Anda di halaman 1dari 17

TUGAS TERSTRUKTUR DOSEN PENGAMPU

PRAKTEK IBADAH DAN DAKWAH Fadlullah Nurry, S.Ag

SHALAT BERJAMAAH

KELOMPOK 5

DZIKRA SAWSAN NABILA 12120721089


EGI RIZAL SAPUTRA 12120510902
ELIVIA SAFITRI 12120523535
ELVI SARTIKA RANGKUTI 12120224004
ELSY RAHMI MANURUNG 12120721742
ENDANG SUSILAWATI 12120521351

KELAS TA’ALLUM A4

JURUSAN EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2021

0
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta hidayah kepada kita semua, shalawat dan salam selalu tercurahkan
kepada rasulullah SAW. Yang telah berkenan memberi petunjuk dan kekuatan
kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul: “SHALAT
BERJAMAAH”.

Makalah ini disusun dan dibuat berdasarkan materi-materi yang ada.


Materi-materi bertujuan agar dapat menambah pengetahuan dan wawasan
mahasiswa dalam belajar serta mahasiswa juga dapat memahmi pengertian dan
tata cara shalat.

Mudah-mudahan dengan mempelajari makalah ini, para mahasiswa akan


mampu mengamalkan isi dari makalah ini.

Pekanbaru, Januari 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 2

A. Pengertian Shalat Berjama‟ah ...................................................................... 2

B. Hukum Pelaksanaan Shalat Berjamaah ........................................................ 3

C. Posisi Imam dan Makmum ketika Shalat Berjama‟ah ................................. 4

D. Cara Gerakan Shalat Berjamaah dan Masbuk (tertinggal) ........................... 4

E. Jumlah Orang dalam Shalat Jama‟ah ........................................................... 7

F. Hukum Wanita yang Ikut Keluar Shalat Berjam‟ah di Masjid .................... 7

G. Hikmah Sholat Berjamaah........................................................................ 9

BAB III PENUTUP .............................................................................................. 13

A. Kesimpulan ................................................................................................ 13

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam agama Islam, shalat merupakan salah satu ibadah wajib yang harus
dikerjakan sehari-hari bagi umat muslim. Baik itu shalat subuh yang dimulai di
pagi hari, dhuhur di siang hari, ashar, magrib, dan isya di malam hari. Kelima
amalan sholat ini mempunyai hukum fardhu atau wajib, sehingga tidak boleh
ditinggalkan tanpa alasan.

Umat muslim yang menegakkan shalat, tentu mendapat berbagai rahmat


kebaikan dari Allah. Terlebih lagi, bagi umat muslim yang rajin mengerjakan
shalat secara berjamaah di masjid. Tentu ini menjadi amalan baik dengan pahala
yang berlipat ganda, dibandingkan shalat yang dikerjakan secara mandiri di
rumah. Bahkan, dalam Al Quran pun umat muslim diperintahkan untuk
melaksanakan shalat berjamaah untuk mendapatkan manfaat kebaikan.

Dalam hal ini, terdapat berbagai keutamaan shalat berjamaah yang perlu
diketahui. Dikatakan, shalat berjamaah menjadi amalan yang dapat meningkatkan
peluang diterimanya ibadah shalat dibandingkan shalat yang dilakukan secara
sendiri. Bukan hanya itu, keutamaan shalat berjamaah juga dapat memberikan
banyak pahala serta ampunan dari Allah atas segala dosa.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Yang Dimaksud Dengan Shalat Berjamaah?
2. Bagaimana Hukum Pelaksanaan Shalat Berjamaah?
3. Bagaimana Posisi Imam dan Makmum ketika Shalat Berjama‟ah?
4. Bagaimana Cara Gerakan Shalat Berjamaah dan Masbuk (tertinggal)?
5. Berapa Jumlah Orang dalam Shalat Jama‟ah?
6. Bagaiamana Hukum Wanita Yang Ikut Keluar Shalat Berjam‟ah Di
Masjid?
7. Apa Saja Hikmah Dari Shalat Berjamaah?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Shalat Berjama’ah


Shalat merupakan saah satu dari rukun-rukun agama yang paling penting.
Dan Allah ta‟ala telah mewajibkan kepada para hamba-Nya untuk beribadah
hanya kepada-Nya semata, tidak menyekutukannya dengan selain-Nya dari
makhluk-makhluk ciptaan-Nya. Firman Allah ta‟ala:
‫إن الصالة كاوت على المؤمىيه كتابا مىقىتا‬
“ Sungguh, shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas
orang-orang yang beriman.” [Q.S. An- Nisa‟: 103]1

