Anda di halaman 1dari 43

MAKALAH

SHALAT

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Fikih Ibadah

Dosen Pembimbing: Zulva Ismawati, M.Pd

Disusun oleh:

1. Ahmad Dzakwan Subhan (1860310231011)


2. Yoga Dwi Mukti (1860310232040)
3. Haris Riza Nasharudin (1860310231020)
4. Rifki Sandi R Sihombing (1860310231025)

JURUSAN ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB, DAN DAKWAH

UIN SAYYID ALI RAHMATULLAH TULUNGAGUNG

i
SEPTEMBER 2023

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat,


taufik, serta hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Sholawat serta salam senantisa tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang telah membimbing kita semua dari zaman
kebodohan menuju zaman yang terang benderang.

Makalah ini telah selesai kami susun dengan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar dalam pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu saya dalam pembuatan makalah ini dengan sebaik-baiknya.

Tugas makalah tentang “Shalat" ini pada mata kuliah Fikih Ibadah.
Makalah ini kami buat dengan melakukan pembahasan dan pencermatan
secara serius, meskipun tidak tertutup kemungkinan masih banyak
kekurangan dan kekeliruan. Terlepas dari segala kekurangannya itu yang
telah kami lakukan dapat memberikan manfaat kepada pembaca, oleh
karena itu kami sangat menghargai saran dan kritik untuk membangun
makalah ini dengan lebih baik lagi. Demikian makalah ini kami buat dan
sampaikan semoga melalui makalah ini dapat memberikan manfaat kita
semua.

Tulungagung, 28 September 2023

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................ii

DAFTAR ISI.....................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...............................................................................................

B. Rumusan Masalah..........................................................................................

C. Tujuan............................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................

A. Pengertian Shalat............................................................................................
B. Dalil-Dalil dan Tata Cara Shalat....................................................................
C. Waktu-Waktu Pelaksanaan Shalat.................................................................
D. Syarat Sah, Rukun, dan Hal-Hal yang Membatalkan Shalat..........................
E. Makna, Hakikat, dan Hikmah Shalat.............................................................

BAB III PENUTUP...............................................................................................

A. Kesimpulan....................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sholat merupakan rukun Islam kedua setelah Syahadat. Islam didasarkan pada
lima rukun, salah satunya ialah shalat, maka barangsiapa yang mendirikan shalat maka
ia mendirikan agama (Islam), dan barangsiapa yang meninggalkan shalat, maka ia
menghancurkan agama itu (Islam).

Sholat wajib dilakukan lima kali sehari semalam, totalnya 17 rakaat. Sholat ini
wajib dilakukan tanpa terkecuali bagi muslim mukallaf, baik dalam kondisi sehat
maupun dalam keadaan sakit. Selain shalat wajib, ada juga yang dinamakan shalat
sunnah. Namun ada kalanya manusia sebagai ciptaan Tuhan seringkali lupa bahkan
mengabaikan waktu untuk mendirikan shalat. Padahal, di dalam al-Qur’an disebutkan
mengenai perintah-perintah untuk menuaikan shalat. Berdasarkan penjabaran di atas
maka penulis menganggap penting untuk membahas materi shalat untuk dibahas pada
pembahasan selanjutnya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian shalat?
2. Apa saja dalil-dalil dan tata cara shalat?
3. Apa saja waktu-waktu pelaksanaan shalat?
4. Bagaimana dengan syarat sah, rukun, dan hal-hal yang membatalkan shalat?
5. Bagaimana dengan makna, hakikat, dan hikmah dari shalat?

C. Tujuan

1. Memahami pengertian shalat.


2. Mengetahui dalil-dalil beserta tata cara shalat.
3. Mengetahui waktu-waktu pelaksanaan shalat.
4. Memahami syarat sah, rukun, beserta hal-hal yang membatalkan shalat.
5. Memahami makna, hakikat, dan hikmah dari shalat.

1
BAB II

PEMBAHASAN

Nama: Ahmad Dzakwan Subhan

Kelas: IPII 1A

A. Pengertian Shalat

Secara bahasa, sholat berasal dari bahasa Arab yaitu ad-Du’a, yang berarti
doa atau cara berdoa untuk meminta permohonan kepada Allah SWT 1. Sementara
kata sholat atau salat dalam KBBI digambarkan sebagai ibadah kepada Allah
SWT dan wajib dilakukan setiap Muslim sesuai syarat, rukun, dan bacaan
tertentu.

Pengertian sholat secara bahasa juga termaktub dalam firman Allah QS At-

Taubah ayat 103:

‫ُخ ْذ ِم ْن َأْم َو اِلِهْم َص َد َقًة ُتَطِّهُر ُهْم َو ُتَز ِّك يِهْم ِبَها َو َص ِّل َع َلْيِهْم ۖ ِإَّن َص اَل َتَك َس َكٌن َلُهْم ۗ َو ُهَّللا‬
‫َسِم يٌع َع ِليٌم‬

Artinya: "Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu
kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan
Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui."

Firman Allah lainnya yang menyebut sholat sebagai doa tercantum pada surat Al
Ahzab ayat 56:

‫ِإَّن َهَّللا َو َم اَل ِئَكَتُه ُيَص ُّلوَن َع َلى الَّنِبِّي ۚ َيا َأُّيَها اَّلِذ يَن آَم ُنوا َص ُّلوا َع َلْيِه َو َس ِّلُم وا َتْس ِليًم ا‬

Artinya: "Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk


Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan
ucapkanlah salam penghormatan kepadanya."

1
Muhammad bin Qasim al-Ghazi. 2002. Fathul Qarib. Damaskus: Dar Al-Fajr. hal.51

2
Terdapat empat jenis istilah mengenai shalat yaitu istilah syara’, istilah
fikih, ahli hakikat, ahli ma’rifat. Dalam istilah syara', shalat merupakan ibadah
dalam bentuk perkataan dan perbuatan tertentu dengan menghadirkan hati dengan
ikhlas dan khusyu, dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam menurut
syarat dan rukun yang telah ditentukan syara'. Sedangkan dalam istilah fikih, salat
secara fiqhiyyah (fikih) adalah perkataan-perkataan dan perbuatan yang diawali
dengan takbiratul ihram (membaca takbir) dan diakhiri dengan salam dengan
syarat-syarat yang telah ditentukan2. Menurut ahli ma’rifah mengenai shalat,
shalat adalah meminta do’a kepada Allah dengan sepenuh jiwa dan segala
kekhusyukan di hadapan-Nya, berikhlas hati kepada-Nya, serta menghadirkan
hati dalam berzikir, berdoa, dan memuji-Nya. Sedangkan menurut ahli hakikat
mengenai shalat, shalat adalah menghadapkan hati kepada Allah dalam bentuk
mendatangkan rasa takut kepada-Nya serta menumbuhkan dalam jiwa perasaan
mengagungkan akan kebesaran-Nya dan kesempurnaan kekuasaan-Nya.

Arti salat menurut istilah dan bahasa memiliki nilai lahir batin yang
terwujud dalam bentuk yang indah dan mengandung ideologi hidup bagi manusia.
Dengan demikian, salat akan mencegah dari perbuatan maksiat atau
kemungkaran, dan mendorong perilaku gemar berbuat kebajikan.

Nama: Rifki Sandi R Sihombing

Kelas: IPII 1A

B. Dalil-Dalil dan Tata Cara Shalat

1. Dalil Al-Qur'an

‫َو َأِقيُم وا الَّصلوَة َو اُتوا الَّز َكوَة َو اْر َك ُعوا َم َع الَّراِكِع يَن‬

Wa aqiimush shalaata wa aatuz zakaata warka'uu ma'ar raaki'iin.

"Dan dirikanlah sholat, dan keluarkanlah zakat, dan tunduklah rukuk


bersama orang-orang yang rukuk." (QS. Al-Baqarah: 43).

2
Syamsuddin Noor. 2009. Mengungkap Rahasia Shalat Para Nabi. Jakarta: Wahyumedia.
hal.131

3
‫َو َأِقِم الَّصلوَة ِإَّن الَّصلوَة َتْنَهى َع ِن اْلَفْح َش اِء َو اْلُم نَك ِر‬

Wa aqimish shalaata innash shalaata tanhaa 'anil- fakhsyaa-i wal munkar.

"Kerjakanlah sholat, sesungguhnya sholatitu mencegah perbuatan yang keji


dan yang mungkar." (QS. Al-Ankabut: 45).

2. Hadits Nabi Muhammad SAW

‫ َش َهاَد ِة َأْن اَل ِإَل َه ِإاَّل ُهَّللا َو َأَّن ِهللا َو ِإَق اِم الَّص اَل ِة َو ِإيَت اِء‬: ‫بْيِني اِإْل ْس اَل ُم َع َلى َخ ٍس‬
‫الَّز َك اِة َو ِص َياِم ُمَح َّم ًدا َر ُسوُل َر َم َض اَن َو َح َج اْلَبْيِت‬

Rasulullah SAW bersabda: "Islam didirikan di atas lima dasar, yaitu:


memberi kesaksian bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad adalah
utusan Allah, mendirikan sholat, menunaikan zakat, berpuasa di bulan
Ramadhan, dan melaksanakan ibadah haji ke Baitullah." (HR. Imam Bukhari dan
Muslim dari Abdurrahman bin Auf).

● Ketentuan pelaksanaan sholat

Didahului dengan niat.

‫ َثَنا الَّر ِبْيُع َق اَل َك اَن الَّش اِفِع ي ِإَذ ا َأَر اَد َأْن َي ْد ُخ َل ِفي الَّص اَل ِة‬، ‫َأْخ َبَر َنا اْبُن ُخ َز ْيَم َة‬
‫ ِبْس ِم ِهللا ُمَو ِّجًه ا ِلَبْيِت ِهللا ُم َؤ ِّد ًي ا ِلَف ْر ِض ِهللا َع َّز َو َج لَّ ُهللا َأْك َب ُر (ابن المق‡‡ري‬: ‫َق اَل‬
)317 ‫المعجم‬

Ibnu Khuzaimah mengabarkan kepadaku, Ar-Rabi’ mengabarkan kepadaku,


ia berkata: ”Imam Syafi’i ketika akan masuk dalam Shalat beliau mengucapkan:

4
“Bismillah Aku menghadap ke Baitullah, menunaikkan kewajiban kepada Allah.
Allahu Akbar.” (Ibnu Al-Muqri, Al-Mu’jam: 317)

