Anda di halaman 1dari 15

Page 1

MAKALAH
HIKMAH SHALAT, IMPLEMENTASI, DAN REALISASINYA
TERHADAP PEMBENTUKAN KARAKTER



DISUSUN OLEH:
1. MOCH. AGUS RIANDYKA (13513192)
2. LIDIA ELVINA (13513198)
3. RAKA ARYA ADI P. (13513201)
4. ANDINY WIDYA UTARI (13513203)
5. FARIS RIZQI IMADUDDIN (13513207)
6. MUHAMMAD ABDURROUF (13513209)

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FALKUTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
2013/2014
Page 2

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur saya panjatkan Allah SWT, karena atas berkat dan
limpahan rahmatNyalah maka kami bisa menyelesaikan makalah ini dengan baik
dan tepat waktu.
Berikut ini penulis mempersembahkan sebuah makalah dengan judul
Hikmah Shalat, Implementasi, dan Realisasinya Terhadap Pembentukan
Karakter yang menurut saya dapat memberikan manfaat yang besar bagi kita
untuk mempelajari shalat lebih mendalam mengingat manfaatnya yang sangat
besar bagi kehidupan kita di dunia maupun di akhirat.
Shalat yang merupakan salah satu dari ibadah khusus mau merupakan
salah satu kewajiban bagi setiap orang mengaku islam agamanya. Shalat
merupakan ibadah yang istimewa jika dibandingkan dengan ibadah-ibadah
lainnnya.
Dalam membuat makalah ini kami tidak menemukan kesulitan karena kami
mengerjakan secara berkelompok sehingga masalah-masalah yang terjadi dapat
ditangani bersama. Harapan kami, semoga makalah sederhana ini dapat
memberikan manfaat kepada kita semua sebagai umat Islam.
Kami selaku penulis makalah ini terlebih dahulu meminta maaf jika dalam
penulisan makalah ini terdapat kekurangan yang tidak disengaja.
Akhir kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan penulis pada khususnya, penulis menyadari bahwa dalam
pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna untuk itu penulis menerima
saran dan kritik yang bersifat membangun demi hal yang lebih baik. Akhir kata,
penulis mengucapkan terima kasih.


Penulis

Page 3

Daftar Isi

KATA PENGANTAR ........................................................................................... 2
BAB I ...................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................................. 4
I.1. Latar Belakang .............................................................................................. 4
I.2. Tujuan ........................................................................................................... 5
BAB II .................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN .................................................................................................... 6
II.1. Pengertian Shalat ......................................................................................... 6
II.2. Perintah Shalat ............................................................................................. 7
II.3. Hikmah Shalat ............................................................................................. 7
BAB III ................................................................................................................. 14
PENUTUP ............................................................................................................ 14
III.1. KESIMPULAN ........................................................................................ 14
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 15





Page 4

BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Shalat dalam ajaran Islam merupkan ibadah paling esensial dan prinsip
yang harus dikerjakan oleh setiap muslim. Dimana bagi setiap yang
meninggalkannya akan mendapatkan ancaman hukuman yang berat,
1
sebagaimana
yang diriwayatkan Rasulullah saw.
shalat adalah tiang agama. Maka, barang siapa mendirikannya,
sesungguhnya dia telah mendirikan agama, dan barang siapa meninggalkannya
berarti dia telah meruntuhkan agama. (HR. Bukhari dan Muslim).
2

Setiap pelaksanaan shalat tidak hanya terfokus pada persoalaan ritual
semata. Akan tetapi ada nilai-nilai dasar yang sangat positif yang melandasinya.
3

Salah satu nilai-nilai positif tersebut adalah shalat sebagai benteng diri sehingga
dapat mencegah perbuatan keji dan mungkar. Seseorang yang mengamalkan dan
memahami shalat secara baik dan benar tidak akan mejerumuskan dirinya pada
perbuatan yang bersifat mendholimi diri sendiri atau merugikan diri sendiri. Dari
nilai di atas diharapkan terbentuknya manusia yang baik, benar, dan berguna bagi
sesama umat sehingga seseorang yang berlaku baik tersebut senantiasa terjaga
dari berpikiran tentang keburukan.
Seperti telah dijelaskan oleh Allah di dalam surat Al-Maarij ayat 19-23,
di dalam nya terkandung makna bahwa manusia dibekali karakter positif dan
negatif. Bentuk karakter yang terkandung dalam ayat ini ialah yaitu berkeluh
kesah saat susah, kikir saat mendapat nikmat. Namun, orang yang
shalatihimdaaimun yaitu orang orang yang melaksanakan shalat dan terus

