Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

SHOLAT BERJAMAAH DAN MASBUQ

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Fiqih Ibadah

Disusun oleh :

1. Bella Erlita (2201010017)


2. Dalih Prayogi (2201011021)

Dosen Pengampu :

Muhammad Ali, Mpd.I

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO

1
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL

KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................

a. Latar Belakang.........................................................................................................4
b. Rumusan Masalah....................................................................................................4
c. Tujuan......................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................

a. Pengertian Shalat Jama’ah.......................................................................................6


b. Hukum Shalat Jama’ah............................................................................................7
c. Hadist-Hadist Tentang Shalat Berjamaah................................................................7
d. Syarat-Syarat Shalat Berjamaah.............................................................................8
e. Shalat-Shalat Yang Boleh Berjamaah.....................................................................8
f. Cara Melaksanakan Shalat Berjamaah....................................................................9
g. Kedudukan Sebagai Imam.......................................................................................10
h. Makmum Masbuq....................................................................................................11
i. Manfaat Shalat Berjamaah.......................................................................................12
j. Berbagai Kesalahan Dalam Melaksanakan Shalat Jamaah.....................................13

BAB III PENUTUP...........................................................................................................

a. Kesimpulan..............................................................................................................14
b. Keritik Dan Saran....................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini

Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya
kepada dosen kami yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas ini.

Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang penulis miliki. Untuk itu, kritik
dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan
makalah ini.

Semoga makalah yang telah kami susun dapat bermanfaat bagi pembaca.

Metro, 10 September 2022

Penulis

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Shalat berjamaah merupakan bentuk ketaqwaan kepada Allah Swt. Sehinggga umat tidak
tergolong sebagai orang yang menuhankan teknologi Shalat berjamaah merupakan kewajiban
bagi tiap-tiap mukmin laki-laki, tidak ada keringanan untuk meninggalkannya terkecuali ada
udzur (yang dibenarkan dalam agama).
HR. Muslim dan Muttafaq ‘alaih adalah dua dari sekian banyak sabda Rasulallah SAW. yang
menegaskan bahwa sholat itu amatlah penting terutama sholat berjamaah. Tetapi dewasa ini
umat islam tidak terlalu memperdulikan panggilan adzan yang terdengar di telinganya.
Banyak alasan yang di dapat dari hal tersebut. Salah satunya adalah kurangnya pengetahuan
umat Islam akan dalil-dalil sholat berjamaah.
Maka dari itu penulis membuat makalah yang berjudul “SHOLAT BERJAMAAH” yang
insya Allah akan membantu pengetahuan akan pentingnya sholat berjamaah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud sholat berjamaah?
2. Apa hukum dan dalil dari shalat berjamaah ?
3. Apa syarat dari Shalat Jamaah ?
4. Bagaimana cara melaksanakan shalat jamaah ?
5. Apa kedudukan imam ?
6. Apa manfaat dan kesalahan yang ada di shalat jamaah ?

4
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian sholat berjamaah.
2. Untuk mengetahui hukum dan dalil shalat jamaah
3. Untuk mengetahui syarat dari shalat jamaah
4. Untuk mengetahui cara melaksanakan shalat jamaah
5. Untuk mengetahui kedudukan imam
6. Untuk mengetahui hikmah dan manfaat sholat berjamaah

