Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH AGAMA

SHALAT SUNNAH BERJAMAAH MUNFARID

Disusun Oleh Kelompok 4:

1. KETUA RIA NUR AMELIA


2. SEKRETARIS CINTA PURNAMA
3. MODERATOR LAURA JULITA SARI
4. PEMBACA HASIL LAPORAN STEVAN AL HILAL
5. PENYUSUN LAPORAN SUCI INDAH LESTARI
KELAS VIII B

PEMERINTAH KABUPATEN BENGKULU SELATAN

DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

SMP NEGERI 21 BENGKULU SELATAN

TAHUN AJARAN 2023/2024


KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya sehingga makalah Tentang Shalat Sunah Berjamaah Munfarid ini dapat
diselesaikan dengan baik. Tidak lupa shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada
Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita selaku umatnya.

Makalah ini kami buat untuk melengkapi tugas mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam. Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini. Dan kami juga menyadari pentingnya akan sumber bacaan dan
referensi internet yang telah membantu dalam memberikan informasi yang akan menjadi
bahan makalah.

Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini sehingga
kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan
makalah ini.

Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah SWT, dan
kekurangan pasti milik kita sebagai manusia.

Manna, Oktober 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..........................................................................................................i

KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii

DAFTAR ISI......................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1

A. Latar Belakang ........................................................................................................1


B. Rumusan Masalah....................................................................................................1
C. Tujuan .....................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................3

A.. Pengertian Shalat Sunnah........................................................................................3


B...Macam-Macam Shalat Sunnah Berjamaah Munfarid dan cara menjalankanya......4
BAB III PENUTUP............................................................................................................16

A. Saran .......................................................................................................................16
B. Kesimpulan..............................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................17
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kita sebagai umat muslim diwajibkan mendirikan shalat, karena shalat itu
merupakan tiang agama. Shalat itu merupakan penopang yang akan menentukan
berdiri atau tidaknya agama dalam diri masing-masing umat muslim. Shalat
merupakan kewajiban yang tidak dapat ditinggalkan bagi umat muslim yang sudah
mukallaf. Dalam syariat islam shalat terbagi dalam dua macam yaitu yang pertama
shalat wajib yakni shalat yang diwajibkan bagi umat muslim baik laki-laki ataupun
perempuan untuk mendirikannya. Shalat sunnah pun dibagi menjadi dua macam yakni
shalat sunnah muakkad dan shalat sunnah ghairu muakkad. Muakkad artinya
dianjurkan, jadi shalat sunnah itu ada yang dianjurkan untuk dilaksanakan setiap
muslim, ada juga shalat sunnah yang tidak dianjurkan untuk melaksanakannya, tapi
sebagaimana hukumnya sunnah bila dikerjakan berpahala dan apabila ditinggalkan
tidak apa-apa. Walaupun demikian kita sebagai umat muslim tentu ingin
meningkatkan amalan ibadah dan ketakwaan. Hal tersebut merupakan rahmat dari
Allah Swt kepada para hambanya karena Allah mensyariatkan bagi setiap kewajiban,
sunnah yang sejenis agar orang mukmin bertambah imannya dengan melakukan
perkara yang sunnah, dan menyempurnakan yang wajib pada hari kiamat, karena
kewajiban-kewajiban mungkin yang kurang.

Dalam sebuah hadist riwayat Abu Daud disebutkan bahwa shalat sunnah
sengaja disyariatkan untuk menambal kekurangan yang mungkin terdapat pada shalat-
shalat fardhu, maka perlu disempurnakan dengan shalat sunnah. Selain itu juga karena
shalat sunnah mengandung keutamaan untuk fisik maupun rohani kita. Dengan
demikian banyak kita mengerjakan shalat sunnah tanpa melihat itu dianjurkan atau
tidaknya akan menambah amalan kita dihadapan Allah Swt.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa Pengertian Shalat Sunnah?

2. Apa saja Macam-Macam Shalat Sunnah Berjamaa Munfarid dan cara


menjalankanya?
C. TUJUAN

Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk melengkapi salah satu tugas
matapelajaran Pendidikan Agama Islam. Dan sebagai sarana menamba ilmu kita
mengenai Shalat Sunnah.
BAB III

PEMBAHASAN

A. PENGERTIANSHALATSUNNAH
Sholat sunnah adalah sholat yang dikerjakan di luar sholat fardhu. Nabi
Muhammad SAW mengerjakan sholat sunnah selain untuk mendekatkan diri kepada
Allah juga mengharapkan tambahan pahala. Seseorang yang mengerjakan sholat
sunnah maka ia akan mendapatan pahala, jika tidak dikerjakan pun ia juga tidak
mendapatkan dosa. Shalat sunnah terbagi dua yaitu:
1) Shalat sunnah yang dilaksanakan secara berjamah. Shalat sunnah jenis ini status
hukumnya adalah muakkad,contohnya: shalat idul fitri, idul adha, terawih, istisqa,
kusuf dan khusuf.

