Karakter
Dedi Wahyudi
Institut Agama Islam Negeri Metro
Jl. Ki Hajar Dewantara 15A. Kota Metro, Lampung 34111
E-mail: podoluhur91@gmail.com
No. Hp: 082324480562
Novita Kurniasih
Institut Agama Islam Negeri Metro
Jl. Ki Hajar Dewantara 15A. Kota Metro, Lampung 34111
E-mail: novitakurniasih97@gmail.com
No. Hp: 085269061789
Abstract
The “Riyadlatul Ulum” Islamic boarding school was founded with a very humanistic purpose.
While some educational institutions only accommodate students who excel, excel, are intelligent
and have character. The “Riyadlatul Ulum” Islamic boarding school is here to accommodate
students with various social backgrounds. Seeing the inequality of education so far, making
“Riyadlatul Ulum” Islamic boarding schools take on a very meaningful role for them to be
formed into human beings with character. Because education is the right of all human beings
regardless of their past status. Islamic education rahmatan li al-'alamin in the end is able to have
an impact in shaping the character of students and have a superior personality so that their
dignity as a human attack can be raised.
Keyword: Noor, A. M. Pendidikan Islam Rahmat li al-‘Alamin dan Implikasinya terhadap
Karakter.
Abstrak
Pondok pesantren “Riyadlatul Ulum” didirikan dengan tujuan yang sangat humanis. Disaat
sebagian lembaga pendidikan hanya menampung peserta didik yang berprestasi, unggul, cerdas
dan berkarakter. Pesantren “Riyadlatul Ulum” hadir sebagai wadah yang menampung peserta
didik dengan berbagai latar belakang sosialnya. Melihat ketimpangan pendidikan selama ini,
membuat pesantren “Riyadlatul Ulum” mengambil peran yang sangat berarti bagi mereka untuk
dibentuk menjadi insan yang berkarakter. Sebab pendidikan merupakan hak semua manusia
tanpa harus memandang status masa lalunya. Pendidikan Islam rahmatan li al-’alamin pada
akhirya mampu memberikan dampak dalam membentuk karakter santri dan memiliki
kepribadian yang unggul sehingga harkat dan martabatnya sebagai serang manusia dapat
terangkat.
Kata Kunci: Noor, A. M. Pendidikan Islam Rahmat li al-‘Alamin dan Implikasinya terhadap
Karakter.
A. Pendahuluan
Indonesia merupakan negara kesatuan yang memiliki keragaman dari hal suku, bahasa,
budaya, warna kulit dan agama. Perbedaan itu tidak begitu menimbulkan konflik horizontal
maupun vertical. Perbedaan itu biasanya agak
menghangat dan memanas serta meruncing hanya ketika dimulainya siklus 5 tahunan, yaitu
pemilihan umum baik pemilihan presiden, pemilihan legislative, pemilihan gubernur
maupun pemilihan bupati/walikota. Namun situasi mereda ketika pemilihan umum itu
selesai. Masyarakat akrab kembali
sedia kala. walaupun demikian bangsa kita ini indonesia memang tetap harus waspada
karena kuat dan derasnya informasi yang diterima masyarakat dari
media sosial ataupun media lain yang kadang merusak integrasi bangsa. Kadang juga tidak
adanya keseragaman informasi yang diterima. Sehingga menimbulkan gejolak yang dapat
menjadi bom di tengah-tengah masyarakat dan sewaktu-waktu dapat meledak. Keberagaman
masyarakat Indonesia akhir-akhir ini sedikit terganggu dengan munculnya paham-paham
ektrimisme dan radikalisme yang berusaha menghapus keberagaman di masyakat Indonesia
dan berusaha ingin memaksakan pemahaman dengan berbagai upaya dan jalan-jalan tertentu
dan bahkan sampai mengorbankan diri dengan asumsi akan mendapatkan balasan surga
disisi tuhannya. Pemahaman ini, saat ini sangat banyak menginggapi dan menjangkit
dikalangan umat islam yang memahami islam secara tektual dan tidak belajar islam dengan
pondasi yg kuat dengan berbagai literatur keilmuan keislaman. Fenomena ini akan
melahirkan gerakan radikalisme dengan dibungkus nilai-nilai agama. Melihat hal demikian
maka sangat perlu
dilakukannya moderasi dalam kehidupan umat islam di Indonesia khusus nya dan dunia
umumnya dengan cara menata kembali pendidikan islam dengan
nilai-nilai rahmatal lil „alamin yang telah di wahyukan Allah kepada nabi Muhammad SAW.
