Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

Sholat Sunnah

UNIVERSITAS NURUL JADID

Dosen Pembimbing :
Muhammad Alif Hidayatullah, S.E

Disusun Oleh :
Kelompok 9
1. Abdul Ro’uf
2. Alfian Abdul Ghafur
3. Didik Yulianto
Kata Pengantar

Puji Syukur penulis panjatkan pada Tuhan yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan nikmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah kalkulus.

Penulis menyadari sepenuhnya masih banyak terdapat kekurangan dalam penyusunan


makalah ini,baik dari segi isi maupun penulisannya.untuk itu kritik dan saran dari semua pihak
yang bersifat membangun senantiasa penulis harapkan demi penyempurnaan makalah ini dimasa
yang akan mendatang.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen pembimbim Mata
kuliah Frudul ainiyah,atas segala bantuan semua pihak sehingga makalah ini dapat
diselesaikan.semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis,pembaca maupu pihak-pihak
yang membutuhkan.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Masalah...............................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A.Pengertian sholat sunnah...........................................................................................

B.Macam-macam sholat sunnah...............................................

C.Tata cara sholat sunnah.......................................

BAB III PENUTUP

A.Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

Kita sebagai umat muslim diwajibkan mendirikan shalat, karena shalat itu merupakan
tiang agama. Shalat itu merupakan penopang yang akan menentukan berdiri atau tidaknya agama
dalam diri masing-masing umat muslim. Shalat merupakan kewajiban yang tidak dapat
ditinggalkan bagi umat muslim yang sudah mukallaf. Dalam syariat islam shalat terbagi dalam
dua macam yaitu yang pertama shalat wajib yakni shalat yang diwajibkan bagi umat muslim baik
laki-laki ataupun perempuan untuk mendirikannya. Shalat sunnah pun dibagi menjadi dua
macam yakni shalat sunnah muakkad dan shalat sunnah ghairu muakkad. Muakkad artinya
dianjurkan, jadi shalat sunnah itu ada yang dianjurkan untuk dilaksanakan setiap muslim, ada
juga shalat sunnah yang tidak dianjurkan untuk melaksanakannya, tapi sebagaimana hukumnya
sunnah bila dikerjakan berpahala dan apabila ditinggalkan tidak apa-apa. Walaupun demikian
kita sebagai umat muslim tentu ingin meningkatkan amalan ibadah dan ketakwaan. Hal tersebut
merupakan rahmat dari Allah Swt kepada para hambanya karena Allah mensyariatkan bagi setiap
kewajiban, sunnah yang sejenis agar orang mukmin bertambah imannya dengan melakukan
perkara yang sunnah, dan menyempurnakan yang wajib pada hari kiamat, karena kewajiban-
kewajiban mungkin yang kurang.

Dalam sebuah hadist riwayat Abu Daud disebutkan bahwa shalat sunnah sengaja
disyariatkan untuk menambal kekurangan yang mungkin terdapat pada shalat-shalat fardhu,
maka perlu disempurnakan dengan shalat sunnah. Selain itu juga karena shalat sunnah
mengandung keutamaan untuk fisik maupun rohani kita. Dengan demikian banyak kita
mengerjakan shalat sunnah tanpa melihat itu dianjurkan atau tidaknya akan menambah amalan
kita dihadapan Allah Swt.

B. Rumusan Masalah

1.Apa yang dimaksud dengan Sholat sunnah ?

2. Ada berapa macam Sholat sunnah ?

3. Bagaimana Tata cara dari Macam-macam Sholat sunnah ?

C.Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui tentang Apa itu sholat sunnah

