SHALAT BERJAMAAH
KELOMPOK 5
KELAS TA’ALLUM A4
0
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta hidayah kepada kita semua, shalawat dan salam selalu tercurahkan
kepada rasulullah SAW. Yang telah berkenan memberi petunjuk dan kekuatan
kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul: “SHALAT
BERJAMAAH”.
Penulis
i
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan ................................................................................................ 13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam agama Islam, shalat merupakan salah satu ibadah wajib yang harus
dikerjakan sehari-hari bagi umat muslim. Baik itu shalat subuh yang dimulai di
pagi hari, dhuhur di siang hari, ashar, magrib, dan isya di malam hari. Kelima
amalan sholat ini mempunyai hukum fardhu atau wajib, sehingga tidak boleh
ditinggalkan tanpa alasan.
Dalam hal ini, terdapat berbagai keutamaan shalat berjamaah yang perlu
diketahui. Dikatakan, shalat berjamaah menjadi amalan yang dapat meningkatkan
peluang diterimanya ibadah shalat dibandingkan shalat yang dilakukan secara
sendiri. Bukan hanya itu, keutamaan shalat berjamaah juga dapat memberikan
banyak pahala serta ampunan dari Allah atas segala dosa.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Yang Dimaksud Dengan Shalat Berjamaah?
2. Bagaimana Hukum Pelaksanaan Shalat Berjamaah?
3. Bagaimana Posisi Imam dan Makmum ketika Shalat Berjama‟ah?
4. Bagaimana Cara Gerakan Shalat Berjamaah dan Masbuk (tertinggal)?
5. Berapa Jumlah Orang dalam Shalat Jama‟ah?
6. Bagaiamana Hukum Wanita Yang Ikut Keluar Shalat Berjam‟ah Di
Masjid?
7. Apa Saja Hikmah Dari Shalat Berjamaah?
1
BAB II
PEMBAHASAN
1
Abdurrahman Al-Jazairi, Al fiqh ‘ala Madzahibil Arba’ah, (Bairut Libanon: Dar Ibn ‘Ashaashah,
2010) hal: 187.
2
H.Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam, (Lampung: PT. Sinar Baru Algensindo, 1986) hal:106.
2
B. Hukum Pelaksanaan Shalat Berjamaah
3
www.merdeka.com/jateng/kautamaan-shalat-berjamaah-ketahui-hukum-pelaksanaannya-
kln.html
3
C. Posisi Imam dan Makmum ketika Shalat Berjama’ah
1. Apabila seorang laki-laki atau anak kecil yang telah mumayyiz berada
bersama imam, Maka orang itu disunnahkan berdiri disamping kanan
imam dan agak kebelakang sedikit dari imam. Dan makruh hukumnya
bila ia sejajar dengan imam dan juga berdiri disamping kiri atau di
belakang imam.
2. Bila makmumnya dua orang laki-laki dan ada anak kecilnya, Maka
makmum berdiri debelakang imam atau disamping kiri imam.
3. Bila makmum terdiri dari seorang laki-laki dan seorang perempuan,
Maka laki-laki itu berdiri disamping kanan imam dan perempuan
berdiri dibelakang laki-laki tersebut. Dalam hal ini laki-laki dan anak-
anak sama nilainya.4
4
Menurut Hanafiah: tidak makruh apabila berdiri sejajar (sama) dengan imam.
4
3. Orang buta boleh menjadi imam.
Sebagaimana sabda Nabi saw yang artinya: “dari Anas bahwa Nabi SAW
menguasakan kepad Ibnu Maktum atas madinah dua kali mengimani
mereka, padahal dia buta”. (HR. Ahmad dan Abu Daud)
4. Jika makmum hanya seorang, berdirilah disebelah kanan imam.
Sebagaimana sabda Nabi SAW yang artinya: “dari Jabir bin Abdullah
yang berkata, bahwa pada suatu ketika nabi saw shalat magrib, maka
sayang datang lalu berdiri di sebelah kirinya, maka beliau mencegah
akudan menjadikan aku disebelah kanannya. Kemudian datang temanku,
maka kami berbaris dibelakangnya”. (HR. Abu Daud).
5. Hendaklah meluruskan dan merapatkan barisan.
Sebagaimana sabda Rasulullaah saw yang artinya: “dari Anas bahwa nabi
SAW ersabda: ratakanlah shafmu, karena merapatkan shaft itu termasuk
sebagian dari kesempurnaan shalat”. (HR. Bukhori muslim).