1
Abu Bakr Jabir al-Jazairi, Ensiklopedi Muslim terjemahan Minhajul Muslim, hal. 298
2
Muhyiddin Aby Zakariyya Yahya bin Syaraf al-Nawawy, disayaratkan oleh al-Syaykh Muhammad
Shalih al-Utsaymin, Syarah al-Arbain al Nawawiyah (dar al-Aqidah, al-Iskandariyyah) 2007 hal
21
3
Ibnu Qudamah, Minhajul Qashidin (Terjamah Kathur Suhardi), Pustaka al-Kautsar Jakarta, 1997,
hal 27-31
Page 5

menerus mengamalkan makna shalat dalam keseharian mereka terhindar dari
karakter negatif sebagaimana penjelasan dalam ayat 21 dan 22 surat Al Maarij
Oleh karena itu lah kita mengangkat tema Hikmah sholat, implementasi, dan
realisasinya dalam pembentukan karakter
I.2. Tujuan

1. Mengetahui dan memahami hikmah dan realisasi sholat terhadap
pembentukan karakter setiap pribadi muslim
2. Memahami nilai-nilai dasar sholat sebagai metode pembentukan
karakter


Page 6

BAB II
PEMBAHASAN

II.1. Pengertian Shalat

Secara bahasa (etimologi/lughah) memiliki arti doa, ini berdasarkan ayat
Al-Quran
Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk
mereka.sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka. dan
Allah Maha Mendengar Lagi Maha Mengetahui. (QS At-Taubah [9]: 103).
Menurut para ahli ilmu ushul fiqh, doa yang dimaksud adalah
permohonan dari yang rendah kedudukannya kepada Yang Maha Tinggi, al-
dua thalabun min al-adna ila al-ala.
Makna lain dari sholat secara etimologi adalah rahmat (kasih sayang), ini
berdasarkan ayat Al-Quran
Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bersholawat untuk
Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bersholawatlah kamu untuk nabi dan
ucapkanlah salam penghormatan kepadanya. (QS. Al-Ahzab [33] : 56).
Menurut Mufassir, bersholawat itu adalah memberi nikmat; dari malaikat
berarti memintakan ampunan; dan dari orang-orang mukmin berarti berdoa
supaya diberi rahmat.
Menurut Mahmoud Syalthouth, mantan rektor Universitas Al Ahzar
Kairo, bahwa sholat merupakan ibadah fisik (ibadah badaniyah) yang
difardhukan Allah SWT kepada setiap orang muslim untuk didirikan dalam sehari
semalam sebanyak lima kali di waktu yang ditentukan.
Page 7

Al-Sayyid Sabiq dalam kitab fiqh al-sunnah mengemukakan definisi
sholat adalah suatu ibadah yang mengandung unsur aqwal (perkataan, bacaan)
dan afal (perbuatan) tertentu (makhshusah) yang dibuka dengan takbir
(membesarkan) kepada Allah Taala serta diakhiri dengan al-salam.
4


II.2. Perintah Shalat

Secara eksplisit perintah sholat terdapat dalam banyak ayat Al-Quran,
seperti surah An-Nisa ayat 103 yang mengungkapkan bahwa sholat itu ditetapkan
kewajibannya dengan mengacu pada waktu-waktu tertentu.
Maka apabila kamu telah menyelesaikan sholat (kalian), ingatllah
Allah di waktu berdiri,di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila
kamu telah merasa aman, maka dirikanlah sholat itu (sebagaimana biasa).
Sesungguhnya sholat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-
orang yang beriman. (QS. An-Nisa [4] : 103).
Dalam hadits-hadits Nabi Muhammad SAW juga kita dapatkan perintah
mendirikan shalat,
Dari Abu Abdirrahman, yaitu Abdulllah ibn Umar ibn al-Khattab ra
berkata: Saya mendengar Rasulullah saw bersabda: Islam itu dipondasi di atas
lima pilar: Persaksian bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad utusan
Allah, mendirikan sholat, memberikan zakat, haji ke Baitullah dan puasa
Ramadhan.
5

II.3. Hikmah Shalat

Shalat memiliki kedudukan yang istimewa dibanding ibadah-ibadah yang
lain. Apabila ibadah-ibadah yang lain dilakukan hanya di waktu tertentu, ibadah
sholat dilaksanakan setiap hari secara terus-menerus. Keistimewaan ini