– : ‫َع ْن َأِبي ُهَر ْيَر َة – رضي هللا عنه – َأَّن َالَّنِبَّي – صلى هللا عليه وسلم – َق اَل‬
‫ ُثَّم ِاْقَر ْأ َم ا َتَيَّس َر َم َع َك‬, ‫ َفَكِّبْر‬, ‫ ُثَّم ِاْسَتْقِبِل َاْلِقْبَلَة‬, ‫ِإَذ ا ُقْم َت ِإَلى َالَّص اَل ِة َفَأْس ِبِغ َاْلُو ُضوَء‬
‫ ُثَّم ُاْس ُج ْد َح َّتى‬, ‫ ُثَّم ِاْر َفْع َح َّتى َتْعَت ِدَل َقاِئًم ا‬, ‫ ُثَّم ِاْر َكْع َح َّتى َتْط َم ِئَّن َر اِكًعا‬, ‫ِم ْن َاْلُقْر آِن‬
‫ ُثَّم ِاْر َف ْع‬, ‫ ُثَّم ُاْس ُج ْد َح َّتى َتْط َم ِئَّن َس اِج ًدا‬, ‫ ُثَّم ِاْر َفْع َح َّتى َتْط َم ِئَّن َج اِلًسا‬, ‫َتْط َم ِئَّن َس اِج ًدا‬
– ‫ ُثَّم ِاْفَع ْل َذ ِل َك ِفي َص اَل ِتَك ُك ِّلَه ا‬, ‫ ُثَّم ُاْسُج ْد َح َّتى َتْط َم ِئَّن َس اِج ًدا‬, ‫َح َّتى َتْط َم ِئَّن َج اِلًسا‬
‫ َو الَّلْفُظ ِلْلُبَخاِرِّي‬, ‫َأْخ َر َج ُه َالَّسْبَع ُة‬

Dari Abu Hurairah Radliyallaahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa


Sallam bersabda: “Jika engkau hendak mengerjakan shalat maka sempurnakanlah
wudlu’, lalu bacalah (ayat) al-Quran yang mudah bagimu, lalu ruku’lah hingga
engkau tenang (tu’maninah dalam ruku’, kemudian bangunlah hingga engkau
tegak berdiri, lalu sujudlah hingga engkau tenang dalam sujud, kemudian
bangunlah hingga engkau tenang dalam duduk, lalu sujudlah hingga engkau
tenang dalam sujud. Lakukanlah hal itu dalam dalam sholatmu seluruhnya.”
Dikeluarkan oleh Imam Tujuh lafadznya menurut riwayat Bukhari. Menurut Ibnu
Majah dengan sanad dari Muslim: “Hingga engkau tenang berdiri.”

‫ – َر َأْيُت َالَّنِبَّي – صلى هللا‬: ‫َو َع ْن َأِبي ُح َم ْيٍد َالَّساِعِد ِّي – رض‡‡ي هللا عنه – َق اَل‬
‫ ُثَّم‬, ‫ َو ِإَذ ا َر َك َع َأْم َك َن َيَد ْي ِه ِم ْن ُر ْك َبَتْي ِه‬, ‫عليه وسلم – ِإَذ ا َك َّبَر َج َعَل َيَد ْي ِه َح ْذ َو َم ْنِكَبْي ِه‬
‫ َف ِإَذ ا َس َج َد َو َض َع‬, ‫ َفِإَذ ا َر َفَع َر ْأَس ُه ِاْسَتَو ى َح َّتى َيُعوَد ُك ُّل َفَق اٍر َم َكاَن ُه‬, ‫َهَص َر َظْهِر ِه‬
‫ َو ِإَذ ا َج َلَس‬, ‫ َو اْسَتْقَبَل ِبَأْطَر اِف َأَص اِبِع ِر ْج َلْي ِه َاْلِقْبَل َة‬, ‫َيَد ْيِه َغْيَر ُم ْفَتِر ٍش َو اَل َقاِبِض ِهَم ا‬
‫ َو ِإَذ ا َج َلَس ِفي َالَّر ْك َع ِة‬, ‫ِفي َالَّر ْك َع َتْيِن َج َلَس َع َلى ِرْج ِل ِه َاْلُيْس َر ى َو َنَص َب َاْلُيْم َنى‬
‫ َو َقَع َد َع َلى َم ْقَع َد ِتِه – َأْخ َر َج ُه َاْلُبَخ اِرُّي‬, ‫َاَأْلِخ يَر ِة َقَّد َم ِر ْج َلُه َاْلُيْس َر ى َو َنَص َب َاُأْلْخ َر ى‬

5
Abu Hamid Assa’idy Radliyallaahu ‘anhu berkata: Aku melihat Rasulullah
Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam takbir beliau mengangkat kedua tangannya lurus
dengan kedua bahunya, bila ruku’ beliau menekankan kedua tangannya pada
kedua lututnya kemudian meratakan punggungnya, bila mengangkat kepalanya
beliau berdiri tegak hingga tulang-tulang punggungnya kembali ke tempatnya,
bila sujud beliau meletakkan kedua tangannya dengan tidak mencengkeram dan
mengepalkan jari-jarinya dan menghadapkan ujung jari-jari kakinya ke arah
kiblat, bila duduk pada rakaat kedua beliau duduk di atas kakinya yang kiri dan
meluruskan (menegakkan) kaki kanan, bila duduk pada rakaat terakhir beliau
majukan kakinya yang kiri dan meluruskan kaki yang kanan, dan beliau duduk di
atas pinggulnya. Dikeluarkan oleh Bukhari.

Mengangkat Kedua Tangan Saat Takbir

‫َع ْن َع ِلِّي ْبِن َأِبي َطاِلٍب َأَّن َر ُسْو َل ِهللا َص َّلى ُهللا َع َلْي ِه َو َس َّلَم َك اَن َيْر َف ُع َيَد ْي ِه ِإَذ ا‬
‫َك َّبَر ِللَّص َالِة َح ْذ َو َم ْنِكَبْيِه َو ِإَذ ا َأَر اَد َأْن َيْر َك َع َو ِإَذ ا َر َفَع َر ْأَس ُه ِم َن الُّر ُك ْو ِع َو ِإَذ ا َق اَم ِم َن‬
)‫الَّر ْك َع َتْيِن َفَعَل ِم ْثَل َذ ِلَك (رفع اليدين للبخاري‬

“Dari Ali bin Abi Thalib: Sesungguhnya Rasulullah Saw mengangkat kedua
tangannya ketika takbir salat kearah dua pundaknya, juga ketika hendak rukuk,
bangun dari rukuk dan ketika bangun dari rakaat kedua” (HR Bukhari dalam
kitab Raf’u al-Yadain)

Posisi Sedekap Tangan

‫ ووض‡‡ع‬، ‫ « صليت مع رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬: ‫عن وائل بن حجر قال‬
‫» يده اليمنى على يده اليسرى على صدره‬

Wail shalat bersama Nabi. Nabi meletakkan tangan kanan di atas tangan
kirinya, di dadanya[1] (HR Ibnu Khuzaimah)

6
Doa Allahu Akbar Kabira

‫ ِإْذ َق اَل‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫َع ِن اْبِن ُع َم َر َقاَل َبْيَنَم ا َنْح ُن ُنَص ِّلى َم َع َر ُسوِل ِهَّللا‬
‫ َفَق اَل‬.‫َر ُج ٌل ِم َن اْلَق ْو ِم ُهَّللا َأْك َب ُر َك ِب يًرا َو اْلَحْم ُد ِهَّلِل َك ِث يًرا َو ُس ْبَح اَن ِهَّللا ُبْك َر ًة َو َأِص يًال‬
‫ َق اَل َر ُج ٌل ِم َن اْلَق ْو ِم‬.» ‫ « َمِن اْلَقاِئُل َك ِلَم َة َك َذ ا َو َك َذ ا‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫َر ُسوُل ِهَّللا‬
‫ َق اَل اْبُن ُع َم َر َفَم ا‬.» ‫ َق اَل « َع ِج ْبُت َلَه ا ُفِتَح ْت َلَه ا َأْب َو اُب الَّس َم اِء‬.‫َأَنا َيا َر ُس وَل ِهَّللا‬
‫ َيُقوُل َذ ِلَك‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫َتَر ْك ُتُهَّن ُم ْنُذ َسِم ْع ُت َر ُسوَل ِهَّللا‬

Dari Ibnu Umar bahwa saat salat bersama dengan Nabi ada seseorang yang
membaca: “Allah maha besar, segala puji bagi Allah dengan sebanyak-
banyaknya. Maha suci Allah di pagi hari dan sore”. Setelah salat Nabi bertanya
tentang siapa yang membaca kalimat itu. Nabi bersabda: “Aku kagum, pintu-
pintu langit dibuka karena doa itu”. Ibnu Umar berkata: “Aku tidak pernah
meninggalkan bacaan itu sejak aku dengar dari Nabi” (HR Muslim)

Doa Iftitah

‫َو َع ْن َع ِلِّي ْبِن َأِبي َطاِلٍب – رضي هللا عنه – َع ْن َر ُس وِل ِهَّللَا – صلى هللا عليه‬
‫ “َو َّجْهُت َو ْج ِهي ِلَّل ِذ ي َفَّط َر َالَّس َم َو اِت‬: ‫وسلم – – َأَّن ُه َك اَن ِإَذ ا َق اَم ِإَلى َالَّص اَل ِة َق اَل‬
‫ َأْنَت َر ِّبي َو َأَن ا‬, ‫ َالَّلُهَّم َأْنَت َاْلَم ِل ُك اَل ِإَل َه ِإاَّل َأْنَت‬, ‫ “ِم ْن َاْلُم ْس ِلِم يَن‬: ‫ ِإَلى َقْو ِل ِه‬. . . ”
‫ َر َو اُه ُم ْس ِلٌم‬. ‫ – ِإَلى آِخ ِر ِه‬. . . ‫َع ْبُد َك‬

Dari Ali bin Abu Thalib Radliyallaahu ‘anhu dari Rasulullah Shallallaahu
‘alaihi wa Sallam: Bahwa bila beliau menjalankan sholat, beliau membaca: “Aku
hadapkan wajahku kepada (Allah) yang telah menciptakan langit dan bumi –
hingga kalimat– dan aku termasuk orang-orang muslim, Ya Allah Engkaulah raja,
tidak ada Tuhan selain Engkau, Engkaulah Tuhanku dan aku hamba-Mu– sampai
akhir. Hadits riwayat Muslim.

7
Fatihah Bersama Basmalah

: ‫ – َص َّلْيُت َو َر اَء َأِبي ُهَر ْي َر َة َفَق َر َأ‬: ‫َو َع ْن ُنَع ْيٍم َاْلُمَج ِّم ِر – رضي هللا عنه – َقاَل‬
: ‫ َق اَل‬, ) ‫ (َو اَل َالَّض اِّليَن‬: ‫ َح َّتى ِإَذ ا َبَل َغ‬, ‫ ُثَّم َقَر َأ ِبُأِّم َاْلُقْر آِن‬. ) ‫(ِبْس ِم ِهَّللَا َالَّرْح َمِن َالَّر ِح يِم‬
‫ َو َاَّل ِذ ي‬: ‫ ُثَّم َيُقوُل ِإَذ ا َس َّلَم‬. ‫ ُهَّللَا َأْك َبُر‬: ‫ َو ِإَذ ا َقاَم ِم ْن َاْلُج ُلوِس‬, ‫“آِم يَن ” َو َيُقوُل ُك َّلَم ا َسَج َد‬
‫َنْفِس ي ِبَيِدِه ِإِّني َأَلْش َبُهُك ْم َص اَل ًة ِبَر ُسوِل ِهَّللَا – صلى هللا عليه وسلم – – َر َو اُه الَّنَس اِئُّي‬
‫َو اْبُن ُخ َز ْيَم ة‬

Nu’aim al-Mujmir berkata: Aku pernah sembahyang di belakang Abu


Hurairah r.a. Dia membaca (bismillaahirr-ahmaanirrahiim), kemudian membaca
al-fatihah, sehingga setelah membaca (waladldlolliin) dia membaca: Amin. Setiap
sujud dan ketika bangun dari duduk selalu membaca Allaahu Akbar. Setelah
salam dia mengatakan: Demi jiwaku yang ada di kuasa-Nya, sungguh aku adalah
orang yang paling mirip sholatnya dengan Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa
Sallam Riwayat Nasa’i dan Ibnu Khuzaimah.

