Disusun Oleh:
Siti Mariatul Khiptiyah (2201011038)
Wicka Dwi Vivian (2201011085)
Syafina Rahayu Setiani (2201011085)
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
A. Kesimpulan .........................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................8
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemajuann yang telah dicapai bangsa-bangsa Barat memiliki hubungan yang
erat dengan perkembangan peradaban dunia Islam, baik ketika Islam mencapai puncak
kemajuannya di Eropa ataupun kemajuan yang dicapai dunia islam Baghdad. Bangsa
Barat banyak berutang budi kepada para ilmuan muslim yang telah berhasil
mengembangkan imu pengetahuan dan teknologi.
Sejarah merupakan potret wajah umat Islam. Dalam mempelajari bagian positif,
kita dapat meniru dan mengambil contoh dari hal baik tersebut seperti mengembangkan
ilmu pengetahuan, berfikir maju dan semangat pantang menyerah. Sedangkan dalam
hal negatif kita bisa mengetahui dan mencari jalan keluar terhadap suatu permasalahan
sehingga tidak jatuh pada kesalahan yang sama dimasa lalu.
Kaitannya dengan Imperialisme Barat terhadap Dunia Islam, dalam makalah ini
akan memaparkan beberapa poin penting yang akan memperjelas pengetahuan kita,
mulai dari kemajuan dunia Barat, kebangkitan Eropa, imperialisme Barat di dunia
Islam, hingga kemunduran kerajaan Usmani dan ekspansi Barat ke negeri-negeri Islam.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
iv
BAB II
PEMBAHASAN
v
bangkit untuk membersihkan Islam dari ajaran atau paham seperti itu. Gerakan ini
dikenal sebagai gerakan reformasi. Kedua, pada periode ini Barat mendominasi dunia
dibidang politik dan peradaban, persentuhan dengan Barat menyadaran tokoh-tokoh
Islam ketinggalan mereka. Oleh karena itu, mereka berusaha bangkit dengan
mencontoh Barat dalam masalah-maslah politik dan peradaban untuk menciptakan
balance of power.
Ketika tiga kerajaan besar Islam sedang mengalami kemunduran pada abad ke-
18 M, Eropa Barat mengalami kemajuan dengan pesat. Kerajaan Safawi hancur di awal
abad ke-18 M, dan Kerajaan Mughal (mongol) hancur pada awal paruh kedua abad ke-
19 M di tangan inggiris yang kemudian mengambil alih kekuasaan da anak benua India.
Adapun kekuatan Islam terakhir yang masih disegani oleh lawan adalah kerajaan
Usmani di Turki.akan tetapi, yang terakhir inipun terus mengalami kemunduran demi
kemunduran, sehingga Turki Usmani dijuluki sebagai The Sick Man of Europe, orang
sakit dari Eropa. Kelemahan kerajaan-kerajaan Islam itu menyebabkan Eropa dapat
menguasai dan menjajah negeri-negeri Islam dengan mudah. Satu demi satu negeri-
negeri Islam dapat ditundukkan dan kemudian dijajah oleh bangsa Barat.1
1
Samsul Munir Amir, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Amzah 2010) hlm.345-347
vi
mengeruk kekayaan hasil buminya tetapi juga bertujuan menguasai seluruh system
yang ada baik system ekonomi, politik, budaya, pendidikan, agama, dan lain-lain
Kekejaman meraka dalam bidang ekonomi terlihat dari upaya mereka untuk melakukan
monopoli perdagangan, yakni dengan merebut Bandar-bandar pelabuhan besar yang
sebelumnya menjadi daerah perdagangan umat islam dari Arab, Persia, India, dan Cina.
Dalam bidang kemasyarakatan, penjajah sengaja menciptakan jurang pemisah antara
kaum bangsawan dengan rakyat kecil. Di samping itu, kaum penjajah sering kali
melakukan penghinaan terhadap umat islam. Mereka mengatakan bahwa kaum agama
(islam) adalah orang-orang yang bodoh dan terbelakang. Oleh karena itu, mereka tidak
pantas mengatur masyarakat.
Sikap dan perlakuan penjajah terhadap masyarakat yang dijajah, tidak sebatas
samapai di situ saja. Para penjajah menyebarkan budaya yang merusak bangsa dan
agama. Seperti budaya minuman keras, berjudi, pergaulan bebas, dan sebagainya yang
melanda kaum terjajah. Dengan cara-cara itu penjajah merusak peradaban islam, dan
dengan demikian mereka berharap dapat dengan mudah menguasai Negara dan
masyarakat Islam yang berada di bawah kekuasaannya.
Pada awal abad ke-17, india yang pada saat itu di bawah kekuasaan Mongol
Islam, berada dalam posisi kemajuan dan kemakmuran. Keadaan demikian
mengundang bangsa Eropa yang sedang mengalami kemajuan berdagang kesana. Pada
awal abad ke 17 M, inggris dan Belanda mulai menginjakkn kaki ke India. Pada tahun
1661 M, Inggris mendapat izin menanamkan modal, dan pada tahun 1617 M Belanda
mendapatkan izin yang sama.