4
Mahmoud Syalthouth, Al-Islam, Aqidah wa Syariah, (Cairo: Dar al-Qalam, 1996) hal 81
5
H.R. Imam al-Bukhari dan Imam Muslim
Page 8

mengandung hikmah yang luas dan mendalam. Hal itu menunjukkan bahwa sholat
tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia sehari-hari. Berikut ini adalah
hikmah yang terkandung di dalam proses menjalankan ibadah sholat:
a. Latihan Kedisiplinan
Di dalam ibadah sholat, waktu pelaksanaannya sudah
ditentukan sehingga kita tidak boleh seenaknya mengganti,
memajukan, ataupun mengundurkan waktu pelaksanaannya,
yang mengakibatkan batalnya sholat kita. Hal ini melatih kita
untuk berdisiplin dan sekaligus membiasakan diri untuk
menghargai waktu. Dan senantiasa menjaga keteraturan iabdah
dengan sungguh-sungguh, manusia akan terlatih untuk
berdisiplin terhadap waktu. Sebagaimana masalah waktu telah
ditegaskan dalam al-Quran dengan sumpah Allah yang berkaitan
akan waktu, misalnya: demi waktu (ashar); demi waktu fajar;
demi waktu dhuha dan sebagainya.
b. Latihan Kebersihan
Seperti yang telah kita ketahui syarat seseorang untuk
mendirikan sholat adalah mensucikan dirinya terlebih dahulu
dengan berwudhu atau bertayamum. Hal ini dimaksudkan bahwa
sholat hanya boleh dikerjakan oleh orang yang suci dari segala
bentuk najis dan kotoran, sehingga diharapkan setiap orang
untuk selalu berlaku bersih dan suci. Sebagaimana hadits Nabi
Muhammad saw:
Kebersihan adalah bagian dari iman
Dalam kitab Imam Ghazali, Ihya Ulumuddin yang
menjelaskan empat macam kotoran yang harus suci dari diri
manusia sebelum menjalankan sholat:
Suci badan dan pakaian dari hadats dan najis.
Suci diri dari dosa.
Suci jiwa dari akhlaq yang buruk dan rendah (beban
batin).
Page 9

Suci ingatan dari hal-hal selain Allah SWT.
6

Dari sini dapat kita simpulkan bahwa kebersihan ataupun
kesucian yang dimaksud bukanlah secara fisik semata melainkan
meliputi aspek non-fisik sehingga diharapkan orang terbiasa
melakukan sholat secara lahir maupun batin.
c. Latihan Kesehatan
Pelaksanaan ibadah shalat adalah dengan gerakan badan.
Adakalanya berdiri tegak, padapula saat membungkukkan
badan, kemudian sujud kebawah, setelah itu duduk, sujud lagi,
duduk, kemmudian bangkit lagi. Ini dilakukan silih berganti
sehingga secara tidak langsung merupakan suatu gerakan
Senam yang dilaksanakn secara tertib 5 kali dalam sehari
semalam. Efek gerakan Senam ini tentu saja menjadikan tubuh
lebih sehat secara fisik
Selain menyehatkan secara fisik, shalat juga dapat
menyehatkan jiwa manusia. Hal ini dikarenakan gerakan geakan
shalat seperti kontrksi otot, tekanan, dan massage (Tekanan)
pada bagian otot otot tertentu (Didalam bersujud, beruku dan
sebagainya) merupakan suatu proses relaksas. Pelatihan
relaksasi sendiri samapai saat ini banyak dipakai oleh para ahli
fisioterapi untuk mengurangi kecemasan. Bahkan ditemukan
bahwa aktifitas dalam shalat menghasilkan bio-energi yang
menghantarkan si pelaku dalam kondisi seimbang (equilibrium)
anara jiwa dan raga
d. Latihan Konsentrasi
Shalat melibatkan aktifitas lisan, badan dan pikiran secara
bersamaan dalam rangka menghadap Illahi. Ketika lisan
mengucapkan Allahu Akbar (Allah Maha Besar), secara serentak
tangan diangkat keatas sebagai lambang membesarkan dan

