Anda di halaman 1dari 15

QIROATUL QUTUB

DOSEN PENGAMPU
OSCAR MAULANA, SH.I, MH

SANGSI BAGI YANG MENINGGALKAN SHOLAT JAMAAH

DI SUSUN OLEH:
DEA PUTRI ANANDA
NIM:182122386

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI BENGKALIS


FAKULTAS SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGRI
2023
KATA PENGANTAR

‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬


Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan seluruh alam. Yang telah memberikan kami
kesempatan dan kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Salam dan salawat
semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang diutus sebagai rahmat bagi semesta
alam, beserta keluarga dan para sahabatnya serta para pengikutnya yang setia sampai hari
kemudian.
Makalah ini kami buat dengan maksud untuk menunaikan tugas kuliah. Kami berharap
penyusunan dalam bentuk makalah ini akan memberi banyak manfaat dan memperluas ilmu
pengetahuan kita. Kami selaku penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu kami dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini.
Oleh karena itu, kami mengundang pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk kemajuan ilmu pengetahuan ini.
Terima kasih, dan semoga makalah ini bisa memberikan manfaat positif bagi kita semua,
khususnya kami selaku penulis.
Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh

Bengkalis, Februari2023

Dea Putri Ananda


i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. i


DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 2
C. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Shalat Berjama’ah ......................................................................... 3
B. Siksaan bagi yang meninggalkan shalat berjamaah ......................................... 5
C. Ancaman Bagi Yang Meninggalkan Shalat Berjamaah ................................... 7
D. Terjemahan..................................................................................................... 8
E. Qawaid Dan Penjelasan Jumlah Ismiyah ......................................................... 9

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan .................................................................................................... 11
B. Saran .............................................................................................................. 11
C. Daftar Pustaka ................................................................................................ 11

ii

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang masalah


Telah di ketahui bahwa sumber hukum Islam, baikAlqur’an maupun hadits
berbahasa Arab. Oleh karena itu istilah-istilah hukum ab. “Shalat” adalah salah satu
diantaranya. Dalam bahasa Arab kata “shalat” digunakan dalam berbagai arti.
Diantaranya digunakan untuk arti “do’a” seperti firman Allah yang dalam agama Islam,
juga berasal atau menggunakan bahasa arg terdapatdalam Alqur’an Surat(9)At-Taubat,
ayat 103, diguunakan untuk arti “rahmat” dan untuk arti “mohon ampunan” seperti yang
terdapat dalam Al-Qur’an surat (33) Al-Azhab, ayat 43 dan56.

Dalam melaksanakan shalat alangkah lebih baiknya dengan shalat berjamaah. Karena
Rasulullah mengatakan bahwa shalat sendirian bernilai 1, sedangkan shalat berjamaah
bernilai 27 kali lipat. Seperti telah kita ketahui bahwa orang yang sedang shalat
memancarkan energy. dengan shalat berjamaah itu Rasulullah sedang mengajarkan
kepada kita, agar energi yang kita hasilkan menjadi jauh lebih besar ketimbang shalat
sendirian. Dengan kita shalat berjamaah kita semua seperti berada dalam sebuah barisan.
Seluruh gerakan dan aktifitas kita harus seirama Tidak boleh saling silang antara makmum
yang lain.

1
1.2 Rumusan Masalah

Sehubung dengan latar belakang di atas maka masalah yang akan kita bahas adalah:

A. Apa pengertian shalat berjamaah?


B. Siksaan bagi yang meninggalkan shalat jamaah
C. Ancaman bagi orang yang meninggalkan shalat berjamaah
D. Terjemahan
E. Qowaid ( jumlah ismiyah yang ada di dalam teks )

1.3 Tujuan penelitian


Memenuhi tugas makalah qiroatul qutub dan memahami segala hal terkait shalat
jamaah

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Shalat Jamaah

Shalat jamaah adalah gabungan dari kata shalat dan jamaah. aljamaah secara
bahasa berasal dari kata al-Jam’u, masdar dari jama’a yang berarti
pengumpulan/penghimpunan. Al-Jamaah menurut istilah fuqaha adalah bilangan
manusia yang berjumlah banyak, al-Kasani berkata: “al-Jamaah terambil dari
kata al-Ijtima”. Jumlah terkecil sebuah jamaah adalah terdiri atas dua orang yaitu
antara imam dan makmum. Sedangkan menurut fikih shalat jamaah ialah
“penghubung antara shalat makmum dengan imam”. Jumlahnya minimal terdiri
atas seorang imam dan seorang makmum.