2) Shalat sunnah yang dikerjakan secara munfarid ( sendiri-sendiri ). Status


hukumnya ada yang muakkad seperti: shalat sunnah rawatib dan tahajud. Ada
pula yang status hukumnya sunnah biasa ( ghairu muakkad ) seperti: shalat
tahiyatul masjid, shalat dhuha, shalat witir, dan lain-lain.

1. DISYARIATKANYA SHALAT SUNNAH

Shalat sunnah sengaja disyariatkan ialah untuk menambal kekurangan yang


mungkin terdapat pada shalat-shalat fardhu, Bahkan, kelak di akhirat, shalat sunnah
juga difungsikan sebagai shalat fardhu yang pernah ditinggalkan di dunia.juga karena
shalat itu mengandung keutamaan yang tidak terdapat pada ibadah-ibadah lain. Dari
Abu Umamah diceritakan bahwa Rasulullah Muhammad Saw bersabda: “Allah tidak
memperhatikan suatu amal perbuatan hamba yang lebih utama daripada dua rakaat
shalat sunnah yang dikerjakanya, Sesungguhnya rahmat selalu ditaburkan di atas
kepala hamba itu selama ia dalam sholat”. (HR. Ahmad dan disahkan oleh Suyuthi).
Imam Malik juga berkata dalam kitab muwaththa’ : “Aku menerima berita bahwa
Nabi saw bersabda: “Tetaplah engkau sekalian beristiqomah dan tidak dapat engkau
sekalian menghitung kebaikan istiqomah itu, Ketauhilah bahwa sebaik-baik amal
perbuatan itu ialah shalat dan tidak dapat menjaga wudhunya, kecuali orang yang
benar-benar beriman”.
2. PEMBAGIAN SHALAT SUNNAH

Shalat sunnah itu terbagi atas dua macam yaitu muthlaq dan muqoyyad. Untuk
shalat sunnah muthlaq cukuplah seseorang cukup berniat sholat saja. Imam nawawi
berkata: “Seseorang yang melakukan sholat sunnah dan tidak menyebutkan berapa
rakaat yang akan dilakukan dalam shalatnya itu, bolehlah ia melakukan satu rakaat,
lalu bersalam dan boleh pula menambahnya menjadi dua, tiga, seratus, seribu rakaat,
dan seterusnya”. Adapun shalat sunnah muqoyyad itu terbagi atas dua macam:

a. Yang disyariatkan sebagai shalat-shalat sunnah yang mengikuti shalat fardhu


dan inilah yang disebut sebagai shalat sunnah rawatib.
b. Yang disyariatkan bukan sebagai shalat sunnah yang mengikuti shalat fardhu.

Salat sunah dikelompokkan menjadi dua, yaitu: salat sunah jama’ah dan salat sunat
munfarid. Shalat sunah berjama’ah adalah salat yang dikerjakan secara bersama salah
satu menjadi imam dan yang lain menjadi makmum dengan syarat yang
telah ditentukan.Salat sunah munfarid adalah salat yang dilakukan sendirian.
Di antara jenis shalat sunah terdapat shalat sunah yang dapat dilaksanakan secara
berjamaah, munfarid, dan ada yang dilaksanakan berjamaah maupun munfarid.

Shalat Sunah
dengan
Shalat Sunah berjamaah atau
Berjamaah munfarid Shalat Sunah Munfarid

– Shalat Idain
(Shalat Idul Fitri
dan Idul Adha)-
Shalat Istisqa’-
Shalat Kusuf – Shalat – Shalat Rawatib-
(Gerhana Tarawih- Shalat Tahiyatul Masjid-
Matahari) dan Shalat Witir- Shalat Istikharah –
Khusuf (gerhana Shalat Dhuha- Shalat Tasbih- Shalat
Bulan) Shalat Tahajud Hajat

B. SHALAT SUNNAH BERJAMAAH MUNFARID


Shalat sunah berjama’ah adalah salat yang dikerjakan secara bersama salah satu
menjadi imam dan yang lain menjadi makmum dengan syarat yang telah ditentukan.