Membaca Amin

‫ – َك اَن َر ُس وُل ِهَّللَا – صلى هللا عليه وسلم – ِإَذ ا َف َر َغ ِم ْن ِق َر اَءِة ُأِّم‬: ‫َو َع ْنُه َقاَل‬
. ‫ َو اْلَح اِكُم َو َص َّح َح ُه‬, ‫ – َر َو اُه َالَّد اَر ُقْط ِنُّي َو َح َّس َنُه‬.” ‫ “آِم يَن‬: ‫َاْلُقْر آِن َر َفَع َص ْو َتُه َو َقاَل‬
‫َو َأِلِبي َداُوَد َو َالِّتْر ِمِذ ِّي ِم ْن َح ِد يِث َو اِئِل ْبِن ُحْج ٍر َنْح ُو ه‬

Abu Hurairah Radliyallaahu ‘anhu berkata: Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi


wa Sallam bila selesai membaca Ummul Qur’an (al-fatihah) beliau mengangkat
suaranya dan membaca: “Amin.” Hadits hasan diriwayatkan oleh Daruquthni.
Hadits shahih menurut Hakim.

8
Setelah Fatihah Dianjurkan Baca Surat Al-Quran

‫ – َك اَن َر ُس وُل ِهَّللَا – صلى هللا عليه‬: ‫َو َع ْن َأِبي َقَتاَد َة – رضي هللا عنه – َق اَل‬
‫ َفَيْق َر ُأ ِفي َالُّظْه ِر َو اْلَع ْص ِر – ِفي َالَّر ْك َع َتْيِن َاُأْلوَلَيْيِن – ِبَفاِتَح ِة‬, ‫وسلم – ُيَص ِّلي ِبَن ا‬
‫ َو َيْق َر ُأ ِفي‬, ‫ َو ُيَط ِّو ُل َالَّر ْك َع َة َاُأْلوَلى‬, ‫ َو ُيْس ِم ُعَنا َاآْل َي َة َأْح َياًن ا‬, ‫َاْلِكَت اِب َو ُس وَر َتْيِن‬
‫ – ُم َّتَفٌق َع َلْيه‬.‫َاُأْلْخ َر َيْيِن ِبَفاِتَح ِة َاْلِكَتاِب‬

Abu Qotadah Radliyallaahu ‘anhu berkata: Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi


wa Sallam selalu sholat bersama kami, pada dua rakaat pertama dalam sholat
Dhuhur dan Ashar beliau membaca al-Fatihah dan dua surat, dan kadangkala
memper-dengarkan kepada kami bacaan ayatnya, beliau memperpanjang rakaat
pertama dan hanya membaca al-fatihah dalam dua rakaat terakhir. (Muttafaq
Alaih)

Tasbih Saat Rukuk dan Sujud

‫ُسْبَح اَن َر ِّبَي اْلَعِظ يِم َو ِبَح ْم ِدِه َثاَل ًث ا َو ِإَذ ا َس َج َد َق اَل ُس ْبَح اَن َر ِّبَي اَأْلْع َلى َو ِبَحْم ِدِه‬
‫) وأما زي‡‡ادة وبحمده فهي عند أبي داود من حديث عقبة‬736 ‫َثاَل ًثا (رواه أبو داود‬
‫ وعنده أيضا من حديث‬. ‫اآلتي وعند الدارقطني من حديث ابن مسعود اآلتي أيضا‬
‫ وعند أحمد والطبراني من حديث أبي مالك األشعري وعند الحاكم من حديث‬. ‫حذيفة‬
] 273 ‫أبي جحيفة [ ص‬

Jika Nabi rukuk membaca Subhana Rabbiy Al-Adzimi wa Bihamdihi. Dan


jika Nabi sujud membaca Subhana Rabbiy Al-A’la wa Bihamdihi. Penambahan
“Wa bi hamdihi” diriwayatkan oleh Abu Dawud, Daruquthni, Ahmad, Thabrani
dan al-Hakim

9
Doa I’tidal

‫ – َك اَن َر ُس وُل ِهَّللَا – صلى هللا‬: ‫َو َع ْن َأِبي َسِع يٍد َاْلُخ ْد ِرِّي –َر ِض َي ُهَّللَا َع ْنُه– َقاَل‬
‫ ” َالَّلُهَّم َر َّبَن ا َل َك َاْلَح ْم ُد ِم ْل َء َالَّس َم َو اِت‬: ‫عليه وسلم – ِإَذ ا َر َفَع َر ْأَس ُه ِم ْن َالُّر ُك وِع َقاَل‬
‫َم ا َقاَل َاْلَع ْب ُد‬‫ َأَح ُّق‬, ‫ َأْهَل َالَّثَناِء َو اْلَم ْج ِد‬, ‫ َوِم ْل َء َم ا ِش ْئَت ِم ْن َش ْي ٍء َبْعُد‬, ‫َو ِم ْل َء َاَأْلْر ِض‬
‫َيْنَفُع َذ ا َاْلَج ِّد‬ ‫ َو اَل‬, ‫ َو اَل ُم ْع ِط َي ِلَم ا َم َنْعَت‬, ‫– َو ُك ُّلَنا َلَك َع ْبٌد – َالَّلُهَّم اَل َم اِنَع ِلَم ا َأْع َطْيَت‬
‫ِم ْنَك َاْلَج ُّد – َر َو اُه ُم ْس ِلٌم‬

Abu Said Al-Khudry Radliyallaahu ‘anhu berkata: Rasulullah Shallallaahu


‘alaihi wa Sallam jika telah mengangkat kepalanya dari ruku’, beliau berdo’a
“(artinya = Ya Allah Tuhan kami, segala puji bagi-Mu sepenuh langit dan bumi
dan sepenuh apa yang Engkau kehendaki. Engkaulah pemilik puji dan kemuliaan
segala yang diucapkan oleh hamba. Kami semua menghambakan diri pada-Mu.
Ya Allah tidak ada yang kuasa menolak apa yang Engkau cegah dan tidak
bermanfaat keagungan bagi yang memiliki keagungan karena keagungan itu dari
Engkau juga).”

Posisi Sujud

‫ َقاَل َر ُسوُل ِهَّللَا – صلى هللا عليه وسلم‬: ‫ َقاَل‬-‫َر ِض َي ُهَّللَا َع ْنُهَم ا‬- ‫َو َع ْن ِاْبِن َعَّباٍس‬
‫ َع َلى َاْلَج ْبَهِة – َو َأَش اَر ِبَيِدِه ِإَلى َأْنِفِه – َو اْلَيَد ْيِن‬: ‫– – ُأِم ْر ُت َأْن َأْس ُجَد َع َلى َس ْبَعِة َأْع ُظٍم‬
‫ َو َأْطَر اِف َاْلَقَد َم ْيِن – ُم َّتَفٌق َع َلْيِه‬, ‫ َو الُّر ْك َبَتْيِن‬,

Dari Ibnu Abbas Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi


wa Sallam bersabda: “Aku diperintahkan untuk bersujud di atas tujuh tulang pada

10
dahi. Beliau menunjuk dengan tangannya pada hidungnya, kedua tangan, kedua
lutut, dan ujung-ujung jari kedua kaki.” Muttafaq Alaihi.

Sujud Laki-laki

‫َو َع ْن ِاْبِن ُبَح ْيَنَة – رضي هللا عنه – – َأَّن َالَّنِبَّي – صلى هللا عليه وسلم – َك اَن‬
‫ َح َّتى َيْبُد َو َبَياُض ِإِبَطْيِه – ُم َّتَفٌق َع َلْيِه‬, ‫ِإَذ ا َص َّلى َفَّر َج َبْيَن َيَد ْيِه‬

Dari Ibnu Buhainah bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam apabila


sholat dan sujud merenggang kan kedua tangannya sehingga tampak putih kedua
ketiaknya. Muttafaq Alaihi.

Rukuk dan Sujud Wanita

‫ َم َّر َع َلى اْم َر َأَتْيِن‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫ َأَّن َر ُسوَل ِهَّللا‬: ‫َع ْن َيِز يَد ْبِن َأِبى َح ِبيٍب‬
‫ َفِإَّن اْلَم ْر َأَة َلْيَس ْت ِفى َذ ِلَك‬، ‫ ِإَذ ا َسَج ْد ُتَم ا َفُض َّم ا َبْع َض الَّلْح ِم ِإَلى اَألْر ِض‬: ‫ُتَص ِّلَياِن َفَقاَل‬
‫َك الَّرُج ِل‬

“Rasulullah melihat 2 wanita salat, maka Nabi berdabda: Jika kalian sujud
maka rapatkan tubuh. Sebab wanita tidak sama dengan laki-laki” (HR al-Baihaqi)

Qunut Subuh

‫ َع ْن َأَنِس ْبِن َم اِلٍك َقاَل َم ا َز اَل َر ُس وُل ِهللا‬r .‫َيْقُنُت ِفي اْلَفْج ِر َح َّتى َف اَر َق الُّد ْنَيا‬
)‫(رواه أحمد والدارقطني‬.

11
‫‪“Diriwayatkan dari Anas Ibn Malik t. Beliau berkata, “Rasulullah‬‬ ‫‪r‬‬
‫‪senantiasa membaca qunut ketika shalat subuh sehingga beliau wafat.” (Musnad‬‬
‫)‪Ahmad bin Hanbal, juz III, hal. 162 [12679], Sunan al-Daraquthni, juz II, hal. 39‬‬

‫‪Doa Saat Duduk Antara 2 Sujud‬‬

‫َع ِن اْبِن َعَّباٍس َأَّن الَّنِبَّي َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َك اَن َيُقوُل َبْيَن الَّسْج َد َتْيِن الَّلُهَّم اْغ ِفْر‬
‫ِلي َو اْر َحْمِني َو اْج ُبْر ِني َو اْهِدِني َو اْر ُز ْقِني (رواه الترمذي ‪)284‬‬

‫َفَك اَن َيُق وُل ِفيَم ا َبْيَن الَّس ْج َد َتْيِن َر ِّب اْغ ِف ْر ِلي َو اْر َح ْمِني َو اْج ُب ْر ِني َو اْر َفْع ِني‬
‫َو اْر ُز ْقِني َو اْهِدِني (رواه أحمد ‪)460 /5‬‬

‫‪Dari Ibnu Abbas bahwa saat di antara 2 sujud Nabi membaca: “Ya Allah‬‬
‫‪ampuni saya, kasihani saya, tutup aib saya, berilah saya hidayah, berilah saya‬‬
‫)‪rezeki, angkatlah derajat saya”[2] (HR Tirmidzi dan Ahmad‬‬

