Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

SHALAT
“Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kelompok Mahasiswa
 Pada Mata Kuliah Fiqih Ibadah”

Dosen Pengampu : Wawan, S.H., M.H.

DISUSUN OLEH

Kelompok 1

Fikri Aly Munawwar(2202002142)


Amam Nurzamal(2202002166)

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM


INSTITUT AGAMA ISLAM DARUSSALAM (IAID) CIAMIS
CIAMIS JAWA BARAT
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah swt. Tuhan semesta alam yang selalu memberikan rahmat dan
ridhanya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas kelompok mata
kuliah Fikih Ibadah dengan judul “SHALAT”

Tidak lupa juga kami berterima kasih kepada banyak pihak yang sudah membantu
memberikan saran dan kritik sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan
tepat waktu.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan
kesalahan yang belum kami sadari, maka dari itu kami memohon kepada teman-teman maupun
dosen untuk memberikan saran dan kritik kepada kami demi tercapainya makalah yang
sempurna.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................................12
C Tujuan .....................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................2
A. Pengertian Shalat......................................................................................................
B. Rukun dan syarat shalat...........................................................................................
C. Pengertian dan macam-macam shalat......................................................................
D. Hikmah dan manfaat shalat.....................................................................................
E. Perbandingan hukum tersebut menurut empat mazdhab.........................................
BAB III PENUTUP...........................................................................................................
Kesimpulan...................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
Sholat merupakan salah satu ibadah wajib bagi umat muslim dan sholat merupakan
sarana komunikasi antara seorang hamba dengan TuhanNya sebagai suatu bentuk ibadah yang di
dalamnya terdapat sebuah amalan yang tersusun dari beberapa ucapan dan perbuatan yang
diawali dengan takbiratul ikhram dan diakhiri dengan salam, dan dilakukan sesuai dengan syarat
maupun rukun sholat yang telah ditentukan (Imam Bashari Assayuthi, 30).

Shalat terdiri dari sholat fardhu (wajib) dan sholat sunnah. Sholat fardhu (wajib) sendiri
terdiri atas 5 waktu antara lain subuh, dzuhur, ashar, maghrib dan isya’. Sholat dapat membentuk
kecerdasan spiritual bagi siapa saja yang melakukannya.1 Selain itu sholat adalah bentuk
pengabdian manusia kepada Allah SWT yang wajib dilaksanakan agar didalam setiap
kegiatannya selalu diberikan keberkahan, kebaikan, kemudahan, dan jalan keluar dari kesulitan
yang menimpa. Adapun manfaat dari melaksanakan sholat menurut Imam Ja’far Al-Shadiq
antara lain yaitu mengajarkan bagaimana agar kita selalu mengawali suatu perbuatan dengan niat
yang baik, dan ini bisa tercermin dari sebelum memulai sholat kita harus selalu mengawalinya
dengan niat.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian shalat
2. Apa Rukun dan syarat sharat
3. Apa Pembagian dan macam-macam shalat
4.Apa Hikmah dan manfaat
5.Apa Perbandingan hukum tersebut menurut empat mazhab.

C. Tujuan
1.Mengetahui Pengertian shalat
2.Mengetahui Rukun dan syarat sharat
3. Mengetahui Pembagian dan macam-macam shalat
4.Mengetahui Hikmah dan manfaat
5.Mengetahui Perbandingan hukum tersebut menurut empat mazhab.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian shalat
Menurut bahasa kata sholat berasal dari kata shollaa, yusholli, sholaatan, yang
berarti rahmat dan doa. Makna shalat dalam syariat adalah peribadatan kepada Allah SWT
dengan ucapan dan perbuatan yang telah diketahui, diawali dengan takbir dan diakhiri
dengan salam, disertai syarat-syarat yang khusus dan dengan niat.
Syekh Najmuddin Amin Al Kurdi dalam Tanwirul Qulub-nya menggarisbawahi
bahwa kedudukan sholat menempati posisi ibadah fisik yang paling utama dibanding
ibadahibadah lainnya. Sholat merupakan pilar agama yang menduduki peringkat kedua
setelah syahadat. Shalat merupakan pondasi terbaik bagi setiap amal kebaikan di dunia serta
rahmat dan kemulian bagi kehidupan mendatang. Sholat adalah salah satu ibadah mahdloh
yang pertama kali diwajibkan oleh Allah. Dalam struktur bangunan ajaran Islam, sholat
disebut sebagai tiang agama. Sabda Rasul saw: ”Sholat adalah tiang agama, maka barang
siapa yang menegakannya berarti menegakan sholat agama, dan barang siapa yang
meninggalkannya berarti meruntuhkan agama.” (HR. Baihaqi dari Umar ra).

B. Rukun dan syarat shalat


1. Rukun Sholat
Shalat mempunyai rukun-rukun yang harus dilakukan sesuai dengan aturan dan
ketentuannya, sehingga apabila tertinggal salah satu darinya, maka hakikat shalat
tersebut tidak mungkin tercapai dan shalat itu pun dianggap tidak sah menurut syara’.
Hal ini berdasarkan kepada firman Allah SWT:
‫صلَوة ََويُْؤ تُواالزَ َكوة ََو َذلِكَ ِديْنُ القَيِّ َم ِة‬ ِ ِ‫َو َمااُوْ ِمرُوااِاّل َلِيُ ْعبُدُواهللا ُم ْخل‬
َّ ‫ص ْينَ لَهُ ال ِّد ْينَ ُخنَفَآ َء َويُقِ ْي ُمواال‬
Artinya: “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya
mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang
lurus”. (al-Bayyinah: 98).
Diantaranya rukun shalat adalah:
a. Niat
Niat dapat dibaca dengan lisan yang mencakup nama shalat yang
dikerjakan, jumlah rakaat, dan pelaksanaanya karena allah SWT. Yang wajib ialah
niat dalam hati.
b. Berdiri bagi yang mampu
Hukum berdiri ketika mengerjakan shalat fardhu adalah wajib. Hal ini
berdasarkan sabda Rasulullah SAW:
Artinya: Dari Imran bin Husain RA berkata, aku menderita penyakit ambien, lalu aku
bertanya kepada Nabi SAW mengenai cara mengerjakan shalat yang harus aku
lakukan, Nabi SAW bersabda, “Shalatlah dalam keadaan berdiri, jika engkau tidak
mampu, maka laksanakan dalam keadaan duduk, jika engkau tidak mampu
melakukannya, maka kerjakanlah dalam keadaan berbaring”. (H.R. Bukhari).
c. Membaca takbiratul ikhram
Hal ini berdasarkan hadist dari Ali RA berikut ini:
‫ وتحليلها التسليم (رواه‬،‫ وتحريمها التكبير‬،‫ مفتاح الصالة الطهور‬:‫عن علي أن النبي صلى هللا عليه وسلم قال‬
)‫الدارم‬