Dinamakan shalat berjama‟ah adalah apabila dua orang shalat bersama-


sama dan salah satu dari mereka mengikuti yang lain. Yang diikuti (yang di
hadapan) dinamakan Imam dan yang mengikuti (yang di belakang) dinamakan
Makmum. Firman Allah ta‟ala:
‫وإذا كىت فيهم فأقمت لهم الصالة فلتقم طاءفت مىهم معك‬
“ Dan apabila kamu berada di tengah-tengah mereka (shahabatmu), lalu kamu
hendak mendirikan shalat bersama-sama mereka, maka hendaklah segolongan dari
mereka berdiri (shalat) bersamamu.” [Q.S. An- Nisa‟: 102]

Mengenai dalil sunnah, cukup banyak hadits yang menguraikan keutamaan


dan anjuran untuk melaksanakannya. Diantarnya adalah sabda nabi SAW:
‫صالي الجماعت أفضل مه صالة الفد بسبع وعشريه درجت‬
“Shalat berjama‟ah lebih utama daripada shalat sendirian dengan dua puluh tujuh
derajat.2

1
Abdurrahman Al-Jazairi, Al fiqh ‘ala Madzahibil Arba’ah, (Bairut Libanon: Dar Ibn ‘Ashaashah,
2010) hal: 187.
2
H.Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam, (Lampung: PT. Sinar Baru Algensindo, 1986) hal:106.

2
B. Hukum Pelaksanaan Shalat Berjamaah

Setelah mengetahui keuatmaan shalat berjamaah, penting juga untuk


mengetahui hukum dari pelaksanaan shalat berjamaah. Terdapat beberapa hukum
pelaksanaan shalat berjamaah yang perlu Anda perhatikan. Di mana shalat
berjamaah ini bisa memiliki hukum fardhu ain, fardhu kifayah, sunnah, hingga
haram. Berikut penjelasannya :
1. Fardhu ain : yaitu hukum yang menyatakan bahwa shalat jumat wajib
dilakukan secara berjamaah, yaitu bagi kaum laki-laki. Sehingga jika
tidak dilaksanakan secara berjamaah maka hukumnya tidak sah.
2. Fardhu kifayah : merupakan kewajiban kolektif yaitu ketika ada
sebagian masyarakat yang mengerjakan shalat berjamaah, maka
kewajiban masyarakat lainnya sudah gugur. Begitu pula sebaliknya, jika
tidak ada yang mengerjakan shalat secara berjamaah sehingga seluruh
masyarakat bisa mendapatkan dosa.
3. Sunah : yaitu shalat berjamaah bisa mempunyai hukum sunah, yaitu baik
dilakukan berjamaah seperti shalat Idul Fitri, Idul Adha, Istiwa, dan
sebaginya.
4. Mubah : shalat berjamaah bisa mempunyai hukum mubah, yaitu pada
shalat-shalat yang tidak disyariatkan untuk berjamaah. Seperti shalat
dhuha, dan shalat rawatib atau sebelum dan sesudah shalat.
5. Khilaful ula : yaitu ketika terjadi perbedaan niat antara imam dan
makmum. Misalnya imam berniat untuk melakukan shalat biasa bukan
qadha, namun makmum yang mengikuti berniat shalat qadha, atau
sebaliknya.
6. Makruh : shalat berjamaah bisa mempunyai hukum makruh yaitu jika
seseorang melakukan shalat berjamaah dengan imam yang fasik.
7. Haram : shalat berjmaah haram dilakukan jika berada di atas tanah hasil
rampasan, atau diperoleh dari cara yang tidak halal sehingga shalat yang
dilaksanakan menjadi tidak sah.3

3
www.merdeka.com/jateng/kautamaan-shalat-berjamaah-ketahui-hukum-pelaksanaannya-
kln.html