Shalat sunnah berjamaah adalah shalat Idain, Shalat Tarawih, Shalat Witir, Shalat
Istisqa’ (minta hujan), shalat Gerhana Matahari (Kusuf) dan shalat Gerhana Bulan
(Khusuf)

1. SHALAT ‘IDAIN.
a. Pengertian dan hukum
Idain artinya dua hari raya. Yang dimaksud shalat Idain adalah shalat pada waktu
dua hari raya yakni Hari Raya Idul fitri (1 syawal) dan Hari Raya Idul Adha (10
Dzulhijjah).

Adapun hukum melaksanakannya adalah sunah muakkad yaitu sunnah yang sangat
dianjurkan.
Rasulullah SAW bersabda:

‫ َأْن ُنْخ ِر َج ِفى اْلِع يَد ْيِن اْلَع َو اِتَق َو َذ َو اِت اْلُخ ُدوِر َو َأَم َر اْلُحَّيَض َأْن َيْعَتِز ْلَن‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫َأَم َر َنا – َتْع ِنى الَّنِبَّى‬
. ‫ُمَص َّلى اْلُم ْس ِلِم يَن‬

artinya:“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kepada kami pada saat


shalat ‘ied (Idul Fithri ataupun Idul Adha) agar mengeluarkan para gadis (yang baru
beranjak dewasa) dan wanita yang dipingit, begitu pula wanita yang sedang haidh.
Namun beliau memerintahkan pada wanita yang sedang haidh untuk menjauhi tempat
shalat.”
b. Waktu dan tempat pelaksanaan
Waktu mengerjakan shalat sunah Idul Fitri adalah setelah terbitnya matahari
dua penggalah (kurang lebih 3 meter) sampai tergelincirnya matahari.
Sedangkan shalat Idul Adha dimulai setelah matahari terbit satu penggalah.
Adapun tempatnya sebaiknya dilakukan di tanah lapang seperti yang
dianjurkan oleh Nabi (kecuali ada halangan), karena shalat Id itu untuk syiar
agama. Namun sebagian ulama’ berpendapat lebih baik dikerjakan di Masjid,
karena masjid itu tempat yang mulia dan suci.
c. Cara Melaksanakan Sholat ‘Ied
1. Niat dalam hati.
lafal niatnya adalah:
‫ إَم اًم ا هلل تعالى‬/ ‫ األْض حى َر كَع تيِن َم أُم وًم ا‬/ ‫ُاَص ّلى ُسنًة ِلعيِد الِفطِر‬
Artinya: Saya niat sholat sunah Idul Fitri/Adha dua rakaat dengan
menjadimakmum/imam karena Allah Ta’ala.”
2. Takbiratul ihram.
3. Membaca doa iftitah.
4. Takbir 7x pada rakaat pertama dan 5x pada rakaat kedua dan diantara
takbir membaca tasbih:
‫ُسْبَح اَن ِهَّللا َو اْلَحْم ُد ِهَّلِل َو اَل إَلَه إاَّل ُهَّللا َو ُهَّللَا َأْك َبُر‬
5. Membaca ta’awudz
6. Membaca surat al Fatihah
7. Membaca surat al Qur’an. Sebaiknya surat Qaaf pada rakaat pertama dan
surat Iqtarabat pada rakaat kedua. atau surat al A’laa pada rakaat pertama
dan surat al Ghasyiyah pada rakaat kedua.
8. Setelah shalat Id dilanjutkan dengan khutbah

d. Hal-hal yang disunahkan pada saat hari raya adalah:


1. Memperbanyak Takbir. Pada hari raya ‘Idul Fitri disunahkan
memperbanyak takbir dimulai sejak terbenamnya matahari dan berakhir
ketika imam memulai shalat ‘id. Sedangkan pada hari ‘Idul Adha
disunahkan memperbanyak takbir setiap selesai mengerjakan shalat
fardlu, shalat rawatib, shalat sunah mutlak, dan shalat janazah. dan
berakhir sampai waktu Ashar tanggal 13 Dzulhijjah.
Bacaan takbir yang dimaksud adalah:
،‫ ُهللا َأْك َبُر كبيرًا َو اْلَحْم ُدِ ِهلل َك ِثْيرًا‬،‫ ُهللَا َاْك َبُر َو ِ ِهلل اْلَحْم ُد‬،‫ َو ُهللا َاْك َبُر‬،‫ َال ِاٰل َه ِاَّال ُهللا‬،‫ ُهللَا َأْك َبُر‬،‫ ُهللَا َأْك َبُر‬،‫ُهللَا َأْك َبُر‬
‫ َال‬،‫ َو َهَز َم ْاَألْح َزاَب َو ْح َد ُه‬،‫ َو َأَع َّز ُج ْنَد ُه‬،‫ َو َنَصَر َع ْبَد ُه‬،‫ َص َدَق َو ْع َد ُه‬،‫ َال ِإٰل َه ِإَّال ُهللا َو ْح َد ْه‬،‫َو ُسْبَح اَن ِهللا ُبْك َر ًة َو َأِص ْيًال‬
.‫ ُهللا َأْك َبُر َِو ِهلل اْلَحْم ُد‬،‫ِإٰل َه ِإَّال ُهللا َو ُهللا َأْك َبُر‬

