلىَ ع‬ ‫سنن اصلنو ن‬ ‫ضأ ن عرنجةل نم ص‬
‫سلرةم فعينصح ر‬ ‫ف‬
‫ يعنقونل » لع يعتععو ف‬-‫صلىَ ا عليه وسلم‬- ‫ار‬
‫ – رواه مسلم‬..« َ‫صلعرة الفرتىَ تعرليعها‬
‫لعهن عماَ بعصينعهن عوبعصيعن ال ف‬

• Dari Humran mantan budak Utsman, dia berkata, “Saya mendengar Utsman
bin Affan -sedangkan dia di halaman masjid-, lalu muadzdzin
mendatanginya ketika Ashar, lalu dia meminta air wudlu, lalu berwudlu,
kemudian berkata, ‘Demi Allah, sungguh aku akan menceritakan kepada
kalian suatu hadits, kalau bukan karena suatu ayat dalam Kitabullah niscaya
aku tidak akan menceritakannya kepada kalian. Sesungguhnya aku
mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidaklah
seorang laki-laki muslim berwudlu, lalu memperbagus wudlunya, lalu
melakukan shalat, melainkan pasti Allah mengampuni dosanya antara dia
dan shalat sesudahnya’.(Diriwayatkan Muslim).

18
4. Sholat sunnah tasbih
shalat sunah tasbih yaitu memperbanyak tasbih kepada Allah SWT dengan cara
cara khusus . Pengertian lain dari Shalat tasbih adalah shalat yang di dalamnya
banyak membaca tasbih, sehingga dalam 4 rakaat yang dikerjakan itu bacaan tasbih
berjumlah 300 tasbih .
Berdasarkan hadist rasulullah shallallahu alaihi wasallam, dari Ibnu Abbas Ra,
sesungguhnya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda kepada Abbas bin
Abdul Muthalib :
“ Ya Abbas ! Wahai paman ! sungguh aku ingin memberi kepadamu sesuatu yang
berharga, anugrah, aku senang dan berbuat untukmu 10 perkara, apabila engkau
melakukannya niscaya Allah akan menghapuskan dosa dosamu, baik yang awal
maupun yang akhir, yang dahulu atau yang baru, yang tidak disengaja atau
disengaja, yang kecil atau yang besar, yang rahasia atau yang terang terangan,
yaitu engkau mengerjakan shalat 4 rakaat. Pada setiap rakaat engkau membaca al
fatihah dan surah, setelah selesai membaca surah dan masih dalam keadaan berdiri
. maka bacalah tasbih sebanyak 15 kali kemudian kamu ruku, maka dalam ruku
membaca tasbih 10 kali. Kemudian bangun dari ruku dan i'tidal membaca tasbih 10
kali , kemudian kamu sujud , dalam sujud membaca membaca tasbih 10 kali,
kemudian bangun dari sujud atau duduk diantara dua sujud membaca tasbih 10 kali
kemudian sujud yang kedua membaca tasbih 10 kali, bangun dari sujud sebelum
berdiri duduk kembali dan membaca tasbih 10 kali, semua itu berjumlah 75 tasbih.
Dan kamu kerjakan sebanyak 4 rakaat. Jika kamu sanggup melakukannya maka
kerjakanlah setiap hari 1 kali jika tidak setiap jum'at satu kali jika tidak setiap
bulan 1 kali jika tidak satu tahun satu kali jika tidak seumur hidup satu kali” ( HR.
Abu Dawud )

Tata cara mengerjakan sholat sunnah tasbih:


Tasbih yang dibaca ialah :

“subhanallah walhamdulillah wala ilaha illallohu allohu akbar”


“maha suci Allah dan segala puji bagi Allah tiada tuhan selain Allah , Allah
maha besar”

19
1. Niat shalat tasbih lalu takbiratul ihram
2. Membaca surat alfatihah 1 kali dilanjutkan membaca surah al kafiruun. Lebih
utama lagi membaca surah surah alquran yang dimulai dengan kalimat tasbih
seperti surat al hadid , al hasyr, ash shaff.
3. Sesudah membaca surah dilanjutkan dengan membaca tasbih 75 kali
4. Ruku. Selesai membaca doa ruku, membaca tasbih sebanyak 10 kali
5. I'tidal, lalu membaca tasbih lagi 10 kali
6. Sujud. Selesai membaca doa sujud lalu membaca tasbih 10 kali
7. Duduk diantara dua sujud. Selesai membaca doa duduk diantara dua sujud di
lanjutkan membaca tasbih 10 kali.
8. Lalu sujud kembali dengan membaca doa sujud, setelah itu membaca tasbih
10 kali.
9. Pada duduk istirahat sebelum berdiri atau sebelum salam, membaca tasbih 10
kali.
10. hal ini dilakukan pada setiap rakaat sampai 4 rakaat .

Jumlah hitungan tasbih pada setiap rakaat adalah 75 . Dan jika di jumlah bacaan
tasbih 4 rakaat maka semua menjadi 300 bacaan tasbih .

20
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Diantara banyak macam sholat sunnah yang pernah dilakukan oleh


Rasulullah saw. ada sholat-sholat sunnah yang tergolong pada yang dianjurkan
(muakad) dan shalat sunah yang tidak dianjurkan pelaksanaanya oleh rasulullah
yaitu sholat sunah yang dikategorikan dalam shalat sunah gairu muakad. Dalam
pelaksanaanya shalat sunah gairu muakad dilakukan secara munfarid.
Adapun yang termasuk dalam kategori shalat sunnah ghoiru muakkad adalah:
a. Tahiyatul masjid
b. Shalat sunnah rawatib,
shalat rawatib yang terkategorikan sebagai shalat rawatib yang ghoiru
muakkad, diantaranya adalah:
1) Dua rakaat sebelum Dzuhur
2) Dua rakaat sesudah Dzuhur
3) Empat rakaat sebelum Ashar.
4) Dua rakaat sebelum Maghrib.
5) Dua rakaat sebelum Isya’
c. Shalat sunah mutlak
d. Shalat sunah wudhu
B. Saran
Meskipun hukum pelaksanakan shalat sunah ghairu muakad tidak
dianjurkan oleh Rasulullah S.A.W, tapi lebih baik kita mengamalkannya,
karena shalat sunah ghairu muakad merupakan pelengkap bagi shalat fardu
yang kita lakukan apabila ada kekurangannya. Dan banyak sekali manfaat
apabila kita melakukan shalat sunah ghairu muakad seperti akan didekatkan
dengan rasulullah saw disurga dan akan ditinggikan derajat kita oleh Allah
SWT.
DAFTAR PUSTAKA

http://barier-attaqiyah.blogspot.co.id/2011/12/sholat-sunnat-muakad-dan-ghiru-
akad.html

21
http://dennyericf.blogspot.co.id/2013/02/2-shalat-sunnah-rawatib-ghairu-
muakkad.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Salat_Rawatib

http://aishkhuw.blogspot.co.id/2009/03/shalat-sunnah-ghairu-muakkad.html

http://www.astalog.com/6626/apa-perbedaan-shalat-muakkad-dan-ghairu-
muakkad.htm

http://contohmakalahpai.blogspot.co.id/2015/05/makalah-fiqih-berbagai-sholat-
sunnah.html

22
MAKALAH HASIL PRESENTASI TENTANG HAJI

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah praktik pendidikan Agama


Islam

Disusun Oleh :

1. Novi Pujiastuti ( P1337434116050 )


2. Rosada Aulia Balqista ( P1337434116056 )
3. Zulfa Dwita Andriani ( P1337434116060 )
4. Retno Rahmawati ( P1337434116067 )
5. Discha Prameswara ( P1337434116069 )
Semester 1 Reguler B

Program studi DIII Teknologi Laboratorium Medik


Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang
2016

23
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb

Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat serta hidayahnya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang Haji.

Makalah ini telah kami susun dengan semaksimal mungkin. Terlepas dari itu
semua, kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah kami ini masih ada kekurangan
baik dari segi kalimat maupun tata bahasa yang kami gunakan. Maka dari itu kami
berharap semoga pembaca memberi saran dan kritik dari makalah yang telah kami
buat.

Akhir kata kami berharap, semoga makalah tentang Haji ini bisa menambah
ilmu dan wawasan bagi para pembaca. Dan semoga bisa bermanfaat untuk
kedepannya.

Wassalamualaikum wr.wb

24
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Haji merupakan salah satu rukun islam yang wajib dijalankan oleh umat
islam bagi yang mampu. Baik mampu dalam hal biaya, tenaga, pikiran dan
lainnya. Haji sudah ada sejak zamam Rasullulah SAW. Tepatnya sejak zaman
Nabi Ibrahim A.S. Allah telah memerintahkan Nabi Ibrahim A.S. untuk
membangun Ka’bah di Mekkah, agar orang-orang dapat melakukan tawaf di
sekelilingnya dan menyebut nama Allah ketika melakukan tawaf tersebut.
Haji adalah sebaik-baiknya amal yang dapat membersihkan diri dari
kejahatan nafsu dan kecintaan kepada syahwat, dan mendekatkan dirinya kepada
Allah, meningkatkan kerohaniannya, meninggikan mahabbahnya, dan dengan
haji Allah akan menjauhkannya dari perbuatan yang tercela, dan menjauhkannya
daripada dosa.
Dasar kefarduan haji dalam Islam ditetapkan oleh Alquran, Hadits dan Ijma’.
Adapun dasarnya dalam Alquran sebagaimana firman Allah SWT: “Dan Allah
mewajibkan manusia mengerjakan ibadah haji dengan mengunjungi Baitullah
yaitu siapa saja yang mampu sampai kepada-Nya dan siapa saja yang kufur
(ingkarkan kewajiban ibadah haji itu), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya
(tidak berhajatkan sesuatu pun) dari sekalian makhluk.” (QS. Ali Imran [3]: 97)

2. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian dari Haji?
b. Apa saja syarat dan rukun yang dilakukan ketika menjalankan haji?
c. Apa saja jenis-jenis haji?
d. Larangan apa saja yang tidak boleh dilakukan selama melaksanakan haji?

3. Tujuan

25
a. Untuk mengetahui pengertian ibadah haji
b. Untuk mengetahui syarat dan rukun haji
c. Untuk mengetahui macam-macam haji
d. Untuk pembelajaran dan menambah wawasan mengenai haji.

26
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Haji
Menurut Bahasa : adalah al-qashdu yang bermakna menyengaja
Menurut Istilah syara’ : suatu ibadah yang dilakukan dengan sengaja
mengunjungi ka’bah baitullah di makkah (Saudi Arabia) bermaksud
beribadah dengan ikhlas semata-mata mengharap ridha Allah Ajja
Wajalla dengan memperhatikan syarat dan rukun Haji yang telah ditetapkan
2. Dalil
- Perintah untuk menunaikan Haji dan Umroh

“Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam


Ibrahim (Tempat Nabi Ibrahim a.s. berdiri membangun Ka’bah);
barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah Dia;
mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah SWT, yaitu
(bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah (orang
yang sanggup mendapatkan perbekalan dan alat-alat pengangkutan serta
sehat jasmani dan perjalananpun aman). Barangsiapa mengingkari
(kewajiban haji), Maka Sesungguhnya Allah SWT Maha Kaya (Tidak
memerlukan sesuatu) dari semesta alam.”(Q.S. Ali Imran 97)
- Tentang Bulan Haji

27
“(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barangsiapa yang
menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak
boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa
mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya
Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal
adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal”
(Q.S Al-Baqarah 2:197)
3. Sejarah ka’bah dan hajar aswad
Asal Usul batu Hajar Aswad tidak bisa lepas dari sejarah Ka’bah itu sendiri.
Pembangunan Ka’bah, menurut al-Qur’an pada surat al-Baqarah ayat 127
dilakukan oleh Ibrahim dan anaknya, Ismail. Diceritakan bahwa Allah telah
menunjukkan pada Ibrahim dimana mereka harus melakukan pembangunan,
yaitu tempat yang amat dekat dengan sumur Zamzam, akhirnya Ibrahim dan
Ismail mulai mengerjakan konstruksi Ka’bah kira-kira pada tahun 2130
sebelum masehi. Ketika pembangunan ini tengah berlangsung, Ibrahim
menyadari bahwa amat banyak komponen-komponen Ka’bah yang tidak
mampu dibuat karena kurangnya bahan, sehingga akhirnya ia dan Ismail pergi
menyusuri beberapa gunung untuk membawa bebatuan dengan tujuan
menyelesaikan konstruksi Ka’bah tersebut. setelah seluruh bagian Ka’bah
selesai dibangun, Ibrahim masih merasa bahwa ada satu bagian penting yang
hilang. Ibrahim memerintahkan Ismail untuk mencarikan satu batu lagi yang
dapat memberi “sinyal” kepada umat manusia. Mendengar hal ini, Ismail pergi
dari satu bukit ke bukit yang lain hanya demi mencari batu yang bisa menjadi
suara dan memberi tanda kepada seluruh umat manusia, dan pada saat inilah,
malaikat Jibril diutus Allah untuk membawakan sebuah batu yang konon
katanya dulunya berwarna putih dan memberikannya kepada Ismail.
Mendapati batu putih yang indah tersebut, Ismail pulang dan alangkah
bahagianya Ibrahim melihat batu yang ia bawa. Ismail kemudian menjawab
pertanyaan Ibrahim tentang lokasi batu ini dengan jawaban “aku menerima ini
dari seseorang yang tidak akan membebani anak cucuku maupun anak cucumu

28
(Jibril)” kemudian Ibrahim mencium batu tersebut, dan gerakan tersebut
kemudian diikuti oleh Ismail.
Riwayat menceritakan bahwa Ka’bah pada masa itu terletak di atas
buih yang keras, yaitu benda pertama yang muncul di bumi ini, Maha
Benarlah Allah Swt. yang telah berfirman: Sesungguhnya rumah yang pertama
dibangun di muka bumi ini adalah di Makkah. (QS. Ali Imran: 96). Menurut
ayat-ayat yang ada di Al-Qur’an dan melalui berbagai macam hadist, telah
disiratkan bahwa Mekkah memang menjadi pusat lapisan langit. Lewat surat
Ali Imran ayat 96 dituliskan bahwa rumah pertama yang ada di muka bumi
berdiri di Makkah. Bahwa awalnya Ka’bah berdiri di atas buih yang masih
keras, dan karena benda itu jugalah yang merupakan benda pertama di bumi.
Istilah Ka’bah sendiri merupakan bahasa yang digunakan dalam Al-Qur’an,
berasal dari kata “Umulkura” yang jika diartikan menjadi pusat negara. Selain
itu, ada juga hadist yang mengatakan bahwa Ka’bah merupakan salah satu
tempat yang ada di tengah-tengah lapisan langit dan bumi, mungkin ini alasan
mengapa Ka’bah dibangun di kota Mekkah
Pertama Generasi Malaikat, dua ribu tahun sebelum Nabi Adam
diciptakan Malaikat sudah membangun Ka’bah di bumi ini atas perintah Allah
SWT. Di dalam Alquran dijelaskan bahwa ketika Allah SWT hendak
menciptakan Nabi Adam as, Allah SWT berfirman kepada malaikat :
Sesungguhnya Aku hendak menjadikan khalifah di muka bumi, lalu para
malaikat bertanya: Mengapa Engkau hendak menjadikan khalifah di muka
bumi ini, orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan
darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
mensucikan Engkau. (QS. al-Baqarah : 30). Ketika itu Allah menjawab:
Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui. (QS. al-
Baqarah: 30). Menurut penglihatan dari kamera satelite NASA, mereka
melihat ada satu cahaya yang bersinar dari bumi dan sinarnya begitu kemilau
ketika dilihat dari satelite tersebut. Setelah diperbesar, ternyata cahaya
kemilau itu berasal dari Masjidil Haram atau Ka’bah.

29
Penutup ka’bah berwarna hitam lantaran hawa panas yang mendominasi
Makkah, warna hitam lebih bisa bertahan lama terhadap sengatan matahari
dibandingkan dengan warna-warna yang lain. Kain bagian dalam kiswah yang
berwarna putih disebut bithana kiswah, kain ini berfungsi untuk menyerap uap
dari dinding Ka’bah serta dapat menyerap panas dari kiswah bagian luar yang
berwarna hitam. Hal ini merupakan penerapan teori fisika yang mana kain
berwarna putih lebih efektif menyerap panas matahari ketimbang kain
berwarna gelap.
hukum dari mencium hajar aswad
Apabila manusia mencium batu itu maka timbullah perasaan seolah-olah

mencium seraya ciuman Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Ingatlah wahai saudara-

saudaraku, Hajar Aswad itu merupakan tempat diperkenannya doa. Bagi yang ada

kelapangan, berdoalah di sana, Insya Allah doanya akan dikabulkan oleh Allah.

Jagalah hati kita sewaktu mencium Hajar Aswad supaya tidak menyekuutukan Allah,

sebab tipu daya syaitan kuat di Tanah Suci Mekah. “Dari ‘Abis bin Robi’ah, ia

berkata, “Aku pernah melihat ‘Umar (bin Al Khottob) mencium hajar Aswad. Lantas

‘Umar berkata, “Sesungguhnya aku menciummu dan aku tahu bahwa engkau

hanyalah batu. Seandainya aku tidak melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa

sallam menciummu, maka tentu aku tidak akan menciummu” (HR. Bukhari no. 1597,

1605 dan Muslim no. 1270).


Dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam

bersabda mengenai hajar Aswad, “Demi Allah, Allah akan mengutus batu tersebut

pada hari kiamat dan ia memiliki dua mata yang bisa melihat, memiliki lisan yang

bisa berbicara dan akan menjadi saksi bagi siapa yang benar-benar menyentuhnya”

(HR. Tirmidzi no. 961, Ibnu Majah no. 2944 dan Ahmad 1: 247. Abu Isa At Tirmidzi

mengatakan bahwa hadits ini hasan dan Syaikh Al Albani menshahihkan hadits ini).
Beberapa faedah dari hadits di atas:
Wajibnya mengikuti petunjuk Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam yang telah

beliau tunjuki walau tidak nampak hikmah atau manfaat melakukan perintah tersebut.

Intinya, yang penting dilaksanakan tanpa mesti menunggu atau mengetahui adanya

30
hikmah. Ibadah itu tawqifiyah, yaitu berdasarkan dalil, tidak bisa dibuat-buat atau

direka-reka. Mencium hajar aswad termasuk ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

4. Hukum Melaksanakan Ibadah Haji


Menurut Surah Ali-Imron ayat 97 menunjukkan bahwa hukum menunaikan
ibadah haji adalah wajib.
Namun dalam keadaan tertentu hukum melaksanakan ibadah haji bisa
menjadi sunah, makruh bahkan haram.
- Wajib : apabila telah mampu untuk menjalankannya, dan telah bernazar

untuk melaksanakan ibadah haji


- Sunah : apabila dapat mengerjakan haji untuk kedua kalinya dan
seterusnya
- Makruh : apabila sudah pernah pergi haji sementara masyarakat di
sekelilingnya hidup serba kekurangan dan butuh bantuan untuk
kelangsungan hidupnya
- Haram : apabila pergi haji dengan maksud membuat kerusakan di tanah
suci Mekkah

- Jika sudah bernazar haji, lalu mengalami kebangkrutan hukum nazarnya


harus tetap di lakukan yaitu dengan bangkit dari kebangkrutan hingga
mempunyai cukup uang untuk menunaikan haji melunasi nazarnya. Namun jika
sampai meninggal tidak bisa menunaikan nazarnya untuk berhaji, maka anaknya
wajib menghajikan.
“Barangsiapa yang bernazar untuk taat pada Allah, maka penuhilah
nazar tersebut.” (HR. Bukhari no. 6696) . Dalil hukum nazar berhaji,
“Wahai rasulallah,ibu saya meninggal dunia sementara ia belum
mengerjakan haji sama sekali, bisakah saya menghajikannya? Beliau
menjawab: Berhajilah untuknya. Dan juga bahwa seorang laki-laki itu
bertanya:Wahai rasulallah, saudara perempuanku bernazar untuk
mengerjakan haji, namun ia meninggal dunia sebelum
melaksanakannya,bisakah saya menghajikannya ? Beliau menjawab: jika
saudara perempuanmu memiliki tangunggan hutang, apakah kamu akah

31
melunasinya ?ia menjawab: ia,Beliau Bersabda: Lunasilah hak Allah,
itu lebih berhak untuk dilunasi.” hadis ibnu abbas[14] .
- Naik haji dengan menggunakan uang pinjaman tidak perlu dan bukan
merupakan suatu prioritas. Hal tersebut sesuai dengan jawaban yang
diberikan Nabi SAW ketika ditanya oleh seorang sahabatnya Abdullah
Bin Abi Aufa: “aku bertanya kepada nabi SAW berkenaan seorang yang
belum menunaikan haji, apakah ia boleh meminjam uang untuk haji?
Nabi saw menjawab: “tidak” (musnad al-syafi’i: 1/109; al-umm: 2/116).
Imam syafi’i berkata setelah itu: “barangsiapa yang tidak mendapatkan
kemudahan dan kelebihan harta yang menjadikannya dapat menunaikan
ibadah haji tanpa melakukan pinjaman, maka ketika itu dia dianggap
tidak layak untuk pergi haji (al-umm 2/116).
Dalam Al-Qur’an Allah swt berfirman: “Padanya terdapat tanda-
tanda yang nyata(diantaranya) maqam Ibrahim, barangsiapa
memasukinya(Baitullah itu) menjadi amanlah dia, mengerjakan haji
adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang
sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah; Barang siapa mengingkari
(kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak
memerlukan sesuatu) dari semesta alam” (QS. Ali Imran: 97).
Para ulama sepakat menyatakan bahwa kewajiban berhaji hanya
dibebankan kepada seseorang, baik laki-laki ataupun perempuan yang
sudah memiliki syarat “istitha’ah” atau kemampuan. Pengertian istitha’ah
secara sederhana adalah sebagaimana yang dinyatakan oleh Nabi saw
ketika ditanya akan artinya, beliau menjelaskan: “Perbekalan dan
kendaraan” (HR. Tirmidzi, beliau berkata: “Hadits hasan”).

5. Syarat Wajib Haji

 Islam.
 Baligh.
 Berakal sehat.
 Merdeka.
 Mampu secara fisik dan materi

32
 Selama menunaikan ibadah haji memiliki nafkah yang cukup untuk
keluarga yang ditinggalkannya.
6. Sunah Haji
 Mendahulukan haji dari pada umroh
 Mandi ketika hendak berihram
 Salat Sunah di Hijir Ismail
Salat sunah ini dapat dilaksanakan kapan saja apabila keadaan
memungkinkan
 Memperbanyak Membaca talbiyah, zikir, dan berdoa
Talbiyah sunah dibaca selama ihram sampai melontar Jamrah Aqabah

pada hari nahar (Iduladha). Bacaan talbiyah adalah...

Artinya:
Aku datang memenuhi panggilan-Mu ya Allah, aku datang memenuhi
panggilan-Mu, aku datang memenuhi panggilan-Mu, tidak ada sekutu
bagi-Mu, aku datang memenuhi panggilan-Mu. Sesungguhnya segala
puji, nikmat dan segenap kekuasaan adalah milik-Mu. Tidak ada sekutu
bagi-Mu.

 Salat sunah tawaf di belakang Maqam Ibrahim

 Memasuki Ka'bah (rumah suci) sambil berdoa

 Minum air zam-zam ketika selesai tawaf

7. Rukun Haji

 Ihram

33
berniat mengerjakan haji dengan memakai pakaian putih yang tidak di
jahit khusus untuk laki laki

 Wukuf di Padang Arafah

Berhenti di Padang Arafah pada waktu dzuhur, dimulai sejak


tergelincirnya matahari tanggal 9 dzulhijah sampai terbit fajar tanggal 10
dzulhijah

 Tawaf
Mengelilingi ka’bah sebanyak 7 kali berkebalikan dengan arah jarum
jam, dimulai dari Hajar Aswad
Macam-macam tawaf :
- Tawaf qudum : dilakukan ketika baru sampai di Mekkah
- Tawaf ifadah : dilakukan karena melaksanakan rukun haji
- Tawaf nazar : dilakukan karena nazar
- Tawaf sunah : tawaf yang hukumnya sunnah (sewaktu-waktu dapat
dilakukannya)
- Tawaf wada’ : dilakukan karena hendak meninggalkan Mekkah
Putaran tawaf sebanyak 7 kali merefleksikan rotasi bumi terhadap matahari yang

menandai putaran terjadinya kisaran waktu, siang dan malam, yang menunjukkan waktu,

hari, bulan dan tahun. Tawaf, mengandung makna bahwa gerak hidup setiap manusia,

bukanlah sekedar untuk hidup itu sendiri, melainkan segala gerak hidup itu terjadi dan

menuju kepada Allah SWT. Allah SWT sebagai pusat pusaran gerak manusia, sebagai

34
pusat orbit gerakan kehidupan manusia. Secara singkat, simbolisasi dari tawaf

berdasarkan pemaknaan di atas, adalah bahwa setiap manusia harus memiliki kesadaran

yang kuat mengenai pemahaman yang benar dan lurus dari mana kehidupan ini berasal

dan ke mana akan menuju, yaitu dari dan menuju Allah. Tawaf adalah mengelilingi

Ka’bah sebanyak tujuh kali putaran dimulai dan diakhiri dari Rukun Hajar Aswad,

sedangkan Ka’bah berada disebelah kiri. Ka’bah adalah pusat/kiblat ibadah umat islam.

Disinilah, di baitullah ini kita menjadi tamu Allah SWT.


Tawaf melambangkan nilai-nilai tauhid. Dalam tawaf manusia diarahkan agar selalu

mendekatkan diri kepada Allah SWT. Mendekatkan diri kepada Allah SWT bukan hanya

satu kali saja, tetapi berulang kali dan setiap waktu dalam kehidupan, sebagaimana

dilambangkan dalam ibadah tawaf yang dilakukan tujuh kali putaran. Ini melambangkan

agar manusia selalu mendekatkan diri kepada Allah selama tujuh hari dalam seminggu,

bermakna manusia harus dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT setiap saat dan

setiap hari dalam kehidupannya.


Tidak ada hari yang lepas daripada ibadah, zikir, berdoa dan memohon ampun. Inilah

kehidupan beribadah seorang muslim. Maksud tawaf ini sesuai dengan lafadz doa iftitah

yang dilakukan dalam shalat:


“ inna shalaati wa nusukiy wamahyaaya wa mamaatiy lillahi robbil ‘alamiin “,

sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku adalah untuk Allah SWT, Tuhan

seluruh alam “.
Dalam tawaf, kita diwajibkan untuk mengucup batu hitam “Hajar Aswad” atau dengan

cara memberi isyarat lambaian tangan ( istislam ) kepadanya, sebagaimana yang

dilakukan oleh baginda Rasulullah SAW. Ini bermakna dalam melaksanakan ibadah

kepada Allah SWT, umat Islam harus mengikuti sunnah dan contoh yang dilakukan oleh

baginda Rasulullah SAW. Allah Ta’ala berfirman, “Dan hendaklah mereka melakukan

melakukan thawaf sekeliling rumah yang tua itu (Baitullah).” (QS. Al Hajj: 29).

Berdasarkan ijma’ (kata sepakat ulama), yang dimaksud dalam ayat ini adalah thawaf

ifadhah. Dalil dari hadits, Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, bahwasanya Shofiyyah binti

Huyai -istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam– pernah mengalami haidh. Maka aku

menyebutkan hal itu kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau berkata,

“Apakah berarti ia akan menahan kita?” Mereka berkata, “Dia sudah melakukan

35
thawaf ifadhah.” Beliau bersabda, “Kalau begitu dia tidak menahan kita“. (HR. Bukhari

no. 1757 dan Muslim no. 1211).

 Sa’i

Berlari-lari kecil antara Bukit Safa dan Marwah. Ketentuan sai harus
dimulai dari Bukit Safa dan diakhiri di Bukit Marwah. Sai dilakukan

sebanyak tujuh kali dan dikerjakan setelah tawaf.


 Mencukur atau Memotong Rambut
Waktu mencukur rambut setelah melempar Jamrah Aqabah pada hari Nahar.
Apabila mempunyai kurban, mencukup dilakukan setelah menyembelih hewan
kurban.

36
Tatacara dan Makna Tahallul Dalam Umroh dan Haji sesuai Sunnah Rasulullah

SAW
Tahallul atau bercukur adalah salah satu ritual umroh dan haji yang sangat penting dan

tidak boleh ditinggalkan, terutama dalam Madzhab Syafi’i. Meski bercukur atau

memotong sebagian rambut ini terkesan remeh, namun jika ditinggalkan akan membuat

ibadah umroh dan haji tidak sah. Jika demikian, itu artinya diwajibkan untuk mengulang

kembali ibadah tersebut pada waktu yang lain atau tahun berikutnya.
Melakukan tahallul yaitu mencukur rambut adalah simbol dari meletakkan mahkota

seseorang. Artinya, orang tersebut menanggalkan kesombongan yang menjadi seseorang

tinggi hati dari orang lain.


Semoga dengan rontoknya ribuan rambut di kepala para jamaah umroh dan haji ketika ia

bertahallul, maka rontok juga segala ribuan keangkuhan dan kesombongannya yang akan

menjadikannya haji yang tawadlu’ dan rendah diri.


Dalil nya adalah “…Dan jangan kamu cukur gundul kepalamu sampai binatang

sembelihanmu tiba ke tempat…” (Q.S. Al-Baqarah [2]: 196)


Al-Quran secara terperinci mengatur ritual haji, termasuk waktu bercukur yang termasuk

rukun tahallul. Saat terbaik (untuk bercukur) adalah setelah melontar jumroh aqobah pada

tanggal 10 Zulhijjah. Mencukur habis rambut kepala dalam ibadah haji adalah syi’ar

agama Islam.
Rasulullah Saw. berdoa untuk memintakan ampun bagi mereka yang mencukur gundul

rambutnya sampai tiga kali. Pada kali keempat, barulah beliau mendoakan orang yang

hanya menggunting sebagian rambutnya. Pada upacara aqiqah, Rasulullah pun menyuruh

umatnya uuntuk cukur habis rambut bayi berumur tujuh hari. Selain sebagai ekspresi taat

kepada Rasulullah Saw., mungkin ada hikmah lain dari perintah mencukur rambut ini.
Setelah lengkap melaksanakan ibadah Tahallul, jangan lupa ya memanjatkan doa sesuai

yang diinginkan.
Ada 2 Jenis Tatacara dan Makna Tahallul Dalam Haji
A. Tahallul Awal
Tahallul awal dalam rangkaian ibadah haji adalah melepaskan diri dari larangan Ihram,

setelah melakukan dua di antara tiga perbuatan berikut :


1. Melontar Jamratul Aqabah dan bercukur.
2. Melontar Jamratul Aqabah dan Tawaf Ifadah,
3. Tawaf Ifadah, Sai dan bercukur.

37
Tatacaranya yaitu dengan bercukur atau menggunting rambut yang dilakukan lebih awal

ketika sudah sampai di Mina setelah mabit dari Muzdalifah pada 10 Zulhijjah, yang

dilanjutkan dengan melontar Jumratul Aqabah. Begitu jamaah haji sudah melakukan

tahallul awal maka ia sudah boleh melepas ikhomnya dan dihalalkan bagi jemaah haji

melakukan segala larangan ihram, kecuali hubungan suami isteri dan melakukan akad

nikah. Untuk jamaah haji Indonesia kebanyakan melaksanakan Tahallul awal ini dengan

cara ini.
Namun ada juga sebagian jamaah haji Indonesia yang melakukan dengan cara kedua dan

ketiga. Cara ini memang lebih berat karena jamaah haji harus berangkat ke Mekkah.

Sementara kendaraan dari Mina ke Mekkah agak sulit, macet total. Kesulitan kedua,

setelah selesai Tahallul di Masjidil Haram, jamaah juga harus segera kembali ke Mina

lagi untuk melakukan mabit atau menginap dan melontah jumroh tanggal 11, 12 dan 13

Dzuhijjah. Jamaah haji harus sudah sampai di Mina sebelum matahari tenggelam. Sebab

apabila sampai di Mina setelah matahari tenggelam maka wajib membayar dam. Jadi

dalam sehari tersebut jamaah harus bolak – balik Mina – Mekkah – Mina. Kelebihan

yang diperoleh adalah jamaah haji bisa melaksanakan sholat Ied Adha di Masjidil Haram.
B. Tahallul Thani / Qubra
Tahallul thani atau qubro atau tahallul akhir dalam rangkaian ibadah haji adalah

melepaskan diri dari keadaan Ihram setelah melakukan secara lengkap ketiga-tiga ibadah

berikut:
1. Melontar Jamratul Aqabah.
2. Bercukur dan Tawaf Ifadah,
3. Sai
Tahallul Thani ini dilakukan para jemaah haji setelah melakukan thawaf dan sai haji,

sekembalinya ke Makkah setelah selesai wukuf di Arofah. Yaitu setelah melakukan

semua rukun haji termasuk satu wajib haji yaitu melontar Jamratul Aqabah, walaupun

belum melontar tiga jamrah dan bermalam di Mina, maka halal semua larangan ihram.
 Tertib

Tertib berarti menertipkan rukun-rukun haji tersebut. Artinya, harus


berurutan dimulai dari niat (ihram), wukuf, tawaf, sai, dan menggunting
rambut.

38
8. Wajib Haji

Bagian bagian dalam ibadah haji yang harus dilaksanakan selama


menunaikan haji, dan apabila ada yang tertinggal dapat diganti dengan
membayar DAM (denda), berupa menyembelih hewan atau berpuasa dan
ibadah hajinya tetap sah setelah dibayar dendanya.
 Memulai ihram dari miqat yang telah ditentukan untuk melakukan
ibadah haji.
 Mabit di Muzdalifah (mekkah)
 Bermalam di Mina
 Melempar jumrah
Cara melempar jumrah :
Melontar jumrah adalah salah satu wajib haji. Jama’ah yang tidak melontar
wajib membayar Dam (denda) berupa seekor kambing. kalau tidak mampu
boleh membayar Fidyah atau berpuasa 10 hari yaitu 3 hari dimasa haji di
tanah suci dan sisanya di tanah air.
o Tanggal 10 Dzulhijah, dilaksanakan melempar jumrah Aqobah. Dangan

susah payah dan berdesak- desakan, kita berusaha menerebos masuk sampai
ke bibir lingkaran jumrah Aqobah berada, agar lemparan kita tepat pada
sasaran.
o Ambil sebutir kerikil dan kita lempar tepat di tengah jumrah sambil

mengucap “Bismillah Allahu Akbar” , kemudian ambil lagi batu kerikil


berikutnya dilempar tepat sasaran, dan seterusnya sampai 7 butir.
o Apabila lemparan meleset, maka lemparan diulang lagi sampai jumlah

lemparan kita yang tepat sasaran sebanyak 7 kali.


o Kemudian berdesakan-desakan pula kita mundur.
o Untuk melempar 3 jumrah dilakukan dengan cara yang sama, namun

diakhiri dengan do’a mengahadap ka’bah, untuk jumrah Ula dan Wustha,
sedangkan seusai melempar jumrah Aqobah tidak berdo’a.
o Untuk hari pertama setelah tiba dari Mudzalifah kita hanya melempar jumrah

Aqobah saja, sedangkan tanggal 11 dan 12 Dzulhijah (dan atau tanggal 13


Dzulhijah) lemparan jumrah dimulai dengan jumrah Ula, setelah selesai
menuju ke jumrah Wustha dan terakhir di jumrah Aqodah.

39
 Mencukur rambut
 Melaksanakan Tawaf wada’ atau tawaf perpisahan
9. Jenis-Jenis Haji

a) Haji Ifrad
jika seseorang melaksanakan ibadah haji dan umroh dilaksanakan secara
sendiri-sendiri, dengan mendahulukan ibadah haji.
Niat Haji Ifrad
“Labaik Allahumma Hajjan”
(Aku penuhi panggilan Mu Ya Allah , Aku penuhi panggilan MU untuk
melaksanakan Haji) .
Cara pelaksanaannya:
Mengerjakan haji terlebih dahulu sampai selesaiKemudian mengerjakan ibadah
umroh dalam tahun itu jugaatau bisa dilakukan sebaliknyaMengerjakan ibadah
umroh sebelum menjelang bulan bulan hajiSetelah itu mengerjakan ibadah haji.
b) Haji Tamattu’
jika seseorang melaksanakan ibadah umroh dan Haji di bulan haji yang
sama dengan mendahulukan ibadah Umroh.
Niat Haji Tamattu
” Labaik Allahumma Labaik umroh”
( Aku penuhi panggilan Mu Ya Allah , aku penuhi panggilan Mu Ya
Allah untuk melaksanakan umrah)
Orang yang melaksanakan haji Tamattu' wajib menyembelih binatang
"hadyu." Adapun dalilnya adalah hadits 'Abdullah bin 'Umar Radhiallaahu
anhu , beliau berkata:
Artinya :
"Pada waktu haji wada' Rasulullah mengerjakan umrah sebelum haji,
beliau membawa binatang hadyu dan menggiring (binatang-binatang) itu
bersamanya dari Dzul Hulaifah (Bir Ali), beliau memulai ber-ihlal
(berniat) ihram untuk umrah, kemudian beliau ber-ihlal (berniat) untuk
haji . Maka demikian pula manusia yang menyertai beliau, mereka
mengerjakan umrah sebelum haji. Di antara mereka ada yang membawa
binatang hadyu. Maka setibanya Nabi Shalallaahu alaihi wasalam di
Makkah beliau berkata kepada manusia: 'Barangsiapa di antara kalian
yang membawa binatang hadyu, maka tidak boleh dia berlepas dari

40
ihram-nya hingga selesai melaksanakan hajinya, dan barangsiapa di
antara kalian yang tidak membawa binatang hadyu, hendaklah ia
melakukan thawaf di Baitullah (thawaf umrah/qudumdan melakukan
thawaf antara shafa dan marwah (sa'i), lalu memendekkan (rambutnya)
dan bertahallul. Kemudian (jika tiba hari haji,-Pent) hendak-lah ia
berniat ihram untuk ibadah haji, dan hendaklah dia menyembelih
binatang hadyu. Barangsiapa yang tidak (mampu) memperoleh binatang
hadyu, maka dia berpuasa tiga hari dalam masa haji dan tujuh hari lagi
apabila telah kembali kepada keluarganya (ke negeri asalnya) . Cara
pelaksanaannya : Mengerjakan umroh dalam bulan bulan hajiSetelah
umroh lalu bersenang- bersenang dengan sebab telah tidak terkait lagi
dengan pantang larang ihramSetelah sampai waktu haji, berihramlah
untuk mengerjakan haji pulaHaji jenis tamattu’ dikenakan DAM
mengikuti syarat- syaratnya.
c) Haji Qiran
jika seseorang melaksanakan ibadah Haji dan Umroh disatukan atau
menyekaliguskan berihram untuk melaksanakan ibadah haji dan umrah.
Niat Haji Qiran
”Labaik Allahumma labaik hajaw waumroh”
( Aku penuhi panggilan MU Ya Allah , aku penuhi panggilan MU untuk
melaksanakan haji dan Umroh
Dalil haji Qiran dan haji Ifrad adalah hadits 'Aisyah Radhiallaahu anha ,
beliau berkata: "Kami keluar bersama Rasulullah Shalallaahu alaihi
wasalam pada tahun ketika beliau melaksanakan haji wada', di antara
kami ada yang berihram untuk melaksanakan umrah, ada pula yang
berihram untuk umrah dan haji (secara bersamaan), dan adapula yang
berihram untuk melaksanakan haji saja, dan Rasulullah berihram untuk
haji. Adapun yang berihram untuk haji atau yang berihram dengan
menggabungkan antara haji dan umrah, maka mereka tidak bertahallul
(berlepas dari ihram mereka) hingga pada hari Nahar (hari 'Idul Adh-
ha, 10 Dzulhijjah).
10. Tata Cara Haji
1. Ihram
Mulailah ihram di hotel masing-masing di Makkah yang diawali dengan

41
mandi, dan pakai parfum di badan, bukan di pakaian ihram. Setelah pakai
ihram, bacalah doa ihram.

2. Mabit/Bermalam di Mina
Bermalamlah di Mina agar bisa sholat Shubuh disana sebagaimana sunnah
Nabi Shollallahu alaihi wasallam.

3. Wuquf/Berdiam Diri di Arafah


Jika anda sudah jelas berada dalam batas Arafah, berdolah sambil angkat
tangan.Disini tak ada doa yang diwajibkan, bebas berdoa.

4. Mabit/Bermalam di Muzdalifah
Tinggalkanlah Arafah setelah matahari terbenam menuju
Muzdalifah.Bermalamlah di Muzdalifah sampai shubuh agar bisa kerjakan
sholat shubuh disana.

5. Melempar Jumrah Aqobah/Kubro


Tinggalkan Muzdalifah sebelum terbit matahari pada tanggal 10 Dzulhijjah
hari ied , sambil bertakbir, dan bertalbiyah menuju Mina melempar.Boleh
pungut batu yang seukuran antara biji coklat dan biji kacang dimana saja,
baik di perjalanan menuju Mina atau di Mina sendiri ataupun dimana
sajaSetiap kali melemparkan batu kecil tsb, ucapkanlah “Allahu akbar” dan
usahakan masuk ke dalam kolam. Jika meleset dari kolam, ulangi.Dan Seusai
melempar, putuskan talbiyah.

6. Mencukur Rambut/Tahallul Pertama


Seusai melempar, maka gundullah rambut kalian atau pendekkan/cukur rata.
Adapun wanita, maka potong rambut sendiri dengan gunting yang dibawa
seukuran 1 ruas jari.

7. Menyembelih Kambing
Sembelihlah kambing pada tanggal 10 Dzulhijjah atau setelahnya pada hari-
hari tasyriq (tanggal 11,12, dan 13 Dzulhijjah). Dilarang keras menyembelih
kambing sebelum tanggal 10 Dzulhijjah. Barangsiapa yang menyembelih
sebelum tgl tsb, maka sembelihannya tidak sah, harus diganti, atau puasa 3
hari pada hari-hari tasyriq, dan 7 hari di Indonesia. Bagi petugas pembeli dan

42
penyembelih kambing yang biasanya dijabat oleh ketua kloter atau
pembimbing, maka kami nasihatkan agar takut kepada Allah jangan sampai
menyembelih hadyu/kambingnya sebelum tgl 10 -nya. Jika kalian lakukan
itu, maka kalian telah berdosa karena membuat ibadah orang kurang
pahalanya. Jika pengurus ambil keuntungan dari kambing yang disembelih
sebelum tgl 10 tersebut, maka ia telah memakan harta orang dengan cara
yang haram dan batil. Menyembelih hewan korban bagi jama’ah haji tidaklah
wajib, yang wajib hari itu adalah menyembelih kambing yang memang wajib
dilakukan oleh haji tamattu’ atau qiron

8. Tawaf Ifadhoh
Setelah cukur dan memakai baju biasa, berangkatlah menuju Makkah untuk
tawaf ifadhoh.Lakukan tawaf sebagaimana waktu umrah sebanyak 7 putaran,
lalu sholat sunnat 2 raka’at di belakang maqom Ibrahim.Kemudian
mengarahlah ke kran-kran air Zamzam untuk minum sebanyak-banyak dan
siram kepala. Setelah itu kembali ke Hajar Aswad cium atau lambaikan
tangan pada garis lurus dengan Hajar Aswad.

9. Sa’I
Tawaf Ifadhoh dan sa’I boleh dilakukan hari-hari tasyriq atau sisa hari-hari
haji lainnya selama Anda disana. Tapi lebih cepat lebih bagus. Namun ingat,
jangan sampai jimak sebelum lakukan 2 hal ini.

10. Mabit/Bermalam di Mina


Selesai tawaf Ifadhoh dan sa’I di Makkah,maka kembalilah ke Mina untuk
bermalam selama 2 atau 3 hari. Bermalam disana wajib. Selama 3 hari di
Mina

11. Tawaf Wada’/Tawaf Perpisahan


Tawaf wada’ hukumnya wajib dilakukan jika seseorang sudah hendak
bersafar meninggalkan Makkah. Kota kenangan dalam beribadah dan taat
kepada Allah. Semoga Allah masih perkenankan kita kembali lagi ke
Makkah. Lakukanlah tawaf wada’ sebagaimana halnya tawaf ifadhoh dan
tawaf umrah. Tapi dengan memakai pakaian biasa.
11. Larangan Haji

43
a. Larangan bagi laki-laki
Laki-laki dilarang memakai pakaian yang berjahit, memakai tutup
kepala, dan memakai atas kaki yang menutupi mata kai
b. Larangan bagi perempuan
Perempuan dilarang menutup muka dan kedua telapak tangan.
c. Larangan bagi laki-laki dan perempuan yaitu:
 Memakai wangi-wangian, kecuali yang dipakai sebelum niat
 Memotong rambut atau bulu badan yang lainnya

 Memotong kuku

 Mengadakan akad nikah

 Memburu dan membunuh binatang yang ada di tanah suci,

 Bersetubuh dan pendahuluannya

12. DAM dalam Haji

Pengertian dari DAM sendiri adalah Denda atau tebusan bagi mereka
yang menunaikan haji atau umrah tetapi melakukan pelanggaran ketentuan
atau peraturan yang telah ditetapkan. Pelanggaran itu misalnya melakukan
larangan – larangan Ihram atau tidak dapat menyempurnakan wajib haji
seperti mabit di Mina atau Muzdalifah. Para Ulama telah sepakat bahwa
seseorang yang menunaikan ibadah haji akan dikenakan Dam apabila
melakukan pelanggaran – pelanggaran .Sesuai apa yang telah ia
langgarHadyu (Dam) terbagi atas 4 bagian

1. Dam tartib dan taqdir


Dam tartib dan taqdir yaitu Dam yang dikeluarkan dengan
menyembelih seekor kambing seperti kambing kurban. Dan apabila tidak
mampu, diganti dengan puasa 10 hari: 3 hari pada waktu haji dan 7 hari
setelah pulang. Penyembelihannya dilakukan pada hari Nahar dan hari-hari
Tasyriq di Mina atau di Mekah. Yang punya Dam boleh ikut memakannya.
Kalau menyembelihnya diupahkan orang, maka tidak boleh memberinya
upah dari daging Dam itu.

44
Adapun yang mewajibkan Dam tartib dan taqdir yaitu;
1. Jika seorang haji melakukan haji tamattu’
2. Jika seorang haji melakukan haji qiran
3. Jika seorang haji tidak melakukan ihram pada miqatnya (tempat ihram)
4. Jika seorang haji tidak melontar jumroh
5. Jika seorang haji tidak bermalam di Muzdalifah
6. Jika seorang haji tidak bermalam di Mina
7. Jika seorang haji tidak melakukan thawaf wada’ (thawaf perpisahan)
8. Jika seorang haji tidak dapat wukuf di Arafah karena terlambat yaitu
terbitnya fajar hari Nahr (10 Dzul Hijjah) ia tidak hadir di Arafah. Jika
keterlambatan itu karena udzur ia tidak berdosa dan hajinya diganti
menjadi umrah. Ia harus melakukan umrah, tahallul dari manasik umrah,
tidak wajib melontar jumroh, tidak wajib mabit di Mina dan wajib
baginya membayar Dam. Jika yang ketinggalan itu adalah haji fardhu
wajib mengqadha’ hajinya pada tahun berikutnya (jika mampu), dan Ini
menurut kesepakatan ulama. Sesuai dengan hadits dari Ibnu Umar ra, ia
berkata: “Barangsiapa yang tidak mendapatkan Arafah sampai terbit
matahari (hari Nahr), maka hajinya telah tertinggal (batal), maka ia
harus datang ke Baitullah untuk melakukan thawaf tujuh kali dan sa’i
atara Shafa dan Marwa. Lalu mencukur atau menggunting rambutnya,
jika ia memiliki Hadyu maka disembelihnya sebelum mencukur. Jika ia
selesai thawaf dan sa’i maka harus mencukur atau menggunting
rambutnya, kemudian kembali kepada keluarganya. Jika ia
mendapatkan haji pada tahun berikutnya, maka harus melakukan haji
jika mampu, dan melakukan hadyu dalam hajinya, jika tidak mampu
maka berpuasa 3 hari di haji dan 7 hari jika kembali kepada
keluarganya” (HR al-Baihaqi dengan isnad shahih)
2. Dam tartib dan ta’dil

Dam tartib dan ta’dil yaitu Dam yang dibayar oleh seorang haji
karena melanggar dua ketentuan sebagai berikut:

- Dam yang dibayar disebabkan bersetubuh sebelum tahallul awwal,


maka hajinya batal dan wajib membayar kifarat dengan menyembelih
seekor unta atau sapi atau 7 ekor kambing dan wajib mengulangi
(menqadha) hajinya tahun berikutnya, jika tidak mampu atau
mendapatkan kesulitan dalam menyembelih unta maka dibayar nilainya

45
dengan makanan yang diberikan kepada faqir miskin di tanah Haram,
atau berpuasa setiap satu mud satu hari puasa. Hal ini sesuai dengan
fatwa para shahabat Nabi saw
- Dam yang dibayar disebabkan karena ihshor yaitu terhalang tidak bisa
menyelesaikan ibadah haji atau umroh, baik karena dihadang musuh,
karena kecelakaan, karena kemataian muhrim (suami atau istri) atau
karena lainnya yang membuat seseorang terpaksa tidak bisa
melanjutkan hajinya. Orang yang terhalang itu disebut Muhshor. Ia
boleh bertahallul tidak melanjutkan ibadahnya setelah menyembelih
seekor kambing. Kalau bisa dia harus mengirim Dam itu ke Mekah dan
baru bertahallul sesampai Dam itu di Mekah dan disembelih disana.
Tapi kalau tidak mungkin, ia boleh menyembelihnya di tempat ia
terhalang, lalu bertahallul. Jika tidak mampu atau mendapatkan
kesulitan dalam menyembelih kambing maka dibayar nilainya dengan
makanan yang diberikan kepada orang-orang miskin, atau berpuasa
setiap satu mud satu hari puasa. Ibnu Abbas berkata: Adapun barang
siapa dihalangi oleh musuh atau lainnya, maka dia bertahallul dan
tidak harus kembali (mengulang tahun depan). Dan apabila telah
membawa serta hadyu, padahal dia muhshor ia boleh menyembelihnya
apabila ia tidak bisa mengirimnya (ke Mekah). Dan apabila dia bisa
mengirimnya, maka dia tidak bertahallul sehingga hadyu itu sampai di
tempat penyembelihannya. (H.R. Bukhari)

Firman Allah: Artinya: “Jika kamu terkepung (terhalang oleh musuh


atau karena sakit), maka (sembelihlah) korban yang mudah didapat,
dan jangan kamu mencukur kepalamu, sebelum korban sampai di
tempat penyembelihannya.” (Qs al-Baqarah ayat: 196)

– Mengadakan akad nikah saat masih ihram maka pernikahannya batal,


tetapi hajinya tetap sah dan tidak wajib membayar Dam. Dari Utsman

46
bin ‘Affan, bahwasanya Rasulullah Saw bersabda: “Orang yang sedang
berihram tidak boleh menikah dan tidak boleh dinikahkan serta tidak
boleh meminang”. (HR. Muslim)

3. Dam takhyir dan taqdir


Dam takhyir dan taqdir yaitu Dam yang dibayar dengan
menyembelih seekor kambing seperti kambing kurban atau berpuasa
tiga hari atau bersedekah sebanyak setengah sha’ (kurang lebih 1.75
liter) kepada 6 orang fakir miskin

Adapun yang mewajibkan Dam takhyir dan taqdir yaitu;

 Mencukur atau menggunting rambut


Allah berfirman: Artinya: “Jika ada di antaramu yang sakit atau ada
gangguan di kepalanya (lalu ia bercukur), maka wajiblah atasnya
berfidyah, yaitu: berpuasa atau bersedekah atau berkorban.” (Qs Al-
Baqarah ayat: 196)

 Memotong kuku
 Memakai minyak rambut disaat haji
 Memakai wangi-wangian disaat haji
 Memakai pakaian berjahit (bagi laki-laki)
 Berjima’ setelah jima’ pertama setelah tahallul awal
 Bercanda dengan istri yang bisa menimbulkan birahi

Berjima (bersetubuh) diwaktu haji:

Berjima (bersetubuh) sebelum tahallul awal, yaitu sebelum


melempar jumrah. Aqobah pada pagi hari tanggal 10 Dzul-hijjah. Ini
hukumnya berat, yaitu: hajinya batal dan wajib membayar kifarat
dengan menyembelih seekor unta atau sapi atau 7 ekor kambing dan
wajib mengulangi (menqadha) hajinya tahun berikutnya, jika tidak
mampu atau mendapatkan kesulitan dalam menyembelih unta maka
dibayar nilainya dengan makanan yang diberikan kepada faqir miskin di

47
tanah Haram, atau berpuasa setiap satu mud satu hari puasa. Hal ini
sesuai dengan fatwa para shahabat Nabi saw

Berjima’ (bersetubuh) setelah tahallul awal, yaitu setelah


melempar jumrah Aqobah pada pagi hari tanggal 10 Dzul-hijjah, setelah
mecukur rambut atau memotongnya. Pada saat itu ia diperbolehkan
melakukan apa saja yang diharamkan dalam perbuatan haji kecuali
berjima’ dengan istri sampai selesai mengerjakan thawaf ifadhah
(tahallul kedua). Tahu-tahu dia melanggarnya (yaitu berjima setelah
tahallul awal), maka hukum hajinya sah tapi dia harus bayar dam. Dam
ini disebut Dam takhyir dan taqdir yaitu Dam yang dibayar dengan
menyembelih seekor kambing seperti kambing kurban atau berpuasa
tiga hari atau bersedekah sebanyak setengah sha’ (kurang lebih 1.75
liter) kepada 6 orang fakir miskin.

4. Dam takhyir dan ta’dil

Dam takhyir dan ta’dil ialah Dam yang dikeluarkan karena


membunuh binatang darat diwaktu melakukan manasik haji ((kecuali
ular, kala jengking , tikus dan lain-lain yang dipandang membahayakan),
Maka orang bersangkutan harus menyembelih hewan yang sepadan
dengan hewan yang dibunuhnya (kalau kambing harus dibayar dengan
kambing. Kalau ayam harus dibayar dengan ayam. Dan seterusnya), atau
dibayar nilainya dengan makanan yang diberikan kepada orang-orang
miskin, atau berpuasa setiap satu mud satu hari puasa. Allah berfirman:
Artinya: “janganlah kamu membunuh binatang buruan, ketika kamu
sedang ihram. Barang siapa di antara kamu membunuhnya dengan
sengaja, maka dendanya ialah mengganti dengan binatang ternak
seimbang dengan buruan yang dibunuhnya, menurut putusan dua
orang yang adil di antara kamu, sebagai had-ya yang di bawa sampai
ke Kakbah, atau (dendanya) membayar kafarat dengan memberi

48
makan orang-orang miskin, atau berpuasa seimbang dengan makanan
yang dikeluarkan itu, supaya dia merasakan akibat yang buruk dari
perbuatannya” (Qs al-Maidah ayat: 95)

13. Pandangan islam tentang syukuran setelah pulang berhaji

Syukuran setelah pulang berhaji Menurut mazhab Syafi'i dalam


'Hasyiyah al-Qalyubi', hukumnya al-Naqi'ah mustahab (sangat
dianjurkan) bagi mereka yang pulang dari menunaikan ibadah haji
--alias bukan saat keberangkatan ke tanah suci--, tujuannya agar menjadi
media sharing pengalaman dari Makkah-Madinah. dengan catatan tidak
boleh ada rasa riya dalam pelaksanaanya dan dilaksanakan sesederhana
mungkin. Imam Nawawi rahimahullah berkata:
Disunahkan An-Naqi’ah, yaitu makanan yang dibuat untuk
menyambut kedatangan musafir, dan ditujukan kepada makanan yang
dibuat oleh musafir yang datang, atau yang dibuat orang lain untuknya,
….. termasuk yang dijadikan dalil dalam hal itu: hadits Jabir
radhiyallahu anhu: “Bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
ketika sampai di Madinah dari safar beliau menyembelih unta atau
sapi” HR Al-Bukhari. (Al-Majmu’: 4/400). Pergi haji termasuk dalam
golongan mushafir (adalah orang yang sedang bepergian untuk tujuan
tertentu. Jarak perjalanan yang membuat orang dianggap sebagai musafir
adalah kurang lebih 80 KM, dan lagi selama perjalanan orang tersebut
tidak berencana untuk menetap di daerah tertentu lebih dari 3 hari).
14. Manfaat Haji
- Membersihkan dosa.
Mengerjakan ibadah haji merupakan kesempatan untuk bertaubat dan
meminta ampun kepada Allah.
- Meningkatkan dan Meneguhkan Keimanan.
Pada pelaksanaan ibadah haji ini tentunya seluruh umat Islam di dunia
berkumpul. Dari berbagai macam ras, suku, negara dan sebagainya dan

49
semuanya berkumpul untuk satu tujuan yaitu menjalankan salah satu
rukun Islam dan beribadah mendekatkan diri kepada Allah Ta'ala. Dengan
berbagai macam warga negara dan berbagai bentuk dan macam manusia
dengan satu tujuan maka hal tersebut akan meningkatkan keimanan kita.
- Belajar akan Sejarah dan Meneladaninya.
Tanah suci Mekah adalah merupakan lembah yang menyimpan banyak
rentetan peristiwa-peristiwa bersejarah dalam agama Islam. Di antaranya
sejarah nabi-nabi dan rasul, para sahabat Rasulullah, para tabiin, tabi’ut
tabiin dan salafus saleh yang mengiringi mereka. Sesungguhnya peristiwa
tersebut boleh diambil iktibar atau pengajaran untuk membangun jiwa
seseorang. Contoh peristiwa sejarah ibadah haji dan asal muasal ibadah
haji, pelajaran dari ibadah haji diantarnya yaitu : Pertemuan di antara
Nabi Adam a.s. dan Siti Hawa di Padang Arafah. Siti Hajar dan Nabi
Ismail a.s. ditinggalkan di tengah padang pasir yang kering kerontang di
antara Bukit Safa dan Marwah. Pengorbanan Nabi Ibrahim a.s.
menyembelih Nabi Ismail a.s. sebagi menurut perintah Allah. Nabi Ismail
a.s. dan Nabi Ibrahim a.s. mendirikan Kakbah. Lahirnya seorang anak
yatim yang miskin dan serba kekurangan. Tidak tahu membaca dan
menulis, tetapi mempunyai akhlak yang terpuji hingga mendapat gelaran
Al-Amin. Medan Badar dan Uhud sewajarnya mengingati seseorang
kepada kegigihan Rasulullah dan para sahabat menegakkan agama Allah.

15. Ba’dal Haji


Badal artinya “menggantikan” maknanya adalah seseorang yang
menggantikan haji dari orang yang seharusnya menunaikan ibadah haji
disebabkan oleh faktor halangan, usia lanjut atau telah meninggal dunia.
Tidak boleh bagi seorang pun membadalkan haji dengan maksud untuk
cari harta. Seharusnya tujuannya membadalkan haji adalah untuk
melakukan ibadah haji dan sampai ke tempat-tempat suci serta berbuat
baik kepada saudaranya dengan melakukan badal haji untuknya. Syaikh

50
Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin berkata, ”Badal haji dengan tujuan
hanya ingin cari harta, maka Syaikhul Islam rahimahullah menyatakan
bahwa barang siapa berhaji dan cuma ingin cari makan, maka di akhirat
ia tidak akan mendapat bagian sedikit pun. Namun barangsiapa yang
niatannya memang ingin berhaji, maka tidaklah mengapa. Jadi
barangsiapa melakukan badal haji untuk orang lain, maka niatan ia
seharusnya adalah untuk menolong dan untuk memenuhi hajat
saudaranya. Karena yang dibadalkan adalah orang yang butuh. Tentu ia
senang jika ada orang lain menggantikan dirinya. Maka niatannya
adalah berbuat baik untuk menunaikan hajat saudaranya dan dengan
niatan yang baik pula.” Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin
berkata, “Pahala badal haji jika berkaitan dengan kegiatan manasik,
maka semuanya akan kembali pada orang yang diwakilkan (orang yang
dibadalkan). Adapun untuk berlipatnya pahala dari sisi shalat, thowaf
yang sunnah yang tidak berkaitan dengan amalan manasik haji, begitu
pula dengan bacaan Al Qur’an akan kembali pada yang menghajikan
(orang yang membadalkan).” [Adh Dhiyaa’ Al Laami’ min Khitob Al
Jawaami’, 2: 478]. Ibnu Hazm rahimahullah berkata dari Daud, ia
berkata, “Aku berkata pada Sa’id bin Al Musayyib: Wahai Abu
Muhammad, pahala badal haji untuk orang yang menghajikan ataukah
yang dibadalkan? Jawab beliau, Allah Ta’ala bisa memberikan kepada
mereka berdua sekaligus.”
Hukum menghajikan orang yang sudah meninggal
Hadis Nabi: Dari Abdullah bin Buraidah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata:
Ketika kami duduk di sisi Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam, tiba-tiba ada
seorang wanita datang dan bertanya: "Sesungguhnya saya bersedekah budak
untuk ibuku yang telah meninggal". Beliau bersabda: "Engkau mendapatkan
pahalanya dan dikembalikan kepada engkau warisannya". Dia bertanya:
"Wahai Rasulullah, sesungguhnya beliau mempunyai (tanggungan) puasa
sebulan, apakah saya puasakan untuknya?" Beliau menjawab: "Puasakan
untuknya". Dia bertanya lagi: "Sesungguhnya beliau belum pernah haji sama

51
sekali, apakah (boleh) saya hajikan untuknya?" Beliau menjawab: "Hajikan
untuknya". (Shahih Muslim juz 2 hal. 805 no. 1149). Penjelasan Imam Ibnu
Hajar rahimahullah: Ulama yang memperbolehkan menggantikan haji orang
lain bersepakat, bahwa tidak diterima haji wajib kecuali untuk orang meninggal
dunia atau lumpuh. Maka orang sakit tidak termasuk yang dibolehkan, karena
ada harapan kesembuhannya. Tidak juga orang gila, karena ada harapan
normal. Tidak juga orang yang dipenjara, karena ada harapan bebas. Tidak juga
orang fakir karena mungkin dia akan menjadi kaya. Penjelasan Imam Nawawi
rahimahullah: Mayoritas ulama mengatakan bahwa menghajikan orang lain itu
dibolehkan untuk orang yang telah meninggal dunia dan orang lemah (sakit)
yang tidak ada harapan sembuh.

