OLEH KELOMPOK 6:
FAKULTAS SYARIAH
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, atas rahmat dan nikmat dari Allah, penulis dapat menyelesaikan makalah ini
dengan judul "SHALAT DAN SHALAT JAMA'AH" dengan keterbatasan waktu dan sumber
yang dimiliki.
Shalawat serta salam tak lupa di sampaikan kepada nabi Muhammad saw yang
kehadirannya membawa cahaya di tengah-tengah masyarakat jahiliah. Serta tak lupa ucapan
terimakasih kepada pihak-pihak yang berperan penting dalam pembuatan makalah ini.
Penulis memohon maaf atas kesalahan yang tidak disengaja baik dari segi penulisan dan isi
dari makalah ini. Penulis juga dengan sangat antusias akan menerima kritikan dan saran terhadap
makalah ini, agar kesahan yang sama tidak terjadi pada makalah-makalah penulis berikutnya.
Penulis,
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN..............................................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................1
C. Tujuan...................................................................................................................................1
BAB 2 PEMBAHASAN.................................................................................................................3
BAB 3 PENUTUP........................................................................................................................17
A. Kesimpulan.....................................................................................................................17
B. Saran................................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................19
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Shalat merupakan rukun islam yang ke dua. Dalam Islam, shalat adalah suatu
kewajiban yang dihukumi fardu ain bagi muslim yang telah baligh. Tiap muslim wajib
melaksanakan shalat selama ia masih hidup. Dalil mengenai kewajiban shalat terdapat di
dalam Al-Qur'an maupun hadis.
Kemudian shalat diartikan sebagai suatu ibadah yang meliputi ucapan dan
peragaan tubuh yang khusus, dimulai dengan takbir dan di akhiri dengan salam (taslim).
Dari pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan shalat
adalah suatu pekerjaan yang diniati ibadah dengan berdasarkan syarat-syarat yang telah
ditentukan yang dimulai dengan takbiratul ikhram dan diakhiri dengan salam.
Shalat adalah media yang menghubungkan seorang hamba kepada penciptanya,
dan shalat merupakan menifestasi penghambaan dan kebutuhan diri kepada Allah
SWT.Dari sini maka, shalat dapat menjadi media permohonan, pertolongan dalam
menyingkirkan segala bentuk kesulitan yang ditemui manusia dalam perjalanan hidupnya
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1
2. Mengetahui perbedaan pendapat ulama tentang rukun dan syarat shalat
3. Mengetahui tujuan dan hikmah shalat
4. Mengetahui tata cara shalat
5. Mengetahui tata cara shalat berjamaah
6. Mengetahui tata cara menegur imam yang keliru dalam shalat
7. Mengetahui tata cara jika makmum masbuk
2
BAB 2
PEMBAHASAN
Secara bahasa shalat artinya adalah doa. Pengertian ini antara lain dari firman
Allah:
3
واعتصموا باهلل هو موالكم،فأقيموا الصالة وأتوا الزكاة
۷۸/ الحج.فيعم المولى ونعم النصير
Artinya: Maka dirikan olehmu shalat dan bayarkanlah zakat, dan berpegang
teguhlah dengan (agama) Allah, la Tuhan kamu, malah sebaik-baik Tuhan dan
sebaik-baik Penolong (QS 22: 78)
بين اإلسالم شهادة أن ال:من ابن عمر أن النبي صلى هللا عليه وسلم قال
وصوم، وإيتاء الزكاة، وإقام الصالة: وأن محمدا رسول خمس،إله إال هللا
متفق عليه. وجع ليت من استطاع إليه سبيًال،رمضان
Artinya: Dari Ibn Umar bahwa Nabi SAW bersabda: Islam dibikin di atas lima
perkara Mempersasikan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, bahwa Muhammad
adalah Rasulullah, mendirikan shalat, membayar zakat, puasa Ramadan dan
melaksanakan Haji ke Baitullah (HR Muttafa 'alaih).