6. Isilah shaf (barisan) yang kosong.
Sebagaimana sabda Rasulullaah saw yang artinya: “dari annas, bahwa
rasullah saw brsabda : penuhilah dulu saf yang pertama kemudian saf
berikutnya.hendaklah saf yang tidak penuh itu saf yang di
belangkang”(hr.ahmad,abu daut,nasai,dan ibnu maja ).
7. Saf wanita,letaknya dibelakang saf pria,
Sebagai mana sabda nabi saw yang artinya: “dari ibnu abas yang berkata :
saya sholat disamping nabi saw sedangkan aisa bersama kami dia sholat
dibelakang dan aku disisi nabi” .(hr.ahmad dan nasa‟i).
8. Kemudian,apabilah imam betakbir,maka betakbirlah jangan mendahului,
atau kita harus mengikuti imam.
Sebagai mana sabda nabi saw yang artinya: “dari abu hurairah,bahwa
rasullah saw sumgguh bahwa imam itu diangkat untuk diikuti.oleh
karenanya apabila dia betakbir, maka takbirlah kamu dan jangan lah kamu
betakbir hingga ia bertakbir.dan apabila dia dia telah ruku‟,maka rukuklah
kamu dan jangan kau ruku hingga ia ruku “dan apabila dia bersujut maka
sujutlah kamu ,dan jangan kau bersujut hingga dia bersujut”.(hr.ahmad dan
abu daut)
5
9. Baca imam jangan panjang panjang.
Sebagai mana sabda nabi saw yang artinya: “jika salah seorang diantara
mu sholat dengan orang banyak,maka hendalah diringgankannya,karena
diantara mereka ,ada yang lemah,sakit atau tua . adaun jika ia sholat
sendirian bolehlah dipanjangkannya sekendak hatinya”.(hr.jamaah).
10. Hendalah memperhatikan baca imam.
Makmum hendalah memperhatikan bacaan dan gerakkn imam .
seandainya imam salah atau lupa tentang bacaan dan gerakkan di saat
sholat,makmum dapat meneggur dengan bertasbih dengan laki laki dan
bertepuk tanggan bgi perempuan.
Sebaimana sabda nabi saw yang artinya: “barang siapa yang
tergangangung oleh sesuatu dala sholatnya,hendaklah ia mengucapkan
“subhanaullah”.bertepuktanggan untuk kaum wanita,sedangkan tasbih
untuk kaum lelaki”.(hr.ahmad,abu daut dan nasa‟i).
11. Jika imam telah membaca “walladha-dhallin”maka bacalah “amin”.
Sebagaimana sabda nabi saw yang artinya: “Dari abu hurairah RA, bahwa
rasallah saw bersabda bahwa imam telah membaca “Ghairah Maghdlubi
Alaihim walladha-dhallin”, maka membaca “Amin”, sesungguh malaikat
membaca “Amin” bersama-sam dengan imam membaca “amin”. Barang
siapa membaca bersama para malaikat, nisca diampuni dosa-dosanya yang
telah lampau “. (HR. Ahmad dan Nasa‟i)
12. Hendaklah imam mengeraskan takbir intiqal.
Sebagaimana sabda nabi saw yang artinya: “Dari Said Ibnu Haris, berkata:
Abu Said bersholat menjadi imam kita, maka membaca takbir dengan
nyaring takala menangkat kepalany bangun dari sujud, ketika akan sujud,
ketika bangun, dan ketika berdiri dari dua rakaat. Selanjutnya dikatakan
demikianlah aku melihat rasallah saw. (HR. Bukhoiri dan Ahmad).
13. Jika kamu menjumpai imam telah sholat maka bertakbirlah lalu mengikuti
pegerakan imam dan jangan hitung rakaatnya, kecuali mendapatkan rukuk.
Sebagaimana sabda nabi saw yang artinya: “Dari Abu Khoirah, bahwa saw
bersabda : apabila kamu datang untuk sholat (jamaah) padahal kita sedang
sujud, maka sujudlah dan jangan kamu menghitungnya satu rakaat dan
6
barang siapa yang menjumpai rukuknya imam, berarti dia menjumpai
sholat (rakaat sempurna)”. (HR. Abu Daud, Hakim dan Ibnu Khuzaima).
14. Kemudian sempurnakanlah sholatmu setelah imam bersalam.
15. Imam menghadap makmu atau ke arah sebelah kanan.
Sebagaimana sabda nabi saw yang artinya: “Dari Samura berkata : adalah
nabi saw, apabila telah mengerjakan sholat, beliau menghadapkan
mukanya kepada kita. (HR. Bukhoirah).5
5
http://riskasuriyanti.blogspot.com/2015/10/makalah-tentang-shalat-berjamaah.html
6
Abdul Qadir Ar-Rahbawi,As-Shalat ‘alal Madahibil Arba’ah(Kairo-Beirut:Darus Salam,1983), 321.