Artinya: “Dari Ali RA, Nabi Muhammad SAW bersabda, kunci shalat bersuci,
pembukaannya membaca takbir dan penutupannya adalah membaca salam”. (H.R.
Ad-Darimi).
Takbiratul ihram ini hanya dapat dilakukan dengan membaca lafadz Allahu Akbar.
d. Membaca surat alfatihah
Ada beberapa hadits shahih yang menyatakan kewajiban membaca surat al-
Fatihah pada setiap rakaat, baik pada saat mengerjakan shalat fardhu maupun shalat
sunnah. Diantaranya:
)‫عن عبادة بن الصامت يبلغ به النبي صلى هللا عليه وسلم ال صالة لمن لم يقرأ بفاتحة الكتاب (رواه مسلم‬
Artinya: “Dari Ubadah bin Shamit RA, Nabi SAW bersabda, “Tidak sah shalat
seseorang yang tidak membaca surah Fatihatul-Kitab”. (H.R. Muslim).
Dalam Mazhab Syafi`i, basmallah merupakan satu ayat dari pada surah al-Fatihah,
maka membaca bismillah hukumnya adalah wajib.
e. Ruku’
Kefardhuanya telah diakui secara ijma`, berdasarkan firman Allah SWT:
َ ‫يََأيُّهَاالَّ ِذ ْينَ أ َمنُوااَرْ َكع‬
َ‫ُواوا ْس ُجدُوا َوا ْعبُدُوا َربَّ ُك ْم وا ْف َعلُواال َخي َْرلَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِحُوْ ن‬
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, ruku'lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah
tuhanmu dan berbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan”. (al-Hajj:
77). Ruku’ dikatakan sempurna, jika dilakukan dengan cara membungkukkan tubuh,
dimana kedua tangan dapat mencapai dan memegang kedua lutut.
f. Tuma’ninah dalam rukuk
g. I’tidal
h. Tuma’ninah di dalam I’tidal
i. Sujud dua kali dalam masing-masing rakaat
j. Thuma’ninah dalam sujud
k. Duduk antara dua sujud
l. Thuma’ninah dalam Duduk antara dua sujud
m. Duduk yang terakhir
n. Membaca tasyahud dalam duduk yang terakhir
o. Membaca shalawat atas Nabi Muhammad SAW.
p. Membaca salam.
q. Tertib pada setiap rukun-rukunya.
2. Syarat Shalat

Syarat-syarat Shalat adalah sesuatu hal yang harus di penuhi sebelum kita
melaksanakan shalat. Syarat Shalat di bagi menjadi 2 yaitu:

a. Syarat wajib Shalat adalah syarat yang wajib di penuhi seperti:

- Islam

- Berakal

- Tamziz atau baligh.

Tanda baligh bagi laki-laki antara lain mimpi basah, telah keluar jakun, dan telah
keluar mani. Bagi perempuan adalah mulai menstruasi atau haid.

- Berakal.

- Suci dari haid dan nifas

b. Syarat sah shalat itu ada 8 yaitu:

- Telah masuk waktu sholat

Ketentuan ini diambil kandungan surat an-nisa’ ayat 103.

“Maka apabila kamu Telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri,
di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu Telah merasa aman,
Maka Dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah
fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman”.

- Suci dari najis yang berada pada pakaian, tubuh, dan tempat shalat.

- Menutup aurot

Aurat laki-laki yaitu baina surroh wa rukbah( antara pusar sampai lutut),
sedangkan aurot perempuan adalah jami’i badaniha illa wajha wa kaffaien (semua
anggota tubuh kecuali wajah dan kedua telapak tangan).

- Menghadap kiblat

Dalam syarat ini ada dua pengecualian yaitu seorang yang sholat tidak harus
menghadap kiblat yaitu ketika saat berperang dan ketika naik kendaraan.

- Tidak meyakini salah satu fardu dari beberapa fardu shalat sebagaisuatu sunnah.

- Menjauhi hal-hal yang membatalkan Shalat. Diantaranya:

1. Berbicara dengan sengaja kecuali bacaan sholat

2. Bergerak tiga kali berturut-turut

3. Adanya hadast kecil atau hadas besar

4. secara tiba-tgiba ada najis yang tidak dima’fu


5. Terbukanya aurat secara sengaja

6. Berubah niatnya, seperti iba-tiba berniat untuk keluar dari shalat

7. Membelakangi kiblat

8. Makan dan minum disengaja

9. Tertawa terbahak-bahak

10. Murtad yaitu putus keislamanya sebab perbuatan atau ucapan.


C. Pembagian dan macam-macam shalat
1. Shalat Wajib
Adapun yang dimaksud dengan shalat wajib adalah shalat lima waktu yaitu
shalat zhuhur ashar magrib isya serta shubuh,berdasarkan sabda Rasulullah Shalallahu
‘alaihi wasalam
‫ت َكتَبَه َُّن هَّللا ُ َعلَى‬ ٍ ‫ص•لَ َوا‬ َ ُ‫ يَقُ•و ُل « َخ ْمس‬-‫ص•لى هللا علي•ه وس•لم‬- ِ ‫ْت َر ُس•و َل هَّللا‬ ُ ‫ َس• ِمع‬:‫َع ِن ُعبَادَة رضي هللا عن•ه ق•ال‬
ِ ‫اس•تِ ْخفَافًا بِ َحقِّ ِه َّن َك••انَ لَ•هُ ِع ْن• َد هَّللا ِ َع ْه• ٌد َأ ْن يُ ْد ِخلَ•هُ ْال َجنَّةَ َو َم ْن لَ ْم يَ•ْأ‬
‫ت بِ ِه َّن‬ َ ُ‫ْال ِعبَا ِد فَ َم ْن َجا َء بِ ِه َّن لَ ْم ي‬
ْ ‫ضيِّ ْع ِم ْنه َُّن َش• ْيًئا‬
َ‫ْس لَهُ ِع ْن َد هَّللا ِ َع ْه ٌد ِإ ْن َشا َء َع َّذبَهُ َوِإ ْن َشا َء َأ ْد َخلَهُ ْال َجنَّة‬
َ ‫فَلَي‬
“Ubadah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah Shalallahu ‘alaihi
wasalam bersabda : “Lima shalat yang telah Allah wajibkan atas para hamba,
barangsiapa yang melaksanakannya, tidak menyia-nyiakannya sedikitpun sebagai
bentuk peremehan atas kedudukannya, maka baginya di sisi Allah janji, yaitu
memasukkanya ke dalam surga dan barangsiapa yang tidak melaksakannya bagai tidak
ada baginya janji di sisi Allah, jika Allah menghendaki, Dia akan menyiksanya dan
jika menghendaki, Dia memasukkanya ke dalam surga”
2. Shalat Sunnah
Adapun shalat sunnah yang dimasudkan di sini adalah Shalat ; witir; sunnah
shubuh ;shalat dua hari raya;shalat gerhana dan istisqa,yang semuanya termasuk shalat
sunnah muakkadah .Kemudian Shalat tahiyyatul masjid ,shalat rawatib,shalat dua
rakaat setelah wudhu,shalat dhuha,shalat tarawih serta shalat malam yang seluruhnya
termasuk shalat sunnah ghairu mua’kkadah.
3. Shalat Nafilah
Adapun yang dimaksud dengan shalat nafilah adalah shalat sunnah selain
shalat sunnah mu’akkadah dan ghairu mu’akkadah, yaitu shalat sunnah muthlaq, baik
yang dilakukan pada malam hari maupun pada siang hari.
D. Hikmah Dan Manfaat Shalat
1. Hikmah Shalat
Shalat adalah ibadah istimewa dan mempunyai kedudukan tinggi dalam
syariat Islam. Selain shalat lima waktu yang hukumnya wajib, ada juga beberapa
shalat sunnah yang dianjurkan dalam ajaran Islam.
Di dalam al-Quran dan al-Hadits telah dijelaskan soal betapa luar biasanya
hikmah shalat dan manfaat yang bisa didapat jika mengamalkannya. Ada banyak
keutamaan yang tersimpan di balik perintah shalat.Shalat bukan hanya sekadar
rutinitas atau ritual semata. Jika diamalkan dengan sungguh-sungguh, shalat akan
mendatangkan ketenangan hati dan keselamatan dalam hidup di dunia maupun di
akhirat nanti. Ada beberapa hikmah shalat yang perlu diketahui setiap Muslim,
yaitu:
a. Mencegah dari Perbuatan Mungkar
Shalat yang dilakukan dengan khusyuk akan membentuk pribadi yang
mencegah seorang Muslim dari perbuatan buruk. Allah SWT berfirman dalam
al-Qur'an surat Al-Ankabut ayat 45, yang artinya:
"Bacalah Kitab (Al-Qur'an) yang telah diwahyukan kepadamu (Muhammad) dan
laksanakanlah salat. Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan
mungkar. Dan (ketahuilah) mengingat Allah (salat) itu lebih besar (keutamaannya
dari ibadah yang lain). Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan."
b. Mendidik menjadi Pribadi yang Disiplin
Shalat dapat mendidik seorang Muslim menjadi pribadi yang disiplin.
Setiap Muslim dituntut untuk menghargai waktu dengan sebaik-baiknya
memaksimalkan setiap kesempatan yang ada, dan mempertahankan eksistensi diri
sebagai seorang khalifah di muka bumi.Shalat adalah ibadah yang dilakukan pada
waktu-waktu tertentu. Bila sudah tiba waktunya harus segera dilaksanakan.
Sehingga, secara tidak langsung perintah shalat tepat waktu mengajarkan manusia
untuk disiplin dan bertanggung jawab.
c. Melatih menjadi Pribadi yang Tangguh
Shalat dapat melatih diri untuk menjadi pribadi yang tangguh dan tidak
cengeng ketika menghadapi masalah. Dalam al-Qur'an surat Al-Ma’arij ayat 19 -
23, Allah berfirman:
"Sesungguhnya manusia diciptakan untuk bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila
ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, kecuali orang-orang yang mengerjakan
shalat, yang mereka itu konsisten mengerjakan shalatnya,"
Kesimpulannya, orang yang sering berkeluh kesah biasanya tidak
mempunyai sandaran hidup. Ia mudah goyah dan terombang ambing. Sedangkan
orang yang khusyuk saat shalat akan merasa memiliki sandaran hidup, yaitu
Allah. Jadi, jika sedang tertimpa musibah, ia akan memohon ampun, dan meminta
yang terbaik, serta selalu berpikir positif.
d. Meninggikan Derajat
Allah akan meninggikan derajat dan menghapus kesalahan orang yang
melaksanakan shalat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
"Hendaknya engkau memperbanyak sujud kepada Allah. Karena engkau tidak
sujud kepada Allah satu kali, melainkan Allah akan mengangkatmu satu derajat
dan menghapuskan satu kesalahan dari dirimu." (HR. Muslim dari
Tsauban).
e. Membersihkan Kesalahan dan Dosa
Dengan shalat, Allah akan mengampuni dosa-dosa yang ada di antara satu
shalat dengan shalat berikutnya. Shalat juga dapat membersihkan diri dari
kesalahan dan dosa yang dilakukan secara sengaja atau tidak.
Orang yang shalat dengan khusyuk akan selalu berusaha untuk menjaga
lahir dan batinnya selalu bersih. Untuk kebersihan batin mencakup soal
kebersihan rumah, badan, hingga pakaian.Sedangkan kebersihan batin, ia akan
selalu menjaga diri dari perbuatan maksiat. Tidak akan terlintas dalam pikirannya
untuk berbuat jahat dan menodai kesuciannya.
f. Meraih Pertolongan Allah
Ketika shalat, seorang hamba berada pada posisi yang sangat dekat dengan Allah.
Kedekatan tersebut sangat baik untuk dimaksimalkan dengan berdoa dan
memohon pertolongan-Nya. Para Sahabat Rasullullah SAW tak akan berkeluh
kesah atau berputus asa jika sedang menghadapi kesulitan.
Mereka selalu memohon pertolongan Allah dengan memperbanyak sujud
dan rukuk. Sebab, hanya Allah SWT yang Maha Kuasa dan Maha Penolong.
Semoga kita termasuk hamba Allah yang selalu menjaga shalatnya