‫]‪Doa Tasyahhud Dan Salawat[3‬‬

‫َع ْن اْبِن َعَّباٍس َقاَل َك اَن َر ُسوُل ِهللا َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم ُيَع ِّلُم َنا الَّتَش ُّهَد َك َم ا ُيَع ِّلُم َن ا‬
‫الُّسوَر َة ِم ْن اْلُقْر آِن َفَك اَن َيُقوُل الَّتِح َّياُت اْلُمَباَر َك اُت الَّص َلَو اُت الَّطِّيَباُت ِهلل الَّس َالُم َع َلْي َك‬
‫َأُّيَها الَّنِبُّي َو َر ْح َم ُة ِهللا َو َبَر َك اُتُه الَّس َالُم َع َلْيَنا َو َع َلى ِعَباِد ِهللا الَّصاِلِح يَن َأْش َهُد َأْن َال ِإَل َه‬
‫ِإَّال ُهللا َو َأْش َهُد َأَّن ُمَح َّم ًدا َر ُسوُل ِهللا (رواه مسلم)‬

‫الَّلُهَّم َص ِّل َع َلى ُم َحَّمٍد َو َع َلى آِل ُمَح َّمٍد َك َم ا َص َّلْيَت َع َلى آِل ِإْب َر اِهيَم َو َب اِر ْك َع َلى‬
‫ُمَح َّمٍد َو َع َلى آِل ُم َحَّمٍد َك َم ا َباَر ْك َت َع َلى آِل ِإْبَر اِهيَم ِفى اْلَع اَلِم يَن ِإَّنَك َحِم يٌد َمِج يٌد (رواه‬
‫مسلم)‬

‫‪12‬‬
‫‪Mengangkat Telunjuk‬‬

‫َو َقاَل الَّش اِفِع َّية ُيِش ير ِع ْند َقْو له ِإاَّل هَّللا َو َر َو ى اْلَبْيَهِقُّي ِفيِهَم ا َح ِد يًثا َذ َك َر ُه الَّن َو ِوّي‬
‫َو ِفيِه َح ِد يث َخ َّفاف َأَّنُه َص َّلى هَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َك اَن ُيِش ير ِبَها ِللَّتْو ِح يِد َذ َك َر ُه اْلَبْيَهِقُّي‬

‫‪Ulama’ Syafiiyah berkata: Mengangkat telunjuk saat mengucapkan ‘illa‬‬


‫‪Allah’ sebagaimana riwayat al-Baihaqi yang disebutkan oleh an-Nawawi, bahwa‬‬
‫‪Rasulullah Saw berisyarat dengan telunjuk untuk mengesakan Allah (Aun Al-‬‬
‫)‪Ma’bud 2/468‬‬

‫‪Mengusap Wajah Setelah Salam‬‬

‫وعن أنس بن مالك أن النبي صلى هللا عليه وسلم َك اَن ِإَذ ا َص َّلى َو َف َر َغ ِم ْن‬
‫َص َالِتِه َم َسَح ِبَيِم ْيِنِه َع َلى َر ْأِس ِه َو َقاَل ِبْس ِم ِهللا اَّلِذ ي َال ِإَلَه ِإَّال ُهَو الَّرْح َم ُن الَّر ِح ْيُم الَّلُهَّم‬
‫أْذ ِهْب َع ِّني اْلَهَّم َو اْلَح َز َن ‪ ،‬وفي رواية َم َسَح َج ْبَهَتُه ِبَي ِدِه اْلُيْم َنى َو َق اَل ِفْيَه ا الَّلُهَّم أْذ ِهْب‬
‫َع ِّني اْلَغ َّم َو اْلَح َز َن ‪( .‬رواه الطبراني في األوسط والبزار بنحوه بأسانيد وفيه زي‡‡د‬
‫العمي وقد وثقه غير واحد وض‡‡عفه الجمهور‪ ،‬وبقية رجال أحد إسنادي الطبراني‬
‫ثقات وفي بعضهم خالف)‬

‫‪Selesai Salat Rasulullah mengusap kepala / keningnya dengan tangan kanan‬‬


‫)‪dan berdoa…. (HR Thabrani‬‬

‫‪Bersalaman Setelah Salat‬‬

‫‪13‬‬
‫ َع ْن َأِبْي ُج َح ْيَفَة َقاَل َص َّلى َر ُس وُل ِهللا‬r ‫الُّظْه َر َر ْك َع َتْيِن َو اْلَع ْص َر َر ْك َع َتْيِن َو َبْيَن‬
‫ َك اَن َيُم ُّر ِم ْن َو َر اِئَها اْلَم ْر َأُة َو َقاَم الَّناُس َفَجَع ُلوا َيْأُخ ُذ وَن َيَد ْيِه َفَيْمَس ُحوَن ِبَه ا‬.‫َيَد ْيِه َع َنَز ٌة‬
‫ َفَأَخ ْذ ُت ِبَيِدِه َفَو َض ْع ُتَها َع َلى َو ْج ِهي َف ِإَذ ا ِهَي َأْب َر ُد ِم ْن الَّثْلِج َو َأْط َيُب َر اِئَح ًة‬، ‫ُو ُجوَهُهْم‬
‫ِم ْن اْلِم ْس ِك‬

“Dari Abi Juhaifah ia berkata, “Pada sebuah perjalanan, Rasulullah r


melaksanakan shalat Dhuhur dan Ashar dua rakaat, sedangkan di depannya
terdapat tongkat dan ada seorang perempuan yang berjalan di belakangnya.
(setelah shalat) orang-orang berdiri memegang tangan Rasulullah r dan
menyentuhkannya ke wajah mereka. Akupun berdiri dan memegang tangan
beliau dan menyentuhkannya ke wajahku. Maka aku merasakan tangan beliau
lebih sejuk dari salju dan lebih harum dibandingkan minyak misik.” (Shahih al-
Bukhari, [3289]).

● Ketentuan waktu sholat

Surat Al Isra Ayat 78

‫َأِقِم الَّص اَل َة ِلُد ُلوِك الَّش ْم ِس ِإَلٰى َغ َس ِق الَّلْي ِل َو ُق ْر آَن اْلَفْج ِر ۖ ِإَّن ُق ْر آَن اْلَفْج ِر َك اَن‬
‫َم ْش ُهوًدا‬

Artinya: "Dirikanlah sholat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap


malam dan (dirikanlah pula sholat) subuh. Sesungguhnya shalat subuh itu
disaksikan (oleh malaikat)." (QS. Al-Isra: 78).2. Surat Hud Ayat 114

‫َو َأِقِم الَّص اَل َة َطَر َفِي الَّنَهاِر َو ُز َلًف ا ِم َن الَّلْي ِل ۚ ِإَّن اْلَحَس َناِت ُي ْذ ِهْبَن الَّس ِّيَئاِتۚ َٰذ ِل َك‬
‫ِذ ْك َر ٰى ِللَّذ اِكِر يَن‬

Artinya: "Dan dirikanlah sholat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang)
dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-

14
perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk.
Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat.

Nama : Yoga Dwi Mukti

Kelas : IPII 1A

C. Waktu-Waktu Pelaksaan Shalat Wajib

1. Pengertian Waktu Shalat


Shalat menurut bahasa berarti do’a3 sebagaimana di firmankan oleh
allah swt. Dalam Qs. Al-Ahzab[33]: 56 sebagai berikut :

‫ِإَّن َهَّللا َو َم ٰٓلِئَكَت ۥُه ُيَص ُّلوَن َع َلى الَّنِبِّى ۚ  ٰٓيَأُّيَها اَّلِذ يَن َء اَم ُنوا َص ُّلوا َع َلْيِه َو َس ِّلُم وا‬
‫َتْس ِليًم ا‬

Artinya: Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya


bershalawat untuk Nabi. Hai orangorang yang beriman,
bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam
penghormatan kepadanya.

Menurut Taqiyuddin Abi bakar Muhhamad Husain


(sebagaimana di kutip oleh Izzudin)4 bahwa pengertian shalat
menurut Istilah yaitu suatu ibadah yang mengandung ucapan dan
perbuatan yang dimulai dengan takbiratul ihram dan diakhiri
dengan salam dengan syarat-syarat tertentu. Dari pengertian-
pengertian diatas dapat kita simpulkan bahwa shalat adalah suatu
perbuatan yang dengan sadar kita lakukan semata mata karena
Allah, dilakukan dengan mengucapkan bacaan bacaan sholat
dimulai dengan takbiratul ihram, dan diakhiri dengan salam.
Muyyidzin Khazin berpendapat bahwa yang dimaksud
waktu-waktu sholat disini adalah waktu yang dikenal luas oleh
masyarakat sebagai berikut yaitu sholat dhuhur, sholat ashar,
3
Ahmad Izzudin, 2012, Ilmu Falak Praktis, Metode Hisab Rukyat Praktis dan Solusi
Permasalahanya, Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, hal 77.
4
Izzuddin, 2012, Ilmu...., hal 77.

15
sholat maghrib, sholat isyak, dan sholat shubuh ditambah waktu
sholat imsak, yang dimulai munculnya matahari dan waktu dhuha.
Sedangkan menurut Slamet Hambali bahwa yang dimaksud waktu
sholat dalam pengertian hisab ialah awal masuknya sholat.
Kedudukan Matahari pada Awal Waktu Shalat Al-Qur’an
secara umum menegaskan bahwa shalat adalah kewajiban bagi
orang mukmin yang telah ditentukan waktunya. Keumuman ayat
al-Qur’an berkaitan dengan ketentuan waktu-waktu shalat telah
dirinci oleh hadits nabi Saw. Perincian tersebut dapat dipahami
sebagai berikut:
 Waktu Shalat Dhuhur, adalah apabila tergelincir
matahari sampai bayang-bayang seseorang sama
panjangnya.
 Waktu shalat Ashar, adalah selama matahari belum
menguning.
 Waktu shalat Magrib, adalah selama mega merah
belum hilang.
 Waktu shalat Isya, adalah sampai tengah malam
yang pertengahan.
 Waktu shalat Subuh, adalah mulai terbit fajar
sampai selama matahari belum terbit.

Sebagai seorang muslim shalat merupakan ibadah wajib dalam


kehidupan sehari-hari dan apabila meninggalkannya entah karena
disengaja ataupun tidak, kita akan merasa menyesal dan sedih atas
dosa meninggalkan shalat, maka dari itu sebagai seorang muslim
kita tidak boleh lalai dan harus berusaha melaksanakan shalat
tepat waktu, jika tidak bisa melaksanakannya dengan tepat waktu
maka kita harus menyegerakannya ketika dirasa sudah siap
melaksanakannya

 Waktu Shalat

16
A. Waktu awal Shalat Dhuzur
Shalat dhuzur dimulai saat matahari bersinar langsung tapi
mulai sedikit condong ke arah barat. Istilah-istilah yang biasa
digunakan dalam masyarakat Indonesia “tergelincir” dari terik
matahari, sebagian terjemahan dari kata zawalus syamsi 5(tetapi
istilah ini sering terjadi membingungkan, karena jika
mengatakan itu matahari telah terbenam, beberapa orang akan
mengerutkan kening, “Apa yang kita maksud dengan itu
matahari terbenam?”. Zawalusy-syamsi adalah waktu
kedudukan Matahari sudah berada di atas kepala kami, tapi itu
sudah cukup lama mulai bergerak ke barat. Jadi bukan yang
teratas kepala.
Fuqaha’ (seorang ahli fiqih)6 bependapat bahwa permulaan
waktu shalat dhuzur yang sebelum masuk waktunya tidak boleh
melakukan shalat ketika matahari tergelincir, kecuali pendapat
yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas yang berbeda mengenai
waktu shalat jum’at.