Di kawasan Asia Tenggara, beberapa wilayah negeri Islam baru mulai
berkembang, yang merupakan daerah rempah-rempah terkenal pada masa itu. Negeri-
negeri di Asia Tenggara menjadi ajang perebutan Negara-negara eropa. Asia Tenggara
sebagaimana juga di India, kekuasaan politik negara-negara Eropa itu berlanjut terus
sampai pertengahan abad ke-20 M, ketika negeri-negeri jajahan tersebutmemerdekakan
diri dari dominasi kekuasaan asing. Wilayah Asia Tenggara yang juga merupakan
Negara-negara islam, tidak terkecuali jatuh dalam kekuasaan bangsa-bangsa Eropa
yang selama beberapa waktu menjajahnya.2
2
Samsul Munir Amin, Op.Cit, hal. 349
vii
Menurut Iik Arifin Mansurnoor dalam Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, sejak
abad ke-19, ekspansi Barat kian kuat. Namun, saat itu, dunia Islam yang meliputi
wilayah-wilayah di Afrika Utara, Asia Barat, Asia Tengah, Anak Benua India, hingga
Nusantara sudah menjadi fragmen-fragmen tersendiri.
Sebagai contoh, saat Portugal melancarkan serangan ke daerah pantai Samudra
Hindia, Kesultanan Utsmaniyyah berupaya melindungi kepentingannya di sana. Oleh
karena sejak awal pertumbuhannya kerajaan ini berorientasi ke Eropa, pemerintah
Istanbul semata-mata mencoba membantu penguasa Muslim lokal untuk menghadapi
bangsa Eropa non-Muslim itu.
Sepanjang abad ke-16, misalnya, Kesultanan Aceh termasuk yang menikmati
berbagai bantuan dari saudara seimannya di Turki. Arifin lantas memetakan pola
respons dunia Islam terhadap eks pansi bangsa Eropa. Ditinjau dari segi stabilitas
kedaulatan Muslim, ada sejumlah corak yang menonjol.
1. Pertama, rezim yang stabil. Ini dicontohkan oleh Kesultanan Utsmaniyyah. Saat
Eropa ber ekspansi, Istanbul lebih siap menghadapinya karena sudah terlebih
dahulu terbuka terhadap dinamika modern yang muncul di Benua Biru, terutama
sejak awal abad ke-18. Bahwa, pada akhirnya kesultanan ini melemah dan luruh
pascagerakan prosekulerisme yang diinisiasi Kemal Ataturk.
2. Kedua, rezim yang agak stabil. Arifin mencontohkan, Dinasti Qajar di Iran.
Penguasa Qajar sejak abad ke- 19 mulai bersikap permisif terhadap pengaruh asing.
Alhasil, respons mengemuka. Kaum ulama setempat menentang penetrasi Barat
sebagai campur tangan terhadap Iran. Kelompok lokal yang berpendidikan Eropa
mengecam bobroknya rezim Qajar. Adapun kelompok pedagang melihat sistem
ekonomi kini cenderung merugikan mereka.
3. Ketiga, entitas politik yang terbelah-belah. Ini ditunjukkan kerajaan-kerajaan di
Asia Tenggara saat kedatangan ekspansi bangsa Eropa. Maka dari itu, kekuatan
militer dan taktis dari Barat dapat secara relatif lebih mulus mencengkeramkan
kekuasaanya. Mereka mencaplok satu per satu wilayah di Nusantara. Memasuki
abad ke-20, muncul corak pemerintahan baru. Bukan lagi konsep teritorial-religius,
melainkan republik (sekuler). Paham yang terutama mendorongnya ialah
nasionalisme, sebagaimana mengemuka di Barat pasca-Revolusi Prancis akhir abad
ke-18.
Dunia Islam juga terpengaruh hal itu, terutama sejak Ataturk menggulingkan
kekuasaan sultan Utsmaniyyah pada 1924. Persebaran kaum terdidik Barat di berbagai
masyarakat Muslim, termasuk Indonesia, juga ikut menguatkan diseminasi
nasionalisme.
Saat menempuh pendidikan, mereka mendalami sistem sekuler yang
memisahkan antara urusan agama dan negara. Usai Perang Dunia II, pergerakan
kemerdekaan bermun culan di Asia dan Afrika. Akhirnya, kini umat Islam mondial
memiliki rumah masing-masing yang ber nama negara (nation-state).
viii
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kemajuan yang telah di capai dunia barat pada waktu itu sebenarnya memiliki
hubungan yang erat dengan perkembangan peradaban islam.Bangsa barat banyak
berutang budi kepada para ilmuan muslim yang telah berhasil mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Dari kerja keras dan tinggginya kreatifitas bangsa Barat dalam mempelajari
ilmu pengetahuan yang telah dihasilkan oleh umat islam menyebabkan bangsa Barat
menemukan masa kemajuan dan kejayaan.
Ketika tiga kerajaan besar islam sedang mengalami kemunduran pada abad ke-
18 M. Eropa Barat mengalami kemajuan dengan pesat. Kelemahan dan kemunduran
dunia islam dimanfaatkan oleh bangsa-bangsa Barat untuk bangkit dan bergerak
menuju ke arah negara-negara islam serta menguasai dan menjajahnya.
Berabad-abad lamanya, Islam mendominasi warna peradaban dunia. Begitu
besar kontribusi kaum Muslimin pada pencerahan umat manusia. Perluasan wilayah
pengaruh Islam terjadi dengan berbagai cara, mulai dari ekspansi militer, diplomasi,
perdagangan, hingga kebudayaan sehari-hari.
ix
DAFTAR PUSTAKA
AminSamsul Munir. 2010.Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Amzah.
Karim, Abdul. 2007. Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam. Yogyakarta: Pustaka Book
Publisher
Mughni A Syafiq. 1997. Sejarah Peradaban Islam di Kawasan Turki, Jakarta:Wacana Ilmu.