2. Manfaat Shalat
Sholat merupakan rukun Islam yang kedua dan merupakan rukun Islam yang
terpenting setelah dua kalimat syahadat, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu
alaihi wasallam:

‫س) َشهَا َد ِة َأ ْن الَ ِإلَهَ ِإالَّ هللاُ َو َأ َّن ُم َح َّمدًا َرسُوْ ُل‬
ٍ ‫ َعلَى َأ ْن ي َُو ِّح َد هللاَ ( َو فِ ْي ِر َوايَ ٍة َعلَى َخ ْم‬: ‫بُنِ َي ْاِإل ْسالَ ُم َعلَى َخ ْم َس ٍة‬
‫ضانَ َو ْال َح ِّج‬ ِ ‫صالَ ِة َوِإ ْيتَا ِء ال َّز َكا ِة َو‬
َ ‫صيَ ِام َر َم‬ َّ ‫هللاِ َوِإقَ ِام ال‬

“Islam dibangun atas lima perkara yaitu mentauhidkan Allah, dalam riwayat lain :
bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah dan Muhammad
adalah utusan Allah, menegakkan sholat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan
haji.” (HR. Bukhari I/12 no.8, dan Muslim I/45 no.19, dari Abdullah bin Umar
rodhiyallahu anhuma)

1. Sholat merupakan media penghubung antara seorang hamba dengan Tuhannya,


sebagaimana sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam:

َ ‫ِإ َّن َأ َح َد ُك ْم ِإ َذا‬


ُ‫صلَّى يُنَا ِجي َربَّه‬

“Sesungguhnya seorang dari kamu jika sedang sholat, berarti ia sedang


bermunajat (berbisik-bisik) dengan Tuhannya”. (HR. Bukhari I/198 no.508, dari
Anas bin Malik rodhiyallahu anhu)

2. Sholat adalah penolong dalam segala urusan penting. sebagaimana firman Allah
ta’ala:

‫صالَ ِة‬ َّ ‫َوا ْستَ ِعينُوا بِال‬


َّ ‫صب ِْر َوال‬

“Jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu”. (QS. Al Baqarah : 45)

3. Sholat adalah pencegah dari perbuatan maksiat dan kemungkaran, Sebagaimana


firman Allah ta’ala:

‫صالَةَ تَ ْنهَى ع َِن ْالفَحْ َشا ِء َو ْال ُم ْن َك ِر‬ َّ ‫َوَأقِ ِم ال‬


َّ ‫صالَةَ ِإ َّن ال‬
“Dan dirikanlah sholat karena sesungguhnya sholat itu mencegah dari perbuatan
keji dan munkar”. (QS. Al Ankabut : 45)

4. Sholat adalah cahaya bagi orang-orang yang beriman yang memancar dari dalam
hatinya dan menyinari ketika di padang Mahsyar pada hari kiamat, sebagaimana
sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam:

‫صالَةُ نُوْ ٌر‬


َّ ‫ال‬

“Sholat adalah cahaya ”. (HR. Muslim I/203 no.223, dari Abu Malik Al-Asy’ari
rodhiyallahu anhu)

‫َت لَهُ نُوْ رًا َوبُرْ هَانًا َوَن َجاةً يَوْ َم ْالقِيَا َم ِة‬
ْ ‫َم ْن َحافَظَ َعلَ ْيهَا َكان‬

“Barangsiapa yang menjaga sholatnya niscaya ia kan menjadi cahaya, bukti dan
penyelamat (baginya) pada hari kiamat.” (HR. Ahmad II/169 no.6576, dan Ibnu
Hibban IV/329 no.1467, dari Abdullah bin ‘Amr rodhiyallahu anhu)

5. Sholat adalah kebahagiaan jiwa orang-orang yang beriman serta penyejuk hatinya,
sebagaimana sabda Nabi Shallallahu alaihi wasallam:

َّ ‫ت قُ َّرةُ َأ ْعيُنِ ْي فِي ال‬


‫صالَ ِة‬ ْ َ‫ُج ِعل‬

“Dijadikan penyejuk hatiku di dalam sholat”. (HR. Ahmad III/128 no.12315,


12316, dan III/199 no.13079, dan Nasa’i VII/74 no.3950, dari Anas bin Malik
radhiyallahu anhu)

6. Sholat adalah penghapus dosa-dosa dan pelebur segala kesalahan, sebagaimana


sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam:

‫ الَ يَ ْبقَى ِم ْن‬: ‫ت هَلْ يَ ْبقَى ِم ْن َد َرنِ ِه َش ْي ٌء ؟ قَالُوْ ا‬


ٍ ‫س َمرَّا‬ َ ‫ب َأ َح ِد ُك ْم يَ ْغتَ ِس ُل فِ ْي ِه ُك َّل يَوْ ٍم َخ ْم‬
ِ ‫َأ َرَأ ْيتُ ْم لَوْ َأ َّن نَ ْهرًا بِبَا‬
‫س يَ ْمحُو هللاُ بِ ِه َّن ْال َخطَايَا‬
ِ ‫ت ْالخَ ْم‬ ِ ‫صلَ َوا‬َّ ‫ك َمثَ ُل ال‬ َْ ‫َد َرنِ ِه‬
َ ِ‫ َك َذل‬: ‫قَا َل‬. ‫ش ٌء‬

“Apa pendapat kalian jika di depan pintu seseorang di antara kalian terdapat
sungai, di dalamnya ia mandi lima kali sehari, apakah masih tersisa kotoran (di
badannya) meski sedikit ?” Para shahabat menjawab : “Tentu tidak tersisa sedikit
pun kotoran (di badannya)” Beliau berkata: “Demikian pula dengan sholat lima
waktu, dengan sholat itu Allah menghapus dosa-dosa”. (HR. Bukhari I/197
no.505, dan Muslim I/462 no.667, dari Abu Hurairah rodhiyallahu anhu)
‫ت ْال َكبَاِئ ُر‬ ٌ ‫ضانَ ُم َكفِّ َر‬
ِ َ‫ات لِ َما بَ ْينَهُ َما ِإ َذا اجْ تُنِب‬ َ ‫ات ْال َخ ْمسُ َو ْال ُج ُم َعةُ ِإلَى ْال ُج ُم َع ِة َو َر َم‬
َ ‫ضانُ ِإلَى َر َم‬ ُ ‫صلَ َو‬
َّ ‫ال‬

“Sholat lima waktu dan dari Jum’at ke Jum’at dan dari Romadhon ke Romadhon,
merupakan pelebur (dosa kecil yang dilakukan) di antara keduanya, selama tidak
melakukan dosa-dosa besar”. (HR. Muslim I/209 no.233, dari Abu Hurairah
rodhiyallahu anhu)

7. Sholat merupakan tiang agama, barangsiapa yang menegakkannya maka ia telah


menegakkan agama, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam:

َّ ‫َرْأسُ اَْأل ْم ِر اِإل ْسالَ ُم َو َع ُموْ ُدهَ ال‬


ِ‫صالَةُ َو َذرْ َوةُ َسنَا ِمهَ ال ِجهَا ُد فِ ْي َسبِ ْي ِل هللا‬

“Pokok dari perkara-perkara adalah Islam, tiangnya adalah sholat dan puncak
tertingginya adalah jihad di jalan Allah”. (HR. AT-Tirmidzi no.2616, Ibnu Majah
II/1314 no.3973, dan Ahmad V/231 no.22069, dari Mu’adz bin Jabal radhiyallahu
anhu)

8. Sholat merupakan pembeda antara orang yang beriman dengan orang yang kafir
dan musyrik, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam:

‫صالَ ِة‬ ِ ْ‫بَ ْينَ ال َّرج ُِل َو بَ ْينَ ْال ُك ْف ِر َوال ِّشر‬
ُ ْ‫ك تَر‬
َّ ‫ك ال‬

“Batas pemisah antara seseorang dengan kekafiran dan kesyirikan adalah


meninggalkan sholat”. (HR. Muslim I/88 no.82, dari Jabir bin Abdullah
rodhiyallahu anhu)

9. Sholat merupakan sebaik-baik amalan, sebagaimana sabda Nabi shallallahu alaihi


wasallam:

َ ‫صالَةُ َعلَى َو ْقتِها‬ َ ‫ِع ْن َد َما ُسِئ َل ع َْن َأيِّ اَْأل ْع َما ِل َأ ْف‬
َّ ‫ ال‬: ‫ض ُل ؟ فَقَا َل‬

Ketika beliau ditanya tentang amalan apa yang paling utama, maka beliau
menjawab : “Sholat pada waktunya”. (HR. Bukhari I/197 no.504, dan Muslim I/89
no.85, dari Abdullah bin Mas’ud rodhiyallahu anhu)

10. Sholat adalah perkara pertama yang akan dihisab (diperhitungkan) pada setiap
hamba, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam:

ََّ
َّ ‫إن َأ َّو َل َما يُ َحا َسبُ النَّاسُ بِ ِه يَوْ َم ْالقِيَا َم ِة ِم ْن َأ ْع َمالِ ِه ْم ال‬
ُ‫صالَة‬

“Sesungguhnya perkara pertama yang akan dihisab (diperhitungkan) dari amal


perbuatan manusia pada hari kiamat adalah masalah sholat ”. (HR. Ahmad dan
Abu Dawud I/290 no.864, dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu).
E. PERBANDINGAN HUKUM TERSEBUT MENURUT EMPAT MAZHAB
Berikut ini pendapat 4 Imam Madzhab (Maliki, Hambali, Hanafi dan
Syafi’i) terkait rukun-rukun dan fardhu-fardhu shalat :
1. NIAT.
2. TAKBIRATUL IHRAM.
3. BERDIRI.
4. Membaca AL-FATIHAH
5. RUKU’
6. I’TIDAL
7. SUJUD
8. TAHIYYAT
9. Mengucapkan SALAM
10. TERTIB

1. NIAT
Semua ulama mazhab sepakat bahwa mengungkapkan niat dengan kata-kata
tidaklah diminta. (Mughniyah; 2001). Ibnu Qayyim berpendapat dalam bukunya Zadul
Ma’ad, sebagaimana yang dijelaskan dalam jilid pertama dari buku Al-Mughni, karya Ibnu
Qudamah, sebagai berikut : Nabi Muhammad saw bila menegakkan shalat, beliau langsung
mengucapkan “Allahu akbar” dan beliau tidak mengucapkan apa-apa sebelumnya, dan tidak
melafalkan niat sama sekali.

2. TAKBIRATUL IHRAM
Shalat tidak akan sempurna tanpa takbiratul ihram. Nama takbiratul ihram  ini
berdasarkan sabda Rasulullah saw :“Kunci shalat adalah bersuci, dan yang
mengharamkannya (dari perbuatan sesuatu selain perbuatan-perbuatan shalat) adalah
takbir, dan penghalalnya adalah salam.”

Maliki dan Hambali
kalimat takbiratul ihram adalah “Allah Akbar” (Allah Maha Besar) tidak boleh
menggunakan katakata lainnya.

Hanafi 
boleh dengan kata-kata lain yang sesuai atau sama artinya dengan kata-kata tersebut,
seperti “Allah Al-A’dzam” dan “Allahu Al-Ajall” (Allah Yang Maha Agung dan Allah
Yang Maha Mulia). (Mughniyah; 2001)

Syafi’i
boleh mengganti “Allahu Akbar” dengan ”Allahu Al-Akbar”, ditambah
dengan alif dan lam pada kata “Akbar”. (Mughniyah; 2001)
Mengenai bahasa pengucapan takbirotul ikrom
Syafi’i, Maliki dan Hambali sepakat bahwa mengucapkannya dalam bahasa Arab adalah
wajib,walaupun orang yang shalat itu adalah orang ajam  (bukan orang Arab).
Hanafi : Sah mengucapkannya dengan bahasa apa saja, walau yang bersangkutan bisa
bahasa Arab.
Semua ulama mazhab sepakat : syarat takbiratul ihram adalah semua yang disyaratkan
dalamshalat. Kalau bisa melkitakannya dengan berdiri; dan dalam mengucapkan kata
“Allahu Akbar” ituharus didengar sendiri, baik terdengar secara keras oleh dirinya, atau
dengan perkiraan jika ia tuli.(Mughniyah; 2001)

3. BERDIRI
semua ulama mazhab sepakat bahwa berdiri dalam shalat fardhu itu wajib sejak
mulai dari takbiratul ihram sampai ruku’, harus tegap, bila tidak mampu ia boleh shalat
dengan duduk. Bila tidak mampu duduk, ia boleh shalat dengan miring pada bagian kanan,
seperti letak orang yang meninggal di liang lahat, menghadapi kiblat di hadapan badannya,
menurut kesepakatan semua ulama mazhab selain Hanafi.

Hanafi berpendapat : siapa yang tidak bisa duduk, ia boleh shalat terlentang dan menghadap
kiblat dengan dua kakinya sehingga isyaratnya dalam ruku’ dan sujud tetap menghadap
kiblat. . Hanafi : bila sampai pada tingkat ini tetapi tidak mampu, maka gugurlah perintah
shalat baginya, hanya ia harus melaksanakannya (meng-qadha’-nya) bila telah sembuh dan
hilang sesuatu yang menghalanginya. (Mughniyah;2001)
Syafi’i dan Hambali :

Dan bila tidak mampu miring ke kanan, maka menurut Syafi’i dan Hambali ia boleh


shalat terlentang dan kepalanya menghadap ke kiblat. Bila tidak mampu juga, ia harus
mengisyaratkan dengan kepalanya atau dengan kelopak matanya.

Syafi’i dan Hambali :shalat itu tidaklah gugur dalam keadaan apa pun. Maka bila tidak
mampu mengisyaratkan dengan kelopak matanya (kedipan mata), maka ia harus shalat
dengan hatinya dan menggerakkan lisannya dengan dzikir dan membacanya. Bila juga tidak
mampu untuk menggerakkan lisannya, maka ia harus menggambarkan tentang melkitakan
shalat di dalam hatinya selama akalnya masih berfungsi.

Maliki :
bila sampai seperti ini, maka gugur perintah shalat terhadapnya dan tidak diwajibkan
mengqadha’-nya. (Mughniyah; 2001)

4. Membaca AL-FATIHAH
Hanafi :
membaca Al-Fatihah dalam shalat fardhu tidak diharuskan, dan membaca bacaan apa saja
dari AlQuran itu boleh, berdasarkan Al-Quran surat Muzammil ayat 20 : (Mughniyah;
2001). ”Bacalah apa yang mudah bagimu dari Al-Quran,” (Bidayatul Mujtahid, Jilid I,
halaman 122, dan Mizanul Sya’rani, dalam bab shifatus shalah).

Boleh meninggalkan basmalah, karena ia tidak termasuk bagian dari surat. Dan tidak
disunnahkan membacanya dengan keras atau pelan. Orang yang shalat sendiri ia boleh
memilih apakah mau didengar sendiri (membaca dengan perlahan) atau mau didengar oleh
orang lain (membaca dengan keras), dan bila suka membaca dengan sembunyi-sembunyi,
bacalah dengannya. Dalam shalat itu tidak ada qunut kecuali pada shalat witir. Sedangkan
menyilangkan dua tangan adalah sunnah bukan wajib. Bagi lelaki adalah lebih utama bila
meletakkan telapak tangannya yang kanan di atas belakang telapak tangan yang kiri di
bawah pusarnya, sedangkan bagi wanita yang lebih utama adalah meletakkan dua tangannya
di atas dadanya. (Mughniyah; 2001)

Syafi’i :
membaca Al-Fatihah adalah wajib pada setiap rakaat tidak ada bedanya, baik pada dua
rakaat pertama maupun pada dua rakaat terakhir, baik pada shalat fardhu maupun shalat
sunnah. Basmalah itu merupakan bagian dari surat, yang tidak boleh ditinggalkan dalam
keadaan apa pun. Dan harus dibaca dengan suara keras pada shalat subuh, dan dua rakaat
pertama pada shalat maghrib dan isya’, selain rakaat tersebut harus dibaca dengan pelan.
Pada sholat subuh disunnahkan membaca qunut setelah mengangkat kepalanya dari ruku’
pad rakaat kedua sebagaimana juga disunnahkan membaca surat Al-Quran setelah membaca
Al-Fatihah pada dua rakaat yang pertama saja. Sedangkan menyilangkan dua tangan
bukanlah wajib, hanya disunnahkan bagi lelaki dan wanita. Dan yang paling utama adalah
meletakkan telapak tangannya yang kanan di belakang telapak tangannya yang kiri di bawah
dadanya tapi di atas pusar dan agak miring ke kiri. (Mughniyah; 2001)

Maliki :
membaca Al-Fatihah itu harus pada setiap rakaat, tak ada bedanya, baik pada rakaat-
rakaat pertama maupun pada rakaat-rakaat terakhir, baik pada shalat fardhu maupun shalat
sunnah, sebagaimana pendapat Syafi’i, dan disunnahkan membaca surat Al-Quran setelah
Al-Fatihah pada dua rakaat yang pertama.

Basmalah bukan termasuk bagian dari surat, bahkan disunnahkan untuk ditinggalkan.