B. Batas akhir waktu shalat dhuzur


Shalat dhuzur berakhir pada saat panjangnya bayangan
suatu benda menjadi sama dengan panjang benda itu sendiri.
Misalnya tongkat setinggi 1m di bawah sinar matahari berada
di permukaan bumi, bayangan tongkat semakin lama semakin
besar dengan seiringnya matahari menuju ke barat, karena
posisi matahari bergerak ke arah barat saat itu disebut zawalus-
syamsi atau disebut matahari tergelincir dan saat itulah waktu
dhuzur telah tiba. Begitu dengan panjangnya bayangan
mencapai 1m, maka berakhirlah waktu dhuzur dan waktu ashar
akan dimulai.

5
Ahmad Izzudin, 2012, Ilmu Falak Praktis, Metode Hisab Rukyat Praktis dan Solusi
Permasalahanya, Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, hal 80.
6
A. R. Shohibul Ulum, Kitab Fiqih Shalat 4 Madzab, 2023, hal 104 – 105.

17
Dalam hal di atas, fuqaha’ memiliki dua pendapat perihal
akhir waktu akhir shalat dhuzur yang longgar dan perihal
waktu shalat dhuzur yang diisyaratkan Imam Malik, Imam
Syafi’i, Abi Tsana, dan Dawut yang berpendapat waktu shalat
dhuzur yang longgar adalah jika panjang bayangan suatu benda
sama dengan benda itu. Sedangkan menurut Imam Abu
Hanifah, jika panjang bayangan itu dua kali lebih panjang dari
benda itu. Waktu tersebut adalah permulaan waktu shalat
Ashar, sedangkan waktu diantara tersebut tidak bisa
melaksanakan shalat Dhuzur. Karenanya awal waktu shalat
Ashar ketika bayangan suatu benda melebihi benda itu, maka
waktu ini merupakan berakhirnya shalat Dhuzur.

C. Waktu Shalat Ashar


Waktu sholat Ashar di mulai tepat waktu sholat Zhuhur
sudah selesai, artinya sudah cukup lama bayanganya suatu
benda sama panjang dengan panjang benda itu sendiri dan
matahari belum menguning, dimana panjang bayang-bayang
mempunyai sudut bayangan yang sama.
Menurut Imam Malik akhir waktu shalat Dhuzur dan awal
waktu shalat Ashar itu bersamaan untuk mengerjakan shalat
empat rakat. Menurut Imam Syafi’i, akhir waktu shalat Dhuzur
adalah awal waktu shalat Ashar dan merupakan waktu yang
tidak bisa di pisahkan. Sedangkan menurut Imam Abu Hanifah,
permulaan waktu shalat Ashar adalah jika Panjang suatu
bayangan sama Panjang dengan benda itu.

D. Batas akhir sholat ashar


Selesainya waktu shalat ashar ketika matahari tenggelam di
ufuk barat yang dimana matahari menguning dan bayangan
benda dua kali panjang bendanya. Jumhur Ulama mengatakan
bahwa melakukan shalat ashar sinar matahari sudah mulai

18
menguning yang menandakan sebentar lagi akan terbenam.
Sebab ada hadist nabi yang menyebutkan bahwa shalat di
waktu itu adalah shalatnya orang munafik.
Ada dua riwayat menurut Imam Malik. Pertama, akhir
waktu shalat Ashar adalah jika Panjang bayangan suatu benda
dua kali Panjang benda itu. Dikemukakan oleh Imam Syafi’i.
Kedua akhir waktu akhir shalah Ashar adalah selama warna
matahari belum tampak kuning. Dikemukakan oleh Imam
Ahmad Bin Hanbal. 7

E. Batas awal shalat maghrib


Waktu sholat Maghrib dimulai sejak hilangnya seluruh
bulatan matahari di telan bumi hingga berakhir saat hilangnya
syafaq (mega merah).
Menurut Imam Malik dan Syafi’i berpendapat bahwa shalat
Mghrib memiliki waktu longgar yaitu antara terbenamnya
matahari dengan lenyapnya Syafa’ (pantulan sinar atau
mendung berwarna merah).

F. Batas akhir shalat maghrib


Berakhirnya waktu shalat maghrib menurut beberapa
ulama:
1. Menurut jumhur ulama hilangnya mega merah.
2. Menurut mazhab Maliki dan qaul jadid mazhab Syafi’i
waktu Maghrib berakhir lebih cepat atau lebih awal, yaitu
sekedar seseorang berwudhu, menutup aurat, adzan, iqamah
dan mengerjakan lima rakaat.

G. Batas awal shalat isya’


Waktu shalat isya dimulai pada akhir saat matahari
terbenam danberlangsung sepanjang waktu malam sampai dini

7
A. R. Shohibul Ulum, Kitab Fiqih Shalat 4 Madzab, 2023, hal 106 - 107.

19
hari ketika fajar shadiq tiba. Menurut Imam Maliki waktu
shalat Isya dimulai hilangnya sinar merah. Sedangkan menurut
Imam Abu Hanifah mulainya waktu shalat Isya adalah mulai
hilangnya sinar putih yang muncul setelah sinar merah.
Imam Syafi’i dan mayoritas ulama berpendapat bahwa awal
waktu Isya’ adalah ketika hilangnya mega merah, sedangkan
Imam Hanafi berpendapat bahwa awal waktu Isya’ adalah
ketika munculnya mega hitam atau disaat langit benar-benar
telah gelap.8

H. Batas akhir shalat isya’


Berakhir batas waktu sholat Isya yakni di sepertiga
malam, kemudian beliau shalat. Ustadz Adi mengatakan,
dianggap makruh atau tidak disukai jika seseorang sengaja
mengakhirkan waktu sholat isya hingga waktu sahar, yaitu 30
menit sebelum waktu subuh. Sekalipun masih ada waktunya.
Ulama juga menyatakan bahwa akhir waktu isya adalah
sampai sepertiga malam dan melambatkan isya menurut
pendapat ini hingga waktu dharurah hukumnya haram kecuali
bagi orang yang berhalangan.

I. Batas awal shalat subuh


Shalat Fajr itu adalah shalat shubuh dan shalat shubuh
adalah shalat Fajr. Orang-orang di Hijaz (Jazirah Arabia)
terbiasa menyebut shalat shubuh dengan istilah shalat Fajr.
Sedangkan di Indonesia terbiasa menggunakan istilah shalat
shubuh. Waktu shalat shubuh dimulai sejak terbitnya fajar
shadiq hingga terbitnya matahari. Fajar adalah cahaya putih
agak terang yang menyebar di ufuk timur yang muncul
beberapa saat sebelum matahari terbit.9
8
Aisyah Maulidatul Haq, Halimah B, Muhammad Anis, “Analisis Penentuan Waktu
Shalat Isya Perspektif Ilmu Falak”, Vol.3, No.3, September 2022, hal 55 – 56.
9
Marataon Ritonga, “Problematika Syafak dan Fajar dalam Menentukan Waktu Shalat
Isya dan Subuh”, Vol.7, No.2, Desember 2021, hal 176.

20
J. Batas akhir shalat subuh
Batas sholat subuh 2 rakaat sebaiknya dikerjakan usai
adzan dari terbit fajar shadiq. Artinya, batas sholat subuh
adalah sebelum matahari terbit (syuruq).
Menurut ulama Fajr dibagi menjadi 2, yaitu Fajr Shadiq dan
10
Fajr Kazib. Pertama, Fajr Shadiq adalah cahaya putih yang
nampak dan yang menyebar di ufuk timur yang muncul
beberapa saat setelah Fajr Kazib. Lebih lanjut lagi, Fajr Shadiq
merupakan fenomena penampakan cahaya matahari beberapa
saat sebelum matahari terbit di ufuk langit timur. Pada saat
kemunculan fajr ini, umat Islam telah diperbolehkan untuk
melaksanakan salat Subuh akan tetapi tidak diperbolehkan
untuk makan sahur bagi yang hendak berpuasa. Fajr Shadiq
muncul dengan cahaya putih tanpa warna (sesungguhnya
kebiruan, hanya saja tidak nampak disebabkan sangat redup)
karena disekitar hamburan cahaya matahari oleh atmosfer
tinggi.
Kedua Fajr Kazib kemunculan fajar ini hanya sementara
waktu dan akan menghilang kembali. Pada saat kemunculan
fajr ini, umat Islam diperbolehkan melaksanakan makan sahur
bagi yang hendak berpuasa, namun dilarang untuk
melaksanakan ibadah shalat Subuh.
 Kesimpulan
Dari waktu awal memasukinya shalat hingga batas akhir
shalat, terdapat pendapat yang berbeda-beda dari beberapa imam
madzhab. Pendapat-pendapat tersebut yang membuat kita
terarahkan untuk mengetahui waktu yang tepat melaksanakan

10
Marataon Ritonga, “Problematika Syafak dan Fajar dalam Menentukan Waktu Shalat
Isya dan Subuh”, Vol.7, No.2, Desember 2021, hal 177 – 178.

21
shalat dengan mengikuti salah satu pendapat dari beberapa
madzhab tersebut, sesuai imam madzhab yang kita jadikan kiblat.

Sebagai seorang muslim hendaknya kita melaksanakan


shalat tepat pada waktunya dan tidak menunda-nunda shalat, akan
tetapi jika tidak bisa melaksanakannya dengan tepat waktu karena
suatu hal yang tidak memmungkinkan, maka segerakanlah apabila
masih belum menyentuh batas akhir dari shalat. Apabila sudah
habis masa shalat tersebut maka lakukanlah shalat tersebut dengan
cara mengqadha’nya.

Nama: Haris Riza Nasharudin

Kelas: IPII 1A

D. Syarat sah,Rukun, Dan, Hal-Hal yang membatalkan shalat

 Syarat sah shalat

Syarat di dalam shalat ialah perkara yang menjadi penentu


keabsahan shalat, namun ia bukan bagian dari shalat itu sendiri 11. Syarat
ini harus ada sebelum shalat dan sampai shalat itu dikerjakan.

Syarat shalat ada dua macam, yaitu syarat wajib dan syarat sah.
Berikut perincian dan penjelasan masing – masing:

1. Syarat wajib shalat


Syarat wajib shalat ialah syarat-syarat yang jika semuanya
terdapat pada diri seseorang. Maka wajib baginya menjalankan shalat.
Menurut kitab fathul qarib, syarat wajib shalat terdiri dari tiga hal,
berikut:

Artinya: syarat wajib shalat ada tiga: Islam, Baligh, berakal.