3
C. Posisi Imam dan Makmum ketika Shalat Berjama’ah
1. Apabila seorang laki-laki atau anak kecil yang telah mumayyiz berada
bersama imam, Maka orang itu disunnahkan berdiri disamping kanan
imam dan agak kebelakang sedikit dari imam. Dan makruh hukumnya
bila ia sejajar dengan imam dan juga berdiri disamping kiri atau di
belakang imam.
2. Bila makmumnya dua orang laki-laki dan ada anak kecilnya, Maka
makmum berdiri debelakang imam atau disamping kiri imam.
3. Bila makmum terdiri dari seorang laki-laki dan seorang perempuan,
Maka laki-laki itu berdiri disamping kanan imam dan perempuan
berdiri dibelakang laki-laki tersebut. Dalam hal ini laki-laki dan anak-
anak sama nilainya.4

D. Cara Gerakan Shalat Berjamaah dan Masbuk (tertinggal)


Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh imam dan makmum ketika
shalat berjamaah, sebagai berikut:
1. Apabila shalat telah di iqomatkan, maka datangilah dengan tenang.
Sesuaai dengan sabda nabi saw yang artinya: “dari Abu Hurairah ra,
bahwa nabi SAW bersabda: apabila kamu teah mendengar qomat, maka
berjalan lah mendatangi shalat dan hendaklah berjalan dengan tenang dan
tentram dan jangan terburu-buru. Maka apabila kamu dapat menyusul,
shalat lah mengikuti imam, sedang yang sudah tertinggal, maka
sempurnakanlah”. (HR.Bukhari Muslim).
2. Hendaklah salah seorang diantara kamu menjadi imam
Sebagaimana sabda Nabi saw yang artinya: “dari Abu said, ia berkata
bahwa rasululla SAW bersabda: apabila ada tiga orang hendaklah salah
seorang diantara mereka menjadi imam, dan yang lebih berhak menjadi
imam adalah yang lebih ahli membaca alquran. (Ahmad, Muslim dan
Nasa‟i).

4
Menurut Hanafiah: tidak makruh apabila berdiri sejajar (sama) dengan imam.

4
3. Orang buta boleh menjadi imam.
Sebagaimana sabda Nabi saw yang artinya: “dari Anas bahwa Nabi SAW
menguasakan kepad Ibnu Maktum atas madinah dua kali mengimani
mereka, padahal dia buta”. (HR. Ahmad dan Abu Daud)
4. Jika makmum hanya seorang, berdirilah disebelah kanan imam.
Sebagaimana sabda Nabi SAW yang artinya: “dari Jabir bin Abdullah
yang berkata, bahwa pada suatu ketika nabi saw shalat magrib, maka
sayang datang lalu berdiri di sebelah kirinya, maka beliau mencegah
akudan menjadikan aku disebelah kanannya. Kemudian datang temanku,
maka kami berbaris dibelakangnya”. (HR. Abu Daud).
5. Hendaklah meluruskan dan merapatkan barisan.
Sebagaimana sabda Rasulullaah saw yang artinya: “dari Anas bahwa nabi
SAW ersabda: ratakanlah shafmu, karena merapatkan shaft itu termasuk
sebagian dari kesempurnaan shalat”. (HR. Bukhori muslim).
6. Isilah shaf (barisan) yang kosong.
Sebagaimana sabda Rasulullaah saw yang artinya: “dari annas, bahwa
rasullah saw brsabda : penuhilah dulu saf yang pertama kemudian saf
berikutnya.hendaklah saf yang tidak penuh itu saf yang di
belangkang”(hr.ahmad,abu daut,nasai,dan ibnu maja ).
7. Saf wanita,letaknya dibelakang saf pria,
Sebagai mana sabda nabi saw yang artinya: “dari ibnu abas yang berkata :
saya sholat disamping nabi saw sedangkan aisa bersama kami dia sholat
dibelakang dan aku disisi nabi” .(hr.ahmad dan nasa‟i).
8. Kemudian,apabilah imam betakbir,maka betakbirlah jangan mendahului,
atau kita harus mengikuti imam.
Sebagai mana sabda nabi saw yang artinya: “dari abu hurairah,bahwa
rasullah saw sumgguh bahwa imam itu diangkat untuk diikuti.oleh
karenanya apabila dia betakbir, maka takbirlah kamu dan jangan lah kamu
betakbir hingga ia bertakbir.dan apabila dia dia telah ruku‟,maka rukuklah
kamu dan jangan kau ruku hingga ia ruku “dan apabila dia bersujut maka
sujutlah kamu ,dan jangan kau bersujut hingga dia bersujut”.(hr.ahmad dan
abu daut)