7
Wahbah Az-Zuhaili, Al-fiqh Al Islami Wa adillatuhu ( Suriah, Dar Al-Fikr 1984),151.
7
inilah pendapat para ulama empat madzhab:
Hadirnya perempuan di Keterangan
masjid
Makruh mutlaq, bagi perempuan yang muda dan
Hanafiyyah diperbolehkan bagi perempuan yang tua renta tapi
hanya dalam waktu sholat tertentu (magrib, isya dan
subuh).
Makruh bagi perempuan muda yang cantik
Hanabilah dan (menarik) tapi bila sebaliknya (tidak menarik) maka
syafi’iyyah boleh, tetapi harus seizin suaminya dan tanpa
memakai parfum.
Boleh bagi perempuan tua atau muda (yang tidak
Malikiyyah menarik) berjam‟ah di masjid tapi bila sebaliknya
tidak boleh secara mutlaq.
Penjelasan:
1. Hanafi: memakruhkan wanita yang pergi berjama‟ah ke masjid, karena
bisa menimbulkan fitnah. Dan diperbolehkannya hanya pada waktu
maghrib, isya‟, dan subuh. Abu Hanifah pernah berkata: “Karna pada
waktu itu orang-orang fashik sedang tidur dan sibuk makan-makan pada
saat magrib.”
2. Hanabilah dan syafiiyyah: makruh juga hukumnya wanita pergi shalat
berjama‟ah, kecuali boleh bagi wanita yang sudah tua renta, karena tidak
menimbulkan syahwat atau fitnah bagi kaum laki-laki.
3. Malikiyyah: membolehkan semua wanita baik muda atau tua renta
menghadiri shalat jama‟ah di masjid baik shalat fardhu atau selainnya.
Seperti shalat jenazah kerabatnya, shalat istisqo‟ dan shalat gerhana.
8
Wahbah Az-Zuhaili, Al-fiqh Al Islami Wa adillatuhu ( Suriah, Dar Al-Fikr 1984), hal.153.
8
G. Hikmah Sholat Berjamaah
Beberapa hikmah dalam melaksanakan shalat berjamaah:
9
6. Memperlihatkan kemuliaan kaum muslimin.
Yaitu jika mereka masuk ke masjid-masjid dan keluar secara bersamaan,
maka orang kafir dan munafik akan menjadi ciut nyalinya.
7. Memberi tahu orang yang bodoh terhadap syariat agamanya.
Melalui shalat berjamaah, seorang muslim akan mengetahui beberapa
persoalan dan hukum shalat yang sebelumnya tidak diketahuinya. Dia bisa
mendengarkan bacaan yang bisa dia petik manfaat sekaligus dijadikan
pelajaran. Dia juga bisa mendengarkan beberapa bacaan dzikir shalat
sehinga lebih mudah menghafalnya. Dari sini, orang yang belum
mengetahui tentang syariat shalat, khususnya, bisa mengetahuinya.
8. Memberikan motifasi bagi orang yang belum bisa rutin menjalankan shalat
berjamaah, sekaligus mengarahkan dan membimbingnya seraya saling
mengingatkan untuk membela kebenaran dan senantiasa bersabar dalam
menjalankannya.
9. Membiasakan umat Islam untuk senantiasa bersatu dan tidak berpecah
belah. Dalam berjamaah terdapat kekuasaan kecil, karena terdapat imam
yang diikuti dan ditaati secara tepat.
Hal ini akan membentuk pandangan berIslam secara benar dan tepat
tentang pentingnya kepemimpinan (imamah atau khilafah) dalam Islam.
10. Membiasakan seseorang untuk bisa menahan diri dari menuruti kemauan
egonya.
Ketika dia mengikuti imam secara tepat, tidak bertakbir sebelum imam
bertakbir, tidak mendahului gerakan imam dan tidak pula terlambat jauh
darinya serta tidak melakukan gerakan bebarengan dengannya, maka dia
akan terbiasa mengendalikan dirinya.
11. Membangkitkan perasaan orang muslim dalam barisan jihad.
Sebagaimana yang Allah firmankan,
10
12. Orang yang mengerjakan shalat lima waktu dengan berjamaah dan
membiasakan diri untuk berbaris rapi, lurus dan rapat, akan menumbuhkan
dalam dirinya kesetiaan terhadap komandan dalam barisan jihad sehingga
dia tidak mendahului dan tidak menunda perintah-peritnahnya.
13. Menumbuhkan perasaan sama dan sederajat dan menghilang status sosial
yang terkadang menjadi sekat pembatas di antara mereka.