6
Ust. Labib MZ dan Ust. Moh. Ridhoi, Kuliyah Ibadah di injau Dari Segi Hukum dan Hikmah (Tiga
Dua, Surabaya) 2000. Hal. 356-360
Page 10

memulaikan, dan bersamaan dengan itu pula didalam pikiran
diniatkan akan shalat. Pada saat itu, semua hubungan diputuskan
dalam dengan dunia luar. Semua hal dipandang tidak ada,
kecuali hanyalah Allah SWT yang sedang disembah pemusatan
seperti ini, yang dikerjakan secara rutin sehari lima kali, melatih
kemampuan berkonsentrasi pada manussia, yang semakin lama
semakin meningkat.
Konsentrasi yang dalam, didalam bahasa Arab disebut
Khusyu dituntut untuk dapat dialakukan oleh pelaku
kekhusyukan ini sering disamakan dengan proses meditasi.
Meditasi yang sering dilakukan oleh manusia dipercaya dapat
meningkatkan kemampuan konsentrasi dan mengurangi
kecemasan.
Dengan didasari kemampuan konsentrasi yang baik,
manusia akan lebih tenang tidak mudah cemas dan gelisah, dan
tidak emosional. Hal ini penting sekali disaat manusia
menghadapi kesulitan. Dengan ketenangan yang dimiliki,
seberapapun besarnya kesukaran, manusia akan lebih tenang
menghadapinya, sehingga penyelesainnya pun akan lebih
mudah.
e. Latihan Sugesti Kebaikan
Bacaan-bacaan dalam shalat adalah kata-kata baik yang
banyak mengandung pujian sekaligus doa kepada Allah SWT.
Memuji Allah SWT artinya mengakui kelemahan kita sebagai
manusia sehingga melatih kita untuk senantiasa menjadi orang
yang rendah hati, tidak sombong, apalagi takabur. Berdoa selain
bermakna nilai kerendahan hati sekaligus juga dapat
menumbuhkan sikap optimis dalam kehidupan. Ditinjau dari
teori hipnosis yang menjadi landasan dari salah satu teknik
kejiwaan, pengucapan kalimat-kalimat positif (bacaan shalat)
merupakan suatu proses autosugesti, yang membuat si pelaku
Page 11

selalu berusaha mewujudkan apa yang telah diucapkan tersebut
dalam kehidupan sehari-hari.
f. Latihan kebersamaan
Dalam mengerjakan shalat sangat disarankan untuk
melakukannya secara berjamaah (bersama orang lain). Dari sisi
pahala, berdasarkan hadist jauh lebih besar bila dibandingkan
dengan shalat sendiri-sendiri. Dari sisi psikologis, shalat
berjamaah bisa memberikan aspek terapi yang sangat hebat
manfaatnya, baik bersifat prefentif maupun kurantif. Dengan
shalat berjamaah, seseorang dapat menghindarkan diri dari
gangguan kejiwaan seperti gejala keterasingan diri. Dengan
shalat berjamah, seseorang akan berasa adanya kebersamaan
dalam hal nasib, kedudukan, suka dan duka. Tidak ada lagi
perbedaan antar individu berdasarkan pangkat, kedudukan,
jabatan, dan lain-lain didalam pelaksanaan shalat berjamaah.
Semua manusia sama derajatnya dihadapan Allah SWT. Dengan
demikian, tidak ada jarak sosial yang membentang diantara
masing-masing muslim sehingga kesenjangan sosial pun dapat
dihindari.
g. Manusia yang seimbang
Seorang muslim dianjurkan untuk senantiasa seimbang
dalam kondisi apapun, ia senantiasa berada di tengah-tengah,
misalnya antara kikir dan boros antara dunia dan akherat antara
benci dan cinta dan sebagainya. Sehingga tidak boleh terlalu
boros atau terlalu kikir, selalu cinta pada dunia atau sebaliknya
terlalu benci terhadap dunia, demikian pula kita tidak boleh
terlalu benci atau terlalu cinta terhadap seseorang. Umat islam
senantiasa ada di tengah-tengah, dalam bahasa jawa ada istilah
sak madyo. Misalnya dalam sebuah hadist, bekerjalah kamu
untuk urusan dunia seolah olah kamu akan hidup selamanya
tetapi beribadalah kamu seolah olah kamu akan mati besok.
Page 12