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Shalat Jamaah


Kata shalat berakar dari Bahasa Arab yaitu ‫صالة‬-‫يصلي‬-‫ صلي‬yang artinya adalah doa.
Sedangkan menurut bahasa terdapat dua pengertian, yaitu “berdoa” dan “bersholawat.” Shalat
menurut bahasa adalah doa,sebagaimana firman Allah Swt dalam surah At -Taubah ayat 103
yang berbunyi:
ُّٰ ‫ص ٰلوتَكَ َس َك ٌن لَّهُ ْْۗم َو ه‬
‫الل َس ِّم ْي ٌع َعلِّ ْي ٌم‬ َ ‫ص ِّل َعلَ ْيهِّ ْْۗم اِّ َّن‬
َ ‫ َو‬١٠٣ – …
Dan doa-kanlah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketentraman jiwa bagi
mereka. Dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui (QS. At-Taubah:103).
Sedangkan menurut istilah shalat merupakan suatu ibadah yang mengandung perkataan dan
perbuatan tertentu yang dimulai dengan takbir disudahi dengan salam. Jemaah menurut
bahasa diambil dari kata jama’ artinya mengumpulkan sesuatu dengan mendekatkan sebagian
dengan sebagian lainnya. Jemaah adalah sekelompok orang banyak dan dikatakan juga
sekelompok manusia yang berkumpul berdasarkan suatu tujuan. Al-jama’ah menurut istilah
fuqaha merupakan bilangan manusia yang berjumlah banyak. Al-Kasani berkata “Al-Jama‟ah
terambil dari kata “alijtima”. Jumlah terkecil sebuah jemaah adalah terdiri dari dua orang,
yaitu antara imam dan makmum. Secara umum shalat berjamaah artinya shalat yang
dilakukan kaum muslimin secara bersama-sama yang sedikit-dikitnya dari dua orang, yaitu
satu orang sebagai imam dan satu orang lagi sebagai makmun. Ketika melaksanakan shalat
berjamaah maka posisi imam di depan dan makmum berada di belakang, seorang makmum
juga harus mengikuti gerakan imam dan tidak boleh mendahuluinya. Sebagaimana sabda
Nabi yang artinya: Telah menceritakan kepada kami Musaddad berkata, telah menceritakan
kepada kami Yazid bin Zurai' berkata, telah menceritakan kepada kami Khalid Al-Hadzdza'
dari Abu Qilabah dari Malik bin Al-Huwairits dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau
bersabda: "Jika telah datang waktu shalat maka adzan dan iqamatlah, kemudian hendaklah
yang mengimami shalat adalah yang paling tua di antara kalian berdua (HR. Bukhari)

6
B. Hukum Shalat Berjamaah
Para Ulama ada yang menyatakan bahwa shalat berjamaah hukumnya fardhu kifayah.
Artinya, kewajiban yang cukup dilaksanakan oleh sebagian umur saja. Jika ada sebagian
umat yang melaksanakannya maka yang lainnya tidak berdosa. Hukum fardu kifayah bagi
orang laki –laki,merdeka dan mukim disini ialah menurut Imam Annawawi. Sedangkan
menurut Imam Ar-Rafi’i hukum sholat berjamaah ialah sunnah mu’akkad meskipun bagi
orang perempuan. Sebagiannya lagi ada yang menyatakan bahwa ia fardhu ‘ain, wajib bagi
setiap individu yang tidak ‘udzur (halangan). Wanita dan lelaki yang ‘udzur menurut
pendapat ini hukumnya tidak wajib.
Namun para ulama telah sepakat bahwa shalat di Masjid merupakan ibadah yang paling
agung. Tetapi setelah itu mereka berbeda pendapat tentang status hukum shalat jamaah di
Masjid itu sendiri, apakah fardhu ‘ain (wajib bagi masing-masing individu), atau fardhu
kifayah, atau sunah muakad, sebagai berikut :
1. Fardhu ‘ain. Ketatapan ini berasal dari Imam Ahmad dan lainnya dari para Imam salaf
dan fuqaha’ khalaf
2. Fardhu kifayah. Inilah yang rajih dalam madzhab syafi’i juga pendapat sebagian
sahabat Malik dan pendapat dalam madzhab Ahmad.
3. Sunah muakad. Dan itulah yang populer dari sahabat-sahabat Abu Hanifah dan
mayoritas sahabat-sahabat Imam Malik, serta banyak dari sahabat Imam Syafi’i, dan
disebutkan sati riwayat dari Imam Ahmad
4. Fardhu ‘ain dan syarat sahnya shalat. Itulah pendapat satu kelompok dari sahabat
lama Ahmad dan sekelompok ulama salaf. Dan ini pula yang menjadi pilihan Ibnu
Hazm dan lainnya.