2. Mandi dengan niat untuk melaksanakan shalat hari raya:


‫ ْاَألْض ٰح ى ُس َّنًةِ ِهلل َتَع اٰل ى‬/ ‫َنَو ْيُت اْلُغ ْس َل ِلِع ْيِد اْلِفْطِر‬
3. Berangkat pagi-pagi, kecuali bagi imam disunahkan berangkat ketika
shalat hendak dilaksanakan.
4. Berhias diri dengan memakai wangi-wangian, pakaian yang bagus,
memotong kuku, serta menghilangkan bau yang tidak sedap.
5. Menempuh jalan yang berbeda ketika berangkat dan pulang.
6. Makan terlebih dahulu sebelum berangkat shalat ‘Idul Fitri, sedangkan
pada ‘Idul Adha, sunah melakukan shalat terlebih dahulu.
7. Tahniah (ungkapan suka cita) atas datangnya hari raya disertai dengan
berjabat tangan. Seperti lafadh:
‫َتَقَّبَل ُهللا ِم َّنا َوِم ْنك‬
8. Menjawab ucapan suka cita (tahni’ah) dengan bacaan:
.‫ ُك َّل َعاٍم َو َأْنُتْم ِبَخْيٍر‬،‫ َأْح َياُك ُم ُهللاِ َألْم َثاِلِه‬، ‫َتَقَّبَل ُهللا ِم ْنُك ْم‬
—-

2. SHALAT TARAWIH
a. Pengertian Shalat Tarawih
Shalat tarawih adalah shalat sunah yang dilaksanakan khusus pada malam hari bulan
Ramadhan. Shalat tarawih merupakan amalan sunah pada bulan Ramadhan di
samping ibadah-ibadah lain seperti memperbanyak tadarus Al Quran, berzikir, berdoa,
mendalami ilmu agama dengan mengikuti pesantren kilat, dan sebagainya. Kegiatan
tersebut bertujuan untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT.

b. Hukum Shalat Tarawih


Hukum melaksanakannya adalah sunah muakkad, sebagaimana hadis Rasulullah
SAW :

)‫َع ْن َأِبْي ُهَر ْيَر َة َقاَل َر ُسْو ُل ِهللا َم ْن َقاَم َر َم َض اَن ِاْيَم اًنا َو اْح ِتَس ابًا ُغ ِفَر َلُه َم ا َتَقَّد َم ِم ْن َذْنِبِه (رواه البخارى ومسلم‬

artinya :“Dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah SAW bersabda : Barangsiapa yang
melaksanakan shalat pada malam hari di bulan Ramadhan dengan dilandasi iman
dan semata-mata mengharap ridha Allah SWT maka akan diampuni dosa-dosanya
yang telah lalu.” (HR. Bukhari dan Muslim)
c. Bilangan rakaat Shalat Tarawih
Ada perbedaan pendapat mengenai jumlah rakaat shalat Tarawih di kalangan umat
Islam. Akan tetapi, perbedaan tersebut tidak penting dan tidak perlu diperdebatkan.
Hal yang penting adalah bagaimana shalat Tarawih tetap dilaksanakan umat Islam.
Perbedaan yang dimaksud sebagai berikut :

1) Delapan rakaat ditambah Witir

Pendapat ini diambil dari keterangan bahwa Rasulullah s.a.w shalat Tarawih bersama
para sahabat di masjid tiga kali selama hidupnya. Sesudah itu beliau tidak melakukan
lagi secara berjamaah di masjid tetapi melaksanakannya di rumah. Rasulullah s.a.w
khawatir apabila suatu saat nanti shalat tarawih dianggap ibadah wajib. Jumlah rakaat
yang dilakukan bersama sahabat di masjid tersebut adalah delapan rakaat ditambah
Witir. Keterangaan ini berdasarkan pada hadits berikut :

‫َع ْن َج اِبٍر َاَّنُه‬ )‫َص َّلى ِبِهْم َثَم اَن َر َك َع اٍت ُثَّم َاْو َتَر (اخرجه ابن حبان‬

artinya : “Diriwayatkan dari Jabir sesungguhnya Rasulullah s.a.w shalat bersama-


sama mereka delapan rakaat kemudian beliau shalat witir”. (HR. Ibnu Hibban)
2) Dua puluh rakaat ditambah Witir

Mengenai jumlah rakaat shalat tarawih yang 20 rakaat dilanjutkan dengan witir
dilakukan oleh Khalifah Umar bin Khattab dan diikuti oleh para sahabat yang lain.
Tentang jumlah rakaat yang dilakukan oleh Umar bin Khattab ini tidak pernah
dipermasalahkan oleh para sahabat saat itu. Jadi, sampai sekarang pun umat Islam ada
yang mengikutinya.