5
9. Baca imam jangan panjang panjang.
Sebagai mana sabda nabi saw yang artinya: “jika salah seorang diantara
mu sholat dengan orang banyak,maka hendalah diringgankannya,karena
diantara mereka ,ada yang lemah,sakit atau tua . adaun jika ia sholat
sendirian bolehlah dipanjangkannya sekendak hatinya”.(hr.jamaah).
10. Hendalah memperhatikan baca imam.
Makmum hendalah memperhatikan bacaan dan gerakkn imam .
seandainya imam salah atau lupa tentang bacaan dan gerakkan di saat
sholat,makmum dapat meneggur dengan bertasbih dengan laki laki dan
bertepuk tanggan bgi perempuan.
Sebaimana sabda nabi saw yang artinya: “barang siapa yang
tergangangung oleh sesuatu dala sholatnya,hendaklah ia mengucapkan
“subhanaullah”.bertepuktanggan untuk kaum wanita,sedangkan tasbih
untuk kaum lelaki”.(hr.ahmad,abu daut dan nasa‟i).
11. Jika imam telah membaca “walladha-dhallin”maka bacalah “amin”.
Sebagaimana sabda nabi saw yang artinya: “Dari abu hurairah RA, bahwa
rasallah saw bersabda bahwa imam telah membaca “Ghairah Maghdlubi
Alaihim walladha-dhallin”, maka membaca “Amin”, sesungguh malaikat
membaca “Amin” bersama-sam dengan imam membaca “amin”. Barang
siapa membaca bersama para malaikat, nisca diampuni dosa-dosanya yang
telah lampau “. (HR. Ahmad dan Nasa‟i)
12. Hendaklah imam mengeraskan takbir intiqal.
Sebagaimana sabda nabi saw yang artinya: “Dari Said Ibnu Haris, berkata:
Abu Said bersholat menjadi imam kita, maka membaca takbir dengan
nyaring takala menangkat kepalany bangun dari sujud, ketika akan sujud,
ketika bangun, dan ketika berdiri dari dua rakaat. Selanjutnya dikatakan
demikianlah aku melihat rasallah saw. (HR. Bukhoiri dan Ahmad).
13. Jika kamu menjumpai imam telah sholat maka bertakbirlah lalu mengikuti
pegerakan imam dan jangan hitung rakaatnya, kecuali mendapatkan rukuk.
Sebagaimana sabda nabi saw yang artinya: “Dari Abu Khoirah, bahwa saw
bersabda : apabila kamu datang untuk sholat (jamaah) padahal kita sedang
sujud, maka sujudlah dan jangan kamu menghitungnya satu rakaat dan

6
barang siapa yang menjumpai rukuknya imam, berarti dia menjumpai
sholat (rakaat sempurna)”. (HR. Abu Daud, Hakim dan Ibnu Khuzaima).
14. Kemudian sempurnakanlah sholatmu setelah imam bersalam.
15. Imam menghadap makmu atau ke arah sebelah kanan.
Sebagaimana sabda nabi saw yang artinya: “Dari Samura berkata : adalah
nabi saw, apabila telah mengerjakan sholat, beliau menghadapkan
mukanya kepada kita. (HR. Bukhoirah).5

E. Jumlah Orang dalam Shalat Jama’ah


Berjama‟ah dapat sah dengan melakukan shalat seorang diri bersama
imam, meskipun salah seorang diantara keduanya itu anak kecil atau wanita.
Namun menurut golongan maliki, belum tercapai berjama‟ah jika hanya terdiri
dari seorang imam dan anak kecil. 6
Jumlah orang dalam jamaah menurut 4 madzhab adalah sebagai berikut:
1. Menurut Syafi‟iyah dan Hanafiyah
Menurut madzhab ini jumlah jamaahnya adalah paling sedikitnya dua
orang, yang mana dua orang ini satu sebagai imam dan yang satunya
sebagai makmum.
2. Menurut Malikiyah dan Hanabilah
Menurut madzhab ini tidak sah hukumnya, apabila yang menjadi makmum
adalah anak kecil, walaupun mumayyiz, tapi menurut Hanabilah anak
kecil yang bukan mumayyiz maka boleh hukumnya dalam shalat sunnah,
tapi tidak sah dalam sholat fardhu, karena Hanabilah memakai dalil:
“Karena nabi pernah menjadi imam ibnu abbas yang masih kecil ketika
sholat tahajjud.” 7

F. Hukum Wanita yang Ikut Keluar Shalat Berjam’ah di Masjid


Hadirnya perempuan di masjid hukumnya boleh bagi yang sudah tua renta dan
makruh bagi wanita muda karena khawatir akan terjadi fitnah, dan yang lebih
utama bagi perempuan secara mutlak adalah sholat di rumahnya. 8

5
http://riskasuriyanti.blogspot.com/2015/10/makalah-tentang-shalat-berjamaah.html
6
Abdul Qadir Ar-Rahbawi,As-Shalat ‘alal Madahibil Arba’ah(Kairo-Beirut:Darus Salam,1983), 321.
7
Wahbah Az-Zuhaili, Al-fiqh Al Islami Wa adillatuhu ( Suriah, Dar Al-Fikr 1984),151.

