Anda di halaman 1dari 16

1

SPIRITUALITAS HAJI DAN KEPEDULIAN SOSIAL











Oleh : Kelompok 6
Satria Wicaksana
Fauzi Farid Muttaqien
Nur Febry Romadona
Sandy Trisatya Martha
Khilyatin Ulin Noor
Desty Ratnia

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
2014
2

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya kami mampu menyelesaikan makalah ini
dengan baik dan tanpa ada halangan apapun. Penyusunan makalah ini
adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Ibadah dan Akhlak. Adapun
judul yang diambil untuk penyusunan makalah ini yaitu Spiritualitas Haji
dan Kepedulian Sosial.
Terima kasih kami ucapkan kepada segenap yang terlibat dalam
penyusunan makalah ini, baik yang langsung maupun tidak langsung. Tidak
lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah
Ibadah dan Akhlak kami yang telah membimbing kami.
Yogyakarta, 21 April 2014

Penyusun











3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR . 2
DAFTAR ISI . 3
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.. 4
B. Tujuan 5
BAB II. PEMBAHASAN
A. Definisi Haji... 6
B. Hokum Haji.. 6
C. Syarat Wajib Haji.. 8
D. Syarat Sahnya Haji 9
E. Makna Simbol Ibadah Haji ..... 10
F. Kedudukan Haji Dalam Islam.. 10
G. Keutamaan Ibadah Haji .. 11
H. Ibadah Haji dan Ketahanan Mental , Jiwa dan Raga .. 12
I. Ibadah Haji Sarana Pemersatu & Perdamaian ........... 14
BAB III. PENUTUP
A. Kesimpulan 16



4

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Haji adalah rukun (tiang agama) Islam yang kelima setelah syahadat,
shalat, zakat dan puasa. Menunaikan ibadah haji adalah bentuk ritual
tahunan yang dilaksanakan kaum muslim sedunia yang mampu (material,
fisik, dan keilmuan) dengan berkunjung dan melaksanakan beberapa
kegiatan di beberapa tempat di Arab Saudi pada suatu waktu yang dikenal
sebagai musim haji (bulan Dzulhijjah). Hal ini berbeda dengan ibadah
umrah yang bisa dilaksanakan sewaktu-waktu.
Kegiatan inti ibadah haji dimulai pada tanggal 8 Dzulhijjah ketika umat
Islam bermalam di Mina, wukuf (berdiam diri) di Padang Arafah pada
tanggal 9 Dzulhijjah, dan berakhir setelah melempar jumrah (melempar batu
simbolisasi setan) pada tanggal 10 Dzulhijjah. Masyarakat Indonesia lazim
juga menyebut hari raya Idul Adha sebagai Hari Raya Haji karena
bersamaan dengan perayaan ibadah haji ini.

Secara lughawi, haji berarti menyengaja atau menuju dan mengunjungi.
Menurut etimologi bahasa Arab, kata haji mempunyai arti qashd, yakni
tujuan, maksud, dan menyengaja. Menurut istilah syara', haji ialah menuju
ke Baitullah dan tempat-tempat tertentu untuk melaksanakan amalan-amalan
ibadah tertentu pula. Yang dimaksud dengan temat-tempat tertentu dalam
definisi diatas, selain Ka'bah dan Mas'a(tempat sa'i), juga Arafah,
Muzdalifah, dan Mina. Yang dimaksud dengan waktu tertentu ialah bulan-
bulan haji yang dimulai dari Syawal sampai sepuluh hari pertama bulan
Dzulhijjah. Adapun amal ibadah tertentu ialah thawaf, sa'i, wukuf, mazbit di
Muzdalifah, melontar jumrah, mabit di Mina, dan lain-lain.



5


B. Tujuan
Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memberi gambaran tentang
ibadah haji secara umum, terutama berkaitan dengan hal-hal yang umum
dilakukan dalam melakukan ibadah haji.


























6

BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Haji
Secara lughawi, haji berarti menyengaja atau menuju dan
mengunjungi.
Menurut etimologi bahasa Arab, kata haji mempunyai arti qashd,
yakni tujuan, maksud, dan menyengaja.
Menurut istilah syara', haji ialah menuju ke Baitullah dan tempat-
tempat tertentu untuk melaksanakan amalan-amalan ibadah tertentu
pula.

B. Hukum Haji
Hukum haji adalah fardhu ain, wajib bagi setiap muslim
yang mampu, wajibnya sekali seumur hidup. Haji merupakan bagian
dari rukun Islam. Mengenai wajibnya haji telah disebutkan dalam Al
Quran, As Sunnah dan ijma (kesepakatan para ulama).