3) Tiga puluh enam rakaat ditambah Witir

Mengenai jumlah rakaat shalat tarawih 36 rakaat dilanjutkan dengan witir dilakukan
oleh Khalifah Umar bin Abdul Aziz yang merupakan salah satu Khalifah Bani
Umayyah.

Dari ketiga pendapat di atas menunjukkan bahwa perbedaan rakaat dalam


pelaksanaan shalat tarawih di kalangan umat merupakan sesuatu yang tidak perlu
dipermasalahkan. Apalagi sampai terjadi pertikaian hanya karena perbedaan ini.
Padahal sejak dahulu perbedaan ini telah ada dan tidak timbul masalah. Yang
terpenting adalah umat Islam dapat melaksanakan shalat tarawih dengan baik.
Sedangkan berapa jumlah rakaatnya terserah kepada masing-masing sesuai dengan
pengetahuan dan keyakinannya untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT di bulan
Ramadhan yang penuh berkah.

d. Cara melaksanakan Shalat Tarawih


Waktu pelaksanaannya setelah shalat isya sampai dengan fajar sidiq (menjelang
waktu subuh).

Shalat Tarawih ini dikerjakan seperti shalat biasa lainnya baik mengenai bacaannya
maupun gerakan-gerakannya dan pada setiap dua rakaatnya ditutup dengan salam.
hanya niat yang membedakan. yakni ;

‫ُأَص ِّلى ُس َّنَة الَّتَر اِوْيِح َر ْك َع َتْيِن ِاَم اًم اِ ِهلل تَع اَلى‬

artinya : “Aku niat Salat Tarawih dua rakaat menjadi imam karena Allah Ta’ala”
Niat Shalat Tarawih untuk Imam :

‫ُأَص ِّلى ُس َّنَة الَّتَر اِوْيِح َر ْك َع َتْيِن َم ْأُم ْو ًم اِ ِهلل َتَع اَلى‬

artinya :Saya sengaja niat shalat Tarawih dua rakaat (sebagai makmum) karena
Allah Ta’ala
Setelah selesai shalat Tarawih lalu diteruskan shalat Witir, sekurang-kurangnya satu
rakaat tetapi pada umumnya dikerjakan tiga rakaat dengan dua salam atau satu salam.

Adapun surat yang dibaca sesudah Al-Fatihah pada tiap-tiap rakaat boleh surat apa
saja yang dikehendaki, tetapi di utamakan pada setiap rakaat yang kedua sesudah
membaca surat Al-Fatihah membaca surat Al-Ikhlash.

3. Shalat dua rakaat seperti biasa.

– Diutamakan secara berjamaah tetapi boleh juga dilaksanakan sendirian


(munfarid)

– Lebih utama setiap dua rakaat salam. Namun, apabila dilaksanakan empat rakaat
tidak perlu ada tasyahud awal supaya tidak menyerupai shalat fardu.
3. SHALAT WITIR
a. Pengertian Shalat Witir

Witir artinya ganjil. Shalat Witir artinya shalat sunah yang dikerjakan pada
malam hari setelah shalat Isya’ dengan bilangan rakaatnya ganjil baik di bulan
Ramadan maupun diluar bulan Ramadan.

Rasulullaâh shallallâhu ‘alaihi wasallam bersabda :

‫اْج َعُلوا آِج َر َص َالِتُك ْم ِبالَّلْيِل ِو ْتًر ا‬


Artinya :Jadikanlah akhir shalat kamu di malam hari dengan shalat Witir. (H.R.
Muttafaq Alaih)
.

b. Tata Cara Melaksanaan Shalat Witir


Mengerjakan Shalat witir itu rakaatnya ganjil, minimal 1 rakaat, dan maksimal 11
rakaat.