2. Dapat mengetahui apa saja manfaat Sholat sunnah dalam kehidupan sehari hari

3. mengetahui peranan Sholat sunnah dalam bidang ilmu Fiqih


BAB II

PEMBAHASAN

A.Disyariatkanya Shalat Sunnah

Shalat sunnah sengaja disyariatkan ialah untuk menambal kekurangan yang mungkin
terdapat pada shalat-shalat fardhu, Bahkan, kelak di akhirat, shalat sunnah juga difungsikan
sebagai shalat fardhu yang pernah ditinggalkan di dunia. juga karena shalat itu mengandung
keutamaan yang tidak terdapat pada ibadah-ibadah lain. Dari Abu Umamah diceritakan bahwa
Rasulullah Muhammad Saw bersabda: “Allah tidak memperhatikan suatu amal perbuatan
hamba yang lebih utama daripada dua rakaat shalat sunnah yang dikerjakanya, Sesungguhnya
rahmat selalu ditaburkan di atas kepala hamba itu selama ia dalam sholat”. (HR. Ahmad dan
disahkan oleh Suyuthi). Imam Malik juga berkata dalam kitab muwaththa’ : “Aku menerima
berita bahwa Nabi saw bersabda: “Tetaplah engkau sekalian beristiqomah dan tidak dapat
engkau sekalian menghitung kebaikan istiqomah itu, Ketauhilah bahwa sebaik-baik amal
perbuatan itu ialah shalat dan tidak dapat menjaga wudhunya, kecuali orang yang benar-benar
beriman”.

B. Pembagian Shalat Sunnah

Shalat sunnah itu terbagi atas dua macam yaitu muthlaq dan muqoyyad. Untuk shalat
sunnah muthlaq cukuplah seseorang cukup berniat sholat saja. Imam nawawi berkata:
“Seseorang yang melakukan sholat sunnah dan tidak menyebutkan berapa rakaat yang akan
dilakukan dalam shalatnya itu, bolehlah ia melakukan satu rakaat, lalu bersalam dan boleh pula
menambahnya menjadi dua, tiga, seratus, seribu rakaat, dan seterusnya”. Adapun shalat sunnah
muqoyyad itu terbagi atas dua macam:

 Yang disyariatkan sebagai shalat-shalat sunnah yang mengikuti shalat fardhu dan inilah
yang disebut sebagai shalat sunnah rawatib.
 Yang disyariatkan bukan sebagai shalat sunnah yang mengikuti shalat fardhu.
C.Macam-Macam Sholat Sunnah

A. Shalat Rawatib

Shalat sunnah rawatib ialah shalat sunnah yang dikerjakan mengiringi shalat fardhu, baik
sebelumya (qobliyah) atau sesudahnya (ba’diyah). Jumlah shalat sunnah rawatib ada 22 rakaat,
yang sepuluh rakaat muakkad (sangat dianjurkan) dan yang 12 ghoiru muakkad (dianjurkan).
Perincianya adalah sebagai berikut:

Sepuluh rakaat yang muakkad adalah:

a. Dua rakaat sebelum shalat fardhu shubuh


b. Dua rakaat sebelum shalat fardhu dzuhur atau jum’at
c. Dua rakaat setelah shalat fardhu dzuhur atau jum’at
d. Dua rakaat setelah shalat fardhu maghrib
e. Dua rakaat setelah shalat fardhu isya’
Hal tersebut sesuai dengan pendapat empat imam madzab dalam buku Fiqih Empat
Madzab karya Syaikh Al-‘Allamah Muhammad bin Abdurrahman Ad-Dimasyqi bahwa empat
imam madzab sepakat shalat sunnah rawatib yang mengiringi shalat fardhu adalah dua rakaat
sebelum shalat subuh, dua rakaat sebelum shalat dzuhur dan sesudahnya, dua rakaat sesudah
maghrib, dan dua rakaat setelah shalat fardhu isya’.Hanafi berpendapat bahwa Jika ia
menghendaki, boleh shalat sunnah empat rakaat sesudah shalat dzuhur dan boleh juga dua rakaat.
Sementara Imam Syafi’i juga berpendapat membolehkan shalat sunnah empat rakat setelah
shalat dzuhur. Dalam kitab Bulugul Maram juga dijelaskan bahwa:
‫ ورکعتین‬،‫ ورکعتیین بعدها‬،‫ حفظت من نبی صلی عشر رکعات رکعتین قبل الظهر‬:‫وعن عمر رضی هللا عنهما قال‬
‫ ورکعتین بعد الجمعة فی‬: ‫ و فی روا یة لەما‬.‫ متفق علیە‬.‫ ورکتین قبل الصبح‬،‫ ورکعتین بعد العشإ فی بیتە‬،‫بعد المغرب فی بیتە‬
‫بیتە‬.