Dalam Al-Quran surah Al Qashash/28: 77: dan carilah
apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu kebahagiaan
negeri akherat, dan janganlah kamu melupakan kebahagiaanmu
dari(kenikmatan) duniawi....
Shalat dijalankan selama satu hari semalam dan telah
diatur sedemikan rupa oleh Islam. Hal ini mengisyaratkan akan
adanya keseimbangan dalam hidup kita, yakni tidak hanya
pemikiran urusan dunia saja. Pagi-pagi sudah diawali dengan
shalat subuh, kemudian kita bekerja di tengah hari berhenti
sejenak untuk istirahat (ishoma= istirahat,shalat, dan makan)
yaitu shalat dzuhur, kemudian diselingi shalat ashar dan malam
hari shalat magrib dan isya. Keseimbangan ini sangat penting
untuk seseorang untuk mendukung kesehatan mental seseorang,
karena banyak sekali mereka yang mengalami gangguan jiwa
yang berkaitan dengan masalah kerja ini. Ada yang kecanduan
kerja (workaholic), ada yang mengalami sindroma hari libur
(holiday syndrom), dan tidak jarang yang masuk rumah sakit
jiwa, dan, ketergantungan obat atau bahkan berakhir dengan
bunuh diri.
h. Sebagai Implementasi Rasa Syukur
Shalat adalah ibadah yang membentuk rasa keagamaan
yang tinggi. Hal ini tidak terlepas dari fadhu Allah yang berupa
hidayah ila shirathil mustaqim. Maka, semakin khusyuk shalat
seseorang, justru akan semakin menambah ketekunan serta
ketundukan dan keseriusannya dalam beribadah. Sebab, pada
kondisi ini, bukan kewajiban yang sekadar ia tunaikan, akan
tetapi, ia benar-benar hanya mengharapkan rida-Nya. Maka
dalam hal ini, semakin banyak nilai kunitatif ibadah yang ia
lakukan, serta semakin bertambah nilai kualitatif ibadah yang ia
peroleh, ia justru akan semakin bersyukur yang diwujudkan pada
peningkatan ibadah itu sendiri.
Page 13

Religiositas seperti ini berimplikasi sangat luas dalam dimensi kehidupan
manusia. Hal ini disebabkan karena ketenangan jiwa yang diperoleh dari
intensinya berkomunikasi dengan Allah SWT (QS. Ar-Rad [13]: 28). Maka
orang yang shalatlah patuh akan memiliki jiwa yang lebih seimbang, penuh
harapan (raja), namun tidak kehilangan kesadaran iri atau sombong, karena ia
tidak berkeluh kesah ketika ditimpa kemalangan, dan tidak menjadi kikir jika
sedang mengalami keberuntungan. (QS. Maarij [70]: 19-23).
Shalat sebagai satu dari kesatuan sistem ibadah dengan yang lain seperti
puasa, haji, dan lain-lainnya, memiliki implikasi yang sangat kuat sekali dengan
keteguhan jiwa dan ketabahan hati dalam menempuh hidup, karena ada harapan
terhadap Tuhan.
Maka, ibadah sebagai pernyataan perjalanan seluruh hidup seseorang
menuju Tuhan, jika dilakukan dengan penuh kesadaran dan konsistensi
(istiqamah), akan membuat hidup tata-titi-tentrem, kertaharja. (QS. Al-Jin [72]:
16), karena rasa aman berdasarkan iman. Sebab ibadah, termasuk shalat adalah
pelembagaan (institusionalized) dari iman itu sendiri. Perolehan kesempurnaan
sikap inilah (lahir dan batin, jaminan keamanan dan keselamatan dunia akhirat)
yang harus selalu disyukuri dengan peningkatan ibadah setiap saat.

Page 14

BAB III
PENUTUP
III.1. KESIMPULAN
1. Berbagai aspek kehidupan yang bisa terwakilkan dalam ibadah sholat
yang dapat mendorong akhlaq manusia menjadi lebih baik.
2. Ibadah sholat dapat mencegah diri dari perbuatan keji dan mungkar,
namun ketika manusia masih berbuat keji dan mungkar dan tetap
melakukan sholat mengakibatkan bertambahnya akhlaq yang tidak
terpuji atau bertambahnya perbuatan keji dan mungkar tersebut.

Page 15

DAFTAR PUSTAKA

1. Tim DPPAI. 2013. Islamadina. Yogyakarta: DPPAI UII
2. Tim DPPAI. 2013. Pilar Substansial Islam. Yogyakarta: DPPAI UII
3. Labib MZ dan Moh. Ridhoi. 2000. Kuliyah Ibadah di injau Dari Segi
Hukum dan Hikmah. Surabaya: Tiga Dua
4. Susetya, Wawan. 2007. Sebuah Kerinduan Salat Khusyuk.
Yogyakarta: Tugu Publisher
5. Nurcholish, Madjid. 2001. 30 Sajian Ruhani. Bandung: Mizan
6. Sholikhin, KH. Muhammad. 2011. The Miracle of Shalat. Jakarta:
Erlangga

Anda mungkin juga menyukai