16. Perbedaan Haji dan Umroh


 Ibadah haji hanya bisa dilakukan sekali dalam setahun, sedangkan
ibadah umrah dapat dilakukan setiap hari dalam setahun kecuali hari
ibadah haji.
 Ibadah haji waktu pelaksanaannya lebih lama karena rangkaian ritual
ibadah haji lebih banyak memakan waktu dibandingkan dengan
ibadah umrah. Orang melakukan ibadah haji paling cepat dilakukan
minimal empat hari, sedangkan ibadah umrah biasanya hanya
membutuhkan waktu 2 sampai 3 jam saja pelaksanaannya, karena
secara praktek, kita hanya butuh 3 pekerjaan ringan, yaitu berihram
dari miqat, bertawaf tujuh kali putaran di sekeliling Ka’bah, lalu
berjalan kaki antara Shafa dan Marwah tujuh kali putaran, dan
bercukur lalu selesai.
 Pelaksanaan ibadah haji lebih memerlukan kekuatan atau fisik yang
lebih baik dibandingkan dengan ibadah umrah, karena ibadah haji
ritual yang dilakukan lebih banyak dan lebih rumit dibandingkan
ibadah umrah.
 Hukum ibadah haji adalah wajib sedangkan hukum ibadah umrah
adalah sunnah
17. Lain –lain
 Dahulukan haji untuk orang tua atau diri sendiri?
Barangsiapa yang mampu berhaji, terpenuhi semua persyaratan. Maka
dia diharuskan menunaikan haji pada tahun itu. Tidak diperbolehkan
mengakhirkannya karena untuk kedua orang tuanya atau lainnya.
Karena haji diwajibkan secara langsung menurut pendapat terkuat
diantara pendapat para ulama’. Maka fardu ain lebih di dahulukan

52
dibandingkan dengan berbakti kepada kedua orang tua berdasarkan
firman Allah: ‘Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia
terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan
perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji),
maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu)
dari semesta alam.’ Qs. Ali Imron: 97.
 Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah
menjelaskan
“jika kecelakaan ketika safar menuju haji sebelum ia keluar
(berihram) maka tidak terhitung haji. Akan tetapi Allah SWT akan
membalas sesuai niatnya. Adapun jika sudah berihram, kemudian
kecelakaan maka termasuk meninggal dalam keadaan berhaji”

 Perbedaan Antara Haji Plus Dengan Haji Biasa

Perbedaan Haji Plus Haji Biasa


Biaya Lebih mahal Lebih murah
Bergantung pada
masing-masing daerah
Daftar Tunggu
Lebih cepat asal. Ada yang 2 tahun,
Keberangkatan
4 tahun, bahkan 23
tahun.
Ditanggung dan Para jamaah harus
Akomodasi dan
disediakan oleh pihak mengusahakan sendiri
Konsumsi
penyelenggara makanan sehari-hari
Ditempatkan pada
Penginapan lebih dekat lokasi yang bervariasi.
dengan Masjidil Haram Rata-rata ring 1 jarak
Lokasi Penginapan
(10 meter hingga 250 maksimal 2km, ring 2
meter) berjarak 4km dari
Masjidil Haram
— Walaupun ada perbedaan antara haji plus dengan haji reguler, yang
mana dengan jumlah biaya yang mencapai dua kali lipat, masuk akal
jika fasilitas yang di dapat jamaah haji plus berbeda dengan jamaah
reguler. Namun kemabruran masing-masing haji, Allah SWT tidak

53
membedakan antara keduanya. Bergantung pada niat masing-masing
orang dalam melaksanakan ibadah haji mereka

 menitip do’a kepada orang yang hendak naik haji.

menitip doa hukumnya di perbolehkan, asalkan yang menitipi doa dalam


hal kebaikan dan yang dititipi mau dengan ikhlas dititipi. Soal lupa
membacakan doanya waktu haji itu wajar karena manusia bisa lupa. Bagi yang
dititipi doa. Doa tersebut sabagai amanah baginya. Sesederhana apapun doa
tersebut, permintaan untuk mendoakan adalah sebuah amanah. Amanah yang
dipercayakan oleh seseorang kepada kita. Satu kisah yang bisa kita pelajari,
yakni saat Umar meminta izin Rasulullah untuk menunaikan umroh.
Rasulullah berkata, “Wahai saudaraku, sertakanlah kami dalam doa-doamu
dan jangan lupakan kami.” (Riwayat Ahmad dan Tirmizi). Dalam hadits ini,
secara jelas menunjukkan bolehnya meminta doa dari orang lain, bahkan
sekalipun dari orang yang lebih tinggi kedudukannya kepada yang lebih rendah
.

54
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Haji adalah menyengaja mengunjungi ka’bah dalam rangka ibadah kepada
Allah SWT. Seperti ibadah lainnya haji mempunyai hukum-hukum yang harus
ditaati dan apabila dilanggar maka akan mendapatkan dam (denda) bahkan
dapat membatalkan haji tersebut. Menunaikan ibadah haji dapat
membersihkan dosa, meningkatkan dan meneguhkan keimanan, serta belajar
dan meneladani akan sejarah.

Syarat Haji

 Islam.
 Baligh.
 Berakal sehat.
 Merdeka.
 Mampu secara fisik dan materi
 Selama menunaikan ibadah haji memiliki nafkah yang cukup untuk
keluarga yang ditinggalkannya.
Rukun Haji

 Ihram
 Wukuf di Padang Arafah
 Tawaf
 Sa’i
 Mencukur atau Memotong Rambut
 Tertib

55
Jenis-Jenis Haji

a) Haji Ifrad
jika seseorang melaksanakan ibadah haji dan umroh dilaksanakan secara
sendiri-sendiri, dengan mendahulukan ibadah haji.
b) Haji Tamattu’
jika seseorang melaksanakan ibadah umroh dan Haji di bulan haji yang
sama dengan mendahulukan ibadah Umroh.
c) Haji Qiran
jika seseorang melaksanakan ibadah Haji dan Umroh disatukan atau
menyekaliguskan berihram untuk melaksanakan ibadah haji dan umrah.
Larangan Haji
a) Larangan bagi laki-laki
Laki-laki dilarang memakai pakaian yang berjahit, memakai tutup kepala,
dan memakai atas kaki yang menutupi mata kai
b) Larangan bagi perempuan
Perempuan dilarang menutup muka dan kedua telapak tangan.
c) Larangan bagi laki-laki dan perempuan yaitu:
 Memakai wangi-wangian, kecuali yang dipakai sebelum niat
 Memotong rambut atau bulu badan yang lainnya

 Memotong kuku

 Mengadakan akad nikah

 Memburu dan membunuh binatang yang ada di tanah suci,

 Bersetubuh dan pendahuluannya

56
DAFTAR PUSTAKA

https://nurulfatimah96.wordpress.com/tugas-tugas/materi-agama/pengertian-haji-
dan-umrah/

http://www.jadipintar.com/2013/09/Urutan-Tata-Cara-dan-Tempat-Tempat-Manasik-
Haji.html?m=1

https://mediputra.wordpress.com/2013/09/24/penjelasan-tata-cara-urutan-
pelaksanaan-haji/

http://abufarras.blogspot.co.id/2012/10/hikmah-manfaat-menunaikan-haji.html?
m=1

http://dam-umroh.blogspot.co.id/2013/01/apa-itu-dam.html?m=1

https://www.alsofwah.or.id/cetakkajian.php?id=857&idjudul=835

57
MAKALAH TATA CARA PERAWATAN JENAZAH
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas pada mata kuliah terstruktur Pendidikan
Agama Islam Jurusan Teknologi Laboratorium Medik

Disusun oleh :

Zayyana Anggun A. (P1337434116059)


Dayinta Wintang M. (P1337434116066)
Nadiyya Intania (P1337434116074)
Riyatin Singgih P. (P1337434116075)
Yunani Sri Angesti (P1337434116087)

Tingkat 1 Reguler B

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG


JURUSAN TEKNOLOGI LABORATRIUM MEDIK
TAHUN AKADEMIK 2016/2017

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah “Tata Cara Perawatan Jenazah” ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa
58
kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin


masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.

Semarang, 2 Desember 2016

Penyusun

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara besar, dengan jumlah penduduk muslim
terbanyak di dunia. Agama merupakan hal paling mendasar dalam kehidupan. Oleh
59
karena itu, setiap langkah dalam kehidupan ini selalu berlandaskan tuntunan agama
Islam yang dibawa oleh Rasulullah SAW.
Kita ketahui bahwa petunjuk Rasulullah SAW dalam masalah penanganan
jenazah adalah petunjuk dan bimbingan yang terbaik dan berbeda dengan petunjuk
umat-umat lainnya. Bimbingan beliau dalam hal mengurus jenazah didalamnya
mencakup aturan yang memperhatikan jenazah. Termasuk memberi tuntunan yaitu
bagaimana sebaiknya keluarga
dan kerabatnya memperlakukan jenazah.
Dengan demikian, petunjuk dan bimbingan Rasulullah saw. Dalam mengurus
jenazah ini merupakan potret aturan yang paling sempurna bagi sang mayat. Aturan
yang sangat sempurna dalam mempersiapkan seorang yang telah meninggal untuk
kemudian bertemu dengan Rabb-nya dengan kondisi yang paling baik. Bukan hanya
itu, keluarga dan orang-orang yang terdekat sang mayat pun disiapkan sebagai barisan
orang-orang yang memuji Allah dan memintakan ampunan serta rahmat-Nya bagi
yang meninggal.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah :
1. Bagaimana hukum merawat jenazah?
2. Bagaimana tata cara perawatan jenazah yang benar ?

C. Tujuan
Tujuan pembuatan makalah :
1. Mengetahui hukum dalam perawatan jenazah
2. Mengetahui tata cara perawatan jenazah yang benar sesuai tuntunan
Rasul

D. Manfaat Pembuatan Makalah


Manfaat pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut
1. Memberi pengetahuan mengenai tata cara perawatan jenazah
2. Memberi informasi mengenai tata cara perawatan jenazah yang sesuai
ajaran agama Islam

60
BAB II

PEMBAHASAN

Menurut syara’ apabila kematian menimpa seorang muslim, maka hukumnya


fardu kifayah bagi orang muslim yang masih hidup mengurus jenazah itu. Definisi
fardu kifayah adalah :
‫ض َسقَطَ صالَﺤَراج َعرن صالَباًقرصيَن‬
‫ارَذا ﻓََعَل صالبَصع ا‬
Artinya : “ apabila dikerjakan oleh sebagian golongan maka gugurlah dosa
sebagian golongan yang lainnya”.
Adapun kewajiban mengurus jenazah, adalah :
memandikan, mengkafani, menyalatkan, dan menguburkannya.
1. Memandikan
Sebelum Jenazah dishalatkan, maka yang harus dilakukan adalah
memandikannya. Memandikan jenazah dimaksudkan agar segala bentuk hadas
dan najis yang ada pada jenazah tersebut hilang dan bersih. Dalam memandikan
mayat wajib adanya niat mendekatkan diri kepada Allah SWT, karena ia
termasuk bagian dari ibadah.

Hukum Memandikan Jenazah

Jumhur Ulama atau golongan terbesar dari ulama berpendapat bahwa


memandikan mayat muslim, hukumnya adalah fardhu kifayah artinya bila telah
dilakukan oleh sebagian orang maka gugurlah kewajiban seluruh mukallaf.

Klasifikasi dalam Memandikan Jenazah

Klasifikasi ini bertujuan untuk memberikan perbedaan dalam memandikan


jenazah. Hal ini disebabkan bahwa tidak semua jenazah yang ada dapat atau
harus dimandikan. Berikut hal yang perlu untuk diperhatikan dalam
memandikan jenazah.

a. Jenazah yang boleh dimandikan

61
Jenazah yang wajib dimandikan adalah orang Islam dan orang yang meninggal
bukan karena mati syahid di medan pertempuran, serta didapati bagian
tubuhnya.

b. Jenazah yang tidak perlu dimandikan

Jenazah yang tidak boleh dimandikan adalah jenazah yang mati syahid di medan
pertempuran, karena setiap luka atau setetes darah akan semerbak dengan bau
wangi pada hari kiamat.

Jenazah orang kafir tidak wajib dimandikan. Ini pernah dilakkan Nabi saw
terhadap paman beliau yang kafir. Juga berdasarkan firman Allah SWT: “Dan
janganlah sekali-kali kamu menyalatkan jenazah salah seorang yang mati
diantara mereka, dan janganlah kamu berdiri (mendoakan) di kuburnya.”

Janin yang dibawah usia empat bulan tidak perlu dimandikan, dikafani, dan
dishalatkan. Cukup digali lubang dan dikebumikan.
Orang Yang Berhak Memandikan
a. Untuk mayat laki-laki

Orang yang utama memandikan dan mengkafani mayat laki-laki adalah orang
yang diwasiatkannya, kemudian bapak, kakek, keluarga terdekat, muhrimnya
dan istrinya.

b. Untuk mayat perempuan

Orang yang utama memandikan mayat perempuan adalah ibunya, neneknya,


keluarga terdekat dari pihak wanita serta suaminya.

c. Untuk mayat anak laki-laki dan anak perempuan

Untuk mayat anak laki-laki boleh perempuan yang memandikannya dan


sebaliknya untuk mayat anak perempuan boleh laki-laki yang memandikannya.

d. Jika seorang perempuan meninggal sedangkan yang masih hidup


semuanya hanya laki-laki dan dia tidak mempunyai suami, atau sebaliknya
seorang laki-laki meninggal sementara yang masih hidup hanya perempuan saja
dan dia tidak mempunyai istri, maka mayat tersebut tidak dimandikan tetapi
62
cukup ditayamumkan oleh salah seorang dari mereka dengan memakai lapis
tangan. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah SAW, yakninya:

‫اذ ماً تت ا لمر ﺃ ة مع ا لر ﺟاً ل ليس معﺤم ا مر ﺃ ة غير هاً و ا لر ﺟل مع النﺴههاً ء ليههس معهههن ر‬
(َّ‫ﺟل غيره ﻓأَ نهماً ييمماًن و يد ﻓناً ن و هماً بمنز لة من لم يجد ا لماً ء )رواه ه بو داود و ا لبيﺤقى‬

Artinya: “Jika seorang perempuan meninggal di tempat laki-laki dan tidak ada
perempuan lain atau laki-laki meninggal di tempat perempuan-perempuan dan
tidak ada laki-laki selainnya maka kedua mayat itu ditayamumkan, lalu
dikuburkan, karena kedudukannya sama seperti tidak mendapat air.” (H.R Abu
Daud dan Baihaqi)

Pada Kasus Jenazah Tidak Utuh

Pertama, Burhanudin Ibnu Mazah mengatakan,

‫ٍ وﺇن ﺃوﺟد ﺷيﺌاً ع من ﺃﻃراﻑ ميت كيد ﺃو‬،‫ولﻜنه يدﻓن رﺟل ﺃو رﺃﺱ لم يغﺴل ولم يصرل عليه‬

Jika hanya ditemukan potongan tubuh mayit, seperti tangan atau kaki, atau
kepala saja, dia tidak dimandikan dan tidak dishalatkan, namun langsung
dimakamkan.

Kemudian beliau menyebutkan keterangan dari Imamnya, disebutkan oleh al-


Hasan bin Ziyad dari Abu Hanifah, beliau mengatakan,

َّ‫ٍ ﺇذا وﺟد ﺃكثر البدن غﺴل وكفن وصلي‬،‫ وﺇن كاًن نصﻒ البدن‬.‫ومعه الرﺃﺱ غﺴل وصليَّ عليه عليه ودﻓن‬
‫ودﻓن‬

Jika ditemukan potongan tubuh mayat yang lebih utuh, dia dimandikan,
dikafani, dishalati, dan dimakamkan. Dan jika ditemukan separoh jasad dan ada
kepalanya maka dikafani, dimandikan, dishalati, dan dimakamkan.

Beliau juga mengatakan,

‫ٍ ولم يصرل وﺇن كاًن مشقوقاً ع نصفين ﻃو ع‬،‫ٍ منه ﺃحد النصفين لم يغﺴل‬،‫ٍ ولﻜنه يدﻓن لﺤرمته‬،‫عليه‬
‫ٍ ﻓوﺟد‬،‫ل‬
‫ٍ ولم يصرل وﺇن كاًن‬،‫ وﺇن كاًن ﺃقل من نصﻒ البدن نصﻒ البدن بل رﺃﺱ غﺴل‬.‫ومعه الرﺃﺱ غﺴل عليه‬
‫يصلىَّ عليه وكفن ودﻓن ول‬

63
“Jika terbelah memanjang separoh, dan ditemukan hanya separohnya, maka
tidak dimandikan, tidak dishalati, namun dikubur dalam rangka memuliakan
jasadnya. Jika ditemukan separoh jasad melintang tanpa kepala maka
dimandikan dan tidak dishalati. Jika kurang dari separoh jasad dan ada
kepalanya, dia dimandikan, dikafani, dikuburkan dan tidak dishalati.” (al-
Muhith al-Burhani, 2:364)

Kedua, keterangan dalam Hasyiyah Ibn Abidin,

‫خرقة ﺇل ﺇذا كاًن معه الرﺃﺱ نصفه مشقوقاً ﻃول ﺃو عرضاً يلﻒ ﻓيَّ لو وﺟد ﻃرﻑ من ﺃﻃراﻑ ﺇنﺴاًن ﺃو‬
‫ﻓيﻜفن‬

“Jika ditemukan potongan anggota badan manusia atau ditemukan separoh


badan terbelah memanjang atau melintang, cukup dibungkus dengan kain (tidak
dimandikan), kecuali jika ada kepalanya maka dia dikafani.” (ar-Raddul
Mukhtar, 2:222)

Syarat bagi orang yang memandikan jenazah

a. Muslim, berakal, dan baligh

b. Berniat memandikan jenazah

c. Jujur dan sholeh

d. Terpercaya, amanah, mengetahui hukum memandikan mayat dan


memandikannya sebagaimana yang diajarkan sunnah serta mampu menutupi aib
si mayat.

Tata Cara Memandikan Jenazah

a. Persiapan Sebelum Memandikan Jenazah

Hal-hal yang perlu dipersiapkan sebelum proses pemandian adalah:


 Masker dan kaos tangan, untuk memandikan jenazah agar terhindar dari
kuman jika si jenazah memiliki penyakit.
 Sabun atau bahan lainnya, untuk membersihkan tubuh si jenazah

64
 Sampo, untuk mengeramasi rambut si jenazah agar bersih dari kuman dan
kotoran

 Air secukupnya untuk proses memandikan.

 Meja besar atau dipan untuk tempat meletakkan jenazah ketika dimandikan.

 Handuk, untuk mengeringkan tubuh dan rambut si jenazah.

 Kapas, kapur barus, daun bidara, atau wewangian yang lain.

 Kain kafan.

b. Proses dan Tata Cara Memandikan Jenazah


 Meletakkan jenazah diatas dipan atau meja, usahakan kepala lebih tinggi dari
kaki.
 Tempat jenazah harus tertutup, baik dinding maupun atapnya agar aurat dan
cela jenazah tidak terlihat.

 Menutup aurat jenazah dengan handuk besar dan kain. Untuk jenazah putra
dari pusar sampai lutut, sedangkan untuk jenazah perempuan dari dada sampai
mata kaki.

 Bersihkan kotoran dengan cara mengangkat pundak dan kepala sambil


menekan perut dan dada

 Memiringkan ke kanan dan ke kiri sambil ditekan dengan mempergunakan


sarung tangan atau kain perca dan disiram berkali-kali agar kotoran hilang.

 Basuhlah jenazah sebagaimana cara berwudhu.

 Siram dari mulai yang kanan anggota wudhu dengan bilangan gasal
menggunakan air dan daun bidara, kemudian seluruh tubuh jenazah diberi
sabun termasuk pada lipatan-lipatan yang ada.

‫رَاصبَدصﺃَن ربَمَياًرمصنَهاًَوَمَوا ر‬
‫ضرع صالاو ا‬
( ‫ضصورء رمصنَهاً ) رواه البخاًرى ومﺴلم‬
Artinya : “ Mulailah mencuci bagian badanya yang sebelah kanan
dan tempat-tempat wudlunya”. ( H.R. Bukhari dan
Muslim )
65
 Bersihkan tubuhnya dengan air dan miringkan ke kanan serta ke kiri.
 Selama memandikan, aurat jenzah harus senantiasa agar tidak terlihat

 Kemudian, rambut jenazah dikeramas dan disiram agar bersih. Dan jika
jenazahnya wanita, setelah rambutnya dikeringkan kemudian dipintal menjadi
tiga.

 Siramkan pada siraman yang terakhir dengan kapur barus dan miringkan ke
kanan dan ke kiri agar air keluar dari mulutnya dan dari lubang yang lain.

 Setelah selesai, badannya dikeringkan dengan handuk, kewmudian ditutup


dengan kain yang kering agar auratnya tetap tertutup.

 Bersihkan segala najis yang ada di badannya, utamanya bagian kemaluan.


Kemudian meratakan air ke seluruh tubuh atau sebaiknya tiga kali yaitu
dengan air yang bersih, air sabun dan air yang bercampur dengan kapur barus.

Dari ibnu Abbas,berkata: “ Tatkala seorang laki-laki jatuh dari kendaraanya


lalu ia meninggal, sabda Rasulullah SAW : “ Mandikanlah ia dengan air dan
daun bidara “.( H.R. Bukhari dan Muslim )
 Apabila sudah selesai kesemuanya yang terakhir adalah di wudhukan.

Memandikan jenazah yang wajib adalah satu kali, membasahi seluruh


tubuhnya,dan sunah hukumnya mengulangi beberapa kali dalam bilangan
ganjil,paling sedikit tiga kali.

Dari Ummi Athiyyah : Nabi SAW masuk ketempat kami,sewaktu kami sedang
memandikan putrinya. Seraya bersabda : “ Mandikanlah dia tiga kali atau
lima kali jika kamu pandang perlu,dengan air dan bidara.. Jadikanlah air
yang terakhir dengan kapur barus atau sesuatu campuran sedikit kapur
barus.Setelah kami selaesai memandikanya,maka kami pun memberitahu
beliau,lalu beliau memberikan kainnya kepada kami seraya bersabda:
“Bungkuslah dia dengan kain itu”. ( Muttafaq’alaih )

Jika tidak ada air, memandikan jenazah diganti dengan tayammum, yaitu
mengusap muka dan tangannya dengan debu.
66
(‫ اصلامصﺴههلررم َغصيههرر اصلامصﺤههرررم َواللشههرهصيرد )ﺃَصربََعههةا ﺃَصﺷههَياًَء اغصﺴههلاها )َويَصلَزام‬...(‫ت‬‫ض اصلرﻜَفاًيَرة )رﻓيَّ اصلَميلهه ر‬ ‫َعَلىَّ رطررصي ر‬
‫ق ﻓَصر ر‬
َ ‫ي ﺃَصو بَادلاها َوهاَو التليَظمام َكَماً لَصو احرر‬
‫ق رباًللناًرر َوَكاًَن لَصو اغرﺴَل تََهههلرى‬ ‫صلَةا َعلَصيره َوَدصﻓناها ( )قَصولاها اغصﺴلااه( ﺃَ ص‬
‫َوتَصﻜفرصيناها َوال ل‬
.
Dan wajib menurut secara fardlu kifayah pada mayat yang muslim selain
orang yang mati dalam keadaan ihram dan mati syahid (dalam pertempuran
membela agama) empat perkara, yaitu: memandikannya, mengkafaninya,
melakukan shalat atasnya dan menguburnya. Ucapan pengarang:
memandikannya, artinya atau penggantinya, yaitu tayammum, sebagaimana
andaikata mayat yang terbakar oleh api dan andaikata dimandikan maka
dagingnya terlepas dari tubuhnya. (Al Bajuri 1/ 242 – 243)

Setelah selesai memandikan jenazah dilap dengan handuk,kemudian badanya


ditutup dengan kain kafan.

2. Mengkafani
Mengkafani jenazah, maksudnya membungkus jenazah dengan kain kafan. Hukum
mengkafani jenazah adalah fardu kifayah bagi orang-orang Islam yang masih
hidup. Kain kafan diperoleh dengan cara yang halal, yakni diambilkan dari harta
peninggalan jenazah, jika ia meninggalkan harta. Kain kafan yang digunakan
hendaknya kain kafan yang bersih,berwarna putih, dan sederhana. Untuk jenazah
laki-laki kain kafan yang digunakanya adalah sebanyak 3 lembar sedangkan
jenazah perempuan sebanyak 5 lembar.

a. Ketentuan-ketentuan tentang kain kafan


1) Hendaknya kain kafan berwarna putih.
َ ً‫ ارصلبَاﺴصوا رمصن ثرَياًبراﻜام صالبََيا‬: ‫صللىَّ اا َعلَصيره َوَسللَم‬
ً‫ض ﻓَاً رنلهَههاً َخصيههار ثريَههاًبراﻜصم َوَكفلناههصوا ﻓرصيهَهها‬ َ ‫َقاًَل َراسصوال ار‬
( ‫َمصوَتاًاكصم ) رواه الترمﺬى‬
Artinya : “ Pakailah kain-kain putih karena sesungguhnya kain putih itu lebih
baik dan lebih suci,dan kafanilah mayat-mayat orang diantaramu dengan kain
putih itu “. ( H.R. Tirmidzi)
2) Apabila tidak ada kain kafan yang putih,boleh dengan kain yang
berwarna apapun asal dapat menutupi aurat sekalipun hanya satu lembar.
3) Dalam keadaan darurat boleh menyatukan satu kain kafan pada dua
jenazah.
67
َّ‫صللىَّ اا َعلَصيره َوَسللَم يَصجَماع بَصيَن اللراﺟلَصيرن رمصن قَصتَلىَّ اااحةد ﻓرههى‬ َ َّ‫ي‬ ‫ َكاًَن النلبر ا‬: ‫ضَىَّ اا َعصنها قاً ََل‬ ‫َوَعصنها َر ر‬
‫صههلل َعلَصيرهههصم‬َ ‫ اَظيهاصم اَ صكثَار اَصخﺬاع لرصلقاصراَرن ﻓَياقَلدامها ﻓههرىَّ الللصﺤههرد َولَصمياَغلﺴههلاصو َولَههصم يا‬: ‫ب َوارحةد ثالم يَقاصوال‬
‫ثَصو ة‬
( ‫) رواه البخاًرى‬
Artinya : Dari Jabir R.A ia berkata : Rasulullah SAW pernah mengumpulkan
dua mayat waktu perang uhud dalam satu kain kafan,kemudian beliau
bersabda : “ Mana diantara mereka yang paling banyak menghafal Al-
Qur’an,maka dimasukan terlebih dahulu dalam lahad,mereka tidak
dimandikan,dan beliau tidak menyalatkan mereka”. ( H.R. Bukhari )
4) Kain kafan jangan mewah dan mahal.
‫ لَ تاَغلاههوصا ﻓرههيَّ اصلَﻜفَههرن ﻓَههاً رنلها يَصﺴههلا ا‬: ‫صللىَّ اا َعلَصيره َوَسههللَم‬
‫ب‬ َ ‫ب َقاًَل َراسصوال ار‬ َ َّ‫َعصن َعرلىَّ صبرن اَربي‬
‫طاً لر ة‬
( ‫َسررصيععاً ) رواه ابو داود‬
Artinya : Dari Ali bin Abu thalib RA berkata : “ Rasulullah SAW bersabda : “
Janganlah kamu membeli kain yang mahal untuk kafan,karena kafan itu akan
rusak segera. ( H.R. Abu Daud )

b. Tatacara mengafani jenazah laki-laki


‫ارَذا َكفََن اََحاداكصم اََخاًها ﻓَصلياصﺤرﺴههصن َكفَنَههها ) رواه‬: ‫صللىَّ اا َعلَصيره َوَسللَم‬
َ ‫ َقاًَل َراسصوال ار‬:‫ضَىَّ اا َعصنها قاً ََل‬
‫َعصن َﺟاًبرةر َر ر‬
( ‫مﺴلم‬
Artinya : Dari Jabir R.A berkata : “ Rasulullah SAW bersabda : “ Apabila
seseorang dari kamu mengafani mayat, maka hendaklah dia perbaiki
kafannya.”( H.R Muslim )
1. Kain kafan untuk jenazah laki-laki
Kain putih 3 lembar,dan panjang dapat menutupi seluruh tubuh jenazah dari
kepala sampai ujung kaki ( disebut kain basahan )
2. Pelaksanaan mengafani jenazah laki-laki
a. Bentangkan kain kafan sehelai demi sehelai. Masing-masing lembaran
ditaburi wangi-wangian seperti kapur barus.Lembar yang paling bawah
hendaklah lebih lebar/luas.
b. Angkatlah jenazah dalam keadaan tertutup dengan kain,dan letakan diatas
kain kafan memanjang lalu ditaburi dengan wangi-wangian.
c. Selimutkan kain kafan yang sebelah kanan yang paling atas.Kemudian
ujung lembar sebelah kiri demikianlah seterusnya selembar demi
selembar.
d. Ikatlah jenazah dengan tali yang sudah disediakan sebelumnya,dibawah
kain kafan,tiga atau lima ikatan.Dan lepaskanlah tali-tali tersebut ketika
jenazah sudah diletakan didalam liang kubur.

68
c. Tatacara mengafani jenazah perempuan
1. Kain kafan putih untuk jenazah perempuan :
a. 1 lembar untuk kain sarung
b. 1 lembar untuk baju kurung
c. 1 lembar kerudung
d. 2 lembar dan panjang yang dapat menutupi seluruh tubuh jenazah dari
kepala sampai ujung kaki.
2. Pelaksanaan mengafani jenazah perempuan
 Susunlah kain kafan yang sudah dipotong-potong untuk masing-masing
bagian dengan tertib.Kain kafan untuk jenazah perempuan terdiri dari lima
lembar kain putih,yaitu :
a. Lembar pertama paling bawah untuk menutupi seluruh tubuh
b. Lembar kedua untuk kerudung kepala
c. Lembar ketiga untuk baju kurung
d. Lembar keempat untuk pinggang hingga kaki
e. Lembar kelima untuk menutupi pinggul dan paha.
 Angkatlah jenazah dalam keadaan tertutup dengan kain,dan letakan diatas
kain kafan memanjang lalu ditaburi dengan wangi-wangian.
 Ikatlah kain penutup kedua pahanya
 Pasangkan kain sarungnya
 Pakaikan baju kurungnya
 Dandani rambutnya tiga kepang dan julurkan kebelakang
 Pakaikan tutup kepala
 Membungkus dengan kain kafan terakhir dengan cara mempertemukan
kedua pinggir kiri dan kanan,lalu digulung kedalam,dan setelah itu
diikatkan talinya.
Hal-hal yang disunatkan dalam mengafani yaitu menaruh kapas pada lubang-
lubang mayat seperti lubang hidung, mata, telinga dan sebagainya. Dan
dipercikan minyak wangi pada sebagian badanya dan setiap lapisan-lapisan dari
kain kafan.

Contoh baju kurung bagi jenazah perempuan.

69
3. Menyalatkan
Menyalatkan Jenazah Salat jenazah dilaksanakan setelah jenazah selesai
dimandikan dan dikafani. Termasuk janin yang meninggal, berkewajiban untuk di
sholati jika sudah berumur 4 bulan.

Ibnu Qudamah menyebutkan keterangan Imam Ahmad,

 ٍ، ‫ٍ وهﺬا قول سعيد بن المﺴههيب‬، ‫ ” ﺇذا ﺃتىَّ له ﺃربعة ﺃﺷهر اغنﺴل وصليَّ عليه‬: ‫قاًل الماًم ﺃحمد رحمه ا‬
‫ٍ وصلىَّ ابن عمر علىَّ ابن لبنته ولد ميتاً ع‬، ‫ٍ وﺇسﺤاًق‬، ‫“ وابن سيرين‬

Imam Ahmad mengatakan, ‘Jika janin telah berusia 4 bulan, dia dimandikan
dan dishalati. Ini merupakan pendapat Said bin Musayib, Ibnu Sirin, dan Ishaq
bin Rahuyah. Ibnu Umar menyalati cucunya yang terahir dalam keadaan telah
meninggal.’ (al-Mughni, 2/393).

Imam Ahmad memberikan batasan usia janin 4 bulan, karena sejak usia itu, janin
telah ditiupkan ruh. Jika janin berumur kurang dari 4 bulan maka tidak ada
kewajiban untuk memandikan dan dan tidak pula menyolatinya. Cukup dibungkus
dengan baik kemudian langsung dikuburkan. Hukum menyalati jenazah adalah
fardu kifayah bagi orang-orang muslim/muslimat yang masih hidup. Sebagaimana
dijelaskan dalam sebuah hadits :

‫صههاًرحبراﻜصم‬ َ : ‫صللىَّ اا َعلَصيره َوَسههللَم ارَذا ااوترههيَّ ربَجنَههاًَزةة قَههاًَل‬


َ َّ‫صههظلو َعلههَى‬ َ َّ‫ع اكلناً اﺟلاصوعساً رعصنَد اللنبي‬
‫َعصن َسلََمرة صبرن الَصكَو ر‬
( ‫) رواه البخاًرى‬

70
Artinya : “ Dari Salamah bin al-Akwa pada suatu saat kami duduk-duduk dekat
Nabi SAW kala itu didatangkan jenazah,lalu beliau bersabda :
shalatkanlah teman kamu itu “. ( HR. Bukhari )
َ : ‫صللىَّ اا َعلَصيره َوَسللَم‬
( ‫صظلو َعلَىَّ َمصوَتاًاكصم ) رواه ابن مجه‬ َ ‫َقاًَل َراسصوال ار‬
Artinya : Rasulullah SAW bersabda : “ Shalatkanlah olehmu atas orang-orang yang
mati diantara kalian “. (HR. Ibnu Majjah )

a. Syarat – syarat menyalatkan jenazah.


 Suci dari hadas kecil dan besar, menutup aurat sabagaimana dalam syarat-
syarat shalat.
 Selepas jenazah dimandikan dan dikafani
 Letakan jenazah disebelah kiblat orang yang menyalatkan kecuali shalat
ghaib.
Adapun dalam menyalatkan jenazah laki-laki , bagi imam berdiri diarah kepala
jenazah dan bagi jenazah perempuan imam berdiri diarah tengah-tengah pusar
jenazah, makmum berdiri dibelakang imam,bershaf rapat dibuat menjadi tiga shaf.
Dan dalam shalat jenazah tidak ada ruku dan sujud. Sabda Rasul :
‫صللىَّ اا َعلَصيره َوَسههللَم يَقاههصوال َمههاً رمههصن َراﺟههةل امصﺴههلرةم يَامههصو ا‬
‫ت ﻓَيَقاههصوام َعلَههىَّ َﺟنَههاًَزةة‬ ‫َسرمصع ا‬: ‫ﺱ َقاًَل‬
َ ‫ت َراسصوال ار‬ ‫َعرن اصبرن َعلباً ر‬
( ‫اَصربَاعصوَن َراﺟلع لَ ياصشرراكصوَن رباًلر َﺷصيﺌاً ع ارلل َﺷفََعهاام اا ﻓرصيره ) رواه احمد ومﺴلم‬
Artinya : Dari Ibnu Abbas berkata : saya mendengar Rasulullah SAW bersabda : “
Tidak ada seseorang yang meninggal,lalu jenazahnya disahalatkan oleh
empat puluh orang yang tidak mensekutukan Allah dengan sesuatu,kecuali
Allah memberikan syafa’at kepada mereka dalam permohonan ampunan
baginya ( HR. Ahmad dan Muslim )
b. Rukun Shalat Jenazah
1. Empat kali takbir
2. Niat yang dibarengi dengan takbir pertama
Niat sholat jenazah laki-laki
ِّ‫ض اللتِّكصفاَصيتِّة صمألاملومماَ تِّ ت‬
ِّ‫ل صتصعاَصلى‬ ‫ت صفلر ص‬ ِّ‫صللىِّ صعصلىِّ صهصذااللصملي ت‬
‫ت اصلرصبصع صتلكتِّبصرا ت‬ ‫اا ص‬
Artinya :
Saya niat shalat atas mayit ini empat kali takbir fardhu kifayah karena menjadi
makmum karena Allah Ta’ala.

Niat sholat jenazah perempuan:


ِّ‫ض اللتِّكصفاَصيتِّة صمألاملومماَ تِّ ت‬
ِّ‫ل صتصعاَصلى‬ ‫ت صفلر ص‬
‫صللىِّ صعصلىِّ صهتِّذتِّه اللصمليصتتِّة اصلرصبصع صتلكتِّبصرا ت‬
‫اا ص‬
Artinya:
Saya niat shalat atas mayit perempuan ini empat kali takbir fardhu kifayah karena
menjadi makmum karena Allah Ta’ala.

Niat jenazah anak laki-laki:

71
Usolli ‘ala hadzal mayyiti tifli arba’atakhbirotin fardhu kifayatin
ma’muman/imaman lillahi ta’ala
Artinya:
Aku niat mengerjakan sholat atas mayat anak laki-laki ini 4x takbir fardu
kifayah sebagai ma’mun/imam karena ALLAH SWT

Niat jenazah anak perempuan:


Usolli ‘ala hadihil mayyitati tiflati arba’a takbirotin fardhu kifayati
ma’muman/imaman lillahi ta’ala
Artinya:
Aku niat mengerjakan sholat atas mayat anak perempuan ini 4x takbir fardu
kifayah sebagai ma’mun/imam karena ALLAH SWT

3. Berdiri bagi orang yang mampu


4. Membaca Al-Fatihah setelah takbir yang pertama
5. Membaca Shalawat atas nabi setelah takbir yang kedua
َ ‫صللصي‬
ً‫ت َعَلىَّ ارصبَرارهصيَم َعَلىَّ ارصبَرارهصيَم َوَباًررصك َعَلىَّ َسيلردَنا‬ َ ‫َاللنهالم‬
َ ً‫صلل َعَلىَّ َسيلردَناً امَﺤلمةد َوَعلَىَّ اَرل َسيلردَناً امَﺤلمةد َكَما‬
َ ‫امَﺤلمةد َوَعلَىَّ اَرل َسيلردَناً امَﺤلمةد َكَماً َباًَرصك‬
َ ‫ت َعلَههىَّ ارصبَرارهصيههَم َوَعلههَىَّ اَرل ارصبَرارهصيههَم ﻓرههىَّ الَعههاًلرَمصيَن ارنلهه‬
‫ك َحرمصيههدد َمرجصيههدد‬
( ‫) رواه مﺴلم‬
Artinya : Ya Allah limpahkanlah rahmat atas Nabi Muhammad SAW dan
kepada keluarga Nabi Muhammad SAW, seperti engkau telah
memberikan rahmat kepada Nabi Ibrohim dan kepada keluarga Nabi
Ibrahim,dan curahkanlah keberkahan kepada Nabi Muhammad dan
kepada keluarga Nabi Muhammad seperti engkau mencurahkan
berkah kepada Nabi ibrahim dan keluarga Nabi Ibrahim pada alam
semesta.Sesungguhnya Engkau Maha terpuji lagi Maha Mulia ( HR.
Muslim )
6. Membaca do’a untuk jenazah sesudah takbir ketiga dan keempat
a. Do’a pada takbir ke tiga :
‫ج َوصالبََررد َونَقلره‬
‫ﻒ َعصنها َواَصكررصم ناازلَها َوَولسصع َمصدَخلَها َواصغرﺴصلها برصاًلَماًرء َوالثلصل ر‬
‫َاللنهالم اصغفرصر لَها َواصرَحصمها َوَعاًﻓرره َواصع ا‬
‫س َواصبهردصلها َداعرا َخصيهعرا رمهصن َداررره َواَصهلع َخصيهعرا رمهصن اَصهرلهره‬ ‫ب صالَصبَيه ا‬
‫ض رمهَن الهلدنَ ر‬ ‫ق اللثهصو ا‬ َ ‫رمَن صالَخ‬
‫طاًَياً َكَماً ياَنه ل‬
( ‫ب اللناًرر ) رواه مﺴلم‬ َ ‫َواَصدرخصلها صالَجنلةَ َوقرره ﻓرصتنَةَ صالقَصبرر َوَعَﺬا‬
Artinya : “Ya Allah ampunilah dia dan rahmatilah dia, sejahterakan dia
dan maafkanlah dia, muliakanlah pelayanannya ,lapangkanlah
tempat masuknya, siramlah dengan air, salju dan embun, dan
sucikanlah dia segala kesalahannya, sebagaimana disucikan
kain putih dari kotoran, dan gantikanlah rumahnya dengan yang
lebih baikdari rumahnya dan keluarga yang lebih baik dari
keluarganya”. (HR. Muslim )
72
Apabila mayatnya anak-anak maka pada takbir ketiga membaca do’a :
‫َاللنهالم اصﺟَعصلها لََناً َسلَعفاً َوﻓََر ع‬
( َّ‫طاً َواَصﺟعرا ) رواه البيهقى‬
Artinya : “Ya Allah ia bagi kami sebagai titipan,pendahuluan dan
ganjaran”. ( H.R. Baihaqi )
b. Do’a pada takbir keempat :
‫ َاللنهاههلم اصغفرههصر‬: ‫صللىَّ َعلَههىَّ َﺟنَههاًَزةة يَقاههصوال‬ َ ‫صللىَّ اا َعلَصيره َوَسللَم ارَذا‬ َ ‫ َكاًَن َراسصوال ار‬: ‫َعصن اَربىَّ هاَرصيَرةَ َقاًَل‬
َّ‫صرغصيررَناً َوَكبرصيررنَههاً َوَذَكررنَههاً َوااصنَثاًنَههاً َاللنهاههلم َمههصن اَصحيَصيتَههها رمنلههاً ﻓَههاً َصحيرصيره َعلَههى‬
َ ‫لرَﺤيلَناً َوَميلترَناً َوَﺷاًرهردَناً َوَغاًئربرَناً َو‬
‫صارلصسههلَرم َوَمههصن تَههَوﻓلصيتَها رمنلههاً ﻓَتَههَوﻓلها َعلَههىَّ صارلصيَمههاًرن َاللنهاههلم لَتَصﺤررصمنَههاً اَصﺟههَرها َولَتَصفترنَههاً بَصعههَدها ) رواه مﺴههلم‬
( ‫والربعه‬
Artinya : “ Dari Abi Hurairoh berkata : “ Biasanya Rasulullah SAW
apabila menyalatkan jenazah,maka beliau mengucapkan do’a :
“Ya Allah ampunilah orang yang hidup,dan yang mati diantara
kami,ampunilah yang menyaksikan dan yang ghaib diantara
kami,yang kecil dan yang besar diantara kami,yang perempuan
dan laki-laki diantara kami,maka hidupkanlah dia dalam agama
islam,dan barangsiapa yang engkau matikan dalam keadaan
beriman, ya Allah janganlah engkau biarkan kami sesa
sesudahnya”. (H.R. Muslim dan Arba’ah )
Dalam berdoa harus khusu’ dan ikhlaskan do’a mu untuk mayat. Sabda
Rasulullah SAW :
‫صللصيتاصم َعَلىَّ صالَميل ر‬
‫ت َﻓاًصخلر ا‬
‫صوا لَها الههظدَعاًَء‬ َ ‫ ارَذا‬: ‫صللىَّ اا َعلَصيره َوَسللَم‬
َ ‫ َقاًَل َراسصوال ار‬:‫َعصن اَربىَّ هاَرصيَرةَ َقاًَل‬
( ‫) رواه داود وابن ماًﺟه‬
Artinya : Dari Abi Hurairoh berkata : “ Rasulullah bersabda : “ Jika kamu
menyalatkan mayat maka ikhlakan do’amu baginya”. ( H.R. Daud
dan Ibnu Majjah )
7. Membaca salam setelah takbir keempat

Sunah-sunah Salat Jenazah :


1. Mengangkat tangan ketika mengucapkan emapt takbir.
2. Israr yaitu merendahkan suara bacaan salat
3. Membaca Ta’awuz

Beberapa Hal tentang Salat Jenazah :


Shalat jenazah dapat dilaksanakan satu kali untuk tiap mayat atau dengan satu
kali shalat untuk mayat jumlah banyak. Dalam hal ini lebih utama bila

73
dilaksanakan jadi satu, sehingga pemakaman dapat segera dilaksanakan. (Al
Majmu’: V/225-226).
Jika jenazahnya benyak terdiri dari laki-laki dan wanita, maka cara
menyalatkannya boleh sekaligus. Dengan ketentuan jenazah laki-laki diletakkan
lebih dekat dengan yang mensalatkan (imam), sedangkan jenazah wanitanya lebih
dekat ke kiblat. Salat jenazah dikerjakan sesuai dengan urutannya, sebagaimana
tercantum dalam rukun salat.
Salat jenazah gaib adalah salat jenazah yang jenazahnya tidak ada ditempat
salat. Tata caranya sama dengan kalau jenazahnya ada ditempat.
Menyalatkan jenazah diatas kuburnya. Hukumnya boleh, sabda Rasulullah
SAW: Artinya; Nabi SAW sampai kesebuah kubur yang masih basah, kemudian
beliau mensalatkannya dan mereka (para sahabat) berbaris dibelakang beliau dan
bertakbir emapt kali. (HR. Bukhari dan Muslim)
Rasulullah enggan menyolati jenazah yang masih memiliki hutang:
Dari Salamah bin Al Akwa’ radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata: Kami duduk di sisi
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu didatangkanlah satu jenazah. Lalu beliau
bertanya, “Apakah dia memiliki hutang?” Mereka (para sahabat) menjawab,
“Tidak ada.” Lalu beliau mengatakan, “Apakah dia meninggalkan sesuatu?” Lantas
mereka (para sahabat) menjawab, “Tidak.” Lalu beliau shallallahu ‘alaihi wa
sallam menyolati jenazah tersebut.
Kemudian didatangkanlah jenazah lainnya. Lalu para sahabat berkata,
“Wahai Rasulullah shalatkanlah dia!” Lalu beliau bertanya, “Apakah dia
memiliki hutang?” Mereka (para sahabat) menjawab, “Iya.” Lalu beliau
mengatakan, “Apakah dia meninggalkan sesuatu?” Lantas mereka (para sahabat)
menjawab, “Ada, sebanyak 3 dinar.” Lalu beliau mensholati jenazah tersebut.
Kemudian didatangkan lagi jenazah ketiga, lalu para sahabat berkata,
“Shalatkanlah dia!” Beliau bertanya, “Apakah dia meningalkan sesuatu?” Mereka
(para sahabat) menjawab, “Tidak ada.” Lalu beliau bertanya, “Apakah dia
memiliki hutang?” Mereka menjawab, “Ada tiga dinar.” Beliau berkata,
“Shalatkanlah sahabat kalian ini.” Lantas Abu Qotadah berkata, “Wahai
Rasulullah, shalatkanlah dia. Biar aku saja yang menanggung
hutangnya.”Kemudian beliau pun menyolatinya.” (HR. Bukhari no. 2289)

4. Menguburkan

74
Jenazah dikubur didalam lubang sekurang-kurangnya 150 cm,tidak tercium bau
busuknya dan tidak dapat digali binatang buas,disunatkan memakai lubang lahad
kemudian ditutup dengan papan.
Hikmah mengubur mayat :
a. Menjaga kehormatan mayat yang merupakan tempat kembali pada asal
kejadiannya.
b. Menjaga kesehatan orang-orang yang ada disekitar tempat itu.
a. Tatacara Menguburkan
1. Masukan jenazah dari arah kakinya
2. Bagi jenazah perempuan ketika menguburkannya ditirai dengan kain
3. Yang memasukan jenazah perempuan kedalam kubur hendaklah muhrimnya
4. Letakan jenazah dilahad dalam posisi miring kekanan dan mukanya
menghadap kiblat.Rapatkan dan sandarkan gumpalan tanah dibelakangnya
agar tidak bergeser-geser.
5. Ketika meletakan jenazah keliang lahad bacalah :
‫برصﺴرم ار َعَلىَّ رمللرة َراسصورل ر‬
( ‫ا ) رواه الترمﺬى وابو داود‬
Artinya : “ Dengan menyebutkan nama Allah dan atas agama Rasulullah”.
(H.R. Turmudzi dan Abu Daud )
6. Lepaskan ikatan kain kafan yang berada dibagian kepala dan kaki,dianjurkan
sebelum menimbun terlebih dahulu memasukan tanah tiga genggam dari arah
kepala jenazah
7. Tinggikan sedikit kuburan dari bumi sebagai tanda.Juga boleh memberi tanda
dengan batu.
b. Hal-hal yang disunatkan dalam mengubur jenazah
1. Ketika memasukan mayat kekubur,sunat menutup diatasnya dengan kain jika
mayat itu perempuan
2. Tanah kubur sunat ditinggikan dengan tanah biasanya seukuran sejengkal
agar diketahui
3. Menandai kubur dengan batu atau sebagainya disebelah kepala jenazah
4. Menaruh kerikil diatas kubur, Sebagaimana sabda Nabi SAW :
‫صههَباًَء َعلَههىَّ قَصبههَر اصبنرصيههره ارصبَرارهصيههَم‬ َ ‫صههللىَّ ااهه َعلَصيههره َوَسههللَم َو‬
‫ضههَع َح ص‬ َ َّ‫َعصن َﺟصعفَرر صبرن امَﺤلمةد َعصن اَبرصيره اَلن الرلنبي‬
( َّ‫) رواه الشاًﻓعى‬
Artinya : Dari Ja’far bin Muhammad dari bapaknya sesungguhnya Nabi
Muhammad SAW meletakan batu-batu kecil diatas kuburan anak
beliau ibrahim. “. (H.R. Asyafi’i )
5. Menaruh pelapah basah diatas kubur
6. Menyiram kubur dengan air , Sebagaimana sabda Nabi SAW :
‫صهللىَّ ااهه َعلَصيهره َوَسهللَم َرلﺷهىَّ َعَلهىَّ قَصبههَر اصبنرصيهره ارصبَرارهصيهَم ) رواه‬
َ َّ‫َعصن َﺟصعفَرر صبرن امَﺤلمةد َعصن اَبرصيهره اَلن الرلنهبي‬
( َّ‫الشاًﻓعى‬

75
Artinya : Dari Ja’far bin Muhammad dari bapaknya sesungguhnya Nabi
Muhammad SAW menyiram kuburan anak beliau ibrahim. “.
(H.R. Asyafi’i )
7. Setelah selesai menguburkan disunatkan bagi yang mengantarkannya berhenti
sebentar mendo’akan dan meminta ampun kepada Allah untuk mayat.

B. HAL-HAL YANG WAJIB DISELESAIKAN ATAS JENAZAH


1. Mendahulukan biaya-biaya perawatan daripada hutang-hutangnya
2. Mendahulukan pelunasan hutang-hutangnya daripada pelaksanaan wasiat
3. Mendahulukan pelaksanaan wasiat daripada memusakakan harta
peninggalannya kepada ahli waris

Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “Dari Abu Hurairah r.a, Rasulullah SAW
bersabda, ‘Barangsiapa yang (takziah) hingga disalatkan, maka dia mendapat pahala
satu qirat, dan barang siapa yang menghadirinya sampai dikuburkan, maka baginya
mendapat pahala dua qirat.’ Ketika Rasulullah SAW ditanya sahabat apakah dua qirat
itu? Beliau manjawab, ‘Laksana dua bukit besar.’” (HR. Bukhari dan Muslim)

76
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan :
1. Hukum merawat jenazah adalah fardu kifayah.
2. Kewajiban umat muslim kepada jenazah yaitu memandikan, mengkafani,
menyalatkan, dan menguburkannya.

77
DAFTAR PUSTAKA

http://idremajaislam.blogspot.co.id/2013/10/gambar-lengkap-panduan-tata-cara-
mengurus-jenazah-sholat-jenazah-dan-pemakaman-jenazah-terlengkap.html

https://fadhlihsan.wordpress.com/2011/08/01/tata-cara-pengurusan-jenazah-disertai-
gambar/

http://coretanpenapribadi.blogspot.co.id/2013/03/makalah-pelaksanaan-tata-cara-
perawatan.html

http://anwaramsyahastro.blogspot.co.id/2009/09/hukum-hukum-tentang-mengurus-
jenazah.html

http://widyalestari07.blogspot.co.id/2014/02/perawatan-jenazah.html

https://www.google.com/search?
q=MENGKAFANI+JENAZAH+WANITA&client=firefox-beta&rls=org.mozilla:en-
US:official&channel=sb&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwimr5WDre
jOAhUGMI8KHUK7B3EQ_AUICCgB&biw=1366&bih=631#channel=sb&tbm=isch
&q=KAIN+JENAZAH+WANITA&imgrc=usBd_S3tmRdSxM%3A

https://www.google.com/search?
q=MENGKAFANI+JENAZAH+WANITA&client=firefox-beta&rls=org.mozilla:en-
US:official&channel=sb&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwimr5WDre
jOAhUGMI8KHUK7B3EQ_AUICCgB&biw=1366&bih=631#channel=sb&tbm=isch
&q=KAIN+JENAZAH+WANITA&imgrc=BAoyBa3hKNuyNM%3A

http://dakwah-2012.blogspot.co.id/2012/01/cara-mengkafani-jenazah-sesuai-
sunnah.html

http://mohammadarsin.blogspot.co.id/2013/02/pengurusan-jenazah

78
MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
“PUASA”

Oleh

Kelompok 8 :

1. Linda Ramadhanti (P1337434116047)


2. Fina uswatun Khasanah (P1337434116053)
3. Yesica Putri Oktavianti (P1337434116064)
4. M. Yunus (P1337434116089)
5. Hamsiah (P1337434116090)

Tingkat 1 / Reguler B

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

JURUSAN D3 TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK

TAHUN 2016

79
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah hirobbil’alamin, rasa syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT


yang telah memberikan kekuatan, ketabahan, dan ilmu yang bermanfaat kepada kami
sehingga dapat menyusun sebuah makalah untuk memenuhi tugas pendidikan agama
islam tentang puasa.

Dalam kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu menyusun dan menyelesaikan makalah ini, terutama pada
dosen dan teman-teman.

Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Kepada kaum
cendekiawan dimohonkan tegur sapa apabila menemukan kejanggalan dalam makalah
ini, untuk dijadikan pegangan dan upaya peningkatan selanjutnya agar menjadi lebih
baik lagi.

Akhirnya, penulis berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak
yang sempat membaca makalah ini pada umumnya dan bagi kami sendiri khususnya.

Semarang, November 2016

Penulis

80
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seperti yang kita ketahui agama islam mempunyai lima rukun islam yang
salah satunya ialah puasa, yang mana puasa termasuk rukun islam yang keempat.
Karena puasa itu termasuk rukun islam jadi, semua umat islam wajib
melaksanakannya
Puasa adalah menahan diri dari hal-hal yang membatalkannya dengan disertai niat
berpuasa. Sebagian ulama mendefinisikan, puasa adalah menahan nafsu dua
anggota badan, perut dan alat kelamin sehari penuh, Sejak terbitnya fajar kedua
sampai terbenamnya matahari dengan berdasarkan niat. Puasa merupakan dasar
praktis dan teoritis bagi sisi pengendalian diri untuk menjalankan perintah Allah.
Allah SWT menetapkan kunci masuk surga terletak dalam masalah
mengendalikan diri. Selain mengendalikan diri dari syahwat-syahwat yang
diharamkan dan dorongan-dorongan terlarangnya, mengendalikan diri juga untuk
menetapi akhlak yang agung dan baik.
Puasa merupakan amalan-amalan ibadah yang tidak hanya oleh umat sekarang
tetapi juga dijalankan pada masa umat-umat terdahulu.bagi orang yang beriman
ibadah puasa merupakan salah satu sarana penting untuk mencapai takwa, dan
salah satu sebab untuk mendapatkan ampunan dosa-dosa, pelipatgandaan pahala
kebaikan,dan pengangkatan derajat. Allah telah menjadikan ibadah puasa khusus
untuk diri-Nya diantara amal-amal ibadah lainnya. Puasa difungsikan sebagai
benteng yang kukuh yang dapat menjaga manusia dari bujuk rayu setan. Allah
memerintahkan puasa bukan tanpa sebab. Karena segala sesuatu yang diciptakan
tidaka ada yang sia-sia dan segala sesuatu yang diperintahkan-Nya pasti demi
kebaikan hambanya. Kalau kita mengamati lebih lanjut ibadah puasa mempunyai
manfaat yang sangat besar karena puasa tidak hanya bermanfaat dari segi rohani
tetapi juga dalam segi lahiri. Barang siapa yang melakukannya dengan ikhlas dan
sesuai dengan aturan maka akan diberi ganjaran yang besar oleh allah.
Adapun macam-macam puasa ditinjau dari hukumnya, puasa bisa
diklasifikasikan menjadi puasa wajib, puasa sunah,puasa makruh,puasa haram.
Untuk melaksanakan puasa baik puasa wajib ataupun sunnah mempunyai syarat
-syarat dan juga rukunnnya. Puasa wajib merupakan puasa yang harus
dilaksanakan oleh seluruh umat islam di dunia. Sebagaimana kita ketahui bahwa
puasa yang dihukumi wajib adalah merupakan suatu keharusan yang harus
dilakukan dan apabila puasa wajib ditinggalkan atau tidak dilaksanakan maka
akan mendapat dosa.Sedangkan,Puasa sunnah adalah amalan yang dapat
melengkapi kekurangan amalan wajib. Selain itu pula puasa sunnah dapat
meningkatkan derajat seseorang menjadi wali Allah yang terdepan (as saabiqun al
muqorrobun). Lewat amalan sunnah inilah seseorang akan mudah mendapatkan
cinta Allah.
Diwajibkannya puasa atas umat Islam mempunyai hikmah yang dalam yakni
merealisasikan ketaqwaan kepada Allah SWT. Puasa mempunyai banyak faedah
81
bagi rohani dan jasmani kita. Ibadah puasa juga banyak mengandung aspek sosial,
karena lewat ibadah ini kaum muslimin ikut merasakan penderitaan orang lain
yang tidak dapat memenuhi kebutuhan pangannya seperti yang lain. Ibadah puasa
juga menunjukkan bahwa orang-orang beriman sangat patuh kepada Allah karena
mereka mampu menahan makan atau minum dan hal-hal yang membatalkan
puasa.
1.2. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian puasa?

2. Apa macam-macam puasa dan keutamaannya?

3. Apa syarat dan rukun puasa?

4. Apa saja yang membatalkan puasa?

5. Apa saja sunat-sunat dalam berpuasa?

6.Kapan waktu yang diharamkan untuk berpuasa ?

7.Apa saja manfaat puasa bagi kesehatan tubuh ?

1.3 Tujuan Penulisan

Makalah ini disusun untuk memberikan pedoman bagi kita umat islam dalam
menjalankan ibadah khususnya ibadah puasa.

82
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Puasa

1. Pengertian Puasa secara etimologi

Puasa dari segi bahasa berarti menahan (imsak) dan mencegah (kalf) dari
sesuatu, dengan kata lain yang sifatnya menahan dan mencegah dalam bentuk
apapun termasuk didalamnya tidak makan dan tidak minum dengan sengaja
(terutama yang beretalian dengan agama).

Arti puasa dalam bahasa Arab disebut Shiyam atau Shaum secara bahasa
berarti ’menahan diri’(berpantang) dari suatu perbuatan.

2. Pengertian puasa secara terminologi

Puasa artinya menahan dan mencegah diri dari hal-hal yang mubah yaitu
berupa makan dan berhubungan dengan suami istri,dalam rangka Taqarub
ilallahi (mendekatkan diri pada Allah swt,). Dalam hukum Islam puasa berarti
menahan, berpantang, atau mengendalikan diri dari makan, minum, seks, dan hal-
hal lain yang membatalkan diri dari terbit fajar (waktu subuh) hingga terbenam
matahari (waktu maghrib).

Pengertian As-Shaum (puasa) menurut bahasa adalah menahan diri dari


sesuatu. Sedangkan menurut istilah agama (syara’) adalah menahan diri dari
segala sesuatu yang membatalkan puasa, mulai dari terbit fajar sampai
terbenamnya matahari dengan niat dan syarat-syarat tertentu.