Tata cara pelaksanaan shalat witir sebagai berikut :

1. waktunya pada malam hari setelah shalat isya’. Pada bulan Ramadan setelah
shalat Tarawih.
2. dilaksanakan secara berjamaah atau sendirian (munfarid)
3. jumlah rakaatnya ganjil
4. Dalam pelaksanaannya ada dua macam niat, yakni niat untuk shalat 2 rakaat dan
ditutup dengan niat untuk shalat 1 rakaat.
5. Berniat shalat witir 2 atau 1 rakaat
Bacaan niatnya apabila diucapkan adalah :

Niat Shalat Witir 2 rakaat untuk Imam

‫ُأَص ِّلي ُس َّنَة اْلِو ْتِر َر ْك َع َتْيِن ِاَم اًم ا ِهلل َتَع اَلى‬

artinya : “Saya berniat shalat witir dua rakaat menjadi imam karena Allah Ta’ala”
Niat Shalat Witir 2 rakaat untuk Makmum
‫ُأَص ِّلي ُس َّنَة اْلِو ْتِر َر ْك َع َتْيِن َم ْأُم ْو ًم ا ِهلل َتَع ال‬

artinya: Saya berniat shalat witir dua rakaat menjadi makmum karena Allah
Ta’ala.

Niat Shalat Witir 1 rakaat untuk Imam

‫ُأَص ِّلي ُس َّنًة اْلِو ْتِر َر ْك َع َة ِاَم اًم ا ِهلل َتَع الى‬

artinya: Saya berniat shalat satu rakaat witir menjadi imam karena Allah Ta’ala.
Niat Shalat Witir 1 rakaat untuk Makmum

‫ُأَص ِّلي ُس َّنًة اْلِو ْتِر َر ْك َع َة َم ْأُم ْو ًم ا ِهلل َتَع الى‬

artinya: Saya berniat shalat satu rakaat witir menjadi makmum karena Allah Ta’ala.
1. Takbiratul ihram
2. Shalat 2 rakaat atau 1 rakaat seperti biasa.
3. Salam.
c. Do’a setelah shalat Witir
،‫ َو َنْس َأُلَك َع َم ًال َص اِلًحا‬،‫ َو َنْس َأُلَك َيِقْيًن ا َص اِد ًقا‬،‫ َو َنْس َأُلَك ِع ْلًم ا َناِفًعا‬،‫ َو َنْس َأُلَك َقْلًبا َخ اِش ًعا‬،‫َالَّلُهَّم ِإَّنا َنْس َأُلَك ِإْيَم اًنا َداِئًم ا‬
‫ َو َنْس َأُلَك اْلِغ َنى َع ِن‬،‫ َو َنْس َأُلَك الُّش ْك َر َع َلى اْلَع اِفَي ِة‬،‫ َو َنْس َأُلَك َتَم اَم اْلَع اِفَي ِة‬،‫ َو َنْس َأُلَك اْلَع ْفَو َو اْلَع اِفَيَة‬،‫َو َنْس َأُلَك ِد ْيًنا َقِّيًم ا‬
.‫الَّناِس‬

‫ َي ا‬،‫ َي ا ُهَّللَا‬،‫ َي ا ُهَّللَا‬،‫ َو َتِّمْم َتْقِص ْيَر َنا َي ا ُهَّللَا‬،‫َالَّلُهَّم َر َّبَنا َتَقَّبْل ِم َّنا َص َالَتَنا وِصَياَم َنا َو ِقَياَم َنا َو َتَخ ُّش َع َنا َو َتَض ُّر َعَنا َو َتَع ُّب َدَنا‬
. ‫َأْر َح َم الَّراِحِم ْيَن‬

‫ َو َس َالٌم َع َلى‬، ‫ ُسْبَح اَن َر ِّبَك َر ِّب اْلِع َّز ِة َع َّم ا َيِص ُفْو َن‬، ‫ َو َع َلى آِلِه َو َص ْح ِبِه َأْج َم ِع ْيَن‬، ‫َو َص َّلى ُهَّللا َع َلى َس ِّيِد َنا ُمَحَّمٍد‬
‫اْلُم ْر َس ِلْيَن َو اْلَحْم ُد ِهَّلِل َر ِّب اْلَع اَلِم ْيَن‬
Artinya: Ya Allah, ya Tuhan kami, kami memohon kepada-Mu (mohon diberi) iman
yang lenggeng, dan kami mohon kepada-Mu hati kami yang khusyu’, dan kami mohon
kepada-Mu diberi ilmu yang bermanfaat, dan kami mohon ditetapkannya keyakinan
yang benar, dan kami mohon (dapat melaksanakan) amal yang shalih dan mohon
tetap dalam agama islam, dan kami mohon diberinya kebaikan yang melimpah-
limpah, dan kami mohon memperoleh ampunan dan kesehatan, dan kami mohon
kesehatan yang sempurna, dan kami mohon mensyukuri atas kesehatan kami, dan
kami mohon kecukupan. Ya Allah ya Tuhan kami, terimalah shalat kami, puasa kami,
rukuk kami, dan khusyu’ kami, dan pengabdian kami, dan sempurnakanlah apa yang
kami lakukan selama shalat, ya Allah, yaAllah, ya Allah Dzat yang Maha Pengasih
dan Penyayang, semoga Allah memberi kesejahteraan atas sebaik-baik makhluk-Nya
yaitu Nabi Muhammad, atas keluarga dan semua sahabatnya, dan segala puji bagi
Allah Tuhan semesta alam.
————-