Demikian ini adalah batasan taklif (ketentuan syariat).
Berikut penjelasanya.
a. Islam

11
Abdul Salam Mohd. Zain (2004): Ingin Tahu Shalat?, hal.52-53

22
Shalat merupakan ibadah yang wajib bagi muslim atau
pemeluk islam. Maka dari itu, shalat merupakan rukun islam kedua
setelah membaca syahadat.
Mereka yang bukan muslim tidak wajib mengerjakan shalat.
Begitu pula bagi mereka yang ingkar atau keluar islam.

b. Baligh
Baligh artinya sampai pada batas kedewasaan. Anak-anak
yang belum baligh belum wajib mengerjakan shalat karena juga
masih mempelajarinya.
Namun mereka yang suda baligh wajib menunaikan shalat
sesuai rukun dan syaratnya.
c. Berakal
Berakal maksudnya mengerti tatacara shalat. Maka dari itu,
shalat belum wajib bagi anak kecil yang belum mengerti apa-apa.
Begitu juga tidak wajib bagi meeka yang kehilangan akal
atau memiliki gangguan jiwa karena tidak berakal

2. Syarat sah shalat


Adapun syarat sahnya shalat ialah persyaratan yang harus
dipenuhi seseorang agar shalat yang dilaksanakanya sah secara
tuntutan islam. Jika tidak memenuhi, maka shalatnya tidak sah.

Artinya: syarat sah shalat sebelum masuk kedalam shalat ada lima:
sucinya badan dari hadas dan najis, menutup aurat dengan pakaian
yang suci,berada di tempat yang suci tahu pasti akan masuknya waktu
shalat, dan menghadap kiblat.

Berikut penjelasanya.
a. Suci badan dari hadas dan najis

23
Muslim yang memunaikan shalat wajib suci dari hadas dan
najis atau hal-hal yang tidak membuat mereka suci.
Ada dua jenis hadas, yaitu hadas kecil dan hadas besar. Hadas
kecil misalnya air kencing, hilangya kesadaran akibat
pingsan,mabuk, dan lainnya12. Sementara hadas besar adalah
keluarnya air mani usai berhubungan intim, keluar darah baik
karena haid maupun nifas, dan lainya.
Maka dari itu, sebelum shalat pastikan diri telah suci dari
segala bentuk hadas dan najis.
b. Menutup aurat dengan pakaian yang suci
Seorang muslim perlu menutup aurat ketika hendak
melakukan shalat. Aurat perempuan adalah seluruh bagian tubuh
kecuali telapak tangan dan wajah. Sementara aurat laki-laki dari
pusar sampai lutut.
c. Berada di tempat yang suci
Pastikan juga berada di tempat yang suci ketika hendak
menunaikan shalat. Jangan sampai berada di tempat yang kotor dan
penuh kemaksiatan.
d. Telah masuk waktu shalat
Shalat lima waktu memiliki waktu yang khusus yang telah
ditetapkan oleh Allah, sehingga shalat tidak diteima ketika belum
waktunya.
Allah berfirman dalam QS An nisa: 103
“Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan
waktunya atas orang-orang yang beriman”.
e. Menghadap kiblat
Shalat harus dikerjakan dengan menghadap kea rah kiblat.
Perintah ini termaktub dalam Al-qur’an. Tujuannya agas umat
muslim melakukan shalat sesuai keimanannya.

12
Syamsudin Noor (2009): Mengungkap Rahasia Shalat Para Nabi, hal.172

24
Selain itu, shalat menghadap kiblat dapat membuat anggota
badan fokus dan khusyuk pada satu arah. Begitu pula dengan hati
agar khusyuk tertuju hanya pada Allah SWT.
Dalam islam kiblat shalat adalah ka’bah yang merupakan
simbol persatuan dan tempat menghadap yang diperintahkan oleh
Allah.

 Rukun shalat
Rukun shalat adalah unsur-unsur shalat yang wajb dikerjakan
dengan sempurna. Apabila pekerjaan itu tertinggal atau sengaja
ditinggalkan, batal dan tidak sah shalatnya13. Susunan rukun-rukun itulah
yang menjadi hakikat daripada shalat yang dikerjakan. Rukun shalat
berdasarkan keterangan Al-qur’an,hadits,dan ijma’ ulama sebagai berikut:

1. Niat
Mayoritas ulama menjadikan niat sebagai rukun shalat. Niat
sudah menjadi rukun dari segala amal ibadah. Niat sendiri
adalah amalan hati, bukan yang diucapkan lisan. Karenanya,
mengucapkan niat dengan lisan tidaklah dinamakan niat dan
tidak pula diwajibkan, seperti mengucapkan kata “ushallii”.
Dalil yang memfardukan niat ialah:

‫إَِّنمَا اَأْلْع َم اُل ِبالِّنَّيِة َو ِإَّنَم ا ِلُك ِّل اْم ِر ٍء َم ا َنَو ى‬.
“Sesungguhnya segala amal perbuatan itu menurut niat dan
tiap-tiap manusia tergantung apa yang ia niatkan”

Sebagian ulama ada pula yang menerapkan niat itu bukan


rukun shalat, tetapi syarat sah shalat. Dalam kitab “Bidayatul
Mujtahid”, ibnu rusyd jua mengatakan demikian, bahwa para
ulama telah sepakat menetapkan niat itu syarat sah shalat.”
13
Galih Maulana (2018): Syarat Sah Shalat Madzhab Syafi’i. Hal.15

25
Menurut ulama ahli tahqiq, jiwa shalat dan yang
mengesahkan shalat adalah keiklasannya, bukan semata-mata
sengaja mengerjakan.jadi, jelas bahwa niat adalah rukun shalat.
Sedangkan keiklasan adalah syarat sah shalat.
2. Takbiratul ihram
Takbiratul ihram harus dengan bahasa arab dan
menggunakan bahasa arab, yaitu dengan lafadz “Allahu akbar”.
Dasar dalilnya ialah hadist Abu Humaid RA:
‫َك اَن الَّنِبُّي َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم ِإَذ ا َقاَم ِإَلى الَّص اَل ِة اْعَتَد َل َقاِئًم ا َو َر َفَع‬
‫ ُهَّللا َأْك َبُر‬: ‫َيَد ْيِه ُثَّم َقاَل‬
Yang artinya “Rasullulah apabila telah berdiri shalat maka
beliau berdiri tegak dan mengangkat tangannya,lalu mengucap
tabir, “Allaahu Akbar”
3. Berdiri dalam shalat fardhu
Berdiri pada shalat fardhu adalah wajib bagi orang-orang
yang sanggup berdiri, yaitu berdasarkan dalil Al-
qur’an,sunah,dan ijma ulama. Apabila seseorang tidak sanggup
berdiri, ia diperbolehkan melakukan shalat sesuai dengan
kesangupanny. Adapun shalat sunah, diperbolehkan
mengerjakanya sambil duduk,meskipun sebenarnya sanggup
berdiri.tetapi pahala orang yang berdiri tentu lebih sempurna
dari pada ang duduk.
4. Membaca surat Al-Fatihah
Rasullulah SAW membaca surat Al-fatihah pada setiap
rakaat shalat, baik shalat fardhu maupun shalat sunah. Pokok
pegangan kita adalah menikuti perbuatan Nabi Muhammad
SAW. Ubadah ibn Shamit mnjelaskan bahwa Rasullulah SAW
bersabda:
‫ رواه الجماع‬. ‫ال َص اَل َة ِلَم ْن َلْم َيْقَر ْأ ِبَفاِتَح ِة اْلِكَتاِب‬
Yang artinya “tidaklah sah shalat bagi orang yan tidak
membaca fatihatil kitab (surat Al-Fatihah) di dalamnya”.
(HR.Jamaah)

26
Mengenai basmalah, ada yang memasukannya sebaai ayat
dari surat Al-Fatihah,adapula yan tidak menurit pendapat
pertama, membaca basmalah hukumnya wajib dan tidak sah
shalatnya jika tidak membaca. Menurut pendapat kedua,
membaca Al-Fatihah itu tidaklah wajib. Dari dua pendapat itu,
dapatlah di pahami bahwa Rasullulah kadang menzaharkan
(mengeraskan) bacaan basmalah, kadang tidak. Rasullulah
lebihbanyak tidak menzaharkannya.
Apabila seseorang belum hafal surat Al-Fatihah, ia dapat
membaca ayat-ayat lain yang telah dihafalnya.
5. Rukuk
Para ulama sepakat bahwa rukuk adalah rukun shalat
berdasarkan keterangan Al-qur’an dan hadits. Kemudian, harus
tuma’ninah (tenang) ketika dalam rukuk.
6. I’tidal
I’tidal ialah bangkit berdiri dengan tegak dari rukuk disertai
tuma’ninah. I’tidal merupakan rukun shalat berdasarkan
petunjuk sunah Rasulluah SAW.
7. Sujud dua kali
Sujud adalah rukun shalat, sebagai mana yang ditunjukan
oleh Al-qur’an. Kemudian, harus disertai tuma’ninah di
dalamnya. Anggota sujud ada tujuh, yaitu wajah,dua telapak
tangan, dua lutut, dan dua telapak kaki.
8. Duduk akhir dan membaca Tasyahud
Terang sekali dalam petunjuk Rasullulah SAW bahwa
beliau duduk dalam rakaat terakhir dan membaca tasyahud di
dalamnya. Adapun lafadz tasyahud yan paling shahih (solid
atau hujjah yang kuat) sanadnya (silsilah riwayat hadits) ialah
tasyahud yang diriwayatkan oleh Ibnu mas’ud RA bahwa imam
muslim berkata, “para ulama telah sepakat atas tasyahudnya
Ibnu mas’ud karena ashhabnya (tabiin yang belajar padanya)
tidak berselisih satu sama lain dalam meriwayatkanya.

27
9. Salam
Rasullulah SAW menetapkan salam sebagai rukun shalat.
Dan, yang difardhukan ialah salam yang pertama saja.
Sedangkan, salam yang kedua ialah sunah. Para ulama telah
sepakat (ijma) bahwa salam pertama itu sudah mencukupi
shalat.
10. Tertib
Tertib ini diisyaratkan oleh Al-qur’an da hadits. Tertib yang
dimaksudkan ialah tertib dalam melaksanakan rukun-rukunya.
Kemudian, apabila ada perbedaan dalam jumlah rukun, itu
hanya perbedaan dalam penyusunannya, bukan pada jenis
rukunnya. Misalnya, amemisahkan ketentuan muma’ninah
dalam bilangan rukun shalat dan sebagainya.

 Hal-Hal yang membatalkan shalat


Perkara yang membatalkan shalat adalah perkara-perkara yang mana
kala dilakukan oleh seorang muslim maka shalatnya menjadi batal (tidak
sah). Berikut hal-hal yan membatalkan shalat:

1. Berbicara
Berbicara yang membatalkan shalat adalah berbicara dengan
sengaja selain bacaan shalat atau Al-qur’an,Dzikir, dan doa yang wajib
atau sunah dibaca dalam shalat14. Seperti dalam sebuah hadits, Zaid bin
arqam Ra. Berkata:
“Dahulu, kami bercakap-cakap pada saat shalat. Seseorang
berbicara dengan temannya saat shalat. Yang lain berbicara dengan
sampingnya. Hingga, turunlah firman Allah:’ Periharalah semua shalat,
dan shalat whusta. Berdirilah untuk Allah dengan khusyuk’, maka
kami diperintahkan untuk diam dan dilarang berbicara dalam shalat”.

14
Abu Hasan Lely Anjuma (2017). Jangan Lupa Shalat. hal.77

28
Artinya berbicara yang dapat membatalkan shalat adalah berbicara
sebagaimana bicara biasa di luar shalat.

2. Makan dan minum


Makan dan minum seraca sengaja dapat membatalkan shalat.
batasan makan dan minum yang membatalkan shalat adalah makan dan
minum yang membatalkan puasa. Artinya, baik sesuatu yang dimakan
atau diminum itu banyak atau sedikit, shalatnya tetap batal.
3. Bergerak lebih dari tiga kali berturut-turut
Gerakan yang membatalkan shalat adalah gerakan diluar gerakan
shalat yang dilakukan secara berulang-ulang dan terus menerus. Btasan
minimal gerakan yang dapat membatalkan shalat adalah sejumlah tiga
kali. Batasan ini sesuai dengan pendapat yang diutarakan oleh mazhab
Syafi’i.
4. Tidak mengadap kiblat
Apabila seseorang mushalli sengaja tidak menghadap kea rah
kiblat, maka shalatnya batal, baik tidak menghadapnya ke kiblat itu
dilakukan pada awal, pertengahan, atau akhir shalat. Sebagai catatan,
apabila seseorang tidak mengerti arah kiblat seperti saat bepergian atau
ditempat yang tidak ada masjid/mushola maka ia bisa melaksanakan
shalat dengan menghadap kiblat sebagai mana keyakinannya.
Tidak menghadap kiblat juga bisa dilakukan dan tidak termasuk
membatalkan shalat manakala dalam kondisi darurat. Misalnya saat
sakit yang tidak memungkinkan menghadap kiblat, sedang dalam
perjalanan didalam pesawat, bus, kereta, kapal, dan lain-lain
sebagainya. Dalam kondisi-kondisi seperti ini, mushalli pasti
mengupayakan menghadap kiblat. Namun jika terpaksa tidak bisa
melakukannya, maka shalatnya tidak batal.
5. Aurat terbuka
Seorang mushalli sengaja membuka aurat, baik lama ataupun
sebentar, maka shalatnya batal. Berbeda apabila terbukanya aurat itu

29
tidak disengaja, dengan syarat dia langsung menutup auratnya lagi,
maka shalatnya tidak batal.
Dalam pembahasan ini, perlu digars bawahi bahwa aurat yang
membatalkan apabila terbuka itu ialah aurat yan hanya bisa dilihat dari
depan, samping, atau belakang, dan tidak dari bawah. Bisa saja
seorang yang memakai mukena atau sarung akan terlihat kakinya
(yang termasuk aurat) manakala dilihat dari bawah. Hal ini tidak
membatalkan shalat, asalkan jika dilihat dari selain arah bawah
auratnya tetap tertutup.
6. Terkena hadas
Orang yang terkena hadas, baik hadas besar maupun hadas kecil,
maka secara otomatis shalatnya batal. Namun apabila seseorang
merasa ragu dengan hadas yang mengenai dirinya, maka shalatnya
tidak batal. Misalnya, ketika seseorang ragu-ragu, apakah dirinya
sudah batal whudu atau belum, maka hal tersebut tidak membatalkan
whudu dan tidak membatalkan shalat.
7. Terkena najis
Ada tiga tempat apabila terkena najis maka shalat seorang mushalli
menjadi batal, yakni badan, pakaian, dan tempat shalat. namun, ketika
najis tersebut mengenai badan, pakaian, atau tempat shalat secara tiba-
tiba langsung hilang, maka shalatnya tetap sah.
Begitu juga, ketika ditempat shalat tiba-tiba ada najis, manakala
tidak terkena badan maupun pakaian saat shalat, maka itu juga tidak
membatalkan shalat. hal terpenting dalam hal ini adalah tempat
shalatnya suci tatkala mushalli hendak mendirikan shalat.
8. Tertawa
Batasan tertawa yang membatalkan shalat adalah tertawa yang
sampai mengeluarkan suara. Sehingga, jangan sampai tertawa saat
dalam melakukan shalat, sebab itu mengakibatkan shalat tidak sah
9. Murtad, mati, gila, dan hilang akal

30
Ketika ada orang yang shalat, namun di tengah-tengah shalatnya ia
tiba-tiba murtad (keluar dari agama islam), mati, gila, atau hilang akal,
maka secara otomatis shalatnya menjadi batal.
10. Berubah niat
Ketika seseorang melakukan shalat, lalu dalam hatinya tebersit niat
untuk membatalkan shalat, makashalatnya batal. Apabila seorang
mushalli shalatnya benar, tidak melakukan gerakan atau hal-hal yang
dapat membatalakan shalat, tetapi ia berniat membatalkan shalat, maka
secara otomatis shalatnya menjadi batal.
11. Meninggalkan rukun
Apabila seorang mushalli meninggalkan rukunya shalat dengan
sengaja, meskipun hanya satu rukun, maka shalatnya batal 15. Berbeda
ketika seseorang meninggalkan rukun shalat karena lupa, maka ia bisa
menggantinya dengan sujud sahwi.
Meskipun demikian, apabiala dalam sebuah jamaah terdapat
makmum yang ketinggalan rukun, semisal tidak membaca Al-Fatihah,
kemudian langsung rukuk karena mengikuti imam, maka hal ini tidak
membatalkan shalat. hal ini disebabkan oleh alasan bahwa dalam
shalat berjamaah, manakala ada makmum tidak membaca Al-Fatihah,
tetapi ia masih ia masih bisa mengikuti rukuknya imam dengan
sempurna, maka shalatnya sudah dianggap satu rakaat.
12. Mendahului imam
Dalam shalat berjamaah, manakala seorang makmum dengan
sengaja mendahului imam sebanyak dua rukun, maka shalatnya batal.
Hal ini juga berlaku jika seorang makmum dengan sengaja
memperlambat dua rukun dari imam, maka shalatnya batal.
13. Adanya air bagi orang yang tayamum
Ketika ada seseorang yang shalat dengan tayamum karena tidak
ada air, maka apabila tersedia air, shalatnya menjadi batal. Ia harus
bersuci dengan air yang tersedia, kemudian mendirikan shalat lagi.
14. Mengucap salam
15
Doni Saputra, Fatihatun Nikmah. Pengabdian Kepada Masyarakt Desa. Vol.4, No.2,
Agustus 2023

31
Apabila seorang mushalli mengucapakan salam sebelum waktu
salam, maka shalatnya menjadi batal. Namun, berbeda apabila salam
tersebut sudah terdapat di dalam bacaan shalat, semisal dalam bacaan
tasyahud, maka shalatnya tetap sah.

Nama: Ahmad Dzakwan Subhan

Kelas: IPII 1A

E. Makna, Hakikat, dan Hikmah Shalat

Salat merupakan ritual ibadah yang khusus dan menempati posisi penting dalam
hukum Islam. Selain salat wajib lima waktu, ada pula salat sunah tertentu yang
dianjurkan dalam ajaran Islam. Al-Qur'an dan Hadits telah menjelaskan luar biasa hikmah
shalat dan manfaat yang bisa diperoleh dengan mengamalkannya. Ada banyak keutamaan
di balik urutan shalat. Shalat bukan sekedar kebiasaan atau ritual. Jika diamalkan dengan
ikhlas, maka doa akan mendatangkan ketenangan jiwa dan keamanan dalam hidup di
dunia dan akhirat. Ada beberapa hikmah shalat yang wajib diketahui oleh setiap muslim,
yaitu:

1. Mencegah perilaku jahat

Sholat yang dilakukan dengan penuh kekhusyukan akan membentuk karakter


sehingga terhindar dari perbuatan buruk seorang muslim. Allah SWT berfirman dalam
Al-Quran surat Al-Ankabut ayat 45 yang dalilnya ialah:

‫ُاْتُل َم ٓا ُاْو ِح َي ِاَلْيَك ِم َن اْلِكٰت ِب َو َاِقِم الَّص ٰل وَۗة ِاَّن الَّص ٰل وَة َتْنٰه ى َع ِن اْلَفْح َش ۤا ِء َو اْلُم ْنَك ِرۗ َو َلِذ ْك ُر ِهّٰللا َاْك َب ُرۗ َو ُهّٰللا َيْع َلُم َم ا‬
‫َتْص َنُعْو َن‬

45. Bacalah Kitab (Al-Qur'an) yang telah diwahyukan kepadamu (Muhammad) dan
laksanakanlah salat. Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar.
Dan (ketahuilah) mengingat Allah (salat) itu lebih besar (keutamaannya dari ibadah yang
lain). Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Jika seseorang mengerjakan shalatnya dengan sungguh-sungguh, berarti dia


mengetahui bahwa Allah subhanahu wata'ala selalu mengawasinya. Jika telah memiliki
kesadaran tersebut, maka akan sulit bagi orang tersebut untuk melakukan perbuatan
buruk. Jika seseorang shalat namun tetap bermaksiat, berarti orang tersebut tidak

32
mengamalkan dengan ikhlas atau bersungguh-sungguh. Oleh karena itu, ia tidak bisa
merasakan kehadiran Tuhan di dalam hatinya.

2. Mendidik untuk menjadi pribadi yang disiplin

Shalat dapat mendidik seorang muslim menjadi pribadi yang disiplin. Setiap umat
Islam dididik untuk mensyukuri waktu dengan sebaik-baiknya, memaksimalkan setiap
kesempatan yang ada dan menjaga eksistensinya sebagai khalifah di muka bumi.

Sholat merupakan ibadah yang dilakukan pada waktu-waktu tertentu. Jika saatnya
tiba, hal itu harus segera dilakukan. Oleh karena itu, secara tidak langsung perintah salat
tepat waktu mengajarkan manusia untuk disiplin dan bertanggung jawab.

3. Melatih diri Anda untuk menjadi tangguh

Doa dapat melatih kita untuk tegar dan tidak mengeluh terhadap masalah. Dalam Al-
Qur'an surat Al-Ma'arij ayat 19-23 Allah berfirman:

‫ِاَّن اِاْل ْنَساَن ُخ ِلَق َهُلْو ًع ۙا‬

19. Sungguh, manusia diciptakan bersifat suka mengeluh.

‫ِاَذ ا َم َّسُه الَّش ُّر َج ُز ْو ًع ۙا‬

20. Apabila dia ditimpa kesusahan dia berkeluh kesah,

‫َّو ِاَذ ا َم َّسُه اْلَخْيُر َم ُنْو ًع ۙا‬

21. dan apabila mendapat kebaikan (harta) dia jadi kikir,

‫ِااَّل اْلُمَص ِّلْيَۙن‬

22. kecuali orang-orang yang melaksanakan salat,

‫اَّلِذ ْيَن ُهْم َع ٰل ى َص اَل ِتِهْم َد ۤا ُم ْو َۖن‬


‫ِٕى‬

23. Mereka yang tetap setia melaksanakan salatnya,

Singkatnya, orang yang mengeluh sering kali tidak mempunyai sarana untuk
bertahan hidup. Dia mudah terguncang dan terpengaruh. Selama ini, orang yang khusyuk
shalat akan merasa mendapat penopang yang penting yaitu Allah. Oleh karena itu, jika
terjadi musibah, ia akan memohon ampun, mendoakan yang terbaik dan selalu berpikir
positif.