Allah SWT berfirman:

‫ب َعَلىَّ اللرﺬيَن رمصن قَصبلراﻜصم لََعللاﻜصم تَتلاقوَن‬


َ ‫صَياًام َكَماً اكتر‬ َ ‫َياً ﺃَظيَهاً اللرﺬيَن آَمانوا اكتر‬
‫ب َعلَصياﻜصم ال ل‬

“Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa


sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian
menjadi orang-orang yang bertaqwa”. (Al-Baqarah:183)

Hadits

‫قاًل رسول ا‬:‫ عن ﺃنس بن ماًلك قاًل‬e :" ‫ض َعَلىَّ َساًئررر‬ َ ‫صصوَم ثَلَثرصيَن يَصوماً ع واصﻓتََر‬‫ض اا َعَلىَّ ﺃالمرتيَّ ال ل‬َ ‫ارصﻓتََر‬
َ ‫ع‬ ‫ص‬ َ َ
َ ً‫ك للن آَدَم لَلماً ﺃَكَل رمَن اللشصجَررة بَقرَيَّ ﻓرصيَّ َﺟصوﻓرره رمقَداَر ثَلَثرصيَن يَصوماً ﻓَلَلماً َتا‬
‫ب اا َعلَصيره ﺃَمَرها‬ َ ‫الاَمرم ﺃَقَلل َوﺃصكثََر َوذلر‬
َ
83
‫يَّ َوَعَلىَّ ﺃالمترصيَّ رباًلنلَهاًرر َوَماً نَأَصاكال رباًلللصيرل ﻓَفَ ص‬
."‫ضال رمَن ار َعلز َوَﺟلل‬ َ ‫ٍ َواصﻓتََر‬، ‫صَياًرم ثَلَثرصيَن يَصوماً ع برلََياًلرصيرهلن‬
‫ض عل ل‬ ‫بر ر‬
(‫ﻒ‬‫ضرعصي د‬
َ ‫ث‬ ‫)َحردصي د‬

- Dari Anas bin Malik berkata : Rosulullah Shollallahu 'Alaihi Wa Sallam


bersabda : Allah mewajibkan puasa atas umatku selama tiga puluh hari dan
meewajibkan atas umat-umat yang lain lebih sedikit atau lebih banyak. Hal
tersebut disebabkan karena ketika Adam memakan bagian dari pohon
(syajroh) di dalam perutnya selama tiga puluh hari. Maka ketika Allah
menerima taubatnya Allah memerintahkannya utk berpuasa selama tiga
puluhhari termasuk pada malam harinya. Dan diwajibkan atasku dan umatku
(utk berpuasa) pada siangnya saja dan kita makan dimalam harinya sebagai
keutamaan dari Allah Azza wa Jalla.(Di keluarkan oleh Al Khothib dalam
“Tarikh Baghdad” no: 6991)

2.2 Macam-macam Puasa

1. Puasa Wajib

Puasa wajib adalah puasa yang harus dijalankan oleh umat Islam sesuai
dengan ketentuan yang berlaku. Puasa wajib artinya puasa yang dikerjakan
mendapat pahala, jika tidak dikerjakan mendapat dosa.

Adapun macam-macam puasa wajib adalah :

a.Puasa Ramadhan

 Definisi

Puasa ramadhan ialah puasa yang dilaksanakan pada bulan ramadhan.


Hukum melaksanakan puasa ramadhan adalah wajib bagi setiap orang yang
telah memenuhi syarat wajibnya.

 Dalil

Allah ta’ala berfirman,

‫ب َعَلىَّ اللرﺬيَن رمصن قَصبلراﻜصم لََعللاﻜصم تَتلاقوَن‬


َ ‫صَياًام َكَماً اكتر‬ َ ‫َياً ﺃَظيَهاً اللرﺬيَن آَمانوا اكتر‬
‫ب َعلَصياﻜام ال ل‬

“Hai orang-orang yang beriman, telah diwajibkan kepada kalian untuk


berpuasa, sebagaimana telah diwajibkan kepada orang-orang sebelum kalian
agar kalian bertakwa.” (QS. Al-Baqarah [2] : 183).
84
Ibnu Utsaimin rahimahullah mengatakan, “Puasa Ramadhan merupakan
salah satu rukun Islam. Inilah kedudukannya (yang mulia) di dalam agama
Islam. Hukumnya adalah wajib berdasarkan ijma’/kesepakatan kaum muslimin
karena Al-Kitab dan As-Sunnah menunjukkan demikian.” (Syarh Riyadhush
Shalihin, 3/380).

 Keutamaan
- Terdapat Malam yang Penuh Kemuliaan dan Keberkahan

Pada bulan Ramadhan terdapat suatu malam yang lebih baik dari seribu
bulan yaitu lailatul qadar (malam kemuliaan). Pada malam inilah -yaitu 10 hari
terakhir di bulan Ramadhan- saat diturunkannya Al Qur’anul Karim.

Allah ta’ala berfirman,

‫ك َماً لَصيلَةا اصلقَصدرر – لَصيلَةا اصلقَصدرر َخصيدر رمصن ﺃَصل ر‬


‫ﻒ َﺷصهةر‬ َ ‫ﺇرلناً ﺃَصنَزصلَناًها رﻓيَّ لَصيلَرة اصلقَصدرر – َوَماً ﺃَصدَرا‬

“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada lailatul qadar


(malam kemuliaan). Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam
kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.” (QS. Al Qadr [97] : 1-3)

Dan Allah ta’ala juga berfirman,

‫ﺇرلناً ﺃَصنَزصلَناًها رﻓيَّ لَصيلَةة امَباًَرَكةة ﺇرلناً اكلناً امصنرﺬرريَن‬

“Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan


sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan.” (QS. Ad Dukhan [44] : 3)

Ibnu Abbas, Qotadah dan Mujahid mengatakan bahwa malam yang diberkahi
tersebut adalah malam lailatul qadar. (Lihat Ruhul Ma’ani, 18/423,
Syihabuddin Al Alusi)

85
- Bulan Ramadhan adalah Salah Satu Waktu Dikabulkannya Doa

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

َ ‫ﺇرلن رنلر رﻓىَّ اكلل يَصوةم رعصتَقاًَء رمَن اللناًرر رﻓىَّ َﺷصهرر َرَم‬
‫َوﺇرلن لراﻜلل امصﺴلرةم َدصعَوةع يَصداعصو برَهاً ﻓَيَصﺴتَرجصي ا‬, ‫ضاًَن‬
‫ب لَها‬

“Sesungguhnya Allah membebaskan beberapa orang dari api neraka pada


setiap hari di bulan Ramadhan,dan setiap muslim apabila dia memanjatkan
do’a maka pasti dikabulkan.” (HR. Al Bazaar sebagaimana dalam Mujma’ul
Zawaid dan Al Haytsami mengatakan periwayatnya tsiqoh/terpercaya. Lihat
Jami’ul Ahadits, Imam Suyuthi)

b.Puasa kifarat

Puasa kifarat yaitu puasa sebagai denda terhadap orang yang bersetubuh
pada saat berpuasa (pada siang hari ) bulan ramadhan.

Dalam syariat Islam puasa kifarat hukumnya wajib bila :

1. Puasa kifarat karena membunuh seorang muslim tanpa disengaja.

Kesalahan tersebut mewajibkan pelaksanaan salah satu dari dua denda, yaitu
diyat atau kifarat. Kifarat untuk itu ada dua macam yaitu:

1. Memerdekan hamba beriman yang tidak ada cela pada dirinya yang
menghambat kerja atau usaha.
2. Puasa 2 (dua) bulan berturut-turut.

2. Puasa kifarat karena seorang melakukan hubungan suami istri selama


puasa ,maka :

1. Wajib membayar kifarat, ialah memerdekakan seorang hamba atau jika ia


tidak mampu,

2. Berpuasa 2 bulan berturut-turut. Jika ia tidak kuat berpuasa, maka ia


terkena hokum wajib member makanan untuk orang-orang miskin
sebanyak 60 orang masing-masing 1 mud.

86
Adapun denda (kifarat) bagi yang bersetubuh di siang hari bulan ramadhan
yaitu :

a) puasa dua bulan berturut-turut, atau

b) memerdekakan seorang budak muslim, atau

c) memberi makan orang miskin sebanyak 60 (enam puluh) orang.

c. Puasa Nazar

Puasa nazar ialah puasa yang dilakukan karena pernah berjanji untuk
berpuasa jika keinginannya tercapai. Misalnya seorang siswa bernazar: “jika
saya mendapat rangking pertama maka saya akan puasa dua hari”. Jika
keinginannya tersebut tercapai maka puasa yang telah dijanjikan
(dinazarkannya) harus (wajib) dilaksanakan. Hukum nazar sendiri adalah
mubah tetapi pelaksanaan nazarnya jika hal yang baik wajib dilaksanakan,
tetapi jika nazarnya jelak tidak boleh dilaksanakan, misalnya jika tercapai
keinginannya tadi akan memukul temannya maka memukul temannya tidak
boleh dilaksanakan.

2. Puasa Sunah

Puasa sunah adalah puasa yang boleh dikerjakan dan boleh tidak, puasa
sunah sering disebut dengan puasa Tathawu’ artinya apabila dilakukan
mendapat pahala dan apabila tidak dilakukan tidak berdosa. Ada beberapa
macam puasa sunah yang waktu pelaksanaannya berbeda-beda, antara lain;

a.Puasa 6 hari dibulan Syawal

 Definisi

Puasa yang dilaksanakan sesudah hari raya Idul Fitri sebanyak 6 hari

 Dalil

‫ضاًَن ثالم ﺃَصتبََعها رسعنتاً رمصن َﺷلواةل َكاًَن َك ر‬


ََ‫صَياًرم اللدصهرر‬ َ ‫صن‬
َ ‫صاًَم َرَم‬

“Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan kemudian berpuasa enam hari di bulan


Syawal, maka dia seperti berpuasa setahun penuh.” (HR. Muslim no. 1164)

Dari Abu Ayyub radhiyallahu anhu:


“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Siapa yang berpuasa
Ramadhan dan melanjutkannya dengan 6 hari pada Syawal, maka itulah puasa
87
seumur hidup’.” [Riwayat Muslim 1984, Ahmad 5/417, Abu Dawud 2433, At-
Tirmidzi 1164]

Imam Ahmad dan An-Nasa'i, meriwayatkan dari Tsauban, Nabi shallallahu


'alaihi wasalllam bersabda:

"Puasa Ramadhan (ganjarannya) sebanding dengan (puasa) sepuluh bulan,


sedangkan puasa enam hari (di bulan Syawal, pahalanya) sebanding dengan
(puasa) dua bulan, maka itulah bagaikan berpuasa selama setahun penuh."
( Hadits riwayat Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban dalam "Shahih" mereka.)

Dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam


bersabda:

"Barangsiapa berpuasa Ramadham lantas disambung dengan enam hari di


bulan Syawal, maka ia bagaikan telah berpuasa selama setahun. " (HR. Al-
Bazzar) (Al Mundziri berkata: "Salah satu sanad yang befiau miliki adalah
shahih.")

 Keutamaan

Pahala puasa Ramadhan yang dilanjutkan dengan puasa enam hari di bulan
Syawal menyamai pahala puasa satu tahun penuh, karena setiap hasanah
(tebaikan) diganjar sepuluh kali lipatnya, sebagaimana telah disinggung dalam
hadits Tsauban di muka.

Membiasakan puasa setelah Ramadhan memiliki banyak manfaat, di antaranya


:

1. Puasa enam hari di buian Syawal setelah Ramadhan, merupakan


pelengkap dan penyempurna pahala dari puasa setahun penuh.

2. Puasa Syawal dan Sya'ban bagaikan shalat sunnah rawatib, berfungsi


sebagai penyempurna dari kekurangan, karena pada hari Kiamat nanti
perbuatan-perbuatan fardhu akan disempurnakan (dilengkapi) dengan
perbuatan-perbuatan sunnah. Sebagaimana keterangan yang datang dari
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam di berbagai riwayat. Mayoritas puasa

88
fardhu yang dilakukan kaum muslimin memiliki kekurangan dan ketidak
sempurnaan, maka hal itu membutuhkan sesuatu yang menutupi dan
menyempurnakannya.

3. Membiasakan puasa setelah Ramadhan menandakan diterimanya puasa


Ramadhan, karena apabila Allah Ta'ala menerima amal seorang hamba,
pasti Dia menolongnya dalam meningkatkan perbuatan baik setelahnya.
Sebagian orang bijak mengatakan: "Pahala'amal kebaikan adalah
kebaikan yang ada sesudahnya." Oleh karena itu barangsiapa
mengerjakan kebaikan kemudian melanjutkannya dengan kebaikan lain,
maka hal itu merupakan tanda atas terkabulnya amal pertama.

Hal-hal yang berkaitan dengannya adalah:


1. Tidak harus dilaksanakan berurutan.
“Hari-hari ini (berpuasa syawal-) tidak harus dilakukan langsung setelah
ramadhan. Boleh melakukannya satu hari atau lebih setelah ‘Id, dan mereka
boleh menjalankannya secara berurutan atau terpisah selama bulan Syawal,
apapun yang lebih mudah bagi seseorang. … dan ini (hukumnya-) tidaklah
wajib, melainkan sunnah.”
2. Tidak boleh dilakukan jika masih tertinggal dalam Ramadhan
“Jika seseorang tertinggal beberapa hari dalam Ramadhan, dia harus berpuasa
terlebih dahulu, lalu baru boleh melanjutkannya dengan 6 hari puasa Syawal,
karena dia tidak bisa melanjutkan puasa Ramadhan dengan 6 hari puasa
Syawal, kecuali dia telah menyempurnakan Ramadhan-nya terlebih dahulu.”
[Fataawa Al-Lajnah Ad-Daa'imah lil Buhuuts wal Ifta', 10/392]

“Barangsiapa berpuasa Ramadhan lalu mengikutinya dengan enam hari


Syawal maka ia laksana mengerjakan puasa satu tahun.”

Jika seseorang punya kewajiban qadla puasa lalu berpuasa enam hari padahal
ia punya kewajiban qadla enam hari maka puasa syawalnya tak berpahala
kecuali telah mengqadla ramadlannya (Syaikh Muhammad bin Shalih al
Utsaimin)

89
Demikian pula sebaliknya, jika seseorang melakukan suatu kebaikan lalu
diikuti dengan yang buruk maka hal itu merupakan tanda tertolaknya amal
yang pertama.

4. Puasa Ramadhan -sebagaimana disebutkan di muka- dapat mendatangkan


maghfirah atas dosa-dosa masa lain. Orang yang berpuasa Ramadhan akan
mendapatkan pahalanya pada hari Raya'ldul Fitri yang merupakan hari
pembagian hadiah, maka membiasakan puasa setelah 'Idul Fitri merupakan
bentuk rasa syukur atas nikmat ini. Dan sungguh tak ada nikmat yang lebih
agung dari pengampunan dosa-dosa.

Oleh karena itu termasuk sebagian ungkapan rasa syukur seorang hamba atas
pertolongan dan ampunan yang telah dianugerahkan kepadanya adalah dengan
berpuasa setelah Ramadhan. Tetapi jika ia malah menggantinya dengan
perbuatan maksiat maka ia termasuk kelompok orang yang membalas
kenikmatan dengan kekufuran. Apabila ia berniat pada saat melakukan puasa
untuk kembali melakukan maksiat lagi, maka puasanya tidak akan terkabul, ia
bagaikan orang yang membangun sebuah bangunan megah lantas
menghancurkannya kembali. Allah Ta'ala berfirman:

"Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan


benangnya yang sudah dipintal dengan kuat menjadi cerai berai kembali "(An-
Nahl: 92)

5. Dan di antara manfaat puasa enam hari bulan Syawal adalah amal-amal
yang dikerjakan seorang hamba untuk mendekatkan diri kepada Tuhannya
pada bulan Ramadhan tidak terputus dengan berlalunya bulan mulia ini,
selama ia masih hidup.

Orang yang setelah Ramadhan berpuasa bagaikan orang yang cepat-cepat


kembali dari pelariannya, yakni orang yang baru lari dari peperangan fi
sabilillah lantas kembali lagi. Sebab tidak sedikit manusia yang berbahagia
dengan berlalunya Ramadhan sebab mereka merasa berat, jenuh dan lama
berpuasa Ramadhan.

Barangsiapa merasa demikian maka sulit baginya untuk bersegera kembali


melaksanakan puasa, padahal orang yang bersegera kembali melaksanakan
90
puasa setelah 'Idul Fitri merupakan bukti kecintaannya terhadap ibadah puasa,
ia tidak merasa bosam dan berat apalagi benci.

Seorang Ulama salaf ditanya tentang kaum yang bersungguh-sungguh dalam


ibadahnya pada bulan Ramadhan tetapi jika Ramadhan berlalu mereka tidak
bersungguh-sungguh lagi, beliau berkomentar:

"Seburuk-buruk kaum adalah yang tidak mengenal Allah secara benar kecuali
di bulan Ramadhan saja, padahal orang shalih adalah yang beribadah dengan
sungguh-sunggguh di sepanjang tahun."

Oleh karena itu sebaiknya orang yang memiliki hutang puasa Ramadhan
memulai membayarnya di bulan Syawal, karena hal itu mempercepat proses
pembebasan dirinya dari tanggungan hutangnya. Kemudian dilanjutkan
dengan enam hari puasa Syawal, dengan demikian ia telah melakukan puasa
Ramadhan dan mengikutinya dengan enam hari di bulan Syawal.

b.Puasa Senin Kamis

 Definisi

Puasa yang dilaksanakan pada hari senin dan kamis

 Dalil

َ ً‫ض َعَمرلىَّ َوﺃََنا‬


‫صاًئردم‬ ‫س ﻓَأَ ارح ظ‬
َ ‫ب ﺃَصن ياصعَر‬ ‫ض الَصعَماًال يَصوَم ارلصثنَصيرن َواصلَخرمي ر‬
‫تاصعَر ا‬

“Berbagai amalan dihadapkan (pada Allah) pada hari Senin dan Kamis, maka
aku suka jika amalanku dihadapkan sedangkan aku sedang berpuasa.” (HR.
Tirmidzi no. 747. Shahih dilihat dari jalur lainnya).

 Keutamaan

Amal perbuatan seorang hamba akan diaudit (diperiksa) setiap hari Senin dan
Kamis.
Karena itu, alangkah mulianya seorang hamba jika ketika datang hari audit
keadaannya tengah berpuasa. (HR. Tirmidzi)
Popularitas puasa senin kamis nyaris tak perlu dipertanyakan lagi.Inilah
sunnah nabi yg memungkinkan umatnya mendapat manfaat puasa setiap
91
minggu.Amalan ini mmg sangat baik.Beberapa hadist nabi menjelaskan
keutamannya.Abu Hurairah ra dg riwayat Ahmad menyebut bahwa nabi SAW
paling sering berpuasa senin kamis.Ketika hal itu ditanyakan sahabat beliau
menjawab,''Seluruh amal dibentangkan pada hari senin dan kamis.Ketika
itulah Alloh mengampunisetiap muslim atau mukmin kecuali yg melakukan
dosa secara terang2an.Alloh berkata ,''tundalah untuknya''.Dengan radaksi
yang mirip.sebuah hadist daari AISYAH ra. dan USAMAH menyebutkan
bahwa kesungguhan Nabi melaksanakan puasa senin-kamis dikatakan beliau
kaarena pada dua hari itulaah amal manusia dilaporkan kepada ALLOH
ROBBUL 'ALAMIN.''Dan aku suka pada saat amalku dilaporkan aku sdg
dalam keadaan berpuasa.''Ggaransi spiritual puasa senin kamis jg dpt dikaitkan
dg garannnsi yg diberikan kepada amalan lain.Sebagaimana Masyur
diketahui ,,lewat hadist shohih,pada hari kiamat kelak ,orang yang berpuasa
akan masuk syurga melalui pintu kusus yakni Rayyan.puasa jg menjadi
benteng yang tangguh untuk melindungi seseorang dari panasnya nerakayg
membara,demikian hadist riwayat Bukhari dan Muslim.Tak hanya itu,puasa jg
dapat menyucikan jiwa seseorang yang menjalankannya.Hadist riwayat Ibnu
Majah menyebut,''Segala sesuatu ada zakat pencucinya,sedangkan zakat jiwa
itu adalah dengan berpuasa.dan puasa itu separuh kesabaran.

c.Puasa Sya’ban

 Definisi

Dilaksanakan pada bulan kedelapan sebelum bulan Ramadhan.Terdapat suatu


amalan yang dapat dilakukan di bulan ini yaitu amalan puasa. Bahkan
Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri banyak berpuasa ketika bulan
Sya’ban dibanding bulan-bulan lainnya selain puasa wajib di bulan Ramadhan.

 Dalil

Terdapat suatu amalan yang dapat dilakukan di bulan ini yaitu amalan puasa.
Bahkan Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri banyak berpuasa ketika
bulan Sya’ban dibanding bulan-bulan lainnya selain puasa wajib di bulan
Ramadhan.

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau mengatakan,

92
ً‫ ﻓََما‬. ‫صوام‬ ‫ٍ َوياصفرطار َحلتىَّ نَاقوَل لَ يَ ا‬، ‫صوام َحلتىَّ نَاقوَل لَ ياصفرطار‬
‫ار – صلىَّ ا عليه وسلم – يَ ا‬ ‫َكاًَن َراسوال ل‬
َ َ
‫ٍ َوَماً َرﺃصيتاها ﺃصكثََر ر‬، ‫ضاًَن‬
‫صَياًعماً رمصنها‬ َ ‫صَياًَم َﺷصهةر ﺇرلل َرَم‬ ‫ل‬
‫ت َراسوَل ار – صلىَّ ا عليه وسلم – اصستَصﻜَمَل ر‬ ‫َرﺃَصي ا‬
‫رﻓىَّ َﺷصعَباًَن‬

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa, sampai kami katakan


bahwa beliau tidak berbuka. Beliau pun berbuka sampai kami katakan bahwa
beliau tidak berpuasa. Aku tidak pernah sama sekali melihat Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa secara sempurna sebulan penuh selain
pada bulan Ramadhan. Aku pun tidak pernah melihat beliau berpuasa yang
lebih banyak daripada berpuasa di bulan Sya’ban.” (HR. Bukhari no. 1969 dan
Muslim no. 1156)

‘Aisyah radhiyallahu ‘anha juga mengatakan,

‫ٍ ﻓَإَ رنلها َكاًَن يَ ا‬، ‫صوام َﺷصهعرا ﺃَصكثََر رمصن َﺷصعَباًَن‬


‫صوام َﺷصعَباًَن اكللها‬ ‫لَصم يَاﻜرن النلبرظىَّ – صلىَّ ا عليه وسلم – يَ ا‬

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak biasa berpuasa pada satu bulan yang
lebih banyak dari bulan Sya’ban. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa
berpuasa pada bulan Sya’ban seluruhnya.” (HR. Bukhari no. 1970 dan Muslim
no. 1156)

Dalam lafazh Muslim, ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha mengatakan,

‫صوام َﺷصعَباًَن اكللها َكاًَن يَ ا‬


‫صوام َﺷصعَباًَن ﺇرلل قَرليلع‬ ‫َكاًَن يَ ا‬.

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa pada bulan Sya’ban


seluruhnya. Namun beliau berpuasa hanya sedikit hari saja.” (HR. Muslim no.
1156)

d .Puasa hari Arafah (9 Zulhijjah atau sebelum Idul Adha)

Puasa Arafah adalah puasa yang jatuh pada tanggal 9 Dzulhijjah. Puasa Arafah
dinamakan demikian karena saat itu jamaah haji sedang wukuf di terik matahari di
padang Arafah. Puasa Arafah ini dianjurkan bagi mereka yang tidak berhaji.
Sedangkan yang berhaji tidak disyariatkan puasa ini.

Mengenai hari Arofah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

َ ‫رمصن يَصورم َعَرﻓَةَ َوﺇرنلها لَيَصدانو ثالم ياَباًرهىَّ بررهام اصلَملَئرَﻜةَ َماً رمصن يَصوةم ﺃَصكثََر رمصن ﺃَصن ياصعتر‬
‫ق ل‬
‫اا رﻓيره َعصبعدا رمَن اللناًرر‬

‫هَاؤلَرء ﻓَيَاقوال َماً ﺃََراَد‬

“Di antara hari yang Allah banyak membebaskan seseorang dari neraka adalah hari
Arofah. Dia akan mendekati mereka lalu akan menampakkan keutamaan mereka pada

93
para malaikat. Kemudian Allah berfirman: Apa yang diinginkan oleh mereka?” (HR.
Muslim)

Ibnu Rajab Al Hambali mengatakan, “Hari Arofah adalah hari pembebasan dari api
neraka. Pada hari itu, Allah akan membebaskan siapa saja yang sedang wukuf di
Arofah dan penduduk negeri kaum muslimin yang tidak melaksanakan wukuf. Oleh
karena itu, hari setelah hari Arofah –yaitu hari Idul Adha- adalah hari ‘ied bagi kaum
muslimin di seluruh dunia. Baik yang melaksanakan haji dan yang tidak
melaksanakannya sama-sama akan mendapatkan pembebasan dari api neraka dan
ampunan pada hari Arofah.” (Lathoif Al Ma’arif, 482)

Mengenai keutamaan puasa Arafah disebutkan dalam hadits Abu Qotadah, Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

َّ‫ار ﺃَصن ياَﻜفلَر اللﺴنَةَ اللرتىَّ قَصبلَها َواللﺴنَةَ اللرتى‬ ‫صَياًام يَصورم َعَرﻓَةَ ﺃَصحتَرﺴ ا‬
‫ب َعَلىَّ ل‬ ‫صَياًام يَصورم َعاًاﺷوَراَء ر‬
‫بَصعَدها َو ر‬

‫ار ﺃَصن ياَﻜفلَر اللﺴنَةَ اللرتىَّ قَصبلَها‬ ‫ﺃَصحتَرﺴ ا‬


‫ب َعَلىَّ ل‬

“Puasa Arofah dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun akan datang.
Puasa Asyuro (10 Muharram) akan menghapuskan dosa setahun yang lalu.” (HR.
Muslim).

Ini menunjukkan bahwa puasa Arafah adalah di antara jalan untuk mendapatkan
pengampunan di hari Arafah. Hanya sehari puasa, bisa mendapatkan pengampunan
dosa untuk dua tahun. Luar biasa fadhilahnya ...

Hari Arafah pun merupakan waktu mustajabnya do’a s ebagaimana disebutkan dalam
hadits,

َّ‫ت ﺃََناً َوالنلبرظيوَن رمصن قَصبرلى‬


‫اا َخصيار الظدَعاًرء ادَعاًاء يَصورم َعَرﻓَةَ َوَخصيار َماً قاصل ا‬
‫لَ ﺇرلَهَ ﺇرلل ل‬

‫ك َولَها اصلَﺤصماد َوهاَو َعَلىَّ اكلل َﺷصىَّةء قَرديدر‬


‫ك لَها لَها اصلامصل ا‬
َ ‫َوصحَدها لَ َﺷرري‬

“Sebaik-baik do’a adalah do’a pada hari Arofah. Dan sebaik-baik yang kuucapkan,
begitu pula diucapkan oleh para Nabi sebelumku adalah ucapan “Laa ilaha illallah
wahdahu laa syarika lah, lahul mulku walahul hamdu wa huwa ‘ala kulli sya-in qodiir
(Tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah semata, tidak ada sekutu
bagi-Nya. Miliki-Nya segala kerajaan, segala pujian dan Allah yang menguasai segala
sesuatu)”.” (HR. Tirmidzi, hasan)

Praktik Puasa Arafah bisa diikuti dengan Puasa Tarwiyah. Jadi pada tanggal 8
Zulhijjah, berpuasa Tarwiyah disambung dengan puasa Arafah pada tanggal 9
Zulhijjah.

e.Puasa hari Asyura ( tanggal 10 Muharam)

Pada Muharram, awal tahun baru hijriyah. Berdasarkan dalam beberapa hadis,
terdapat anjuran dari pada Rasulullah SAW kepada umat Islam untuk berpuasa pada
94
tanggal sepuluh bulan Muharram. Tanggal sepuluh bulan Muharram biasa disebut
dengan Hari ’Aasyuura (Hari kesepuluh bulan Muharram).

Suatu ketika Nabi Muhammad SAW mendapati kaum Yahudi sedang berpuasa pada
hari ’Asyuura. Lalu beliau bertanya mengapa mereka berpuasa pada hari itu. Mereka
pun menjelaskan bahawa hal itu untuk memperingati hari dimana Allah SWT telah
menolong Nabi Musa as bersama kaumnya dari kejaran Firaun dan bala tenteranya.
Bahkan pada hari itu pula Allah telah menenggelamkan Firaun disebabkan
kezalimannya terhadap Bani Israil. Mendengar penjelasan itu, maka Nabi SAW pun
menyatakan bahawa ummat Islam jauh lebih berhak daripada kaum Yahudi dalam
mensyukuri pertolongan Allah kepada Nabi Musa as. Setelah itu, baginda pun
menganjurkan kepada kaum muslimin agar berpuasa pada hari ’Asyuura.

‫ار َراسوَل ﺃَلن‬


‫صللىَّ ل‬ ‫صَياًعماً اصليَاهوَد ﻓََوَج َد اصلَمردينَةَ قَردَم َوَسللَم َعلَصيره ل‬
َ ‫اا‬ ‫لَهاصم ﻓََقاًَل َعاًاﺷوَراَء يَصوَم ر‬
‫صللىَّ ل‬
‫ار َراسوال‬ ‫صوامونَها اللرﺬي اصليَصوام َماً هََﺬا َوَسللَم ل‬
َ ‫اا َعلَصيره‬ ‫اا ﺃَصنَجىَّ َعرظيدم يَصودم هََﺬا ﻓََقاًالوا تَ ا‬
‫اموَسىَّ رﻓيره ل‬

‫ق َوقَصوَمه‬ َ َ‫صوامها ﻓَنَصﺤان اﺷصﻜعرا َسىَّ امو ﻓ‬


َ ‫صاًَمها َوقَصوَمها ﻓرصرَعصوَن َوَغلر‬ ‫صللىَّ ل‬
‫ار َراسوال ﻓََقاًَل نَ ا‬ َ

‫صاًَمها رمصناﻜصم براموَسىََوﺃَصوَلىَأَ ََحظقفَنَصﺤان‬ ‫صللىَّ ل‬


َ َ‫ار َراسوَل ﻓ‬ ‫صَياًرمره َوﺃََمَر َوَسللَم َعلَصيره ل‬
َ ‫اا‬ ‫بر ر‬

“Sesungguhnya Rasulullah SAW tiba di Madinah dan mendapati kaum Yahudi


berpuasa pada hari ‘Asyura. Maka Rasulullah SAW bersabda: “Hari apakah ini
sehingga kalian berpuasa padanya?” Mereka (kaum Yahudi) menjawab: ”Ini adalah
hari agung dimana Allah menyelamatkan Musa dan kaumnya serta menenggelamkan
Firaun beserta kaumnya, lalu Musa berpuasa pada hari itu sebagai ungkapan syukur
sehingga kami pun berpuasa.” Maka Rasulullah SAW bersabda: ”Kami (kaum
Muslimin) lebih berhak atas Musa daripada kalian (kaum Yahudi). Maka Rasulullah
SAW pun berpuasa dan menyuruh (kaum muslimin) berpuasa.” (HR Muslim)

Adapun fadhillah (keutamaan) berpuasa pada hari ’Asyuura ini? Nabi Muhammad
SAW berdoa agar sesiapa yang berpuasa ’Asyuura, agar Allah mengampuni dosanya
selama satu tahun yang telah berlalu.

‫ار ﺃَصن ياَﻜفلَر اللﺴنَةَ اللرتيَّ قَصبلَها‬ ‫صَياًام يَصورم َعاًاﺷوَراَء ﺃَصحتَرﺴ ا‬
‫ب َعَلىَّ ل‬ ‫َو ر‬

Rasulullah SAW bersabda: ”Puasa hari ‘Asyura, aku memohon kepada Allah agar
menjadikannya sebagai penebus (dosa) satu tahun sebelumnya.” (HR Muslim)

f. Puasa Dawud ( sehari puasa sehari buka)

95
Hal ini di dasarkan kepada hadits Nabi SAW:

Artinya:”Puasa yang paling dicintai Allah SWT adalah puasa Dawud Dan Shalat yang
paling dicintai Allah adalah Shalat Nabi , biasanya Dia tidur sampai pertengahan
malam lalu bangun spertiganya dan tidur lagi seperenam malamnya.Beliau biasanya
puasa sehari dan berbuka sehari”, (HR. Bukhari)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ٍ َويَاقهوام ثالاَثهها َويََنهاًام‬،‫ﻒ الليهل‬


َ ‫ص‬ ‫ َكهاًَن يََنهاًام نر ص‬:‫ص لةا َدااوَد‬ ‫صهلرة ﺇرَلهىَّ ر‬
َ ‫اه‬ ‫ب ال ل‬
‫ٍ َوﺃَح ظ‬،‫صَياًام َدااوَد‬
‫صَياًرم ﺇلىَّ ار ر‬
‫ب ال ل‬
‫ﺃَح ظ‬
ً‫صصوام يَصوعما‬‫ٍ َوَكاًَن ياصفرطار يَصوعماً َويَ ا‬،‫اسادَساه‬

“Puasa yang paling disukai oleh Allah adalah puasa Nabi Daud. Shalat yang paling
disukai Allah adalah Shalat Nabi Daud. Beliau biasa tidur separuh malam, dan bangun
pada sepertiganya, dan tidur pada seperenamnya. Beliau biasa berbuka sehari dan
berpuasa sehari.” (HR. Bukhari no. 3420 dan Muslim no. 1159)

2.3.Waktu yang diharamkan berpuasa

Waktu haram puasa adalah waktu di mana umat Islam dilarang berpuasa.
Hikmahnya adalah ketika semua orang bergembira, seseorang itu perlu turut bersama
merayakannya.

Waktu haram berpuasa[sunting | sunting sumber]

Berpuasa pada Hari Raya Idul Fitri (1 Syawal)

Berpuasa pada Hari Raya Idul Adha (10 Zulhijjah)

Berpuasa pada hari-hari Tasyrik (11, 12, dan 13 Zulhijjah)

Berpuasa pada hari yang diragukan (apakah sudah tanggal satu Ramadan atau
belum)

Berpuasa saat diri berhalangan, Seperti: Haid

Selain hari-hari tersebut, ada pula waktu dimana umat Islam dianjurkan untuk
tidak berpuasa, yaitu ketika ada kerabat atau teman yang sedang mengadakan pesta
syukuran atau pernikahan. Hukum berpuasa pada hari ini bukan haram, melainkan
makruh, karena Allah tidak menyukai jika seseorang hanya memikirkan kehidupan
akhirat saja sementara kehidupan sosialnya (menjaga hubungan dengan kerabat atau
masyarakat) ditinggalkan.

1. Hari Raya Idul Fithri

Tanggal 1 Syawal telah ditetapkan sebagai hari raya umat Islam. Hari itu
adalah hari kemenangan yang harus dirayakan dengan bergembira. Karena itu syariat
96
telah mengatur bahwa di hari itu tidak diperkenankan seseorang untuk berpuasa
sampai pada tingkat haram. Meski tidak ada yang bisa dimakan, paling tidak harus
membatalkan puasanya atau tidak berniat untuk puasa.[1]

2. Hari Raya Idul Adha

Hal yang sama juga pada tanggal 10 Zulhijjah sebagai Hari Raya kedua bagi
umat Islam. Hari itu diharamkan untuk berpuasa dan umat Islam disunnahkan untuk
menyembelih hewan Qurban dan membagikannya kepada fakir msikin dan kerabat
serta keluarga. Agar semuanya bisa ikut merasakan kegembiraan dengan menyantap
hewan qurban itu dan merayakan hari besar.

3. Hari Tasyrik

Hari tasyrik adalah tanggal 11, 12 dan 13 bulan Zulhijjah. Pada tiga hari itu
umat Islam masih dalam suasana perayaan hari Raya Idul Adha sehingga masih
diharamkan untuk berpuasa. Namun sebagian pendapat mengatakan bahwa hukumnya
makruh, bukan haram. Apalagi mengingat masih ada kemungkinan orang yang tidak
mampu membayar dam haji untuk puasa 3 hari selama dalam ibadah haji.[2]

4. Puasa sehari saja pada hari Jumat

Puasa ini haram hukumnya bila tanpa didahului dengan hari sebelum atau
sesudahnya. Kecuali ada kaitannya dengan puasa sunnah lainnya seperti puasa sunah
nabi Daud, yaitu sehari berpuasa dan sehari tidak. Maka bila jatuh hari Jumat giliran
untuk puasa, boleh berpuasa. Sebagian ulama tidak sampai mengharamkannya secara
mutlak, namun hanya sampai makruh saja.

5. Puasa pada hari Syak

Hari syah adalah tanggal 30 Sya‘ban bila orang-orang ragu tentang awal bulan
Ramadhan karena hilal (bulan) tidak terlihat. Saat itu tidak ada kejelasan apakah
sudah masuk bulan Ramadhan atau belum. Ketidak-jelasan ini disebut syak, dan
secara syar‘i umat Islam dilarang berpuasa pada hari itu. Namun ada juga yang
berpendapat tidak mengharamkan tapi hanya memakruhkannya saja.

6. Puasa Selamanya

Diharamkan bagi seseorang untuk berpuasa terus setiap hari. Meski dia
sanggup untuk mengerjakannya karena memang tubuhnya kuat. Tetapi secara syar‘i

97
puasa seperti itu dilarang oleh Islam. Bagi mereka yang ingin banyak puasa,
rasulullah S.A.W menyarankan untuk berpuasa seperti puasa Nabi Daud as yaitu
sehari puasa dan sehari berbuka.

7. Wanita haidh atau nifas

Wanita yang sedang mengalami haidh atau nifas diharamkan mengerjakan


puasa. Karena kondisi tubuhnya sedang dalam keadaan tidak suci dari hadats besar.
Apabila tetap melakukan puasa, maka berdosa hukumnya. Bukan berarti mereka
boleh bebas makan dan minum sepuasnya. Tetapi harus menjaga kehormatan bulan
Ramadhan dan kewajiban mengganti di hari lainnya.

8. Puasa sunnah bagi wanita tanpa izin suaminya

Seorang isteri bila akan mengerjakan puasa sunnah, maka harus meminta izin
terlebih dahulu kepada suaminya. Bila mendapatkan izin, maka boleh lah dia
berpuasa. Sedangkan bila tidak diizinkan tetapi tetap puasa, maka puasanya haram
secara syar‘i.

Dalam kondisi itu suami berhak untuk memaksanya berbuka puasa. Kecuali
bila telah mengetahui bahwa suaminya dalam kondisi tidak membutuhkannya.
Misalnya ketika suami bepergian atau dalam keadaan ihram haji atau umrah atau
sedang beri‘tikaf. Sabda rasulullah S.A.W Tidak halal bagi wanita untuk berpuasa
tanpa izin suaminya sedangkan suaminya ada dihadapannya. Karena hak suami itu
wajib ditunaikan dan merupakan fardhu bagi isteri, sedangkan puasa itu hukumnya
sunnah. Kewajiban tidak boleh ditinggalkan untuk mengejar yang sunnah.

2.4.Hal-hal yang membatalkan puasa

hal-hal yang menyebabkan puasa batal:

1- Makan dan minum dengan sengaja

Yang disebut makan dan minum sebagai pembatal puasa adalah yang sudah makruf
disebut makan dan minum yang dimasukkan adalah zat makanan ke dalam perut
(lambung) dan dapat menguatkan tubuh (mengenyangkan).

Syaikh Islam Ibnu Taimiyah berkata, “Orang yang berpuasa dilarang makan dan
minum karena keduanya dapat menguatkan tubuh. Padahal maksud meninggalkan
makan dan minum di mana kedua aktivitas ini yang mengalirkan darah di dalam
tubuh, di mana darah ini adalah tempat mengalirnya setan, dan bukanlah disebabkan
karena melakukan injeksi atau bercelak.”
98
Jika demikian sebabnya, maka memasukkan sesuatu yang bukan makanan ke dalam
perut tidaklah merusak puasa.

Jika orang yang berpuasa lupa, keliru, atau dipaksa, puasanya tidaklah batal. Dari Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
‫ٍ ﻓَإَ رنلَماً ﺃَ ص‬، ‫صصوَمها‬
‫طَعَمها ل‬
‫اا َوَسَقاًها‬ َ ‫ب ﻓَصلياترلم‬
َ ‫ﺇرَذا نَرﺴَىَّ ﻓَأَ ََكَل َوَﺷرر‬

“Apabila seseorang makan dan minum dalam keadaan lupa, hendaklah dia tetap
menyempurnakan puasanya karena Allah telah memberi dia makan dan minum.”[6]

2- Muntah dengan sengaja

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ضاًدء َوﺇررن اصستََقاًَء ﻓَصليَصق ر‬


‫ض‬ َ َ‫س َعلَصيره ق‬
َ ‫صاًئردم ﻓَلَصي‬
َ ‫َمصن َذَرَعها قَصىَّدء َوهاَو‬

“Barangsiapa yang muntah menguasainya (muntah tidak sengaja) sedangkan dia


dalam keadaan puasa, maka tidak ada qadha’ baginya. Namun apabila dia muntah
(dengan sengaja), maka wajib baginya membayar qadha’.”

Yang tidak membatalkan di sini adalah jika muntah menguasai diri artinya dalam
keadaan dipaksa oleh tubuh untuk muntah. Hal ini selama tidak ada muntahan yang
kembali ke dalam perut atas pilihannya sendiri. Jika yang terakhir ini terjadi, maka
puasanya batal.[8]

3- Mendapati haidh dan nifas

Dari Abu Sa’id Al Khudri radhiyallahu ‘anhu ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam ditanya mengenai sebab kekurangan agama wanita, beliau berkata,

‫صلل َولَصم تَ ا‬
‫صصم‬ ‫ض ص‬
َ ‫ت لَصم تا‬ َ ‫ﺃَلَصي‬
َ ً‫س ﺇرَذا َحا‬

“Bukankah wanita jika haidh tidak shalat dan tidak puasa?” (HR. Bukhari no. 304 dan
Muslim no. 79).

Penulis Kifayatul Akhyar berkata, “Telah ada nukilan ijma’ (sepakat ulama), puasa
menjadi tidak sah jika mendapati haidh dan nifas. Jika haidh dan nifas didapati di
pertengahan siang, puasanya batal.”

Syaikh Musthofa Al Bugho berkata, “Jika seorang wanita mendapati haidh dan nifas,
puasanya tidak sah. Jika ia mendapati haidh atau nifas di satu waktu dari siang,
puasanya batal. Dan ia wajib mengqadha’ puasa pada hari tersebut.”

4- Jima’ (bersetubuh) dengan sengaja

99
Yang dimaksud di sini adalah memasukkan pucuk zakar atau sebagiannya secara
sengaja dengan pilihan sendiri dan dalam keadaan tahu akan haramnya. Yang
termasuk pembatal di sini bukan hanya jika dilakukan di kemaluan, termasuk pula
menyetubuhi di dubur manusia (anal sex) atau selainnya, seperti pada hewan (dikenal
dengan istilah zoophilia). Menyetubuhi di sini termasuk pembatal meskipun tidak
keluar mani.

Sedangkan jika dilakukan dalam keadaan lupa dan tidak mengetahui haramnya, maka
tidak batal sebagaimana ketika membahas tentang pembatal puasa berupa makan.

Dalil yang menunjukkan bahwa bersetubuh (jima’) termasuk pembatal adalah firman
Allah Ta’ala,

‫ض رمهَن اصلَخصيهرط اصلَصسهَورد رمهَن اصلفَصجهرر اثهلم ﺃَترظمهوا ال ل‬


‫صهَياًَم ﺇرَلهىَّ الللصيهرل َوَل‬ ‫َواكالوا َواصﺷهَرابوا َحلتهىَّ يَتَبَليهَن لَاﻜ ام اصلَخصيهطا اصلَصبَيه ا‬
‫تاَباًرﺷاروهالن َوﺃَصنتاصم َعاًركافوَن رﻓيَّ اصلَمَﺴاًرﺟرد‬

“Dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu
fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah
kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri’tikaf dalam masjid” (QS. Al Baqarah:
187). Tubasyiruhunna dalam ayat ini bermakna menyetubuhi.

5- Keluar mani karena bercumbu

Yang dimaksud mubasyaroh atau bercumbu di sini adalah dengan bersentuhan seperti
ciuman tanpa ada pembatas, atau bisa pula dengan mengeluarkan mani lewat tangan
(onani). Sedangkan jika keluar mani tanpa bersentuhan seperti keluarnya karena
mimpi basah atau karena imajinasi lewat pikiran, maka tidak membatalkan puasa.

Muhammad Al Hishni rahimahullah berkata, “Termasuk pembatal jika mengeluarkan


mani baik dengan cara yang haram seperti mengeluarkan mani dengan tangan sendiri
(onani) atau melakukan cara yang tidak haram seperti onani lewat tangan istri atau
budaknya.” Lalu beliau katakan bahwa bisa dihukumi sebagai pembatal karena
maksud pokok dari hubungan intim (jima’) adalah keluarnya mani. Jika jima’ saat
puasa diharamkan dan membuat puasa batal walau tanpa keluar mani, maka
mengeluarkan mani seperti tadi lebih-lebih bisa dikatakan sebagai pembatal. Juga
beliau menambahkan bahwa keluarnya mani dengan berpikir atau karena ihtilam
(mimpi basah) tidak termasuk pembatal puasa. Para ulama tidak berselisih dalam hal
ini, bahkan ada yang mengatakan sebagai ijma’ (konsensus ulama).”

Al Baijurimenyebutkan bahwa keluarnya madzi tidak membatalkan puasa walau


karena bercumbu.

100
Syaikh Prof. Dr. Musthofa Al Bugho berkata, “Diharamkan mencium pasangan saat
puasa Ramadhan bagi yang tinggi syahwatnya karena hal ini dapat mengantarkan
pada rusaknya puasa. Sedangkan bagi yang syahwatnya tidak bergejolak, maka tetap
lebih utama ia tidak mencium pasangannya.”

Konsekuensi dari Melakukan Pembatal Puasa

Bagi yang batal puasanya karena makan dan minum, muntah dengan sengaja,
mendapati haidh dan nifas, dan keluar mani karena bercumbu, maka kewajibannya
adalah mengqadha’ puasa saja.

Sedangkan yang batal puasa karena jima’ (bersetubuh) di siang bulan Ramadhan,
maka ia punya kewajiban qadha’ dan wajib menunaikan kafarah yang dibebankan
pada laki-laki[15]. Kafarah atau tebusannya adalah memerdekakan satu orang budak.
Jika tidak didapati, maka berpuasa dua bulan berturut-turut. Jika tidak mampu, maka
memberi makan kepada 60 orang miskin.

2.5. Hal-hal yang disunnahkan dalam berpuasa

1. Mempercepat buka puasa, hal ini dilakukan apabila kita sudah yakin akan
masuknya waktu Maghrib. Bedahalnya kalau masih ragu akan masuknya waktu
Maghrib maka Wajib bagi kita untuk menunda waktu berbuka sampai benar-benar
yakin, hal ini tak lain dilakukan sebagai langkah kehati-hatian agar puasa kita tidak
batal.

2. Makan Sahur walaupun dengan seteguk air. Hikmahnya adalah agar memperkuat
kita di saat berpuasa, sedangkan waktunya dimulai dari pertengahan malam.

3. Mengakhirkan Sahur, sekiranya dekat dengan waktu Shubuh. Dan sunnah Imsak
sebelum Shubuh dengan kadar bacaan 50 ayat atau seperempat jam.

4. Berbuka dengan Kurma muda dalam bilangan ganjil, kalau tidak Kurma muda
maka berbukalah dengan Kurma tua, kalau tidak ada maka dahulukanlah dengan Air
Zam-Zam atau Air, Madu, Kismis atau makanan yang manis-manis.

5. Membaca do'a buka puasa, yaitu:

"‫ت الَﺟههار رﺇن َﺷهاًَء‬ َ ‫ق َوثََبه‬‫ت الاعههارو ا‬ ‫ب الظلَمهأَ ا َوابتَلله ر‬ َ َ‫ٍ َذه‬،‫ت‬
‫طر ا‬ َ ‫ك َﺃﻓ‬ َ ‫ت َوَعلَىَّ ررصزقر‬‫ك آَمصن ا‬ ‫صصم ا‬
َ ‫ت َوبر‬ ‫ك ا‬ َ َ‫َالللهالم ل‬
‫ك اللترههيَّ َورسههَعت اكههلل َﺷههيَّةء َﺃن َتغفرههَر‬ َ ‫ٍ َالللهالم ﺇرلنيَّ َﺃسﺌَلا‬،‫ت‬
َ ‫ك برَرحَمترهه‬ ‫طر ا‬‫ت َوَرَزقَرنيَّ ﻓََأَﻓ ا‬‫صم ا‬ ‫ َالَﺤماد رللر اللرﺬي ﺃََعاًنَرنيَّ ﻓَ ا‬.‫ا‬ ‫لا‬
َّ‫"رلي‬.

َّ‫روى ﺃوله ﺃبو داود وﺃخره ابن الﺴني‬.

"Ya Allah hanya karenamu kami berpuasa, hanya padamu kami beriman dan
dengan riskimu kami berbuka. Dahaga telah hilang, urat-urat (kerongkongan) telah
basah dan pahala akan tetap Insya Allah. Segala puji bagi Allah yang telah
memberikan pertolongan sehingga aku bisa berpuasa kemudian Ia memberiku riski
sehingga aku bisa berbuka, Ya Allah sesungguhnya aku meminta kepadaMu dengan
101
luasnya RahmatMu agar engkau mengampuniku".Hadits yang dari awal diriwayatkan
oleh Abu Daud sedangkan yang akhir oleh Ibnu As-Sunni.Kemudian berdo'a sesuka
hatinya.

6. Memberi buka bagi orang yang berpuasa, karena hal ini pahalanya sangat besar
sebagaimana disebutkan dalam Hadits:

"ً‫"من ﻓطر صاًئماً كاًن له مثل ﺃﺟره غير ﺃنه ل ينقص من ﺃﺟر الصاًئم ﺷيﺌا‬.

‫رواه الترمﺬي وصﺤﺤه وابن ماًﺟه وابن خزيمة وابن حباًن‬.

"Barang siapa yang memberi buka pada orang yang berpuasa maka ia
mendapatkan pahala yang sama dengan orang tersebut, hanya saja pahala orang yang
berpuasa tersebut tidak berkurang sedikitpun". HR. Tirmidzi dan menshahihkannya,
Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban.

7. Mandi dari Hadats Junub sebelum Shubuh agar memulai puasanya dalam keadaan
Suci.

8. Mandi setiap malam selama Ramadhan setelah Maghrib agar bersemangat untuk
Qiyamullail.

9. Senantiasa untuk melakukan Shalat Tarawih dari awal sampai akhir Ramadhan,
Rasulullah SAW bersabda:

"‫ٍ رالمقصهود بقيهاًم‬،‫ راه الباًخهاًري ومﺴهلم‬."‫من قاًم رمضاًن ﺇيماًناً واحتﺴاًباً غفهر لهه مهاً تقهدم مهن ذنبهه‬
‫ صلة التراويح‬: ‫رمضاًن‬.

"Barang siapa yang melakukan Qiyam Ramadhan karena Iman dan penuh
harap (pahala dari Allah), maka ia akan diampuni dari dosanya yang lalu". HR.
Bukhari dan Muslim

Yang dimaksud Qiyam Ramadhan adalah Shalat Tarawih.

10. Senantiasa melakukan Shalat Witir, dalam Shalat Witir di bulan Ramadhan ada 3
kekhususan yaitu:

a. Disunnahkan dilakukan dengan berjama'ah.

b. Disunnahkan Jahr (membaca Surat/Ayat Al-Qur'an dengan bersuara jelas).

c. Disunnahkan Qunut di pertengahan akhir Ramadhan.

11. Memperbanyak bacaan Al-Qur'an dengan Tadabbur (renungan).

102
12. Memperbanyak melakukan hal-hal Sunnah seperti Shalat Rawatib Qobliyah dan
Ba'diyah, Shalat Dhuha, Shalat Tasbih dll.

13. Memperbanyak amalan baik seperti sedekah, menyambung tali Silaturahmi, hadir
Majelis Ilmu, I'tikaf, mendekatkan diri kepada Allah dengan menjaga hati dan anggota
badan dan membaca do'a-do'a yang dianjurkan.

14. Bersungguh-sungguh menggapai Lailatul Qadar di 10 akhir Ramadhan


terkhususnya lagi di hari-hari ganjil.

15. Berusaha untuk berbuka puasa dengan yang halal.

16. Lebih dermawan kepada keluarga.

17. Meninggalkan hal-hal yang melalaikan begitu juga cacian, kalau sedang dicaci
seseorang ingatlah bahwa kita sedang berpuasa.

2.6.Manfaat Puasa Bagi Kesehatan

Dengan niat yang kuat dan ikhlas, ibadah puasa dapat kita jalani dengan maksimal
sekaligus memberikan manfaat yang maksimal pula bagi diri kita. Selain menjadi
ladang pahala bagi umat muslim, berpuasa juga memiliki manfaat yang luar biasa
bagi kesehatan tubuh manusia itu sendiri.

1. Baik Bagi Kesehatan Jantung & Pembuluh Darah

Sakit jantung tidak dipungkiri lagi merupakan salah satu penyakit yang paling ditakuti
oleh kebanyakan orang didunia, apalagi di Indonesia dengan jumlah perokok terus
makin meningkat tiap tahunnya penyakit jantung adalah ancaman nyata. Untungnya,
berpuasa memiliki dampak yang sangat baik bagi jantung, ketika berpuasa, tubuh kita
ternyata melakukan peningkatan HDL dan penurunan LDL yang menurut penelitian
“chronobiological” ternyata hal tersebut merupakan hal yang sehat bagi jantung dan
pembuluh darah.

2. Psikologi Yang Tenang Cegah Penyakit Kronis

Selain menahan lapar dan haus, puasa juga mengharuskan kita menahan amarah. Hal
ini membuat keadaan psikologis seseorang menjadi lebih tenang dan secara ilmiah
akan menurunkan kadar adrenalin dalam tubuh. Minimnya adrenalin akan
memberikan efek baik pada tubuh seperti: mencegah pembentukan kolesterol dan
kontraksi empedu yang lebih baik dimana hal ini dapat mengurangi resiko penyakit
pembuluh darah, jantung dan otak seperti jantung koroner, stroke dan lainnya.

3. Pola Pikir yang Lebih Tajam & Kreatif

103
Puasa membuat pikiran menjadi lebih tenang dan juga melambat, uniknya menurut
penelitian ternyata pikiran yang melambat ini membuatnya justru bekerja lebih tajam.
Selain itu ditinjau dari segi insting, masalah rasa lapar adalah masalah kelanjutan
hidup sehingga wajar jika rasa lapar memaksa kita untuk berpikiran lebih tajam dan
kreatif.

Hal ini juga dibuktikan dengan suatu kasus pada sekelompok mahasiswa di University
of Chicago yang diminta berpuasa selama tujuh hari. Selama masa itu, terbukti bahwa
kewaspadaan mental mereka meningkat dan progres mereka dalam berbagai
penugasan kampus mendapat nilai “REMARKABLE.”

4. Mengurangi Kegemukan

secara ilmiah berpuasa juga berdampak pada penurunan berat badan. Dengan
berpuasa usus-usus dalam tubuh akan lebih bersih dari sisa-sisa endapan makanan,
Endapan makanan inilah yang bila kelebihan akan menjadi lemak diperut. Selain itu
berpuasa juga memperbaiki sistem pencernaan kita, sehingga sirkulasi makanan dan
buang air menjadi lebih lancar.

5. Pencegah & Penyembuh Penyakit Mental

Otak kita didalamnya memiliki fungsi pembersih dan penyehat otak dengan bantuan
sel yang disebut dengan “neuroglial cells”. Saat berpuasa, sel-sel neuron yang mati
atau sakit, akan “dimakan” oleh sel-sel neuroglial ini, dimana hal ini akan berdampak
pula pada mental seseorang. bahkan, seorang ilmuwan di bidang kejiwaan yang
bernama Dr. Ehret menyatakan bahwa: “Beberapa hari berpuasa akan memberikan
dampak pada kesehatan fisik dan lebih lanjut untuk mendapatkan kesehatan mental,
seseorang harus menjalani puasa lebih dari 21 hari.

6. Kekebalan Tubuh Yang Meningkat

Bukannya lemas sehingga menjadi gampang sakit, ternyata puasa justru


meningkatkan kekebalan tubuh. Hal ini didukung oleh penelitian yang bahkan sudah
umum, yaitu mengenai: Ketika seorang berpuasa maka akan terjadi peningkatan
Limfosit sampai dengan 10 kali lipat dalam tubuhnya, hal ini memberikan pengaruh
yang besar terhadap sistem imunitas tubuh, sehingga puasa justru menghindarkan kita
dari berbagai virus dari lingkungan luar/makanan yang tidak baik.

7. Sehat Bagi Ginjal

Ginjal merupakan penyaring zat berbahaya apapun yang kita makan dan minum dan
berpuasa membuat ginjal semakin sehat, mengapa? Karena fungsi ginjal akan
maksimal bila kekuatan osmosis urin mencapai 1000 sampai 12.000 ml osmosis/kg
air, dan satu-satunya cara adalah dengan mengurangi asupan air yaitu ketika berpuasa.

8. Pencegah Diabetes & kelebihan Nutrisi Lainnya

104
Obesitas, hiperkolesterol, diabetes dan penyakit yang diakibatkan kelebihan nutrisi
lainnya adalah akibat dari tubuh mengalami kelebihan kadar gula darah dan
kolesterol. Dengan berpuasa konsumsi gula dan makanan berlemak dapat lebih
terkontrol dan dikurangi yang akan berdampak baik bagi kembalinya keseimbangan
kadar gula dan kolesterol tersebut

9. Penawar Sakit Sendi/Encok

Berpuasa dengan teratur akan meningkatkan sel penetral alami dalam tubuh kita yang
akan membuat sakit encok lambat laun menuju kesembuhan. Sebuah penelitian
menemukan adanya korelasi antara meningkatnya kemampuan sel penetral
(pembasmi bakteri) dengan membaiknya radang sendi — penyebab encok.

2.7. Jawaban Pertanyaan

1. HUKUM PUASA JIKA MENGGUNAKAN TETES MATA


Menggunakan obat tetes mata meskipun terkadang setelah diteteskan
ke mata terasa di tenggorokan tidak membatalkan puasa. Batasan memasukkan
sesuatu kedalam tubuh yang membatalkan puasa adalah bila melalui lubang
yang tembus ke tenggorokan seperti melalui hidung atau mulut. Sementara
bila masuk melalui pori-pori bukan melalui lubang yang tembus ke
tenggorokan tidak membatalkan puasa.
Mayoritas ulama menyatakan bahwa memasukkan sesuatu kedalam
lubang telinga dapat membatalkan puasa dengan argumen lubang telinga
termasuk bagian dalam tubuh dan lubangnya bersambung dengan
tenggorokan. Namun bila meneteskan obat ke telinga untuk mengobati sakit
maka diperbolehkan karena unsur darurat.
Sebagian kecil ulama seperti Imam al Ghazali sebagaimana disebutkan
dalam Ihya Ulumuddin menyatakan memasukkan sesuatu kedalam lubang
telinga tidak membatalkan puasa sebagaimana yang anda sampaikan dengan
argumen lubang telinga tidak terhubung dengan tenggorokan secara langsung
tetapi melalui pori-pori.
Wallahu a’lam bissowab
Referensi :
• Ihya Ulumuddin
• Bughyat al Musytarsyidin 182
• Hasyiyah Qulyubi Wa Amirah 2 hal 73
2. HUKUM JIKA SESEORANG BERPUASA TAPI BELUM MANDI BESAR
syarat sah berpuasa, seseorang harus suci dari hadats besar atau kecil. Oleh
karena itu, orang yang junub dan belum mandi hingga subuh, tidak perlu
khawatir, karena semacam ini tidaklah mempengaruhi puasanya. Dalil pokok
masalah ini adalah hadis dari Aisyah dan Ummu Salamah radhiallahu
‘anhuma; mereka menceritakan,
• ‫صوام‬‫ٍ ثالم يَصغتَرﺴال َويَ ا‬، ‫ب رمصن ﺃَصهلرره‬
‫َكاًَن ياصدرراكها اصلفَصجار َوهاَو اﺟنا د‬

105
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memasuki waktu subuh, sementara beliau
sedang junub karena berhubungan dengan istrinya. Kemudian, beliau mandi
dan berpuasa.” (HR. Bukhari 1926 dan Turmudzi 779).
At-Tumudzi setelah menyebutkan hadis ini, beliau mengatakan,
• ‫ٍ َواههَو َقهصوال‬،‫ٍ َوَغصيررره صم‬،‫اه َعلَصيهره َوَسهللَم‬ ‫صهللىَّ ل ا‬
َ َّ‫ب النلربهلي‬ ‫َوالَعَمال َعَلىَّ هََﺬا رعصنَد ﺃَصكثَرر ﺃَصهرل الرعصلهرم رمهصن ﺃَ ص‬
‫ص َﺤاً ر‬
َ ً‫ٍ َوﺇرصسَﺤا‬،‫ٍ َوﺃَصحَمَد‬،َّ‫ٍ َواللشاًﻓررعلي‬،‫اسصفَياًَن‬
‫ق‬

Inilah yang dipahami oleh mayoritas ulama di kalangan para sahabat


Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan yang lainnya. Dan ini merupakan
pendapat Sufyan At-Tsauri, As-Syafi’i, Ahmad, dan Ishaq bin Rahuyah.
(Sunan At-Turmudzi, 3/140).

mandi junub tidak harus dilakukan sebelum subuh. Orang boleh mandi junub
setelah subuh, dan puasanya tetap sah.
3. JIKA HUTANG PUASA RAMADHAN BELUM DIBAYAR APA BOLEH
PUASA SUNAH ?
Dalil dari mereka adalah hadits Abu Hurairah,
• ‫من صاًم تطنوعاً ع وعليه من رمضاًن ﺷيَّء لم يقضه ﻓإَننه ل يتقنبل منه حنتىَّ يصومه‬
”Barangsiapa yang melakukan puasa sunnah namun masih memiliki utang
puasa Ramadhan, maka puasa sunnah tersebut tidak akan diterima sampai ia
menunaikan yang wajib.” Catatan penting, hadits ini adalah hadits yang dho’if
(lemah).[2] Para ulama Hanabilah juga mengqiyaskan (menganalogikan)
dengan haji. Jika seseorang menghajikan orang lain (padahal ia sendiri belum
berhaji) atau ia melakukan haji yang sunnah sebelum haji yang wajib, maka
seperti ini tidak dibolehkan
4. SOLUSI HUTANG PUASA RAMADHAN TAHUN LALU BELUM
TERBAYAR SAMPAI RAMADHAN BERIKUTNYA
Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata:

((ٍ،‫ٍ ثم ليصم مهاً ﻓهاًته‬،‫من ﻓلرط ﻓيَّ صياًم ﺷهر رمضاًن حتىَّ يدركه رمضاًن آخر ﻓليصم هﺬا الﺬي ﺃدركه‬
‫))ويطعم مع كل يوم مﺴﻜيناً ع‬
Artinya: “Barangsiapa yang meremehkan puasa Ramadhan sampai datang
Ramadhan selanjutnya, maka berpuasalah ia bulan ini yang ia dapati (dari
Ramadhan yang kedua) kemudian berpuasalah ia atas apa yang ia tinggalkan,
dan memberikan makan setiap harinya seorang miskin.” HR. Ad Daruquthny
dan ibnu Muflih mengatakan di dalam kitab Al Furu’ (5/64): “diriwayatkan
oleh Sa’id dengan sanad yang baik dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma”,
riwayat ini dishahihkan juga oleh An Nawawi di dalam kitab Al Majmu’
(6/346) .
5. APA BOLEH PUASA QADHA DIGABUNG DENGAN PUASA SUNAH?
• ‫من صاًم رمضاًن ثم ﺃتبعه بﺴت من ﺷوال ﻓﻜأَنماً صاًم الدهر‬
"Barangsiapa yang melaksankan puasa Ramadhan, lantas ia ikuti dengan
puasa enam hari Syawal, maka seakan-akan ia melakukan puasa setahun
penuh.”[3] Sudah maklum bahwa orang yang masih memiliki utang/ qodho’
puasa, belum dianggap melakukan puasa Ramadhan sampai ia
menyempurnakan qodho’ puasanya.”[4]

106
Syaikh Sholih Al Munajjid hafizhohullah dalam Fatawanya menjelaskan,
“Sudah sepatutnya seseorang mendahulukan qodho’ puasa. Ini lebih utama
daripada melakukan puasa sunnah (tathowwu’). Namun jika waktu begitu
sempit dan khawatir akan luput puasa pada hari yang mulia seperti pada hari
‘Asyura (10 Muharram) atau pada hari ‘Arofah (9 Dzulhijah), maka
berpuasalah dengan niatan qodho’ puasa. Semoga dari situ ia pun bisa
mendapatkan pahala puasa ‘Asyura atau puasa ‘Arofah sekaligus. Karunia
Allah sungguh amat luas. Wallahu a’lam.”[5]
6. MEMBERSIHKAN KOTORAN HIDUNG BATAL TIDAK?
Pada dasarnya puasa bisa menjadi batal apabila ada sesuatu yang
masuk kedalam tubuh kita melalui lubang-lubang pada tubuh semisal mulut,
hidung, telinga, anus, maupun kemaluan. Dan kaitannya dengan ngupil
ataupun korek kuping, ini yang mesti kita perhatikan.
Dalam hal ini, ngupil dibedakan menjadi dua. Ada yang masih dalam tahap
bisa, yakni ngupil yang tidak sampai ke dalam rongga hidung, ini tidak
membatalkan puasa. Ada pula ngupil yang terlalu dalam hingga benda yang
dimasukan ke hidung masuk pada bagian rongga hidung. Maka hal ini
membatalkan puasa apabila dilakukan dengan sadar dan disengaja. Sebab bila
kita ngupil atau korek kuping dalam keadaan tidak sadar dan tidak disengaja
maka hal ini tidak menjadi persoalan.