4
B. Menganalisa perbedaan pendapat ulama tentang rukun dan syarat shalat
a. Rukun Shalat
Rukun shalat yang disepakati;
1) Takbirat al-ihram
2) berdiri pada salat fardhu bagi yang sanggup
3) membaca ayat Al-quran bagi orang yang sanggup
4) Ruku
5) sujud dua kali pada setiap rakat
6) duduk terakhir sekedar membaca tasyahud .
a. Menurut Hanafiyah
Rukun shalat memurut mereka hanya enam, yaitu:
1) Takbirat al-ihram
2) Berdiri.
3) Membaca Al-Qur'an
4) Ruku
5) Sujud.
6) Duduk terakhir sekedar membaca tasyahud
5
10) Membaca tasyahud pada duduk yang pertama.
11) Membaca tasyahud pada duduk yang terakhir.
12) Berdiri untuk raka'at yang ketiga dengan tidak melambatkan
sesaat selesai tasyahad pertama.
13) Mengucapkan salam dua kali (ke kanan dan ke kiri) setelah selesai
shak dengan kalimat al-salam saja (tidak 'alaikum).
14) Men-jihar-kan bacaan bagi imam pada pada shalat subuh dan pada
da raka'at pertama magrib dan isya.
15) Men-sirr-kan bacaan bagi imam dan shalat sendirian pada shalat
dan ashar.
16) Mengucapkan takbir pada shalat 'led (Hari Raya).
17) Qunut pada shalat witir.
18) Diam (mendengarkan baik-baik) serta mengikuti imam pada shalat
berjama'ah.
b. Menurut malikiyah
1. Niat
2. Takbira al-ihram.
3. Berdiri waktu takbirar al-ihram pada shalat fardhu
4. Membaca al-Fatihah dalain shalat berjama'ah dan shalat sendirian.
5. Berdiri waktu membaca al-Fatihah
6. Ruku
7. Bangkit dari ruku.
8.Sujud.
9 Duduk antara dua sujud.
10. Mengucapkan salam.
11. Duduk di waktu mengucapkan salam,
12 Tuma'ninah pada seluruh rukun.
13. I'tidal sesudah ruku' dan sujud
c. Menurut Syafi’iyah
6
1. Niat.
2. Takbirat al-ihram
3. Berdiri pada shalat fardhu bagi yang sanggup.
4. Membaca al-Fatihah bagi setiap orang yang shalat kecuali ada uzur
seperti terlambat mengikut imam (masbug).
5. Ruku'.
6. Sujud dua kali setiap rakaat
7. Duduk antara dua sujud.
8. Membaca tasyahud akhir.
9. Duduk pada tasyahud akhir.
10. Salawat kepada Nabi SAW setelah tasyahud akhir. 11. Duduk
diwaktu membaca salawat.
11. Mengucapkan salam.
12. Tertib .
d. Menurut Hanabilah
1. Takbirat al-ihram.
2. Berdiri pada shalat fardhu bagi yang sanggup.
3. Membaca al-Fatihah pada setiap raka'at dalam shalat berjama'ah
danshalat sendirian.
4. Ruku'.
5. I'sidal (bangkit) dari ruku'.
6. Sujud.
7. Bridal (bangkit) dari sujud.
8. Duduk antara dua sujud.
9. Tuma'ninah pada ruku dan sesudahnya serta sujud dan sesudahnya.
10. 10. Membaca rasyahud akhir.
11. Salawat kepada Nabi SAW sesudah tasyahud akhir.
12. Mengucapkan salam dua kali.
13. Duduk di waktu membaca salawa!.
14. Salam dan tertib rukun.
7
b. Syarat Shalat
1) Syarat Wajib
Adalah Syarat yang menyebabkan seseorang wajib shalat, yaitu;
a) Islam
b) Balig
c) Berakal
2) Syarat Sah
Adalah syarat shalat seseorang diterima secara syara di samping adanya
kriteria lain seperti rukun, yaitu;
a) Mengetahui masuk waktu
b) Suci dari hadas kecil dan hadas besar
c) Suci badan, pakaian, dan tempat dari najis hakiki
d) Menutup aurat
e) Menghadap kiblat
f) Niat
Shalat adalah kewajiban Islam yang paling utama sesudah mengucap dua kalimat
syahadat. Shalat merupakan pembeda antara orang muslim d non-muslim.