C. Hadist-Hadist Tentang Shalat Berjamaah


Terdapat Hadis Nabi Saw. Berkaitan dengan shalat berjamaah dalam kitab Shahih Bukhari
Nomor 662:

َ َ‫لَّ َمق‬v‫صلَّى الَّ َُّل َعلَ ْي ِه َو َس‬


ُ ‫وا‬vv‫ال َأقِي ُم‬ ُ
‫ِإ‬vَ‫فُوفَ ُك ْم ف‬v‫ص‬ َ ‫الن يِب‬َّ ‫ك ع َْن‬ ٍ ِ‫َس ب ِْن َمال‬ِ ‫َح َّدث نَا َع ْمرُو بْنُ خَ الِ ٍد قَا َل َح َّدث نَا ُزه ٌَْْي ع َْن َُح ْي ٍد ع َْن َأن‬
ْ
‫احبِ ِه َوقَ َد َمهُبِقَ َد ِم ِه‬
ِ ‫ص‬َ ‫ب‬ ِ ‫ي ّن َأ َرا ُك ْم ِم ْن َو َرا ِء ظَه ِْري َو َكانَأ َح ُدنَيلُ ِزقُ َم ْن ِكبَهُبَِِ ْن ِك‬
ِ

7
Telah menceritakan kepada kami 'Amru bin Khalid berkata, telah menceritakan kepada kami
Zuhair dari Humaid dari Anas bin Malik dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau
bersabda: "Luruskanlah shaf-shaf kalian, sesungguhnya aku dapat melihat kalian dari balik
punggungku." Dan setiap orang dari kami merapatkan bahunya kepada bahu temannya, dan
kakinya pada kaki temannya" (HR. Bukhari).
Mula-mula dilakukan pencarian melalui aplikasi hadis dengan kata kunci “shalat” sehingga
ditemukan hadis pada kitab Shahih Bukhari Nomor 662, sebagaimana dikemukakan
terdahulu.

D. Syarat-Syarat Shalat Jamaah.


Untuk melaksanakan shalat berjamaah, ada beberapa syarat yang harus diketahui
diantaranya :
1. Mengetahui semua gerakan imam
2. Harus niat menjadi makmum
3. Tidak berdiri lebih depan dari imam
4. Tidak mendahului gerakan (rukun Fi’li) imam
5. Shalat makmum harus sama dengan shlat imam ( dalam hal niat waktu shalat)
6. Jarak antara imam dan makmum, atau antara makmum dengan baris makmum yang
terakhir tidak boleh lebih dari 300 hasta.
7. Tidak ada dinding yang memisahkan antara imam dan makmum. Kecuali bagi
makmum perempuan dengan syarat ada seorang atau lebih dari mereka yang dapat
melihat semua gerakan imam

E. Shalat-Shalat Yang Boleh Berjamaah


Shalat-shalat yang beleh dilakukan secara berjamaah adalah semua shalat wajib. Sedangkan
shalat-shalat sunnah hanya beberapa saja, diantaranya :
1. Shalat hari raya (Lebaran Idul Fitri dan lebaran Qurban)

2. Shalat terawih
3. Shalat witir
4. Shalat gerhana
5. Shalat istisqa

8
6. Shalat jenazah

Adapun shalat sunnah yang lainnya terdapat perbedaan dari para ulama.

F. Cara Melaksanakan Shalat Jama’ah


Agar lebih tepat dalam mempraktekkan shalat berjamaah, kita harus memperhatikan posisi
(tumit) kaki-kaki dalam mengatur shaf, bukan memposisikan posisi badan.
Berikut cara-cara berjamaah :
1. Posisi satu orang makmum
Dalam hal ini berarti shalat berjamaah dilakukan oleh dua orang. Maka makmum harus
berada disamping kanan imam dengan posisi ujung jari-jari kaki makmum bertepatan dengan
ujung tumit imam.

1. Posisi dua orang makmum

Jika datang satu orang makmum lainnya, maka berdiri disamping kiri imam, sejajar dengan
makmum sebelah kanan dan tidak ada peraturan mundur jika hanya dua makmum.