Di sana, tidak ada pengistimewaan tempat bagi orang kaya, pemimpin, dan
penguasa. Orang yang miskin bisa berdampingan dengan yang kaya,
rakyat jelata bisa berbaur dengan penguasa, dan orang kecil bisa duduk
berdampingan dengan orang besar. Karena itulah Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam memerintahkan untuk menyamakan shaff (barisan) shalat.
Beliau bersabda, "janganlah kalian berselisih yang akan menyebabkan
perselisihan hati-hati kalian." (HR. Muslim)
14. Dapat terlihat orang fakir miskin yang serba kekurangan, orang sakit, dan
orang-orang yang suka meremehkan shalat.
Jika terlihat orang memakai pakaian lusuh dan tampak tanda kelaparan dan
kesusahan, maka jamaah yang lain akan mengasihi dan membantunya. Jika
ada yang tidak terlihat di masjid, akan segera diketahui keadaannya,
apakah sakit atau meremehkan kewajiban shalat berjamaah. Orang yang
sakit akan dijenguk dan diringankan rasa sakit dan kesusahannya,
sedangkan orang yang meremehkan shalat akan cepat mendapat nasihat
sehingga akan tercipta suasana saling tolong menolong dalam kebaikan
dan takwa.
15. Akan menggugah keinginan untuk mengikuti sunnah Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam dan para shabatnya.
Melalui shalat berjamaah, umat Islam bisa membayangkan apa yang
pernah dijalani oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersama para
shabatnya. Sang imam seolah menempati tempat Rasulullah yang para
jamaah seolah menempati posisi sahabat.
16. Berjamaah menjadi sarana turunnya rahmat dan keberkahan dari Allah
Subhanahu wa Ta'ala.
11
17. Akan menumbuhkan semangat dalam diri seseorang untuk meningkatkan
amal shalihnya dikarenakan ia melihat semangat ibadah dan amal shalih
saudaranya yang hadir berjamaah bersamanya.
18. Akan mendapatkan pahala dan kebaikan yang berlipat ganda, sebagaimana
yang disabdakan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, "shalat berjamaah itu
lebih utama 27 derajat daripada shalat sendirian." (HR. Muslim)
19. Menjadi sarana untuk berdakwah, baik dengan lisan maupun perbuatan.
Berkumpulnya kaum muslimin pada waktu-waktu tertentu akan mendidik
mereka untuk senantiasa mengatur dan menjaga waktu.9
9
Al-islam Kemuhammadiaan Universitas Muhammadiyah Palembang
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Shalat jamaah ialah shalat yang dikerjakan secara bersamaan sedikitnya
terdiri dari dua orang yang mempunyai ikatan yaitu seorang dari mereka
menjadi imam dan yang lain menjadi makmum dengan syarat-syarat yang
ditentukan dimana makmum wajib mengikuti imam dari mulai takbiratul
ihram sampai salam.
Hukum sholat jamaah menurut empat madzhab adalah sebagai berikut:
1. Menurut Hanafiah dan Malikiyah
Hukumnya sunnah Muakkad bagi laki-laki yang dewasa Sedangkan
bagi wanita dan anak-anak, orang gila, hamba sahaya, orang sakit,
orang tua Renta atau kaki tangannya cacat maka hukumnya tidak
wajib.
2. Menurut Syafi‟iyah
Hukumnya fardhu kifayah untuk laki-laki dewasa yang sedang
menetap dirumah, dan tidak berhalangan dalam melaksanakan
kewajibannya, sedangkan bagi wanita tidak ada keterangan mengenai
kesunnahannya (lebih utama di rumah).
3. Menurut Hanabilah sholat jamaah hukumnya fardu „ain.
Jumlah orang dalam jamaah menurut 4 madzhab adalah sebagai berikut:
1. Menurut Syafi‟iyah dan Hanafiyah: jumlah jamaahnya paling sedikit
adalah dua orang yang terdiri dari 1 imam dan yang 1 makmum.
2. Menurut Malikiyah dan Hanabilah: Anak kecil yang mumayyiz
(remaja), tidak sah tapi menurut Hanabilah anak kecil (tidak tamyis)
boleh hukumnya dalam sholat sunnah tapi jika sholat fardhu tidak sah.
Sedangkan menurut 4 madzhab diatas dapat ditarik kesimpulan hadirnya
perempuan di masjid hukumnya boleh-boleh saja selagi wanita tersebut
tidak menimbulkan fitnah terhadap laki-laki dan yang lebih utama bagi
perempuan secara mutlak adalah sholat di rumahnya.
13
DAFTAR PUSTAKA
14