Dari penjelasan diatas, penulis menyimpulkan bahwa shalat jamaah adalah


ikatan makmum dengan imam dalam shalat dengan syarat-syarat yang
ditentukan atau dikhususkan.
Jadi, pengertian shalat jamaah dalam referensi ini adalah shalat fardhu yang
dikerjakan dengan berkelompok sedikitnya terdiri atas dua orang yang
mempunyai ikatan yaitu seorang dari mereka menjadi imam dan yang lain
menjadi makmum dengan syarat-syarat yang ditentukan, dimana makmum wajib
mengikuti imam dari mulai takbiratul ihram sampai salam.

3
Shalat merupakan salah satu dari rukun-rukun agama yang paling penting. Dan
Allah ta’ala telah mewajibkan kepada para hamba-Nya untuk beribadah hanya kepada-Nya
semata, tidak menyekutukannay dengan selain-Nya dari makhluk-makhluk ciptaan-Nya.
Firman Allah ta’ala:
‫إن الصالة كانت على المؤمنين كتابا موقوتا‬
Artinya : “ Sungguh, shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas
orang-orang yang beriman.” [Q.S. An- Nisa’: 103]
Dinamakan shalat berjama’ah adalah apabila dua orang shalat bersama-sama dan
salah satu dari mereka mengikuti yang lain. Yang diikuti (yang di hadapan) dinamakan
Imam dan yang mengikuti (yang di belakang) dinamakan Makmum. Firman Allah ta’ala:
‫وإذا كنت فيهم فأقمت لهم الصالة فلتقم طاءفة منهم معك‬
Artinya : “ Dan apabila kamu berada di tengah-tengah mereka (shahabatmu), lalu
kamu hendak mendirikan shalat bersama-sama mereka, maka hendaklah segolongan dari
mereka berdiri (shalat) bersamamu.” [Q.S. An- Nisa’: 102]
Mengenai dalil sunnah, cukup banyak hadits yang menguraikan keutamaan dan
anjuran untuk melaksanakannya. Diantarnya adalah sabda nabi SAW:
‫صاله الجماعة أفضل من صالة الفد بسبع وعشرين درجة‬
Artinya : “Shalat berjama’ah lebih utama daripada shalat sendirian dengan dua
puluh tujuh derajat.”

B. Siksaan bagi yang meninggalkan shalat jamaah


ada 15 Azab yang akan menimpa orang yang mengabaikan Shalat
berjama’ah,sebagai berikut :
6 Macam Siksaan Ketika Di Dunia

1). Allah akan menghilangkan keberkahan dari umurnya

2). Tanda kesholehannya akan dihapus oleh Allah dari keningnya

3). Semua amalnya tidak akan diberi pahala oleh Allah SWT.

4). Allah SWT tidak akan mengangakat doanya ke langit

5). Semua makhluk di dunia akan menyepelekannya

6). Dia tidak akan mendapatkan bagian doanya orang-orang sholeh.

3 Macam siksaan Ketika Sakarotul maut yaitu:

1). Bahwasanya orang yang meninggalkan sholat dia akan mati dalam keadaan hina

2). Bahwasanya orang yang meninggalkan sholat dia akan mati dalam keadaan lapar

3). Bahwasanya orang yang meninggalkan sholat dia akan mati dalam keadaan haus, walau
air lautan di dunia diminumkan kepadanya, maka tetap tidak akan pernah menghilangkan
rasa haus dahaganya.