Artinya: “Dari Ibnu Umar r.a. berkata: Aku menghafal dari Nabi Saw 10 rakaat yaitu: Dua
rakaat sebelum dzuhur, dua rakaaat setelahnya, dua rakaat setelah maghrib dirumahnya, dua
rakaat setelah isya’ dirumahnya, dan dua rakaat sebelum shubuh”. Muttafaq Alaihi. Dalam satu
riwayat Bukhari-Muslim yang lain: dan dua rakaat sebelum jum’at dirumahnya.
Sedangkan dua belas yang ghairu muakkad adalah sebagai berikut:

a. Dua rakaat sebelum shalat dzuhur atau jum’ah


b. Dua rakaat setelah, shalat fardu dzuhur atau jum’ah (sebagai tambahan yang muakkad)
c. Empat rakaat sebelum shalat fardhu ashar
d. Dua rakaat sebelum shalat maghrib
e. Dua rakaat sebelum fardhu isya’
Tata cara pelaksanaan shalat rawatib adalah sebagai berikut:

a. Sholat dilakukan sebagaimana shalat fardhu pada umumnya


b. Niatnya menurut macam sholat fardhunya
c. Dikerjakan dengan munfarid (tidak berjamaah)
d. Bacaanya tidak dikeraskan
e. Jika lebih dari dua rakaat, maka tiap-tiap dua rakaatnya harus satu salam

Berikut adalah contoh niat shalat sunnah qobliyah maupun ba’diyyah

Niat shalat qobliyah

‫أصلی سنة الضهر رکعتین ڤبلیة هلل تعال‬

Niat shalat ba’diyyhah

‫أصلی سنة الضهر رکعتین بعدیة هلل تعل‬

“Pada lafadz yang bergaris bawah, bisa diganti dengan shalat dan jumlah rakaat yang sesuai.”

B. Shalat Tahajjud

Shalat Tahajjud adalah shalat sunnah pada malam hari yang dikerjakan setelah tidur. Jumlah
rakaatnya minimal dua rakaat dan maksimal tidak terbatas. Waktunya ialah mulai dari setelah
melaksanakan sholat isya’ sampai terbit fajar, Namun dikerjakan di sepertiga malam terakhir
lebih utama, dan mengerjakan sholat tahajud di rumah lebih utama daripada di masjid.
Keutamaan shalat tahajud sudah termaktub dalam al-qur’an surat Al-Isra’ (17): 79:

‫ ربك مقام محمودا‬z‫ومن اليل فتهجد به نا فلة لك عسی أن يبعثك‬.


Artinya: “Dan daris ebagian itu gunakanlah untuk bertahajud sebagai shalat sunnah bagimu,
semoga tuhanmu akan membangkitkanmu pada kedudukan yang terpuji”. QS. Al-Isra’ (17): 79.

Jumlah rakaat shalat tahajud adalah 2 dan kelipatanya, setiap dua rakaat melakukan salam. Tata
cara melaksanakan shalat tahajud sama seperti shalat fardhu pada umumnya yang membedakan
hanya niatnya. Adapun niat shalat tahajud adalah sebagai berikut:

‫أصلی سنة التهجد رکعتین هلل تعا لی‬

C. Shalat Witir

Witr menurut bahasa berarti ganjil. Sedangkan menurut syara’ adalah shalat sunnah
muakkad dengan bilangan rakaat ganjil yang dikerjakan setelah shalat isya’ sebagai penutup
rangkaian ibadah shalat hari itu. Mayoritas ulama’ selain Abu Hanifah, berpendapat bahwa witr
hukumnya adalah sunnah muakkad, bukan wajib. Hal tersebut sesuai dengan hadist berikut yang
diriwayatkan oleh Imam lima dan dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah:

‫ رواه ألخمسة وصححه إبن خزيمة‬/ ‫يآ اَ َم َل الةرآن اَوْ تِرُوا فا َ ان هللاَ يحب الوتر‬

Artinya: “Hai para pecinta Al-Qur’an kerjakanlah shalat witir sebab tuhan itu tunggal (Esa).
Dia suka bilangan yang ganjil (witir)”

Waktu pelaksanaan shalat witir adalah setelah shalat isya’ sampai terbitnya fajar.
Sekiranya seseorang berniat bangun tengah malam untuk shalat tahajjud, sebaiknya iya
mengundurkan witirnya sebagai penutup shalat malamnya.