1. Posisi tiga orang makmum

Jika datang makmum ketiga, maka berdirilah tepat dibelakang imam dengan jarak
disesuaikan kebutuhan tempat untuk sujud. Kemudian kedua makmum pertama harus mundur
hingga sejajar dengan makmum ketiga, walaupun tanpa ada isyarat dari makmum ketiga.

1. Posisi lebih dari tiga makmum

Jika datang makmum berikutnya, maka diutamakan agar berdiri sebelah kanan hingga penuh,
baru kemudian memenuhi sebelah kiri.

1. Niat menjadi makmum

Lafazh niat untuk menjadi imam adalah sebagai berikut

9
Misal shalat dhuhur

‫ت ُم ْستَ ْقبِ َل ْالقِ ْبلَ ِة اَ َد ًءا ِإ َما ًما هَّلِل ِ تَ َعال‬


ٍ ‫الظه ِْر َأرْ بَ َع َر َك َعا‬
ُّ ‫ض‬ َ ُ‫ا‬
َ ْ‫صلِّي فَر‬

Artinya :”aku sengaja shalat fardhu zuhur empat rakaat menghadap kiblat sebagai imam
karena Allah”.

Akan tetapi niat menjadi imam bukanlah hal yang wajib dilakukan. Seorang imam bleh
berniat seperti biasa tanpa ada kata IMAAMAN kecuali ketika berjamaah untuk shalat
jum’at, maka berniat menjadi imam adalah kewajiban yang apabila tidak dilakukan shalat
jum’atnya tidak sah semuanya.

1. Niat menjadi makmum

Lafazh niat untuk menjadi imam adalah sebagai berikut

Misal shalat dhuhur :

‫ت ُم ْستَ ْقبِ َل ْالقِ ْبلَ ِة اَ َد ًءا َمأ ُموْ ًما هَّلِل ِ تَ َعالَى‬
ٍ ‫الظه ِْر َأرْ بَ َع َر َك َعا‬
ُّ ‫ض‬ َ ُ‫ا‬
َ ْ‫صلِّي فَر‬

Artinya :”aku sengaja shalat fardhu zuhur empat rakaat menghadap kiblat sebagai makmum
karena Allah”.

Dalam shalat berjama’ah ada dua istilah yang penting kita ketahui yaitu : makmum Muafiq
dan makmum Masbuq. Makmum muafiq adalah makmum yang mengikuti berjamaah sejak
pertama iqamah, atau dia adalah makmum yang menyaksikan takbiratul ihram imam.
Sedangkan makmum masbuq adalah makmum yang tidak menyaksikan takbiratul ihram
imam.

G. Kedudukan Sebagai Imam


1. Yang boleh menjadi imam
a) Laki-laki makmum kepada laki-laki.
b) Wanita makmum kepada laki-laki.
c) Wanita makmum kepada wanita.
d) Banci makmum kepada laki-laki.

10
e) Wanita makmum kepada banci.
2. Wanita tidak boleh menjadi imam
a) Laki-laki makmum kepada wanita.
b) Laki-laki makmum kepada banci.
c) Banci makmum kepada banci.
d) Banci makmum kepada banci.
e) Orang fasih dalam Al-Qur’an makmum kepada yang belum fasih.