Beberapa ulama yang membahas tentang ini adalah Syaikh Zainuddin bin
Abdul Aziz al-Malibary dalam kitabnya, Fath al-Mu’in:

(‫ ﺃي ﺟوﻑ من مر )و‬:(ً‫يفطر )بدخول عين( وﺇن قلت ﺇلىَّ ماً يﺴمىَّ )ﺟوﻓا‬
Artinya: "Batal puasa disebabkan masuknya benda ‘ain (yang jelas, dapat
dilihat) sekalipun hanya sedikit kedalam (bagian) yang disebut Jauf; rongga
dalam"
7. DALIL TIDAK BOLEH BERPUASA
Sabda Rasulullah saw:
‫ٍ وعن الﺤاًمل والمرضع الصوم‬، ‫ﺇن ا وضع عن المﺴاًﻓر ﺷطر الصلة‬
"Sesungguhnya Allah telah memberikan keringanan bagi orang yang musafir
untuk tidak mengerjakan setengah shalat dan bagi orang yang hamil serta
menyusui untuk tidak berpuasa." (Hadits Hasan riwayat Abu Daud, Tirmidzi,
Ibnu Majah, dan Nasai).
8. HAL YANG DILAKAKUKAN KETIKA SEDANG MAKAN SAHUR TIBA
TIBA ADZAN SUBUH
• ‫ٍ ﻓَاﻜالوا َواصﺷَرابوا َحلتىَّ ياَؤلذَن اصبان ﺃالم َمصﻜاتوةم‬، ‫ﺇرلن ربلل ياَؤلذان برلَصيةل‬
“Sungguh Bilal mengumandangkan adzan di malam hari. Tetaplah kalian
makan dan minum sampai Ibnu Ummi Maktum mengumandangkan adzan.”
(HR. Bukhari dan Muslim. Dalam kitab Shahih terdapat beberapa hadits
lainnya yang semakna)
Adapun hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam, beliau bersabda,
َ َ‫ﺇرَذا َسرمَع ﺃََحاداكصم النلَداَء َوارلَناًاء َعَلىَّ يَردره َﻓل ي‬
‫ضصعها َحلتىَّ يَصق ر‬
• ‫ضَيَّ َحاًَﺟتَها رمصنها‬

107
“Jika salah seorang di antara kalian mendengar adzan sedangkan bejana
(sendok, pen) ada di tangan kalian, maka janganlah ia letakkan hingga ia
menunaikan hajatnya.”
9. HUKUM PUASA UNTUK MENDAPATKAN SESUATU
Selagi pelaksanaannya sesuai dengan syariat Islam sebagaimana
definisi puasa di atas dan dalam rangka mendekatkan diri pada Allah SWT
dengan tujuan untuk memperoleh kebaikan, maka puasa demikian
diperbolehkan. Inilah yang disebut puasa mutlak. Hal ini didasarkan pada
keumuman makna hadis sahih, bahwa Rasulullah Saw bersabda, “Tidak
seorang hamba pun yang berpuasa sehari di jalan Allah, melainkan Allah akan
menjauhkannya dari api neraka sejauh 70 musim,” (HR Al Bukhari dan
Muslim dari Abu Sa’id Al Khidriy Ra). Kata, “fii sabiilillaah” (di jalan Allah)
dalam hadis ini secara khusus memang biasa dimaknai peperangan dalam
rangka membela agama Allah, tetapi secara umum dapat juga dimaknai
sebagai perjuangan di jalan Allah, yang berarti mencakup segala kebaikan
yang sesuai dengan ajaran Islam.
10. BOLEH TIDAK PUASA MENGGANTIKAN PUASA ORANG LAIN
Persoalan mengqodho puasa untuk orang lain, dalam hadits hanya berkenaan
qodho puasa buat orang tua, tdk untuk yang lainnya
‫صاًَم َعصنها َولرظيها‬ ‫ت َوَعلَصيره ر‬
َ ‫صَياًدم‬ َ ً‫َمصن َما‬
“Barangsiapa yang mati dalam keadaan masih memiliki kewajiban puasa,
maka ahli warisnya yang nanti akan mempuasakannya. ”[3]
Yang dimaksud “waliyyuhu” adalah ahli waris[4].
Namun hukum membayar puasa di sini bagi ahli waris tidak sampai wajib,
hanya disunnahkan.[5] Juga hadits Ibnu ‘Abbas, beliau berkata,
ٍ، ‫صههصوام َﺷههصهةر‬ َ ً‫ٍ َوَعلَصيهَهها‬، ‫ت‬ ‫ار ﺇرلن ﺃالمههىَّ َمههاًتَ ص‬
‫َﺟاًَء َراﺟدل ﺇرَلىَّ النلبرلىَّ – صلىَّ ا عليه وسلم – ﻓََقاًَل َياً َراسوَل ل‬
َّ‫ضههههههههى‬ َ ‫ق ﺃَصن ياصق‬
‫اهههههههه ﺃََحهههههههه ظ‬ ‫ضههههههههيره َعصنهَههههههههاً قَههههههههاًَل » نََعههههههههصم – قَههههههههاًَل – ﻓَههههههههَدصيان ل ر‬‫» ﺃَﻓَأَ َصق ر‬
“Ada seseorang yang mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
kemudian dia berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya ibuku telah
meninggal dunia, dan dia memiliki utang puasa selama sebulan [dalam riwayat
lain dikatakan: puasa tersebut adalah puasa nadzar], apakah aku harus
mempuasakannya?” Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Iya.
11. STATUS KETIKA SEDANG PUASA RAMADHAN MENINGGAL
hadits Ibnu ‘Abbas, beliau berkata,
ٍ، ‫صههصوام َﺷههصهةر‬ َ ‫ص‬ ‫ا‬ ‫ل‬
َ ً‫ٍ َوَعلصيهَهها‬، ‫َﺟاًَء َراﺟدل ﺇرلىَّ النبرلىَّ – صلىَّ ا عليه وسلم – ﻓََقاًَل َياً َراسوَل ار ﺇرلن ﺃلمههىَّ َمههاًتَت‬‫ل‬ َ
َّ‫ضههههههههى‬ َ ‫ق ﺃَصن ياق‬
‫ص‬ ‫اهههههههه ﺃََحهههههههه ظ‬ ‫ضههههههههيره َعصنهَههههههههاً قَههههههههاًَل » نََعههههههههصم – قَههههههههاًَل – ﻓَههههههههَدصيان ل ر‬‫» ﺃَﻓَأَ َصق ر‬
“Ada seseorang yang mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
kemudian dia berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya ibuku telah
meninggal dunia, dan dia memiliki utang puasa selama sebulan [dalam riwayat
lain dikatakan: puasa tersebut adalah puasa nadzar], apakah aku harus
mempuasakannya?” Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Iya. Utang pada Allah lebih pantas engkau tunaikan
12. PUASA TIDAK SAHUR BOLEH TIDAK ?

108
Pada hadist diatas dijelaskan bahwa Rasulullah pada saat itu bertanya kepada
istrinya apakah ada makanan. Kemudian istri beliau yakni Aisyah
Radhiyallahu anha menjawab tidak ada makanan. Mendengar jawaban dari
istrinya, lalu Baginda Nabi berkata akan berpuasa.

Melihat penjelasan hadist tersebut bisa di jelaskan bahwa Nabi juga pernah
menjalankan puasa ramdhan tanpa melakun sahur terlebih dahulu. Maka dari
itu keliru apabila kita beranggapan bahwa jika sahur merupakan inti dari
puasa.Dan melihat manfaat sahur sangat banyak, alangkah baiknya dalam
menjalankan puasa sempatkan menyantap sahur walaupun hanya setetes air.
Karena anjuran menyantap sahur juga sangat di anjurkan sebagaiamana sabda
Nabi yang berbunyi Bersahurlah sebab dalam sahur terdapat sebuah berkah.Ya
mentap sahur juga sebagai bentuk rasa syukur kita kepada Allah SWT,karena
telah memberikan kita nikmat berupa hidangan makanan

13. PUASA DAUD DAN PUASA SENIN

109
14. APA HUKUM MENGGUNAKAN OBAT TETES TELINGA PADA BULAN
RAMADHAN DAN PADA SIANG HARINYA? APAKAH ITU
MEMBATALKAN PUASA ATAUKAH TIDAK?
Dibolehkan bagi yang berpuasa untuk memakai obat tetes mata. Sebab hal itu
tidak merusak puasa. Hal-hal Dalam keputusan “Majma’ al-Fiqh al-Islami”
disebutkan:
berikut tidak membatalkan puasa: tetes mata, tetes telinga, sikat gigi, tetes
hidung, semprot hidung, selama tetesannya yang jatuh ke tenggorokan tidak
ditelan.
Syaikh Ibn Baz rahimahullah juga berkata:
Yang sahih, obat tetes mata tidak membatalkan puasa. Sekalipun ini menjadi
perdebatan di kalangan ulama. Sebagian ulama berpendapat, jika rasanya
sampai ke tenggorokan maka itu membatalkan. Namun yang sahih, hal itu
tidak membatalkan secara mutlak. Karena mata tidak tembus ke tenggorokan.
Namun jika yang menggunakannya merasa ada rasa di tenggorokan kemudian
meng-qadha puasanya, untuk berjaga-jaga dan keluar dari perselisihan, maka
hal itu tidak mengapa. Tidak meng-qadha puasanya pun tidak mengapa.
Karena yang sahih adalah obat tetes tidak membatalkan puasa, baik itu tetes di
mata maupun di hidung. Dikutip dari “Majmu’ Fatawa Ibn Baz” (15/263)
15. APAKAH SAH PUASA SEORANG MUSLIM, APABILA BELUM MANDI
WAJIB SAMPAI SIANG?
"Jika orang bercampur suami istri di akhir malam dan selesai menjelang terbit
fajar, namun tidak sempat mandi, puasanya tetap sah."
"Puasa tidak mewajibkan orang junub untuk mandi. Namun orang yang junub
tidak sah salat," jelas Fathurrahman. "Jika orang bercampur suami istri di
akhir malam dan selesai menjelang terbit fajar, namun tidak sempat mandi,
puasanya tetap sah."
"Puasa tidak mewajibkan orang junub untuk mandi. Namun orang yang junub
tidak sah salat," jelas Fathurrahman
Hadis Rasulullah SAW: Telah menceritakan kepada kami Abdullah yang
berkata telah bercerita kepadaku, Ayahku yang berkata telah menceritakan
110
kepada kami Abd al-Razaaq yang berkata telah menceritakan kepada kami
Ma'mar dari Az Zuhriy dari Abu Bakar bin Abd al-Rahman bin Al Harits bin
Hisyam yang berkata aku mendengar Abu Hurairah mengatakan Rasulullah
SAW bersabda "Barang siapa yang menemui subuh dalam keadaan junub,
maka janganlah ia berpuasa“.
16. APA HUKUM DAN DALIL PUASA SENIN KAMIS ?
Seperti telah kita maklumi bahwa puasa Senin Kamis merupakan salah satu
puasa sunat yang sangat dianjurkan pelaksanannya. Banyak hikmah yang
terkandung di dalamnya, dan ini hanya bisa dirasakan oleh mereka yang selalu
mendawamkannya.
Agar lebih yakin melaksanakan puasa ini, berikut Saya kemukakan beberapa
hadits shohih yang menjadi dasar atau dalil melakukan puasa Senin Kamis
:‫ٍ ﻓََقاًَل‬،‫صورم يَصورم الصثنَصيرن‬ َ ‫ ﺃلن رسول ا صلىَّ ا عليه وسلم اسﺌرَل َعصن‬:‫عن َﺃبيَّ قتاًدة رضيَّ ا عنه‬
‫يَّ رﻓيره(( رواه مﺴلم‬ ‫ٍ ﺃَصو ﺃاصنرزَل َعلَ ل‬،‫ت‬
‫ٍ َوَيودم بارعصث ا‬،‫ت رﻓيره‬ َ ‫))َذلر‬.
‫ك َيودم اولرصد ا‬
Artinya :
Dari Abu Qotadah r.a, sesungguhnya Rosulululloh SAW ditanya tentang
puasa Senin. Maka beliau menjawab : "Hari Senin adalah hari lahirku, hari
aku mulai diutus atau hari mulai diturunkannya wahyu".
(HR Muslim)
‫ض صاعلصععمصصاَنل يعصصصوعم صارلصثنعصيصصرن‬‫سلفعم عقاَعل تنصعصصعر ن‬‫صللىَ ان ععلعصيره عو ع‬ ‫سصوعل ار ع‬ ‫ضعي ان ععصنهن ععصن عر ن‬ ‫عوععصن اعبرصي عهعرصيعرةع عر ر‬
‫ض عععملرصي عواععناَ ع‬
‫صاَئرةم‬ ‫ب اعصن ييصععر ع‬ ‫س فعاَ نرح ل‬
‫عواصلعخرمصي ر‬
Artinya :
Dari Abi Hurairoh r.a, dari Rosulululloh SAW bersabda : "Seluruh amal
disetor pada hari Senin dan Kamis, maka aku lebih menyukai saat setor amal
tersebut dalam keadaan berpuasa"
(HR Turmudzi)
‫صصوعم صارلصثنعصيرن عواصلعخرمصي ر‬
‫س‬ ‫سلفعم يعتععحفريَّ ع‬ ‫صللىَ ان ععلعصيره عو ع‬ ‫سصوعل ار ع‬ ‫ضعي ان ععصنعهاَ عقاَلعصت عكاَعن عر ن‬ ‫شةع عر ر‬ ‫عوععصن ععاَئر ع‬

Artinya :
Dari 'Aisyah r.a berkata, Rosululloh selalu memilih puasa Senin dan Kamis
(HR Turmudzi)
17. HUKUM PUASA PADA HARI JUMAT TIDAK DIPERBOLEHKAN ?
Imam Nawawi rahimahullah mengatakan, “Ulama Syafi’iyah berpendapat
bahwa dimakruhkan berpuasa pada hari Jum’at secara bersendirian. Namun
jika diikuti puasa sebelum atau sesudahnya atau bertepatan dengan kebiasaan
puasa seperti berpuasa nadzar karena sembuh dari sakit dan bertepatan dengan
hari Jum’at, maka tidaklah makruh.” (Al Majmu’ Syarh Al Muhaddzab, 6:
309).
Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin rahimahullah berkata, “Jika
seseorang berpuasa pada hari Jum’at secara bersendirian bukan maksud untuk
pengkhususan karena hari tersebut adalah hari Jum’at namun karena itu adalah
waktu longgarnya saat itu, maka pendapat yang tepat, itu masih dibolehkan.”
(Syarhul Mumthi’, 6: 477)
Namun tidak ada masalah jika bertepatan dengan kebiasaan puasa seperti
berpapasan dengan puasa Daud atau puasa ayyamul bidh. Juga tidak ada
masalah berpuasa pada hari Jum’at jika diikuti dengan berpuasa pada hari
sebelum atau sesudahnya
111
alam hadits Abu Hurairah, ia berkata bahwa ia mendengar Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
‫صوَملن ﺃََحاداكصم يَصوَم اصلاجامَعرة رﺇل يَصوعماً قَصبلَها ﺃَصو بَصعَدها‬‫ل يَ ا‬
“Janganlah salah seorang di antara kalian berpuasa pada hari Jum’at
kecuali jika ia berpuasa pula pada hari sebelum atau sesudahnya.” (HR.
Bukhari no. 1849 dan Muslim no. 1929).
Juga terdapat hadits dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
‫صَياًةم رمههصن بَصيههرن اصلَيلههاًرم رﺇل ﺃَصن يَاﻜههوَن‬
‫صوا يَصوَم اصلاجامَعرة بر ر‬
‫صوا لَصيلَةَ اصلاجامَعرة برقرَياًةم رمصن بَصيرن الللَياًرليَّ َوَل تَاخ ظ‬
‫ل تَصختَ ظ‬
‫صوامها ﺃََحاداكصم‬ ‫صصوةم يَ ا‬ َ َّ‫رﻓي‬

“Janganlah khususkan malam Jum’at dengan shalat malam tertentu yang


tidak dilakukan pada malam-malam lainnya. Janganlah pula khususkan hari
Jum’at dengan puasa tertentu yang tidak dilakukan pada hari-hari lainnya
kecuali jika ada puasa yang dilakukan karena sebab ketika itu.” (HR. Muslim
no. 1144).
Dari Juwairiyah binti Al Harits radhiyallahu ‘anha,
‫ت ل َقاًَل تارريرديَن ﺃَصن‬ ‫س َقاًلَ ص‬ ‫ت ﺃَصم ر‬ ‫صاًئرَمةد ﻓََقاًَل ﺃَ ا‬
‫صصم ر‬ َ َّ‫اا َعلَصيره َوَسللَم َدَخَل َعلَصيَهاً يَصوَم اصلاجامَعرة َورهَي‬
‫صللىَّ ل‬ ‫النلبر ل‬
َ َّ‫ي‬
‫ص‬ َ
‫ت ل َقاًَل ﻓَأَﻓرطرري‬ ‫صورميَّ َغعدا َقاًلَ ص‬ ‫تَ ا‬
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menemuinya pada hari Jum’at
dan ia dalam keadaan berpuasa, lalu beliau bersabda, “Apakah engkau
berpuasa kemarin?” “Tidak”, jawabnya. “Apakah engkau ingin berpuasa
besok?”, tanya beliau lagi. “Tidak”, jawabnya lagi. “Batalkanlah puasamu”,
kata Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. (HR. Bukhari no. 1986).

Dari Juwairiyah binti Al Harits radhiyallahu ‘anha,


‫ت ل َقاًَل تارريرديَن‬ ‫س َقاًلَ ص‬‫ت ﺃَصم ر‬
‫صصم ر‬ ‫صاًئرَمةد ﻓََقاًَل ﺃَ ا‬
َ َّ‫اا َعلَصيره َوَسللَم َدَخَل َعلَصيَهاً يَصوَم اصلاجامَعرة َورهَي‬
‫صللىَّ ل‬ ‫ﺃَلن النلبر ل‬
َ َّ‫ي‬
‫ت ل َقاًَل ﻓَأَ َصﻓرطرري‬‫صورميَّ َغعدا َقاًلَ ص‬‫ﺃَصن تَ ا‬
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menemuinya pada hari Jum’at
dan ia dalam keadaan berpuasa, lalu beliau bersabda, “Apakah engkau
berpuasa kemarin?” “Tidak”, jawabnya. “Apakah engkau ingin berpuasa
besok?”, tanya beliau lagi. “Tidak”, jawabnya lagi. “Batalkanlah puasamu”,
kata Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. (HR. Bukhari no. 1986).

18. HUKUM PUASA AYAMUL BIT ?


Kita disunnahkan berpuasa dalam sebulan minimal tiga kali. Dan yang lebih
utama adalah melakukan puasa pada ayyamul bidh, yaitu pada hari ke-13, 14,
dan 15 dari bulan Hijriyah (Qomariyah). Puasa tersebut disebut ayyamul bidh
(hari putih) karena pada malam-malam tersebut bersinar bulan purnama
dengan sinar rembulannya yang putih.
Dalil Pendukung
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,

‫ٍ َونَصوةم َعَلىَّ روصتةر‬، َّ‫ضَﺤى‬ َ ‫ٍ َو‬، ‫صصورم ثَلَثَرة ﺃَلياًةم رمصن اكلل َﺷصهةر‬
‫صلَرة ال ظ‬ َ ‫ث لَ ﺃََداعهالن َحلتىَّ ﺃَامو‬
َ ‫ت‬ َ ‫ﺃَصو‬
‫صاًرنىَّ َخرليرلىَّ برثَلَ ة‬

“Kekasihku (yaitu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam) mewasiatkan


padaku tiga nasehat yang aku tidak meninggalkannya hingga aku mati: 1-

112
berpuasa tiga hari setiap bulannya, 2- mengerjakan shalat Dhuha, 3-
mengerjakan shalat witir sebelum tidur.” (HR. Bukhari no. 1178)
‘Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,

َ ‫صصوام ثَلَثَرة ﺃَلياًةم‬


‫صصوام اللدصهرر اكللره‬ َ

“Puasa pada tiga hari setiap bulannya adalah seperti puasa sepanjang
tahun.” (HR. Bukhari no. 1979)
Dari Abu Dzar, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda padanya,

َ ‫ث َعصشَرةَ َوﺃَصربََع َعصشَرةَ َوَخصم‬


َ‫س َعصشَرة‬ ‫ت رمَن اللشصهرر ثَلَثَةَ ﺃَلياًةم ﻓَ ا‬
َ َ‫صصم ثَل‬ ‫َياً ﺃََباً َذرر ﺇرَذا ا‬
َ ‫صصم‬

”Jika engkau ingin berpuasa tiga hari setiap bulannya, maka berpuasalah
pada tanggal 13, 14, dan 15 (dari bulan Hijriyah).” (HR. Tirmidzi no. 761
dan An Nasai no. 2425. Abu ‘Isa Tirmidzi mengatakan bahwa haditsnya
hasan).
Dari Ibnu Milhan Al Qoisiy, dari ayahnya, ia berkata,

َ ‫ث َعصشَرةَ َوﺃَصربََع َعصشَرةَ َوَخصم‬


. َ‫س َعصشَرة‬ َ َ‫ض ثَل‬َ ‫صوَم اصلربي‬ ‫ يَأَصامارَناً ﺃَصن نَ ا‬-‫صلىَّ ا عليه وسلم‬- ‫ا‬
‫َكاًَن َراسوال ل ر‬
‫َوَقاًَل هالن َكهَصيﺌَرة اللدصهرر‬

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa memerintahkan pada kami


untuk berpuasa pada ayyamul bidh yaitu 13, 14 dan 15 (dari bulan
Hijriyah).” Dan beliau bersabda, “Puasa ayyamul bidh itu seperti puasa
setahun.” (HR. Abu Daud no. 2449 dan An Nasai no. 2434. Syaikh Al Albani
mengatakan bahwa hadits ini shahih)
19. BAGAIMANA HUKUM JIKA SEORANG BERPUASA RAMADHAN
NAMUN SORE HARI HAID ?
Jika Haid Datang Sesaat Sebelum Maghrib?
Syaikh Al Utsaimin mengatakan: “Jika haid datang dan dia dalam keadaan
berpuasa maka batal puasanya walaupun itu terjadi sesaat sebelum waktu
maghrib, dan wajib baginya mengqodho puasa jika puasanya itu adalah puasa
wajib.” (Dima’ Thobi’iyah Lin Nisa’: 28)
Jika Seorang Wanita Telah Suci Dari Haid Pada Siang Hari Ramadhan,
Apakah Wajib Baginya Menahan Diri Dari Pembatal-Pemabatal Puasa
Hingga Waktu Berbuka Tiba?
Dalam permasalahan ini ada dua pendapat dari kalangan para ulama:
Pendapat Pertama : Wajib baginya imsak (menahan diri dari pembatal-
pembatal puasa), dan ini adalah pendapat Abu Hanifah, Ats Tsauri, Al Auza’i,
Alhasan Al Basri, dan Ibnu Sholih.
Pendapat Kedua : Tidak wajib baginya imsak, dan ini adalah pendapat
jumhur (mayoritas) ulama diantaranya: Imam Malik, Asy Syafi’I, dan Imam
Ahmad dalam sebuah riwayat. (Fathul Alam Syarh Bulughul Maram 2/666)
Pendapat kedua inilah yang rajih (kuat) dalam masalah ini karena tidak ada
dalil yang mewajibkan hal tersebut. Dan pendapat inilah yang dirajihkan oleh
Syaikh Al Utsaimin -rahimahullah- dalam majmu’ fatawa beliau 19/70.
Imam Syafi’i mengatakan: “Jika seseorang tiba dari perjalanan safar pada
sebagian hari dalam keadaan tidak berpuasa dan istrinya dalam keadaan haid
113
kemudian suci lalu dia mencampurinya maka aku berpendapat tidak mengapa,
begitu pula jika keduanya makan dan minum karena keduanya bukan orang
yang sedang berpuasa.” (Al Umm: 2/111)
20. APA HUKUMNYA JIKA MIMPI BASAH DISIANG HARI SAAT
BERPUASA ?
Ternyata kejadian mimpi basah tidak membatalkan puasa, pasalnya hal ini
terjadi bukan karena keinginan orang yang sedang berpuasa. Peristiwa ini
dalam kajian medis terjadi akibat kantong sperma telah penuh dengan sperma
yang dihasilkan oleh testis dan tidak bisa menampung lagi. Akhirnya sperma
tersebut dikeluarkan dengan mekanisme alami yang disebut mimpi basah ini.
Hal ini sesuai dengan hadist yang diriwayatkan Bukhari-Muslim. Dari ‘Aisyah
dan Ummu Salamah radhiyallahu ‘anhuma, mereka berkata, “Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam pernah mendapati waktu fajar (waktu Shubuh) dalam
keadaan junub karena bersetubuh dengan istrinya, kemudian beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam mandi dan tetap berpuasa.” (HR. Bukhari-Muslim, shahih)
Namun bagi mereka yang mengalami mimpi basah harus melakukan mandi
wajib untuk mensucikan diri. Apabila mimpi basah yang terjadi setelah waktu
Subuh, maka Ia boleh menundanya hingga memasuki waktu zuhur agar suci
ketika shalat. Jika seseorang Junub karena melakukan hubungan suami istri
pada malam hari, maka harus mandi wajib sebelum menunaikan shalat Subuh.
21. HAID SUCINYA SIANG, PUASA TIDAK ?
Hukum puasa ketika haid
Ulama sepakat puasa wajib maupun sunnah haram dilakukan wanita haid. Bila
dia tetap berpuasa maka puasanya tidaklah sah. (Maratibul Ijma’, hal. 72)
Ibnu Qudamah t berkata, “Ahlul ilmi sepakat bahwa wanita haid dan nifas
tidak halal untuk berpuasa, bahkan keduanya harus berbuka di bulan
Ramadhan dan mengqadhanya. Bila keduanya tetap berpuasa maka puasa
tersebut tidak mencukupi keduanya (tidak sah)….” (Al-Mughni, kitab Ash-
Shiyam, Mas’alah wa Idza Hadhatil Mar’ah au Nafisat)
Al-Imam An-Nawawi t berkata, “Kaum muslimin sepakat bahwa wanita haid
dan nifas tidak wajib shalat dan puasa dalam masa haid dan nifas tersebut.”
(Al-Minhaj Syarhu Shahih Muslim, 3/250)
22. HUKUM PUASA BAGI IBU YANG MENGUNYAHKAN MAKANAN
UNTUK ANAKNYA ?
Pada dasarnya orang yang sedang berpuasa dimakruhkan mencicipi makanan,
karena dikhawatirkan makanan tersebut akan terrtelan sehingga puasanya
menjadi batal. Hanya saja para ulama' mengecualikan keadaan apabila hal
tersebut dilakukan karena hajat, seperti mengunyahkan makanan atau
merasakan rasa makanan untuk anaknya.
Keadaan tersebut dianggap sebagai hajat yang memperbolehkan orang yang
sedang puasa untuk mengunyah makanan, meskipun rasa dan aroma makanan
masih terasa dilidah. Kebolehan terswebut selama makanannya tidak tertelan,
jika sampai tertelan maka puasanya batal.
Jadi kesimpulannya seorang ibu diperbolehkan mengunyahkan makanan untuk
anakanya dan puasanya tetap sah selama makanan tersebut tidak tertelan
Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia mengatakan,

114
َ ‫ق الَخلل ﺃَصو اللشصيََّء َماً لَصم يَصداخصل َحصلقَها َوهاَو‬
‫صاًئردم‬ َ ‫لَ بَأَص‬
َ ‫ﺱ ﺃَصن يَاﺬصو‬

“Tidak mengapa seseorang yang sedang berpuasa mencicipi cuka atau


sesuatu, selama tidak masuk sampai ke kerongkongan.”
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan, “Mencicipi makanan dimakruhkan
jika tidak ada hajat, namun tidak membatalkan puasa. Sedangkan jika ada
hajat, maka dibolehkan sebagaimana berkumur-kumur ketika berpuasa.”
Yang termasuk dalam mencicipi adalah adalah mengunyah makanan untuk
suatu kebutuhan seperti membantu mengunyah makanan untuk si kecil.
‘Abdur Rozaq dalam mushonnaf-nya membawakan Bab ‘Seorang wanita
mengunyah makanan untuk anaknya sedangkan dia dalam keadaan berpuasa
dan dia mencicipi sesuatu darinya‘. ‘Abdur Rozaq membawakan beberapa
riwayat di antaranya dari Yunus, dari Al Hasan Al Bashri, ia berkata,
23. DALIL TENTANG PUASA KIFARAT ?
An-Nisa 92

Artinya :
Dan tidak layak bagi seorang mu’min membunuh seorang mu’min (yang lain),
kecuali karena tersalah (tidak sengaja), dan barang siapa membunuh seorang
mu’min karena tersalah (hendaklah) ia memerdekakan seorang hamba sahaya
yang beriman serta membayar diat yang diserahkan kepada keluarganya (si
terbunuh itu), kecuali jika mereka (keluarga terbunuh) bersedekah
Jika ia (si terbunuh) dari kaum (kafir) yang ada perjanjian (damai) antara
mereka dengan kamu, maka (hendaklah si pembunuh) membayar diat yang
diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh) serta memerdekakan hamba
sahaya yang mu’min. Barang siapa yang tidak memperolehnya, maka
hendaklah ia (si pembunuh) berpuasa dua bulan berturut-turut sebagai cara
taubat kepada Allah. Dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Bijaksana.
Al-Maidah 89

Artinya :
Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak
dimaksud (untuk bersumpah), tetapi Dia menghukum kamu disebabkan
sumpah-sumpah yang kamu sengaja, maka kaffarat (melanggar) sumpah itu,
ialah memberi makan sepuluh orang miskin, yaitu dari makanan yang biasa
kamu berikan kepada keluargamu, atau memberi pakaian kepada mereka atau
memerdekakan seorang budak.
Barang siapa tidak sanggup melakukan demikian, maka kaffaratnya puasa
selama tiga hari. Yang demikian itu adalah kaffarat sumpah-sumpahmu bila
kamu bersumpah (dan kamu langgar). Dan jagalah sumpahmu.. Demikianlah
Allah menerangklan hukum-hukum-Nya agar kamu bersyukur (kepada-Nya).
Al-Mujadilah 3-4

Artinya :
Orang yang menzihar istrinya, kemudian mereka kembali kepada
perkataannya (rujuk kepada istrinya), maka (hendaklah) memerdekakan
115
seorang hamba, sebelum keduanya bersentuh (bersetubuh). Dengan itulah
kamu diberi pengajaran. Allah Maha amat mengetahui apa-apa yang kamu
kerjakan. Barang siapa yang tidak memperoleh (hamba itu), maka (hendaklah
ia) berpuasa dua bulan berturut-turut sebelum keduanya bersetubuh. Maka
barang siapa yang tiada kuasa (berpuasa), hendaklah memberi makan enam
puluh orang miskin. Demikian itu, supaya kamu beriman kepada Allah dan
rasul-Nya. Itulah batas (aturan) Allah. Dan untuk orang-orang kafir siksa yang
pedih.
24. HUKUM PUASA MUTIH DALAM ISLAM DAN MENURUT ISLAM
Di dalam Islam tidak dikenal istilah puasa ‘mutih’ yaitu puasa dengan tidak
makan lauk pauk atau makanan lainnya yang bergaram. Di dalam Islam tidak
ada syariat yang demikian, karena memang Al-Quran maupun hadits Nabi
SAW sama sekali tidak menyinggungnya.
Islam hanya mengenal satu cara puasa yaitu tidak makan atau minum apapun
sejak shubuh hingga terbenam matahari. Dan waktunya adalah di bulan
Ramadhan untuk puasa wajib, atau di hari-hari lain yang telah ditentukan,
seperti tanggal 9 Zulhijah (hari Arafah), tiap hari Senin dan Kamis, tiap
tanggal 13,14 dan 15 tiap bulan (ayyamul Biidh), berselang-seling sehari
puasa dan sehari tidak (puasa Daud), tanggal 10 Muharram (hari Asyura) dan
puasa-puasa sunnah lainnya.
Sedangkan praktek puasa ‘mutih’ itu sama sekali berbeda dengan cara puasa
syariat Islam. Bukankah dalam puasa ‘mutih’ itu seseorang masih boleh
makan nasi, minum air putih dan lainnya? Sedangkan dalam ketentuan syariat
puasa, makan dan minum apapun sudah pasti membatalkan puasa.
Jadi sebenarnya istilah yang tepat untuk Puasa mutih ini sebagai bentuk adat
yang dikenal di lingkungan penganut kejawen dan praktisi supranatural
dengan tujuan/kepentingan tertentu seperti mendapatkan Ilmu Gaib,
keberhasilan hajat dan lain-lain.
25. HUKUM PUASA TARWIYAH
Terdapat hadis yang secara khusus menganjurkan puasa di hari tarwiyah
(tanggal 8 Dzulhijjah). Hadis itu menyatakan,
َ ‫ٍ َولَها بر‬، ‫صصورم يَصورم التلصررويَرة َسنَةد‬
‫صصورم يَصورم َعَرﻓَةَ َسنََتاًرن‬ َ ‫صاًَم اصلَعصشَر ﻓَلَها براﻜلل يَصوةم‬
َ ‫ٍ َولَها بر‬، ‫صصوام َﺷصهةر‬ َ ‫َمصن‬
”Siapa yang puasa 10 hari, maka untuk setiap harinya seperti puasa sebulan.
Dan untuk puasa pada hari tarwiyah seperti puasa setahun, sedangkan untuk
puasa hari arafah, seperti puasa dua tahun.”
Hadis ini berasal dari jalur Ali al-Muhairi dari at-Thibbi, dari Abu Sholeh, dari
Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu, secara marfu’.
Para ulama menegaskan bahwa hadis ini adalah hadis palsu. Ibnul Jauzi (wafat
597 H) mengatakan,
‫ وضوح الﻜﺬب رﻓيره ﺃظهر من‬: ‫ َوَقاًَل اصبن رحلباًَن‬. ‫ الطبيَّ كﺬاب‬: َّ‫ َقاًَل اسلَصيَماًن التلصيرمني‬. ‫وهﺬا حديث ل يصح‬
‫ﺃن يﺤتاًج ﺇرَلىَّ وصفه‬
Hadis ini tidak shahih. Sulaiman at-Taimi mengatakan, ’at-Thibbi seorang
pendusta.’ Ibnu Hibban menilai, ’at-Thibbi jelas-jelas pendusta. Sangat jelas
sehingga tidak perlu dijelaskan.’ (al-Maudhu’at, 2/198).
Keterangan serupa juga disampaikan as-Syaukani (wafat 1255 H). Ketika
menjelaskan status hadis ini, beliau mengatakan,
‫ الﻜلبيَّ كﺬاب‬: ‫رواه ابن عدي عن عاًئشة مرﻓوعاًع ول يصح وﻓيَّ ﺇسناًده‬

116
Hadis ini disebutkan oleh Ibn Adi dari A’isyah secara marfu’. Hadis ini tidak
shahih, dalam sanadnya terdapat perawi bernama al-Kalbi, seorang pendusta.
(al-Fawaid al-Majmu’ah, 1/45).
Keterangan di atas, cukup bagi kita untuk menyimpulkan bahwa hadis di atas
adalah hadis yang tidak bisa jadi dalil. Karena itu, tidak ada keutamaan khusus
untuk puasa tarwiyah.
Bolehkah Puasa Tarwiyah?
Keterangan di atas tidaklah melarang anda untuk berpuasa di hari tarwiyah.
Keterangan di atas hanyalah memberi kesimpulan bahwa tidak ada keutamaan
khusus untuk puasa tarwiyah.
Kita tetap dianjurkan untuk memperbayak puasa selama tanggal 1 sampai 9
Dzulhijjah. Dan tentu saja, hari tarwiyah masuk di dalam rentang itu. Dari
Ummul Mukminin, Hafshah radliallahu ‘anha, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam melaksanakan puasa asyura, sembilan hari pertama Dzulhijjah, dan
tiga hari tiap bulan. (HR. An Nasa’i, Abu Daud, Ahmad, dan disahihkan Al-
Albani).
Demikian pula hadis dari Ibn Abbas radhiallahu ‘anhu Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
َ‫ارهه َول‬ ‫ قَههاًالوا يَههاً َراسههوَل ل‬.‫ يَصعرنىَّ ﺃَيلههاًَم اصلَعصشههرر‬.« ‫ار رمصن هَرﺬره الَلياًرم‬
‫ب ﺇرَلىَّ ل‬‫صاًلراح رﻓيَهاً ﺃََح ظ‬
‫َماً رمصن ﺃَلياًةم اصلَعَمال ال ل‬
‫ك برَشصىَّةء‬َ ‫ار ﺇرلل َراﺟدل َخَرَج برنَصفرﺴره َوَماًلرره ﻓَلَصم يَصررﺟصع رمصن َذلر‬ ‫ار َقاًَل » َولَ اصلرجَهاًاد رﻓىَّ َسربيرل ل‬ ‫اصلرجَهاًاد رﻓىَّ َسربيرل ل‬
“Tidak ada hari dimana suatu amal salih lebih dicintai Allah melebihi amal
salih yang dilakukan di sepuluh hari ini (sepuluh hari pertama Dzulhijjah,
pen.).” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, termasuk lebih utama
dari jihad fi sabilillah? Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,
“Termasuk lebih utama dibanding jihad fi sabilillah. Kecuali orang yang
keluar dengan jiwa dan hartanya (ke medan jihad), dan tidak ada satupun
yang kembali (mati dan hartanya diambil musuh, pen.).” (HR. Ahmad,
Bukhari, dan Turmudzi).
Kemudian syariat memberikan keutamaan khusus untuk puasa tanggal 9
Dzulhijjah (hari arafah), dimana puasa pada hari ini akan menghapuskan dosa
setahun yang telah lalu dan setahun yang akan datang. Dari Abu Qatadah
radhiallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
‫ٍ والﺴنة التيَّ بعده‬، ‫صياًم يوم عرﻓة ﺃحتﺴب علىَّ ا ﺃن يﻜنفر الﺴنة التيَّ قبله‬
“…puasa hari arafah, saya berharap kepada Allah agar menjadikan puasa ini
sebagai penebus (dosa, pen.) satu tahun sebelumnya dan satu tahun
setelahnya..” (HR. Ahmad dan Muslim).
Namun keutamaan semacam ini tidak kita jumpai untuk puasa tanggal 8
Dzulhijjah (hari tarwiyah). Karena hadis yang menyebutkan keutamaan puasa
tariwiyah adalah hadis palsu.
Kesimpulannya, kita disyariatkan melaksanakan puasa tarwiyah, mengingat
adanya anjuran memperbanyak puasa selama 9 hari pertama Dzulhijjah,
namun kita tidak boleh meyakini ada keutamaan khusus untuk puasa di
tanggal 8 Dzulhijjah.

117
BAB III

PENUTUP

3.1.Kesimpulan

Puasa artinya menahan dan mencegah diri dari hal-hal yang mubah yaitu
berupa makan dan berhubungan dengan suami istri,dalam rangka Taqarub
ilallahi (mendekatkan diri pada Allah swt,). Dalam hukum Islam puasa berarti
menahan, berpantang, atau mengendalikan diri dari makan, minum, seks, dan hal-
hal lain yang membatalkan diri dari terbit fajar (waktu subuh) hingga terbenam
matahari (waktu maghrib).

Dari segi hukum puasa terdiri dari dua, yaitu puasa wajib dan puasa sunnah.

 Macam-macam puasa wajib antara lain : puasa ramadhan, puasa kifarat, dan
puasa nazar.

 Macam-macam puasa sunnah antara lain : puasa 6 hari di Bulan Syawal, puasa
senin kamis, puasa sya’ban, puasa daud , puasa asyura , puasa arafah , dan masih
banyak lagi.

Waktu haram puasa adalah waktu di mana umat Islam dilarang berpuasa.
Hikmahnya adalah ketika semua orang bergembira, seseorang itu perlu turut bersama
merayakannya.

 Berpuasa pada Hari Raya Idul Fitri (1 Syawal)

 Berpuasa pada Hari Raya Idul Adha (10 Zulhijjah)

 Berpuasa pada hari-hari Tasyrik (11, 12, dan 13 Zulhijjah)

 Berpuasa pada hari yang diragukan (apakah sudah tanggal satu Ramadan atau
belum)

 Berpuasa saat diri berhalangan, Seperti: Haid

Hal-hal yang menyebabkan puasa batal:

 Makan dan minum dengan sengaja

 Muntah dengan sengaja

 Mendapati haidh dan nifas

 Jima’ (bersetubuh) dengan sengaja

 Keluar mani karena bercumbu

Hal-hal yang disunnahkan dalam berpuasa


118
1. Mempercepat buka puasa

2. Makan Sahur walaupun dengan seteguk air

3. Mengakhirkan Sahur

4. Berbuka dengan Kurma muda dalam bilangan ganji

5. Membaca do'a buka puasa

3.2.Saran

Masih banyak sekali macam macam puasa sunnah yang belum tercantum dalam
makalah ini sehingga penulis mengharapkan saran agar dapat memperbaiki makalh
tentang puasa ini

119
DAFTAR PUSTAKA

AL QUR’AN

https://ms.wikipedia.org/wiki/Ibadat_puasa

https://muslim.or.id/343-keutamaan-puasa-ramadhan.html

https://risalahrasul.wordpress.com/2008/09/20/pengertian-syarat-dan-rukun-puasa/

http://blog.lazada.co.id/10-manfaat-dampak-ilmiah-puasa-pada-kesehatan-tubuh/

http://rencong-cyber.blogspot.co.id/2011/12/macam-macam-puasa-sunnah-
beserta.html

http://www.seputarpengetahuan.com/2015/08/pengertian-puasa-dan-macam-macam-
puasa-terlengkap.html

Aplikasi puasa sunah(Playstore)

http://rizalrizqullah.blogspot.co.id/2013/12/makalah-fiqih-ibadah-macam-macam-
puasa.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Waktu_haram_puasa

https://rumaysho.com/1249-bolehkah-mendahulukan-puasa-sunnah-dari-qodho-
puasa.html

https://rumaysho.com/1261-bolehkah-menggabungkan-puasa-sunnah-dan-qodho-
puasa.html

https://muslim.or.id/17883-larangan-puasa-pada-hari-jumat.html

https://muslim.or.id/17851-puasa-tiga-hari-setiap-bulan-dan-puasa-ayyamul-bidh.html

https://muslim.or.id/339-dibolehkan-ketika-puasa-2.html

http://www.lampuislam.org/2014/06/hal-hal-yang-membatalkan-puasa.html

http://www.muslimedianews.com/2015/06/hal-hal-yang-disunnahkan-ketika-
berpuasa.html

MAKALAH

120
SHALAT HARI RAYA

DISUSUN OLEH:

1. ANNISA AULIA P1337434116052


2. EVANIA MAURIELLA P1337434116057
3. RISTI CITRANINGTYAS P1337434116068
4. NUR AZIZAH P1337434116070
5. SELVIANTI P1337434116086
TINGKAT 1 / REGULER B

PROGRAM STUDI DIII TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG


2016

KATA PENGANTAR

121
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga makalah mengenai “Shalat Hari Raya” ini dapat
terselesaikan dengan baik meskipun masih sangat sederhana.

Ucapan terimakasih kami berikan kepada rekan-rekan kelas Reguler B yang


telah membantu dan berpartisipasi dalam penyusunan makalah ini, tak lupa ucapan
terimakasih juga diberikan kepada Djoko Priyatno, S.P, M.Sc selaku dosen
pembimbing mata kuliah Pendidikan Agama Islam.

Harapan dibuatnya makalah ini yaitu untuk menambah pengetahuan tentang


Shalat Hari Raya. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna, karena keterbatasan dan kekurangan ilmu pengetahuan penulis. Maka
dengan senang hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
demi sempurnanya makalah ini. Penyusun berharap semoga makalah ini bermanfaat
bagi pembaca.

Semarang, November 2016

Penyusun

BAB 1

PENDAHULUAN

122
1.1 Latar Belakang

Pada suatu masa, nabi Muhammad tiba di Madinah dan melihat orang-orang
merayakan dua hari dimana mereka bisa bersenang-senang. Bertanyalah nabi
Muhammad tentang apa yang sedang terjadi, dan balasan mereka adalah dua hari
tersebut merupakan hari yang dipenuhi kesenangan. Karena hal ini, nabi
Muhammad menentukan bahwa Allah SWT memiliki 2 hari raya yang jauh lebih
baik dari pesta yang dirayakan orang-orang tersebut, yaitu Idul Fitri dan Idul
Adha.

Idul Fitri merupakan salah satu hari raya yang diperingati umat Muslim di
seluruh dunia pada tanggal 1 Syawal di kalender Hijriah. Hari raya ini juga diberi
sebutan sebagai hari kemenangan, karena pada hari ini umat Muslim sudah
berhasil melawan hawa nafsu selama sebulan penuh.

Idul Adha adalah sebuah hari raya Islam. Pada hari ini diperingati peristiwa
kurban yaitu ketika Nabi Ibrahim, yang bersedia mengorbankan putranya Ismail
untuk Allah, kemudian digantikan-Nya dengan domba.Pada hari raya ini, umat
Islam berkumpul pada pagi hari dan melaksanakan shalat ied bersama-sama
ditanah lapang. Setelah shalat, dilakukan penyembelihan hewan qurban, untuk
memperingati perintah Allah kepada Nabi Ibrahim yang menyembelih domba
sebagai pengganti putranya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana pandangan umum mengenai shalat hari raya?
2. Bagaimana dalil shalat hari raya?
3. Apa hukum shalat hari raya?
4. Apa saja macam-macam shalat hari raya?
5. Kapan waktu pelaksanaan shalat hari raya?
6. Bagaimana tata cara shalat hari raya?
7. Dimana tempat shalat hari raya?
8. Apa saja amalan shalat hari raya?
9. Apa keutamaan shalat hari raya?

1.3Tujuan

1. Mengetahui pandangan umum mengenai shalat hari raya.


2. Mengetahui dalil shalat hari raya.
3. Mengetahui hukum shalat hari raya.
4. Mengetahui macam-macam shalat hari raya.
5. Mengetahui waktu pelaksanaan shalat hari raya.
6. Mengetahui tata cara shalat hari raya.
123
7. Mengetahui tempat shalat hari raya.
8. Mengetahui amalan sunnah sebelum shalat hari raya.
9. Mengetahui keutamaan shalat hari raya.

BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Shalat ‘Id adalah shalat sunnah dua raka’at yang dilaksanakan satu tahun
sekali pada dua hari raya yaitu hari raya Idul Fitri dan hari raya Idul Adha, shalat ini
dilaksanakan oleh umat Islam untuk menyambut ke dua hari raya sehingga disebut
dengan istilah idain artinya dua hari raya.

2.2 Dalil

Allah berfirman,
‫ك َواصنَﺤصر‬ َ َ‫ﻓ‬
َ ‫صلل لرَربل‬
124
“Dirikanlah shalat dan berqurbanlah (an nahr).” (QS. Al Kautsar: 2).
Maksud ayat ini adalah perintah untuk melaksanakan shalat ‘ied.

Al-Bukhari (913) dan Muslim (889), meriwayatkan dari Abu Sa’id al-Khudri
RA, dia berkata

‫ٍ اثهلم‬،‫صهلَاة‬ ‫ٍ ﻓَ اً َلوال َﺷ صيةئ يَصبهَدﺃا ربهره ال ل‬،َّ‫صهللى‬ َ ‫ضَﺤىَّ ارلَ ىَّ اصلام‬ ‫طرر َوصالَ ص‬‫صلنَىَّ اا َعلَصيره َوَسللَم يَصخاراج يَصوَم اصلفر ص‬ َ ‫كاً ََن َراسصوال ار‬
َ َ‫طَع بَصععثاً ق‬
ٍ،‫طَعههاه‬ َ ‫ٍ ﻓَيَرعظاهاصم َويَأَصامارهاصم ﻓَاً رصن كاً ََن ياررصياد اَصن يَصق‬،‫صفاصوﻓررهصم‬
‫ﺱ َعَلىَّ ا‬ ‫ﺱ اﺟلاصو د‬‫ٍ َواللناً ا‬،‫ﺱ‬‫ٍ ﻓَيَاﻜصوان امَقاًبرَل اللناً ر‬،‫ﻑ‬ َ ‫يَصن‬
‫صرر ا‬
‫ﻑ‬‫صرر ا‬ َ ‫ٍ ثالم يَصن‬،‫ يَأَصامَر برَشصيةئ اََمَربرره‬,‫اَص‬

Pada Hari Raya Fitrah dan Adha Rasulullah SAW ke luar menuju tempat
shalat. Maka, hal yang pertama-tama beliau lakukan ialah shalat, kemudian berlalu.
Terus menghadap kepada orang banyak, sedang orang-orang itu duduk bershaf-shaf.
Lalu beliau menasihati mereka dan memberi perintah. Jika beliau berkehendak
mengirim suatu utusan maka beliau lakukan, atau hendak menyuruh sesuatu maka
beliau perintahkan, sesudah itu beliau pun berlalu.

2.3 Hukum Shalat Id

Shalat 'Id hukumnya sunnah mu'akkad. Karena Nabi SAW belum pernah
meninggalkannya sejak disyari'atkan, sampai beliau berpulang kepada Allah 'Azza Wa
Jalla, sedang para sahabatnya -semoga Allah Ta'ala meredhai mereka- pun senantiasa
melaksanakannya sepeninggal beliau.

Shalat 'Id disyari'atkan supaya dilakukan berjamaah. Hai itu ditunjukkan oleh
hadis riwayat Abu Sa'id al-Khudri RA tersebut di atas. Namun demikian, sah juga bila
dilakukan sendirian. Syariat-shalat 'Id ini ditujukan kepada tiap-tiap orang mukallaf,
baik laki-laki maupun perempuan, tinggal di negeri sendiri ataupun dalam perantauan,
merdeka maupun hamba sahaya, selain wanita yang berhias atau yang dimungkinkan
bakal menimbulkan fitnah. Bagi dia, hendaknya shalat di rumah.

Adapun dalil yang menunjukkan bahwa shalat 'Id itu tidak wajib, ialah
jawaban Nabi SAW kepada orang yang menanyakan tentang shalat yang difardhukan:

125
‫ع‬ َ َ‫ٍ ارلل اَصن ت‬،‫ل‬
َ ‫طلو‬ ‫ هَصل َعلَ ل‬:‫ٍ َقاًَل‬،‫ت رﻓىَّ اصليَصورم َواللصيلَرة‬
َ ‫يَّ َغصيارَهاً؟ َقاًَل‬ ‫صلََوا ة‬ ‫" َخصم ا‬
َ ‫س‬

Lima kali shalat sehari-semalam." Penanya itu berkata: "Adakah lainnya yang
wajib aku kerjakan?" Jawab Nabi: "Tidak, kecuali kamu hendak bersuka-rela
(melakuk sunnah)". (H.R. al-Bukhari: 46, dan Muslim: 11)
Sedang menurut Abu Daud (1420):

‫ٍ َكاًَن لَههها رعصنههَدار َعصهههدد اَصن‬،‫ضيلصع رمصنهالن َﺷصيعﺌاً ارصسترصخفَعفاً برَﺤقلرهلن‬َ ‫ٍ لَصم يا‬،‫ٍ ﻓََمصن َﺟاًَءبررهلن‬،‫ت َكتَبَهالن اا َعَلىَّ اصلرعَباًرد‬
‫صلََوا ة‬ ‫َخصم ا‬
َ ‫س‬
َ‫ٍ َوارصن َﺷاًَء اَصدَخلَها اصلَجنلة‬،‫ٍ ارصن َﺷاًَء َعلﺬبَاه‬،‫س لَها رعصنَدار َعصهدد‬ ‫ٍ َوَمصن لَصم يَأَص ر‬،‫ياصدرخلَها اصلَجنلَة‬
َ ‫ت بررهلن ﻓَلَصي‬
Lima shalat yang Allah wajibkan atas hamba-hamba(Nya). Maka, barangsiapa
melaksanakannya, tanpa meriyia-nyiakan satu pun di antaranya dengan sikap
meremehkannya, maka dia memperoleh janji di sisi Allah bakal dimasukkan ke dalam
surga. Dan barangsiapa tidak melaksanakannya, maka dia tidak memperoleh janji di
sisi Allah. Jika Dia menghendaki, disiksa-Nya orang itu. Dan jika menghendaki, Dia
masukkan orang itu ke dalam surga.
Hukum shalat Id bagi musafir
 Sebuah pertanyaan telah diajukan kepada Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah,
yang intinya: Apakah untuk Shalat Id disyaratkan pelakunya seorang yang
mukim (tidak sedang bepergian)?
 Beliau kemudian menjawab yang intinya: “Ulama berbeda pendapat dalam
masalah ini. Ada yang mengatakan, disyaratkan mukim. Ada yang
mengatakan, tidak disyaratkan mukim.”
 Lalu beliau mengatakan: “Yang benar tanpa keraguan, adalah pendapat yang
pertama. Yaitu Shalat Id tidak disyariatkan bagi musafir, karena Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam banyak melakukan safar dan melakukan 3 kali
umrah selain umrah haji, beliau juga berhaji wada’ dan ribuan manusia
menyertai beliau, serta beliau berperang lebih dari 20 peperangan, namun
tidak seorangpun menukilkan bahwa dalam safarnya beliau melakukan Shalat
Jum’at dan Shalat Id…” (Majmu’ Fatawa, 24/177-178)

2.4 Macam- macam shalat Id

Shalat Id dibedakan menjadi dua, yaitu :

a.Shalat Idul Fitri

126
Shalat Idul Fitri adalah shalah shalat sunnah dua rakaat yang dilakasanakan
oleh seluruh umat Islam pada tiap tanggal 1 Syawal. Shalat sunnah dilaksanakan
setelah kaum muslimin melaksanakan puasa Ramadhan selama sebulan penuh. Idul
Fitri berasal bahasa Arab yaitu dari kata Id dan Fitri. Kata Id berarti kembali dan kata
Fitri berarti suci atau bersih. Jadi kata Idul Fitri berarti kembali menjadi suci.

Di Indonesia Hari raya Idul Fitri sudah begitu populer, dan hampir seluruh
umat Islam melaksanakan shalat ini, karena Hari Raya Idul Fitri dijadikan moment
untuk dapat berkumpul dan bersilatur rahmi bersama keluarga dan seluruh warga
kampung.

Hari raya ini begitu istimewa karena juga sebagai hari kemenangan umat
Islam setelah melaksanakan puasa satu Ramadhan penuh yang diakhiri dengan
pembagian Zakat Fitrah.

b.Shalat Idul Adha


Shalat Idul Adha adalah shalat sunnah 2 raka’at yang dilaksanakan ummat
Islam setiap tanggal 10 Zulhijjah. Idul Adha berasal dari kata Id dan Adha. Id berarti
kembali dan Adha berarti qurban. Jadi kata Idul Adha berarti kembali berqurban,
maksudnya kembali melakukan penyembelihan hewan qurban, sehingga dapat disebut
juga dengan istilah Idul Qurban. Idul Adha dapat disebut juga dengan istilah Idul Haji
karena pada tanggal 10 Zulhijjah tersebut umat Islam yang menunaikan ibadah haji
telah menyelesaikan rangkaian ibadah haji.

Dibanding dengan Shalat Idul Fitri yang dilaksanakan di Indonesia Shalat


Idul Adha kurang meriah dan tidak diikuti oleh kebanyakan umat Islam di
lingkungannnya. Walaupun begitu tidak mengurangi kekhususukan Shalat Id ini.

Rangkaian Shalat Id ini senantiasa dikaitkan dengan penyembelihan hewan


Qurban baik sapi, kerbau, maupun kambing yang dilaksanakan selama 4 hari yaitu
tanggal 10 Zulhijjah ( Hari Raya Idul Adha) dan tanggal 11,12,13 Zulhijjah atau juga
disebut Hari Tasyrik.

2.5 Waktu Pelaksanaan Shalat Hari Raya

Shiddiq Hasan Khan menyatakan : Waktu shalat Idul Fithri dan Idul Adha
adalah setelah tingginya matahari seukuran satu tombak sampai tergelincir. Dan

127
terjadi ijma (kesepatakan) atas apa yang diambil faedah dari hadits-hadits, sekalipun
tidak tegak hujjah dengan semisalnya. Adapun akhir waktunya adalah saat tergelincir
matahari” [Al-Mau'idhah Al-Hasanah 43,44]

Berkata Syaikh Abu Bakar Al-Jazairi : Waktu shalat Idul Fithri dan Idul Adha
adalah dimulai dari naiknya matahari setinggi satu tombak sampai tergelincir. Yang
paling utama, shalat Idul Adha dilakukan di awal waktu agar manusia dapat
menyembelih hewan-hewan kurban mereka, sedangkan shalat Idul Fithri diakhirkan
agar manusia dapat mengeluarkan zakat Fithri mereka” [Minhajul Muslim 278]

Syaikh Ali bin Hasan bin Ali Abdul Hamid Al-Halabi Al-Atsari Berkata Ibnul
Qayyim :“ Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengakhirkan shalat Idul Fithri
dan menyegerakan shalat Idul Adha. Dan adalah Ibnu Umar dengan kuatnya upaya
dia untuk mengikuti sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak keluar hingga
matahari terbit” [Zadul Ma'ad 1/442]

Peringatan : Jika tidak diketahui hari Id kecuali pada akhir waktu maka shalat
Id dikerjakan pada keesokan paginya. Abu Daud 1157, An-Nasa’i 3/180 dan Ibnu
Majah 1653 telah meriwayatkan dengan sanad yang shahih dari Abu Umair bin Anas,
dari paman-pamannya yang termasuk sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
“Mereka bersaksi bahwa mereka melihat hilal (bulan tanggal satu) kemarin, maka
Nabi memerintahkan mereka untuk berbuka dan pergi ke mushalla mereka keesokan
paginya”
Perbedaan waktu pelaksanaan shalat ‘Id hukumnya jawaz (tidak apa-apa)
dikembalikan pada masing-masing keyakinan suatu kaum. Karena untuk menentukan
waktu pelaksanaan shalat ‘Id itu ada yang menggunakan hisab, ada juga yang
menggunakan ruqyat.