Penataan kembali pendidikan ini harus dilakukan dengan sungguh untuk memutus mata
rantai ektrimisme dan radikalisme pemahaman islam ini dengan menghadirkan pendidikan
islam yang moderat dengan konsep rahmatal lil 'alamin dengan pendekatan-pendekatan
uswatun hasanah. Dan menghindari cara-cara yang dapat menimbulkan kegaduhan di
masyarakat. Kegaduhan kegaduhan yang muncul di masyarakat akan menimbul makin
suburnya pahampaham radikal dan ektrimisme di masyarakat. Untuk itu maka perlu kita
melakukan moderasi dalam pendidikankan islam dengan nilai-nilai-yangterkandungdalam
islam-itu-sendiri, maka tulisan ini akan mengupas hal-halyang dapat dilakukan dalam-
rangka-untuk mewujudkan pemahaman islam.1
B. Metode Penelitian
Kajian ini merupakan penelitian yang menggunakan analisis isi atau dokumen yang
didapatkan penulis. Metodologi ini menargetkan pada pemeriksaan serta interpretasi data
yang didapatkan baik dari media online maupun media cetak yang selanjutnya digunakan
untuk menyelidiki perilaku peserta didik di Pondok Pesantren Riyadlatul Ulum. Selain data-
data tertulis yang penulis dapatkan dari berbagai sumber, penulis juga melakukan
pengamatan secara langsung di lokasi. Pondok Pesantren Riyadlatul Ulum yang terletak di
Desa Banjar Rejo Kecamatan Batang Hari, Kabupaten Lampung Timur adalah lokasi yang
menjadi fokus penelitian ini. Pengumpulan data menggunakan teknik wawancara. Data-data
yang dihasilkan dari berbagai sumber tersebut selanjutnya diperiksa dan digabungkan dan
dianalisis. Pada proses analisis data tersebut akan dipilah manakah data data yang penting
dan sesuai dengan hal-hal yang dibicarakan dalam kajian ini dan mana yang tidak diperlukan
dalam kajian ini. Langkah selanjutnya adalah menarik kesimpulan yang dapat menjawab
tujuan dari penulisan kajian ini.
C. Kajian Teori
1. Nilai Yang Ditanamkan Dalam Pendidikan Karakter
Upaya untuk mampu menciptakan generasi
1
RI‟AYAH, Vol. 4 No. 01 Januari-Juni 2019
muda unggul menjadi pijakan bagi perubahan-perubahan yang dilakukan berbagai
elemen pendidikan.
Kaimuddin dalam jurnal bertajuk Implementasi Pendidikan Karakter dalam Kurikulum
2013 (2014), pendidikan karakter merupakan usaha sadar yang terencana dan terarah
melalui lingkungan pembelajaran untuk tumbuh kembangnya seluruh potensi manusia
yang memiliki watak berkepribadian baik, bermoral-berakhlak, dan berefek positif
konstruktif pada alam dan masyarakat.2
Pengertian pendidikan karakter sendiri dapat dipahami dari tiap-tiap katanya secara
terpisah. Pendidikan merupakan proses pembelajaran kebiasaan, keterampilan, dan
pengetahuan manusia yang diteruskan dari generasi sebelumnya kepada generasi
berikutnya. Sementara itu, karakter merupakan akumulasi watak, sifat, dan kepribadian
individu yang mengarah pada keyakinan dan kebiasaannya dalam kehidupan sehari-hari.
Tanpa meninggalkan pengertiannya masing-masing, dapat dipahami bahwa pendidikan
karakter adalah usaha yang terencana untuk membangun karakter individu agar nantinya
menjadi pribadi yang bermanfaat baik untuk diri sendiri maupun orang banyak.
Mengacu pada pengertian di atas, pendidikan karakter memiliki fungsi dasar untuk mengembangkan
potensi seseorang agar dapat menjalani kehidupannya dengan bersikap baik. Dalam lingkup pendidikan
formal, pendidikan karakter di sekolah berfungsi untuk membentuk karakter peserta didik agar menjadi
pribadi yang berakhlak mulia, bermoral, tangguh, berperilaku baik, dan toleran.
Apa saja nilai yang ditanamkan pada anak dalam pendidikan karakter sebagai berikut:
a. Religius
Penanaman nilai karakter religius merupakan suatu usaha atau cara seseorang atau lembaga dalam
menanamkan nilai karakter religius pada peserta didik dengan melalui beberapa metode keberhasilan
proses penanaman nilai religius.3
b. Jujur
Melatih kejujuran pada anak sejak dini perlu
dilakukan agar anak kelak dapat tumbuh menjadi pribadi yang baik dan dapat dipercaya
semua orang. Alangkah baiknya bila orang tua juga sudah mulai membangun karakter
jujur dalam diri anak sejak dini.
c. Toleransi
Nilai karakter toleransi merupakan sikap dan
tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap dan tindakan
orang lain yang berbeda dari dirinya. Selain penanaman karakter toleransi, upaya yang
2
Adawiyah, R. (2018). Makna Islam Sebagai Agama Rahmatan Lil Alamin Perspektif PartaiPartai Islam Periode
2014-2019 (Studi terhadap Pernyataan Petinggi Partai Islam dalam
d. Disiplin
Dengan adanya kedisiplinan diharapkan mampu menciptakan suasana lingkungan
belajar yang nyaman dan tentram di dalam kelas. Siswa yang disiplin yaitu siswa yang
biasanya hadir tepat waktu, taat terhadap semua perturan yang diterapkan disekolah, serta
berprilaku sesuai dengan norma-norma yang berlaku.5
4
Rahmawati, M., & Harmanto, H. (2020). Pembentukan nilai karakter toleransi dalam
7
Noor, A. M. Pendidikan Islam Rahmat Li Al-‘amin dan implikasinya terhadap karakter.