H. Makmum Masbuq
Makmum merupakan orang yang melaksanakan solat berjemaah
dan bertindak sebagai anggota dibelakang imam. Secara etimologi,
masbuk (‫)مسبوق‬ merupakan isim maf‟ul dari kata sabaqa (‫)سبك‬ yang
artinya „yang tertinggal. Adapun secara terminologi, masbuk berarti orang
yang tertinggal dari imam sebanyak satu rakaat atau lebih dalam shalat.
Berdasarkan istilah di atas, dapat disimpulkan pengertian makmum
masbuq adalah makmum yang ketinggalan imam satu rakaat atau lebih .Dalam sholat
berjamaah ada dua istilah yang penting kita ketahui, yaitu Makmum Muafiq dan Makmum
Masbuq.Makmum Muafiq adalah makmum yang mengikuti berjamaah sejak pertama iqamah,
atau makmum yang menyaksikan takbiratul ihram imam. Sedangkan makmum Masbuq
adalah makmum yang tidak menyaksikan takbiratul ihram imam.
1. Ketentuan-ketentuan makmum masbuq.
Dibanding dengan makmum muafiq, makmum masbuq memiliki ketentuan sendiri, di
antaranya sebagai berikut:
a) Tidak wajib menyelesaikan bacaan surat al-fatihah jika imam sudah rukuk. Karena
jika dia menyelesaikan bacaannya, hingga imam bangun dari rukuk, maka dia
tertinggal rakaat tersebut. Begitu pula jika makmum masbuq tiba ketika imam rukuk,
maka dia hanya wajib takbiratul ihram kemudian langsung rukuk.
b) Jika posisi makmum masbuq saling berseberangan, yaitu posisi dimana makmum
masbuq turun akan rukuk, sedangkan imam naik akan i’tidal, maka makmum masbuq
tidak mendapatkan rakaat tersebut.

11
c) Walaupun makmum masbuq bisa langsung mengikuti gerakan imam yang mana pun,
namun lebih utama jika menunggu hingga imam menyelesaikan rakaat tersebut
(tentunya jika bukan rakaat terakhir).
d) Jika makmum masbuq hanya menemui imam ketika tasyahud akhir, maka dia tidak
mendapatkan rakaat sama sekali, selain mendapatkan keutamaan berjamaah.
e) Selama imam belum selesai mengucapkan salam maka masih boleh untuk menjadi
makmum.

2. Tasyahud Awal bagi Makmum Masbuq


Kita tentu pernah mengalami kasus, misalnya tertinggal 1 rakaat sholat dzuhur. Artinya kita
(sebagai makmum masbuq) akan mendapati rakaat pertama langsung melakukan tasyahud
awal, mengikuti imam.
Pada rakaat kedua, (yang seharusnya melakukan tasyahud awal), adalah rakaat ketiga bagi
imam. Dan pada rakaat terakhir imam, kita mendapati tasyahud juga, sedangkan ketika kita
menambah satu rakaat setelah salam imam, kita akan melakukan tasyahud yang ketiga.
Dalam kasus seperti ini, tasyahud pertama yang kita lakukan bersama imam bukanlah
tasyahud awal, melainkan tasyahud untuk menghormati jamaah. Sedangkan tasyahud pertama
kita adalah pada saat tasyahud terakhir imam.
3. Menjadikan Makmum Masbuq sebagai Imam
Sebagaimana, telah dijelaskan, bahwa bagi seorang tidak wajib niat menjadi imam. Maka hal
ini akan memperbolehkan seorang makmum masbuq (yang sudah selesai dari jamaah awal)
menjadi imam bagi makmum masbuq berikutnya. Kasus seperti ini berlaku hingga berkali
lipat kedatangan makmum masbuq lainnya.

I. Manfaat Salat Berjamaah


Dengan melaksanakan salat secara berjamaah, ada beberapa manfaat yang dapat kita petik,
diantaranya :
1. Merealisasikan salat pada waktunya, karena salat pada awal waktu merupakan salah
satu pekerjaan yang paling disukai Allah swt.