2.6 Tata Cara Shalat Hari Raya

Jumlah raka’at shalat Idul Fitri dan Idul Adha adalah dua raka’at. Adapun tata caranya
adalah sebagai berikut. (Shahih Fiqh Sunnah, 1/607)
 Pertama : Niat Shalat

128
Niat shalat ini, sebagaimana juga shalat-shalat yang lain cukup diucapkan
didalam hati, yang terpenting adalah niat hanya semata karena Allah Ta'ala
semata dengan hati yang ikhlas dan mengharapkan Ridho Nya, apabila ingin
dilafalkan jangan terlalu keras sehingga mengganggu muslim lainnya,
memang ada beberapa pendapat tentang niat ini gunakanlah dengan hikmah
bijaksana.

Niat Shalat Bahasa Arab :

"Ushalli sunnatal li'iidil fitri rak'ataini (imamam/makmumam) lillahita'aalaa"


Artinya dalam Bahasa Indonesia: "Aku niat shalat idul fitri dua rakaat
(imam/makmum) karena Allah Ta'ala"

“Ushalli sunnatal li'iidil adha rak'ataini (imamam/makmumam) lillahita'aalaa"


Artinya dalam Bahasa Indonesia: "Aku niat shalat idul adha dua rakaat
(imam/makmum) karena Allah Ta'ala"

 Kedua : Pada raka'at pertama, menghadap kiblat dan memulai dengan


takbiratul ihrom, sebagaimana shalat-shalat lainnya.
 Ketiga : Kemudian bertakbir sebanyak tujuh kali takbir (selain takbiratul
ihrom) sebelum memulai membaca surah Al Fatihah. Boleh mengangkat
tangan ketika takbir-takbir tersebut sebagaimana yang dicontohkan oleh Ibnu
‘Umar. Ibnul Qayyim mengatakan, “Ibnu ‘Umar yang dikenal sangat
meneladani Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa mengangkat tangannya
dalam setiap takbir.” (Shahih Fiqh Sunnah, 1/607)

Dari Aisyah bahwasanya Rasulullah SAW bertakbir dalam shalat idul


fithri dan idul adha sebanyak tujuh kali pada raka'at pertama dan lima kali
pada raka'at kedua, selain dua kali takbir saat hendak ruku'. (HR. Abu Daud
no. 1152, Ibnu Majah no. 1280, dan Ahmad, 6/70)

Dari Amru bin Syu'aib dari bapaknya dari kakeknya RA berkata: Nabi
SAW bersabda, "Takbir dalam shalat idul fithri adalah tujuh kali pada raka'at
pertama dan lima kali pada raka'at kedua. Sedangkan bacaan surah Al-fatihah
adalah setelah takbir dalam kedua raka'at tersebut."(HR. Abu Daud no. 1151.
At-Tirmidzi dalam Al-'Ilal Al-Kabir, 1/288, menyatakan bahwa imam Bukhari
menshahihkannya)
129
 Keempat : Di antara takbir-takbir yang ada tadi tidak ada bacaan dzikir
tertentu. Namun ada sebuah riwayat dari Ibnu Mas’ud, ia mengatakan, “Di
antara tiap takbir, hendaklah menyanjung dan memuji Allah.” (Dikeluarkan
oleh Al Baihaqi (3/291). Syaikh ‘Ali Hasan ‘Ali ‘Abdul Hamid mengatakan
bahwa sanad hadits ini qowiy (kuat). Lihat Ahkamul ‘Idain, Syaikh ‘Ali Hasan
‘Ali ‘Abdul Hamid, hal. 21, Al Maktabah Al Islamiy, cetakan pertama, tahun
1405 H. Syaikhul Islam mengatakan bahwa sebagian salaf di antara tiap takbir
membaca bacaan, “Subhanallah wal hamdulillah wa laa ilaha illallah wallahu
akbar. Allahummaghfirlii war hamnii (Maha suci Allah, segala pujian bagi-
Nya, tidak ada sesembahan yang benar untuk disembah selain Allah. Ya Allah,
ampunilah aku dan rahmatilah aku).” Namun ingat sekali lagi, bacaannya tidak
dibatasi dengan bacaan ini saja. Boleh juga membaca bacaan lainnya asalkan
di dalamnya berisi pujian pada Allah Ta’ala.
 Kelima : Membaca doa istiftah, lalu membaca ta'awudz tanpa dikeraskan
Kemudian membaca surah Al Fatihah, dilanjutkan dengan membaca surah
lainnya. Surah yang dibaca oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah
surah Qaaf pada raka’at pertama dan surah Al Qomar pada raka’at kedua. Ada
riwayat bahwa ‘Umar bin Al Khattab pernah menanyakan pada Waqid Al
Laitsiy mengenai surah apa yang dibaca oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam ketika shalat ‘Idul Adha dan ‘Idul Fithri. Ia pun menjawab,“Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa membaca “Qaaf, wal qur’anil majiid”
(surah Qaaf) dan “Iqtarobatis saa’atu wan syaqqol qomar” (surah Al
Qomar).”Boleh juga membaca surah Al A’laa pada raka’at pertama dan surah
Al Ghosiyah pada raka’at kedua. Dan jika hari ‘ied jatuh pada hari Jum’at,
dianjurkan pula membaca surah Al A’laa pada raka’at pertama dan surah Al
Ghosiyah pada raka’at kedua, pada shalat ‘ied maupun shalat Jum’at.

Dari An Nu’man bin Basyir, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam


bersabda, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa membaca dalam
shalat ‘ied maupun shalat Jum’at “Sabbihisma robbikal a’la” (surah Al A’laa)
dan “Hal ataka haditsul ghosiyah” (surah Al Ghosiyah).” An Nu’man bin
Basyir mengatakan begitu pula ketika hari ‘ied bertepatan dengan hari Jum’at,
beliau membaca kedua surah tersebut di masing-masing shalat. (HR. Muslim
no. 878)

130
Abu Waqid Al-Laitsi RA berkata: "Nabi SAW membaca dalam shalat
idul adha dan idul fithri surah Qaf pada raka'at pertama dan surah Al-Qamar
pada raka'at kedua." (HR. Muslim no. 891, Tirmidzi no. 534, dan Ibnu Majah
no. 1282)

Dari Nu'man bin Basyir RA berkata: "Nabi SAW membaca dalam


shalat dua hari raya dan shalat Jum'at surah al-A'la dan surah Al-
Ghasyiyah."(HR. Muslim no. 878)

 Keenam : Setelah itu semua gerakan shalat serupa dengan gerakan shalat
lainnya: ruku', I'tidal, sujud pertama, duduk di antara dua sujud, dan sujud
kedua, lalu bertakbir dan berdiri untuk raka'at kedua.
 Ketujuh : Bertakbir ketika bangkit untuk mengerjakan raka’at kedua.

 Kedelapan : Kemudian bertakbir sebanyak lima kali takbir (selain takbir


bangkit dari sujud) sebelum memulai membaca surah Al Fatihah.

 Kesembilan : Kemudian membaca surah Al Fatihah. dan surah lainnya


sebagaimana yang telah disebutkan di atas.

 Kesepuluh : Setelah itu semua gerakan shalat serupa dengan gerakan shalat
lainnya: ruku', I'tidal, sujud pertama, duduk di antara dua sujud, sujud kedua,
lalu tasyahud akhir.

 Kesebelas : Mengucapkan salam.

2.7 Tempat Shalat Hari Raya

Shalat ied diutamakan dikerjakan di tanah lapang yang luas agar mampu
menampung sebanyak mungkin kaum muslimin. Meski shalat di masjid Nabawi sama
nilainya dengan seribu kali shalat di masjid yang lain, namun Rasulullah SAW tidak
melakukan shalat idul fitri dan idul adha di masjid Nabawi. Beliau selalu mengerjakan
shalat id di al-mushalla, yaitu tanah lapang. Dalilnya hadits yang diriwayatkan oleh
Abu Said Al Khudri :
‫ٍ ﻓههأَول ﺷههيَّء‬، َّ‫كاًن رسول ا صلىَّ ا عليه وسلم يخرج يوم الفطر والضههﺤيَّ ﺇلههىَّ المصههلى‬
‫يبدﺃ به الصلة‬

131
“Pada hari raya Idul Fitri dan Idul Adha, Rasulullah saw keluar
menuju tempat shalat (lapangan). Pertama kali yang dikerjakan adalah melakukan
shalat. " (HR Bukhari dan Muslim).

Adapun jika ada udzur seperti turun hujan lebat atau jarak tanah lapang jauh dari
pemukiman kaum muslimin, maka tidak mengapa melaksanakan shalat ied di masjid.

2.8 Amalan Sunnah Sebelum Shalat Hari Raya

Kaum muslimin yang berangkat menuju tempat shalat hari raya disunahkan
melakukan adab-adab berikut ini:
1. Mandi sebelum berangkat
o Dari Nafi' berkata: "adalah Ibnu Umar RA mandi pada hari raya idul
fitri sebelum keluar menuju tempat shalat." (HR. Malik, Syafi'I, dan
Abdur Razzaq dengan sanad shahih). Apa yang dilakukan oleh Ibnu
Umar RA adalah mencontoh Rasulullah SAW , sebagaimana dilakukan
juga oleh Ali bin Abi Thalib dan para sahabat yang lain.

2. Memakai pakaian yang baik dan bersih

o Dari Jabir bin Abdullah RA berkata: "Rasulullah SAW memiliki satu


jubah khusus yang beliau kenakan untuk shalat dua hari raya dan shalat
Jum'at." (HR. Ibnu Khuzaimah no. 1669)

o Dari Ibnu Umar RA berkata: "Umar membeli sebuah jubah dari sutra
yang dijual di pasar. Ia membawanya kepada Rasulullah SAW dan
berkata: "Wahai Rasulullah, belilah baju ini, agar bisa Anda kenakan
saat hari ied dan menerima utusan…" (HR. Bukhari no. 886 dan
Muslim no. 2068)

3. Makan ringan sebelum berangkat shalat idul fitri

o Dari Anas, "Rasulullah SAW tidak berangkat menuju shalat idul fitri
sebelum beliau makan beberapa biji kurma." (HR. Bukhari no. 953)

o Dari ‘Abdullah bin Buraidah, dari ayahnya, ia berkata, “Rasulullah


shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berangkat shalat ‘ied pada hari Idul
Fithri dan beliau makan terlebih dahulu. Sedangkan pada hari Idul

132
Adha, beliau tidak makan lebih dulu kecuali setelah pulang dari shalat
‘ied baru beliau menyantap hasil qurbannya.” (HR. Ahmad 5/352).

o Dari ‘Abdullah bin Buraidah, dari ayahnya, ia berkata,

o َّ‫ضَح َحلتى‬‫طرر َحلتىَّ يَأَصاكَل َولَ يَأَصاكال يَصوَم الَ ص‬


‫ لَ يَصغادو يَصوَم اصلفر ص‬-‫صلىَّ ا عليه وسلم‬- ‫ا‬
‫َكاًَن َراسوال ل ر‬
‫ضرﺤيلترره‬‫يَصررﺟَع ﻓَيَأَصاكَل رمصن ﺃا ص‬

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berangkat


shalat ‘ied pada hari Idul Fithri dan beliau makan terlebih dahulu.
Sedangkan pada hari Idul Adha, beliau tidak makan lebih dulu kecuali
setelah pulang dari shalat ‘ied baru beliau menyantap hasil qurbannya.”

4. Mengumandangkan takbir sejak keluar dari rumah sampai tempat


shalat idul fitri sampai imam hendak mengimami shalat idul fitri
o Dari Az-Zuhri bahwasanya Rasulullah SAW keluar pada hari idul
fithri, maka beliau bertakbir sampai tiba di mushalla, dan sampai
melaksanakan shalat. Jika telah selesai melaksanakan shalat, beliau
menghentikan takbir." (HR. Ibnu Abi Syaibah no. 5539, sanadnya
terputus, namun memiliki banyak hadits penguat).

o Dari Ibnu Umar RA bahwasanya Rasulullah SAW keluar pada dua hari
raya bersama Fadhl bin Abbas, Abdullah bin Abbas, Abbas bin Abdul
Muthalib, Ali, Ja'far, Hasan, Husain, Usamah bin Zaid, Zaid bin
Haritsah, dan Ummu Aiman. Rasulullah SAW meninggikan suaranya
dalam melantunkan tahlil dan takbir. (HR. Al-Baihaqi, 3/279.
Dinyatakan hasan oleh Al-Albani)

o Tidak terdapat hadits yang shahih dari Rasulullah SAW tentang lafal
takbir. Namun terdapat riwayat yang shahih bahwa Ibnu Mas'ud RA
mengumandangkan takbir yang lafalnya adalah: Allahu akbar…Allahu
akbar…laa ilaaha illallahu…Allahu akbar..Allahu akbar wa lillahil
hamdu. (HR. Ibnu Abi Syaibah, 2/178)

5. Kaum wanita, baik yang suci maupun yang haidh dan anak kecil,
dianjurkan juga berangkat ke tempat shalat ‘ied

133
Al-Bukhari (928) dan Muslim (890) meriwayatkan dari Ummu 'Athiyah al-
Anshariyah RA:

َ ‫ض ﻓَيَاﻜلن َخصل‬
‫ﻒ‬ َ ‫ٍ َحلتىَّ ناصخررَج اصلاﺤيل‬،ً‫ٍ َحلتىَّ ناصخررَج اصلبرصﻜَر رمصن رخصدررَها‬،‫اكلناً ناصؤَمار اَصن نَصخارَج يَصوَم اصلرعصيرد‬
‫ َقاًلَ ر‬:‫ٍ َورﻓىَّ ررَوايَةة‬،‫ك اصليَصورم َوطاصهَرتَاه‬
:‫ت اصمَراَدة‬ َ ‫ٍ يَصراﺟصوَن بََرَكةَ َذلر‬،‫ﺱ ﻓَياَﻜبلصرَن برتَصﻜبرصيرررهصم َويَصداعصوَن برادَعاًئررهصم‬
‫اللناً ر‬
‫ص‬
ً‫صاًرحبَتاَهاً رمصن رﺟلَباًبرَها‬ ‫ص‬
َ ً‫ لرتالبرصﺴَها‬:‫ب؟ َقاًَل‬ ‫ص‬
‫س لََهاً رﺟلَباً د‬َ ‫ٍ ارصحَداَناً لَصي‬،‫ا‬
‫َياًَراسصوَل ر‬

Pada hari 'Id kami disuruh ke luar, sehingga kami suruh ke luar pula
anak perawan dari pingitannya, sampai wanita-wanita haidh pun kami suruh
ke luar. Mereka berada di belakang jamaah, maka, mereka ikut bertakbir
bersama takbir orang-orang, dan ikut berdoa bersama doa mereka,
mengharapkan berkat dan kesucian hari itu.

Sedang menurut suatu riwayat:

‫صللهالن‬ ‫َويَصعتَرزال اصلاﺤيل ا‬


َ ‫ض َعصن ام‬

Dan wanita-wanita haidh itu memisahkan diri dari tempat shalat wanita.

o Kaum wanita yang suci ikut menunaikan shalat, sedang kaum wanita
yang haidh ikut menyaksikan shalat, mendengarkan takbir, dan
khutbah ied
o Dari Ummu Athiyah RA berkata: "Rasulullah SAW memerintahkan
kepada kami pada hari idul fithri dan idul adha untuk membawa keluar
gadis-gadis remaja, wanita-wanita yang haidh, dan perawan-perawan
yang dipingit. Para wanita yang haidh tidak melaksanakan shalat ied,
namun mereka menghadiri kebaikan dan doa kaum muslimin." Ummu
Athiyah bertanya, "Wahai Rasulullah, ada di antara kami yang tidak
memiliki jilbab?" Beliau menjawab, "Hendaklah saudarinya
meminjamkan jilbabnya kepadanya." (HR. Bukhari no. 971 dan
Muslim no. 890)

o Sedangkan dalil mengenai anak kecil, Ibnu ‘Abbas –yang ketika itu
masih kecil- pernah ditanya, “Apakah engkau pernah menghadiri
shalat ‘ied bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam?” Ia menjawab,
“Iya, aku menghadirinya. Seandainya bukan karena kedudukanku yang
termasuk sahabat-sahabat junior, tentu aku tidak akan menghadirinya.”
(HR. Bukhari no. 977)

134
6. Berangkat ke tempat shalat dengan berjalan dan tidak naik kendaraan
kecuali ada kebutuhan sangat penting seperti jarak yang jauh dan lain-
lain

o Dari Ali RA berkata: "Termasuk sunnah Rasulullah SAW adalah


berangkat ke tempat shalat ied dengan berjalan kaki." (HR. Tirmidzi
no. 530 dan dinyatakan hasan olehnya. Namun para ulama lain
melemahkannya)

7. Bersegera berangkat ke tempat shalat ied setelah selesai shalat Subuh.


Sehingga bisa segera berkumpul dan mengumandangkan takbir sampai saat
imam mengimami shalat. Berikut beberapa hal yang harus diketahui apabila
datang terlambat sholat ‘Ied:

 Tentang orang yang ketinggalan takbir zawaid bersama imam ketika shalat
id, ketika dia datang dan imam sudah membaca Al-Fatihah, maka
hendaknya dia melakukan takbiratul ihram kemudian melakukan takbir
zawaid (sendirian). Ini adalah pendapat Mazhab Hanafiyah, Malikiyah,
dan pendapat awal Imam Syafi’i (qaul qadim: pendapat beliau ketika
masih tinggal di Baghdad).

 Sementara pendapat Imam Syafi’i yang baru dan pendapat yang dipegangi
Mazhab Hanbali, tentang makmum yang ketinggalan, dan imam telah
melakukan beberapa takbir zawaid, maka makmum tidak perlu mengganti
takbir yang ketinggalan karena takbir ini hanya dilakukan di waktu
tertentu, sementara dia sudah ketinggalan. (Fatwa Syabakah Islamiyah, di
bawah bimbingan Dr. Abdullah al-Faqih, fatwa no. 56299)

 Dalam kesempatan tanya jawab bersama muridnya, Syekh Muhammad bin


Al-Utsaimin ditanya tentang hukum orang yang ketinggalan takbir zawaid
ketika shalat id.

“Terkait dengan takbir setelah takbiratul ihram (takbir zawaid), jika anda
baru mengikuti jemaah setelah imam selesai melakukan takbir zawaid,
maka engkau tidak perlu mengulangi takbir zawaid yang ketinggalan,
karena takbir ini hukumnya sunah. Sementara waktunya sudah
terlewatkan.
135
 Jika waktunya sudah lewat maka gugur anjuran untuk melakukannya.
Adapun di rakaat kedua, engkau bisa mengikuti takbir zawaid bersama
imam dengan sempurna.
 Kemudian, jika engkau ketinggalan satu rakaat bersama imam, maka di
rakaat bersama imam, engkau ikut melakukan takbir zawaid bersama
imam. Kemudian untuk mengganti rakaat yang ketinggalan, engkau
disyariatkan untuk melakukan takbir zawaid.” (Silsilah Liqa’at Bab Al-
Maftuh, 7/46)

8. Barangkat dan pulang melalui jalan yang berbeda jika memungkinkan


dan tidak memberatkan.

o Dari Jabir RA, "Rasulullah SAW jika shalat pada hari ied selalu
melewati jalan yang berlainan (saat berangkat dan pulang)." (HR.
Bukhari no. 986)

9. Tidak melakukan shalat sunah sebelum maupun sesudah shalat ied


o Dari Ibnu Abbas berkata, "Rasulullah SAW melaksanakan shalat idul
fithri sebanyak dua raka'at. Beliau tidak melakukan shalat sunnah
lainnya baik qobliyah maupun ba’diyah ‘ied. Beliau lalu mendatangi
kaum wanita disertai Bilal. Beliau memerintahkan mereka untuk
bersedekah…"(HR. Bukhari no. 964 dan Muslim no. 884)

o Boleh melaksanakan shalat tahiyatul masjid, karena setiap kita masuk


masjid itu dianjurkan untuk shalat tahiyatul masjid (sebagai
penghormatan)

10. Tidak ada adzan dan iqamah untuk shalat ied.

o Dari Ibnu Abbas dan Jabir RA berkata: "Tidak dikumandangkan adzan


baik pada shalat ied fitri maupun shalat ied adha." (HR. Bukhari no.
960 dan Muslim no. 886)

o Dari Jabir bin Samurah RA berkata: "Aku telah melakukan shalat idul
fithri dan idul adha bersama Rasulullah SAW, bukan hanya sekali dua

136
kali. Shalat tersebut tanpa adzan dan tanpa iqamat."(HR. Muslim no.
887)

o Al-Bukhari (916) dan Muslim (886) telah meriwayatkan dari Ibnu


'Abbas RA:

‫ٍ َوارنلَماًاصلاﺤ ص‬،‫طرر‬
‫طبَةا‬ ‫صلَرة يَصوَم اصلفر ص‬
‫ ارنلها لَصم يَاﻜصن ياَؤلذان رباًل ل‬:‫اَنلها اَصرَسَل ارَلىَّ اصبرن الظزبَصيرر رﻓىَّ اَلورل َماًباصويرَع لَاه‬
‫صلَرة‬
‫بَصعَد ال ل‬

Bahwasanya Ibnu 'Abbas telah mengutus seseorang datang


kepada Ab- dullah Ibnu Zubair ketika pertama-tama dia di bai'at
menjadi khalifah, untuk mengatakan): "Sesungguhnya shalat pada Hari
Fithri tidak perlu diadzani, hanya saja ada khutbah sesudah shalat.

o Dan menurut al-Bukhari (917) dan Muslim (886) pula, dari Ibnu
'Abbas dan Jabir bin Abdullah -semoga Allah meredhai mereka,
keduanya mengatakan:

‫لَصم يَاﻜصن ياَؤلذان يَصوَم اصلفر ص‬


‫طرر َويَصوَم صالَ ص‬
َّ‫ضَﺤى‬

Tidak ada adzan pada (shalat) Hari Fithri maupun Hari Adhha.

11. Hukum takbiran pada malam idul fitri adalah bid’ah


 Allah berfirman:
"Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah
kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu,
supaya kamu bersyukur " (Al-Baqarah : 185) .
 Sebagian ulama berpendapat bahwa waktu takbir dimulai sejak terbenamnya
matahari dari hari terakhir Ramadhan, dalilnya adalah ayat di atas, yang
memerintahkan kaum muslimin untuk menyempurnakan bilangan bulan
Ramadhan—dan ini bisa terlaksana dengan terbenamnya matahari pada akhir
hari dari bulan Ramadhan.
 Dengan demikian, bertakbir pada malam Iedul Fitri bukan merupakan hal
yang bid'ah karena mempunyai landasan syar'i yang diakui oleh para ulama.
Walaupun sebagian ulama lain berpendapat bahwa takbir dimulai pada hari
Idul Fitri ketika seseorang keluar dari rumahnya menuju lapangan untuk
shalat.

137
2.9 Keutamaan Shalat Hari Raya

Dari Anas bin Malik RA berkata: Rasulullah SAW tiba di Madinah sedangkan
penduduk Madinah memiliki dua hari raya untuk mereka rayakan. Maka beliau
bertanya, "Dua hari apa ini?" Mereka menjawab, "Pada dua hari ini, kami biasa
bermain pada masa jahiliyah." Maka beliau bersabda, "Allah SWT telah
menggantikannya untuk kalian dengan dua hari yang lebih baik: idul adha dan idul
fitri."(HR. Abu Daud no. 1134, An-Nasai, 3/179, Ahmad no. 11826, Al-Hakim no.
1041, Abu Ya'la no. 3717, dan Ath-Thahawi dengan sanad shahih)
Keutamaan sholat hari raya idul adha:
1. Amal ibadah berlipat
Dari Ibnu Abbas RA meriwayatkan bahwa sesungguhnya Nabi SAW
bersabda :“Tiada hari yang didalamnya ada suatu amal yang paling dicintai
Allah kecuali hari-hari ini”. Hari yang dimaksudkan tersebut adalah hari ke-
10 Dzulhijah atau jatuhnya Idul Adha Nha, pada hari ini umat islam
dianjurkan untuk melakukan amalan ibadah sebanyak-banyaknya, salah
satunya adalah Ibadah sunnah sholat Idul Adha. Selain itu bulan Dzulhijah
juga termasuk salah satu bulan yang suci dan mulia. Oleh karna itu, beribadah
sepenuh hati dibulan ini akan mendapatkan pahala berlipat.
2. Sempurnakan Dengan Qurban
Setelah melakukan ibadah sholat Idul Adha bagi yang mampu sebaiknya
disempurnakan dengan melakukan penyembelihan hewan qurban. Berqurban
ini merupakan salah satu ibadah yang sangat dianjurkan dan disukai oleh
Allah.
Dari Aisyah Rasulullah bersabda:
“Tidak ada amalan anak cucu adam pada hari raya kurban yang lebih disukai
Allah melebihi dari mengucurkan darah (menyembelih hewan qurban)
sesungguhnya pada hari kiamat nanti hewan hewan tersebut akan datang
lengkap dengan tanduk-tanduknya, kuku-kukunya dan bulu-bulunya.
Sesungguhnya darahnya akan sampai kepada Allah sebagai qurban dimanapun
hewan itu disembelih sebelum darahnya sampai ketanah, maka ikhlaskanlah
menyembelihnya”
3. Dihapuskan Dosa Selama Setahun Sebelum dan Sesudah
Ini adalah salah satu keutamaan sholat Idul Adha apabila didahului dengan
puasa sunah Arafah pada tanggal 9 Dzulhijah. Manfaat puasa Arafah ini sangat
utamayaitu dapat menghapuskan dosa selama satu tahun sebelumnya dan
setahun sesudahnya.
2.10 Perbedaan Shalat Idul Fitri & shalat Idul Adha
138
 Shalat Idul Adha dianjurkan untuk dilaksanakan lebih awal atau lebih pagi
dibandingkan shalat Idul Fithri. Dasarnya adalah hadits Nabi SAW :

‫صههلَةَ ا ص‬
َ ‫ ﺃَصن ياقَههلدَم‬: ‫صههَﺤاًبَرة‬ َ َ‫اا َعلَصيره َوَسللَم َكت‬
‫صللىَّ ل‬ ‫ﺃلن َراسول ل‬
َ‫صههلَة‬َ ‫ضههَﺤىَّ َوياههَؤلخَر‬
‫ل ص‬ ‫ب ﺇرَلىَّ بَصع ر‬
‫ض ال ل‬ َ ‫ار‬
‫اصلفر ص‬
‫طرر‬
Bahwa Rasulullah SAW memerintahkan kepada beberapa shahabatnya
untuk memajukan waktu shalat Adha dan mengakhirkan waktu shalat fithr.
(HR. Asy-Syafi'i).
 Sebelum shalat Idul Adha dianjurkan untuk 'berpuasa' terlebih dahulu, sejak
shubuh hingga selesai shalat. Baru setelah itu disunnahkan makan, yaitu
makan daging sembelihan. Sedangkan shalat Idul Fithri dianjurkan untuk
makan terlebih dahulu sebelum shalat. Habis makan baru shalat.

Bab III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

139
Shalat ‘Id adalah shalat sunnah dua raka’at yang dilaksanakan satu tahun
sekali pada dua hari raya yaitu hari raya Idul Fitri dan hari raya Idul Adha. Shalat 'Id
hukumnya sunnah mu'akkad. Shalat 'Id disyari'atkan supaya dilakukan berjamaah.
Jumlah raka’at shalat Idul Fitri dan Idul Adha adalah dua raka’at.
Berkata Syaikh Abu Bakar Al-Jazairi : Waktu shalat Idul Fitri dan Idul Adha
adalah dimulai dari naiknya matahari setinggi satu tombak sampai tergelincir. Yang
paling utama, shalat Idul Adha dilakukan di awal waktu agar manusia dapat
menyembelih hewan-hewan kurban mereka, sedangkan shalat Idul Fithri diakhirkan
agar manusia dapat mengeluarkan zakat Fithri mereka” [Minhajul Muslim 278].
Shalat ‘Id diutamakan dikerjakan di tanah lapang yang luas agar mampu
menampung sebanyak mungkin kaum muslimin. Adapun jika ada udzur seperti turun
hujan lebat atau jarak tanah lapang jauh dari pemukiman kaum muslimin, maka tidak
mengapa melaksanakan shalat ‘Id di masjid. Kaum muslimin yang berangkat menuju
tempat shalat hari raya disunahkan melakukan adab-adab berikut ini:
1. Mandi sebelum berangkat
2. Memakai pakaian yang baik dan bersih

3. Makan ringan sebelum berangkat shalat idul fitri

4. Mengumandangkan takbir sejak keluar dari rumah sampai tempat shalat idul
fitri sampai imam hendak mengimami shalat idul fitri

5. Kaum wanita, baik yang suci maupun yang haidh dan anak kecil, dianjurkan
juga berangkat ke tempat shalat idul fithri.

6. Berangkat ke tempat shalat dengan berjalan dan tidak naik kendaraan kecuali
ada kebutuhan sangat penting seperti jarak yang jauh dan lain-lain

7. Bersegera berangkat ke tempat shalat ‘Id setelah selesai shalat Subuh.


Barangkat dan pulang melalui jalan yang berbeda jika memungkinkan dan
tidak memberatkan.

8. Tidak melakukan shalat sunah sebelum maupun sesudah shalat ‘Id.

9. Tidak ada adzan dan iqamah untuk shalat ‘Id.

"Allah SWT telah menggantikannya untuk kalian dengan dua hari yang lebih baik:
Idul Adha dan Idul Fitri."(HR. Abu Daud no. 1134, An-Nasai, 3/179, Ahmad no.

140
11826, Al-Hakim no. 1041, Abu Ya'la no. 3717, dan Ath-Thahawi dengan sanad
shahih).

3.2 Saran

Dalam melaksanakan shalat hari raya, harus memperhatikan tata cara yang benar
sesuai dengan tuntunan. Selain itu, harus mengetahui amalan-amalan yang sebaiknya
dikerjakan sebelum maupun sesudah shalat hari raya. Dengan itu, kita bisa
mengetahui hikmah dari shalat hari raya.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.portalsejarah.com/sejarah-hari-raya-idul-fitri-hari-besar-umat-islam.html

http://www.asmaul-husna.com/2015/08/sejarah-dan-makna-idul-adha-sejarah.html

http://www.bilvapedia.com/2013/03/shalat-id.html

141
http://islamiwiki.blogspot.co.id/2012/10/pengertian-hukum-dalil-
disyariatkannya.html#.V8Utn4W971U

http://www.caramudahkebaitullah.com/2015/07/keutamaan-shalat-idul-fitri-tata-
cara.html

http://www.caramudahkebaitullah.com/2015/07/keutamaan-shalat-idul-fitri-tata-
cara.html

Mendulang Pahala Pasca Ramadhan. Penulis : Al-Ustadzah Ummu Ishaq Zulfa Husen
Al-Atsariyyah. http://asysyariah.com/syariah.php?menu=detil&id_online=392.

Jumlah Khutbah dalam Shalat ‘Id. Penulis : Al-Ustadz Abu Abdillah Muhammad Al-
Makassari. http://asysyariah.com/syariah.php?menu=detil&id_online=376.

Meneladani Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam Ber’idul Fithri. Penulis : Al-
Ustadz Qomar ZA, Lc.. http://asysyariah.com/syariah.php?
menu=detil&id_online=373.

Kajian Seputar Ramadhan (3). http://www.assalafy.org/mahad/?p=8.

https://muhammadqosim.wordpress.com/2010/09/09/shalat-ied/

142
MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SHOLAT WAJIB

DISUSUN OLEH:

1.Wini Dwi Yuniarti (P1337434116049)


2.Irfan Tegar Dwi Kurniawan (P1337434116054)
3.Dhita Zumrotul Maghfiroh (P1337434116063)
4.Luthfi Johan Abdurahman (P1337434116058)
5.Listya Wahyu Nisfiani (P1337434116081)
6.Sukardianto (P1337434116088)

JURUSAN DIII TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

2016/2017

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat
dan karunia-Nya kami dapat menyusun makalah ini tanpa suatu halangan apapun.

143
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam.
Kami berharap agar makalah ini dapat bermanfaat, khususnya bagi kami selaku penulis dan
umumnya bagi para pembaca agar dapat mengetahui tentang Shalat Wajib.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan
masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari pembaca, sehingga akan lebih baik dalam pembuatan makalah
selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, aamiin.

Semarang, 1 Desember 2016

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Shalat merupakan salah satu tiang pembangun dalam agama Islam.
Begitu pentingnya kedudukan shalat dalam Islam sehingga takkan mungkin
ditinggalkan. Sering kali kita sebagai makhluk Allah SWT yang paling
sepurna lalai dalam mengerjakan sholat, atau terkadang tau kewajiaban tapi
tidak mengerti apa yang dikerjakan.
144
Sholat merupakan kewajiban hamba Allah SWT yang beriman.
Bentuknya adalah serangkaian gerakan dan do’a dengan menghadapkan
wajahnya kepada Yang Maha Kuasa. Sholat merupakan ibadah yang pertama
kali diperhitungkan dan pertama kali di Hisab di hari akhir. Didalam ibadah
sholat ada dua macam bentuk yaitu Shalat Wajib dan Sholat Sunnah. Menurut
Hadist Bukhori, Sholat Wajib adalah ibadah yang waib dikerjakan oleh setiap
muslim, apabila dikerjakan mendapat pahala dan apabia tidak dikerakan akan
mendapatkan dosa.
Seorang muslim diwajibkan bersuci setiap akan melaksanakan sholat
atau yang sering kita sebut berwudlu. Tidak sahnya wudlu seseorang dapat
menyebabkan sholat yang dikerjakan menjadi tidak sah. Shalat harus didirikan
dalam satu hari satu malam sebanyak lima kali, berjumlah 17 rakaat. Sholat
tersebut merupakan kewajiban yang harus dikerjakan tanpa kecuali bagi
muslim mukallaf baik sedang sehat maupun sakit.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan sholat wajib?
2. Bagaimana sejarah sholat wajib?
3. Dalil apa saja yang menjelaskan sholat wajib?
4. Apa saja rukun dan sunah sholat wajib?
5. Apa saja keutamaan sholat wajib?
6. Bagaimana tata cara dan ketentuan sholat wajib?
C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memaparkan pemahaman tentang :
1. Pengertian sholat wajib
2. Sejarah sholat wajib
3. Dalil sholat wajib
4. Rukun dan sunah sholat wajib
5. Keutamaan sholat wajib
6. Tata cara dan ketentuan sholat wajib

145
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Sholat Wajib


Sholat secara bahasa berarti do’a atau ungkapan, sedangan secara
istilah sholat merupakan rangkain ucapan dan perbuatan yang diawali dengan
niat dan takbirotul ikhram serta diakhiri dengan salam dengan syarat syarat
yang telah ditetapkan syara’
Yang di maksud dengan ucapan yaitu takbir, bacaan al-quran, tasbih
dan do’a. sedangkan perbuatan yaitu gerakan gerakan dalam sholat.
Sholat wajib yaitu sholat yang hukumnya wajib yang apabila
dikerjakan mendapat pahala dan apabila ditinggakan mendapat dosa atau
siksa. Semua orang muslim yang sudah akil baligh / dewasa waijib
melaksanakannya. Tujuan dari sholat yaitu untuk mencegah diri dari perbuatan
keji dan mungkar.

B. Sejarah Sholat Wajib


Perintah mendirikan shalat yaitu melalui suatu proses yang luar biasa
yang dilaksanakan oleh Rasulullah SAW yaitu melalui Isra dan Mi’raj, dimana
proses ini tidak dapat dipahami hanya secara akal melainkan harus secara
keimanan sehingga dalam sejarah digambarkan setelah Nabi melaksanakan
Isra dan Mi’raj, umat Islam ketika itu terbagi tiga golongan, yaitu yang secara
terang-terangan menolak kebenarannya itu, yang setengah – tengahnya, dan
yang yakin sekali kebenarannya. Dilihat dari prosesnya yang luar biasa maka
shalat merupakan kewajiban yang utama, yaitu mengerjakan shalat dapat
menentukan amal – amal yang lainnya, dan mendirikan sholat berarti
mendirikan agama dan banyak lagi yang lainnya.
“Islam dibangun diatas lima (landasan) persaksian tidak ada ilah selain
Alah dan sesungguhnya Muhammad utusan Allah, mendirikan shalat,

146
menunaikan zakat, haji dan puasa Ramadhan”. (HR. Al-Bukhari no. 7 dan
Muslim no.19)
“Shalat lima waktu dan shalat Jum’at ke Jum’at berikutnya adalah
penghapus dosa antara keduanya selama tidak melakukan dosa besar.” (HR.
Muslim no. 342)
“Pernahkah anda membaca surat ini (surat Al-Muzammil)?
Sesungguhnya Allah mewajibkan shalat malam seperti di awal surat ini. Maka
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya melaksanakan shalat
malam selama setahun, sampai kaki mereka bengkak, dan Allah tidak turunkan
ayat-ayat akhir surat ini selama 12 bulan. Kemudian Allah menurunkan
keringanan untukshalat malam seperti disebutkan pada akhir surat ini,
sehingga shalat malam hukumnya anjuran, setelah sebelumnya kewaiban.”
(HR.Nasai 1601, Ibnu Khuzaimah 1127)
“Jibril mengimamiku di sisi Baitullah sebanya dua kali. Ia shalat
zhuhur bersamaku ketika matahari telah tergelincir dan kadar bayangan
semisal tali sandal. Ia shalat ashar bersamaku ketika bayangan benda sama
dengan bendanya. Ia shalat maghrib bersamaku ketika orang yang puasa
berbuka. Ia shalat isya bersamaku ketika syafaq telah tenggelam. Ia shalat
fajar bersamaku ketika makan dan minm telah diharamkan bagi orang yang
puasa. Maka tatkala keesokan harinya, jibril kembali mengimamiku dalam
shalat zhuhur saat bayangan benda sama dengan bendanya. Ia shalat ashar
bersamaku saat bayangan benda dua kali bendanya. Ia shalat maghrib
bersamaku ketika orang yang puasa berbuka. Ia shalat isya bersamaku ketika
sepertiga malam. Dan ia shalat fajar bersamaku dan mengisfarkannya.
Kemudian ia menoleh kepadaku seraya berkata, “Wahai Muhammad, inilah
waktu shalat para nabi sebelummu dan waktunya juga berada di antara dua
waktu yang ada.” (HR. Abu Dawud No. 393. Hasan Shahih)

C. Dalil Sholat Wajib


- Dalil Al-baqarah (43) hadist mengenai anjuran shalat seperti gerakan
shalat rasul
“Dan dirikanlah shalat, tunaikan zakat dan ruku’lah beserta orang-orang
yang ruku’.” (Al Baqarah (43). Hadist tuntunan shalat sesuai Rasulullah,
1. Sholat dengan berdiri,duduk atau berdiri
“Peliharalah segala sholat-(mu), dan (peliharalah) sholat wusthoo.
Berdirilah karena Allah (dalam sholatmu) dengan khusyu’.”(QS. Al
Baqoroh (2) ayat 238-239)

147
“Sholatlah engkau dengan berdiri. Jika kamu tidak mampu maka
duduklah. Dan jika kamu tidak mampu maka berbaringlah.”
(HR.Bukhari)
2. Menghadap kiblat
“Dan kepunyaan Alloh-lah timur dan barat, maka ke manapun kamu
menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas
(rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al Baqarah ayat 115).
‫َوﺃَرقياموا ال ل‬
‫صَلةَ َوآاتوا اللزَكاًةَ َواصرَكاعوا َمَع اللراركرعيَن‬
Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-
orang yang ruku'. (Q.S Al-Baqarah ayat 43)

‫صللوا عكعماَ عرأعصيتننمورني أن ع‬


( َّ‫صذلي ) صحيح البخاَري‬ ‫ ع‬: ‫سلفعم‬ ‫صفلىَ ف‬
‫ان ععلعصيره عو ع‬ ‫قاَل رسول ع‬

Sabda Rasulullah saw : “Shalatlah kalian sebagaimana kalian lihat aku


melakukan shalat” (Shahih Bukhari).

- QS. Al ‘Ankabuut [29]:45

“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al


Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari
(perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat
Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang
lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS. Al ‘Ankabuut
[29]:45)

- QS. Al Muddatstsir [74]: 42-45

Allah SWT berfirman: “Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar


(neraka)? Mereka menjawab: “Kami dahulu tidak termasuk orang-orang
yang mengerjakan shalat. dan kami tidak (pula) memberi makan orang
miskin, dan adalah kami membicarakan yang bathil, bersama dengan
orang-orang yang membicarakannya.” (QS. Al Muddatstsir [74]: 42-45)

- Al-Baqarah,Ayat : 43 & 110

"Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan rukulah beserta orang –


orang yang ruku."(Al-Baqarah,Ayat:43).
“Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat dan apa – apa yang kamu
usahakan dari kebaikan bagi dirimu, tentu kamu akan dapat pahalanya

148
pada sisi Allah sesungguhnya Allah maha melihat apa – apa yang kamu
kerjakan.” (Al-Baqarah,Ayat : 110)

D. Rukun dan Sunah Sholat Wajib


1. Rukun Sholat Wajib
a. Berdiri tegak pada shalat fardhu bagi yang mampu
Dalilnya firman Allah 'azza wa jalla, "Jagalah shalat-shalat dan shalat
wustha (shalat 'Ashar), serta berdirilah untuk Allah 'azza wa jalla
dengan khusyu'." (Al-Baqarah:238)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Shalatlah dengan
berdiri..." (HR. Al-Bukhary)
b. Takbiiratul-ihraam, yaitu ucapan: 'Allahu Akbar', tidak boleh dengan
ucapan lain
Dalilnya hadits, "Pembukaan (dimulainya) shalat dengan takbir dan
penutupnya dengan salam." (HR. Abu Dawud dan dishahihkan Al-
Hakim)

c. Membaca Alfatihah
Membaca Al-Fatihah adalah rukun pada tiap raka'at, sebagaimana
dalam hadits,

ً‫صلَةَ لرَمصن لَصم يَصقَرصﺃ برَفاًترَﺤرة اصلرﻜَتا‬


َ َ‫ل‬
‫ب‬
‫ ر‬.
"Tidak ada shalat bagi orang yang tidak membaca Al-Fatihah."
(Muttafaqun 'alaih)

d. Ruku‘

e. I'tidal (Berdiri tegak) setelah ruku‘

f. Sujud dengan tujuh anggota tubuh

g. Bangkit darinya

h. Duduk di antara dua sujud

Dalil dari rukun-rukun ini adalah firman Allah 'azza wa jalla, "Wahai
orang-orang yang beriman ruku'lah dan sujudlah." (Al-Hajj:77). Sabda
Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam, "Saya telah diperintahkan untuk
sujud dengan tujuh sendi." (Muttafaqun 'alaih)
149
i. Thuma'ninah dalam semua amalan
j. Tertib antara tiap rukun
k. Tasyahhud Akhir
l. Duduk Tasyahhud Akhir
m. Shalawat atas Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam
n. Dua Kali Salam
2. Sunah Sholat Wajib
a. Mengangkat kedua tangan
“Diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib, dari Nabi saw, bahwa ketika
melaksanakan shalat fardhu, beliau memulai dengan bertakbir dan
mengangkat kedua tangannya hingga sejajar dengan bahu. Beliau
melakukan hal yang sama ketika selesai membaca sebelum rukuk,
juga bangkit dari rukuk. Beliau tidak melakukan hal itu saat duduk,
akan tetapi jika beliau bangkit setelah dua kali sujud, beliau kembali
bertakbir.” (HR. Abu Dawud, dan Tirmidzi)
b. Meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri
Sebagaimana diriwayatkan oleh Jabir, dalam sebuah hadis:
"Rasulullah pernah berjalan melewati seorang yang sedang shalat.
orang tersebut meletakkan tangan kirinya di atas tangan kanannya.
Lalu beliau melepaskan tangan tersebut dan meletakkan tangan
kanannya di atas tangan kirinya."(HR.Ahmad dengan sanad sahih)
c. Mengarahkan pandangan ke tempat sujud
Hal ini berdasarkan keterangan al-Baghawiy dalam kitabnya, Syarh
as-Sunnah: "Melihat sesuatu tidak masalah di dalam shalat, akan tetapi
yang lebih baik adalah mengarahkan pandangan ke tempat sujud."
Beliau melanjutkan bahwa, Telah diriwatkan dari Ibnu Abbas, bahwa
Rasulullah saw pernah memandang ke kanan dan ke kiri saat shalat.
d. Membaca doa iftitah
Sabdah Rasulullah saw "Setelah Rasulullah melakukan takbir dalam
shalat, maka beliau berdiam sejenak sebelum membaca (surat), aku
bertanya: Wahai Rasulullah, demi ayah dan ibumu, tidakkah engkau
tahu diamnya engkau antara takbiratul ihram dan membaca surat, apa
yang engkau ucapkan? Beliau menjawab, Aku mengucapkan:
Allahumma ba`id baini wa baina khadatayaya kamaba adta bainal
masyriqi wal maghrib, Allahumma naqqini min khathayaya kama
yunaqqats tsaubul abyadhu minad dannas, Allahummaqhsilni bilma'i
was salji wal barad (Ya Allah, jauhkanlah antara aku dan kesalahan-
kesalahanku, sebagaimana Engkau menjauhkan ufuk timur dari ufuk

150
barat. Ya Allah sucikanlah alu sebagaimana disucikannya kain putih
dari kotoran, sucikanlah aku dengan air salju dan air dingin).
e. Membaca ta'awudz
Selesai membaca doa astiftah dan sebelum membaca surat al-Fatihah,
Rasulullah saw senantiasa berta`wudz. Ibnu mundzir mengatakan
riwayat yang bersumber dari Nabi saw, bahwa sebelum membaca surat
Al Fatihah pada rakaat pertama beliau mengucapkan ta'awudz. dibaca
perlahan pada rakaat pertama sesudah membaca doa istiftah sebelum
membaca surat al-Fatihah.
f. Membaca amin
Disunahkan membaca "amin" setelah membaca surat al-Fatihah, baik
ketika sedang shalat sendirian maupun berjamaah, baik sebagai imam
maupun makmum dengan suara yang keras, kecuali dalam shalat
sirriyyah.
g. Membaca bacaan sesudah al-Fatihah
Disunahkan untuk membaca surat-surat yana kita ketahui atau kita
hafal setelah membaca surat a-Fatihah pada dua rakaat pertama.
h. Menempelkan kening, hidung, dan beberapa anggota tubuh lainnya
ketika sujud
Ketika sedang sujud, maka hendaknya kita bersujud di atas tujuh
tulang, sebagaimana dijelaskan dalam hadis Rasulullah saw yang
artinya "Aku diperintahkan untuk bersujud di atas tujuh tulang, yaitu:
dahi, hidung, kedua telapak tangan, kedua lutut, dan kedua ujung
kaki".
i. Membaca doa doa shalat
Membaca doa doa yang diajarkan Rasulullah saw ketika sedang rukuk,
i'tidal, sujud, duduk diantara dua sujud dan setelah melaksanakan
tasyahud akhir
j. Duduk istirahat, sebelum bangkit menuju rakaat berikutnya adalah
sunah dalam shalat.
k. Tasyahud awal
l. Membaca shalawat atas Nabi saw
Riwayat Rasulullah saw, pada Tasyahud kedua beliau membaca: "Ya
Allah sampaikan keselamatan kepada Muhammad dan kepada
keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah memberi
keselamatan kepada nabi Ibrahim dan keluarga Ibrahim.
Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji dan Maha Agung. Berkatilah
Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah

151
memberkati Ibrahim dan keluarga Ibrahim, sesungghunya Engkau
terpuji dan Maha Agung".
m. Berdoa sesudah membaca shalawat
Setelah bershalawat atas Nabi, disunahkan untuk membaca doa doa
ma'tsur sebagaimana yang beliau ajarkan.
n. Salam kedua
Salam pertama di dalam shalat termasuk rukun shalat yang tidak boleh
ditinggalkan. Jika seseorang buang angin, misalnya sebelum salam
pertama sempurna selesai, maka shalatnya batal. Hal ini berbeda
dengan salam kedua. Sebab salam kedua masuk ke kategori sunah-
sunah shalat, bukan rukunnya. Jika tertinggal, maka shalatnya tidaklah
batal.

E. Keutamaan Sholat Wajib


1. Allah Ta’ala syariatkan kepada Nabi-Nya shallallahu alaihi wasallam
secara langsung tanpa perantara malaikat.
2. Diwajibkan di langit sementara kewajiban lainnya diwajibkan di bumi.
3. Menghapuskan semua dosa dan kesalahan.
4. Shalat subuh senantiasa dihadiri dan disaksikan oleh para malaikat.
5. Menjaga shalat subuh dan ashar merupakan sebab terbesar masuk surga
dan selamat dari neraka.
6. Meninggalkan shalat 5 waktu -atau salah satunya- dengan sengaja karena
malas secara terus-menerus adalah kekafiran.
Adapun keutamaan dari masing – masing sholat wajib, yaitu :
a. Shalat Subuh
Adapun Sabda Nabi Muhammad Saw tentang manfaat shalat subuh yang
berbunyi : ” Shalat Subuh pula, jikaa seseorang mukmin yg mengerjakan
shalat subuh selama 40 hari secara berjamaah, diberikan kepadanya oleh
Alloh swt 3 kebebasan yaitu Dibebaskan daripada api neraka dan
dibebaskan dari nifaq.”
b. Shalat Dhuhur
Menyalanya Neraka Jahannam, maka tidak seorang mukmin yg melakukan
ShalatSaat itu melainkan diharamkan atasnya uap neraka jahannam itu
pada hari kiamat.
c. Shalat Ashar
Sabda Nabi Muhammad Saw lagi yg berbunyi :” Manakala Shalat Ashar
adalah saat dimana Nabi Adam A.s memakan buah khuldi, Orang-orang
mukmin yg mengerjakan Shalat Ashar akan diampunkan dosanya seperti
bayi yang baru lahir”.
d. Shalat Maghrib
Shalat Maghrib itu adlh saat di mana taubat Nabi Adam As diterima dan
Seorang Mukmin jika mengerjakan suatu Shalat Maghrib yg dilakukan dg
152
benar – benar ikhlas maka memintalah sesuatu daripada Alloh, Maka
Allah akan memperkenankan atau mengambulkan-nya.
e. Shalat Isya
Sesuai dg Sabda Nabi Muhammad Saw yg berbunyi : ” Shalat Isya
(Atamah) katakan kubur itu adalah sangat gelap dan begitu jg pd harii
kiamat, maka seorang mukmiin yg berjalan dlm malam yg gelap untuk
pergi menunaikan shalat Isya berjamaah, maka Alloh Swt haramkan
dirinya daripada terkena nyala apii neraka dan diberikann kepadanya
cahaya untuk menyeberangii Titian Sirath “…

F. Tata Cara dan Ketentuan Sholat Wajib


1. Tata Cara Sholat Wajib
Tata cara sholat sesuai yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW
a. Takbir
- Mengangkat kedua tangan sebatas kedua pundak saat takbiratul ikram
Telah mengabarkan kepada kami Sufyan bin Uyainah dari az-Zuhri
dari Salim dari bapaknya dia berkata, "Saya melihat Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam apabila memulai shalat, maka beliau
mengangkat kedua tangannya hingga sejajar dengan kedua pundak,
dan mengangkat tangan sebelum rukuk dan ketika berdiri dari rukuk,
namun beliau tidak mengangkat kedua tangannya antara dua sujud."
(HR. Muslim)

- Mengangkat kedua tangan hingga sebatas telinga

‫صَلةَ َرﻓََع يََدصيره رحَياًَل‬‫ رحيَن اصﻓتَتََح ال ن‬: ‫ت النلبرليَّ صل ا عليه و سنلم‬ ‫َعصن َوارءَل اصبرن احصجةر َقاًَل َرﺃَصي ا‬
‫س‬ ‫صَلرة َوَعلَصيرهصم بََرارنهه ا‬‫ح ال ل‬ ‫ ثالم ﺃَتَصيتاهاصم ﻓََر ﺃَصيتاهاصم يَصر ﻓَاعوَن اَصيرديَهاصم ﺇرَلىَّ ا‬:‫ﺃااذنَصيره َقاًَل‬
‫صادورررهصم رﻓيَّ اصﻓترَتاً ر‬
‫َوﺃَصكرﺴيَةد‬

Artinya: dari Wail bin Hujr, dia berkata, “saya melihat Rasullah SAW
sewaktu memulai shalat, beliau mengangkat kedua tangan sejajar
dengan kedua telinga beliau.” Katanya, “kemudian aku datang
kepada mereka, aku melihat mereka mengangkat tangan sampai ke
dada mereka sewaktu memulai shalat, sementara mereka memakai
mantel yang menutup kepala dan memakai pakaian” (HR. Abu Daud)

- Meletakkan tangan diatas dada


َّ‫ضاع يَههَدها اصلياصﺴههَرى ثاههلم يَاشههلد بَصينَهاَمههاً َعلَههى‬
َ َ‫ﺱ َقاًَل َكاًَن َراسصوال ا صل ا عليه و سنلم ي‬ َ ‫َعصن‬
‫طاًاو ة‬
‫صَلرة‬ ‫صصدررره َوهاَو رﻓيَّ ال ل‬ َ

153
Artinya: dari Thawus, dia berkata, “Rasulullah SAW meletakkan
tangan kanan di atas tangan kirinya, kemudian menarik keduanya di
atas dada, sedang beliau dalam keadaan shalat” (HR. Abu Daud)

b. Ruku’
- Mengangkat tangan saat ruku’
‫ي َعصن َساًلرةم َعصن ﺃَربيره َقاًَل‬ ‫َحلدثََناً قاتَصيبَةا َواصبان ﺃَربيَّ اعَمَر َقاًَل َحلدثََناً اسصفَياًان صبان اعيَصينَةَ َعصن الظزصهرر ل‬
‫ي َمصنرﻜبَصيههره َوﺇرَذا‬ ‫اا َعلَصيره َوَسللَم ﺇرَذا اصﻓتَتََح ال ل‬
َ ‫صَلةَ يَصرﻓَههاع يَههَدصيره َحتلههىَّ ياَﺤههاًرذ‬ ‫صللىَّ ل‬
َ ‫ار‬ ‫ت َراسوَل ل‬ ‫َرﺃَصي ا‬
‫ص‬
‫َرَكَع َوﺇرَذا َرﻓََع َرﺃَسها رمصن الظراكو ر‬
‫ع‬
‫َوَزاَد‬
Artinya: telah menceritakan kepada kami Qutaibah dan Ibnu Abu
Umar keduanya berkata; telah menceritakan kepada kami Sufyan bin
Uyainah dari Az Zuhri dari Salim dari Ayahnya ia berkata; "Aku
melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ketika membuka
shalat mengangkat kedua tangannya hingga sejajar dengan kedua
pundaknya. Beliau juga mengangkat tangan ketika rukuk dan
mengangkat kepalanya dari rukuk." (HR. Tirmidzi)
- Meletakkan tangan diatas kedua lutut saat rukuk
‫ك‬ ‫ي بَصيههَن ارصكبَتَهه ل‬
َ ‫يَّ ﻓَنَهَههاًرنيَّ َعههصن َذلرهه‬ ‫ب ﺃَربيَّ ﻓََجَعصلهه ا‬
‫ت يَههَد ل‬ ‫ت ﺇرَليَّ َﺟصن ر‬ ‫صلَصي ا‬ َ :‫ب بن َسصعةد قاًل‬ ‫صَع ص‬‫عن ام ص‬
‫ضَع ﺃَصيرديََناً َعَلىَّ الظرَك ر‬
‫ب‬ َ َ‫ك َوﺃارمصرَناً ﺃَصن ن‬َ ‫ٍ ﻓَإَ رلناً اكلناً نَصفَعلَها ﻓَنارهصيَناً َعصن َذلر‬،‫صنَصع هََﺬا‬
‫ َلتَ ص‬:‫ت ﻓََقاًَل‬
َ ‫ﻓَاعصد‬
Artinya: dari Mush’ab bin Sa’ad, dia berkata, ”Aku pernah
mengerjakan shalat disamping bapakku, lalu aku meletakkan kedua
tanganku antara kedua lututku, maka ia melarangku mengerjakan
cara yang demikian itu. Lalu saya kembali (mengulanginya), ia
berkata (ayahku), janganlah kamu melakukan cara ini, lalu kami
dilarang melakukannya dan kami diperintahkan supaya meletakkan
tangan diatas lutut.” (HR. Abu Daud)
- Mengangkat tangan setelah ketika bangkit dari ruku
Dari Umar rodhiyallohu'anhuma : “ Bahwa Nabi SAW mengangkat
kedua tangannya sejajar dengan kedua bahunya ketika membuka
sholatnya (yakni takbirotu ihrom,edt.), ketika takbir untuk ruku', dan
ketika mengngakta kepalanya dari ruku'.” (HR. Imam Al-Bukhori 735
dan Imam Muslim 390.).

c. I’tidal
- Apa yang dibaca saat mengangkat kepala dari rukuk
‫ش َعهصن اعبَصيهرد صبهرن اصلَﺤَﺴهرن َعهصن‬
‫َحلدثََناً ﺃَابو بَصﻜرر صبان ﺃَربيَّ َﺷصيبَةَ َحلدثََناً ﺃَابو امَعاًرويَةَ َوَوركيدع َعصن اصلَصعَم ر‬
‫اصبرن ﺃَربيَّ ﺃَصوَﻓىَّ َقاًَل‬

‫اا لرَمصن َحرمههَدها الللهاههلم‬


‫ع َقاًَل َسرمَع ل‬
‫اا َعلَصيره َوَسللَم ﺇرَذا َرﻓََع ظَصهَرها رمصن الظراكو ر‬ ‫صللىَّ ل‬ ‫َكاًَن َراسوال ل‬
َ ‫ار‬
‫ت رمصن َﺷصيَّةء بَصعاد‬ َ ‫ض َورمصلاء َماً رﺷصﺌ‬‫ت َورمصلاء اصلَصر ر‬‫ك اصلَﺤصماد رمصلاء اللﺴَماًَوا ر‬ َ َ‫َربلَناً ل‬
154
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abi Syaibah
telah menceritakan kepada kami Abu Muawiyah dan Waki' dari al-
A'masy dari Ubaid bin al-Hasan dari Ibnu Abi Aufa dia berkata,
"Dahulu Rasulullah shallallahu 'alaihiwasallam apabila beliau
mengangkat punggungnya dari rukuk maka beliau mengucapkan,
'Sami'allahu Liman Hamidahu, Allahumma Rabbana laka al-
Hamdu Mil'u as-Samawati wa Mil'u al-Ardh wa Mil'u Ma Syi'ta
Min Sya'in Ba'du. (Semoga Allah mendengar kepada orang yang
memujiNya. Yami, segala puji bagimu sepenuh langit dan bumi serta
sepenuh sesuatu yang Engkau kehendaki setelah itu)”. (HR. Muslim)

- Cara meletakkan kedua lutut sebelum kedua tangan

‫َعصن َوائررل صبرن احصجةر َقاًل‬

َ ‫اا َعلَصيره َوَسللَم ﺇرَذا َسَجَد َو‬


َ ‫ضَع ارصكبَتَصيره قَصبَل يَههَدصيره َوﺇرَذا نَهَهه‬
‫ض َرﻓَههَع يَههَدصيره قَصبههَل‬ ‫صللىَّ ل‬ ‫َرﺃَصي ا‬
‫ت النلبر ل‬
َ َّ‫ي‬
‫ارصكبَتَصيره‬

Dari Wa'il bin Hujr dia berkata; “saya melihat apabila Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam sujud, beliau meletakkan kedua lututnya
sebelum kedua tangannya, dan apabila bangkit, beliau mengangkat
kedua tangannya sebelum kedua lututnya." (HR. Abu Daud).

d. Sujud
- Mengangkat tangan saat turun sujud

‫اا َعلَصيره َوَسللَم َكاًَن ياَﻜبلار َوهاَو يَصهروي‬


‫صللىَّ ل‬ ‫َعصن ﺃَربيَّ هاَرصيَرةَﺃَلن النلبر ل‬
َ َّ‫ي‬

‫صللىَّ ل‬
‫اا َعلَصيره‬ َ َّ‫ب النلبرلي‬ ‫صرﺤيدح َوهاَو قَصوال ﺃَصهرل اصلرعصلرم رمصن ﺃَ ص‬
‫صَﺤاً ر‬ َ ‫ث َحَﺴدن‬ ‫َقاًَل ﺃَابو رعيَﺴىَّ هََﺬا َحردي د‬
‫ع َوالظﺴاجورد‬‫َوَسللَم َوَمصن بَصعَدهاصم رمصن اللتاًبررعيَن َقاًالوا ياَﻜبلار اللراﺟال َوهاَو يَصهروي رللظراكو ر‬

dari Abu Hurairah berkata; "Nabi shallallahu 'alaihi wasallam


bertakbir ketika sedang turun (sujud)." Abu Isa berkata; "Hadits ini
derajatnya hasan shahih. ini adalah pendapat ahli ilmu dari kalangan
sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan orang-orang setelah
mereka dari kalangan tabi'in. Mereka berkata; "Seorang laki-laki
hendaknya bertakbir ketika rukuk dan sujud." (HR. Tirmidzi)

- Tujuh anggota sujud

155
‫ ﺇرَذا َسههَجاد اصلَعصبههاد‬:‫ب ﺃَنلها َسرمَع َراسوال ا صل اهه عليههه و سههنلم يَقاههصوال‬
‫ﺱ اصبرن َعصبرداصلامطللر ر‬
‫َعرن اصلَعلباً ر‬
‫ب َوصﺟهاها َوَكلفاًها َوارصكبََتاًها َوقََدَماًها‬
‫َسَجَد َمَعها َسصبَعةا اََرا ة‬

Artinya: Dari Abbas bin Abbdul Muthallib RA, bahwasannya dia


pernah mendengar Rasullah SAW bersabda, ”Apabila seorang hamba
bersujud, sujudlah bersamanya anggota badan, yakni: Muka, Kedua
telapak tangan, kedua lutut, dan kedua telapak kakinya.” (HR.
Muslim)