Disyari'atkan dalam rangka mensyukuri nikmat Allah SWT sangat banyak dan
mempunyai manfaat yang bersifat religius (keagamaan) mengandung unsur
pendidikan terhadap individu dan masyarakat.
Dan sudut religus shalat merupakan hubungan langsung antara hamba dan
Khalikaya yang di dalamnya terkandung kenikmatan munaja, per yah, penyerahan
segala urusan kepada Allah, keamanan dan Amantecatan serta perolehan keuntungan.
Di samping itu dia merupakan suatu wadah untuk memperoleh kemenangan serta
menahan seseorang dari berbuat kesesatan dan kesalahan. Allah SWT berfirman:
8
إن اإلنسان حين خلوها إذا مسه الشر جزوها وإذا مسه الخير منوها إال
المعارج.المصلين/
Sesungguhnya manusia itu diciptakan dalam keadaan keluh kesah. Apa bila
ditimpa kejahatan dia mengeluh dan apabila mendapat keberun tungan dia kikir
kecuali orang-orang yang melakukan shalat. (QS 70 19).
Secara individual shalat merupakan pendekatan diri (taqarrub) kepada Allah SWT,
menguatkan jiwa dan keinginan, semata-mata mengagungkan Allah SWT, bukan
berlomba-lomba untuk dan memperturutkan hawa nafsu dalam sencap kemegahan dan
mengumpulkan harta. Di samping itu shalat merupakan peristirahatan diri dan
ketenangan jiwa sesudah kesibukan dalam menghadapi aktivitas dunia, Allah SWT
berfirman;
Tidaklah Aku jadikan jin dan manusia kecuali untuk menyemb (beribadat) kepada-
Ku (QS 51: 56)
9
Shalat mengajar seseorang untuk berdisplin dan menta'ati berbag peraturan dan
etika dalam kehidupan dunia. Hal ini terlihat dari peneaps waktu shalat yang mesti
dipelihara oleh setiap muslim dan tata tertib ya terkandung di dalamnya. Dengan
demikian orang yang melakukan shalat aku memahami peraturan, nilai-nilai sopan
santun, ketentraman dan mengkonser trasikan pikiran kepada hal-hal yang bermanfaat,
karena shalat penuh denga pengertian ayat-ayat Al-Qur'an yang mengandung nilai-
nilai tersebut.
Dari segi sosial kemasyarakatan shalat menapakan pengakuan aqidah adap
persatuan dan kesatuan umat. Persatuan dan kesatuan ini menumbuhkan hubungan
sosial yang harmonis dan kesamaan pemikiran dalam menghadapi segala problema
kehidupan sosial kemasyarakatan
1) Takbiratul Ihram
Cara melakukan takbiratul ihram adalah dengan mengangkat dua tangan sejajar
dengan telinga dan mengucapkan, “Allaahu akbar.”
2) Doa Iftitah
َو ُسْبَح اَن ِهَّللا ُبْك َر ًة َو َأِص يال, ُهَّللا َأْك َبُر َك ِبيًرا َو اْلَح ْم ُد ِهَّلِل َك ِثيًرا
“Allaahu akbar kabiirow wal hamdu lillaahi katsiiroo wasubhaanalloohi
bukrotaw wa-ashiilaa
ِإِّنى َو َّجْهُت َو ْج ِهَى ِلَّلِذ ى َفَطَر الَّس َم َو اِت َو اَألْر َض َح ِنيًفا َو َم ا َأَنا ِم َن
اْلُم ْش ِرِكيَن ِإَّن َص َالِتى َو ُنُس ِكى َو َم ْح َياَى َو َمَم اِتى ِهَّلِل َر ِّب اْلَع اَلِم يَن َال
َش ِريَك َلُه َو ِبَذ ِلَك ُأِم ْر ُت َو َأَنا َأَّو ُل اْلُم ْس ِلِم يَن
10
Innii wajjahtu wajhiya lilladzii fathoros samaawaati wal ardlo haniifaa
wamaa ana minal musyrikiin. Inna sholaatii wa nusukii wamahyaa wa
mamaatii lillaahi robbil ‘aalamiin. Laa syariikalahu wa bidzaalika umirtu
wa ana awwalul muslimiin”
َر َّبَنا َو َلَك اْلَح ْم ُد ِم ْل َء الَّس َم اَو اِت َو ِم ْل َء اَأْلْر ِض َو ِم ْل َء َم ا ِش ْئَت ِم ْن
َش ْي ٍء َبْعُد
11
ُسْبَح اَن َر ِّبَى اَأْلْع َلى َو ِبَح ْمِدِه
“Subhaana robbiyal ‘a’la wabihamdih“ (Bacaan doa sujud diucapkan
sebanyak 3 kali.)