8
Solihin, S., Ahmad, N., & Suhartini, A. (2021). KONSEP RAHMATIL ALAMIN DAN
Sebagai umat Islam, tentunya kita harus meyakini bahwa Islam sebagai rahmatan
lil alamin, karena sebutan Islam sebagai rahmatan lil alamin ini bukan hanya sekedar
omong kosong belaka. Akan tetapi Islam sebagai Rahmatan Lil Alamin sudah dijelaskan
didalam al-Qur’an sebagai salah satu karakteristik yang sangat lekat pada kepribadian
Nabi Muhammad Shalaullahu Alaihi Wasallam, yang sudah semestinya kita jadikan
contoh untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari oleh setiap Muslim bahkan juga
mereka non muslim. Hanya saja, juga tak sedikit orang yang menanyakan termasuk
saudara kita yang muslim, apa sebenarnya yang membuat munculnya.10
d. Simpulan
Kedamaian adalah salah satu ciri utama agama Islam. Dalam Al-Qur'an Surat al-Anbiya'
(21) Ayat 107 disebutkan bahwa Islam adalah agama yang membawa rahmat bagi semua
makhluk. Dengan kata lain, kapanpun dan dimanapun umat Islam berada, harus memberikan
jaminan atas keselamatan dan ketenteraman umat manusia di sekitarnya. Bukan ancaman,
apalagi musuh. Prinsip Al-Qur'an didasarkan pada pengakuan Islam terhadap kemanusiaan
universal, karena pada prinsipnya Islam adalah agama universal. Berangkat dari asas-asas al-
Qur'an, maka dalam tulisan ini mencoba menggali paradigma pendidikan Islam, dimana ia
menginisiasi implementasinya melalui 3 (tiga) hal: pertama, pergeseran paradigma dari
mengajar ke mendidik guru. Kedua, Islam adalah pendidikan humanis dan antikekerasan.
Ketiga, mendidik sikap inklusif.
Islam sebagai agama rahmatan lil alamin mengedepankan ajaran yang bersikap damai,
santun dan bijaksana sehingga Islam dapat diterima di hati masyarakat. Oleh karena itu,
untuk membangun hal tersebut, harmonisasi kerukunan antarumat beragama merupakan pilar
kehidupan sosial yang sangat didambakan setiap pemeluk agama. Untuk itu, kehadiran
dakwah rahmatan lil alamin secara konseptual sebagai bentuk transformasi sosial Islam
berfungsi membentuk karakter sosial Islam yang toleran dan humanis. Spendidikan Islam
yang diperlukan berbasis rahmatan lil alamin dengan mengembangkan pendidikan Islam
yang diarahkan kepada pengembangan pribadi manusia untuk memperkuat rasa hormat
10
Ummah, N. M., & Irama, Y. (2021). DAKWAH ISLAM RAHMAT LI AL-ʻALAMIN
F. Referensi
Adawiyah, R. (2018). Makna Islam Sebagai Agama Rahmatan Lil Alamin Perspektif Partai-
Partai Islam Periode 2014-2019 (Studi terhadap Pernyataan Petinggi Partai Islam dalam
Menanggapi Isu SARA). Jurnal Imtiyaz, 2(1), 15-33.
Azmi, A. S., & Ismail, M. Y. (2018). Konsep Rahmatan Lil Alamin Dalam Hadith:
Penerokaan Makna Serta Aplikasi Di Malaysia. Journal of Hadith Studies.
Rahmawati, M., & Harmanto, H. (2020). Pembentukan nilai karakter toleransi dalam
pembelajaran pendidikan pancasila dan kewapembentukan nilai karakter toleransi dalam
pembelajaran pendidikan pancasila dan kewarganegaraan bagi siswa tunagrahita. Journal of
Civics and Moral Studies, 5(1), 59-72.
Solihin, S., Ahmad, N., & Suhartini, A. (2021). KONSEP RAHMATIL ALAMIN DAN
IMPLIKASINYA PADA PENDIDIKAN ISLAM. Aksioma Ad-Diniyah, 9(1).
Suryanti, E. W., & Widayanti, F. D. (2018, October). Penguatan pendidikan karakter berbasis
religius. In Conference on Innovation and Application of Science and Technology
(CIASTECH) (Vol. 1, No. 1, pp. 254-262).
Wuryandani, W., Maftuh, B., & Budimansyah, D. (2014). Pendidikan karakter disiplin di
sekolah dasar. Jurnal Cakrawala Pendidikan, 33(2).