- Sujud pada hidung dan jidad

َ‫صصفَواان صبان رعيَﺴىَّ َحلدثََناً َمصعَمدر َعصن يَصﺤَيىَّ صبرن ﺃَربيَّ َكرثيةر َعصن ﺃَبرههيَّ َسههلََمة‬
َ ً‫َحلدثََناً اصبان اصلامثَلنىَّ َحلدثََنا‬
‫اا َعلَصيره َوَسللَم ارئرَيَّ َعَلىَّ َﺟصبهَترره َوَعَلىَّ ﺃَصرنَبَترره ﺃََثههار‬
‫صللىَّ ل‬ َ ‫ار‬ ‫ي ﺃَلن َراسوَل ل‬ ‫َعصن ﺃَربيَّ َسرعيةد اصلاخصدرر ل‬
‫ق َعصن َمصعَمةر نَصﺤَوها‬ ‫صللَهاً رباًللناً ر‬
‫ﺱ َحلدثََناً امَﺤلماد صبان يَصﺤَيىَّ َحلدثََناً َعصباد اللرلزا ر‬ َ ‫صَلةة‬ َ ‫رطيةن رمصن‬

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Ibnu Al Mutsanna telah


menceritakan kepada kami Sufwan bin Isa telah menceritakan kepada
kami Ma'mar dari Yahya bin Abu Katsir dari Abu Salamah dari Abu
Sa'id Al Khudri bahwa “Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
terlihat pada dahi dan ujung hidung beliau terdapat bekas tanah dari
mengerjakan shalat bersama orang-orang." Telah menceritakan
kepada kami Muhamad bin Yahya telah menceritakan kepada kami
Abdurrazaq dari Ma'mar seperti hadits di atas." (HR. Abu Daud)

- Menampakkan ketiak dan merenggangkan lengan saat sujud

‫ضَر َعصن َﺟصعفَرر صبرن َرربيَعةَ َعصن اصبرن هاصرامههَز َعههصن َعصبههرد ل‬
‫ارهه‬ َ ‫ﺃَصخبََرَناً يَصﺤَيىَّ صبان باَﻜصيةر َحلدثََناً بَصﻜار صبان ام‬
‫صههللىَّ ﻓَههلرَج بَصيههَن يَههَدصيره َحتلههىَّ يَصبههادَو‬
َ ‫اا َعلَصيره َوَسههللَم َكههاًَن ﺇرَذا‬
‫صللىَّ ل‬َ َّ‫ي‬‫صبرن َماًلرةك اصبرن باَﺤصينَةَ ﺃَلن النلبر ل‬
‫طصيره َوَقاًَل الللصي ا‬
‫ث َحلدثَرنيَّ َﺟصعفَار صبان َرربيَعةَ نَصﺤَوه‬ َ ‫ض ﺇرصب‬
‫بََياً ا‬

Artinya: Telah mengabarkan kepada kami Yahya bin Bukair telah


menceritakan kepada kami Bakar bin Mudlar dari Ja'far bin Rabi'ah
dari Ibnu Hurmuz dari 'Abdullah bin Malik bin Buhainah, “bahwa
jika Nabi shallallahu 'alaihi wasallam shalat, beliau membentangkan
kedua lengannya hingga tampak putih ketiaknya." Al Laits berkata,
telah menceritakan kepadaku Ja'far bin Rabi'ah seperti itu." (HR.
Bukhari)

e. Duduk Iq'a` antara dua sujud


156
‫ج ﺃَصخبََررنهيَّ ﺃَابهو الظزبَصيهرر ﺃَلنهها َسهرمَع‬ ‫َحلدثََناً يَصﺤَيىَّ صبان َمرعيةن َحلدثََناً َحلجاًاج صبان امَﺤلمهةد َعهصن اصبهرن اﺟَرصيه ة‬
ً‫ﺱ رﻓيَّ ا ص رلصقَعاًرء َعَلىَّ اصلقََدَمصيرن رﻓيَّ الظﺴاجورد ﻓََقاًَل رهَيَّ الظﺴنلةا َقاًَل قاصلنَههاً ﺇرنلهها‬
‫طاًاوعساً يَاقوال قاصلَناً رلصبرن َعلباً ة‬
َ
‫اا َعلَصيره َوَسللَم‬
‫صللىَّ ل‬ َ ‫ﺱ رهَيَّ اسنلةا نَبريل‬
َ ‫ك‬ ‫لَنََراها اﺟَفاًعء رباًللراﺟرل ﻓََقاًَل اصبان َعلباً ة‬

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Ma'in telah


menceritakan kepada kami Hajjaj bin Muhammad dari Ibnu Juraij
telah mengabarkan kepadaku Abu Az Zubair bahwa “dia mendengar
Thawus berkata; kami bertanya kepada Ibnu Abbas mengenai duduk
iq`a' (duduk bersimpuh) di atas kedua tumit di antara sujud." Ibnu
Abbas menjawab; "itu termasuk sunnah". Kata Thawus; "kami
berkata; "Sesungguhnya kami melihatnya kurang sopan." Ibnu Abbas
menjawab; "Itu adalah sunnah Nabimu shallallahu 'alaihi wasallam.“
(HR. Abu Daud)

f. Duduk tasyahud

‫ب َعصن ﺃَربيره َعصن َوائررل صبرن احصجةر َقاًَل قاصلهه ا‬


‫ت‬ ‫صرم صبرن اكلَصي ة‬‫ضرل َعصن َعاً ر‬ ‫َحلدثََناً امَﺴلددد َحلدثََناً برصشار صبان اصلامفَ ل‬
‫اا َعلَصيره‬‫صللىَّ ل‬ َ ‫ار‬‫صلليَّ ﻓََقاًَم َراسوال ل‬ َ ‫ﻒ يا‬َ ‫اا َعلَصيره َوَسللَم َكصي‬
‫صللىَّ ل‬َ ‫ار‬ ‫صَلرة َراسورل ل‬ َ َّ‫َلَصنظاَرلن ﺇرَلى‬
‫َوَسللَم َﻓاًصستَصقبََل اصلقرصبلَةَ ﻓََﻜبلَر ﻓََرﻓََع يََدصيره َحلتىَّ َحاًَذَتاً برأَ ااذنَصيره ثالم ﺃََخَﺬ رﺷَماًلَها بريَرمينرره ﻓَلَلماً ﺃََراَد ﺃَصن يَصرَكههَع‬
‫ضَع يََدها اصلياصﺴَرى َعَلىَّ ﻓَرخرﺬره اصلياصﺴههَرى‬ َ ‫ش ررصﺟلَها اصلياصﺴَرى َوَو‬ َ َ‫ك َقاًَل ثالم َﺟل‬
َ ‫س َﻓاًصﻓتََر‬ َ ‫َرﻓََعهاَماً رمصثَل َذلر‬
‫ق برصشههدر‬َ ‫ق َحصلقَةع َوَرﺃَصيتاها يَاقوال هََﻜَﺬا َوَحللهه‬ َ َ‫َوَحلد رمصرﻓَقَها اصلَصيَمَن َعَلىَّ ﻓَرخرﺬره اصلياصمَنىَّ َوقَب‬
َ ‫ض ثرصنتَصيرن َوَحلل‬
‫طىَّ َوﺃََﺷاًَر رباًللﺴلباًبَرة‬
َ ‫ا ص رلصبَهاًَم َواصلاوصس‬

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Musaddad telah


menceritakan kepada kami Bisyr bin Al Mufadlal dari 'Ashim bin
Kulaib dari ayahnya dari Wa'il bin Hujr dia berkata; kataku;
"Sungguh aku melihat bagaimana tata cara shalat Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam!." yaitu Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam berdiri, lalu menghadap kiblat, bertakbir, mengangkat
kedua tangan sehingga sejajar dengan kedua telinga, setelah itu
tangan kanan beliau memegang tangan kirinya, sewaktu beliau
hendak ruku', beliau mengangkat kedua tangannya seperti tadi."
Katanya melanjutkan; "Kemudian beliau duduk, yaitu menduduki
kaki kirinya dan meletakkan tangan kiri di atas paha kirinya sambil
merenggangkan siku yang kanan terhadap paha sebelah kanan dan
menggenggam kedua jari (kelingking dan manis) dan membentuk
suatu lingkaran. Aku melihat beliau melakukan seperti ini Bisyr
157
membentuk lingkaran dengan ibu jari dan jari tengah serta menunjuk
dengan jari telunjuk.“ (HR. Abu Daud)

- Duduk tawaruk pada rakaat keempat

َ‫اا َعلَصيره َوَسللَم رمصنهاصم ﺃَابو قَتَههاًَدة‬


‫صللىَّ ل‬َ ‫ار‬ ‫ب َراسورل ل‬ ‫صَﺤاً ر‬‫ي رﻓيَّ َعَشَرةة رمصن ﺃَ ص‬‫َعصن ﺃَربيَّ احَمصيةداللﺴاًرعرد ل‬
َ ‫ض ﻓَههَﺬَكَر اصلَﺤههردي‬
‫ث‬ ‫اا َعلَصيره َوَسللَم َقاًالوا َﻓاًصعرر ص‬
‫صللىَّ ل‬
َ ‫ار‬ ‫صَلرة َراسورل ل‬ َ ‫َقاًَل ﺃَابو احَمصيةد ﺃََناً ﺃَصعلَاماﻜصم بر‬
‫اا ﺃَصكبَار َويَصرﻓَاع َويَصثرنيَّ ررصﺟلَها اصلياصﺴَرى ﻓَيَصقاعاد َعلَصيَهاً ثالم‬ َ َ‫َقاًَل َويَصفتَاح ﺃ‬
‫صاًبرَع ررصﺟلَصيره ﺇرَذا َسَجَد ثالم يَاقوال ل‬
‫ت اللﺴصجَدةا اللترههيَّ رﻓيهَههاً التلصﺴههرليام ﺃَلخههَر‬ َ ‫صنَاع رﻓيَّ اصلاصخَرى رمصثَل َذلر‬
َ ‫ك ﻓََﺬَكَر اصلَﺤردي‬
‫ث َقاًَل َحلتىَّ ﺇرَذا َكاًنَ ص‬ ‫يَ ص‬
‫صههلليَّ َولَههصم‬
َ ‫ت هََﻜههَﺬا َكههاًَن يا‬ َ ‫ررصﺟلَها اصلياصﺴَرى َوقََعَد امتََولرعكاً َعَلىَّ رﺷقلره اصلَصيَﺴرر َزاَد ﺃَصحَماد َقاًالوا‬
َ ‫صههَدصق‬
‫س‬َ َ‫ﻒ َﺟل‬ َ ‫ﺱ رﻓيَّ الثلصنتَصيرن َكصي‬َ ‫يَصﺬاكَرا رﻓيَّ َحرديثررهَماً اصلاجالو‬

Artinya: dari Abu Humaid As Sa'idi dia berkata; saya pernah


mendengarnya berkata di tengah-tengah sepuluh sahabat Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam -Ahmad berkata; telah mengabarkan
kepadaku Muhammad bin 'Amru bin 'Atha` dia berkata; aku
mendengar Abu Humaid As Sa'idi berkata di tengah-tengah sepuluh
sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam di antaranya adalah
Abu Qatadah, Abu Humaid berkata; "Aku lebih mengetahui tentang
shalat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam." Mereka berkata;
"kalau demikian, jelaskanlah." Kemudian Abu Humaid menyebutkan
hadits tersebut, katanya; "… kemudian beliau membuka jari-jari
kedua tangannya apabila sujud, lalu mengucapkan: "Allahu Akbar"
Setelah itu, beliau mengangkat kepala dan melipat kaki kirinya serta
mendudukinya, beliau mengerjakan seperti itu di raka'at yang lain."
Kemudian dia menyebutkan lanjutan dari hadits tersebut, katanya;
"…dan ketika beliau duduk (tahiyyat) yang terdapat salam, beliau
merubah posisi kaki kiri dan duduk secara tawaruk (duduk dengan
posisi kaki kiri masuk ke kaki kanan) di atas betis kiri." Ahmad
menambahkan; "Sepuluh sahabat tersebut berkata; "Benar kamu,
demikianlah beliau biasa melaksanakan shalat." keduanya tidak
menyebutkan dalam kedua hadits tersebut tentang cara duduk dalam
rala'at kedua." (HR. Abu Daud)

ََ‫ض‬‫اا َعلَصيره َوَسللَم َكاًَن ياَﺴللام َعصن يَرمينرره َوَعصن رﺷَماًلرره َحلتىَّ ياههَرى بَيَههاً ا‬
‫صللىَّ ل‬ ‫ار ﺃَلن النلبر ل‬
َ َّ‫ي‬ ‫صن َعصبرد ل‬
‫ار اللﺴَلام َعلَصياﻜصم َوَرصحَمةا ل‬
‫ار‬ ‫َخلدره اللﺴَلام َعلَصياﻜصم َوَرصحَمةا ل‬

158
Artinya: Dari Abdullah bahwa “Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
biasa memberi salam ke arah kanan dan ke arah kiri sehingga
terlihat putih pipi beliau (beliau mengucapkan): " Assalaamu
'alaikum wa rahmatullah, Assalaamu 'alaikum wa rahmatullahi
(semoga keselamatan dan rahmat Allah tetap atas kalian, semoga
keselamatan dan rahmat Allah tetap atas kalian)." (HR. Abu Daud)

- Menunjuk dalam shalat

َّ‫ي قَههاًَل َرآنرههي‬‫َحلدثََناً اصلقَصعنَبرظيَّ َعصن َماًلرةك َعصن امصﺴلررم صبرن ﺃَربيَّ َمصريََم َعصن َعلرليَّ صبرن َعصبرد اللرصحَمرن اصلامَعاًرو ل‬
‫ﻑ نَهَههاًرنيَّ َوقَههاًَل ا ص‬
‫صههنَصع َكَمههاً َكههاًَن‬ َ ‫صَلرة ﻓَلَلماً اصن‬
َ ‫صَر‬ ‫صىَّ رﻓيَّ ال ل‬ َ ‫ث رباًصلَﺤ‬
‫ار صبان اعَمَر َوﺃََناً ﺃَصعبَ ا‬ ‫َعصباد ل‬
‫ااهه َعلَصيههره َوَسههللَم‬‫صههللىَّ ل‬
َ ‫ارهه‬ ‫ﻒ َكههاًَن َراسههوال ل‬ َ ‫ت َوَكصيهه‬ ‫صنَاع ﻓَقاصلهه ا‬
‫اا َعلَصيره َوَسللَم يَ ص‬ ‫صللىَّ ل‬َ ‫ار‬ ‫َراسوال ل‬
ً‫صاًبرَعها اكللهَهها‬ َ َ‫ض ﺃ‬َ َ‫ضَع َكفلها اصلياصمَنىَّ َعَلىَّ ﻓَصخرﺬره اصلياصمَنىَّ َوقَب‬ َ ‫صَلرة َو‬ ‫س رﻓيَّ ال ل‬ َ َ‫صنَاع َقاًَل َكاًَن ﺇرَذا َﺟل‬
‫يَ ص‬
‫ضَع َكفلها اصلياصﺴَرى َعَلىَّ ﻓَصخرﺬره اصلياصﺴَرى‬ ‫َوﺃََﺷاًَر برأَ ا ص‬
َ ‫صبارعره اللرتيَّ تَرليَّ ا ص رلصبَهاًَم َوَو‬

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Al Qa'nabi dari Malik dari


Muslim bin Abu Maryam dari Ali bin Abdurrahman Al Mu'awi dia
berkata; Abdullah bin Umar melihatku, ketika aku sedang
mempermainkan kerikil dalam shalat, seusai shalat, dia melarangku
sambil berkata; "Perbuatlah seperti yang di perbuat oleh Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam." kataku; 'Bagaimana yang biasa di
perbuat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam?" dia menjawab;
"Apabila beliau duduk dalam shalat, beliau meletakkan telapak
tangan kanannya di atas paha kanannya dan menggenggam semua
jari jemarinya seraya menunjuk dengan jari yang dekat ibu jari (jari
telunjuk) dan meletakkan telapak tangan kirinya di atas paha
kirinya.” (HR. Abu Daud)

g. Ucapan Salam

‫ت َمَع النلبرليَّ صل ا عليه و سنلم ﻓََﻜههاًَن ياَﺴههللام َعههصن يَرمينرههره )َااللﺴههَلام َعلَصياﻜههصم‬
‫صللصي ا‬
َ :‫َعصن َوارءةل َقاًَل‬
‫َوَرصحَمةا )ا َوبََرَكاة( َو َعصن رﺷَماًلرره )َااللﺴَلام َعلَصياﻜصم َوَرصحَمةا ا‬

Artinya: Dari Wail, dia berkata, “saya pernah mengerjakan shalat


bersama nabi SAW, beliau biasa memberi salam ke kanan beliau
(dengan mengucapkan), Asslamu ‘alaikum wa rahmatullaahi wa
barakatu (Semoga keselamatan, rahmat Allah dan berkahnya tetap
atas kalian), dan ke sebelah kiri beliau (dengan mengucapkan)
159
Asslamu ‘alaikum wa rahmatullaahi (semoga kesejahteraan dan
rahmat Allah tetap atas kalian).” (HR. Muslim)

2. Ketentuan Sholat Wajib


a. Penentuan susunan shaf antara laki – laki dan perempuan
Posisi jama’ah shalat wanita itu di bagian belakang laki-laki. Tidak
sejajar apalagi di depannya. Dan sebaik-baik shaf wanita adalah yang
paling belakang. Sedangkan sebaik-baik shaf laki-laki adalah bagian
terdepannya. Di tengah-tengah antara shaf laki-laki dan wanita adalah
barisan anak-anak. Namun bila anak itu hanya satu saja, maka dia
masuk ke dalam shaf laki-laki.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menetapkan bahwa shaf
laki-laki di depan shaf anak-anak. Dan shaf anak-anak di belakang
shaf laki-laki. Sedangkan shaf wanita di belakang shaf anak-
anak. (HR. Ahmad dan Abu Dawud)
Dari Abi Hurairah radhiyallahu anhu bahwa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sebaik-baik shaf laki-laki adalah yang paling depan dan seburuk-
buruknya adalah yang paling belakang. Sebaik-baik shaf wanita
adalah yang paling belakang dan seburuk-buruknya adalah yang
paling depan.” (HR. Muslim Abu Dawud, Tirmizy, An-Nasai, Ibnu
Majah dan Ahmad)
Dari Abu Malik Al-Asy’ari radhiyallahu anhu,“… Beliau letakkan
orang laki-laki di depan anak-anak, sedang anak-anak di belakang
mereka, di belakang anak-anak barulah orang-orang wanita (HR.
Ahmad).
b. Waktu Sholat
- Batasan waktu Shalat Isya
Dari ‘Abdullah bin Amr ra, Rosulullah bersabda : “Waktu sholat
isya’ itu hingga pertengahan malam.” (HR. Muslim no. 612)
Dari ‘Aisyah ra : “Pada suatu malam, Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam mengakhirkan sholat isya’ hingga lewat tengah malam dan
hingga semua jama’ah yang ada di masjid tertidur, lalu Nabi keluar
dan melaksanakan shalat, lalu Rasulullah bersabda :
“Sesungguhnya sekarang adalah waktunya (yang utama) kalau
seandainya tidak memberatkan umatku.” (HR. Bukhari no. 566,
Muslim no.638, an-Nasaa’i no. 536)
Dari Abu Sa’id al-Khudri : “Kami pernah sholat isya’ bersama
Rasulullah SAW maka beliau tidak keluar(dari rumah untuk
160
sholat) hingga pertengahan malam sudah berlalu. Lalu Rasulullah
SAW bersabda: “Ambillah tempat duduk kalian masing-masing”.
Maka masing-masing kami mengambil posisi duduk. Lalu beliau
bersabda lagi: “Sesungguhnya orang-orang telah melaksanakan
sholat dan beranjak tidur, sementara kalian (terhitung) dalam
(pahala) shalat selagi kalian menunggu pelaksanaannya. Kalaulah
bukan karena orang yang lemah atau orang yang sakit, niscaya aku
akan mengakhirkan sholat isya’ hingga pertengahan malam.” (HR.
Abu Dawud no. 422,an-Nasaa’i no. 538, Ibnu Majah no. 693, dan
Ibnu Khuzaimah no. 345, Shohiih Sunan Abi Dawud no. 407)
Dari Anas bin Malik ra: “Nabi shallallahu alaihi wa sallam
mengakhirkan sholat isya’ sampai pertengahan malam kemudian
beliau sholat ...” (HR. Bukhari no. 572 dan Muslim no.640)
Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah SAW bersabda: “Seandainya
tidak memberatkan umatku, niscaya aku perintahkan mereka untuk
mengakhirkan sholat isya’ hingga sepertiga malam atau
pertengahan malam.” (HR at-Tirmidzi no. 167 dan Ibnu Majah no.
691)
Dalil diatas memberi penelasan bahwa tidak ada larangan untuk
mengakhirkan sholat isya’ hingga pertengahan malam atau
sepertiga malam. Jika Nabi menemui para sahabat setelah waktu
pertengahan malam maka otomatis pelaksanaan sholatnya setelah
pertengahan malam dan jika demikian maka waktu sholat isya’
adalah hingga waktu fajar datang.” (Al-AusathII/346 oleh Ibnul
Mundzir).
Jadi akhir waktu sholat isya’ menurut pendapat yang lebih kuat
yaitu hingga munculnya fajar shodiq (masuknya waktu shubuh).
Ini adalah pendapat jumhur (mayoritas) para ulama.
- Cara menentukan waktu shalat tanpa mendengar adzan
Ayat Pertama:
‫ك رذصكهَرى‬ ‫ت ياههصﺬرهصبَن اللﺴههيلَﺌاً ر‬
َ ‫ت َذرله‬ ‫طَرَﻓهريَّ النلَههاًرر َوازلَعفهاً رمهَن الللصيهرل ﺇرلن اصلَﺤَﺴههَناً ر‬ ‫َوﺃَقررم ال ل‬
َ َ‫صهَلة‬
‫رلللﺬاركرريَن‬
"Dan dirikanlah shalat pada kedua tepi siang dan pada bahagian
permulaan malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik
itu menghapuskan perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah
peringatan bagi orang-orang yang ingat"(QS. Huud: 114)

161
Menurut para mufassriin, di ayat ini disebutkan waktu shalat, yaitu
kedua tepi siang, yaitu shalat shubuh dan ashar. Dan pada bahagian
permulaan malam, yaitu Maghirb dan Isya`.
Ayat kedua
‫ق الللصيرل َوقاصرَءاَن اصلفَصجرر ﺇرلن قاصرَءاَن اصلفَصجرر َكاًَن َمصشاهوعدا‬ ‫ﺃَقررم ال ل‬
‫صَلةَ لرادالورك اللشصم ر‬
‫س ﺇرَلىَّ َغَﺴ ر‬
Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap
malam dan Qur`anal fajri. Sesungguhnya Qur`anal fajri itu
disaksikan (QS. Al-Isra`: 78)
Menurut para mufassrin, di dalam ayat ini disebutkan waktu shalat
yaitu sesudah matahari tergelincir, yaitu shalat Zhuhur dan Ashar.
Sedangkan gelap malam adalah shalat Maghirb dan Isya`
dan Qur`anal fajri yaitu shalat shubuh.

Hukum shalat dengan perhitungan waktu sendiri


Jika dilakukan tanpa sengaja, tidak ada dosa, dan shalatnya dinilai
sebagai shalat sunah, sehingga kewajibannya belum gugur. Karena
itu, dia harus mengulangi shalatnya. Imam Ibnu Utsaimin
melanjutkan keterangannya,
“Jika ada orang melakukan shalat sebelum waktunya tanpa
sengaja, karena mengira sudah masuk waktu, maka dia tidak
berdosa dan shalatnya terhitung sebagai amal sunah. Namun dia
wajib mengulangi. Karena diantara syarat sah shalat adalah
dilakukan setelah masuk waktu” (as-Syarh al-Mumthi’, 2/96).
- Tertidur pada saat waktu shalat maghrib dan baru menunaikannya
secara setengah sadar pada saat malam hari
Dari hadits Anas bin Malik r.a berkata: “Rasulullah s.a.w
bersabda : “Barangsiapa yang lupa akan shalatnya atau tertidur
dari sholatnya maka kaffaratnya (tebusannya) adalah dia
melaksanakan sholat pada saat ia sudah ingat” (HR.Bukhari)

c. Bacaan Sholat
- Bacaan sunah dalam sholat
1. Membaca doa itiftah
2. Membaca ta’awudz sebelum alfatihah
3. Membaca aamiin
4. Membaca bacaan susudah al-Fatihah dan
5. Membaca doa doa yang diajarkan Rasulullah saw ketika
sedang rukuk, i’tidal, sujud, duduk diantara dua sujud dan
bacaan salam ke kiri

d. Pakaian Ketika Sholat


- Tidak boleh menjulurkan sarung saat shalat
162
Isbal yaitu menjulurkan celana di bawah mata kaki. Seseorang
yang menjulurkan celananya dengan sombong atau pun tidak di
bawah mata kaki, maka ia terkena ancaman yang di sebutkan
dalam hadist dari Abu Hurairah ra, Rasulullah SAW bersabda,
“Kain yang berada di bawah mata kaki itu berada di neraka.” HR.
Bukhari no. 5787.
Ada hadist yang dibawakan oleh Imam Nawawi dalam Riyadhus
Shalihin tentang masalah isbal
Dari Abu Hurairah,ia berkata, “Ada seseorang yang shalat dalam
keadaan isbal. Rasulullah SAW lantas berkata padanya,”Pergilah
dan kembalilah berwudhu.” Lalu ia pergi dan berwudhu kemudian
ia datang kembali. Rasulullah SAW masih berkata,”Pergilah dan
kembalilah berwudhu.” Kemudian ada yang berkata,”Wahai
Rasulullah, mengapa engkau memerintahkan padanya untuk
berwudhu, lantas engkau diam darinya?” Nabi SAW lantas
bersabda,”Ia shalat dalam keadaan isbal, padahalAllah tidak
menerima shalat dari orang isbal.” HR Abu Daud no. 4086. Ada
dalil yang semakna dari Ibnu Mas’ud di mana diriwayatkan oleh
Abu Daud dengan sanad yang shahih,ia berkata bahwa Rasulullah
SAW bersabda : “Siapa yang shalat dalam keadaan isbal disertai
kesombongan,maka Allah tidak memberikan jaminan halal dan
haram untuknya.” HR. Abu Daud no. 637 shahih kata Syaikh
Salim.
Syaikh Muhammad bin Sholeh Al ‘Utsaimin berkata,”Shalat orang
yang isbal itu sah, akan tetapi ia berdosa. Begitu pula seseorang
yang memakai pakaian yang haram seperti baju hasil curian, baju
yang terdapat gambar makhluk bernyawa, baju yang terdapat
simbol salib atau terdapat gambar hewan. Semua baju seperti itu
terlarang saat shalat dan di luar shalat. Shalat dalam keadaan isbal
tetap sah, akan tetapi berdosa karena mengenakan pakaian seperti
itu. Inilah pendapat terkuat dalam masalah ini. Karena larangan
berpakaian isbal bukan khusus untuk shalat. Dikarenakan tidak
khusus untuk shalat, maka shalat tersebut tidaklah batal. Inilah
kaedah yang benar yang dianut oleh jumhur atau mayoritasulama.”
(Syarh Riyadus Sholihin, 4:300-301)
- Mukena yang tersingkap saat sholat

163
Dalam kitab Kasyaful Qanna 1/269, “Shalat tidak batal jika
tersingkap sedikit aurat tanpa sengaja, meskipun yang tersingkap
sedikit itu berlangsung pada waktu lama. Kalau angin
menerbangkan penutup auratnya, kemudian terlihat darinya yang
tidak bisa dimaafkan meskipun dalam waktu yang lama akan jelek.
Sedangkan jika tersingkap seluruh auratnya lalu dikembalikan
secepatnya tanpa banyak gerakan, maka shalatnya tidak batal.
Karena waktunya bagaikan (terbuka) sedikit (meskipun) lama
waktunya. Kalau untuk mengambil penutup (auratnya)
membutuhkan banyak gerakan, maka shalatnya batal.”
- Mengenakan mukena yang tipis untuk shalat
Dalil larangan mengenakan pakaian tipis :
“Hafshah bintu Abdurrahman masuk ke dalam rumah Aisyah-istri
nabi s.a.w-dengan memakai kerudung yang tipis. Kemudian
Aisyah merobeknya dan memakaikannya dengan kerudung yang
tebal”(HR.Malik)
- Jika sarung terlepas saat shalat
Hukumnya dapat mebatalkan shalat.
Aturan dan hukum memakai sarung dalam Islam yg penting untuk
kalian ketahui adalah Isbal. Isbal adalah menurunkan pakaian di
bawah mata kaki.
Hukumnya haram bagi pria untuk melakukan Isbal pada sarung,
pakian, dan celana. Dan ini ternyata termasuk ke dalam dosa besar.
Nabi bersabda :
"Isbal berlaku bagi sarung, gamis, dan sorban. Barang siapa yang
menurunkan pakaiannya karena sombong, tidak akan dilihat oleh
Allah S.W.T di hari kiamat." Rasul bersabda : "Jauhilah olehmu
Isbal, karena ia termasuk perbuaan yg sombong" Dalam riwayat
Imam Ahmad dan Bukhari dengan bunyi : “Apa saja yang berada
di bawah mata kaki berupa sarung, maka tempatnya di Neraka."
Rasullullah S.A.W bersabda : "Ada tiga golongan yang tidak akan
diajak bicara oleh Allah SWT di hari kiamat. Tidak dilihat dan
dibersihkan (dalam dosa) serta akan mendapatkan azab yang
pedih, yaitu seseorang yg melakukan isbal (musbil), pengungkit
pemberian, dan orang yg menjual barang dagangannya dengan
sumpah palsu."

164
e. Pelaksanaan Sholat
- Melakukan shalat (sendiri atau berdua) jika sedang berada di
tengah hutan atau laut dan hanya memiliki satu pakaian yang ada.
Dari Abu Said Al-Khudri, bahwa suatu ketika Rasulullah SAW
melepas sandalnya ketika beliau shalat. Para sahabat yang
bermakmum di belakang beliau pun ikut-ikutan melepas sandal
mereka mereka. Setelah selesai shalat, Nabi SAW bersabda “Apa
yang menyebabkan kalian melepaskan sandal kalian?” Mereka
menjawab, “Kami melihat Anda melepas sandal, sehingga kami
pun mengikutinya.” Kemudian beliau menjelaskan
“Sesungguhnya,Jibril mendatangiku dan memberitahukan padaku
bahwa di kedua sandalku ada najis.” (HR. Abu Daud)
Pendapat mahzab Hanafi : Dalam kondisi tersebut, dibolehkan
melaksanakan shalat meskipun dengan pakaian najis. Shalatnya
sah dan tidak perlu diulang. Al-Kasani dalam Bada’i As-Shana’i
mengatakan: Jika seperempat bajunya itu suci, maka dia tidak
boleh shalat sambil telanjang. Namun dia wajib shalat dengan
menggunakan baju itu. Namun, jika seluruh bajunya najis, atau
yang suci kurang dari 1/4 bagian, maka dia punya hak pilih. Dia
boleh shalat dengan telanjang, boleh shalat dengan memakai baju
itu. Namun shalat dengan menggunakan baju lebih utama. (Bada’i
As-Shana’i, 1:478).
Pendapat mahzab Maliki : Dalam kondisi tersebut, dibolehkan
melaksanakan shalat dengan baju. Namun jika memungkinkan
untuk mencucinya atau mendapatkan baju ganti, dan masih
mendapatkan waktu shalat, wajib mengulangi shalatnya. An-
Nafrawi mengatakan : “Orang yang melakukan shalat wajib
dengan baju najis atau terkena najis, sementara dia tidak mampu
menghilangkannya,dan waktu shalat masih longgar, disamping
najisnya tidak bisa ditoleransi maka dia wajib mengulangi
shalatnya selama waktu shalat masih ada (setelah mencuci
najisnya) (al-Fawakih ad-Dawani, 3:24)
Pendapat mahzab Syafi’i: Dalam kondisi tersebut, tidak boleh
shalat dengan pakaian tersebut jika terkena najis. Namun, dia
shalat dengan telanjang, shalatnya sah dan tidak wajib diulang.
Imam asy-Syafi’i dalam kitabnya al-Umm mengatakan: “Jika
165
pakaiannya terkena najis dan dia tidak mendapatkan air untuk
mencucinya maka dia shalat sambil telanjang dan tidak perlu
diulang. Dia tidak boleh melakukan shalat dengan pakaian najis,
apa pun keadaannya ...” (al-Umm, 1:74)
Pendapat mahzab Hambali : Dalam kondisi tersebut, dibolehkan
shalat dengan baju tersebut dan tidak boleh sambil telanjang.
Namun wajib mengulangi shalatnya setelah mencucinya atau
mendapatkan baju ganti, meskipun waktu shalat telah berakhir.
Ibnu Qudamah mengatakan: “Orang yang tidak memiliki pakaian
selain baju najis, dia boleh sholat dengan baju tersebut, dan wajib
mengulangi, menurut keterangan Imam Ahmad.”(al-Muqni’
dengan Syarh al-Kabir, 1:465).

- Penentuan susunan shaf antara laki – laki dan perempuan


Posisi jama’ah shalat wanita itu di bagian belakang laki-laki. Tidak
sejajar apalagi di depannya. Dan sebaik-baik shaf wanita adalah
yang paling belakang. Sedangkan sebaik-baik shaf laki-laki adalah
bagian terdepannya. Di tengah-tengah antara shaf laki-laki dan
wanita adalah barisan anak-anak. Namun bila anak itu hanya satu
saja, maka dia masuk ke dalam shaf laki-laki.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menetapkan bahwa shaf
laki-laki di depan shaf anak-anak. Dan shaf anak-anak di
belakang shaf laki-laki. Sedangkan shaf wanita di belakang shaf
anak-anak. (HR. Ahmad dan Abu Dawud)
Dari Abi Hurairah radhiyallahu anhu bahwa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Sebaik-baik shaf laki-laki adalah
yang paling depan dan seburuk-buruknya adalah yang paling
belakang. Sebaik-baik shaf wanita adalah yang paling belakang
dan seburuk-buruknya adalah yang paling depan.” (HR. Muslim
Abu Dawud, Tirmizy, An-Nasai, Ibnu Majah dan Ahmad)
Dari Abu Malik Al-Asy’ari radhiyallahu anhu, “… Beliau letakkan
orang laki-laki di depan anak-anak, sedang anak-anak di
belakang mereka, di belakang anak-anak barulah orang-orang
wanita (HR. Ahmad).
- Masbuk saat imam telah mebaca al fatihah
Abu Dawud, al-Hakim dan Ibnu Khuzaimah dari Abu Hurairah;
“Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. ia berkata: Rasulullah saw
telah bersabda: Apabila kamu mendatangi shalat ketika kami

166
sedang sujud, maka sujudlah dan jangan hitung sebagai satu
rakaat, dan barangsiapa menjumpai rukuknya imam, berarti ia
menjumpai salat (secara sempurna).”
pendapat Jumhur Ulama yang menyatakan bahwa seorang
makmum disebut masbuq itu apabila ia tertinggal ruku’ bersama
imam. Jika seorang makmum mendapati imam sedang ruku’,
kemudian ia ruku bersama imam, maka ia mendapatkan satu
raka’at dan tidak disebut masbuq. Dan gugurlah kewajiban
membaca surat al-Fatihah.

f. Hal yang dapat terjadi pada saat melaksanakan sholat


- Bila perempuan tidak menyentuhkan dahinya pada sajadah saat
sujud karena terhalang oleh mukena
Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam mengajarkan kepada orang
yang salah shalatnya :
"Maka apabila kamu ruku', letakkanlah kedua tangannya di atas
kedua lututmu, lalu renggangkanlah di antara jari-jarimu.
Kemudian diamlah sehingga setiap anggota tubuh menempati
tempatnya." (HR. Ahmad, Ibnu Huzaimah, dan Ibnu Hibban).
Diriwayatkan dari Wail Ibnu Hujr Radhiyallahu 'Anhu berkata:
‫ضفم أع ع‬
‫صاَبرععهن‬ ‫أعفن عالنفبرفي صلىَ ا عليه وسلم عكاَعن إرعذا عرعكعع فعفرعج بعصيعن أع ع‬
‫صاَبررعره عوإرعذا ع‬
‫سعجعد ع‬
"Bahwa Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bila ruku'
merenggangkan jari-jarinya dan bila sujud merapatkan jari-
jemarinya." (HR. Diriwayatkan oleh Hakim)
Secara umum, tuntunan shalat yang dipraktikkan Nabi Shallallahu
'Alaihi Wasallam dan diajarkan kepada para sahabatnya berlaku
bagi laki-laki dan perempuan, tidak terkecuali sifat dan posisi
tangan dalam ruku' dan sujud.
- Menunaikan shalat maghrib saat adzan isya mulai berkumandang
Shalat Anda sah dan Anda tidak perlu mengulang kembali shalat
tersebut. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

َ ‫ٍ َوَمههصن ﺃَصدَر‬، ‫صههصبَح‬


‫ك َرصكَعههةع‬ َ ‫س ﻓَقَههصد ﺃَصدَر‬ ‫صصبح َرصكَعةع قَصبَل ﺃَصن تَ ص‬
‫طلاَع اللشههصم ا‬ َ ‫َمصن ﺃَصدَر‬
‫ك ال ظ‬ ‫ك رمصن ال ظ ر‬
‫ك اصلَع ص‬
‫صههههههههَر‬ َ ‫س ﻓََقههههههههصد ﺃَصدَر‬ َ ‫صههههههههرر قَصبههههههههَل ﺃَصن تَصغههههههههار‬
‫ب اللشههههههههصم ا‬ ‫رمههههههههصن اصلَع ص‬
"Barang siapa yang mendapatkan satu rakaat shalat Shubuh
sebelum matahari terbit, maka dia telah mendapatkan shalat
Shubuh, barang siapa yang mendapatkan satu rakaat Ashar
sebelum matahari terbenam, maka dia telah mendapatkan shalat
Ashar." (HR. Bukhari, no. 579 dan Muslim, no. 608

167
Pada hadits di atas Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dengan
jelas menerangkan hukum tentang orang yang sebagian shalatnya
dilaksanakan pada waktunya dan sebagian lain dilaksanakan
setelah habis waktunya. Ketika Anda melaksanakan shalat
Maghrib di akhir waktu shalat Maghrib dan mepet dengan waktu
Isya' sehingga Anda melaksanakan sebagian shalat maghrib pada
waktunya dan sisa shalat magrib dilaksanakan setelah keluar
waktunya dengan ditandai adzan yang menunjukkan sudah
masuknya waktu Isya'.
- Masbuk pada saat duduk tasyahud akhir
Para ulama berbeda pendapat dalam masalah ini.
Pendapat pertama,
Bahwa yang afdhal adalah menunggu sampai imam selesai salam,
lalu berjama’ah dengan orang lain yang juga terlambat shalat
(membuat jama’ah baru).
Dalil pendapat ini, antara lain:
Hadits dari sahabat Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu bahwa Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
‫صلعرة فعقعصد أعصدعرعك ال ف‬
‫صلعةع‬ ‫عمصن أعصدعرعك عرصكععةث رمعن ال ف‬
“Barang siapa mendapatkan satu raka’at shalat, maka ia telah
mendapatkan shalat (berjama’ah).”
(HR. Al-Bukhari no. 580, Muslim no. 1401, Abu Daud no. 1123,
An-Nasai no. 552)
Berdasarkan dalil di atas, maka makmum masbuq yang mendapati
imam dalam posisi akhir shalat tidak perlu bergabung dengan
jama’ah, karena kurang dari satu raka’at. Hendaknya ia membuat
jama’ah baru supaya ia mendapatkan pahala jama’ah (25-27 kali
lipat).
Pendapat kedua,
Bahwa yang afdhal adalah langsung masuk dan ikut bersama
jama’ah yang ada walau hanya sesaat, seperti duduk tahiyyat akhir.
Dalil pendapat ini, antara lain:
Hadits dari sahabat Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
‫س فعقعصصصد‬ ‫ح قعصبعل أعصن تعصطلنعع ال ف‬
‫شصصصم ن‬ ‫عمصن أعصدعرعك ع‬
‫سصجعدةث رمصن ال ل‬
‫صصب ر‬
َ‫أعصدعرعكعها‬
“Barang siapa mendapatkan satu sujud shalat Subuh sebelum terbit
matahari, maka ia telah mendapatkan shalat Subuh (berjama’ah).”
(HR. An-Nasai no. 549, Ahmad no. 10397)
Sekalipun hanya sekedar bagian akhir shalat, jika itu bersama
imam maka itu termasuk shalat berjama’ah.
168
Hadits dari sahabat Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
‫ فععمصاَ أعصدعرصكنتصصم‬، ‫سصركينعةن‬ ‫ عوصأنتوعهصاَ تعصم ن‬، ‫سصععصوعن‬
‫شصوعن ععلعصينكصنم ال ف‬ ‫صصلعةن فعلع تعأصنتوعهصاَ تع ص‬ ‫إرعذا أنرقيعم ر‬
‫ت ال ف‬
‫ عوعماَ عفاَتعنكصم فعأ عترلموا‬، ‫صللوا‬
‫فع ع‬
“Jika shalat telah didirikan (terdengar iqamat), maka janganlah
mendatanginya dengan berlari dan (tergesa-gesa). Dan datangilah
shalat itu dengan berjalan tenang. Apa yang kamu dapati dari
imam, maka kerjakanlah sepertinya, dan apa yang terlewatkan
darimu maka sempurnakanlah.” (HR. Bukhari no. 908 dan Muslim
no. 151)
Nabi bersabda “Apa yang kamu dapati dari imam, maka
kerjakanlah sepertinya” menunjukkan adanya perintah bagi orang
yang terlambat berjama’ah untuk mengikuti imam, dalam kondisi
apapun imamnya.
Pendapat Ketiga
Sebagian ulama mengemukakan pendapat yang menjamak
(mengkompromikan) semua dalil. Kaidah yang dipegang oleh para
ulama ketika ada beberapa dalil yang shahih namun seakan
bertentangan.
Pendapat ketiga ini memberikan rincian :
a) Jika makmum masbuq masuk masjid bersama orang yang juga
terlambat dan mau berjama’ah, atau ia tahu ada orang yang
akan datang dan shalat bersamanya, maka ia tidak bergabung
bersama jama’ah yang ada, namun shalat bersama orang yang
datang bersamanya dalam jama’ah berikutnya.
b) Jika tidak ada orang yang datang dan shalat bersamanya dan ia
yakin bisa mendapati jama’ah di masjid lain, maka sebaiknya
ia pindah ke masjid lain.
c) Jika tidak ada orang yang datang dan shalat bersamanya
meskipun pindah masjid, maka hendaknya langsung masuk
dan ikut bersama jama’ah yang ada walau hanya sesaat,
karena berjama’ah walau sesaat tetap lebih baik daripada
shalat sendirian.
Terdapat kaidah yang berbunyi:
‫عماَ عل ينصدعرنك نكللهن عل ينصتعرنك نكللهن‬
(Apa yang tidak bisa dikerjakan semua, maka jangan
ditinggalkan semua)
d) Jika ia akhirnya shalat sendiri, lalu ia mendengar ada orang
datang belakangan dan shalat berjama’ah, maka ia boleh

169
memutus shalatnya lalu bergabung dengan jama’ah tersebut,
dalam rangka mendapatkan pahala shalat berjama’ah.
- Tidak sengaja buang angin pada saat salam
Jika buang angin sebelum salam kedua tidak membatalkan shalat,
karena shalat anda telah usai. Tetapi jika buang angin sebelum
salam pertama maka shalat dinyatakan batal karena salam pertama
merupakan rukun dari shalat.
Ibnu Qudamah menjelaskan tentang hukum salam dalam shalat,
Yang wajib adalah salam pertama. Sementara salam kedua
hukumnya anjuran”. Ibnul Mundzir mengatakan, “Semua ulama
yang saya kenal telah sepakat bahwa orang melaksanakan shalat
yang hanya melakukan salam sekali, hukumnya boleh. Al-Qodhi
Abu Ya’la mengatakan, ‘Dalam riwayat lain – dari Imam Ahmad –
bahwa salam kedua juga wajib.” (al-Mughni, 1/623).
- Menguap saat shalat
Demikian pula bila dirasa menguap tersebut akan datang kepada
seseorang yang sedang mengerjakan ibadah sholat, maka
hendaknya ia lebih bersungguh-sungguh lagi dalam menolaknya.
Sebab kondisi sholat itu lebih utama untuk dijaga dari pada
kondisi-kondisi selainnya. Seseorang yang menguap ketika sholat,
dia harus menghentikan bacaan sholatnya sampai menguapnya
selesai, kemudian melanjutkan bacaannya
Dari Abu Sa’id al-Khudriy radliyallahu anhu berkata, telah
bersabda Rosulullah Shallallahu alaihi wa sallam,
‫طاَعع فعإ رفن ال ف‬
‫شصي ع‬
‫طاَعن يعصدنخنل‬ ‫ب أععحندنكصم رفي ال ف‬
‫صلعرة فعصليعصكرظصم عماَ ا ص‬
‫ست ع ع‬ ‫إرعذا تععثاَعو ع‬
“Apabila seseorang dari kalian menguap dalam sholat, maka
hendaklah ia menahannya sebatas kemampuannya, sebab setan
bisa masuk. [HR Muslim: 2995 (59) dan Abu Dawud: 5027.
Berkata asy-Syaikh al-Albaniy: Shahih].
Al-Imam Malik rahimahullah berkata,
“Mulutnya ditutup dengan tangannya ketika sholat sampai selesai
menguap. Jika menguap ketika sedang membaca bacaan sholat,
kalau dia memahami apa yang dibaca, maka hukumnya makruh
namun sudah mencukupi baginya (bacaan dia). Tetapi jika tidak
memahaminya, maka dia harus mengulangi bacaannya, dan jika
tidak mengulanginya, -kalau bacaan tersebut adalah surat al-
Fatihah-, maka itu tidak mencukupi (tidak sah sholatnya), dan

170
kalau selain al-Fatihah, maka sudah mencukupinya (sholatnya
sah).”
- Menunaikan shalat maghrib saat adzan maghrib masih
berkumandang
Syaikh Ibnu Baz menerangkan mengenai hal ini. Apabila
seseorang memasuki masjid sedangkan muadzdzin
mengumandangkan adzan maka ia diberi pilihan: Ia boleh
melaksanakan shalat tahiyatul masjid kala adzan jika mau, dia
juga boleh menjawab adzan bila mau. Yang lebih utama adalah
menjawab muadzdzin kemudian melaksanakan shalat supaya bisa
mengumpulkan dua ibadah dan memperoleh dua pahala. (Majmu’
Fatawa Ibnu Baz 29/145).
Tidak ada hadits yang secara jelas melarang melakukan shalat
saat adzan berkumandang. Namun, penjelasan dari para ulama
mengatakan bahwa lebih utama untuk mendengarkan dan
menjawab adzan yang berkumandang, karena setan lari saat
mendengar adzan berkumandang.
Ibnu Qudamah menjelaskan, “Dianjurkan untuk melakukan shalat
setelah selesai adzan atau hampir selesai adzan. Karena hadis
menyatakan: ‘Sesungguhnya setan lari ketika mendengar adzan’.
Karena itu, hendaknya tidak langsung berdiri melakukan shalat.
Kalaupun dia masuk masjid kemudian mendengar adzan,
dianjurkan untuk menunggu selesai adzan, agar bisa menjawab
adzan, sehingga dia melakukan dua keutamaan (menjawab adzan
dan shalat sunah). Andaipun dia tidak menjawab adzan, dan
langsung shalat, itu tidak masalah’.” (Al-Mughni, 2:253).
Sedangkan dalam Madzhab Hanbali menyatakan bahwa shalat
sunnah saat adzan masih berkumandang hukumnya sunnah.
“Dimakruhkkan imam melakukan shalat sunah (sebelum khutbah),
atau orang yang sudah duduk di dalam masjid, shalat sunah
ketika adzan.” (Mukhtasar Jalil).
Berdasarkan penjelasan di atas, yang jelas dilarang adalah
melakukan shalat sunnah saat iqamah dikumandangkan sebelum
melakukan shalat wajib, sebagaimana tertulis dalam hadist dari
Abu Hurairah yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim.
Sementara itu, shalat wajib di waktu adzan karena terlambat
mengerjakan shalat di waktu sebelumnya diperbolehkan.
171
Terkecuali bagi kaum lelaki yang melaksanakan shalat Jum’at,
diperbolehkan melakukan shalat thiyatul masjid saat adzan
berkumandang agar bisa mendengarkan khutbah Jum’at dengan
sempurna. Karena, mendengar khutbah Jum’at hukumnya wajib
sedangkan menjawab adzan hukumnya sunnah, sehingga lebih
baik melewatkan amalan sunnah agar bisa melakukan amalan yang
wajib.
- Perempuan tidak menyentuhkan tangannya secara langsung pada
sajadah karena lengan mukena yang sedang dipakai
Hadis riwayat Ibnu Abbas ra, ia berkata: ”Nabi SAW
memerintahkan untuk sujud dengan tujuh anggota badan dan
dilarang menutup dahinya dengan rambut dan pakaian.” (HR
Muslim no. 755).
Telah menceritakan kepada kami Mu’alla bin Asad berkata, telah
menceritakan kepada kami Wuhaib dari ‘Abdullah bin Thawus dari
Bapaknya dari Ibnu ‘Abbas ra, ia berkata, “Nabi SAW bersabda:
“Aku diperintahkan untuk melaksanakan sujud dengan tujuh
tulang (anggota sujud); kening –beliau lantas memberi isyarat
dengan tangannya menunjuk hidung-kedua telapak tangan, kedua
lutut dan ujung jari dari kedua kaki dan tidak boleh terhalang
rambut atau pakaian.” (HR. Bukhari no. 770).
Maka pada hadist di atas dijelaskan bahwa kening, hidung, kedua
telapak tangan, kedua lutut dan ujung jari kaki tidak boleh
terhalang rambut atau pakaian. Namun, jika kita telaah secara
kritis, jika lutut pun tidak boleh terhalang berarti sarung dan
mukena pun harus dilubangi agar bagian lutut langsung menyentuh
tanah.
Telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Manshur Al
Makki dan ‘Abdullah Muhammad bin ‘Abdurrahman Az Zuhri
mereka berdua berkata; telah menceritakan kepada kami Sufyan
dari Ibnu Thawus dari Bapaknya dari Ibnu ‘Abbas bahwa Nabi
SAW diperintahkan sujud di atas tujuh anggota badan dan dilarang
mengikat rambut dan melipat baju yaitu kedua tangan, kedua lutut,
dan ujung jari-jemari (kaki). Sufyan berkata; “Ibnu Thawus
berkata kepada kami; “Ia meletakkan kedua tangannya di atas dahi

172
dan hidungnya, lalu berkata,”Ini adalah satu bagian.” (HR. Nasa’i
no. 1086).
Lalu apakah ada yang benar-benar tujuh anggota sujud itu
menempel tanah? Tentu saja walaupun dikatakan tidak boleh
terhalang rambut dan pakaian maka maksudnya tidak demikian.
Inilah masalah pada gaya bahasa Arab dimana seringkali perkataan
yang bersifat keras, bombastis dan hiperbola namun tidak
sungguh-sungguh bermaksud demikian.
Maka yang dimaksud menyentuh tanah adalah meletakkan dan
menempel pada alas masjid, dan tidak mengambang atau tertahan
oleh tangan seperti orang push up. Inilah isyarat yang dimaksud
sebagaimana hadist berikut ini: “...kemudian bertakbir dan sujud,
setelah itu ia (nabi) meletakkan kedua telapak tangannya ke arah
tanah, dan merenggangkan antara kedua sikunya sampai semua
anggota tubuhnya thuma’ninah (HR. Abu Daud no. 732).
- Seseorang yang dikatakan masbuk
Pendapat Jumhur Ulama yang menyatakan bahwa seorang
makmum disebut masbuq itu apabila ia tertinggal ruku’ bersama
imam. Jika seorang makmum mendapati imam sedang ruku’,
kemudian ia ruku bersama imam, maka ia mendapatkan satu
raka’at dan tidak disebut masbuq. Dan gugurlah kewajiban
membaca surat al-Fatihah.
Cara gerakan masbuk :
Misal masbuk pada shalat isya (4 rakaat) dan tertinggal 3 rakaat.
Setelah imam salam, kita bangun dan tentunya melengkapi 3
rakaat lagi. Urutan yang biasa harus lakukan adalah :
a. Rakaat pertama : melakukan tasyahud awal
b. Rakaat kedua : tidak ada tasyahud
c. Rakaat ketiga : tasyahud akhir dan duduk tawarruk
- Kekeliruan seseorang yang masbuk
Banyak diantara kita mendapatkn makmum masbuk yang berdiri
saja menunggu imam yang sedang sujud sampai si imam berdiri.
Dalam Hadits dari Mu’azd bin Jabal Rasulullah bersabda:
“Barang siapa yang menemui aku (Rasulullah berarti imam shalat)
berada dalam keadaan ruku’ atau berdiri, atau sujud, maka
hendaknya ia bersamaku sesuai dengan keadaanku”.
“Jika salah seorang dari kalian mendatangi sholat berjama’ah, dan
imam sedang berada pada suatu gerakan sholat, maka hendaklah

173
kalian melakukan apa yang sedang dilakukan imam.” (HR.
Tirmidzi disahihkan oleh Al-Albani)
- Seseorang yang lupa apakah sudah sholat atau belum
wajib atasnya untuk segera melaksanakannya, karena hukum
asalnya adalah tetapnya kewajiban tersebut (belum
terlaksana.pent)... Majmu' Fatawa Ibnu Baz 11/255

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Sholat secara bahasa berarti do’a atau ungkapan, sedangan secara istilah
sholat merupakan rangkain ucapan dan perbuatan yang diawali dengan niat
dan takbirotul ikhram serta diakhiri dengan salam dengan syarat syarat
yang telah ditetapkan syara’
2. Perintah mendirikan shalat yaitu melalui suatu proses yang luar biasa yang
dilaksanakan oleh Rasulullah SAW yaitu melalui Isra dan Mi’raj, dimana
proses ini tidak dapat dipahami hanya secara akal melainkan harus secara

174
keimanan sehingga dalam sejarah digambarkan setelah Nabi melaksanakan
Isra dan Mi’raj. Dilihat dari prosesnya yang luar biasa maka shalat
merupakan kewajiban yang utama, yaitu mengerjakan shalat dapat
menentukan amal – amal yang lainnya, dan mendirikan sholat berarti
mendirikan agama dan banyak lagi yang lainnya.
3. Dalil tentang sholat wajib : Al-baqarah ayat 4, QS. Al ‘Ankabuut [29]:45,
QS. Al Muddatstsir [74]: 42-45, Al-Baqarah,Ayat : 43 & 110
4. Rukun Sholat Wajib : Berdiri tegak bagi yang mampu, Takbiiratul-ihraam,
Membaca Alfatihah, Ruku‘,I'tidal (Berdiri tegak) setelah ruku, Sujud
dengan tujuh anggota tubuh, Bangkit darinya, Duduk di antara dua sujud,
Thuma'ninah dalam semua amalan, Tertib antara tiap rukun, Tasyahhud
Akhir, Duduk Tasyahhud Akhir, Shalawat atas Nabi shallallahu 'alaihi wa
sallam, Dua Kali Salam.
Sunah : Mengangkat kedua tangan, Meletakkan tangan kanan di atas
tangan kiri, Mengarahkan pandangan ke tempat sujud, Membaca doa
iftitah, Membaca ta'awudz, membaca aamiin, Membaca bacaan sesudah al-
Fatihah, Menempelkan kening, hidung, dan beberapa anggota tubuh
lainnya ketika sujud, Membaca doa doa shalat, Duduk istirahat, Tasyahud
awal, Membaca shalawat atas Nabi saw, Berdoa sesudah membaca
shalawat, Salam kedua.
5. Keutamaan sholat wajib : Diperintahkan langsung oleh Allah SWT kepada
Nabi Muhammad saw, merupakan ibadah yang wajib dikerjakan,
menghapus semua dosa dan kesalahan, merupakan penentu seseorang
masuk neraka atau surga, dan jika meninggalkan sholat secara terus
menerus maka itu merupakan suatu kekafiran.
6. Tata cara dan ketentuan sholat wajib : Tata cara sholat wajib harus sesuai
dengan yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw dengan ketentuan
yang harus dilaksanakan dengan benar sehingga sholat yang dikerjakan
dapat diterima oleh Allah SWT

B. Saran
Semoga dengan dibuatnya makalah ini, kita menjadi lebih giat dan
khusyu dalam melaksanakan sholat wajib dan bermanfaat bagi para pembaca.

175
DAFTAR PUSTAKA

http://www.salamdakwah.com/baca-pertanyaan/shalat-diujung-waktu--.html

https://konsultasisyariah.com/24810-kentut-setelah-salam-pertama.html

https://konsultasisyariah.com/21881-terlanjur-sholat-namun-ternyata-belum-masuk-
waktu-sholat.html

https://muslimfiqih.blogspot.co.id
https://arydoweh.com
https://kmplnmakalah.blogspot.co.id
https://cintakajiansunnah.wordpress.com
htpps://jundumuhammad.com
https://ahlulbaitrasulullah.blogspot.co.id

176
MAKALAH MATA KULIAH AGAMA ISLAM
SHOLAT SUNNAH MUAKAD

Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Agama Islam

Disusun Oleh :

Kelompok 2

1. Iqbal Rizantha (NIM : P1337434116084)


2. Reva Ceverina (NIM : P1337434116076)
3. Vellya Fadlila Rahma (NIM : P1337434116051)
4. Riyanto (NIM : P1337434116083)
5. Ardian Saputra (NIM : P1337434116055)
6. Bintang Rizki S (NIM : P1337434116077)

TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK

UNIVERSITAS POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

2016

177
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah tentang sholat sunnah muakad. Atas dukungan moral dan materil yang
diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka penulis mengucapkan banyak terima
kasih kepada :

Bapak Djoko Priyatno, SP, M.Sc selaku guru Pembimbing kami, yang
memberikan dorongan, masukan kepada penulis.

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang sholat sunnah muakad ini dapat
memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Semarang, 29 November 2016

178
Penyusun

179
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sholat merupakan kewajiban yang tidak dapat di tinggalkan bagi umat muslim
yang sudah mukallaf. Dalam syariat Islam sholat itu terbagi kepada dua macam, yaitu
sholat fardhu dan sholat sunnah. Sengaja disayriatkan sholat sunnah ialah untuk
menambal kekurangan yang mungkin terdapat pada sholat-sholat fardhu, maka perlu
disempurnakan dengan sholat sunnah. Selain itu juga karena sholat itu mengandung
keutamaan yang tidak terdapat pada ibadah-ibadah lain. Banyak sekali macam-macam
sholat sunnah yang disaryiatkan. Seperti sholat sunnah muakad yaitu, sholat sunnah
yang dikuatkan atau sholat sunnah yang selalu dikerjain Rasulullah dan jarang
ditinggalkannya. Dengan demikan maka pada kesempatan kali ini kami akan
menguraikan dari macam-macam dari sholat sunnah muakad.

1.2. Rumusan Masalah


1.2.1. Apa pengertian sholat sunnah muakad?
1.2.2. Apa saja macam-macam sholat sunnah muakad?
1.2.3. Apa dalil yang mendasari pelaksanan sholat sunnah muakad?

1.3. Tujuan
1.3.1. Mendeskripsikan pengertian sholat sunnah muakad.
1.3.2. Menjelaskan macam-macam sholat sunnah muakad.
1.3.3. Menjelaskan tentang dalil yang mendasari sholat sunnah muakad.

1.4. Manfaat
Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah supaya ummat muslim dapat
mengetahui bagaimanakah atau apa yang dimaksud dengan sholat sunnah muakad dan
apa saja kegunaan dari sholat sunnah tersebut, sehingga kita bisa mengetahui,
mengamalkan, serta membentuk pribadi muslim yang sempurna.

BAB II
PEMBAHASAN

3.1. Pengertian Sholat Sunnah Muakad


Shalat sunnah muakad adalah shalat sunnah yang dikuatkan atau shalat sunnah
yang selalu dikerjakan Rasulullah dan jarang ditinggalkannya. Telah dikeluarkan oleh

180
Abu Daud rahimahullah dari hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu secara marfu’
(sampai pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam),
‫أعيعصعرجنز أععحندنكصم أعصن يعتعقعفدعم أعصو يعتعأ عفخعر أعصو ععصن يعرمينرره أعصو ععصن ر‬
‫شعماَلرره‬
“Apakah salah seorang di antara kalian tidak mampu untuk sekedar maju,
mundur, ke kiri atau ke kanan dalam shalatnya?” (maksudnya untuk shalat
sunnah)
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam shalat sunnah muakad adalah sebagai
berikut:
1. Tidak didahului adzan dan iqomah.
2. Diaksanakan secara munfarid (sendirian) kecuali shalat sunnah idain.
3. Dimulai dengan niat sesuai dengan jenis shalatnya.
4. Dilaksanakan dengan dua rakaat-salam.
5. Tempat melaksanakan shalat sunnah sebaiknya berbeda dengan shalat
wajib.
6. Bacaan sunnah ada yang dibaca sirri (berbisik): shalat dhuha dan shalat.
sunnah rawatib dan ada yang dibaca jahr (keras): shalat sunnah idain.