1. Dalil Al Quran
Allah Taala berfirman,

Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu


(bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah.
Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya
Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.
(QS. Ali Imron: 97).
Ayat ini adalah dalil tentang wajibnya haji. Kalimat dalam
ayat tersebut menggunakan kalimat perintah yang berarti wajib.
Kewajiban ini dikuatkan lagi pada akhir ayat (yang artinya),
Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya
7

Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.
Di sini, Allah menjadikan lawan dari kewajiban dengan kekufuran.
Artinya, meninggalkan haji bukanlah perilaku muslim, namun
perilaku non muslim.

2. Dalil As Sunnah
Dari Ibnu Umar, Nabi shallallahu alaihi wa
sallam bersabda,

Islam dibangun di atas lima perkara: bersaksi tidak ada


sesembahan yang berhak disembah selain Allah dan mengaku
Muhammad adalah utusan-Nya, mendirikan shalat, menunaikan
zakat, berhaji dan berpuasa di bulan Ramadhan. (HR. Bukhari no.
8 dan Muslim no. 16).
Hadits ini menunjukkan bahwa haji adalah bagian dari rukun Islam.
Ini berarti menunjukkan wajibnya.
Dari Abu Hurairah, ia berkata,

- -


Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah berkhutbah di
tengah-tengah kami. Beliau bersabda, Wahai sekalian manusia,
Allah telah mewajibkan haji bagi kalian, maka berhajilah. Lantas
ada yang bertanya, Wahai Rasulullah, apakah setiap tahun (kami
mesti berhaji)? Beliau lantas diam, sampai orang tadi bertanya
hingga tiga kali. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam lantas
bersabda, Seandainya aku mengatakan iya, maka tentu haji akan
diwajibkan bagi kalian setiap tahun, dan belum tentu kalian
sanggup. (HR. Muslim no. 1337).
8

Sungguh banyak sekali hadits yang menyebutkan wajibnya haji
hingga mencapai derajat mutawatir (jalur yang amat banyak)
sehingga kita dapat memastikan hukum haji itu wajib.

3. Dalil Ijma (Konsensus Ulama)
Para ulama pun sepakat bahwa hukum haji itu wajib sekali
seumur hidup bagi yang mampu. Bahkan kewajiban haji termasuk
perkara al malum minad diini bidh dhoruroh (dengan sendirinya
sudah diketahui wajibnya) dan yang mengingkari kewajibannya
dinyatakan kafir.

C. Syarat Wajib Haji
1. Islam
2. Berakal
3. Baligh
4. Merdeka
5. Mampu
Kelima syarat di atas adalah syarat yang disepakati oleh para ulama.
Sampai-sampai Ibnu Qudamah dalam Al Mughni berkata, Saya
tidak mengetahui ada khilaf (perselisihan) dalam penetapan syarat-
syarat ini. (Al Mughni, 3:164)

Catatan:
1. Seandainya anak kecil berhaji, maka hajinya sah. Namun hajinya
tersebut dianggap haji tathowwu (sunnah). Jika sudah baligh, ia
masih tetap terkena kewajiban haji. Hal ini berdasarkan kesepakatan
para ulama (baca: ijma).





9

2. Syarat mampu bagi laki-laki dan perempuan adalah:
a. Mampu dari sisi bekal dan kendaraan
b. Sehat badan
c. Jalan penuh rasa aman
d. Mampu melakukan perjalanan.

3. Mampu dari sisi bekal mencakup kelebihan dari tiga kebutuhan:
a. Nafkah bagi keluarga yang ditinggal dan yang diberi nafkah
b. Kebutuhan keluarga berupa tempat tinggal dan pakaian
c. Penunaian utang.

Syarat mampu yang khusus bagi perempuan adalah:
a. Ditemani suami ataumahrom
b. Tidak berada dalam masa iddah.

D. Syarat Sahnya Haji
1. Islam
2. Berakal
3. Miqot zamani, artinya haji dilakukan di waktu tertentu (pada
bulan-bulan haji), tidak di waktu lainnya. Abullah bin Umar,
mayoritas sahabat dan ulama sesudahnya berkata bahwa waktu
tersebut adalah bulan Syawwal, Dzulqodah, dan sepuluh hari
(pertama) dari bulan Dzulhijjah.
4. Miqot makani, artinya haji (penunaian rukun dan wajib haji)
dilakukan di tempat tertentu yang telah ditetapkan, tidak sah
dilakukan tempat lainnya. Wukuf dilakukan di daerah Arafah.
Thowaf dilakukan di sekeliling Kabah. Sai dilakukan di jalan
antara Shofa dan Marwah. Dan seterusnya.