4. Meningkatkan kualifikasi

33
Allah akan meninggikan derajat dan menghapus kesalahan orang-orang yang
menunaikan shalat. Rasulullah SAW bersabda:

"Hendaknya engkau memperbanyak sujud kepada Allah. Karena engkau tidak


sujud kepada Allah satu kali, melainkan Allah akan mengangkatmu satu derajat dan
menghapuskan satu kesalahan dari dirimu." (HR. Muslim dari Tsauban).

5. Penyucian dosa

Dengan mendirikan shalat, Allah akan mengampuni dosa-dosa yang ada di antara
shalat ini dan shalat selanjutnya. Shalat juga dapat menyucikan diri dari kesalahan dan
dosa yang dilakukan baik disengaja maupun tidak disengaja.

Mereka yang mendirikan shalat dengan sungguh-sungguh akan selalu berusaha


menjaga kemurnian jiwa dan raganya. Kebersihan batin meliputi kebersihan rumah,
badan, dan pakaian.

Sedangkan dengan kesucian batin, ia akan selalu menjaga diri dari perbuatan
maksiat. Dia tidak akan pernah berbuat jahat dan menodai kesuciannya.

6. Menerima pertolongan dari Allah

Ketika mendirikan shalat, hamba mendapati dirinya berada dalam posisi yang
sangat dekat dengan Tuhan. Kedekatan adalah hal yang sangat baik untuk
dimaksimalkan dengan berdoa dan memohon pertolongan-Nya. Para sahabat
Rasullullah SAW tidak akan mengeluh atau menyerah jika menemui kesulitan.

Mereka selalu memohon pertolongan kepada Allah dengan cara sujud dan
ruku’. Karena hanya Allah SWT yang Maha Kuasa dan Penolong.

7. Dalam shalat terdapat sujud; posisi di mana seseorang menurunkan dirinya untuk
mencium tanah. Hal ini mengingatkan kita akan kerendahan hati di hadapan Tuhan Sang
Pencipta, karena sesungguhnya di hadapan Tuhan, kita hanyalah hamba-Nya yang
mutlak.

8. Menyadarkan kita bahwa sesungguhnya tidak ada yang mampu menolong kita kecuali
Allah.

34
9. Sholat dilakukan maksimal 5 waktu siang dan malam. Artinya dalam sehari semalam
ada 5 kali kita bisa bertaubat dan kembali kepada Allah, karena pada dasarnya dalam
sehari semalam kita tidak bisa lepas dari dosa, baik disengaja maupun tidak.

10. Memperkuat akidah dan keimanan kita kepada Allah SWT, karena sejatinya godaan
kesenangan duniawi sehari-hari dan godaan setan selalu mengusik keimanan kita hingga
kita lupa akan keberadaan Sang Maha Pencipta. Dengan berdoa, kita kembali menguatkan
keyakinan dan keimanan kita, bagaikan pohon kering yang menjadi rimbun setelah
diguyur hujan.

11. Meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT.


12. Memberikan ketenangan dalam diri baik lahir maupun batin.
13. Mendapatkan kecintaan kepada Allah SWT.
14. Mencegah perbuatan keji dan mungkar.
15. Sholat akan menyucikan dan membersihkan jiwa.
16. Sholat merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang melebihi segala-galanya,
sebab tabiat manusia adalah lemah dan membutuhkan Allah SWT.
17. Memberikan ketentraman dan mendamaikan serta menjadikan seseorang merasakan
kenikmatan hakiki yang tidak akan ia dapati selain dari padanya.
18. Dapat meringankan seseorang untuk melakukan berbagai kebajikan dan
meninggalkan menungkaran.
19. Dapat menghibur seseorang ketika dilanda musibah dan meringankan beban
penderitaan saat sudah dan mengalami rasa sakit.
20. Seorang hamba dengan ibadahnya kepada Rabbnya dapat membebaskan dirinya dari
belenggu penghambaan kepada makhluk, ketergantungan, harap, dan rasa cemas kepada
mereka.
21. Hikmah atau keutamaan terbesar dari ibadah sholat adalah merupakan sebab utama
untuk meraih ridha Allah SWT.

22. Melalui salat, Allah akan mencegah manusia dari perbuatan keji dan mungkar.
(keterangan selanjutnya lihat QS Al Ankabut: 45, QS Ali Imran: 134-136, QS Al Maidah:
90: 90-91, QS An Nur: 21, 22, dan QS Asy Syura: 36-38).

23. Melalui salat, Allah akan memberikan rahmat, petunjuk, dan keberuntungan.Surah An
Nur Ayat 56

24. Melalui salat, Allah swt. memberikan rida-Nya dan Allah memberikan kesudahan
yang baik. Hal itu dijelaskan Allah pada Surah Ar Ra’du Ayat 22.

35
25. Melalui salat, Allah meng- hilangkan rasa khawatir dan sedih pada hamba-Nya. Hal
itu dijelas- kan Allah pada Surah Al Baqarah Ayat 277

26. Melalui salat, Allah akan memberi ampunan, rezeki, dan ketinggian derajat. Hal itu
dijelaskan pada Surah Al Anfal Ayat 3-4.

27. Melalui salat, Allah mencegah manusia daw keluh kesah dan kikir. Hal itu dijelaskan
pada Surah A1 Ma’arij Ayat 19-23.

28. Dapat mencerahkan wajah

Sebelum menjalankan salat, kita diwajibkan untuk berwudhu. Secara lahir,


wudu ini membersihkan wajah kita dari kotoran yang melekat. Orang yang menjalankan
salat dengan catatan khusyuk dan bersungguh-sungguh wajahnya akan cerah.

29. Menerangi hati

Orang yang menjalankan salat hatinya akan merasa lebih tenang. Kita hanya
fokus mengingat Allah.

30. Menyehatkan badan

Menjalankan ibadah salat juga akan membuat badan sehat. Sebab, ritual dan
gerakan salat seperti halnya orang yang sedang berolahraga mulai dari kepala hingga kaki
semua kita gerakkan.

31. Menjadi faktor ketenangan dalam kubur

Salat merupakan salah satu bekal amal ibadah yang akan menolong kita kelak
di akhirat nanti. Dalam sebuah hadis disebutkan, amal ibadah pertama yang ditanya di
akhirat nanti adalah salat. Karena itu, bagi orang yang menjalankan salat insyaallah akan
merasa tenang saat di alam kubur karena akan diterangi dari amal ibadah salat.

32. Menjadi sebab turunnya rahmat

Allah akan membukakan pintu rahmat-Nya kepada hamba-Nya yang


melaksanakan perintah-Nya dengan menjalankan salat.

33. Kunci membuka pintu langit

36
Orang yang rajin menjalankan salat dan terus berdoa fa insyaallah akan
dibukakan pintu langit untuknya. Dalam artian, doanya cepat dikabulkan oleh Allah
SWT.

34. Dapat memberatkan timbangan

Salat adalah barometer keimanan seseorang. Barangsiapa yabg


menyempurnakannya (menjalankan sholat 5 waktu) maka kelak akan memperoleh pahala
yang sempurna (HR. Dailami)

35. Tempat keridloan Allah

Salat adalah sarana pendekatan diri kepada Allah bagi setiap orang yang
bertakwa. (HR Qadloi). Tiada suatu keadaan seorang hamba yang lebih Allah cintai,
kecuali sewaktu Allah melihat hambaNya tengah bersujud dan menempelkan wajahnya
ke tanah (HR. Thabrani)

36. Bernilai Surga

Allah menjanjikan bagi hamba-nya yang menjalankan salat lima waktu


dengan surga yang penuh kenikmatan (jannatun Naim).

37. Menjadi Tabir dari Siksa Neraka

Barangsiapa yang menjalankan salat lima waktu maka salatnya kelak akan
menjadi cahaya, hujjah dan penyelamat baginya pada hari kiamat. Barangsiapa yang tidak
dapat memelihara salatnya kelak akan dikumpulkan pada hari kiamat bersama Firaun,
Qarun, dan Hamman. (HR Ibnu Nasr).

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

37
Abu Hamid Assa’idy Radliyallaahu ‘anhu berkata: Aku melihat
Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam takbir beliau mengangkat kedua
tangannya lurus dengan kedua bahunya, bila ruku’ beliau menekankan kedua
tangannya pada kedua lututnya kemudian meratakan punggungnya, bila
mengangkat kepalanya beliau berdiri tegak hingga tulang-tulang
punggungnya kembali ke tempatnya, bila sujud beliau meletakkan kedua
tangannya dengan tidak mencengkeram dan mengepalkan jari-jarinya dan
menghadapkan ujung jari-jari kakinya ke arah kiblat, bila duduk pada rakaat
kedua beliau duduk di atas kakinya yang kiri dan meluruskan (menegakkan)
kaki kanan, bila duduk pada rakaat terakhir beliau majukan kakinya yang kiri
dan meluruskan kaki yang kanan, dan beliau duduk di atas pinggulnya.

Sebagai seorang muslim shalat merupakan ibadah wajib dalam


kehidupan sehari-hari dan apabila meninggalkannya entah karena disengaja
ataupun tidak, kita akan merasa menyesal dan sedih atas dosa meninggalkan
shalat, maka dari itu sebagai seorang muslim kita tidak boleh lalai dan harus
berusaha melaksanakan shalat tepat waktu, jika tidak bisa melaksanakannya
dengan tepat waktu maka kita harus menyegerakannya ketika dirasa sudah
siap melaksanakannya

Dalam hal di atas, fuqaha’ memiliki dua pendapat perihal akhir waktu
akhir shalat dhuzur yang longgar dan perihal waktu shalat dhuzur yang
diisyaratkan Imam Malik, Imam Syafi’i, Abi Tsana, dan Dawut yang
berpendapat waktu shalat dhuzur yang longgar adalah jika panjang bayangan
suatu benda sama dengan benda itu.

DAFTAR PUSTAKA

al-Ghazi, Muhammad bin Qasim, Fathul Qarib. (Damaskus: Dar Al-Fajr, 2002)

38
Noor, Syamsuddin, Mengungkap Rahasia Shalat Para Nabi. (Jakarta: Wahyumedia,
2009)

Izzudin, Ahmad, Ilmu Falak Praktis, Metode Hisab Rukyat Praktis dan Solusi
Permasalahanya, (Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra,2012)

Ulum, A. R. Shohibul, Kitab Fiqih Shalat 4 Madzab, (2023)

Aisyah Maulidatul Haq, Halimah B, Muhammad Anis, “Analisis Penentuan Waktu


Shalat Isya Perspektif Ilmu Falak”, (2022).

Ritonga, Marataon, “Problematika Syafak dan Fajar dalam Menentukan Waktu Shalat
Isya dan Subuh”, (2021)

Mohd. Zain, Abdul Salam, Ingin Tahu Shalat?, (2004)

Saputra, Dono dan Fatihatun Nikmah, Pengabdian Kepada Masyarakat Desa, (2023)

Maulana, Galih, Syarat Sah Shalat Madzhab Syafi’I, (2018)

Lely Anjuma, Abu Hasan, Jangan Lupa Shalat, (2017)

Rais, Roidzir, Anda Bertanya Ustadz Menjawab Mengenai Shalat, (2020)

39

Anda mungkin juga menyukai