Sedangkan jumlah bilangan rakaat shalat witir beberapa Imam Madzab berbeda pendapat.
Menurut Syafi’i dan Hambali jumlah minimal rakaat shalat witir adalah satu rakaat, sedangkan
maksimalnya adalah sebelas rakaat dan jumlah rakaat yang sempurna adalah tiga rakaat.
Sementara menurut Imam Hanafi shalat witir itu terdiri dari tiga rakaat dengan satu salam, tidak
boleh lebih dan tidak boleh kurang. Menurut Imam Maliki shalat witir ialah satu rakaat, yang
diawali shalat genap yang terpisah.

Tata cara melaksanakan shalat witir adalah sama seperti shalat fardhu lainya namun
hanya jumlah rakaatnya yang berbeda. Contoh bacaan niat shalat witir satu rakaat adalah
sebagai berikut:

‫الو ْت ِر ركعةً هلل تعال‬


ِ ‫اصلي سنة‬
D. Shalat Dhuha

Shalat dhuha ialah shalat shalat sunnah yang dikerjakan pada waktu pagi hari. Shalat
dhuha merupakan shalat sunnah muakkad yaitu shalat sunnah yangdianjurkan oleh Rasulullah
Saw. Mengenai jumlah rakaat shalat dhuha boleh dengan dua rakaat, empat rakaat, enam rakaat,
delapan rakaat dan seterusnya. Hal ini sesuai dengan riwayat Imam Muslim dalam buku
Ringkasan Riyadus shalihin Imam Nawawi.

‫ ويزيد ما شا هللا‬,‫م يصل الظحى أربعا‬.‫رسول هللا ص‬

Artinya: “Rasulullah sellu mengerjakan shalat dhuha sebanyak empat rakaat dan baginda
menambahkanya sesuai dengan apa yang Allah kehendaki terhadap dirinya”. (HR. Muslim).

Tata cara melaksanakan shalat dhuha ialah seperti shalat pada umumnya yang
membedakan hanya niat dan bacaan suratnya. Untuk rakaat pertama ialah membaca surat Asy-
syamsi dan pada rakaat ke dua adalah surat Ad-dhuha.

Waktu pelaksanaan shalat dhuha adalah sejak naiknya matahari di pagi hari, setinggi
tombak dan berakhir pada saat matahari tepat berada di atas tengah langit (menjelang masuknya
waktu dzuhur).

E. Shalat Hajat

Shalat hajat ialah shalat bagi seorang yang mempunyai keinginan, agar keinginan tersebut
diperkenankan oleh Allah swt. Ahmad meriwayatkan dengan sanad shahih dari Abuddarda’
bahwa Nabi saw bersabda:

ً‫َم ْن تو ضّأ َ فأ َ ْسبَ َغ الوضوء ث ّم صلّي ركعتي ِن يت ُّمهما َ أ ْعطَا هُ هللاُ ما َسأ َ َل مع َّج ًل أوْ ُمؤَ َّخرا‬

Artinya: “Barangsiapa berwudhu dan menyempurnakannya, kemudian bersembahyang dua


rakaat dengan sempurna, maka ia diberi Allah apa saja yang diminta baik cepat ataupun
lambat”.

Tata cara melaksanakan shalat hajat adalah sebagai berikut:

1. Melaksanakan shalat dua rakaat sebagaimana shalat-shalat lain. Dengan niat sebagai
berikut: ‫أصلي سنة الحا جة ركعتين هلل تعا ل‬
2. Di rakaat pertama, membaca surat Al-fatihah dan diteruskan dengan membaca surat Al-
kafirun sebanyak 10 kali.
3. Di rakaat kedua membaca surat Al-fatihah dan dilanjutkan dengan membaca surat Al-
ikhlas 10 kali.
4. Setelah salam kemudian membaca do’a
‫ الحمد هللِ ربّ العا لمينَ أَسْأ َ لكَ موْ جبا ت رح َمتك وعزَ ا ئِ َم مغفِ َر‬.‫العضيم‬ ِ ‫العرش‬
ِ ّ‫ال اله َ االّ هللا الح ِك ْي ُم الكريْم سبحا نا هللا رب‬
َّ‫هي لَكَ ِرضا ً اِال‬ َ َّ‫ لِي ذنبا ً االَّ غفَرْ تَهُ َوالَ هما ً االَّ فرَّجتَهُ والَ حا َ جةً ً اال‬z‫سم الَ تدع‬
ٍ ِ‫من كلِّ بِ ٍر و ال ّسالَ مةَ ِمن ك ّل ا‬
ْ َ‫ك والغَني َمة‬ َ ِ‫ت‬
‫َّح ِمين‬ َ َ َ َ َ‫ق‬
ِ ‫ض ْيتَها يا ارْ ح َم الر‬