Disunnahkan menyaringkan bacaan pad shalat subuh dan dua rakaat pertama pada shalat
maghrib dan isya’, serta qunut  pada shalat subuh saja. Sedangkan menyilangkan kedua
tangan adalah boleh, tetapi disunnahkan untuk mengulurkan dua tangan pada shalat fardhu.
(Mughniyah; 2001)

Hambali :
wajib membaca Al-Fatihah pada setiap rakaat, dan sesudahnya disunnahkan membaca surat
AlQuran pada dua rakaat yang pertama. Dan pada shalat subuh, serta dua rakaat pertama
pada shalat maghrib dan isya’ disunnahkan membacanya dengan nyaring.
Basmalah merupakan bagian dari surat, tetapi cara membacanya harus pelan-pelan dan
tidak boleh dengan keras. Qunut hanya pada shalat witir bukan pada shalat-shalat lainnya.
Sedangkan menyilangkan dua tangan disunahkan bagi lelaki dan wanita, hanya yang paling
utama adalah meletakkan telapak tangannya yang kanan pada belakang telapak tangannya
yang kiri, dan meletakkan di bawah pusar.
Empat mazhab menyatakan bahwa membaca amin adalah sunnah, berdasarkan hadits
Abu Hurairah, bahwa Rasulullah saw bersabda : kalau ingin mengucapkan Ghairil
maghdzubi ’alaihim waladzdzaallin, maka kalian harus mengucapkan amin.”

5. RUKU’
Semua ulama mazhab sepakat bahwa ruku’ adalah wajib di dalam shalat. Namun mereka
berbeda pendapat tentang wajib atau tidaknya ber-thuma’ninah di dalam ruku’, yakni ketika
ruku’ semua anggota badan harus diam, tidak bergerak.

Hanafi :
yang diwajibkan hanya semata-mata membungkukkan badan dengan lurus, dan tidak
wajib thuma’ninah. Mazhab-mazhab yang lain : wajib membungkuk sampai dua telapak
tangan orang yang shalat itu berada pada dua lututnya dan juga diwajibkan ber
thuma’ninah dan diam (tidak bergerak) ketika ruku’.

Syafi’i, Hanafi, dan Maliki :

tidak wajib berdzikir ketika shalat, hanya disunnahkan saja mengucapkan :


Subhaana rabbiyal ’adziim (”Maha Suci Tuhanku Yang Maha Agung”)
Hambali :
membaca tasbih  ketika ruku’ adalah wajib.  Kalimatnya menurut Hambali :
Subhaana rabbiyal ’adziim (”Maha Suci Tuhanku Yang Maha Agung”)

6. I’TIDAL
Hanafi : tidak wajib mengangkat kepala dari ruku’ yakni i’tidal (dalam keadaan berdiri).
Dibolehkan untuk langsung sujud, namun hal itu makruh. Mazhab-mazhab yang lain :
wajib mengangkat kepalanya dan ber-i’tidal, serta disunnahkan membaca tasmi’,
yaitu mengucapkan : Sami’allahuliman hamidah (”Allah mendengar orang yang memuji-
Nya”)

7. SUJUD
Semua ulama mazhab sepakat bahwa sujud itu wajib dilkitakan dua kali pada setipa
rakaat. Mereka berbeda pendapat tentang batasnya. (Mughniyah; 2001)
Maliki, Syafi’i, dan Hanafi : yang wajib (menempel) hanya dahi, sedangkan yang lain-
lainnya adalah sunnah.
Hambali :
yang diwajibkan itu semua anggota yang tujuh (dahi, dua telapak tangan, dua lutut, dan ibu
jari dua kaki) secara sempurna. Bahkan Hambali menambahi hidung, sehingga menjadi
delapan.
Perbedaan juga terjadi pada tasbih dan thuma’ninah di dalam sujud, sebagaimana dalam
ruku’. Maka mazhab yang mewajibkannya di dalam ruku’ juga mewajibkannya di dalam
sujud. Hanafi : tidak diwajibkan duduk di antara dua sujud itu. Mazhab-mazhab yang
lain : wajib duduk di antara dua sujud. (Mughniyah; 2001)

8. TAHIYYAT
Tahiyyat di dalam shalat dibagi menjadi dua bagian:

pertama yaitu tahiyyat yang terjadi setelah dua rakaat pertama dari shalat maghrib, isya’,
dzuhur, dan ashar dan tidak diakhiri dengan salam. Yang kedua adalah tahiyyat yang
diakhiri dengan salam, baik pada shalat yang dua rakaat, tiga, atau empat rakaat.
(Mughniyah; 2001)
Tahiyyat Awal

Hambali : tahiyyat  pertama itu wajib. Mazhab-mazhab lain : hanya sunnah.


Tahiyyat Akhir
Hanafi : hanya sunnah, bukan wajib. Kalimat (lafadz) tahiyyat :
Attahiyatu lillahi washolawaatu waththoyyibaatu wassalaamu
”Kehormatan itu kepunyaan Allah, shalawat dan kebaikan serta salam sejahtera”
’alaika ayyuhannabiyyu warahmatullahi wabarakaatuh
”Kepadamu, wahai Nabi, dan rahmat Allah serta barakah-Nya”
Assalaamu’alainaa wa ’alaa ’ibaadillahishshoolihiin
”Semoga kesejahteraan tercurah kepada kami dan kepada hamba-hamba Allah yang saleh”
Asyhadu anlaa ilaaha illallah
”Kita bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah”
Waasyhadu anna muhammadan ’abduhu warosuuluh
”Dan kita bersaksi bahwa muhammad adalah hamba-Nya dan rasul-Nya”

Maliki ;
Hukumnya hanya sunnah, bukan wajib. Kalimat (lafadz) tahiyyat :
Attahiyyatu lillaahi azzaakiyaatu lillaahi aththoyyibaatu ashsholawaatu lillah
”Kehormatan itu kepunyaan Allah, kesucian bagi Allah, kebaikan dan shalawat juga bagi
Allah”
Assalaamu’alaika ayyuhannabiyyu warahmatullahi wabarakaatuh
”Salam sejahtera kepadamu, wahai Nabi, dan rahmat Allah serta barakah-Nya”
Assalaamu’alainaa wa ’alaa ’ibaadillahishshoolihiin
”Semoga kesejahteraan tercurah kepada kami dan kepada hamba-hamba Allah yang saleh”
Asyhadu anlaa ilaaha illallah wahdahu laa syariikalah
”Kita bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah Yang Esa tidak ada sekutu bagi-Nya”
Waasyhadu anna muhammadan ’abduhu warosuuluh
”Dan kita bersaksi bahwa muhammad adalah hamba-Nya dan rasul-Nya”