10

E. Makna Simbol Ibadah Haji
Haji adalah gerakan terarah dan secara sadar serta beragam
yang dilakukan bersama-sama dengan tujuan yang sama. Inti dari
seluruh gerakan itu adalah dzikirullah dan solidaritas dengan sesama
hamba Allah. Tujuannya adalah mewujudkan pangkalan spiritual
yang kokoh bagi kebahagiaan hidup manusia .


Allah telah menjadikan Kabah, rumah suci itu sebagai pusat
(peribadatan dan urusan dunia) bagi manusia, dan demikian pula
bulan haram, binatang kurban hady dan qalaid (Q.S. Al-Maidah
97)

F. Kedudukan Haji dalam Islam
Ibadah haji adalah salah satu rukun Islam yang lima, dan
salah satu kewajiban dalam Islam, berdasarkan al-Quran, as-Sunnah
dan ijma' kaum Muslimin.
Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman:
"Mengerjakan haji itu adalah kewajiban manusia terhadap Allah,
yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke
Baitullah. Barangsiapa mengingkari (ke-wajiban haji), maka
sesungguhnya Allah Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu) dari
semesta alam." (QS. Ali 'Imran: 97).
Dan Nabi Shalallaahu alaihi wasalam bersabda:



"Islam dibangun di atas lima perkara; bersaksi bahwasanya tiada
Ilah yang haq kecuali Allah, dan bersaksi bahwasanya Muhammad
adalah Rasul utusan Allah, menegakkan shalat, menunaikan zakat,
11

berpuasa di bulan Ramadhan dan menunaikan ibadah haji ke
Baitullah." (Hadits shahih riwayat al-Bukhari dan Muslim).
Demikian pula kaum muslimin telah sepakat akan kewajiban
ibadah haji bagi mereka yang mampu, dan tiada seorangpun
menyelisihi kesepakatan ini. ( Lihat Tafsir Ibni Katsir I/364 dalam
penafsiran ayat di atas, dan al-Mughni, Ibnu Qudamah 5/5)

G. Keutamaan Ibadah Haji
Ibadah haji merupakan rukun Islam yang kelima. Perintah
rukun Islam yang kelima itu wajib bagi yang mampu
menjalankannya.
Setiap Muslim ingin menunaikan ibadah haji bukan semata karena
kewajiban, melainkan karena berbagai keutamaan ibadah haji yang
tidak dimiliki oleh ibadah lain:
1. Kewajiban kepada Allah.
2. Perintah Allah yang harus dikerjakan.
3. Sebagai tamu Allah.
4. Dibanggakan Allah kepada malaikat-Nya.
5. Ibadah haji merupakan jihad fi sabilillah.
6. Ganjaran yang sama dengan membelanjakan harta di jalan
Allah.
7. Wafat dalam perjalanan haji sama dengan mati syahid.
8. Dapat menghapus doa.

9. Menghapus kemiskinan.
10. Membawa pahala.
11. Balasan surga bagi haji yang mabrur.
12. Doanya diterima untuk orang lain.




12

H. Ibadah Haji dan Ketahanan Mental , Jiwa dan Raga
Pengalaman Spiritual
Bagi seorang manusia, haji merupakan kesempatan untuk
memasuki ruang spiritualitas yang tak bertepi. Kita keluarkan
diri kita dari relung kehidupan sehari-hari dengan segenap noda
dan persoalannya, menuju ruang hidup yang penuh dengan
ketenangan, spiritualitas, kedekatan kepada Allah, dan pelatihan
jiwa secara sadar. Sejak awal kalian memasuki ritus ini, sesuatu
yang selama ini dibolehkan dalam kehidupan sehari-hari kita,
kalian haramkan bagi diri kalian. Ihram adalah mengharamkan
hal-hal yang dianggap biasa dan mubah di kehidupan sehari-
hari, yakni hal-hal yang diperbolehkan. Sebagian besar dari hal-
hal yang diperbolehkan itu merupakan penyebab kelalaian,
bahkan sebagian lagi menyebabkan penyimpangan.

Melepas Diri Dari Simbol Kecongkakan
Seluruh perangkat kesenangan lahiriah dan materi dalam ihram
tercabut dari kita diantarnya sbb :
Pakaian, pangakat, jabatan, peringkat, baju mewah
Dilarang bercermin
Dilarang memakai wewangian
Jangan menghindar dari sengatan matahari dan guyuran hujan
Jangan berjalan di bawah atap

Kesempatan Menempa Diri
Langkah awal yang dilakukan pesalik haji adalah
penempaan diri. Ihram, tawaf, salat, Masyar (Muzdalifah),
Arafah, Mina, berkorban, melontar jumrah, mencukur
rambut, semua itu adalah bentuk lahiriyah dari kekhusyukan
dan kerendahan manusia di hadapan Allah Swt, dan semua
itu adalah dzikir, khidmat dan upaya mendekatkan diri
13

kepadaNya. Manasik yang penuh makna ini jangan sampai
dilalaikan
Haji adalah peluang besar untuk menyampaikan kepada
masyarakat umum dunia akan hakikat yang ada pada kita
yang diperoleh oleh bangsa Iran yang muslim berkat marifat
dan hidayah Islam, untuk menggugah mereka.