1. SHALAT ISTISQA’ (Shalat minta hujan)


Shalat Istisqa’ adalah shalat sunnat 2 rakaat yang dilakukan untuk memohon turunnya
hujan kepada Allah SWT.

Shalat Istisqa’ hukumnya sunnah muakkad (sangat ditekankan) ketika terjadi musim
kering, karena Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam memerintahkan hal tersebut
‫َر َأْيُت الَّنِبَّي َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َيْو َم َخ َر َج َيْسَتْس ِقي َقاَل َفَحَّوَل ِإَلى الَّناِس َظْهَر ُه َو اْسَتْقَبَل اْلِقْبَلَة َيْد ُعو ُثَّم َحَّوَل‬
‫ِرَداَءُه ُثَّم َص َّلى َلَنا َر ْك َع َتْيِن َجَهَر ِفيِهَم ا ِباْلِقَر اَءِة‬

artinya:Saya melihat Nabi saw tatkala pergi ke tanah lapang untuk shalat istisqa’
beliau palingkan punggungnya menghadap para sahabat dan kiblat sambil berdo’a,
lalu beliau palingkan selendangnya, kemudian shalat dengan kami du’a rekaat
dengan suara yang keras ketika membaca ayat.
a. Adab Sebelum Shalat Istisqa
1. Berpuasa 4 hari berturut-turut, karena doa orang berpuasa tidak akan ditolak.
2. Menjauhkan dari kezaliman dan taubat.
3. Banyak berbuat baik dan bersedekah.
4. Pada hari ke-4 keluar menuju tempat shalat dengan mengajak anak-anak, orang
tua, dan binatang ternak, memakai pakaian sederhana.
b. Tata Cara Melaksanakan Shalat Istisqa’
1. Berniat dalam hati melakukan Shalat Istisqa. Jika diucapkan lafal niatnya sbb:
‫ُأَص ِّلْي ُس َّنَة ْاِإل ْس ِتْس َقاِء َر ْك َع َتْيِن ِهَّلِل َتَع اَلى‬

artinya: Aku niat Shalat sunnah istisqa dua rakaat karena Allah ta’ala.
1. Shalat dua rakaat, sebagaimana shalat ‘Id, rakaat pertama takbir 7 kali dan rakaat
kedua takbir 5 kali.
2. Rakaat pertama disunnahkan membaca surat Al-A’la dan rakaat kedua surat Al-
Ghasiyah
3. Setelah shalat, diteruskan dengan khutbah dua kali.
4. Berdoa menghadap kiblat dan mengangkat dua tangan.
5. Dianjurkan doa Istisqa
6. Bertawasul dengan amal shalih
7. Khusus untuk kaum lelaki disunnahkan memindahkan dan membalikkan
selendang atau sorbannya.
8. Dianjurkan imam keluar bersama masyarakat.
9. Dianjurkan membawa binatang ternak.
2. SHALAT GERHANA MATAHARI (Kusuf) dan SHALAT GERHANA
BULAN (Khusuf)
Shalat kusuf atau shalat khusuf adalah shalat yang dikerjakan dengan tata cara
tertentu karena terjadinya gerhana matahari atau gerhana bulan.
Hukum shalat gerhana adalah sunnah mu’akkad sebagaimana shalat gerhana matahari
dan dilakukan secara berjamaah.