3.2. Macam-macam sholat sunnah muakad


Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa sholat sunnah muakkad
adalah sholat sunnah yang di anjurkan oleh Rasulullah sehingga rasulullah berat untuk
meninggalkannya. Adapun macam-macam dari sholat sunnah muakkad adalah
sebagai berikut:
2.2.1. Shalat sunnah rawatib
Shalat sunnah rawatib adalah shalat sunnah yang menyertai shalat
fardhu baik dikerjakan sebelum shalat fardhu ataupun sesudahnya. Yang sering
disebut shalat qobliyah (sebelum), shalat ba’diyah (sesudah). dari
‘Aisyah radiyallahu ‘anha, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Barangsiapa yang tidak meninggalkan dua belas (12) rakaat
pada sholat sunnah rawatib, maka Allah akan bangunkan baginya rumah di
surga, (yaitu): empat rakaat sebelum dzuhur, dan dua rakaat sesudahnya, dan
dua rakaat sesudah maghrib, dan dua rakaat sesudah ‘isya, dan dua rakaat
sebelum subuh“. (HR. At-Tarmidzi no. 414, An-Nasa’i no. 1794)
Dari beberapa macam sholat sunnah qobliyah dan ba’diyah yang ada,
ada beberapa yang termasuk dalam sholat sunnah rawatib muakkad, yaitu sholat
rawatib yang dianjurkan oleh Rasulullah saw.
Adapun yang termasuk shalat sunnah rawatib muakkad menurut
kesepakatan semua ulama adalah yang memiliki ketentuan sebagi berikut:
1. Dua rakaat sebelum shalat subuh
Dalam sebuah hadits, diriwayatkan oleh Nabi, sebagai berikut:

181
Shalat qabliyah subuh juga sering disebut sholat fajar.
A’isyah radhiyallahu ‘anha menceritakan,
‫ع ﺃَصربَععاً قَصبَل ال ظ‬
‫ٍ َوَرصكَعتَصيرن قَصبَل ال ظ‬،‫ظصهرر‬ ‫صللىَّ اا َعلَصيره َوَسللَم َكاًَن لَ يََد ا‬ ‫ﺃَلن النلبر ل‬
‫صصب ر‬
‫ح‬ َ َّ‫ي‬
”Bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah meninggalkan
empat rakaat sebelum dzuhur dan dua rakaat sebelum
subuh.” (HR.Bukhari 1182, Nasai 1758, dan yang lainnya).
Cerita A’isyah ini menunjukkan bahwa shalat sunah yang dimotivasi
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan beliau rutinkan adalah shalat
sunah qabliyah subuh.
Shalat ini dinamakan shalat fajar, karena shalat ini dilaksanakan tepat
setelah terbit fajar, sebelum pelaksanaan shalat subuh.

2. Empat rakaat sebelum shalat dzuhur

Shalat rawatib ini juga berlaku untuk shalat Jum’at, karena shalat Jum’at
merupakan ganti dari shalat Dzuhur.

3. Dua rakaat sesudah shalat dzuhur

Catatan :
Yang dimaksud dengan empat rakaat dalam hadits di atas adalah dua rakaat
sunnah muakkad dan dua rakaat sunnah ghairu muakkad.

182
4. Dua rakaat sesudah shalat maghrib
5. Dua rakaat sesudah shalat isya’

Keutamaan shalat sunnah rawatib muakkad adalah:


1. Keutamaan shalat sunnah sebelum subuh
Dijelaskan oleh hadits sebagai berikut:

2. Keutamaan shalat sunnah dzuhur baik qabliyah maupun ba’diyah dan shalat
sunnah sesudah shalat maghrib dan sesudah isya’
Dijelaskan dalam hadits, yang artinya sebagai berikut:

2.2.2. Sholat sunnah malam


Shalat sunnah malam adalah shalat sunnah yang dikerjakan pada
malam hari setelah shalat isya’ sampai terlihat fajar. Karena begitu pentingnya
sholat malam ini hampir-hampir Rasulullah saw. mewajibkan sholat sunnah ini
di setiap malamnya.
Macam-macam shalat sunnah malam :
2.2.1. Shalat witir
Shalat witir (Arab: ‫ صههلة الههوتر‬Sholatul witr) adalah shalat sunnah yang
dilaksanakan pada malam hari setelah shalat isya’ hingga terbitnya fajar dengan
jumlah rakaat yang ganjil, paling sedikit satu rakaat dan paling banyak sebelas
rakaat. Dan Shalat witir sebagai penutup dari seluruh shalat malam.
‫ه ع لل لي يهه‬‫صللى الل ه‬
‫ل اللهه ل‬ ‫ل قلد ي ا لويت للر لر ه‬
‫سو ه‬ ‫ل الل لي ي ه‬
‫ن كه ل‬ ‫م ي‬ ‫ت ه‬ ‫ة لقال ل ي‬‫ش ل‬‫عائ ه ل‬‫ن ل‬ ‫عل ي‬
ِ‫حر‬
‫س ل‬‫خرههه لفان يت للهى وهت يهره ه ا هللى ال ل‬
‫سط ههه ولا ل ه‬ ‫ل ولا لوي ل‬‫ل الل لي ي ه‬
‫ن ا لول ه‬‫م ي‬‫م ه‬ ‫سل ل ل‬
‫ول ل‬
183
Dari Aisyah ra. menjelaskan: “Nabi saw. shalat sebelas rakaat di antara shalat
Isya’ sampai terbit fajar. Beliau salam setiap dua rakaat dan mengerjakan
shalat witir dengan satu rakaat “. (HR. Muslim)

Sholat witir merupakan haq, maksudnya ialah sesuatu yang tidak boleh
diabaikan. Ini menunjukan bahwa sholat witir itu sunnah muakad (sangat
dianjurkan). Dari Abu Ayyub, ia berkata, telah bersabda Rasulullah, “witir itu
adalah haq, maka bagi yang mau witir dengan 5 rakaat maka kerjakanlah, dan
bagi yang mau witir dengan 3 rakaat maka kerjakanlah, dan bagi yang mau witir
dengan 1 rakaat maka kerjakanlah” (HR. Abu Dawud, Ahmad, Ibnu Majah, dan
Nasa’i)
Meskipun shalat witir disebut sebagai penutup shalat malam, namun
demikian tidak berarti harus selalu dikerjakan pada akhir malam, bisa juga
dikerjakan pada awal atau tengah malam. Dalam hadits yang diriwayatkan
Sayyidah Aisyah ra. menyebutkan bahwa Rasulullah saw. mengerjakan shalat
witir pada setiap malam, pernah berwitir pada permulaannya, pertengahannya
atau penghabisannya.
Para ulama sepakat bahwa waktu shalat sunnah witir itu adalah sesudah
shalat isya’
dan terus berlangsung sampai tiba fajar. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh
Abu Mas’ud al-Anshari r.a berkata:

Dan disunnahkan menyegerakan shalat witir pada permulaan malam bagi


seseorang yang khawatir tidak akan bangun pada akhir malam. Akan tetapi, bagi
seorang yang mampu bangun pada akhir malam, maka disunnahkan
mengerjakan witir itu di akhir malam.
Tidak ada dua kali witir dalam semalam. Seseorang yang telah mengerjakan
shalat witir, lalu ingin shalat sunnah lagi, keadaan seperti ini boleh dilakukan.
Akan tetapi, jangan mengulangi lagi shalat witir untuk kedua kalinya. Hal ini

184
berdasarkan riwayat Abu Daud, Nasa’I, dan Tirmidzi yang menganggapnya
hasan, Ali. r.a berkata:

Sholat witir menurut Syafi'i, Hambali dan Maliki hukumnya adalah sunnah
muakkadah sementara menurut Hanafi hukumnya wajib.
Cara pelaksanaan shalat witir
1) Tiap-tiap dua rakaat salam dan yang terakhir boleh satu atau tiga rakaat
salam.
‫صَلرة‬ َ ‫صللىَّ اا َعلَصيره َوَسللَم يا‬
َ ‫صلليَّ ﻓرصيَماً بَصيَن اَصن يَصفارَغ رمصن‬ ‫َعصن َعاًئرَشةَ َقاًلَ ص‬
َ َّ‫ت َكاًَن النلربي‬
‫اصلرعَشاًرء ارَلىَّ اصلفَصجرر ارصحَدى َعصشَرةَ َرصكَعةع ياَﺴللام بَصيَن اكلل َرصكَعتَصيرن َوايوترار برَوارحَدةة‬
Dari Aisyah ra. menjelaskan: “Nabi saw. shalat sebelas rakaat di antara
shalat Isya’ sampai terbit fajar. Beliau salam setiap dua rakaat dan
mengerjakan shalat witir dengan satu rakaat “. (HR. Muslim)
2) Shalat witir dilaksanakan tiga rakaat maka tidak usah membaca tasyahud awal

Madzhab Jumlah Keterangan

Maliki 3 rakaat dipisah dengan satu salam

Hanafi 3 rakaat Tanpa dipisah dengan salam

Syafi’i 1 rakaat -

2. Sholat Tahajjud
Shalat tahajjud adalah shalat sunnah yang dilaksanakan pada malam hari.
Banyak orang yang melakukan sholat tahajud karena punya maksud tertentu
Apalagi dengan melakukan shalat tahajjud itu, Allah swt menjanjikan sang
pelaku akan ditempatkan pada posisi yang terpuji. Sebagaimana dalam firman
Allah :
“Dan di sebagian waktu malam maka bertahajudlah kamu sebagai tambahan
buat kamu, kiranya dengan itu Allah akan membangkitkan kamu di tempat
yang terpuji.” (QS. Al-Isra’: 79)
Sementara itu, ada Nash lain yang juga menganjurkan untuk shalat hajat. Yaitu
shalat yang dilakukan karena seseorang menginginkan mencapai sesuatu hajat.
Sebagaimana yang tersebut dalam riwayat di bawah ini :
185
Abu Darda’ meriwayatkan, bahwa Nabi bersabda: “Barang siapa berwudhu
dengan wudhu yang sempurna lalu shalat dua raka’at yang ia lakukan dengan
sempurna (lalu dia minta sesuatu kepada Allah), maka Allah akan memberinya
baik dengan segera atau tertangguhkan.” (HR. Ahmad, dengan sanad shahih)
Tetapi ada perbedaan antara sholat tahajjud dan sholat hajat yaitu, shalat hajat
bisa dilakukan setiap saat ketika seseorang dalam kondisi terdesak dan
membutuhkan. Jadi shalat hajat tidak harus dilakukan malam hari, karena hajat
atau kebutuhan seseorang datang tanpa mengenal waktu. Sebagaimana
diterangkan Imam Ghazali dalm Ihya’ Ulumuddin:
َ‫الثاَمنة صلة الحاَجة فمن ضاَق عليه المر ومسته حاَجة فىَ صلحا دينه ودنياَه الى‬
‫امر تعذر اليه فليصل هذه الصلة‬

Yang kedepalan (dari beberapa shalat sunnah yang memiliki sebab) adalah
shalat hajat. Siapa saja yang berada dalam kondisi terjepit dan membutuhkan
sesuatu baik urusan dunia maupun akhirat sedangkan dia tidak mampu
menyelesaikannya, hendaklah dia melaksanakan shalat (hajat) ini.

shalat tahajjud yang memang termasuk dalam kategori shalat sunnah yang
tergantung pada waktu seperti shalat dhuha hanya boleh dilakukan selama
waktu dhuha, shalat isyraq yang dilakukan ketika matahari terbit, dan
juga shalat zawal yang dilakukan ketika matahari tenggelam. Shalat-shalat
tersebut hanya dilakukan pada waktu-waktu tertentu, tidak bisa sembarangan
waktu. Bahkan dalam kasus shalat tahajjud disyaratkan pula tidur terlebih
dahulu. Sebagaimana disebutkan dalam Hasyiyatul Bajuri

‫وهو لغة رفع النوم باَلتكلف واصطلحاَ صلة بعد فعل العشاَء ولومجموعة مع المغرب‬
َ‫جمع تقديم وبعد نوم ولوكاَن النوم قبل العشاَء وسواء كاَنت تلك الصلة نفل راتبا‬
‫اوغيره ومنه سنة العشاَء والنفل المطلق والوتراو فرضاَ قضاَء او نذرا‬

Tahajjud secara bahasa adalah bangun dari tidur yang berat. Sedangkan
menurut istilah adalah shalat yang dilakukan setelah shalat isya (walaupun
shalat isya’nya dijama’ taqdim dengan maghrib) dan setelah tidur. Meskipun
tidurnya sebelum memasuki waktu isya, (demikian pula dinggap sebagai
tahajjud) walaupun shalat sunnah rawatib, sunnah mutlaq, witir. Juga (bisa
dinggap sebagai tahajjud) shalat wajib yang karena qadha atau nadzar.

186
Waktu yang paling baik ialah dilaksanakan sesudah bangun tidur setelah
shalat isya’ sepertiga malam yang terakhir. Jumlah bilangan rakaatnya paling
sedikit dua rakaat dan paling banyak tidak terbatas. Allah berfirman: surat al-
isra’: 79

ً‫ك معمسىى أمحن ميحبمعمثمك مرببمك مممقاًدماً ممححمْموُددا‬


‫موُِممن اًللجحيِل مفمتمهججحد ِبِه مناًِفلمدة لم م‬
Artinya: “dan pada sebahagian malam hari bersembahyang
tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; Mudah-mudahan
Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang Terpuji.

Dalam melaksanakan shalat tahajjud, maka seseorang disunnahkan untuk


melakukan hal-hal berikut:
a. Niat bangun malam untuk mengerjakan shalat tahajjud ketika akan tidur
b. Menghilangkan kantuk dengan bersuci dan melihat ke langit sambil
berdo’a
c. Sebaiknya dimulai dengan shalat iftitah sebelum shalat tahajjud
d. Hendaklah membangunkan keluarganya untuk bersama-sama
mengerjakan perbuatan mulia tsb.
e. Tidak memaksakan diri, bila mengantuk hendaklah tidur terlebih dahulu
kemudian melanjutkan kembali
Tentang waktunya, shalat tahajjud boleh dikerjakan dipermulaan,
pertengahan, atau penghabisan malam, dengan syarat sudah melakukan shalat
isya’. Dan dikatakan bahwasannya ada waktu-waktu utama dalam
melaksanakan shalat tahajjud ini, yaitu: pada sepertiga malam yang akhir
sudah tiba.
Ada anjuran surah yang dibaca waktu sholat tahajjud yaitu, surat yang
dibaca dalam shalat Tahajud pada raka’at pertama setelah surat Al-Fatihah
ialah Surat Al-Baqarah ayat 284-286. Sedangkan pada raka’at kedua setelah
membaca surat Al-Fatihah ialah surat Ali Imron 18-19 dan 26-27. Kalau surat-
surat tersebut belum hafal, maka boleh membaca surat yang lain yang sudah
dihafal.

3. Shalat tarawih
Shalat sunnah tarawih adalah shalat sunnah yang dikerjakan pada malam
hari, pada bulan ramadhan. Waktunya setelah melaksanakan shalat isya’ sampai
menjelang subuh.Bilangan rakaat shalat tarawih :

Madzhab Bilangan Alasan

187
Syafi’I 20 Berdasarkan yang dilakukan oleh Khalifah
Hanafi 20
Umar bin Khatab dalam rangka
Hambali 20 mensyiarkan malam ramadhan

Melihat penduduk Madinah melakukan


Maliki 39
shalat tarawih 39 rakaat disertai shalat witir
melihat Nabi melakukan shalat malam pada
hadits Aisyah 11 bulan ramadhan maupun selain ramadhan
hanya sebanyak 11 rakaat

Perbedaan pendapat tentang hal ini tidak perlu menjadi bahan pertentangan
karena tarawih itu merupakan bagian dari shalat malam yang jumlah rakaatnya
tidak terbatas. Semua itu untuk menghidupkan malam ramadhan yang banyak
berkahnya. Jika shalat tarawih dilaksanakan empat rakaat maka tidak diselingi
dengan tasyahud awal.

2.2.3. Shalat Sunnah Idain


Kata idain berarti dua hari raya, yaitu hari raya idul fitri dan hari raya
idul adha. Shalat idain adalah shalat sunnah yang dilakukan karena datangnya
hari raya idul fitri atau idul adha. Shalat idul fitri di laksanakan pada tanggal 1
syawal, sedangkan shalat idul adha di laksanakan pada tanggal 10 dzulhijjah.
Shalat idain disyariatkan pada tahun pertama hijriyah. Dan dianjurkan
dilaksanakan di lapangan dan berjama’ah.
Hukum melaksanakan kedua shalat ‘Id ini sama, yakni sunnah
muakkadah (yang dikuatkan/penting sekali). Sejak disyariatkannya shalat ‘Id
ini, Rasulullah Saw. tidak pernah meninggalkannya. Allah berfirman dalam
surah al-Kautsar (108) ayat 1-2:

Artinya: “Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu (hai


Muhammad) nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena
Tuhanmu dan berkorbanlah” (QS. al-Kautsar (108): 1-2).

Para ulama berselisih pendapat tentang hukum shalat idul fitri dan idul adha, yaitu:

Madzhab Hukum
188
Fardhu ain dengan syarat-syarat yang ada pada shalat jum’at
Hanafi tetapi jika tidak dipenuhi kewajiban tersebut maka akan
menjadi gugur.
Maliki Sunnah muakkad
Syafi’i Sunnah muakkad
Hambali Fardhu kifayah

Kedua shalat hari raya tersebut pada prinsipnya sama dalam hal tata
caranya, kecuali niat dan waktunya yang berbeda. Jumlah rekaat keduanya juga
sama, yaitu dua rekaat. Waktu melaksanakan shalat ‘Idain ini adalah sejak terbit
matahari sampai tergelincir matahari. Akan tetapi, shalat ‘Idul Fitri lebih baik
diakhirkan sedikit daripada shalat ‘Idul Adha yang disunnahkan lebih pagi.
Waktu pelaksanaan shalat ied menurut imam madzhab, yaitu:

Madzhab Waktu shalat


Hambali Sejak naiknya matahari setombak sampai waktu zawal
Sejak terbitnya matahari sampai tergelincirnya matahari
Syafi’i
(waktu zawal)
Sejak terbitnya matahari sampai tergelincirnya matahari
Imamiyah
(waktu zawal)

Setelah selesai melakukan shalat ‘Idain ini disusul dengan khutbah.


Nabi dan para shahabatnya melakukan shalat ‘Idain sebelum khutbah seperti
yang dijelaskan oleh Ibnu ‘Umar:
‫كاًن رسوُل ا صللى ا عليه وُسللمّ وُ أبوُ بكر وُعمر يصللوُن اًلعيدين قبل اًلخطبة )روُاًه‬
(‫اًلجماًعة‬.
Artinya: Adalah Rasulullah Saw., Abu Bakar, dan ‘Umar melakukan
shalat ‘Idain sebelum khutbah (HR. Jama’ah ahli hadits).
Bahkan jumhur ulama selain Al-Hanafiyah mengatakan bila khutbah
dilakukan terlebih dahulu dari shalatnya, maka hukumnya tidak sah. Dalam
kasus itu, disunnahkan untuk mengulangi khutbah setelah shalat.
Sunnah di dalam khutbah dua hari raya adalah memulai dengan takbir,
sedangkanpada shalat jumat, khutbah dibuka dengan ucapan hamdalah.
Menurut jumhur ulama, pada khutbah yang pertama, disunnahkan untuk
mengucapkan takbir 9 kali berturut-turut dan pada khutbah yang kedua
sebanyak 7 kali berturut-turut.
Dalilnya adalah hadits berikut ini:

189
Dari Said bin Mansur bin Ubaidillah bin ‘Atabah berkata, "Imam bertakbir 9
kali pada dua hari raya sebelum berkhutbah dan 7 kali pada khutbah yang
kedua.
Sedangkan shalat Jumat tidak didahului dengan takbir melainkan dengan
mengucapkan hamdalah. Dan mengucapkan hamdalah termasuk rukun yang
bila ditinggalkan, khutbah jumat menjadi tidak sah menurut Asy-Syafi’iyah dan
Al-Hanabilah. Namun hamdalah hukumnya sunnah menurut Al-Hanafiyah serta
mandub menurut Al-Malikiyah. Menghadiri khutbah Ied tidaklah wajib seperti
menghadiri shalat, karena ada riwayat dari Abdullah bin Saib, ia berkata :
“Artinya : Aku menghadiri Ied bersama Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Ketika selesai shalat, beliau bersabda : ‘Sesungguhnya kami akan berkhutbah,
barangsiapa yang ingin tetap duduk untuk mendengarkan maka duduklah dan
siapa yang hendak pergi maka pergilah” [Diriwayatkan Abu Daud 1155, An-
Nasa’i 3/185, Ibnu Majah 1290, dan Al-Hakim 1/295, dan isnadnya Shahih.
Lihat Irwaul Ghalil 3.96-98]
Berikut adalah tata cara shalat ied menurut madzab-madzhab:
Madzhab Tata cara
Niat, mengucapkan takbiratul ihram, mengucapkan takbir 3 kali diselingi
dengan diam sejenak sekadar bacaan 3 kali atau juga boleh
mengucapkan ‫ﺴبﺤاًنااوالﺤمدااولالهالااواااكبر‬
Hanafi Kemudian membaca ‫اعوذباًاامنالﺷيطاًنالرﺟيم‬ setelah itu membaca
alfatihah dan surat, lalu ruku’ dan sujud. Rakaat kedua, membaca
alfatihah, surat, takbir 3 kali, ruku’, sujud, menyempurnakan shalat
hingga selesai.
Mengucapkan takbiratul ihram, membaca doa iftihah, kemudian takbir
tujuh kali, tiap-tiap 2 takbir diselingi
‫ﺴبﺤاًنااوالﺤمدااولالهالااواااكبر‬ Secara perlahan, kemudian
membaca ‫ اعوذباًاامنالﺷيطاًنالرﺟيم‬kemudian membaca alfatihah,
Syafi’i
surat Qaf, ruku’, sujud. Rakaat kedua, membaca takbir yang kemudian di
tambah 5 kali takbir lagi, diantara dua takbir diselingi membaca
‫ ﺴبﺤاًنااوالﺤمدااولالهالااواااكبر‬Kemudian membaca alfatihah dan
surat iqtarobat kemudian menyempurnakan hingga selesai.
Hambali Membaca doa iftitah, membaca takbir 6 kali, yang diantara 2 takbir itu
membaca:
‫اااﻜبرﻜبيراوالﺤمداﻜثيراوﺴبﺤاًناابﻜرةﺃصيلوصلىَّااعلىَّمﺤمدوالهوﺴلمتﺴل‬
190
ً‫ يما‬kemudian membaca ‫ اعوذباًاامنالﺷيطاًنالرﺟيم‬dan basmalah, lalu
membaca al-fatihah dan surat al-a’la. Rakaat kedua, membaca takbir 5
kali dan tiap-tiap dua takbir diselingi dengan ucapan yang sama pada
rakaat pertama. Kemudian membaca alfatihah dan surat al-ghasyiyah,
lalu ruku’ sampai selesai.
Mengucapkan takbiratul ihram, takbir 6 kali, lalu membaca al-fatihah
dan surat al-a’la, ruku’, dan sujud. Bangkit Rakaat kedua sambil
Maliki
membaca takbir, ditambah dengan 5 takbir sesudahnya, lalu membaca
al-fatihah dan surat as-syamsi kemudian shala hingga selesai.

Hal-hal yang di sunnahkan dalam shalat ied


a. Membaca takbir.
b. Mandi, berhias, memakai pakaian yang paling bagus, dan memakai wangi-
wangian.
c. Makan sebelum shalat idul fitri, sedangkan untuk idul adha makannya
sesudah pulang dari shalat ied.
d. Berangkat menuju ke tempat shalat ied dan pulangnya dengan jalan yang
berbeda.

Hal-hal yang di sunnahkan pada waktu shalat ied


a. Dilaksanakan secara berjamaah
b. Takbir tujuh kali setelah membaca do’a iftitah sebelum membaca surat
alfatihah pada rakaat pertama. Pada rakaat kedua takbir lima rakaat sebelum
membaca surat al-fatihah selain dari takbir pada waktu berdiri.
c. Mengangkat tangan setiap kali takbir
d. Membaca tasbih di antara beberapa takbir
e. Membaca surat Al-A’la setelah surat Al-fatihah pada rakaat pertama dan
surat Al-ghasyiyah

2.2.4. Sholat Sunnah Tahiyatul Masjid


Tahiyatul masjid berarti penghormatan masjid, shalat tahiyatul masjid
berarti shalat yang dikerjakan untuk menghormati masjid. Masjid adalah tempat
manusia bersemabah sujud kepada Allah, semua kegiatan di masjid
menggunakan nama Allah oleh karena itu masjid disebut Baitullah. Demikian
mulianya sehingga islam mensyariatkan shalat tahiyatul masjid, Rasulullah
bersabda:
‫ رواهﺃبو داو‬.‫ﺇﺬا ﺟاًﺀ اﺤدﻜم المﺴﺟد ﻓليصل ﺴﺟدتين من قبل ان يﺟلﺱ‬

191
Artinya: “Apabila salah seorang diantara kamu masuk masjid, hendaklah ia
shalat dua rakaat sebelum duduk. “(HR.Abu Dawud dari Abi Qatadah : 395)
Hukum shalat sunnah tahiyatul masjid adalah sunnah muakkad. Bahkan pada
waktu khutbah jum'at shalat tersebut masih dilanjutkan untuk dikerjakan.

Tata cara pelaksanaan shalat tahiyatul masjid adalah sebagai berikut :


a. Jumlah rakaatnya hanya 2 rakaat.
b. Dilaksanakan secara munfarid (sendirian).
c. Syarat sah shalat tahiyatul masjid sama dengan shalat yang lain, ditambah
satu lagi yakni dilakukan di masjid. Tidak sah jika dilakukan diluar masjid.
d. Waktunya setiap saat memasuki masjid, baik untuk melaksanakan
shalat fardu maupun ketika akan beri’tikaf.
e. Bacaan-bacaan shalat tahiyatul masjid sama dengan shalat yang lain, hanya
niatnya saja yang berbeda
f. Urutannya secara garis besarnya :
a) Berniat shalat Tahiyatul Masjid, contoh lafadznya :
َّ‫صلليَّ اسنلةع تَرﺤيلةَ اصلَمصﺴرجرد َرصكَعتَصيرن لر تََعاًلى‬
َ ‫ﺃ‬
Artinya: “Saya berniat shalat tahiyat masjid dua rakaat karena Allah
Ta’ala.”
b) Takbiratul ihram
c) Shalat dua rakaat seperti biasa.
d) Salam.

Tujuan dari pelaksanaan shalat dua rakaat ini adalah untuk menghormati
masjid. Karena masjid memiliki kehormatan dan kedudukan mulia yang harus
dijaga oleh orang yang memasukinya. Yaitu dengan tidak duduk sehingga
melaksanakan shalat tahiyatul masjid ini. Karena pentingnya shalat ini,
Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam tetap memerintahkan seorang sahabatnya –
Sulaik al-Ghaathafani – yang langsung duduk shalat memasuki masjid untuk
mendengarkan khutbah dari lisannya. Ya, Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam tidak membiarkannya duduk walaupun untuk mendengarkan khutbah
dari lisannya, maka selayaknya kita memperhatikan shalat ini.
Jumhur ulama berpendapat : hukum shalat dua rakaat sebelum masuk masjid
adalah mandub (sunnah) dan tidak wajib.

192
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Diantara banyak macam sholat sunnah yang pernah dilakukan oleh Rasulullah
saw. ada sholat-sholat sunnah yang tergolong pada yang dianjurkan dan yang
tidak dianjurkan, namun tetap dilaksanakan oleh Rasulullah sebagai tauladan
bagi umat Islam sedunia. Maka dari itu, bolehlah kita klasifikasikan sholat
sunnah menjadi 2, yaitu:
1. Shalat Sunnah Muakkad
Sholat sunnah Muakkad adalah shalat sunnah yang dikuatkan atau
shalat sunnah yang selalu dikerjakan Rasulullah dan jarang ditinggalkannya.
Adapun macam-macamnya adalah sebagai berikut:
a. Shalat sunnah rawatib, sholat sunnah rawatib muakkad terdiri dari:
1) Dua rakaat sebelum shalat subuh
2) Dua rakaat sebelum shalat dzuhur
3) Dua rakaat sesudah shalat dzuhur
4) Dua rakaat sesudah shalat maghrib
5) Dua rakaat sesudah shalat isya’
b. Shalat sunnah malam, sholat sunnah muakkad yang ada dalam shalat
malam adalah sebagai berikut:
1) Shalat tahajjud
2) Shalat sunnah tarawih
3) Shalat witir
c. Shalat Sunnah Idain
d. Sholat sunnah tahiyatul masjid
Dan dalam semua macam-macam sholat ini memiliki kesamaan dalam
pelaksanaannya hanya saja berbeda dalam niatnya di setiap sholatnya.

DAFTAR PUSTAKA

193
http://dindingkamal.blogspot.co.id/2013/06/makalah-shalat-sunnah.html
http://masterarsy.blogspot.co.id/2012/07/perbedaan-shalat-hajat-shalat-tahajjud.html
http://barier-attaqiyah.blogspot.co.id/2011/12/sholat-sunnat-muakad-dan-ghiru-akad.html

https://www.youtube.com/watch?v=RHW1VaLhDoE

https://www.youtube.com/watch?v=mV7vdJRNfyw

http://sajadahmuslimku.blogspot.co.id/2014/07/tata-cara-shalat-sunnah-witir-yang-
benar.html

https://almanhaj.or.id/3494-keutamaan-shalat-witir-dan-anjuran-untuk-
mengerjakannya.html
http://www.boombastis.com/manfaat-sholat-witir/45409

MAKALAH TENTANG ZAKAT

194
Disusun Oleh : Kelompok 8

1. Ali (P1337434116085)
2. Dina Yunita Sari (P1337434116048)
3. Ferza Yumi Brinzky (P1337434116079)
4. Khoirun Nisa’ (P1337434116078)
5. Yeni Sulistyawati P. (P1337434116080)

TINGKAT 1 REGULER B

JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK

TAHUN AKADEMIK 2016/2017

195
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan manusia dengan segala
kesempurnaannya, Shalawat serta Salam semoga selalu tercurah pada junjungan kita,
pemimpin umat hingga akhir zaman, Rasulullah SAW.
Apa yang kami tulis dalam makalah ini, adalah hal yang berkaitan dengan
salah satu rukun islam yakni tentang zakat.
Kami sadari dalam pembuatan makalah ini banyak terdapat kekurangan dan
jauh dari kata sempurna, maka dari itu kami dari tim penyusun memohon maaf yang
sebesar-besarnya.
Hanya kepada Allah kami memohon, semoga makalah yang kami buat ini
bermanfaat bagi pembaca umumnya,khususnya bagi kami dan Allah menjadikannya
sebagai amal saleh.

Semarang, 5 September 2016

Penyusun

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Zakat merupakan pokok agama yang sangat penting dan strategis dalam
Islam, karena zakat adalah rukun Islam ketiga setelah syahadat dan shalat. Jika
shalat berfungsi untuk membentuk keshalihan dari sisi pribadi, maka zakat
berfungsi membentuk keshalihan dalam sistim sosial kemasyarakatan.
Pembentukan keshalihan pribadi dan keshalihan dalam sistem masyarakat inilah
salah satu tujuan diturunkannya Risalah Islam oleh Allah SWT kepada manusia.
Di masyarakat kita pengetahuan, kesadaran dan pengalaman terhadap
perintah shalat sudah cukup merata, namun tidak begitu dengan perintah zakat.
Sementara Al-Qur'an menyebutkan perintah shalat dan zakat dalam 27 tempat
atau ayat, sehingga pelaksanaan shalat dan zakat merupakan satu kesatuan yang
tidak mungkin dipisahkan. Hal ini tercermin pula pada masa pemerintahan Abu
Bakar ra, saat melihat dalam masyarakat mulai ada pemilahan antara perintah
zakat dan shalat, beliau mengungkapkan: "Demi Allah, saya akan memerangi
orang-orang yang memisahkan antara shalat dan zakat, karena zakat adalah
kewajiban atas harta". (HR Jama'ah ).
Dengan zakat, Allah SWT menghendaki kebaikan kehidupan manusia
dengan ajaran-Nya agar hidup tolong menolong, gotong royong dan selalu
menjalin persaudaraan. Adanya perbedaan harta, kekayaan dan status sosial
dalam kehidupan adalah sunatullah yang tidak mungkin dihilangkan sama sekali.
Bahkan adanya perbedaan status sosial itulah manusia membutuhkan antara satu
dengan lainnya. Dan zakat adalah salah satu instrumen paling efektif untuk
menyatukan umat manusia dalam naungan kecintaan dan kedamaian hidupnya di
dunia, untuk menggapai kebaikan di akhirat.
B. Rumusan Masalah
Masalah - masalah yang akan kami bahas dalam penulisan makalah ini
mengenai apa apa yang berkaitan dengan zakat yang meliputi:
1. Apakah pengertian zakat?
2. Bagaimana landasan kewajiban zakat di Indonesia?
3. Apa sajakah ketentuan zakat?
4. Apa sajakah macam macam zakat?
5. Bagaimana ancaman bagi orang yang enggan membayar zakat?
6. Bagaimana pahala besar bagi pembayar zakat?

C. Tujuan
Penulisan ini dilakukan untuk dapat memenuhi tujuan-tujuan yang dapat
bermanfaat bagi para pembaca dalam pemahaman tentang zakat,dan selanjutnya
akan menjadi lebih khusuk dan terbuka dalam menjalankan ibadah zakat.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Zakat

Zakat merupakan salah satu rukun Islam dan menjadi salah satu unsur pokok
bagi tegaknya syariat Islam. Oleh sebab itu hukum zakat adalah wajib (fardhu) atas
setiap muslim yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu. Zakat termasuk dalam
kategori ibadah (seperti shalat, haji, dan puasa) yang telah diatur secara rinci
berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah, sekaligus merupakan amal sosial
kemasyarakatan dan kemanusiaan yang dapat berkembang sesuai dengan
perkembangan ummat manusia.

211
Diantara dalil syar’i yang menunjukkan wajibnya membayar zakat adalah firman
Allah Ta’ala:

‫وﺃَرقياموا ال ل‬
َ‫صلةَ َوآاتوا اللزَكاًة‬

“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah beserta orang-orang yang
ruku’.” (QS. Al-Baqarah: 43)

Dan sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam:


‫ااهه َوﺃَلن امَﺤلمههعدا َراسههوال ل‬
‫ٍ َوﺇرقَههاًرم‬، ‫ارهه‬ ‫س َﺷههَهاًَدرة ﺃَصن لَ ﺇرلَهههَ ﺇرلل ل‬
‫بانرههَىَّ ارلصسههلَام َعلَههىَّ َخصمهه ة‬
‫ضاًَن‬ َ ‫صصو َرَم‬ َ ‫ٍ َو‬، ‫ٍ َواصلَﺤلج‬، ‫ٍ َورﺇيَتاًرء اللزَكاًرة‬، ‫صلَرة‬
‫ال ل‬
“Agama Islam itu dibangun di atas lima rukun (yaitu): “Persaksian bahwa tiada
sesembahan yang berhak diibadahi selain Allah, dan bahwa Muhammad adalah utusan
Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, haji, dan puasa Ramadhan.” (HR.
Bukhari, dan Muslim)

B. Landasan Kewajiban Zakat

Zakat hukumnya wajib bagi setiap muslim yang memiliki harta sampai pada
nishabnya.

Landasan hukum diwajibkannya zakat adalah :

a. Al Quran

b. As Sunnah, Rasulullah SAW bersabda “Islam dibangun atas lima rukun;


syahadat tiada tuhan selain Allah dan Muhammad saw utusan Allah,

212
menegakkan shalat, membayar zakat, menunaikan haji dan shaum
ramadhan”.
c. Ijma, Para ulama salaf (terdahulu, klasik) ataupun kholaf (kontemporer) telah
sepakat akan wajibnya zakat.
C. Ketentuan Zakat
1. Syarat wajib zakat
Syarat – syarat wajib zakat ada lima, yaitu :
a. Islam
b. Merdeka
c. Hak milik yang sempurna
 Hukum zakat fitrah jika beras berasal dari orang lain
Dalam sebuah hadist dijelaskan yang artinya :
“Apa yang sudah menjadi milikmu, terserah kamu”. (HR.bukhari ||
No : 1800).
Telah menceritakan kepada kami Abu Al Yaman telah
mengabarkan kepada kami Syu'aib dari Az Zuhriy berkata, telah
mengabarkan kepada saya Humaid bin 'Abdurrahman bahwa Abu
Hurairah radliallahu 'anhu berkata: Ketika kami sedang duduk
bermajelis bersama Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tiba-tiba datang
seorang laki-laki lalu berkata: Wahai Rasulullah, binasalah aku. Beliau
bertanya: Ada apa denganmu?. Orang itu menjawab: Aku telah
berhubungan dengan isteriku sedangkan aku sedang berpuasa. Maka
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bertanya: Apakah kamu
memiliki budak, sehingga kamu harus membebaskannya?. Orang itu
menjawab: Tidak. Lalu Beliau bertanya lagi: Apakah kamu sanggup
bila harus berpuasa selama dua bulan berturut-turut?. Orang itu
menjawab: Tidak. Lalu Beliau bertanya lagi: Apakah kamu memiliki
makanan untuk diberikan kepada enam puluh orang miskin?. Orang itu
menjawab: Tidak. Sejenak Nabi shallallahu 'alaihi wasallam terdiam.
Ketika kami masih dalam keadaan tadi, Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam diberikan satu keranjang berisi kurma, lalu Beliau bertanya:
Mana orang yang bertanya tadi?. Orang itu menjawab: Aku. Maka
Beliau berkata: Ambillah kurma ini lalu bershadaqahlah dengannya.
Orang itu berkata: Apakah ada orang yang lebih faqir dariku, wahai
Rasulullah. Demi Allah, tidak ada keluarga yang tinggal diantara dua
perbatasan, yang dia maksud adalah dua gurun pasir, yang lebih faqir
daripada keluargaku. Mendengar itu Nabi shallallahu 'alaihi wasallam

213
menjadi tertawa hingga tampak gigi seri Beliau. Kemudian Beliau
berkata: Kalau begitu berilah makan keluargamu dengan kurma ini.
d. Ada satu nishob ( batas yang tertentu )
e. Haul, atau sudah sampai satu tahun kecuali zakat hasil pertanian.
Persyaratan haul berlaku pada semua jenis harta yang wajib di
keluarkan zakatnya kecuali zakat hasil tanaman dan buah-buahan.
Sedangkan zakat hasil tanaman dikeluarkan pada saat panen bila telah
mencapai nishab. Perhitungan haul ini berdasarkan tahun dan bulan-
bulan Hijriyah atau Qamariyah, bukan berdasarkan tahun Masehi dan
bulan-bulan selain Qamariyah. (Fatawa al-Lajnah ad-Daimah
(9/200).
2. Harta yg wajib di zakati

Harta yang wajib dizakati meliputi yaitu:

a. Binatang ternak

b. Hasil pertanian

c. Barang berharga (emas,perak dan semacamnya)

d. Harta perniagaan.

3. Fungsi zakat
a. Membersihkan Harta
b. Membantu Orang Miskin
c. Memberi Umur Panjang
d. Menumbuhkan Akhlak Mulia
e. Memberikan Ketenangan
f. Menghilangka Sifat Negatif
g. Sebagai Bentuk Jaminan Sosial
h. Meningkatkan Rasa Syukur
i. Membiasakan Disiplin
j. Menumbuhkan Sikap saling Tolong-menolong
k. Melengkapi Keimanan dan Keislaman Seseorang
l. Solidaritas dalam Kesatuan Umat Muslim
m. Mencegah Bencana yang Merugikan
n. Menjadi Sebab dimasukkannya ke Surga
D. Macam-Macam Zakat
1. Zakat fitrah
Fitrah artinya sifat pembawaan sejak lahir.Secara istilah (terminologi)
zakat fitrah adalah kadar harta yang diberikan kepada yang berhak
menerimanya dengan beberapa syarat guna membersihkan diri dari perbuatan
yang kotor dan keji bagi orang yang berpuasa Ramadhan.

214
Mengeluarkan zakat fitrah WAJIB hukumnya bagi setiap Muslim
(Fardhu ‘Ain), berupa makanan yang mengenyangkan sebanyak 3,1 liter atau
2,5 kg.
a. Syarat Wajib Zakat Fitrah
a. Beragama Islam
b. Masih hidup saat terbenamnya matahari ramadhan
c. Mempunyai kelebihan makanan untuk dirinya dan keluarganya pada
malam hari raya Idul Fitri.

Dari Ibnu Umar berkata Ra. ia berkata, ”Rasulullah Saw. MEWAJIBKAN


zakat fitrah sebanyak satu Sho’ (2,5 kg) kurma atau gandum atas setiap hamba
atau orang merdeka, laki laki atau perempuan, kecil atau besar dari orang
Islam. Beliau menyuruh melaksnakannya sebelum orang-orang pergi shalat
(Idul Fitri)”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Zakat fitrah lebih utama di rumah karena amilnya lebih bisa dipercaya.
Dalam bebrapa kitab fiqih, amil zakat yang tertera dalam firman Allah
didevinisikan sebagai orang atau lembaga yang mendapat mandat atau
rekomendasi dari imam atau penggantinya untuk menangani zakat. Dari
devinisi di atas, istilah amil meliputi petuugas penarik zakat, pembagi, atau
sekedar petugas pencatat yang telah mendapat mandat dari pimpinan. Selain
berhak mendapat bagian dari zakat, mereka juga memiliki wewenang penuh
untuk mengalokasikan zakat kepada para penerima zakat selain mereka.
Namun, perlu diperhatikan bahwa amil zakat haruslah orang yang adil dan
mengerti ketentuan dan persyaratan yang terkait dengan pembayaran zakat.
Hal ini bertujuan agar tidak dikhawatirkan terjadi penyelewengan atau
kesalahan dalam pengalokasian zakat.
Sedangkan mengenai kebijakan pihak sekolah yang menerapkan hukuman
dan sanksi kepada siswa yang tidak mengindahkan peraturan, secara fiqih hal
tersebut dapat dibenarkan. Sebab, kebijakan tersebut diterapkan atas
pertimbangan kebaikan siswa dalam rangka pembelajaran. Karenanya,
kebijakan ini selaras dengan prinsip dasar seorang pemimpin yang harus
bertindak atas dasar mashlahat.

b. Waktu-waktu Zakat Fitrah

a. Pada awal atau pertengahan bulan Romadhon.

b. Pada akhir bulan Ramadhan.

215
c. Pagi hari sebelum mengerjakan shalat Idul Fitri.

Yang menunjukkan waktu afdhol adalah hadits Ibnu ‘Abbas


radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata,

“Barangsiapa yang menunaikan zakat fithri sebelum shalat maka


zakatnya diterima dan barangsiapa yang menunaikannya setelah
shalat maka itu hanya dianggap sebagai sedekah di antara berbagai
sedekah.”[32]

Zakat fitrah boleh dibayarkan keluar desa tempat tinggal bila


membayarnya sebelum malam hari raya dengan cara ta'jilul zakatil fitri
. Akan tetapi bila sudah malam hari raya maka tidak boleh dibawa
keluar dari desanya/kampung sendiri.
Jika lahir menjelang idul fithri itu wajib zakat atau tidak
‫ َوطاصعَمههةع‬,‫ث‬ ‫ َواللرﻓَهه ر‬,‫صاًئررم رمَن َالللصغههرو‬‫طرر; طاصهَرةع رلل ل‬ ‫ار صلىَّ ا عليه وسلم َزَكاًةَ اَصلفر ص‬ ‫ض َراسوال َ ل‬ َ ‫ﻓََر‬
‫صهَدقَةد رمههَن‬ ‫ َوَمههصن ﺃَلداهَههاً بَصعههَد َال ل‬,‫صَلرة ﻓَرهَيَّ َزَكاًةد َمصقابولَههدة‬
َ َّ‫صههَلرة ﻓَرهههَي‬ ‫ ﻓََمصن ﺃَلداَهاً قَصبَل َال ل‬,‫لرصلَمَﺴاًركيرن‬
‫َال ل‬
‫صَدَقاً ر‬
‫ت‬
“Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam mewajibkan zakat
fitrah sebagai pembersih bagi orang yang berpuasa dari perkataan
yang tidak berguna dan buruk, dan sebagai makanan bagi orang-
orang miskin. Maka barangsiapa yang mengeluarkannya sebelum
shala (Ied)t, ia menjadi zakat yang diterima dan barangsiapa
mengeluarkannya setelah shalat, ia menjadi sedekah biasa.” (HR. Abu
Dawud dan Ibnu Majah).
Jadi, Apabila bayi telah lahir sebelum tenggelamnya matahari
di hari terakhir Ramadhan maka wajib dikeluarkan zakat fitrahnya.
Tetapi jika saat matahari terbenam ia masih di kandungan (belum lahir)
maka tidak wajib dikeluarkan zakat fitrahnya.
Ibnul Mundzir telah menyebutkan ijma’ akan tidak wajibnya
janin dikeluarkan zakat fitrahnya. Tetapi menurut sebagian ulama ada
yang memandang baik jika dikeluarkan zakat fitrah atas nama janin
berdasarkan amalan Utsman Radhiyallahu 'Anhu.
Diriwayatkan dari Abu Qilabah, ia berkata:
‫طههرن‬‫صرغصيرر َواصلَﻜبرصيرر َحلتىَّ َعرن اصلَﺤصمههرل ﻓرههصيَّ بَ ص‬ ‫َكاًَن ياصعرجباهاصم ﺃَصن ياصعطاصوا َزَكاًةَ اصلفر ص‬
‫طرر َعرن ال ل‬
‫ﺃالمره‬
”Adalah menjadi perhatian mereka (para sahabat) untuk
mengeluarkan/memberikan zakat fitrah dari anak kecil, dewasa, malah

216
yang masih dalam kandungan (janin).” (HR. Abdurrazaq dan Abu
Bakar dalam Al-Syafi)
Karenanya, jika ada seseorang yang tetap mengeluarkan zakat
fitrah untuk anaknya yang lahirnya sesudah matahari akhir Ramadhan
terbenam tidak perlu dipersoalkan.
c. Hukum zakat fitrah

Mengeluarkan zakat fitrah WAJIB hukumnya bagi setiap Muslim (Fardhu


‘Ain), berupa makanan yang mengenyangkan sebanyak 3,1 liter atau 2,5 kg.
dan jika ingin melebihkan maka hal itu dianggap sebagai shodaqoh yang
dibalas dengan pahala. Sebagaimana firman Allah ta’ala:

‫ع َخصيعرا ﻓَإَ رلن ل‬


158 : ‫اَ َﺷاًركدر َعرليدم( البقرة‬ َ ‫َوَمصن تَطَلو‬

‘‘Dan barangsiapa yang mengerjakan suatu kebajikan dengan kerelaan hati,


maka sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri kebaikan lagi Maha
Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 158.)

Apabila seseorang sudah dikatagorikan orang yang sudah mampu, maka


ia wajib membayar zakat fitrah sesuai yang telah ditetapkan oleh agama kita.
Sedangkan apabila ada keinginan ayah untuk membayarkan zakat fitrah maka
itu akan merupakan sedekah bagi beliau dan akan bernilai pahala di sisi Allah
SWT, dan Allah SWT tidak akan menyia-nyiakan pahala bagi orang yang
berbuat kebaikan, sebagaimana firmanNya: “Sesungguhnya Kami tidak akan
menyia-nyiakan pahala orang yang mengerjakan perbuatan yang baik” (QS.
Al-Kahfi: 30).

zakat fitrah : wajib setiap tahun

217
Dari Ibnu Umar berkata Ra. ia berkata, ”Rasulullah Saw. MEWAJIBKAN
zakat fitrah sebanyak satu Sho’ (2,5 kg) kurma atau gandum atas setiap hamba
atau orang merdeka, laki laki atau perempuan, kecil atau besar dari orang
Islam. Beliau menyuruh melaksnakannya sebelum orang-orang pergi shalat
(Idul Fitri)”. (HR. Bukhari dan Muslim)

d. Niat zakat itu wajib atau sunnah

An-Nawawi mengatakan:

‫ وإنماَ الخلف في صفة النية‬،َ‫ل يصح أداء الزكاَة إل باَلنية في الجملة وهذا ل خلف فيه عندنا‬
،‫ وبوجوبهاَ قاَل ماَلك وأبو حنيفة والثوريَّ وأحمد وأبو ثور وداود وجماَهير العلماَء‬،َ‫وتفريعها‬
‫وشذ عنهم الوزاعي فقاَل ل تجب ويصح أداؤهاَ بل نية كأداء الديون‬

“Tidak sah menunaikan zakat kecuali disertai niat secara umum. Tidak ada
perbedaan dalam masalah ini dalam madzhab kami (Syafi’i). Perbedaan
hanya terjadi pada cara niat dan merinci niat. Ulama yang berpendapat
wajibnya niat adalah Imam Abu hanifah, Imam Malik, ats-Tsauri, Imam
Ahmad, Abu Tsaur, Daud Zahiri, dan mayoritas ulama. Yang menyimpang
dari pendapat mereka adalah Imam al-Auzai, beliau berpendapat, Tidak
wajib niat, dan sah menunaikan zakat tanpa disertai niat, sebagaimana
seseorang menunaikan utang.” (al-Majmu’, 6:180).

Pendapat yang lebih kuat dalam hal ini adalah pendapat mayoritas
ulama, dengan beberapa alasan:

Keumuman sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:


‫إنماَ العماَل باَلنياَت‬

“Sesungguhnya amal itu dinilai karena niat.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Sementara menunaikan zakat termasuk amal.

Menunaikan zakat termasuk ibadah, karena itu kita kenal ada zakat
wajib dan zakat sunah (sedekah). Dan semua bentuk ibadah butuh niat.
Karena itu zakat berbeda dengan utang. Zakat itu ibadah, sehingga butuh
niat, sementara utang bukan ibadah, sehingga tidak butuh niat. (simak
keterangan Ibnu Qudamah di al-Mughni, 2:502)

e. Manfaat Zakat Fitrah:

218
a. Membuat gembira orang yang lemah dan tidak mampu pada saat hari
raya.

b. Membersihkan diri dari sikap egois.

c. Mengungkapkan rasa syukur kepada Allah atas nikmat yang telah


diberikan.

d. Mencegah orang-orang miskin melakukan kejahatan.

e. Hubungan kasih sayang antara pemberi dan penerima zakat akan terjalin.

2. Zakat maal
a. Istilah yang berkaitan dengan Zakat
• Nishab adalah batas minimal harta yang wajib dikeluarkan zakatnya.
• Haul adalah batas minimal harta dari segi waktu, telah mencapai satu
tahun.
• Mustahiq adalah orang yang berhak menerima zakat.
• Muzakki adalah orang yang wajib mengeluarkan zakat.
b. Syarat harta yang boleh dizakatkan
• dimiliki secara sempurna
• produktif
• melebihi nishab
• melewati haul
• melebihi hajat (kebutuhan)
• selamat dari hutang
Secara umum syarat-syarat tersebut sama, kecuali:
• Hasil pertanian tidak perlu setahun, zakatnya setiap kali panen. Berupa
bahan makanan mengenyangkan dan tahan disimpan dalam waktu yang
lama. Ditanam oleh manusia.
• Untuk binatang ternak digembalakan secara bebas.
• Zakat maal : tidak wajib setiap tahun, tetapi jika hanya telah sampai haul
nya saja.
‫س رﻓىَّ َماًةل َزَكاًةد َحلتىَّ يَاﺤوَل َعلَصيره اصلَﺤصوال‬
َ ‫َولَصي‬
“Dan tidak ada zakat pada harta hingga mencapai haul.” (HR. Abu Daud
no. 1573, Tirmidzi no. 631 dan Ibnu Majah no. 1792. Syaikh Al Albani
mengatakan bahwa hadits ini shahih). Berarti, jika belum memenuhi haul,
maka tidak ada kewajiban zakat.
• Dalam Al Mawsu’ah Al Fiqhiyyah disebutkan,
َّ‫ٍ وﻓههي‬، ‫انتفق الفقهاًء علىَّ ﺃنن الﺤول ﺷرط لوﺟههوب النزكههاًة ﻓههيَّ نصههاًب النﺴههاًئمة مههن بهيمههة النعههاًم‬
‫ضة‬‫ٍ والف ن‬، ‫الثماًن وهيَّ النﺬهب‬
“Para ulama sepakat bahwa haul merupakan syarat wajibnya zakat ketika
harta telah mencapai nishob, yaitu pada zakat hewan ternak, zakat mata
uang, zakat emas dan perak.”
219
• Adapun zakat tanaman ditarik tanpa memperhatikan haul tetapi setiap kali
panen. Karena dalam ayat disebutkan
َ ‫َوآَاتوا َحقلها يَصوَم َح‬
‫صاًردره‬
“Dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan
dizakatkan kepada fakir miskin)” (QS. Al An’am: 141). Zakat ditarik
ketika panen karena perkembangan harta telah sempurna saat panen
tersebut. Jika telah ditarik zakat pada hasil panen, maka tidak ditarik lagi
zakat untuk kedua kalinya karena hasil tersebut tidak mengalami
perkembangan lagi.
c. Pajak termasuk zakat maal atau tidak
Pajak adalah kewajiban dan aturan buatan manusia yang tidak pernah
Allah syariatkan. Sedangkan zakat adalah aturan Allah dan salah satu
ibadah agung yang ada dalam Islam.
Para ulama yang duduk di Lajnah Daimah mengatakan, “Tidak
diperbolehkan menilai pajak yang yang dibayarkan seseorang sebagai
bagian dari zakat atas harta yang wajib dizakati. Wajib membayar zakat
secara khusus dan menyalurkannya pada sasaran yang telah ditetapkan oleh
syariat sebagaimana yang telah Allah firmankan yang artinya: “Zakat itu
hanyalah untuk orang-orang fakir dan miskin…” (Qs. at Taubah: 60)”
(Fatawa al Lajnah al Daimah 9/285).
d. hukum jika tidak melaksanakan zakat maal
Firman Allah Ta’ala (yang artinya) : "Hai orang-orang yang beriman
nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik
dan sebagian dari apa yang kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan
janganlah kamu memilih yang buruk-buruk kemudian kamu nafkahkan dari
padanya padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan
dengan memicingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah bahwa Allah
Maha Kaya lagi Maha terpuji." (Al-Baqarah : 267).
Kita sudah pahami bahwa zakat adalah bagian dari rukun Islam. Para
ulama bersepakat (berijma’) bahwa siapa yang menentang dan mengingkari
kewajiban zakat, maka ia telah kafir dan murtad dari Islam. Karena ini
adalah perkara ma’lum minad diini bid doruroh, yaitu sudah diketahui akan
wajibnya. Imam Nawawi rahimahullah berkata, “Barangsiapa mengingkari
kewajiban zakat di zaman ini, ia kafir berdasarkan kesepakatan para
ulama.” Ibnu Hajar berkata, “Adapun hukum asal zakat adalah wajib. Siapa
yang menentang hukum zakat ini, ia kafir.”
e. Cara zakat mal

220
Apabila harta sudah memenuhi kriteria : dimiliki secara sempurna,
produktif, melebihi nishab, melewati haul, melebihi hajat (kebutuhan),
selamat dari hutang .Untuk penyalurannya bisa diberikan secara langsung
kepada mustahiq atau melalui amil

3. Peternakan
Segala ternak yang dipelihara untuk diperkembang biakkan dan telah
sampai nisab diwajibkan membayar zakatnya.. Alasan diwajibkannya
menunaikan zakat hewan ternak seperti unta, sapi dan kambing ialah karena
hewan ini banyak sekali manfaatnya.
a. Syarat Zakat
1) Syarat wajib zakat hewan ternak adalah pemiliknya beragama Islam,
mencapai nisab dan sudah sempurna satu haul.
2) Dalam hewan ternak, disyaratkan kepemilikan selama satu haul, jika
kepemilikan hilang sebentar saja sebelum satu haul kemudian
kembali lagi maka haulnya terputus dan dimulai haul yang baru.
3) Hewan ternak yang diwajibkan adalah hewan yang
digembalakan.“Pada unta yang digembalakan pada setiap jumlah
yang mencapi 40 ekor unta, zakatnya adalah 1 ekor bintu labun.”
(HR Abu Dawud).
4) Hewan ternak yang diwajibkan bukan hewan yang
dipekerjakan.“Tidak diwajibkan zakat pada sapi yang dipekerjakan.”
(HR Thabrani, Abu Dawud, Baihaqi)
b. Syarat hewan ternak yang boleh dizakatkan
1) Hewan yang dimiliki harus melewati satu tahun (sampai haul) yaitu
telah melewati masa satu tahun qamariyah penuh.
‫ ل عزعكاَةع‬: ‫ يعنقونل‬، ‫سلفعم‬ ‫صفلىَ ف‬
‫ان ععلعصيره عو ع‬ ‫سوعل ف‬
‫ار ع‬ ‫ت عر ن‬
‫سرمصع ن‬ ‫شةع عر ر‬
‫ ع‬: ‫ضعي ان ععصننهاَ عقاَلعصت‬ ‫ععصن ععاَئر ع‬
(َّ‫رفي عماَءل عحفتىَ يعنحوعل ععلعصيره اصلعحصونل )الترمذي‬
Dari Aisyah ra, ia berkata: Aku mendengar Rasulallah saw
bersabda: “Tidak wajib zakat pada harta sehingga ia telah melewati
masa satu tahun.” (HR at-Tirmidzi)
Sebagaimana diriwatkan dari Abu Bakar, Ustman dan Ali ra,
haul merupakan sesuatu yang telah ditetapkan dalam mazhab ahli
fiqih Madinah dan ulama seluruh negeri ”tidak dikenakan zakat
sehingga ia mencukupi nisab dan genap haul”
2) Digembala di tempat yang bebas tanpa upah yaitu digembalakan di
ladang yang boleh untuk menggembala. Sedangkan hewan yang
dikandangkan (diberi makan di kandang dan tidak digembalakan),
maka tidak wajib zakat

221
‫ رفصي ع‬: ‫سلفعم عقصاَعل‬
‫سصصاَئرعمرة صالعغنعصصرم‬ ‫ضعي ان ععصنهن أعفن النعبرفي ع‬
‫صفلىَ ان ععلعصيره عوآلرره عو ع‬ ‫ععصن أعنع ر‬
‫س صبرن عماَلرءك عر ر‬
(َّ‫عزعكاَةة )البخاَري‬
Rasulallah saw bersabda: ”kambing yang digembala (diladang
bebas) dizakatkan (HR Bukhari)
‫سصصاَئرعمءة فرصصي نكصصذل أعصربعرعيصصعن برصنصص ن‬
‫ت‬ ‫ فرصصي نكصصذل إربرصصءل ع‬: ‫سلفعم عقاَعل‬ ‫ى أعفن النعبرفي ع‬
‫صفلىَ ان ععلعصيره عوآلرره عو ع‬ ‫لرعماَ نررو ع‬
(‫لعنبوءن )صحيح ابو داود و النساَئي‬
Rasulallah saw bersabda: ”Unta yang digembala (di tempat
bebas, tanpa upah) setiap 40 unta zakatnya satu ekor binta labun” (HR
Shahih Abu Dawud, an-Nasai’).
3) Cukup nishab atau cukup bilangan hewan yang hendak dikeluarkan
zakatnya.
c. Hewan ternak yang boleh dizakatkan
1) Unta
”Setiap 24 ekor unta atau kurang, maka zakatnya seekor kambing
betina. Untuk setiap 5 ekor unta, jika jumlahnya 25 sampai 35 ekor,
maka zakatnya satu ekor anak unta betina berumur 1-2 tahun atau
satu ekor anak unta jantan berumur 3-4 tahun;jika jumlahnya 36
ekor sampai 45 ekor, zakatnya 46 sampai 60 ekor unta, zakatnya
adalah seekor unta betina berumur 3-4 tahun”. (HR Bukhari)

Zakat
Nisab Unta
Jenis Umur
5-9 1 ekor kambing 2 tahun
10-14 2 ekor kambing 2 tahun
15-19 3 ekor kambing 2 tahun
20-24 4 ekor kambing 2 tahun
1 ekor unta (bintu makhadh) 1 tahun
25-35 Bintu makhadh : Onta betina yang telah genap
berusia setahun dan sudah masuk tahun kedua.
1 ekor unta (bintu labun) 2 tahun
36-45 Bintu labun : Onta betina yang sudah genap
berusia 2 tahun dan memasuki tahun ketiga.
46-60 1 ekor unta (hiqqah) 3 tahun
61-75 1 ekor unta (jadza’ah) 4 tahun
76-90 2 ekor unta (bintu labun) 2 tahun
91-120 2 ekor unta (hiqqah) 3 tahun

222
121-129 3 ekor unta (bintu labun) 2 tahun
Setiap 40 ekor, 1 ekor bintu labun, Setiap 50 ekor,
130-seterusnya
1 ekor hiqqah
2). Sapi

“Rasulullah Saw mengutusku ke Yaman, lalu beliau memerintahkan aku


untuk mengambil zakat berupa seekor tabi’a dari setiap 30 ekor sapi dan
musinnah dari setiap 40 ekor sapi.” (HR Malik, Abu Dawud)

Zakat
Nisab Sapi
Jenis Umur
1 ekor sapi (tabi’a / tabi’ah) 1 tahun

Tabi : sapi jantan yang sudah genap


berusia satu tahun dan masuk tahun
30-39 kedua.

Tabi’ah : sapi betina yang sudah genap


berusia satu tahun dan masuk tahun
kedua.
40-59 1 ekor sapi (musinnah) 2 tahun
60-69 2 ekor sapi (tabi’a) 1 tahun
70-79 2 ekor sapi (tabi’a dan musinnah) 1 dan 2 tahun
80-89 2 ekor sapi (musinnah) 2 tahun
90-99 3 ekor sapi (1 tabi’ah dan 2 musinnah) 1 dan 2 tahun
100-109 3 ekor sapi (2 tabi’a dan 1 musinnah) 1 dan 2 tahun
110-119 3 ekor sapi (1 tabi’a dan 2 musinnah) 1 dan 2 tahun
120-129 7 ekor sapi (4 tabi’a dan 3 musinnah) 1 dan 2 tahun
4 ekor sapi, 3 ekor tabi’ah, 1 ekor 1 dan 2 tahun
130-139
musinnah
4 ekor sapi, 2 ekor tabi’ah, 2 ekor
140-149
musinnah
150-159 5 ekor tabi’ah dan demikian seterusnya

223
3). Kuda

Nishab BesarZakatnya Keterangan

30 - 39 1 ekor tabii' Kuda memiliki ZAKAT


hanya menurut Mazhab
40 - 59 1 ekormusinnah
Hanafi. Sedang menurut

60 - 69 2 ekortabii' Mazhab Maliki, Syafii


dan Hambali TIDAK
70 - 79 1 ekor tabii' dan 1 ekor musinnah WAJIB ZAKAT.