5. Setelah membaca doa kemudian melakukan sujud kembali dengan maksud tadzallul
(merendahkan diripada Allah), dan pada saat sujud membaca: tasbih, tahmid, tahlil dan
membaca doa sapu jagad.
6. Setelah selesai kemudian duduklah dan bertawassul.
7. Setelah bertawasul kemudian membaca surat Al-ikhlas dan mu’awidzatain dan ayat kursi
masing-masing tiga kali.
Waktu pelaksanaan shalat hajat ialah boleh kapanpun baik siang hari atau malam hari, asal bukan
waktu-waktu terlarang shalat. Akan tetapi waktu yang paling utama adalah sepertiga malam
terakhir atau setiap selesai shalat fardhu.

F. Shalat Tasbih

Shalat tasbih merupakan shalat sunnah yang dilakukan oleh Nabi saw sebagaimana yang
diajarkan beliau kepada pamannya yakni sahabat Abbas bin Abdul Muthallib.

Tata cara pelaksanaan shalat tasbih adalah sebagai berikut:

1. Berdiri dan menghadap kiblat, kemudian mengucapkan niat


‫أصلّي سنّة التّسبيح ركعتين هلل تعا لي‬
2. Setelah itu membaca doa iftitah kemudian dilanjutkan surat pendek dan dilanjutkan
membaca tasbih 15 kali
1. Kemudian ruku’ dan setelah membaca tasbih ruku’, membaca bacaan tasbih 10 kali.
2. Setelah selesai membaca tahmid i’tidal membaca lagi tasbih 10 kali.
3. Di waktu sujud setelah tasbih sujud. Kemudian membaca tasbih 10 kali lantas kemudian
duduk diantara dua sujud.
4. Setelah selesai membaca doa duduk antara dua sujud lantas membaca tasbih lagi 10 kali,
kemudian sujud kedua.
5. Pada sujud kedua setelah selesai membaca tasbih 10 kali lantas sebelum berdiri rakaat
kedua kita hendaknya duduk istirahat lalu sambil duduk istirahat kita membaca lagi
tasbih sepuluh kali.
Berikut adalah bacaan tasbih yang dibaca pada saat shalat tasbih:

‫سُبحا ن هللا والحمد هلل وال اله االّ هللاً وهللا أكبر وال حو ل وال ك ّو ة االّ باهلل العل ّي العضيم‬

Demikianlah kita laksanakan pada rakaat pertama ini, yang apabila kita hitung seluruh
bacaan tasbihnya berjumlah 75 kali tasbih dan 75 x 4 rakaat = 300 tasbih. Andaikata kita
kelupaan membaca tasbih disalah satu tempatnya, maka boleh digantikan di tempat berikutnya,
agar tetap tasbihnya berjumlah 300 tasbih.

G. Shalat Taubat

Shalat taubat adalah shalat sunnah dua rakaat yang dilakukan sebagai salah satu cara
bertaubat memohon ampun kepada Allah atas dosa dan kesalahan yang telah dilakukan.

Tata cara pelaksanaan shalat taubah adalah seperti shalat-shalat sunnah pada umumnya
dan rakaatnya sebanyak 2 rakaat sampai 6 rakaat. Dengan sekali salam setiap 2 rakaatnya. Niat
melaksanakan shalat taubah adalah seperti berikut:

‫أصلّي سنّة التّوبة ركعتين هلل تعا لي‬

Waktu pelaksanaan shalat Tubat ialah kapan saja boleh siang atau malam kecuali waktu-
waktu yang dilarang dalam melakukan shalat.