3 Macam Siksaan Ketika Berada Di Alam Kubur yaitu “

1). Kuburnya akan disempitkan oleh Allah dan dihimpitnya sampai tulang rusuknya hancur
berantakan

2). Didalam kuburnya akan dinyalakan api neraka, kemudian orang yang meninggalkan
sholat siang malam, ia akan dipanggang dan dibolak-balikan diatas bara api tersebut

3). Ular yang bernama Syuja’al-Aqro’ akan datang pada orang-orang yang meninggalkan
sholat. Ular syuja’al aqro’ itu tercipta dari api neraka, kukunya terbuat dari besi, dan setiap
kuku panjangnya seperti ukuran perjalanan satu hari

Ular itu akan berkata kepadanya : “Aku ini Syuja’al-Aqro’, suaranya bagaikan petir yang
menyambar, dan ular itu berkata: “Tuhanku menyuruhku agar memukulmu karena telah
menyia-nyiakan sholat shubuh dari shubuh sampai dzuhur, dan agar memukulmu karena
telah menyia-nyiakan sholat dzuhur dari dzuhur sampai asar, dan agar memukulmu karena
menyia-nyiakan sholat asar dari asar sampai magrib, dan agar memukulmu karena menyia-
nyiakan sholat magrib dari magrib sampai isya, dan agar memukulmu karena menyia-
nyiakan sholat isya dari isya sampai shubuh. Ketika ular itu memukulnya satu kali pukulan,
maka yang dipukulnya masuk kedalam tanah sedalam ukuran 70 hasta, lalu ular Syuja’al-
Aqro’ memasukkan kuku-kukunya kebawah tanah dan kemudian mengeluarkannya
kembali, dan siksaan itu tiada henti-hentinya sampai hari kiamat, maka kita mohon
perlindungan kepada Allah dari siksa kubur.” (Qurtubi (Qurratul ‘uyun; hlm.4)).

3 Macam Siksaan Pada Hari Kiamat bagi orang yang meninggalkan sholat yaitu:

1. Allah akan menggabungkan bersama orang-orang yang diseret mukanya ke neraka


Jahannam

2. Allah akan melihatnya dengan pandangan yang benci atau murka pada waktu dihisab,
sehingga daging mukanya meleleh berjatuhan

3. Allah akan menghisabnya dengan hisaban yang sangat berat dan tiada guna atasnya dari
kelebihan apapun untuk selama-lamanya, dan Allah memerintahkannya ke neraka sejelek-
jelek tempat menetap

C. Ancaman bagi orang yang meninggalkan shalat berjamaah

َ َ َ ْ َ َ َْ ْ
‫يد ِ يف تر ِك صَل ِة الجماع ِة‬
ِ ‫ِ يف ِتش ِد‬
‫ان ْب ُن َح ْرب َح َّد َث َنا َح َّم ُاد ْب ُن َ ْزيد َع ْن َعاصم بن َب ْه َد َل َة َع ْن َأب َرزين َعنْ‬ ‫َ َّ َ َ ُ َ ْ َ ُ‬
‫حدثنا سليم‬
‫ى ِي ِ ِ‬ ‫ِ‬ ‫َ‬
‫َ ُ ٌ َ‬ ‫ال َيا َر ُس َ‬ ‫َ‬ ‫ى‬
‫اَّلل َعل ْيه َو َسل َم ف َق َ‬ ‫َ‬ ‫ب َصَّل ى ُ‬ ‫ى‬ ‫ْ ُ ِّ َ ْ ُ ‪َّ َ َ ُ :‬‬ ‫َّ‬ ‫َ‬
‫ض ُير‬‫َِ‬ ‫ل‬ ‫ج‬‫ر‬ ‫اَّلل‬
‫ِ‬ ‫ول‬ ‫ِ‬ ‫َّ‬
‫ي‬ ‫ِ‬ ‫ن‬ ‫اب ِن أم مكتوم أنه سأل ال‬
‫َْ َ َ َ‬ ‫ِ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫ٌ ْ‬ ‫َ‬ ‫الدار َول َقائ ٌد ال ُ‬ ‫ْ َ َ َ ُ َّ‬
‫ال ه ْل ت ْس َم ُع‬ ‫َلب ف َه ْل ِ يل ُر ْح َصة أن أ َص يَّل ِ يف بي ِ يب ق‬ ‫ِي‬ ‫ي‬ ‫ِ‬ ‫اسع َ ِ ي‬ ‫َص ش ِ‬ ‫الب ِ‬
‫َ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫الن َد َاء ق َ‬ ‫ِّ‬
‫ال ال أ ِجد لك ُر ْح َصة‬ ‫ال ن َع ْم ق َ‬

‫ود ‪:‬‬ ‫ال َصاح ُب َع ْون ْال َم ْع ُ‬


‫ب‬ ‫َق َ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫َ‬ ‫َْ َ ‪ْ َ َ:‬‬ ‫َ‬
‫َص ) أي أعَم‬ ‫ِ‬ ‫ب‬ ‫ال‬ ‫ير‬‫( ِ ِ‬
‫ض‬
‫َّ‬
‫شاسع الدار )‪ :‬أي َب ِعيد الدار‬ ‫( ِ‬
‫ُ َ‬ ‫ْ ُ ْ َ ْ َ‬ ‫َْْ‬ ‫ُ ى‬ ‫َْ‬ ‫َ‬
‫( َو ِ يل ق ِائد )‪ :‬الق ِائ ِد ه َو ال ِذي ُي ْم ِسك َيد اْلع ََم َو َيأخذها َو َيذهب ِب ِه َح ْيث ش َاء‬
‫َلئمب‬ ‫الص َواب َال ُ‬
‫ي‬ ‫اي ‪َ :‬ه َك َذا ُي ْر َوى ف ْال َحديث َو َّ‬ ‫ال ْال َخ َّط ُّ‬ ‫َو َي ْج َر ُه ( َال ُي ََلو ُمب ‪َ :(:‬ق َ‬
‫ِي‬ ‫ِ‬ ‫ِ َِي‬
‫ْ ىْ ََْ َ َ َ‬ ‫َ َ َّ ْ ُ َ َ َ َ َّ َ ُ ِ َ ي َ َ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫َ ْ َ‬
‫ساعدب ‪ ،‬فأما المَلومة ف ِإنها مفاعلة ِمن اللوم وليس هذا‬ ‫َي‬ ‫قب وال ي‬ ‫أي ال يو ِاف ِ ي‬
‫ََْ َ َ َ َ َْ َ َ َ ََْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ْ ُ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ َ‬ ‫َ‬
‫َم ْوضعه َو ِ يف هذا د ِليل عَّل أن ُحضور ال َج َماعة َو ِاجب ولو كان ذ ِلك ندبا لكان أول‬
‫ْ َ َ ْ َْ َ ُْ‬ ‫َ َ ْ َ َ‬ ‫ْ‬ ‫َّ َ َ َّ‬ ‫َ ْ َ َ ُ َّ َ ى َ َ ْ َ َ ْ‬
‫من يسعه التخلف عنها أه ِل الَص ِر والضع ِف ‪ ،‬ومن كان ِ يف ِمثل حال ابن أم مكتوم‬
‫ْ َ َ َ ََْْ ُ ْ َ َ‬ ‫ُ‬ ‫ْ َ ْ َ ى‬ ‫َْ َ َ‬ ‫ُ‬ ‫ان َع َطاء بن أب َ َ‬ ‫ََ َ‬
‫اح َيقول ليس ِْلح ٍد ِمن خلق اَّلل ِ يف الحَص والقرية رخصة ِإذا‬ ‫َ‬
‫ٍ‬ ‫ب‬ ‫ر‬ ‫َ ي‬ ‫‪ .‬وك‬
‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫َ َ َ ‪َ َ ُّ َ ْ َ َ :‬‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َّ‬ ‫ْ ََ‬ ‫َ َ َّ َ‬
‫اع ال طاعة ِلل َو ِالد ِ يف ت ْرك‬ ‫س ِمع النداء ِ يف أن يدع الصَلة جم َاعة وقال اْلوز َ يِ‬
‫ْ َ َ َ َ‬ ‫ُ ُ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫َّ َ ْ َ ْ َ ْ َ َ َ َ ُ َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ ُ ُ َ َ ْ َ َ َ‬
‫ور الجماعة‬ ‫وجب حض‬ ‫ات يسم ِع النداء أو َلم يسمع وكان أبو ثور ي ِ‬ ‫الجمع ِة والجماع ِ‬
‫َ ى ِ َ َ ْ َ َ ى َ َِ ْ ُ َ ِ‬ ‫َ َ َّ‬ ‫ى‬ ‫َّ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫‪ُ َّ َ ْ َ :‬‬
‫اَّلل عز َو َج َّل أ َم َر َر ُسول هللا صَّل هللا علي ِه وسلم أن يص يَّل‬ ‫احتج ه َو َوغ ْْ ِيِه ِبأن‬ ‫و‬
‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫قل أن َها ف َح َ‬ ‫َّ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬
‫اعة ف َصَلة ال َخ ْوف َول ْم َي ْعذر ف ت ْرك َها ف ُع َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ َ َ‬
‫ال اْل ْم ِن أ ْو َجب ‪:‬‬ ‫يِ‬ ‫يِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫يِ‬ ‫جم‬

‫‪7‬‬
‫‪D. Terjemahan‬‬

‫‪ANCAMAN BAGI ORANG YANG MENINGGALKAN SHALAT BERJAMAAH‬‬


‫‪Sulaiman bin Harb menceritakan kepada kami, Hammad bin Zaid menceritakan kepada‬‬
‫‪kami dari Ashim bin Bahdalah, dari Abu Razin, dari Ibnu Ummi Maktum, bahwa ia bertanya‬‬
kepada Nabi, wahai Nabi, sungguh aku ini orang buta, dengan rumah yang jauh, dan aku
memiliki seorang pemandu yang tidak cocok denganku. Apakah aku berhak atas
keringanan sehingga aku cukup shalat di rumahku? Beliau menjawab, 'apakah engkau
mendengar adzan? Ia menjawab 'ya', beliau bersabda, "aku tidak mendapatkan keringan
untukmu.

Orang buta (maksudnya tunanetra)

Dengan rumah yang jauh maksudnya rumahnya cukup jauh

Dan aku memiliki seorang pemandu maksudnya orang yang menuntunnya pergi ke mana
saja ia mau

Yang tidak cocok denganku. Al-Khattabi berkata, "demikianlah diriwayatkan di dalam


hadits, dan yang benar adalah tidak cocok denganku yang maksudnya tidak sejalan
denganku dan tidak menolongku.

Mulawamah adalah bentuk muthawa'ah dari kata allaumu (cela), dan ini bukan tempatnya.
Di dalam hadits ini ada dalil yang menunjukkan bahwa menghadiri jamaah hukumnya
wajib. Jika hal itu sunah maka pasti lebih utama tidak menghadirinya orang- orang
tunanetra dan orang-orang lemah, serta siapa saja yang kondisinya sama dengan Ibnu
Ummi Maktum.

Atha bin Abu Rabah berkata, “tak satu pun makhluk Allah di kota atau di desa memiliki
keringanan untuk meninggalkan shalat berjamaah jika mendengar suara adzan.

Al-Auzi berkata, tidak ada ketaatan kepada seorang ayah berkenaan dengan perintah
meninggalkan shalat Jum'at atau shalat jamaah ketika mendengar adzan atau tidak
mendengarnya.

Abu Tsaur mewajibkan mendatangi shalat berjamaah. Ia dan yang lain berhujjah bahwa
Allah memerintah Rasulullah agar menunaikan shalat berjamaah dalam shalat khauf ketika
tidak ada udzur untuk meninggalkannya. Oleh karena itu, bisa dipahami bahwa dalam
kondisi aman, lebih wajib hukumnya.

E. Qowa’id

Qowa’id merupakan jama’ dari kata qaidah yang berarti aturan,undang undang
(Munawir,2002:1138).Jadi qowa’id adalah aturan-aturan atau kaidah kaidah yang terdapat
dalam menyusun kalimat bahasa arab,di mana cabang dari ilmu qowa’id ini sangat banyak
di antaranya adalah nahwu dan shorof.

Dari teks ancaman bagi orang yang meninggalkan shalat kita bisa ambil salah satu
kaidah bahasa arab yaitu jumlah ismiyah,sebelum itu kita harus mengetahui apa itu jumlah
ismiyah.

1. Pengertian jumlah ismiyah

Sesuai namanya, jumlah ismiyah adalah jumlah (kalimat) yang diawali


dengan isim (kata benda), kalimat ini terdiri dari susunan mubtada’ dan
khabar.

Mubtada’ merupakan subyek dalam bahasa Arab, karena menjadi subyek


maka mubtada’ mempunyai beberapa sifat yaitu: pertama, harus berupa
ma’rifat (kata khusus/tertentu/spesifik, bukan umum. contoh: nama orang,
kemasukan huruf alif+lam). kedua, tanda i’robnya adalah rofa’.

Sedangkan khobar merupakan predikat, yaitu bertugas menjelaskan atau


menerangkan keadaan mubtada’ (subyek), khobar bisa berupa kata atau
anak kalimat. sifat khobar yaitu:satu, harus nakiroh(kata
umum). kedua, khobar juga mempunyai tanda i’rob rofa’.

Mubdata’ dan khobar harus mempunyai sifat yang sama, ketika mubdata’
nya mudzakar maka khobar juga harus mudzakar, antara mubtada’ dan
khobar juga harus sama-sama mufrad, tasniyah, atau jamak.

9
berikut contoh jumlah ismiyah berdasarkan isim yang mengawali kalimat

1.Contoh Jumlah Ismiyah dengan Isim Isyarah


Isim isyarah adalah kata penghubung yang digunakan untuk menunjuk sesuatu
seperti ini dan itu. Jika mubtada berupa isim isyarah (kata tunjuk) dan khabar
berupa kata benda, maka khabar harus menyesuaikan dengan mubtada. Contohnya:

 ‫هذَا‬

Artinya: Ini

2.Contoh Jumlah Ismiyah dengan Isim Dhomir


Isim dhomir adalah kata yang digunakan untuk menyebut sesuatu sebagai kata
pengganti. Jika mubtada berupa isim dhomir (kata ganti) dan khabar berupa kata
benda, maka khabar harus menyesuaikan mubtada. Contohnya:

 ‫نبي محمد هو‬

Artinya: Dia muhammad seorang Nabi

3.Contoh Jumlah Ismiyah dengan Isim Dzahir


Jika mubtada berupa isim dzahir dan khabar berupa kata sifat, maka khabar harus
menyesuaikan mubtada. Contohnya:

 ‫أعمى الشخص هذا‬

Artinya: Orang itu buta

4. Contoh Jumlah Ismiyah dengan Isim Alam


Isim alam adalah bentuk kata yang objek pembicaraannya telah ditentukan dalam
bahasa Arab. Isim ini dapat menunjukkan nama benda, tempat, hewan, dan manusia.
Misalnya, kata ‫( ُم َح َّمد‬Muhammad). Contohnya:
ُ َ
 ‫ُسل ْي َمان‬
Artinya: Sulaiman

10

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan diatas dapat disimpulkan bahwa, Shalat jamaah ialah shalat yang
dikerjakan secara bersamaan sedikitnya terdiri dari dua orang yang mempunyai ikatan yaitu
seorang dari mereka menjadi imam dan yang lain menjadi makmum dengan syarat-
syarat yang ditentukan dimana makmum wajib mengikuti imam dari mulai takbiratul ihram
sampai salam.

B. Saran
Dengan terselesainya makalah ini, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari pembaca karena makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik
dari segi pengetikan maupun dari segi penyusunan. Dan semoga penyusun dan pembaca dapat
mengerti dan memahami materi dalam makalah ini.

C. Daftar Pustaka
Abdul Qadir Ar-Rahbawi,As-Shalat ‘alal Madahibil Arba’ah(Kairo-Beirut:Darus
Salam,1983)

Abdurrahman Al-Jazairi, Al fiqh ‘ala Madzahibil Arba’ah, (Bairut Libanon: Dar Ibn
‘Ashaashah, 2010)

H.Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam, (Lampung: PT. Sinar Baru Algensindo, 1986)

Muhammad bin Abdurrahman ad-Dimasyqi, Fiqih Empat Madzhab, (Bandung: Hasyimi,


2015)

Wahbah Az-Zuhaili, Al-fiqh Al Islami Wa adillatuhu ( Suriah, Dar Al-Fikr 1984)

11

Anda mungkin juga menyukai