7
inilah pendapat para ulama empat madzhab:
Hadirnya perempuan di Keterangan
masjid
Makruh mutlaq, bagi perempuan yang muda dan
Hanafiyyah diperbolehkan bagi perempuan yang tua renta tapi
hanya dalam waktu sholat tertentu (magrib, isya dan
subuh).
Makruh bagi perempuan muda yang cantik
Hanabilah dan (menarik) tapi bila sebaliknya (tidak menarik) maka
syafi’iyyah boleh, tetapi harus seizin suaminya dan tanpa
memakai parfum.
Boleh bagi perempuan tua atau muda (yang tidak
Malikiyyah menarik) berjam‟ah di masjid tapi bila sebaliknya
tidak boleh secara mutlaq.

Penjelasan:
1. Hanafi: memakruhkan wanita yang pergi berjama‟ah ke masjid, karena
bisa menimbulkan fitnah. Dan diperbolehkannya hanya pada waktu
maghrib, isya‟, dan subuh. Abu Hanifah pernah berkata: “Karna pada
waktu itu orang-orang fashik sedang tidur dan sibuk makan-makan pada
saat magrib.”
2. Hanabilah dan syafiiyyah: makruh juga hukumnya wanita pergi shalat
berjama‟ah, kecuali boleh bagi wanita yang sudah tua renta, karena tidak
menimbulkan syahwat atau fitnah bagi kaum laki-laki.
3. Malikiyyah: membolehkan semua wanita baik muda atau tua renta
menghadiri shalat jama‟ah di masjid baik shalat fardhu atau selainnya.
Seperti shalat jenazah kerabatnya, shalat istisqo‟ dan shalat gerhana.

8
Wahbah Az-Zuhaili, Al-fiqh Al Islami Wa adillatuhu ( Suriah, Dar Al-Fikr 1984), hal.153.

8
G. Hikmah Sholat Berjamaah
Beberapa hikmah dalam melaksanakan shalat berjamaah:

1. Allah telah mensyariatkan pertemuan bagi umat ini pada waktu-waktu


tertentu.
Ada yang dilaksanakan secara berulang kali dalam sehari semalam, yaitu
shalat lima waktu dengan berjamaah di masjid. Ada juga pertemuan yang
dilaksanakan sekali dalam sepekan, yaitu shalat Jum'at. Ada juga yang
dilangsungkan setelah pelaksanaan ibadah yang agung, dan terulang dua
kali setiap tahunnya. Yaitu Iedul Fitri sesudah pelaksanaan ibadah puasa
Ramadlan dan Iedul Adha sesudah pelaksanaan ibadah Haji. Dan ada juga
yang dilaksakan setahun sekali yang dihadiri umat Islam dari seluruh
penjuru negeri, yaitu wukuf di Arafah. Semua ini untuk menjalin
hubungan persaudaraan dan kasih sayang sesama umat Islam, juga dalam
rangka membersihkan hati sekaligus dakwah ke jalan Allah, baik dalam
bentuk ucapan maupun perbuatan.
2. Sebagai bentuk ibadah kepada Allah melalui pertemuan ini dalam rangka
memperoleh pahala dari-Nya dan takut akan adzab-Nya.
3. Menanamkan rasa saling mencintai. Melalui pelaksanaan shalat
berjamaah, akan saling mengetahui keadaan sesamanya.
Jika ada yang sakit dijenguk, ada yang meninggal di antarkan jenazahnya,
dan jika ada yang kesusahan cepat dibantu. Karena seringnya bertemu,
maka akan tumbuh dalam diri umat Islam rasa cinta dan kasih sayang.
4. Ta'aruf (saling mengenal).
Jika orang-orang mengerjakan shalat secara berjamaah akan terwujud
ta'aruf. Darinya akan diketahui beberapa kerabat sehingga akan
tersambung kembali tali silaturahim yang hampr putus dan terkuatkan
kembali yang sebelumnya telah renggang. Dari situ juga akan diketahui
orang musafir dan ibnu sabil sehingga orang lain akan bisa memberikan
haknya.
5. Memperlihatkan salah satu syi'ar Islam terbesar.
Jika seluruh umat Islam shalat di rumah mereka masing-masing, maka
tidak mungkin diketahui adanya ibadah shalat di sana.