H. Shalat ‘Idain ( Shalat Idul Fitri dan Idul Adha)

Shalat idul fitri dan idul adha adalah shalat sunnah muaka karena Nabi saw. Selalu
melaksanakan dan memerintahkan pria ataupun wanita untuk melaksanakannya. Waktu
pelaksanaanya ialah sejak terbit matahari sampai dimulainya shalat dzuhur. Disunnahkan
mengundurkan sedikit pelaksanaan shalat idul fitri untuk memberi kesempatan membagi zakat
yang belum tuntas, dan menyegerakan pelaksanaan shalat idul adha untuk segera memberi
kesempatan penyembelihan hewan qurban.

Ketentuan pelaksanaan shalat ‘Idain adalah sebagai berikut:

Mengucapkan takbir sebelum membaca al fatihah setelah takbiratul ihram. Menurut


Imam Malik, jumlah takbir shalat id adalah tujuh kali sudah termasuk takbiratul ihram
untuk rakaat pertama dan enam kali pada rakaat kedua termasuk takbir bangun dari sujud.
Sementara menurut Imam Syafi’i, pada rakaat pertama delapan kali takbir termasuk
takbiratul ihram dan enam kali takbir pada rakaat kedua termasuk takbiratul ikhram.
Menurut Abu Hanifah berpendapat bahwa di dalam rakaat yang pertama hanya terdapat
tiga takbir setelah takbiratul ihram, dan setelah bangkit dari sujud mengucapkan takbir
satu kali dan langsung membaca surat Al-fatihah. Sedangkan menurut Fuqaha
berpendapat bahwa di dalam masing-masing rakaat jumlah takbir adalah sembilan kali.
1. Membaca tasbih, tahmid, tahlil diantara takbir-takbir tadi.
2. Mayoritas Ulama’ berpendapat sunnah membaca surat sabbihis ma Rabbik pada rakaat
pertama dan surat Al-ghasiyah pada rakaat kedua. Sedangkan menurut Imam syafi’i
mensunahkan membaca surat Qaf pada rakaat pertama dan surat Iqtabarat pada rakaat
kedua.
3. Takbir, A-fatihah dan surat dibaca Jahr
4. Disunnahkan menyampaikan dua khutbah, sebagaimana shalat jum’at setelah selesai
shalat.
Hal-hal yang disunnahkan dalam shalat ‘Idain:

1. Membaca Takbir.
2. Mandi, berhias, memakai wangi-wangian, dan memakai pakaian yang paling disukai.
3. Makan sebelum shalat idul fitri dan untuk idul adha makanya setelah melaksanakan
shalat idul adha.
4. Memilih jalan yang lebih panjang ketika berangkat, dan jalan yang lebih dekat ketika
pulang dari tempat shalat.
Ikut mengajak wanita-wanita haid untuk menyaksikan kebaikan dan dakwah kaum muslim.
Seperti hadist yang diriwayatkan oleh Muttafaq alaih: “Ummu ‘Athiyah berkata: kami
diperintahkan mengajak keluarga gadis-gadis dan wanita haid pada kedua hari raya untuk
menaksikan kebaikan dan dan dkwah kaum muslimi , wanita-wanita yang haid itu terpisah dari
tempat shalat”. (HR. Muttafaq alaih).

Demikian macam-macam sholat sunnah dengan penjelasannya lengkap semoga bermanfaat buat
kamu, dan kamu jadi makin rajin untuk melakukan shalat-shalat sunnah nya.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Diantara banyak macam-macam shalat sunnah yang pernah dilakukan oleh Rasulullah
saw. Ada shalat-shalat sunnah yang tergolong pada yang dianjurkan dan yang tidak dianjurkan,
ada pula yang dilakukan secara berjamaah ataupun tidak berjamaah atau munfarid. Namun tetap
dilaksanakan Rasulullah saw. Sebagai tauladan bagi umat islam di seluruh dunia. Dari semua
shalat sunnah pada intinya adalah shalat sunnah itu dilakukan untuk menambah atau menutupi
kekurangan-kekurangan ibadah wajib.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/34777140/MAKALAH_STUDI_FIQIH_MACAM-
MACAM_SHALAT_SUNNAH

http://alifiastitmaa.blogspot.com/2016/03/makalah-tentang-sholat-sholat-sunnah.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai