Anda di halaman 1dari 13

Makalah

Shalat Wajib dan Sunnah


ini disusun Guna
Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam

Disusun Oleh :

UNIVERSITAS ISLAM KADIRI


2016/2017

KATA PENGANTAR
Assalamu alaikum Wr.Wb

Alhamdulillahhirabbilalamin,
Puji Syukur kehadirat Allah SWT, Atas segala rahmat dan hidayah-Nya. Shalawat
serta salam senantiasa tercurah pada junjungan Nabi Agung Muhammad SAW yang
selalu kita nantikan syafaatnya di Akhir kelak nanti. Amien..

Penulis
berucap
Syukur
kepada
Allah
limpahan Nikmat sehat-Nya, baik fisik maupun akal pikiran, sehingga
berhasil menyelesaikan pembuatan makalah, sebagai tugas dari mata kuliah

atas
penulis

Tentunya
makalah
ini
masih
terdapat
banyak
kesalahan dan kekurangan, untuk itu, penulis mengharapkan kritik-kritik dan
saran dari pembaca untuk lebih baiknya makalah ini. Demikian, dan jika terdapat
banyak kesalahan penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Akhirul kalam......

Wassalamualaikum Wr.Wb

BAB I
PENDHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam kehidupan umat islam masyarakat meyakini dan mengetahui bahwa shalat
merupakan perintah yang harus di lakukan atau di anjurkan oleh ummat islam itu sendiri.
Didalam pelaksanaan sjolat ada beberapa hal yang harus di lakukan seseorang yang hendak
melaksanakan sholat seperti mempunyai wudu suci tempatnya atau pekayannya karna kedua
hal tersebuit merupakan salah satu dari syarat shalat sehingga ketika seseorang melakukan
shalat dan keduanya ditinggalkan maka hal tersebut dapat membatalkan shalat seseorang
karena ketika salah syarat shahnya shalat di tinggalkan maka secara langsung shalatnya itu
tidak di terima oleh Tuhan, baik itu shalat yang wajib ataupun shalat sunnah, yang keduanya
itu pernah di lakukan/dipraktekkan oleh Nabi Muhammad SAW sehingga sampai sekarang
hal itu dilakukan secara berkesinambungan.
Shalat merupakan salah satu bentuk interaksi langsung antara manusia dengan
tuhannya, maka dari itu ketika kita melakukan atau melaksanakan shalat kita di anjurkan
untuk khususk dalam shalat yang dia lakukan supaya shalat tersebut bisa di terima oleh tuhan
Yang Maha Esa, selain dari itu shalat memiliki berbagai macam keistimewaan.
Didalam pelaksanaan shalat Allah tidak memberatkan ummatnya, artinya shalat dapat
di tinggalkan ketika seseorang ersebut mempunyai halangan seperti haid bagi wanita dan
masih banyak contoh yang lain, dan Allah juga memberikan keringanan terhadap
pelaksanaan shalat seperti memperpendek sholat.
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaimana pengertian shalat ?
2.

Sunnah apa saja yang harus dilakukan sebelaum melakukan shalat?

3.
Ada berapakah syarat wajib dan syarat apa sajakah yang harus di lakukan untuk shahnya
shalat?
4.

Shalat apa sajakah yang wajib di kerjakan ?

5.

Bagaimana struktur shalat Nabi Muhammad SAW?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan Makalah


Adapun tujuan dari penulisan makalah ini ialah untuk dapat memenuhi tugas mata
kuliah Pendidikan Agma Islam. sehingga dengan penulisan makalah ini kami dapat lebih luas
tentang shalat.

BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pengertian Shalat
Asal makna shalat menurut bahasa arab ialah Doa tetapi yang di maksud di sini
ialah shalat yang tersusun dari beberapa pekerjaan dan perbuatan itu yang dimulai dengan
takbir dan di sudahi dengan salam yang hal itu harus memenuhi beberapa syarat yang
ditentukan. Allah berfirman dalam surat At-Ankabut ayat 4.5.
( )
Dan dirikanlah shalat, sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan-perbuatan keji dan
mungkar.[1]
Sedangkan menurut Hasbi Ash Shiddieqy menegaskan bahwa pengertian shalat
adalah doa memohon kebajikan dan pujian. Sehingga jika ada kata-kata yang berbunyi
shalat Allah SWT kepada Nabinya artinya pujian Allah SWT kepada Nabinya, pengertian
ini di fahami oleh orang Arab sebelum islam yang hal itu berada di dalam Al-Quran (Q.S.
9:103).
B. Yang Sunnat Dilakukan Sebelum Shalat
Adapun yang sunah dilakukan ketika seseorang tersebut hendak melakukan atau
melaksanakan shalat ialah ketika waktu sampai pada waktunya yang biasanya di tandai
dengan kumandang adzan, maka seorang hamba wajib melaksanakan shalat tersebut.
Adzan memiliki arti memberitahukan yang dimaksud disini ialah memberitahukan
bahwa waktu shalat telah tiba dengan lafaz yang ditentukan oleh syarat. Dalam lafaz adzan
itu terdapat pengertian yang mengandung beberapa maksud penting, yaitu sebagai akidah,
seperti adanya Allah yang Maha Besar bersifat Esa, tidak ada sekutu bagiNya; serta
menerangkan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan allah yang cerdik dan bijaksana untuk
menerima wahyu dari Allah. Sesudah kita bersaksi bahwa tidak ada tuhan melainkan Allah
dan Nabi Muhammad utusan-Nya, kita diajak menanti perintahnya, yakni mengerjakan
shalat, kemudian diajaknya pula pada kemenangan dunia dan akhirat. Akhirnya disudahi
dengan kalimat tauhid.[2]
Adzan dimaksudkan untuk memberitahukan bahwa waktu shalat telah tiba dan
menyerukan untuk melakukan shalat berjamaah. Selain itu untuk mensy iar agama islam di
muka umum. Allah telah berfirman dalam surat Al-Jumuah ayat 9 sebagai berikut :
( )

Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat pada hari Jumat,
maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah (shalat) dan tingglkanlah jual beli. Yang
demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. (Al-Jumuah).
C. Syarat Wajib Shalat dan Syarat Shah Shalat
1.
Syarat Wajib Shalat
Kewajiban shalat itu dibebankan atas orang yang memenuhi syarat-syarat yaitu,
islam, balig, berakal, dan suci.
Orang kafir tetap berdosa karena tidak mengerjakan shalat, sebagaimana
ditunjukkan oleh ayat :

Apakah yang memasukkan kamu ke dalam saqar (neraka)? Mereka menjawab: Kami
dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat. (Al-Muddatstsir/74: 4243).
Akan tetapi, mereka tidak dituntut melakukannya sebab shalat itu tidak sah
dilakukan oleh kafir. Jika seorang kafir masuk islam, kewajiban shalat sebelumnya
menjadi gugur dan ias tidak dituntut mengqada shalat msa kafirnya.
Orang murtad, jika masuk islam kembali, wajib mengqada shalat yang tinggal
selama murtadnya, sebab kewajiban shalat itu tidak gugur oleh kemurtadannya.
Anak-anak dan orang yang hilang akal karena gila atau sakit, tidak wajib
melakukan shalat berdasarkan sabda Rasulullah saw :

Idiangkat qalam dari tiga orang; orang tidur sampai terjaga, anak-anak sampai dewasa,
dan ornga gila sampai ia sadar kembali. (HR. Abu Daud dan Tirmidiy).
Orang yang sedang haid atau nifas tidak wajib shlat, bahkan tidak sah
melakukannya sesuai dengan hadis Aisyah;

Kami haid, di sisi Rasulullah saw., kemudian suci kembali, lalu kami disuruhnya
mengqada puasa dan tidak disuruh mengqada shalat.
Jika orang yang memenuhi persyaratan ini tidak melakukan shalat, karena tidak
mengakui kewajibannya, maka dengan demikian ia telah menjadi kafir dan wajib
dihukum bunuh sebagai orang murtad. Sedangkan orang yang tetap mengakuinya sebagai
kewajiban, tetapi tidak melakukan karena malas atau alasan lainnya, para ulama berbeda
pendapat tentang hukumannya.

2.