9
6. Memperlihatkan kemuliaan kaum muslimin.
Yaitu jika mereka masuk ke masjid-masjid dan keluar secara bersamaan,
maka orang kafir dan munafik akan menjadi ciut nyalinya.
7. Memberi tahu orang yang bodoh terhadap syariat agamanya.
Melalui shalat berjamaah, seorang muslim akan mengetahui beberapa
persoalan dan hukum shalat yang sebelumnya tidak diketahuinya. Dia bisa
mendengarkan bacaan yang bisa dia petik manfaat sekaligus dijadikan
pelajaran. Dia juga bisa mendengarkan beberapa bacaan dzikir shalat
sehinga lebih mudah menghafalnya. Dari sini, orang yang belum
mengetahui tentang syariat shalat, khususnya, bisa mengetahuinya.
8. Memberikan motifasi bagi orang yang belum bisa rutin menjalankan shalat
berjamaah, sekaligus mengarahkan dan membimbingnya seraya saling
mengingatkan untuk membela kebenaran dan senantiasa bersabar dalam
menjalankannya.
9. Membiasakan umat Islam untuk senantiasa bersatu dan tidak berpecah
belah. Dalam berjamaah terdapat kekuasaan kecil, karena terdapat imam
yang diikuti dan ditaati secara tepat.
Hal ini akan membentuk pandangan berIslam secara benar dan tepat
tentang pentingnya kepemimpinan (imamah atau khilafah) dalam Islam.
10. Membiasakan seseorang untuk bisa menahan diri dari menuruti kemauan
egonya.
Ketika dia mengikuti imam secara tepat, tidak bertakbir sebelum imam
bertakbir, tidak mendahului gerakan imam dan tidak pula terlambat jauh
darinya serta tidak melakukan gerakan bebarengan dengannya, maka dia
akan terbiasa mengendalikan dirinya.
11. Membangkitkan perasaan orang muslim dalam barisan jihad.
Sebagaimana yang Allah firmankan,

Artinya: "Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di


jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu
bangunan yang tersusun kokoh." (QS. Ash Shaff: 4)

10
12. Orang yang mengerjakan shalat lima waktu dengan berjamaah dan
membiasakan diri untuk berbaris rapi, lurus dan rapat, akan menumbuhkan
dalam dirinya kesetiaan terhadap komandan dalam barisan jihad sehingga
dia tidak mendahului dan tidak menunda perintah-peritnahnya.
13. Menumbuhkan perasaan sama dan sederajat dan menghilang status sosial
yang terkadang menjadi sekat pembatas di antara mereka.
Di sana, tidak ada pengistimewaan tempat bagi orang kaya, pemimpin, dan
penguasa. Orang yang miskin bisa berdampingan dengan yang kaya,
rakyat jelata bisa berbaur dengan penguasa, dan orang kecil bisa duduk
berdampingan dengan orang besar. Karena itulah Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam memerintahkan untuk menyamakan shaff (barisan) shalat.
Beliau bersabda, "janganlah kalian berselisih yang akan menyebabkan
perselisihan hati-hati kalian." (HR. Muslim)
14. Dapat terlihat orang fakir miskin yang serba kekurangan, orang sakit, dan
orang-orang yang suka meremehkan shalat.
Jika terlihat orang memakai pakaian lusuh dan tampak tanda kelaparan dan
kesusahan, maka jamaah yang lain akan mengasihi dan membantunya. Jika
ada yang tidak terlihat di masjid, akan segera diketahui keadaannya,
apakah sakit atau meremehkan kewajiban shalat berjamaah. Orang yang
sakit akan dijenguk dan diringankan rasa sakit dan kesusahannya,
sedangkan orang yang meremehkan shalat akan cepat mendapat nasihat
sehingga akan tercipta suasana saling tolong menolong dalam kebaikan
dan takwa.
15. Akan menggugah keinginan untuk mengikuti sunnah Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam dan para shabatnya.
Melalui shalat berjamaah, umat Islam bisa membayangkan apa yang
pernah dijalani oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersama para
shabatnya. Sang imam seolah menempati tempat Rasulullah yang para
jamaah seolah menempati posisi sahabat.
16. Berjamaah menjadi sarana turunnya rahmat dan keberkahan dari Allah
Subhanahu wa Ta'ala.