12
2. Merespon panggilan muadzin dengan niat salat berjamaah.
3. Berjalan menuju masjid dengan tenang.
4. Allah menjadi saksi atas setiap orang yang memelihara salat berjamaah di masjid
dengan penuh keimanan.
5. Setiap langkah yang diayunlan seorang muslim untuk menegakkan salat berjamaah
terhitung di sisi Allah sebagai pahala dan ganjaran baginya.
6. Orang yang merealisasikan salat berjamaah akan terbebas dari perangkap setan
dengan segala kejahatannya, dan dengan demikian ia telah bergabung ke dalam
jamaah muslimin sehingga setan menghindar darinya.
7. Pada salat jamaah terkandung didalamnya makna ta’wun ‘alal biri wa taqwa (tolong
menolong dalaam kebijakan dan takwa) serta amar ma’ruf dan nahi mungkar.
8. Di dalam salat berjamaah, suara kaum muslimin terhimpun menjadi satu, hati-hati
merekaa berpadu saling mengidentifikasi satu dengan lainnya sehingga tergalang rasa
solidaritas diantara mereka.
9. Salat berjamaah melahirkan rasa kelembutan dan kasih sayang sesama muslim,
menghilangkan sifat kesombongan dan besar diri serta dapat mempererat ikatan
persaudaraan seagama (ukhuwah Islamiyah) maka terjadilah interaksi langsung antara
kalangan tua dengan yang muda dan antara orang kaya dan yang miskin.
10. Kita dapat memetik banyak pelajaran keimanan dari salat berjamaah ini, kita dapat
mendengar langsung alunan ayat-ayat Al-Qur’an yang menggetarkan hati.
11. Di dalam salat berjamaah juga, mencerminkan di dalamnya syiar-syiar Islam dan
mampu menggentarkan musuh-musuh Islam, serta menggaukan zikrullah di masjid-
masjid yang didirikan atas dasar ketakwaan untuk meninggalkan dan menyebutkan
nama-nya.
12. Dengan masuknya seorang muslim ke dalam masjid untuk memenuhi panggilan azan,
juga secara tidak langsung ia telah mengajak kaum muslimin lainnya untuk ikut
bergabung bersama-sama dalam mendirikan salat berjamaah.
13. Dapat melaksanakan salat tahiyatul masjid ketika masuk masjid.
14. Setan menjauh darinya dikarenakan lari ketika mendengar suara azan.
15. Terbebas dari sifat nafik dan dari kesalahpahaman orang lain terhadap dirinya yaang
mengira bahwa ia telaah meninggalkan salat yang pokok.

13
16. Berharap agar “amin” yang diucapkan dapat berbarengan dengan “aminnya” imam
dan “aminnya” para malaikat.
17. Menjawab perkataan imam ketika imam mengucapakan : “sami’allahu liman
hamidah”.
J. Berbagai Kesalahan dalam Melaksanakan Salat Jamaah.
1. Mendahului Gerakan Imam
2. Merendahkan Takbir bagi Imam
3. Mengeraskan Takbir bagi Makmum
4. Menyentuh Pundak Calon Imam
5. Berdiri Lebih Depan dari Imam
6. Berdiri Terlalu Jauh dari Imam
7. Tidak Berniat Menjadi Makmum

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Sholat berjamaah adalah, sholat yang dilakukan secara bersama-sama, baik dua prang
atau lebih dengan memilih seorang imam untuk memimpin.
2. Banyak sekali hikmah dan manfaat sholat berjamaah, diantaranya adalah:
a. Setan menjauh darinya dikarenakan mendengar suara adzan.
b. Merespon panggilan muadzin dengan berniat sholat berjamaah.
c. Berharap agar amiin yang diucapkan bebarengan dengan amiinnya
imam dan amiinnya para malaikat.
d. Terhitung di sisi Allah sebagai pahala dan ganjaran baginya.

B. Kritik dan Saran


Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih
fokus dan detail dalam menjelaskan makalah diatas dengan sumber-sumber yang lebih
banyak.

15
DAFTAR PUSTAKA

Baihaqi, Abu Yusuf. BUKU PINTAR SHALAT LENGKAP. Jalamitra Media:2009.Muiz,


Yusuf. Panduan Shalat Terlengkap. Pustaka Makmur.

Egziabher, T. B. G., & Edwards, S. (2013). 済無 No Title No Title. Africa’s Potential for the
Ecological Intensification of Agriculture, 53(9), 1689–1699.

Jurnal Riset Agama, Volume 1, Nomor 2 (Agustus 2021): 247-258 Muhammad Ilyas/Hadis
tentang Keutamaan Shalat Berjamaah

Kurniati, V. (2017). Halaman 1 dari 67 muka | daftar isi. 1–35.

Labib, Risalah sholat lengkap, ( Surabaya : Mulia Jaya 2002 ), h.72

16

Anda mungkin juga menyukai