Ibadah Untuk Mengikis Kelalaian
Ibadah haji adalah satu kesempatan yang istimewa. Seluruh
ibadah adalah sarana bagi manusia untuk mengenal dan
menemukan kembali jatidirinya. Manusia sering lupa terhadap
Allah SWT - padahal Allah adalah Wujud Yang Hakiki -, lupa
terhadap dirinya sendiri, terhadap jiwanya, dan terhadap hakikat
dirinya.


"Dan jangan kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah,
maka Allah-pun menjadikan mereka lupa kepada mereka
sendiri. (QS: :1)
Safari Dengan Jiwa dan Raga
Haji secara esensial memiliki dua sisi utama, pertama,
mendekatkan diri kepada Allah dalam pemikiran dan tindakan,
dan kedua menghindari thaghut dan syaitan dengan jiwa dan
raga. Seluruh amalan dalam haji, baik yang harus dilaksanakan
maupun yang harus ditinggalkan, dimaksudkan untuk mencapai
dua tujuan tersebut atau menjadi pembuka jalan untuk
mewujudkannya.





14

I. Ibadah Haji Sarana Pemersatu & Perdamaian
Keagungan Rasa Persatuan
Haji adalah manifestasi persatuan dan kesatuan umat Islam.
Bahwa Allah SWT menyeru umat Islam yang mampu untuk
menuju ke satu tempat dan pada waktu tertentu, mengumpulkan
mereka bersama-sama selama beberapa hari untuk melakukan
amal dan manasik yang merupakan manifestasi keharmonisan,
kedisiplinan dan kekompakan, dampak pertamanya adalah
menyuntikkan semangat persatuan dan kebersamaan di hati
setiap insan Muslim dan menunjukkan kebesaran dan kecintaan
kebersamaan umat Islam serta untuk melepaskan dahaga mereka
terhadap rasa keagungan ini.

Makna Pertemuan Agung Ini
Jelas bahwa menurut Islam dan perspektif Islami, persatuan
hati dan jiwa tidak hanya di medan politik atau perjuangan
saja, tetapi dalam berziarah ke rumah Allah SWT dalam
keadaan hati dan jiwa yang satu, adalah hal yang sangat
krusial. Oleh karena itu Anda menemukan dalam Al-Quran
disebutkan firman berbunyi;

Berpegangteguhlah kalian pada tali Allah.. (Q.S. Aali
Imran:103)

Berpegang teguh pada tali Allah saja tidak ada gunanya: yang
penting adalah kebersamaan dalam berpegang teguh pada tali
Allah itu. Yang penting adalah bersama-sama: hati, jiwa,
pemikiran, dan raga bersama-sama. Tawaf yang kalian lakukan -
mengelilingi satu pusat putaran ini- merupakan simbol gerakan
umat Islam pada poros tauhid.


15

Penyalahgunaan Isu Persatuan
Jadikanlah haji sebagai alat perekat, alat persatuan dan
pemersatu kalbu, niat dan tekad di dunia Islam. Sebaliknya, hal
itu jangan sampai digunakan sebagai alat pemecah-belah dan
menciptakan kebencian. Untuk mengenali masalah dan contoh
nyata akan hal ini memang diperlukan kewaspadaan dan kehati-
hatian.

Imperialisme dan Perpecahan Umat
Cermati baik-baik apa yang dikehendaki musuh. Adalah satu
kesalahan besar ketika seseorang beranggapan sedang membela
sebuah kebenaran, tetapi kenyataannya justu membela dan
melayani rencana musuh. Ada orang-orang yang memang
dibayar untuk berbuat makar, tetapi ada pula orang-orang awam
dan fanatik buta yang sengaja digerakkan untuk mengusik
keyakinan dan kesucian-kesucian pihak lain.
















16

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Haji adalah salah satu rukun islam, haji adalah ibadah yang
tergabung padanya antara amalan badan dan pengorbanan harta, dan haji
adalah salah satu ibadah yang paling agung, yang memiliki kandungan
makna, dan hikmah yang sangat luas lagi mendalam.

Anda mungkin juga menyukai