Nabi SAW bersabda:

‫َفِإَذ ا َر َأْيُتُم وُهَم ا َفاْفَزُعوا ِإَلى الَّص َالِة‬

artinya: Jika kalian melihat kedua gerhana yaitu gerhana matahari dan bulan,
bersegeralah menunaikan shalat.” (HR. Bukhari)
c. Tata cara melaksanakan shalat gerhana adalah sebagai berikut:
Lafal Niat shalat gerhana matahari (Shalat Kusuf) :

‫ُأَص ِّلْي ُس َّنَة ِلُك ُسْو ِف الَّش مِس َر ْك َع َتْيِن ِهَّلِل َتَع اَلى‬

artinya:“ Aku niat Shalat sunnah gerhana matahari dua rakaat karena Allah ta’ala
Lafal Niat shalat gerhana bulan (Shalat Khusuf):
‫ُأَص ِّلْي ُس َّنَة ِلُخ ُسْو ِف اْلَقَم ِر َر ْك َع َتْيِن ِهَّلِل َتَع اَلى‬

artinya: Aku niat Shalat sunnah gerhana bulan dua rakaat karena Allah ta’ala.
2. Takbiratul ihram yaitu bertakbir sebagaimana shalat biasa. Membaca do’a istiftah
dan berta’awudz, kemudian membaca surat Al Fatihah dan membaca surat yang
panjang (seperti surat Al Baqarah) sambil dijaharkan (dikeraskan suaranya, bukan
lirih)

3. Kemudian ruku’ sambil memanjangkannya.

4. Kemudian bangkit dari ruku’ (i’tidal)

5. Setelah i’tidal ini tidak langsung sujud, namun dilanjutkan dengan membaca surat
Al Fatihah dan surat yang panjang. Berdiri yang kedua ini lebih singkat dari yang
pertama.

6. Kemudian ruku’ kembali (ruku’ kedua) yang panjangnya lebih pendek dari ruku’
sebelumnya.

7. Kemudian bangkit dari ruku’ (i’tidal).

8. Kemudian sujud yang panjangnya sebagaimana ruku’, lalu duduk di antara dua
sujud kemudian sujud kembali.

9. Kemudian bangkit dari sujud lalu mengerjakan raka’at kedua sebagaimana raka’at
pertama hanya saja bacaan dan gerakan-gerakannya lebih singkat dari sebelumnya.

10.Salam.

11. Setelah itu imam menyampaikan khutbah kepada para jama’ah yang berisi anjuran
untuk berdzikir, berdo’a, beristighfar, sedekah, dan membebaskan budak.

Apabila gerhana masih berlangsung setelah shalat selesai, maka hendaklah berdzikir
kepada Allah dan berdoa sampai gerhana berakhir, dan tidak mengulang shalat.
Apabila gerhana selesai dan dia masih shalat hendaknya dia sempurnakan shalatnya
dengan khafifah (dipercepat), tidak berhenti shalat begitu saja.
——–

BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN
Diantara banyak macam-macam shalat sunnah yang pernah dilakukan
oleh Rasulullah saw. Ada shalat-shalat sunnah yang tergolong pada yang
dianjurkan dan yang tidak dianjurkan, ada pula yang dilakukan secara
berjamaah ataupun tidak berjamaah atau munfarid. Namun tetap dilaksanakan
Rasulullah saw. Sebagai tauladan bagi umat islam di seluruh dunia. Dari
semua shalat sunnah pada intinya adalah shalat sunnah itu dilakukan untuk
menambah atau menutupi kekurangan-kekurangan ibadah wajib.

B. SARAN

Karena makalah ini masih memiliki beberapa kekurangan terkait


materi sumber dan buku yang kurang memadai kami membutuhkan kritik dan
saran dari pembaca. Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dalam
pembuatan makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Djazuli, A. Zainuddin. Tt. Fiqih Ibadah. Kediri: Lembaga Ta’lif Wannasyr


Ponpes Al-Falah.

Ibnu Hajar Al-Asqalani. 2013. Terjemahan Bulughul Maram. Jogjakarta: Hikam


Pustaka.

Ma’shum. Tt. Tuntunan Shalat Lengkap dan Do’a-Do’a. tk: Bintang Pelajar.

Rifa’i, Mohammad. Tt. Risalah Tuntunan Shalat Lengkap. Semarang: Karya


Toha Putra.

Sabiq, sayyid. Tt. Fiqih Sunnah. Jakarta: PT. Al-Ma’arif.

Syaikh Yusuf bin Ismail An-Nabhani. 2013. Ringkasan Riyadhus Shalihin Imam An-
Nawawi. Kuala Lumpur: Telaga Biru SDN. BHD.

Syaikh Al-‘Allamah Muhammad bin Abdurrahman Ad-Dimasyqi.2004. Fiqih


Empat Madzab. Bandung: Hasyimi Press.

Teungku Muhammad Hasby Ash-Shiddiqiey. 2003. Mutiara Hadist 3 Shalat.


Semarang: Pustaka Rizki Putra.

Ulfah, Isnatin. 2016. Fiqh Ibadah. Ponorogo: STAIN po press.

Anda mungkin juga menyukai