Ahmad ibn Hanbal, Ishaq, dan Ibn Al-Mubarak berpendapat bahwa orang tersebut
telah menjadi kafir dan wajib dibunuh sebagai orang kafir. Malik, Abu Hanifah, dan
Syafii, berpendapat bahwa orang tersebut masih tetap sebagai orang muslim, tetapi ia
berdosa besar, dan wjib di hukum bunuh. Berbeda denganpendapat yang pertama,
hukuman ini dipandang sebagai had atas kesalahannya meningglkan shalat. Menurut Ahl
Al-Zair, orang yang meninggalkan shalat dikenakan hukuman tazir,yakni dipenjarakan
sampai ia melakukan shalat.
Syarat Shah Shalat
Shalat dianggap sah menurut syara apabila dilakukan dengan memenuhi
persyaratan tertentu yaitu :
a. Suci badan dari hadats dan najis
Dalam hal ini sebelum melakukan shalat seseorang harus bersuci dari hadats
besar maupun kecil, dengan mandi, wudhu, atau tayammum sesuai dengan
keadaannya masing-masing. Keharusan bersuci ini didasarkan atas beberapa dalil ayat
Al-Quran yang tertera dalam syrat Al-Maidah ayat 5:6 yang artinya :
Hai orang-orang yang beriman, pabila kamu hendak mengerjakan shalat, mka
basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan
(basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka
mandilah,.........(Al-Maidah/5: 6).
Jika seseorang melakukan shalat tanpa bersuci dari hadats, baik dengan
sengaja maupun terlupa, maka shalatnya menjadi batal sebab syarat-syarat tidak
terpenuhi lagi.
Selain suci dari hadats juga disyaratkan suci badan, pekaian dan tempat shalat
dari najis berdasarkan beberapa dalil sebagai berikut : Ayat Al-Quran :

Dan pakaianmu bersihkanlah (Al-Muddatstsir/ 74:4).
Hadits :

Apabila datang haid maka tinggalkanlah shalat, dan apabila hid itu telah pergi mka
basuhlah darah itu darimu dan shalatlah.
Ayat dan hadits ini menunjukkan keharusan menyucikan badan dari najis,
sedangkan keharusan kesucian pakaian diambil dari perintah Rasul saw. Untuk
mencuci pakaian yang terkena darah haid.
b. Menutup Aurat Dengan Pakaian yang Bersih

Menurut lughat, aurat berarti kekurangan, cacat, dan sesuatu yang


memalukan. Menutup aurat itu wajib dalam segala hal, di dalam dan di luar shalat.
Kewajiban menutup aurat di dalam shalat termasuk hal yang disepakati
(ijma) ulama, dan juga didasarkan pada hadits Rasul saw .: yang artinya :
Allah tidak menerima shalat perempuan yng telah dewasa kecuali dengan memakai
khimar, kerudung. (HR. Tirmiziy).
Bahan penutup aurat itu mestilah cukup tebal dan rapat sehingga dapat
menutupi warna kulit dari pandangan.
Orang yang benar-benar tidak mendapatkan pakaian untuk menutup auratnya
dibolehkan shalat dalam keadaan telanjang; shalatnya sah dan tidak mesti diulang
lagi.
Adapun batas-batas aurat yang wajib ditutupi itu, bagi laki-laki ialah pusat
dengan lutut, sedangkan bagi perempuan iaolah seluruh tubuhnya kecuali wajah dan
kedua telapak tangannya.
Menurut Ahmad ibn Hanbal, aurat laki-laki hanyalah qubul dan duburnya,
tetapi seluruh tubuh perempuan adalah aurat, termasuk wajah dan tangannya.
Menurut Abu Hanifah, telapak kaki perempuan tidak termasuk aurat.
c. Mengetahui Waktu Shalat
Persyaratan ini harus terpenuhi dengan benar-benar mengetahui masuknya
waktu berdasarkan tanda-tanda seperti yang telah dijelaskan terdahulu, atau melalui
ijtihad. Ijtihad yang dimaksudnkan dapat berupa perkiraan waktu berdasarkan
kegiatan tertentu, seperti membaca wirid atau pelajaran, menulis, menjahit, atau
pekerjan lainnya. Dapat juga dengan memperhatikan tanda-tanda lain seperti kokok
ayam, suara azan, posisi bintang-bintang, perhitungan waktu shalat dengan
menggunakan rumus-rumus ilmu falak dan sebagainya. Orang yang tidak sanggup
berijtihad karena tidak mengetahui tanda-tanda terkait dapat bertaqlid mengikutu
ijtihad orang lain.[3]
d. Menghadap Kiblat
Para ulama telah ijma mengatakan bahwa tidak sah shalat tanpa menghadap
qiblat. Orang yang melakukan shalat harus menghdap dadanya ke qiblat. Yang hal ini
tertera dalam nas Al-Quran yang berbunyi :
Palingkanlah wajahmu kearah Masjidil Haram, dan dimana saja kamu berada,
palingkanlah mukamu kearah qiblat. (Al-Baqarah/2: 144).