، َو اْر ُز ْقِني، َو اْر َفْع ِني، َو اْج ُبْر ِني، َو اْر َح ْمِني، َر ِّب اْغ ِفْر ِلي
َو اْهِدِني َو َع اِفِنْي َو اْعُف َع ِّنْي
“Robbighfirlii warhamnii wajburnii warfa’nii wahdinii wa ‘aafinii wa’fu
‘annii“
7) Tasyahud Awal
Tasyahud awal dilakukan saat rakaat kedua pada salat dzuhur, ashar,
magrib, dan isya.
الَّتِح َّياُت اْلُمَباَر َك اُت الَّص َلَو اُت الَّطِّيَباُت ِهَّلِل الَّس َالُم َع َلْيَك َأُّيَها الَّنِبُّى
َو َر ْح َم ُة ِهَّللا َو َبَر َك اُتُه الَّس َالُم َع َلْيَنا َو َع َلى ِعَباِد ِهَّللا الَّصاِلِح يَن َأْش َهُد
َأْن َال ِإَلَه ِإَّال ُهَّللا َو َأْش َهُد َأَّن ُمَح َّم ًدا َر ُسوُل ِهَّللا
8) Tasyahud Akhir
12
الَّتِح َّياُت اْلُمَباَر َك اُت الَّص َلَو اُت الَّطِّيَباُت ِهَّلِل الَّس َالُم َع َلْيَك َأُّيَها الَّنِبُّى
َو َر ْح َم ُة ِهَّللا َو َبَر َك اُتُه الَّس َالُم َع َلْيَنا َو َع َلى ِعَباِد ِهَّللا الَّصاِلِح يَن َأْش َهُد
َأْن َال ِإَلَه ِإَّال ُهَّللا َو َأْش َهُد َأَّن ُمَح َّم ًدا َر ُسوُل ِهَّللا َأللُهَّم َص ِّل َع لى َس ِّيِد َنا
َك َم ا َص َّلْيَت َع َلى َس ِّيِد َنا ِإْبَر اِهيَم، َو َع َلى آِل َس ِّيِد َنا ُمَح َّمٍد، ُمَح َّمٍد
َو َع َلى آِل، وَباِرْك َع َلى َس ِّيِد َنا ُمَح َّمٍد، َو َع َلى آِل َس ِّيِد َنا ِإْبَر اِهيَم
َو َع َلى آِل َس ِّيِد َنا، َك َم ا َباَر ْك َت َع َلى َس ِّيِد َنا ِإْبَر اِهيَم، َس ِّيِد َنا ُمَح َّمٍد
13
berjamaah adalah fardu kifayah, artinya dalam suatu kampung harus ada yang salat
berjamaah. Dan sebagian lainnya berpendapat bahwa hukum salat berjamaah adalah
sunah muakkad, artinya sangat dianjurkan untuk berjamaah.
Perbedaan tersebut harus disikapi dengan positif, bagaimana sikap kita?
Sebaiknya dari sekarang kita berlatih untuk salat berjamaah di masjid, karena salat
berjamaah memiliki keutamaan dibandingkan dengan salat sendirian. Hal ini
sebagaimana disabdakan oleh baginda Rasulullah saw.
) لا تمنعوا نساءكم المسجد وبيوتهن خير لهن (رواه ابو داود
Bagi perempuan, salat berjamaah di rumah lebih baik, tetapi juga mereka tidak
boleh dilarang untuk pergi ke masjid untuk berjamaah.
Dalam pelaksanaannya, terdapat tata cara sholat berjamaah yang patut diikuti,
yakni;
1.Membaca Niat
Diambil dari contoh bacaan niat sholat zuhur, antara imam dengan makmum
tentu berbeda bacaan niatnya. Sebagai imam, berikut adalah bacaan niat sholatnya:
“USHOLLI FARDODH DHUHRI ARBA’A RAKA’ATIM MUSTAQBILAL
QIBLATI ADAA-AN IMAAMAN LILLAHI TA’ALA”
14
Artinya: “Saya niat sholat fardhu dhuhur dua rakaat dengan adzan menjadi imam
karena Allah Ta’ala”
Artinya: “Saya niat sholat fardhu dhuhur dua rakaat dengan adzan menjadi
makmum karena Allah Ta’ala”
Apabila jumlah makmum terlalu banyak dengan ruangan yang kurang memadai,
posisi imam boleh dekat dengan makmum. Dekat namun tidak sejajar, beri jarak
dengan tumit makmum minimal tidak mendahului tumit imam.
Jika makmum hanya satu orang, maka posisi saling berdampingan. Ketika ada
makmum lain yang datang atau makmum masbuk, maka makmum pertama atau yang
sebelumnya tadi mundur selangkah. Sehingga posisi imam ada di depan.
Tata cara sholat berjamaah selanjutnya adalah makmum mengikuti setiap gerakan
yang dilakukan oleh imam. Dilarang mendahului gerakan, bagi shaf yang dibelakang
dapat mengikuti yang di depannya, dan seterusnya.
Tata cara sholat berjamaah yang benar berikutnya adalah imam dan makmum
berada dalam satu tempat yang sama. Apabila masjid terlalu penuh dan mengharuskan
sebagian shaf ada di luar, maka salat tetap dianggap sah, selama makmum mengetahui
setiap gerakan sholat dengan jelas.
15
Kita harus melaksanakan shalat dengan baik dan benar. Shalat yang baik adalah
shalat yang dikerjakan dengan tertib, khusuk, dan tawadu. Selain itu, shalat kita harus
ikhlas karena Allah SWT semata, namun, kita sebagai manusia tentunya tidak
terlepas dari salah dan lupa. Jika imam berbuat salah atau lupa ketika memimpin
shalat maka seorang makmum harus menegurnya.
Islam telah mengatur tata cara makmum menegur imam yang lupa dalam shalat
berjamaah. Sebagaimana sabda Nabi SAW yang artinya;
"Dari Ibnu Mas'ud. Ia telah berkata: Rasulullah SAW. telah shalat .... lalu bersabda:
Sesungguhnya jika terjadi suatu perubahan dalam shalat, aku akan beritahukan
padamu, tetapi aku hanya manusia seperti kamu, aku lupa sebagaimana kamu lupa
oleh karena itu jika aku lupa hendaklah kamu ingatkan aku...." (H.R. bukhari
Muslim).
Tata cara menegur imam yang salah atau lupa ada dua cara, yaitu sebagai berikut:
1) Apabila imam salah atau lupa dalam segi perbuatan, makmum harus
menegurnya dengan isyarat.
2) Apabila imam salah atau lupa dalam segi ucapan atau bacaan,
makmum hendaklah mengingatkan bacaan yang dimaksud imam agar
ia dapat melanjutkan bacaan tersebut.
Dalam salat berjamaah ada yang dikenal dengan makmum masbuk, yaitu
makmum yang salat bersama imam, tetapi tidak bersamaan takbiratul ihramnya
16
dengan imam. Artinya, orang yang tertinggal atau terlambat untuk mengikuti salat
berjamaah. Oleh karena itu, hendaklah ia segera berniat salat sebagai makmum lalu
bertakbiranul ihram dan mengikuti imam dalam keadaan apapun juga. Apabila
didapatinya imam sedang berdiri, ia ikut berdiri bersamanya. Jika mendapatinya
sedang duduk tasyahud, ia pun mengikutinya dalam rasyahud itu. Kemudian,
janganlah ia berdiri sampai imam mengucapkan salam. Jika imam telah memberi
salam, hendaklah ia takbir waktu berdiri untuk menyelesaikan ketinggalannya.
Dalam hal ini, apabila makmum masbuk masih sempat rukuk bersama imam,
maka ia dihitung telah mendapat satu rakaat, meskipun sebelumnya tidak sempat
membaca Surah al-Fatihah, karena Fatihahnya itu ditanggung oleh imam. Oleh sebab
itu, dianjurkan bagi seorang imam untuk sedikit memanjangkan nukuknya apabila ia
merasakan kedatangan seorang makmum pada waktu itu. Akan tetapi hal ini jangan
dijadikan alasan bersantai-santai untuk salat berjamaah. Seperti banyak ditemukan,
orang ia sudah tiba di masjid, tetapi tidak segera salat berjamaah bersama imam
melainkan menunggu imam rukuk. Ketika melihat imam hendak rukuk, barulah ia
niat dan bertakbiratul ihram kemudian langsung rukuk. Sekalipun salatnya itu telah
dianggap satu rakaat, tetapi perbuatan itu kurang terpuji .
17
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Shalat merupakan rukun islam yang ke dua. Secara bahasa shalat berarti doa
sedangkan secara istilah shalat ialah suatu ibadah yang mengandung perkataan dan
perbuatan tertentu yang dimulai dengan takbir dan disudahi dengan salam. Hukumnya
adalah fardhu ain bagi setiap orang muslim yang mukallaf, yang ditetapkan dengan dalil
Al-Qur'an, sunnah dan ijma.
Salat berjamaah adalah salat yang dilakukan secara bersama-sama, sekurang
kurangnya dua orang. Salat berjamaah dipimpin oleh seorang imam, sedangka yang
lainnya menjadi makmum. Para ulama berbeda pendapat tentang hukum salat berjamaah,
sebagian mereka berpendapat bahwa hukum salat berjamaah adalah fardu'i ain, artinya
salat fardu harus dilakukan dengan berjamaah. Sebagian berpendapat bahwa hukum salat
berjamaah adalah fardu kifayah, artinya dalam suatu kampung harus ada yang salat
berjamaah. Dan sebagian lainnya berpendapat bahwa hukum salat berjamaah adalah
sunah muakkad, artinya sangat dianjurkan untuk berjamaah.
Kita harus melaksanakan shalat dengan baik dan benar. Shalat yang baik adalah
shalat yang dikerjakan dengan tertib, khusuk, dan tawadu. Selain itu, shalat kita harus
ikhlas karena Allah SWT semata, namun, kita sebagai manusia tentunya tidak terlepas
dari salah dan lupa. Jika imam berbuat salah atau lupa ketika memimpin shalat maka
seorang makmum harus menegurnya dengan cara yang telah diajarkan dalam islam.
Dalam salat berjamaah ada yang dikenal dengan makmum masbuk, yaitu
makmum yang salat bersama imam, tetapi tidak bersamaan takbiratul ihramnya dengan
imam. Artinya, orang yang tertinggal atau terlambat untuk mengikuti salat berjamaah.
Oleh karena itu, hendaklah ia segera berniat salat sebagai makmum lalu bertakbiranul
ihram dan mengikuti imam dalam keadaan apapun juga.
18
B. Saran
Shalat itu hukumnya fardhu ain bagi setiap orang muslim yang balig, oleh karena
itu janganlah kita tinggalkan shalat. Dalam qur'an surah Al-ma'un ayat 4 dan 5 dikatakan
"maka celakalah orang yang shalat, yaitu orang-orang yang lalai terhadap shalatnya".
Dari kutipan terjemahan ayat tersebut, dapat disimpulkan bahwa, jangankan
meninggalkan shalat, lalai dalam memgerjakan shalat saja tidak boleh. Oleh karena itu
pemakalah berpesan kepada pembaca untuk jangan meninggalkan shalat. Semoga kita
semua senantiasa berada dalam lindungan Allah SWT.
19
DAFTAR PUSTAKA
20