Syafi’i :
Hukumnya wajib. Kalimat (lafadz) tahiyyat :
Attahiyyatul mubaarokaatush sholawaatuth thoyyibaatu lillaah
”Kehormatan, barakah-barakah, shalawat, dan kebaikan adalah kepunyaan Allah”
Assalaamu’alaika ayyuhannabiyyu warahmatullahi wabarakaatuh
”Salam sejahtera kepadamu, wahai Nabi, dan rahmat Allah serta barakah-Nya”
Assalaamu’alainaa wa ’alaa ’ibaadillahishshoolihiin
”Semoga kesejahteraan tercurah kepada kami dan kepada hamba-hamba Allah yang saleh”
Asyhadu anlaa ilaaha illallah
”Kita bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah”
Waasyhadu anna muhammadan ’abduhu warosuuluh
”Dan kita bersaksi bahwa muhammad adalah hamba-Nya dan rasul-Nya”

Hambali :
Hukumnya wajib. Kalimat (lafadz) tahiyyat :
Attahiyyatu lillahi washsholawaatu waththoyyibaatu
”Kehormatan itu kepunyaan Allah, juga shalawat dan kebaikan”
Assalaamu’alaika ayyuhannabiyyu warahmatullahi wabarakaatuh
”Salam sejahtera kepadamu, wahai Nabi, dan rahmat Allah serta barakah-Nya”
Assalaamu’alainaa wa ’alaa ’ibaadillahishshoolihiin
”Semoga kesejahteraan tercurah kepada kami dan kepada hamba-hamba Allah yang saleh”
Asyhadu anlaa ilaaha illallah wahdahu laa syariikalah
”Kita bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah Yang Esa tidak ada sekutu bagi-Nya”
Waasyhadu anna muhammadan ’abduhu warosuuluh
”Dan kita bersaksi bahwa muhammad adalah 0-Nya dan rasul-Nya”
Allahumma sholli ’alaa muhammad
”Ya Allah, berikanlah shalawat kepada muhammad”

9. Mengucapkan SALAM
Menurut empat mazhab, kalimatnya sama yaitu :
Assalaamu’alaikum warahmatullaah
”Semoga kesejahteraan dan rahmat Allah tercurah kepada kalian”
Syafi’i, Maliki, dan Hambali : mengucapkan salam adalah wajib. Hanafi : tidak wajib.
(Bidayatul Mujtahid, Jilid I, halaman 126).
Hambali : wajib mengucapkan salam dua kali, sedangkan yang lain hanya mencukupkan
satu kali saja yang wajib.
10. TERTIB
Diwajibkan tertib antara bagian-bagian shalat. Maka takbiratul Ihram wajib didahulukan
dari bacaan Al-Quran (salam atau Al-Fatihah), sedangkan membaca Al-Fatihah wajib
didahulukan dari ruku’, dan ruku’ didahulukan daru sujud, begitu seterusnya.
Berturut-turut
diwajibkan mengerjakan bagian-bagian shalat secara berurutan dan langsung, juga antara
satu bagian dengan bagian yang lain. Artinya membaca Al-Fatihah langsung setelah
bertakbir tanpa ada selingan.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Menurut bahasa kata sholat berasal dari kata shollaa, yusholli, tashliyatan, sholatun,
yang berarti rahmat dan doa. Makna shalat dalam syariat adalah peribadatan kepada
Allah SWT dengan ucapan dan perbuatan yang telah diketahui, diawali dengan takbir
dan diakhiri dengan salam, disertai syarat-syarat yang khusus dan dengan niat.
2. Shalat mempunyai rukun-rukun yang harus dilakukan sesuai dengan aturan dan
ketentuannya, sehingga apabila tertinggal salah satu darinya, maka hakikat shalat
tersebut tidak mungkin tercapai dan shalat itu pun dianggap tidak sah menurut syara’.
Diantaranya adalah :
- Niat
- Berdiri bagi yang mammpu
- Membaca takbiratul ikhram
- Membaca surat alfatihah
- Ruku
- Tum’aninah
- Bangun dari ruku dan i’tidal
- Tuma’ninah di dalam i’tidal
- Sujud dua kali dalam masing masing rakaat
- Tuma’ninah dalam sujud
- Duduk antara dua sujud
- Tuma’ninah dalam duduk antara dua sujud
- Duduk yang terakhiir
- Membaca tahhiyyat dalam duduk yang terakhir
- Membaca shalawat atas nabi Muhammad SAW
- Membaca salam yang pertama
- Niat keluar shalat
- Tertib pada rukun rukunya

3. Pembagian dan macam macam shalat


- Shalat Wajib
- Shalat Sunnah
- Shalat nafilah

4 Hikmah dan manfaat Shalat

- Hikmah Shalat
- Mencegah dari perbuatan munkar
- Melatih menjadi Pribadi yang di siplin
- Melatih menjadi Pribadi yang tangguh
- Meninggikan derajat
- Membersihkan Kesalahan dan dosa
- Meraih pertolongan allah

Setiap mazhab berbeda pandangan terkait khitab yang tertuang dalam Alquran dan juga
as-sunnah maka otomatis fikih yang dihasilkan dari hasil ijtihad para imam mazhab juga
berbeda berkaitan dengan salat tata cara salat rukun dan syarat itu berbeda karena Ushul
fiqihnya yang berbeda-beda. Namun dengan berbedanya produk hukum yang dihasilkan
oleh para aimah tidak menjadi alasan untuk tidak saling menghormati karena kaitannya
dengan furuiyah boleh berbeda paham sesuai dengan ijtihad para imam masing-masing. Kita
sebagai muqollid cukup mengikuti salah satu dari Imam mazhab yang 4 yaitu mazhab yang
mudawan(Hanafi, Maliki, Syafi'i, Hambali)

Anda mungkin juga menyukai