11
17. Akan menumbuhkan semangat dalam diri seseorang untuk meningkatkan
amal shalihnya dikarenakan ia melihat semangat ibadah dan amal shalih
saudaranya yang hadir berjamaah bersamanya.
18. Akan mendapatkan pahala dan kebaikan yang berlipat ganda, sebagaimana
yang disabdakan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, "shalat berjamaah itu
lebih utama 27 derajat daripada shalat sendirian." (HR. Muslim)
19. Menjadi sarana untuk berdakwah, baik dengan lisan maupun perbuatan.
Berkumpulnya kaum muslimin pada waktu-waktu tertentu akan mendidik
mereka untuk senantiasa mengatur dan menjaga waktu.9

9
Al-islam Kemuhammadiaan Universitas Muhammadiyah Palembang

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
 Shalat jamaah ialah shalat yang dikerjakan secara bersamaan sedikitnya
terdiri dari dua orang yang mempunyai ikatan yaitu seorang dari mereka
menjadi imam dan yang lain menjadi makmum dengan syarat-syarat yang
ditentukan dimana makmum wajib mengikuti imam dari mulai takbiratul
ihram sampai salam.
 Hukum sholat jamaah menurut empat madzhab adalah sebagai berikut:
1. Menurut Hanafiah dan Malikiyah
Hukumnya sunnah Muakkad bagi laki-laki yang dewasa Sedangkan
bagi wanita dan anak-anak, orang gila, hamba sahaya, orang sakit,
orang tua Renta atau kaki tangannya cacat maka hukumnya tidak
wajib.
2. Menurut Syafi‟iyah
Hukumnya fardhu kifayah untuk laki-laki dewasa yang sedang
menetap dirumah, dan tidak berhalangan dalam melaksanakan
kewajibannya, sedangkan bagi wanita tidak ada keterangan mengenai
kesunnahannya (lebih utama di rumah).
3. Menurut Hanabilah sholat jamaah hukumnya fardu „ain.
 Jumlah orang dalam jamaah menurut 4 madzhab adalah sebagai berikut:
1. Menurut Syafi‟iyah dan Hanafiyah: jumlah jamaahnya paling sedikit
adalah dua orang yang terdiri dari 1 imam dan yang 1 makmum.
2. Menurut Malikiyah dan Hanabilah: Anak kecil yang mumayyiz
(remaja), tidak sah tapi menurut Hanabilah anak kecil (tidak tamyis)
boleh hukumnya dalam sholat sunnah tapi jika sholat fardhu tidak sah.
 Sedangkan menurut 4 madzhab diatas dapat ditarik kesimpulan hadirnya
perempuan di masjid hukumnya boleh-boleh saja selagi wanita tersebut
tidak menimbulkan fitnah terhadap laki-laki dan yang lebih utama bagi
perempuan secara mutlak adalah sholat di rumahnya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman Al-Jazairi, Al fiqh „ala Madzahibil Arba‟ah, (Bairut Libanon: Dar


Ibn „Ashaashah, 2010) hal: 187.
H.Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam, (Lampung: PT. Sinar Baru Algensindo, 1986)
hal:106.
www.merdeka.com/jateng/kautamaan-shalat-berjamaah-ketahui-hukum-
pelaksanaannya-kln.html
Menurut Hanafiah: tidak makruh apabila berdiri sejajar (sama) dengan imam.
http://riskasuriyanti.blogspot.com/2015/10/makalah-tentang-shalat-
berjamaah.html
Abdul Qadir Ar-Rahbawi,As-Shalat „alal Madahibil Arba‟ah(Kairo-Beirut:Darus
Salam,1983), 321.
Wahbah Az-Zuhaili, Al-fiqh Al Islami Wa adillatuhu ( Suriah, Dar Al-Fikr
1984),151.
Wahbah Az-Zuhaili, Al-fiqh Al Islami Wa adillatuhu ( Suriah, Dar Al-Fikr 1984),
hal.153.
Al-islam Kemuhammadiaan Universitas Muhammadiyah Palembang

14

Anda mungkin juga menyukai