80 - 89 2 ekor musinnah musinnah = sapi betina


yang sudah genap berusia
90 - 99 3 tabii'
2 tahun dan masuk tahun
100 - 109 1 ekormusinnah dan 2 tabii' ke-3

110 - 119 2 ekor musinnah dan 1 ekortabii'

120 - ... 3 ekor musinnah atau 4 ekortabii'

4) Kambing

Nishab Besar Zakatnya Keterangan


1-39 Tidak wajib zakat

224
40-120 1 ekor kambing betina Demikianseterusnya,
setiapbertambah 100
121-200 2 ekorkambingbetina
ekoradakewajiban zakat

201-399 3 ekorkambingbetina berupa 1 ekorkambing.

400-499 4 ekorkambingbetina

500-599 5 ekorkambingbetina

Beberapa nishab harta:

Jenis Harta Nishab Kadar Zakatnya

Emas 93,4 gram 2,5 %

Perak 642 gram 2,5 %

Perniagaan Standar emas 2,5 %

Pertanian 750 kg 10% tanpa biaya irigasi

Peternakan: kambing, 40 ekor 5 % ada biaya irigasi

sapi, kerbau 30 ekor 1 ekor umur 2 tahun

Barang temuan Tidak ada nishabnya 1 ekor umur 1 tahun

Perikanan Standar emas 20% tunai

Perkebunan Standar emas 2,5 %

Profesi Standar emas 2,5 %

2,5 %

NB.:

a). Nishab pada ternak unggas dan perikanan tidak diterapkan berdasarkan jumlah
(ekor), sebagaimana halnya unta, sapi, dan kambing. Tapi dihitung berdasarkan skala
usaha. Nishab ternak unggas dan perikanan adalah setara dengan 20 Dinar (1 dinar =

225
4,25 gram emas murni) atau sama dengan 85 gram emas. artinya bila seorang
beternak unggas atau perikanan, dan pada akhir tahun (tutup buku) ia memiliki
kekayaan yang berupa modal kerja dan keuntungan lebih besar atau setara dengan 85
gram emas murni, maka ia terkena kewajiban zakat sebesar 2,5 %.
b). Asal usul nisab zakat hewan ternak
1). Unta, nishabnya yang pertama-tama ialah bila seseorang memiliki 5 ekor.
Artinya, kalau kurang dari itu maka tidak wajib dizakati.

Dalilnya:
Adapun dalil diriwayatkan oleh al-Bukhari (1386), dari Anas RA,
bahwasanya Abu Bakar RA telah menulis untuknya surat seperti tersebut
di bawah ini, ketika beliau mengirimnya ke al-Bahrain untuk menghimpun
zakat.
Artinya: “Inilah kewajiban zakat yang telah ditetapkan oleh Rasulullah
SAW atas kaum muslimin, dan yang telah diperintahkan Allah kepada
Rasul-Nya. Maka, barangsiapa memintanya dari kaum muslimin
sebagaimana mestinya, maka hendaklah zakat itu diberikan kepadanya.
Dan barangsiapa meminta lebih dari itu, maka janganlah diberi: "Untuk 24
ekor unta atau kurang, zakatnya berupa kambing, tiap-tiap 5 ekor unta,
seekor kambing. Lalu, apabila telah mencapai 25 sampai dengan 35 ekor,
zakatnya seekor unta betina bintu makhadh. Kalau di antara unta-unta itu
tidak ada bintu makhadh, maka seekor unta jantan ibnu labun. Lalu,
apabila telah mencapai 36 sampai dengan 45 ekor, zakatnya seekor unta
betina bintu labun. Selanjutnya, apabila telah mencapai 46 sampai dengan
60 ekor, zakatnya seekor hiqah yang telah patut disetubuhi pe- jantannya.
Terus, apabila telah mencapai 61 sampai dengan 75 ekor, zakatnya seekor
jadz 'ah. Lalu, apabila telah mencapai 76 sampai dengan 90 ekor, zakatnya
2 ekor bintu labun. Seterusnya, apabila telah mencapai 91 sampai dengan
120 ekor, zakatnya 2 ekor hiqah yang telah patut disetubuhi pejantannya.
Terus, apabila telah lebih dari 120 ekor, untuk tiap-tiap 40 ekor, seekor
bintu labun, dan untuk tiap-tiap 50 ekor, seekor hiqah'

2). Sapi
Adapun sapi, nishabnya yang terendah adalah 30 ekor. Jadi, kalau kurang
dari itu tidaklah wajib dizakati. Dalilnya ialah sebuah atsar riwayat at-
Tirmidzi (623) dan Abu Daud (1576) dan lainnya, dari Mu'adz RA, dia
berkata:
226
َ‫ عفصاَ ععمعرنرصىَ اعصن آنخصصعذ رمصصن نكصذل ثعلعثرصيصعن بعقعصصعرةث تع صبرثعصصا‬، ‫سلفعم ارعلىَ اصليععمصرن‬
‫صفلىَ اان ععلعصيره عو ع‬ ‫بعععثعنرصىَ عر ن‬
‫سصونل اار ع‬
٠‫سنفةث‬ ‫ عو رمصن نكذل اعصربعرعصيعن بعقععرةث نم ر‬، ‫اعصوتعبرصيععةة‬
Artinya: "Pernah aku diutus Rasulullah SAW ke Yaman. Aku disuruh me-
mungut dari tiap-tiap 30 ekor sapi, seekor sapi jantan atau betina tabi', dan
dari tiap-tiap 40 ekor sapi, seekor sapi musinnah.
3). Kambing
Adapun kambing barulah dizakati apabila jumlahnya telah menca-pai 40
ekor.
Dalilnya ialah hadits al-Bukhari (1386) dari Anas RA, yaitu surat Abu
Bakar RA untuknya, beberapa penggalan dari surat itu telah kita
cantumkan di atas, sedang pada bagian lain dinyatakan:
Artinya: "Mengenai zakat kambing - yakni kambing yang digembalakan
apabila ada 40 sampai dengan 120 ekor, zakatnya seekor. Apabila lebih
dari 120 sampai dengan 200 ekor, maka zakatnya 2 ekor. Lalu, apabila
lebih dari 200 sampai dengan 300 ekor, zakatnya 3 ekor. Seterusnya,
apabila lebih dari 300 ekor, maka untuk tiap-tiap 100 ekor, seekor. Jadi,
apabila gembalaan seseorang kurang seekor saja dari 40 ekor kambing,
maka tidak wajib dizakati, kecuali bila pemiliknya menghendaki"
4). Zakat Pertanian

Satu lagi yang dikenai zakat adalah zakat pertanian. Setiap tanaman yang
merupakan makanan pokok dan dapat disimpan, menurut ulama Syafi’iyah, wajib
dizakati.

 Dalil wajibnya zakat pertanian

Hasil pertanian wajib dikenai zakat. Beberapa dalil yang mendukung hal ini adalah:

‫ت َماً َكَﺴصبتاصم َورملماً ﺃَصخَرصﺟَناً لَاﻜصم رمَن اصلَصر ر‬


‫ض‬ َ ‫َياً ﺃَظيَهاً اللرﺬيَن آََمانوا ﺃَصنفراقوا رمصن‬
‫طيلَباً ر‬

“Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan allah) sebagian dari hasil
usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi
untuk kamu.” (QS. Al Baqarah: 267). Kata “‫ ”رمصن‬di sini menunjukkan sebagian, artinya
tidak semua hasil bumi itu dizakati.

‫ع امصختَلرعفاً ﺃااكلاها َواللزصياتوَن َوالظرلمههاًَن امتََشههاًبرعهاً َوَغصيههَر‬


َ ‫ت َوالنلصخَل َواللزصر‬ ‫ت َوَغصيَر َمصعاروَﺷاً ة‬ ‫ت َمصعاروَﺷاً ة‬ ‫َوهاَو اللرﺬي ﺃَصنَشأَ َ َﺟلناً ة‬
َ ‫امتََشاًبرةه اكالوا رمصن ثََمررره ﺇرَذا ﺃَصثَمَر َوآَاتوا َحقلها يَصوَم َح‬
‫صاًردره‬

227
“Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak
berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun
dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak sama (rasanya). Makanlah
dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya
di hari memetik hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir miskin).” (QS. Al
An’am: 141).

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫صَدقَةد‬ ‫س ﺃَصواس ة‬
َ ‫ق‬ َ ‫َولَصي‬
‫س رﻓيَماً ادوَن َخصم ر‬

“Tidak ada zakat bagi tanaman di bawah 5 wasaq.”

Dalil-dalil ini menunjukkan wajibnya zakat hasil pertanian yang dipanen dari muka
bumi, namun tidak semuanya terkena zakat dan tidak semua jenis terkena zakat. Akan
tetapi, yang dikenai adalah jenis tertentu dengan kadar tertentu.

a. Syarat hasil pertanian yang wajib dizakati

Pertama, para ulama sepakat bahwa hasil pertanian yang wajib dizakati ada empat
macam, yaitu: sya’ir (gandum kasar), hinthoh (gandum halus), kurma dan kismis
(anggur kering).

َّ‫ بََعثَهاَمهاً ﺇرلَ ى‬-‫صلىَّ ا عليه وسلم‬- ‫ ﺃَلن َراسوَل ا‬: ً‫اا َعصنهاَما‬ ‫ضَىَّ ل‬ ‫ى َوامَعاًةذ َر ر‬‫َعصن ﺃَربىَّ باصرَدة َعصن ﺃَربىَّ اموَسىَّ الَصﺷَعرر ل‬
‫ب‬‫طرة َواللشرعيرر َوالتلصمرر َواللزربي ر‬َ ‫ٍ ﻓَأَ ََمَرهاصم ﺃَصن َل يَأَصاخاﺬوا ﺇرلل رمَن اصلرﺤصن‬،‫ﺱ‬
َ ً‫اصليََمرن ياَعللَماًرن اللنا‬

Dari Abu Burdah, bahwa Abu Musa Al-Asy’ari dan Mu’adz bin Jabal radhiallahu
‘anhuma pernah diutus ke Yaman untuk mengajarkan perkara agama. Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan mereka agar tidak mengambil zakat
pertanian kecuali dari empat jenis tanaman: hinthah (gandum halus), sya’ir (gandum
kasar), kurma, dan zabib (kismis).

Dari Al Harits dari Ali, beliau mengatakan:

‫الصدقة عن ﺃربع من البر ﻓإَن لم يﻜن بر ﻓتمر ﻓإَن لم يﻜن تمر ﻓزبيب ﻓإَن لم يﻜن زبيب ﻓشعير‬

228
“Zakat (pertanian) hanya untuk empat komoditi: Burr (gandum halus), jika tidak ada
maka kurma, jika tidak ada kurma maka zabib (kismis), jika tidak ada zabib maka
sya’ir (gandum kasar).”

Dari Thalhah bin Yahya, beliau mengatakan: Saya bertanya kepada Abdul Hamid dan
Musa bin Thalhah tentang zakat pertanian. Keduanya menjawab,

‫ﺇنماً الصدقة ﻓيَّ الﺤنطة والتمر والزبيب‬

“Zakat hanya ditarik dari hinthah (gandum halus), kurma, dan zabib(kismis).”

Kedua, jumhur (mayoritas) ulama meluaskan zakat hasil pertanian ini pada tanaman
lain yang memiliki ‘illah (sebab hukum) yang sama. Jumhur ulama berselisih
pandangan mengenai ‘illah (sebab) zakat hasil pertanian.

 Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa zakat hasil pertanian itu ada pada
segala sesuatu yang ditanam baik hubub (biji-bijian), tsimar (buah-buahan)
dan sayur-sayuran.
 Imam Malik dan Imam Syafi’i berpendapat bahwa zakat hasil pertanian itu
ada pada tanaman yang merupakan kebutuhan pokok dan dapat disimpan.
 Imam Ahmad berpendapat bahwa zakat hasil pertanian itu ada pada tanaman
yang dapat disimpan dan ditakar.
 Ibnu Taimiyah berpendapat bahwa zakat hasil pertanian itu ada pada tanaman
yang dapat disimpan.

Tiga pendapat terakhir ini dinilai lebih kuat. Sedangkan pendapat Abu Hanifah adalah
pendapat yang lemah.

b. Nishob zakat pertanian

Nishob zakat pertanian adalah 5 wasaq. 1 wasaq = 60 sho’, 1 sho’ = 4 mud.


Nishob zakat pertanian = 5 wasaq x 60 sho’/wasaq = 300 sho’ x 4 mud = 1200 mud.
Ukuran mud adalah ukuran dua telapak tangan penuh dari pria sedang. Perlu dipahami
bahwa sho’ adalah ukuran untuk takaran. Sebagian ulama menyatakan bahwa satu
sho’ kira-kira sama dengan 2,4 kg. Syaikh Ibnu Baz menyatakan, 1 sho’ kira-kira 3
kg. Namun yang tepat jika kita ingin mengetahui ukuran satu sho’ dalam timbangan

229
(kg) tidak ada ukuran baku untuk semua benda yang ditimbang. Karena setiap benda
memiliki massa jenis yang berbeda. Yang paling afdhol untuk mengetahui besar sho’,
setiap barang ditakar terlebih dahulu. Hasil ini kemudian dikonversikan ke dalam
timbangan (kiloan).Taruhlah jika kita menganggap 1 sho’ sama dengan 2,4 kg, maka
nishob zakat tanaman = 5 wasaq x 60 sho’/ wasaq x 2,4 kg/ sho’ = 720 kg. Dari sini,
jika hasil pertanian telah melampaui 1 ton (1000 kg), maka sudah terkena wajib zakat.

c. Kadar zakat hasil pertanian

Pertama, jika tanaman diairi dengan air hujan atau dengan air sungai tanpa
ada biaya yang dikeluarkan atau bahkan tanaman tersebut tidak membutuhkan air,
dikenai zakat sebesar 10 %.

Kedua, jika tanaman diairi dengan air yang memerlukan biaya untuk
pengairan misalnya membutuhkan pompa untuk menarik air dari sumbernya, seperti
ini dikenai zakat sebesar 5%.

d. Kapan zakat hasil pertanian dikeluarkan

Dalam zakat hasil pertanian tidak menunggu haul, setiap kali panen ada
kewajiban zakat.Kewajiban zakat disyaratkan ketika biji tanaman telah keras
(matang),demikian pula tsimar (seperti kurma dan anggur) telah pantas dipetik
(dipanen). Sebelum waktu tersebut tidaklah ada kewajiban zakat.Dan di sini tidak
mesti seluruh tanaman matang. Jika sebagiannya telah matang, maka seluruh tanaman
sudah teranggap matang.Zakat buah-buahan dikeluarkan setelah diperkirakan berapa
takaran jika buah tersebut menjadi kering.

e. Apakah buruh tani wajib zakat atas petanian orang lain


Menurut jumhur ulama ketika pemilik tanah menyerahkan tanahnya untuk
ditanami dengan imbalan persentase tertentu dari hasil panen seperti 1/4, maka zakat
menjadi kewajiban keduanya. Masing-masing berkewajiban zakat sesuai dengan hasil
yang didapati ketika sudah mencapai satu nishab dan perhitungannya tidak digabung,
yaitu masing-masing baik pemilik sawah maupun pekerjanya.
Sedangkan jika pemilik tanah menyerahkan tanahnya untuk ditanami dengan
pembayaran harga tertentu (misalnya disewakan berapa rupiah semusim tanam atau
setahun). Menurut Wahbah az-Zuhaili dalam Fiqh al-Islam wa adillatuhu ada
perbedaan pendapat para ahli fiqh tentang zakat tanah sewaan. Imam Abu Hanifah

230
mengatakan bahwa yang mengeluarkan zakat adalah pemilik tanah. Madzhabul
jumhur berpendapat bahwa yang mengeluarkan zakat adalah penyewa/petani. Bisa
juga keduanya mengeluarkan zakat sesuai dengan hasil dari tanah yang dimanfaatkan.
Pemilik tanah berzakat dari sewa tanah yang diperoleh, dan petani berzakat dari hasil
yang diperoleh setelah dikurangi biaya produksi, termasuk biaya sewa tanah. Dengan
cara itu zakat telah dikeluarkan dengan sempurna dari seluruh hasil tanah.
5) Zakat emas dan perak
a. Syarat Zakat Emas & Perak

1) Sampai nishob.

2) Berlalu satu tahun.

3) Bebas dari hutang yang menyebabkan kurang dari nishob.

4) Surplus dari kebutuhannya.

Jika perhiasan tersebut sebagai simpanan atau investasi, wajib dikeluarkan


zakatnya 2.5% dengan syarat nishob dan haul.
Perhiasan yang haram digunakan dan terbuat dari emas & perak, wajib
dikeluarkan zakatnya.
Jika perhiasan tersebut untuk dipakai dan dalam batas yang wajar, tidak
dikenakan zakat, jika berlebihan termasuk katagori pertama.
Penentuan nishabnya adalah senilai dengan nishab emas 85 gram.
Perhiasan yang wajib dizakati terbatas pada perhiasan yang terbuat dari
emas dan perak, tidak yang selainnya, baik itu berupa mutiara, intan,
berlian, dan sebagainya. Al-Imam Malik berkata, “Tidak ada zakat pada
lu`lu` (mutiara), misik, dan ‘anbar.” (Al Muwaththa` no. 1/232). Al-Imam
Asy-Syafi’i t, “Apa yang dijadikan perhiasan oleh para wanita atau yang
disimpan mereka, ataupun yang disimpan oleh para lelaki berupa mutiara,
zabarjad (batu permata seperti zamrud), yaqut, marjan, perhiasan yang
berasal dari laut, dan selainnya, tidak ada zakatnya. Tidak ada zakat kecuali
pada emas dan perak. Tidak ada zakat pada kuningan, besi, tembaga, batu,
belerang dan apa-apa yang dikeluarkan dari bumi. Tidak ada zakat pada
‘anbar dan tidak pula pada mutiara yang diambil dari laut….” (Al-Umm,
kitab Az-Zakah, bab Ma La Zakata fihi minal Hulli)
Apakah zakat emas harus berupa emas atau boleh dengan yang lain
Boleh dengan uang. Mu’adz radhiyallahu ‘anhu pernah berkata kepada
penduduk Yaman,

231
‫ٍ َوَخصيهدر‬، ‫ٍ َمَﻜهاًَن اللشهرعيرر َوالهظﺬَررة ﺃَصههَوان َعلَصياﻜهصم‬، ‫صهَدقَرة‬ ‫ص ﺃَصو لَربيه ة‬
‫س رﻓهىَّ ال ل‬ ‫ب َخرميه ة‬ ‫اصئاتورنىَّ برَعصر ة‬
‫ض ثرَيهاً ة‬
‫ب النلبرلىَّ – صلىَّ ا عليه وسلم – رباًصلَمردينَرة‬ ‫صَﺤاً ر‬ ‫لَ ص‬
“Berikanlah kepadaku barang berupa pakaian pakaian atau baju
lainnya sebagai ganti gandum dan jagung dalam zakat. Hal itu lebih
mudah bagi kalian dan lebih baik/ bermanfaat bagi para shahabat Nabi
shallallaahu ‘alaihi wa sallam di Madinah.” Hadits ini menunjukkan
bahwa Mu’adz menarik zakat dengan sesuatu yang senilai agar lebih
mudah.

b. Nishob zakat emas

Nishob zakat emas adalah 20 mitsqol atau 20 dinar. Satu dinar setara dengan 4,25
gram emas. Sehingga nishob zakat emas adalah 85 gram emas (murni 24 karat). Jika
emas mencapai nishob ini atau lebih dari itu, maka ada zakat. Jika kurang dari itu,
tidak ada zakat kecuali jika seseorang ingin bersedekah sunnah.

c. Besaran zakat emas

Besaran zakat emas adalah 2,5% atau 1/40 jika telah mencapai nishob. Contohnya,
emas telah mencapai 85 gram, maka besaran zakat adalah 85/40 = 2,125 gram. Jika
timbangan emas adalah 100 gram, besaran zakat adalah 100/40 = 2,5 gram.

2,5% untuk mustahiq dibagi-bagi bukan hanya untuk satu orang saja, asalkan harta
dari sang muzakki sudah mencapai ketentuan untuk syarat zakat perhiasan, apabila
lebih dari 2,5% boleh-boleh saja

Misal di suatu daerah ada 200 orang fakir miskin, tidak usah diratakan
semuanya, misal kita hanya memberi ke sebagian orang nya saja tidak apa-apa tidak
harus ke semuanya

d. Nishob zakat perak

Nishob zakat perak adalah 200 dirham atau 5 uqiyah. Satu dirham setara
dengan 2,975 gram perak. Sehingga nishob zakat perak adalah 595 gram perak
(murni). Jika perak telah mencapai nishob ini atau lebih dari itu, maka ada zakat. Jika
kurang dari itu, tidak ada zakat kecuali jika seseorang ingin bersedekah sunnah.

e. Besaran zakat perak

232
Besaran zakat perak adalah 2,5% atau 1/40 jika telah mencapai nishob.
Contohnya, 200 dirham, maka zakatnya adalah 200/40 = 5 dirham. Jika timbangan
perak adalah 595 gram, maka zakatnya adalah 595/40 = 14,875 gram perak.

f. Tata cara menzakatkan zakat perhiasan


Untuk membayar zakat perhiasan emas dan perak ada dua cara.
Cara Pertama : Yaitu dengan membeli perhiasan emas atau perak sebesar atau
seberat zakat yang harus ia bayarkan, lalu memberikannya langsung kepada orang
yang berhak menerimanya. Cara ini berlaku jika pemilik perhiasan tersebut tidak
mempersiapkannya untuk perniagaan, tetapi hanya untuk dipakai saja.
Cara Kedua : Yaitu dengan membayar zakat perhiasan emas atau perak dengan
uang yang berlaku di negerinya sesuai dengan jumlah harga zakat (perhiasan emas
atau perak) yang harus ia bayarkan pada saat itu. Sehingga yang harus dilakukan
terlebih dahulu adalah menanyakan harga beli emas atau perak per gram saat
dikeluarkannya zakat. Jika ternyata telah mencapai nishab dan haul, maka dikeluarkan
zakatnya sebesar 2,5% (1/40) dari berat perhiasan emas atau perak yang dimiliki dan
disetarakan dalam mata uang di negeri tersebut. Cara ini berlaku jika pemilik
perhiasan telah mempersiapkannya untuk perniagaan
6) Zakat perdagangan

Zakat Perdagangan atau Perniagaan ialah zakat yang dikeluarkan atas


kepemilikan harta apa saja selain emas dan perak berupa barang, properti, berbagai
jenis hewan, tanaman, pakaian, perhiasan dan selainnya yang dipersiapkan untuk
diperdagangkan, baik secara perorangan maupun perserikatan (seperti CV, PT,
Koperasi dan sebagainya).

a. Syarat-syarat zakat perdagangan:

1. Barang tersebut dimiliki atas pilihan sendiri dengan cara yang mubah baik
lewat jalan cari untung (mu’awadhot) seperti jual beli dan sewa atau secara
cuma-cuma (tabaru’at) seperti hadiah dan wasiat.

2. Barang tersebut bukan termasuk harta yang asalnya wajib dizakati seperti
hewan ternak, emas, dan perak. Karena tidak boleh ada dua wajib zakat dalam
satu harta berdasarkan kesepakatan para ulama. Dan zakat pada emas dan
perak –misalnya- itu lebih kuat dari zakat perdagangan, karena zakat tersebut
disepakati oleh para ulama. Kecuali jika zakat tersebut di bawah nishob, maka
bisa saja terkena zakat tijaroh.
233
3. Barang tersebut sejak awal dibeli diniatkan untuk diperdagangkankarena
setiap amalan tergantung niatnya. Dan tijaroh (perdagangan) termasuk
amalan, maka harus ada niat untuk didagangkan sebagaimana niatan dalam
amalan lainnya.

4. Nilai barang tersebut telah mencapai salah satu nishob dari emas atau perak,
mana yang paling hati-hati dan lebih membahagiakan miskin. Sebagaimana
dijelaskan bahwa nishob perak itulah yang lebih rendah dan nantinya yang jadi
patokan dalam nishob.

5. Telah mencapai haul (melalui masa satu tahun hijriyah). Jika barang dagangan
saat pembelian menggunakan mata uang yang telah mencapai nishob, atau
harganya telah melampaui nishob emas atau perak, maka haul dihitung dari
waktu pembelian tersebut.

b. Nishabnya.

1. Haul baru dihitung setelah nilai barang dagangan mencapai nishob.

2. Menurut jumhur (mayoritas ulama), nishob yang teranggap adalah pada


keseluruhan haul (selama satu tahun). Jika nilai barang dagangan di
pertengahan haul kurang dari nishob, lalu bertambah lagi, maka perhitungan
haul dimulai lagi dari awal saat nilainya mencapai nishob. Adapun jika
pedagang tidak mengetahui kalau nilai barang dagangannya turun dari nishob
di tengah-tengah haul, maka asalnya dianggap bahwa nilai barang dagangan
masih mencapai nishob.

7) Zakat Rikaz

Allah menurunkan rezekinya kepada makhluknya tidak hanya di atas


permukaan tanah, tetapi juga terdapat di bawah permukaan tanah. Yaitu,
berupa barang tambang yang masih terpendam di dalam perut bumi baik itu di
dasar tanah maupun di dasar laut, sungai, atau danau. Yang dimaksud dengan
rikaz ialah sesuatu yang terpendam di dalam perut bumi, seperti emas, perak,
intan, tembaga, timah, besi, dan yang sejenisnya. Dalam semua itu terdapat
kewajiban membayar zakatnya jika memenuhi syarat-syarat tunduknya harta
kepada zakat.

234
a. Syaratnya:

1) Harta itu terpendam di tanah hak miliknya

2) Benda yang terpendam harus benda pusaka Jahiliyyah dengan ciri-ciri


tertentu, jika harta terpendam itu berupa benda pusaka muslimin maka wajib
diserahkan ke Baitulmal.

8) Zakat Profesi

Zakat profesi merupakan ijtihad para ulama di masa kini yang


berangkat dari ijtihad yang cukup memiliki alasan dan dasar yang kuat. Di
antara ulama kontemporer yang berpendapat adanya zakat profesi ialah Syaikh
Abdur Rahman Hasan, Syaikh Muhammad Abu Zahrah, Syaikh Abdul Wahab
Khalaf, dan Syaikh Yusuf Qaradhawi. Mereka berpendapat bahwa semua
penghasilan melalui kegiatan profesi seperti dokter, konsultan, seniman,
akuntan, notaris, dan sebagainya, apabila telah mencapai nisab, wajib
dikenakan zakatnya.

Para Peserta Muktamar Internasional Pertama tentang zakat di Kuwait


pada 29 Rajab 1404 H/30 April 1984 M juga sepakat tentang wajibnya zakat
profesi bila mencapai nisab meskipun mereka berbeda pendapat dalam cara
mengeluarkannya.Firman Allah SWT: "Hai orang-orang yang beriman,
keluarkanlah/nafkahkanlah (dijalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang
baik-baik dan sebagian dari apa yang kami keluarkan dari bumi untuk kamu."
(QS. Al-Baqarah: 267).

Dalam ayat tersebut, Allah menegaskan bahwa segala hasil usaha yang
baik-baik wajib dikeluarkan zakatnya. Dalam hal ini termasuk juga
penghasilan (gaji) dari profesi sebagai dokter, konsultan, seniman, akunting,
notaris, dan sebagainya. Adapun nisab zakat profesi itu dianalogikan dengan
zakat pertanian sehingga nisabnya senilai 520 kg beras (653 kg padi/gabah =
lima ausaq) dan dikeluarkan pada saat setiap mendapatkan gaji atau
penghasilan.

Jika seorang pegawai menyisihkan uang yang dimiliki untuk ditabung,


tetapi belum sampai haul, zakatnya bagaimana
235
Perlu diketahui bahwa di antara syarat penunaian zakat maal adalah
telah mencapai nishob dan haul. Syarat haul di sini yang perlu diperhatikan.
Karena syari’at Islam tentu tidak menyulitkan umatnya. Seandainya harta kita
tidak memenuhi syarat haul atau nishob, maka tidak ada zakat dan tidak perlu
kita paksakan diri.

‫س رﻓىَّ َماًةل َزَكاًةد َحلتىَّ يَاﺤوَل َعلَصيره اصلَﺤصوال‬


َ ‫َولَصي‬

“Dan tidak ada zakat pada harta hingga mencapai haul.” (HR. Abu Daud no.
1573, Tirmidzi no. 631 dan Ibnu Majah no. 1792. Syaikh Al Albani
mengatakan bahwa hadits ini shahih). Berarti, jika belum memenuhi haul,
maka tidak ada kewajiban zakat. Yang dimaksud haul adalah masa satu tahun.

Kalau dapat hadiah ada zakatnya atau tidak? Misalnya dapat THR

Ada yaitu zakat hadiah. Menurut lembaga amil zakat berkaliber nasional di
negara kita, perhitungan zakat hadiah sebagai berikut:

Nisab Hadiah : Tdk Memiliki Nisab

Haul : Ketika Menghasilkan

Kadar : 2,5 %, 5-10 %, dan 20 %

2,5 % : Jika cara memperolehnya memerlukan keterlibatan secara

penuh baik tenaga / pikiran.

5% – 10 % : Jika cara memperolehnya minim keterlibatannya secara

penuh

20 % : Jika cara memperolehnya tidak terduga- duga

Orang yang berhak menerima zakat antara lain yaitu:

1. Fakir (orang yang tidak memiliki harta)

2. Miskin (orang yang penghasilannya tidak mencukupi)

236
3. Riqab (hamba sahaya atau budak)

4. Gharim (orang yang memiliki banyak hutang)

5. Mualaf (orang yang baru masuk Islam). muallaf yang kaya boleh
mendapatkan harta zakat sebagaimana riwayat yang diterima dari Imam Zuhri
ketika beliau ditanya tentang “Al-Muallafah Qulubuhum”, beliau menjawab:
“Mereka yang masuk Islam dari kalangan Yahudi maupun Nashrani”, lalu
beliau ditanya lagi: “Meskipun mereka kaya?”, beliau menjawab: “Ya,
meskipun mereka kaya” (Al-Mushannaf, Ibnu Abi Syaibah, jld. 3, hal. 223).

Hal ini dilakukan agar mereka yang baru masuk Islam tidak merasa
diabaikan dan tidak diperhatikan agar keimanannya tetap kuat. Namun,
peraturan ini tetap dikembalikan kepada negara dan pemimpin lembaga zakat.
Kita hanya diwajibkan memberikan zakat kepada mualaf saaat awal atau
sampai tujuan nya tercapai, setelah tercapai maka tidak ada kewajiban lagi.

Syeikh DR.Yusuf al-Qardhawi dalam kitabnya Fiqh al-Zakat hal. 594-


598 menjelaskan secara rinci definisi dan klasifikasi muallaf. Muallaf adalah
mereka yang diberikan harta zakat dalam rangka mendorong mereka untuk
masuk Islam, atau mengokohkan keislaman mereka, atau agar condong dan
berpihak kepada Islam, atau untuk menolak keburukan mereka terhadap kaum
muslimin, atau mengharapkan manfaat dan bantuan mereka dalam membela
kaum muslimin, atau agar mereka dapat menolong kaum muslimin dari musuh
mereka, atau yang semisalnya. Oleh karena itu kata beliau, pemberian
zakatnya merupakan tugas dan perhatian pemimpin negara atau atau pembuat
kebijakan dan keputusan dalam negara (Ahl al-Hill wa al-Aqd), disesuaikan
dengan kemaslahatan dan kebutuhan kaum muslimin.

6. Fisabilillah (pejuang di jalan Allah)

7. Ibnu Sabil (musyafir dan para pelajar perantauan)

8. Amil zakat (panitia penerima dan pengelola dana zakat), Ada beberapa
syarat

yang dipenuhi dalam diri amil yaitu;

237
a) beragama Islam
b) mukallaf (sudah baligh dan berakal)

c) merdeka (bukan budak)

d) adil dengan pengertian tidak pernah melakukan dosa besar atau dosa
kecil secara kontinyu

e) bisa melihat

f) bisa mendengar

g) laki-laki

h) mengerti terhadap tugas-tugas yang menjadi tanggungjawabnya

i) tidak termasuk ahlul-bait atau bukan keturunan Bani Hasyim dan


Bani Muththalib

j) bukan mawali ahlul-bait atau budak yang dimerdekakan oleh


golongan Bani Hasyim dan Bani Muththalib.

Apakah mustahiq harus mendapatkan zakat semua? Kalau iya urut-


urutannya bagaimana?

orang-orang yang berhak menerima zakat, baik zakat mal maupun


zakat fitrah adalah orang-orang yang termasuk dalam salah satu dari delapan
ashnaf yang telah disebutkan Allah SWT dalam surat at- Taubah ayat 60
sebagai berikut:

‫ت لرصلفاقََرارء َوصالَمَﺴاًركصيرن َوالَعاًرملرصيَن َعلَصيَهاً َوصالامَؤللفَرة قالاصوباهاصم َورﻓيَّ اللرَقاً ر‬


‫ب َوالَغاًرررمصيَن َورﻓيَّ َسبرصيرل ارهه‬ ‫ﺇرنلَماً ال ل‬
‫صَدَقاً ا‬
‫ضةع لمَن ار َواا َعلرصيدم َحرﻜصيدم التوية‬ َ ‫َواصبرن اللﺴبرصيرل ﻓَررصي‬.

Artinya:
Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang
miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk
(memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan
orang-orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai sesuatu ketetapan yang
238
diwajibkan Allah; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. At-
Taubat,9:60

Para ulama berbeda pendapat tentang keharusan membagikan zakat,


baik zakat mal maupun zakat fitrah kepada delapan ashnaf di atas secara
merata. Menurut ulama-ulama madzhab Syafi'i, zakat harus dibagikan kepada
delapan ashnaf di atas secara merata dan masing-masing ashnaf minimal
terdiri dari tiga orang. Sungguh pun demikian, jika pada waktu pembagian
zakat yang ada hanya beberapa ashnaf saja, maka zakat boleh dibagikan hanya
kepada beberapa ashnaf yang ada tanpa harus menyisihkan pembagian zakat
untuk ashnaf yang tidak ada. Sementara itu, menurut Jumhur Ulama
(mayoritas ulama) yang terdiri dari ulama-ulama madzhab Hanafi, Maliki dan
Hambali, bahwa zakat tidak harus dibagikan kepada delapan ashnaf di atas
secara merata, melainkan boleh hanya dibagikan kepada salah satu dari
delapan ashnaf di atas.

Urutan pembagian zakat:

1. Fuqara (orang fakir)

2. Masakiin (orang miskin)

3. Ghaarimiin (orang yg terlibat hutang dan belum mampu melunasi


hutangnya)

4. Musafirun wa Ibnu Sabiil (orang yg dalam perjalanan, dan ingin


kembali k kerumahnya namun ia tak punya ongkos yg cukup)

5. 'Aamiluun alaihaa (para pekerja yg bertugas membagi bagikan zakat)

6. Mu'allafati qulubihim (para muslim yg baru saja memeluk islam dan


mereka masih memiliki iman yg lemah)

7. Ghuzaat fi sabiilillah (para pejuang yg membela islam yg tidak


mendapat upah)

8. Al Kaatibuun Kitaabah Shahihah (Budak)

239
Apakah orang yang menerima zakat wajib untuk berzakat

Tidak, kalau mereka saja hidupnya ditopang dengan menerima zakat


maka mereka tidak memiliki kewajiban untuk membayar zakat.

Jika mempunyai hutang, utamakan zakat atau hutang

Utamakanlah membayar hutang. Rasulullah SAW telah menetapkan


bahwa seorang yang mati syahid dijanjikan Allah SWT bisa masuk surga tanpa
hisab. Namun untuk itu ada syaratnya, yaitu bila masih punya hutang, tetap
saja tidak bisa masuk surga. Sampai dia menyelesaikan terlebih dahulu urusan
hutang-hutangnya kepada sesama manusia.

Perbedaan zakat, infaq, shodaqoh dan waqaf

Zakat adalah nama bagi sejumlah harta tertentu yang telah mencapai
syarat tertentu yang diwajibkan oleh Allah untuk dikeluarkan dan diberikan
kepada yang berhak menerimanya dengan persyaratan tertentu pula.

Infak berarti mengeluarkan sebagian dari harta atau


pendapatan/penghasilan untuk suatu kepentingan yang diperintahkan ajaran
Islam.

Sedekah sama dengan pengertian infak, termasuk juga hukum dan


ketentuan-ketentuannya. Hanya saja, jika infak berkaitan dengan materi,
sedekah memiliki arti lebih luas, menyangkut hal yang bersifat non materiil.
HR Muslim dari Abu Dzar, Rasulullah menyatakan bahwa jika tidak mampu
bersedekah dengan harta maka membaca tasbih, membaca takbir, tahmid,
tahlil, berhubungan suami-isteri, dan melakukan kegiatan amar ma'ruf nahi
munkar adalah sedekah.

Wakaf dari segi bahasa, berarti ‘menghentikan’ atau ‘menahan’.


Maksudnya adalah membekukan hak milik terhadap harta untuk suatu manfaat
tertentu, biasanya untuk kepentingan umum. Harta yang diwakafkan tidak
boleh habis, tidak boleh dijual. Penggunaannya pun harus sesuai dengan niat
pemberi wakaf (wakif). Pahala wakaf jauh lebih besar dan lebih langgeng

240
daripada infak atau sedekah, karena akan terus mengalir kepada wakif
walaupu ia sudah meninggal dunia selama harta itu masih dimanfaatkan.

Apa bedanya zakat dengan pajak

Zakat Pajak
 Adalah suatu kewajiban agama dan adalah iuran yang diambil untuk
merupakan ibadah. mengumpulkan pendapatan negara.

dipungut dari seluruh warga negara


 Dipungut dari kaum muslim saja. bersangkutan tanpa memandang status
sosial, kepercayaan, ataupun warna kulit

pajak menguntungkan baik yang kaya


 Diterima dari orang kaya dan maupun miskin; dan, dalam kondisi
tertentu bahkan lebih menguntungkan
dibelanjakan untuk .
orang kaya daripada orang miskin. Untuk
tujuan-tujuan pendapatan negara

Apa hubungannya zakat dengan pajak

Menurut Ibrahim Hosen yang menamatkan pendidikan pada Fakultas


Syariah Universitas Al-Azhar Cairo – Mesir itu:

Ibrahim Hosen menjelaskan, “Pajak adalah aturan atau sistem yang


dapat dibenarkan oleh Islam. Jauh sebelum Islam datang, sistem perpajakan
telah lama dikenal oleh sejarah umat manusia. Setelah Islam datang, sistem
pajak yang ternyata banyak manfaat dan maslahatnya ini eksistensinya
diakui, dibenarkan dan disempurnakan. Tidak dapat dijadikan dalil bahwa
apabila zakat telah dibayar maka kewajiban pajak gugur, atau sebaliknya bila
pajak telah dibayar maka zakat menjadi gugur. Warga negara Indonesia yang
beragama Islam berkewajiban mengeluarkan zakat sebagai realisasi
pelaksanaan perintah agama dan berkewajiban pula membayar pajak sebagai
realisasi ketaatan kepada Ulil Amri/pemerintah yang juga diwajibkan oleh
agama. Islam memberi wewenang kepada Ulil Amri/pemerintah untuk
mengelola zakat dan pajak.” (Mimbar Ulama, edisi no 150, Zulhijjah 1409 H
– Juli 1990)

241
Hubungan antara zakat dan pajak memang ada, karena dalam hal-hal
tertentu ada persamaan antara keduanya. persamaan dimaksud misalnya dalam
kemanfaatan sebagian hasil pengumpulan zakat dan pajak yakni boleh
digunakan untuk pembangunan sarana umum, misalnya untuk pembangunn
rumah sakit, gedung-gedung perguruan tinggi, dan pembangunnan jalan atau
jembatan.

Bagaimana untuk orang yang tau dirinya harus membayar pajak tetapi
ia tidak melaksanakan

Semua sudah di atur dalam UU tentang perpajakan.Jika seseorang


tertangkap tangan tidak membayar pajak yang seharusnya menjadi
kewajibannya, fiskus tidak akan langsung mendendanya. tapi di beri surat
peringatan yang pertama, lalu surat peringatan yang kedua, baru setelah surat
peringatan kedua tidak ditanggapi juga, maka akan dilakukan sidang yang
menentukan apakan orang itu hanya didenda atau hukuman kurungan badan.

E. ANCAMAN BAGI ORANG YANG MENINGGALKAN KEWAJIBAN


ZAKAT

Di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah, Allah telah memberikan ancaman yang


sangat keras terhadap orang yang meninggalkan kewajiban zakat dengan
beraneka ragam siksaan, di antaranya:
a) Pada hari Kiamat Allah akan mengalungkan harta yang tidak dikeluarkan
zakatnya di leher pemiliknya. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman:
‫طلواقوَن َمههاً بَرخلاههوا برههره يَههصوَم‬
َ ‫ضلرره هاَو َخصيعرا لَهاصم بَصل هاَو َﺷرَر لَهاصم َسيا‬ ‫َول يَصﺤَﺴبَلن اللرﺬيَن يَصبَخالوَن برَماً آَتاًهاام ل‬
‫اا رمصن ﻓَ ص‬
‫ض َو ل‬
‫اا برَماً تَصعَمالوَن َخربيدر‬ ‫ت َوالصر ر‬ ‫اصلقرَياًَمرة َورللر رميَرا ا‬
‫ث اللﺴَماًَوا ر‬

“Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil (kikir) dengan harta yang Allah
berikan kepada mereka dari karuniaNya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik

242
bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang
mereka bakhilkan itu akan dikalungkan di lehernya kelak pada hari kiamat. Dan
kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi. Dan Allah
mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Ali ‘Imran: 180). Al Hafizh Ibnu
Katsir rahimahullah berkata tentang dalam tafsir ayat ini: Yakni, janganlah
sekali-kali orang yang bakhil menyangka, bahwa dia mengumpulkan harta itu
akan bermanfaat baginya. Bahkan hal itu akan membahayakannya dalam
(urusan) agamanya, dan kemungkinan juga dalam (urusan) dunianya. Kemudian
Allah memberitakan tentang tempat kembali hartanya pada hari kiamat, Dia
berfirman,“Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan di leher mereka,
kelak pada hari kiamat.” [Tafsir Ibnu Katsir, surat Ali Imran ayat 180]

b) Harta yang tidak dikeluarkan Zakatnya akan dirubah oleh Allah menjadi seekor
ular jantan yang beracun lalu menggigit atau memakan pemiliknya.
Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadits berikut ini:
‫ار – صلىَّ ا عليه وسلم – » َمصن آَتاًها ل‬
‫ٍ ﻓَلَههصم‬، ‫ااهه َمههاًلع‬ ‫َعصن ﺃَربىَّ هاَرصيَرةَ – رضىَّ ا عنه – َقاًَل َقاًَل َراسوال ل‬
َّ‫ٍ ثاههلم يَأَصاخههاﺬ برلرصهرزَمتَصيههره – يَصعنرههى‬، ‫طلوقاها يَصوَم اصلقرَياًَمههرة‬ َ ‫ياَؤلد َزَكاًتَها امثلَل لَها يَصوَم اصلقرَياًَمرة اﺷَجاًععاً ﺃَصقَر‬
َ ‫ٍ يا‬، ‫ٍ لَها َزربيبََتاًرن‬، ‫ع‬
َ‫ك « ثاههههلم تَلَ ) لَ يَصﺤرﺴههههبَلن اللههههرﺬيَن يَصبَخلاههههوَن ( اليَههههة‬ َ ‫ٍ ﺃَنَههههاً َكصنههههاز‬، ‫ك‬َ ‫رﺷههههصدقَصيره – ثاههههلم يَقاههههوال ﺃَنَههههاً َماًلاهههه‬
“Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, dia berkata, Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa diberi harta oleh Allah, lalu dia tidak
menunaikan (kewajiban) zakatnya, pada hari kiamat hartanya dijadikan
untuknya menjadi seekor ular jantan aqra’ (yang kulit kepalanya rontok karena
dikepalanya terkumpul banyak racun), yang berbusa dua sudut mulutnya. Ular
itu dikalungkan (di lehernya) pada hari kiamat. Ular itu memegang (atau
menggigit tangan pemilik harta yang tidak berzakat tersebut) dengan kedua
sudut mulutnya, lalu ular itu berkata,’Saya adalah hartamu, saya adalah
simpananmu’. Kemudian beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca (firman
Allah ta’ala,QS. Ali Imran: 180): ’Sekali-kali janganlah orang-orang yang
bakhil menyangka…dst’.” (HR Bukhari II/508 no. 1338)

Di dalam riwayat lain, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:


‫ع يَصتبَاعها َﻓاًترعﺤههاً ﻓَههاًها ﻓَههإَ رَذا ﺃَتَههاًها ﻓَههلر رمصنههها‬
َ ‫ب َكصنةز لَ يَصفَعال رﻓيره َحقلها ﺇرلل َﺟاًَء َكصنازها يَصوَم اصلقرَياًَمرة اﺷَجاًععاً ﺃَصقَر‬ َ َ‫َول‬
‫صاًرح ر‬
‫ضههَم اصلفَصﺤههرل‬ َ َ‫ك اللرﺬى َخبَأَصتَها ﻓَأَ ََناً َعصنها َغنررَىَّ ﻓَإَ رَذا َرَﺃى ﺃَصن لَ بالد رمصنها َسل‬
َ ‫ك يََدها ﻓرههىَّ ﻓريههره ﻓَيَصق‬
‫ضههامَهاً قَ ص‬ َ ‫ﻓَياَناًرديره اخصﺬ َكصنَز‬
“Tidaklah pemilik harta simpanan yang tidak melakukan haknya padanya
(maksudnya tidak mengeluarkan zakatnya, pent), kecuali harta simpanannya
243
akan datang pada hari kiamat sebagai seekor ular jantan aqra’ yang akan
mengikutinya dengan membuka mulutnya. Jika ular itu mendatanginya, pemilik
harta simpanan itu lari darinya. Lalu ular itu memanggilnya,“Ambillah harta
simpananmu yang telah engkau sembunyikan! Aku tidak membutuhkannya.”
Maka ketika pemilik harta itu melihat, bahwa dia tidak dapat menghindar
darinya, dia memasukkan tangannya ke dalam mulut ular tersebut. Maka ular itu
memakannya sebagaimana binatang jantan memakan makanannya.” (HR
Muslim II/684 no. 988)

c) Tubuh orang yang tidak mengeluarkan zakat akan dibakar (dipanggang) di


dalam neraka Jahannam dengan hartanya sendiri yang telah dipanaskan.
Sebagaimana firman Allah Ta’ala:

َّ‫( يَههصوَم ياصﺤَمههىَّ َعلَصيهَههاً ﻓرههي‬34) ‫ب ﺃَلريههةم‬ ‫ب َواصلفر ل‬


‫ضةَ َول ياصنفراقونََهاً رﻓيَّ َسربيرل ل‬
‫ار ﻓَبَلشصرهاصم برَعَﺬا ة‬ َ َ‫َواللرﺬيَن يَصﻜنزوَن اللﺬه‬
‫َناًرر َﺟهَنلَم ﻓَتاصﻜَوى برَهاً رﺟَباًهاهاصم َواﺟانوباهاصم َوظااهوارهاصم هََﺬا َماً َكنزتاصم لصنفارﺴاﻜصم ﻓَاﺬواقوا َماً اكصنتاصم تَصﻜنزوَن‬

“Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya
pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan
mendapat) siksa yang pedih. Pada hari dipanaskan emas perak itu di dalam
neraka Jahannam, lalu dibakarnya dahi mereka, lambung dan punggung mereka
(lalu dikatakan) kepada mereka: “Inilah harta bendamu yang kamu simpan
untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu
simpan.” (QS. At-Taubah: 34-35). Di dalam hadits yang shahih, Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:

َّ‫صَفاًئرَح رمصن َناًةر ﻓَأَ اصحرمَى‬


َ ‫ت لَها‬ ‫صفلَﺤ ص‬ ‫ضةة لَ ياَؤلدى رمصنَهاً َحقلَهاً ﺇرلل ﺇرَذا َكاًَن يَصوام اصلقرَياًَمرة ا‬ ‫ب َولَ ﻓر ل‬ ‫ب َذهَ ة‬ ‫صاًرح ر‬ َ ‫َماً رمصن‬
‫ﻒ‬ َ ‫ت لَها رﻓىَّ يَصوةم َكاًَن رمصقَداارها َخصمرﺴيَن ﺃَصلهه‬ ‫ت ﺃارعيَد ص‬ ‫ظصهارها اكللَماً بََرَد ص‬َ ‫َعلَصيَهاً رﻓىَّ َناًرر َﺟهَنلَم ﻓَياصﻜَوى برَهاً َﺟصنباها َوَﺟربيناها َو‬
‫ضىَّ بَصيَن اصلرعَباًرد ﻓَياَرى َسربيلاها ﺇرلماً ﺇرَلىَّ اصلَجنلرة َوﺇرلماً ﺇرَلىَّ اللناًرر‬َ ‫َسنَةة َحلتىَّ ياصق‬

“Tidaklah pemilik emas dan pemilik perak yang tidak menunaikan haknya
(perak) darinya (yaitu zakat), kecuali jika telah terjadi hari kiamat (perak)
dijadikan lempengan-lempengan di neraka, kemudian dipanaskan di dalam
neraka Jahannam, lalu dibakarlah dahinya, lambungnya dan punggungnya. Tiap-
tiap lempengan itu dingin, dikembalikan (dipanaskan di dalam Jahannam) untuk
244
(menyiksa)nya. (Itu dilakukan pada hari kiamat), yang satu hari ukurannya 50
ribu tahun, sehingga diputuskan (hukuman) di antara seluruh hamba. Kemudian
dia akan melihat (atau: akan diperlihatkan) jalannya, kemungkinan menuju
surga, dan kemungkinan menuju neraka”. (HR Muslim II/680 no. 987, dari Abu
Hurairah).

Demikianlah beberapa siksaan pedih di akhirat yang akan dirasakan oleh orang-
orang yang enggan membayar zakat.

d) Pemerintah muslim berhak mengambil secara paksa zakat dan juga separuh
harta milik orang yang enggan membayar kewajibannya tersebut sebagai
hukuman atas perbuatan maksiatnya itu.

Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam:


ٍ، ً‫طاًهَههاً امههصؤتَرجعرا ﻓَلَههها ﺃَصﺟارهَهها‬
َ ‫ َمصن ﺃَصع‬. ً‫ق ﺇربردل َعصن رحَﺴاًبرَها‬
‫ لَ تافَلر ا‬. ‫ رﻓيَّ اكلل ﺃَصربَرعيَن اصبنَةا لَابوةن‬. ‫رﻓيَّ اكلل ﺇربرةل َساًئرَمةة‬
‫ت َربلَنههاً لَ يَرﺤههظل لرل امَﺤلمههةد رمصنَهههاً َﺷههصيَّدء‬ ‫َوَمههصن َمنََعَهههاً ﻓَإَ رلنههاً آرخههاﺬوَهاً رمصنههها َوَﺷهه ص‬
‫طَر ﺇربررلههره َعصزَمههةع رمههصن َعَزَمههاً ر‬
“Pada onta yang digembalakan dari setiap 40 ekor, (zakatnya yang wajib
dikeluarkan berupa) bintu labun (yakni Onta yang telah genap berumur dua tahun
dan masuk tahun ke tiga, pent). Tidak boleh onta dipisahkan dari hitungannya.
Barangsiapa mengeluarkan zakat untuk mencari pahala, maka dia mendapatkan
pahalanya. Dan barangsiapa yang enggan membayarnya, maka sesungguhnya
kami akan mengambil (zakat)nya dan separuh hartanya, sebagai kewajiban dari
kewajiban-kewajiban Rabb kami. Dan tidak halal bagi keluarga Muhammad
sesuatu pun dari zakat itu”. (HR An-Nasai V/25 no. 2448, Ahmad V/2 no. 20030;
di-hasan-kan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ Ash-Shaghir no.
4265).

e) Dihukumi sebagai orang kafir (murtad) jika ia enggan membayar Zakar karena
mengingkari kewajibannya.

Hal ini dikarenakan ia telah mendustakan Allah dan rasul-Nya. Dan berlaku
padanya hukum orang murtad, seperti halal darahnya, batal akad pernikahannya,
tidak berhak mendapat jatah warisan dan tidak pula mewariskan. Jika ia
meninggal dunia dalam keadaan belum bertaubat maka jenazahnya tidak

245
dimandikan, tidak disholatkan, dan tidak boleh dikubur di pekuburan kaum
muslimin.

Jika yang mengingkari kewajiban zakat berupa jamaah (dalam jumlah yang
cukup banyak), maka pemerintah muslim berhak memerangi mereka,
sebagaimana yang dilakukan oleh khalifah Abu bakar Ash-Shiddiq dan para
sahabat Radhiyallahu ‘Anhum. (Lihat hadits riwayat Bukhari di dalam shahihnya
II/507 no. 1335).

Adapun jika ia enggan membayar zakat karena bakhil (kikir) namun masih
meyakini kewajibannya, maka ia dihukumi sebagai orang muslim yang fasiq
karena telah berbuat dosa besar, dan bukan orang kafir.

Demikian beberapa Ancaman keras di dunia dan akhirat bagi orang muslim
yang enggan membayar kewajiban Zakat. Semoga menjadi tambahan ilmu yang
bermanfaat, dan dapat menyadarkan kita semua akan penting dan wajibnya Zakat,
serta memotivasi kita untuk bersemangat dalam melaksanakannya. Wabillahi at-
Taufiq.

F. PAHALA BAGI ORANG YANG MENGELUARKAN ZAKAT

“Yaitu orang-orang yang mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka yakin akan
adanya negeri akhirat. Mereka itulah orang-orang yang tetap mendapat petunjuk dari
Tuhannya dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” [Luqman:4-5]

‫صعلةع عوآتعنوا الفزعكاَةع لعنهصم أعصجنرنهصم رعصنصصعد عربذرهصصصم عوعل عخصصصو ة‬


‫ف ععلعصيرهصصصم عوعل نهصصصم‬ ‫ت عوأععقاَنموا ال ف‬ ‫إرفن الفرذيعن آعمننوا عوععرمنلوا ال ف‬
‫صاَلرعحاَ ر‬
‫يعصحعزننوعن‬

Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan shalat


dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada

246
kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” [Al
Baqarah:277]

‫صههلةَ َواصلامصؤتاههوَن‬ َ ‫ك َوَماً ﺃاصنرزَل رمصن قَصبلرهه‬


‫ك َواصلامرقيرميههَن ال ل‬ َ ‫لَرﻜرن اللرارساخوَن رﻓيَّ اصلرعصلرم رمصنهاصم َواصلامصؤرمانوَن ياصؤرمانوَن برَماً ﺃاصنرزَل ﺇرلَصي‬
(١٦٢) ً‫ك َسناصؤرتيرهصم ﺃَصﺟعرا َعرظيعما‬ َ ‫ اللزَكاًةَ َواصلامصؤرمانوَن رباًللر َواصليَصورم الرخرر اﺃولَﺌر‬-

Tetapi orang-orang yang mendalam ilmunya di antara mereka dan orang-orang


mukmin, mereka beriman kepada apa yang telah diturunkan kepadamu (Al-Quran),
dan apa yang telah diturunkan sebelummu dan orang-orang yang mendirikan shalat,
menunaikan zakat, dan yang beriman kepada Allah dan hari kemudian. Orang-orang
itulah yang akan Kami berikan kepada mereka pahala yang besar.” [An Nisaa':162]

Membuat keimanan seseorang menjadi sempurna. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa


sallam bersabda yang artinya:

‫ب لَرخيره َماً يارﺤ ظ‬


‫ب لرنَصفرﺴره‬ ‫ل ياصؤرمان ﺃََحاداكصم َحلتىَّ يارﺤ ل‬

“Tidak sempurna iman seseorang di antara kalian sehingga dia mencintai


saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri.” (HR. Bukhari no. 13 dan
Muslim no. 45). Wahai saudaraku, sebagaimana engkau mencintai jika ada saudaramu
meringankan kesusahanmu, begitu juga seharusnya engkau suka untuk meringankan
kesusahan saudaramu. Maka pemberian seperti ini merupakan tanda kesempurnaan
iman Anda.

Sebab masuk surga. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


‫ ﻓََقاًَم ﺃَصعَرابررَىَّ ﻓََقاًَل لرَمصن رهَىَّ َياً َراسوَل ل‬.« ً‫طوناَهاً رمصن ظااهوررَها‬
‫ار َقاًَل‬ ‫ﺇرلن رﻓىَّ اصلَجنلرة اغَرعﻓاً تاَرى ظااهوارَهاً رمصن با ا‬
‫طونرَهاً َوبا ا‬
‫صللىَّ رللر رباًلللصيرل َواللناً ا‬
.« ‫ﺱ نرَياًدم‬ َ ‫صَياًَم َو‬ ‫ب اصلَﻜلََم َوﺃَ ص‬
‫طَعَم الطلَعاًَم َوﺃََداَم ال ل‬ َ َ‫» لرَمصن ﺃ‬
َ ً‫طا‬
“Sesungguhnya di surga terdapat kamar yang luarnya dapat terlihat dari dalamnya
dan dalamnya dapat terlihat dari luarnya.” Kemudian ada seorang badui berdiri
lantas bertanya, “Kepada siapa (kamar tersebut) wahai Rasulullah?” Beliau
bersabda, “Bagi orang yang berkata baik, memberi makan (di antaranya lewat zakat,
pen), rajin berpuasa, shalat karena Allah di malam hari di saat manusia sedang
terlelap tidur.” (HR. Tirmidzi no. 1984. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits
ini hasan). Setiap kita tentu saja ingin masuk surga.

247
BAB III
PENUTUP

A. SIMPULAN
Zakat menurut bahasa artinya bersih, bertambah (ziyadah), dan
terpuji. Zakat menurut istilah agama islam artinyasejumlah / kadar harta
tertentu yang diberikan kepada yang berhak menerimanya, dengan beberapa
syarat. Hukumnya zakat adalah salah satu rukun Islam yang lima,
yaitu wajib atas tiap-tiap orang yang cukup syarat-syaratnya.
Diantara tujuan zakat dalam Islam adalah (1) mengangkat derajat fakir
miskin dan membantunya keluar dari kesulitan hidup serta penderitaan, (2)
membantu pemecahan permasalahan yang dihadapi oleh para gharimin, ibnu
sabil dan mustahiq lainnya, (3) membersihkan sifat dengki dan iri dari hati
orang-orang miskin, (4) membentangkan dan membina tali persaudaraan
sesama umat Islam dan manusia pada umumnya, (5) sarana pemerataan
pendapatan (rezeki) untuk mencapai keadilan sosial.
Zakat dibagi menjadi 2, yaitu zakat fitrah dan zakat maal. Zakat fitrah
merupakan zakat yang dikeluarkan umat Islam pada sebagian bulan Ramadhan
dan sebagian bulan Syawal untuk mensucikan jiwa. Sedangkan zakat maal
adalah zakat harta yang dimiliki seseorang karena sudah mencapai nisabnya.
Yang dibayarkan zakat fitrah yaitu berupa makanan pokok sebesar 3,1 liter
atau 2,5 kg atau bisa juga dibayarkan dengan uang senilai makanan pokok
248
yang harus dibayarkan. Sedangkan yang dibayarkan zakat maal berupa
binatang ternak, emas dan perak, biji-bijian dan buah-buahan, rikaz, harta
perniagaan, hasil pertanian, dan hasil tambang.
Orang-orang yang berhak menerima zakat yaitu orang fakir, orang miskin,
amil, muallaf, hamba sahaya, orang yang berhutang, fi sabilillah, dan ibnu
sabil. Sedangkan yang tidak berhak menerima zakat yaitu orang kafir, orang
atheis, keluarga Bani Hasyim dan Bani Muttalib, dan ayah, anak, kakek,
nenek, ibu, cucu, dan isteri yang menjadi tanggungan orang yang berzakat.

B. SARAN
Penyusun makalah ini manusia biasa banyak kelemahan dan kekhilafan.
Maka dari itu penyusun menyarankan pada pembaca yang ingin mendalami
masalah zakat, setelah membaca makalah ini membaca sumber lain yang lebih
lengkap. Dan marilah kita realisasikan zakat dalam kehidupan sehari-hari yang
merupakan kewajiban umat muslim dengan penuh rasa ikhlas.

249
DAFTAR PUSTAKA

1. http://alimudinmakalah.blogspot.co.id/2009/04/zakat.html
2. http://el-syadii.blogspot.co.id/2015/05/makalah-zakat-pengertian-
hukum-dan-macam.html

3. [Sumber: Majalah PENGUSAHA MUSLIM Edisi.. Volume 2


Tahun 1432 / 2011]

4. https://rumaysho.com/2464-panduan-zakat-hasil-pertanian.html

5. https://almanhaj.or.id/3687-zakat-hasil-pertanian-dan-perkebunan.html

6. http://pusat.baznas.go.id/zakat-emas-perak-dan-uang/
7. https://rumaysho.com/1811-13-keutamaan-menunaikan-zakat.html

250

Anda mungkin juga menyukai