D. Shalat yang Wajib di Lakukan Oleh Mukalaf


Shalat yang wajib bagi tiap-tiap dewasa (mukallaf) yang berakal sehat ialah lima kali
sehari semalam, yakni shalat dhuhur, ashar, mghrib, isya dan subuh yang hal ini berkumpul
semuanya sebagai kesatuan hanya pada ajaran dibawa oleh Nabi Muhammad saw. Dan
kefardhoan shalat yang lima wktu itu di turunkan malam isro malam 27 buln rajab tahun 3
bulan terhitung semenjak Muhammad diangkat menjadi Rasul.[4]
E. Struktural Shalat Nabi
Berangkat dari sebuah hadits yang berbunyi :

Yang mempunyai arti Shalatlah sebagaimana kamu melihat aku shalat.
Hadits tersebut mencerminkan, beliau sangat khawatir, kepada umatnya, tidak lagi
mampu melakukan shalat sebagaimana pernah dikerjakannya, tentu beliau dalam melakukan
shalat tidak saja sekedar jungkar-jungkir tanpa mempunyai makna yang dalam bagi
kahidupannya, sehingga secara teori dengan gamblang diterangkan bahwa shalat adalah
ibadah yang utama dan sebagai penentu seluruh amalan lainnya.
Agar tingkat kekhawatiran Rasulullah saw tidak menjadi kenyataan, dibawah ini
diterangkan bagaimana shalat pernah dilakukan beliau secaa utuh dan bernilai bagi
kehidupan.
Pertama, shjalat berbentuk struktural, yaitu shalat wajib yang dilakukan lima kali
sehari semalam, yaitu subuh, dhuhur, ashar, maghrib dan isya yang dimulai dari takbir dan
diakhiri dengan salam. Adapun di luar itu bersifat sunnah, baik yangmuakkat maupun yang
sunnah biasa.pembahasan disini dikhususkan pada masalah shalat wajib, dan dampak siklus
rutinitas sehari-hari, sehingga terbentuk kehidupan manusia proaktif dan berkembang secara
dinamis menuju kehidupan yag lebih baik.
Shalat struktural merupakan bentuk shalat vertikal, yaitu hablum minallah(hubungan
manusia dengan Tuhan Allah swt). Sedangkan shalat struktural ada tiga pokok utama sebagai
satu paket yang harus dilakukan secara utuh, yaitu : Wudhu, shalat dan doa.[5]
a.
Wudhu
Wudhu menurut bahasa indonesia, mensucikan diri sebelum shlat dengan
membasuh muka, tangan, sebagian kepala dan kaki. Sedangkan menurut bahasa Arab,
berasal dari kata wadhua-wudhuuan, yang berarti bersih. Jadi wudhu adalah bersuci atau
membersihkan anggota badan sesuai dengan syariah islam yang telah ditentukan.
Pelaksanaan wudhu dilakukan atas dasar perintah Allah swt: Hai orang-orang
yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan

b.

tanganmu sampai siku dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai kedua mata
kaki dan jika kamu junub, maka mandilah dan jika kamu sakit atai dalam perjalanan
atau kembali dari tempat buang air (kakus/WC) atau menyentuh perempuan, lalu jika
kamu tidak mendapat air, maka bertayammumlah dengan tanah yang baik, sapulah
mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak akan menyulitkan kamu tetapi dia
hendak memberishkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu supaya kamu
bersyukur.
Shalat
Shalat struktural yang pernah dilakukan Nabi sawdengan urutan sebagai berikut :
1. Takbir
Shalat langsung diawali dengan takbir, sebab dasaat mau mengambil ir
wudhu, otomatis pada waktu itu niat shalat telah berlaku, sebab wudhu yang
dilakukan memang diperuntukkan niat untuk shalat. Setelah wudhu dengan sempurna,
langsung berdiri menghadap ke kiblat dan takbir.
2. Iftitah
Setelah takbir dengan sempurna dalam posisi sendekap, langsung membaca
do iftitah. Doa ini banyak jenisnya, sebab Nabi saw pernah melakukan berbagai
macam. Pelaku shalat dapat memilih slah satu diantara yang ada, sesuai dengan
kelonggaran waktu yang dimiliki, apabila waktunya panjang, dapat memilih yang
panjang dan sebaliknya jika waktunya sempit, boleh memilih yang pendek.
3. Membaca Al-Fatihah dan Salah Satu Surat Al-Quran
Setelah selesai membaca doa iftitah, langsung membaca al-fatihah dan posisi
gerakannya tetap seperti disaat iftitah. Membaca al-fatihah ini mutlak, sebagaimana
sabda Nabi saw :
,
Dari Ubadah bin Shamid, i berkata : Telah bersabda Rasulullah saw.: Tidak ada
shlat (tidak syah) bagi orang yang tidak membaca ummul Quran (Al-Fatihah) (HR.
Bukhari Muslim).
Setelah selesai membaca Al-Fatihah, langsung membaca salah satu surat atau
ayat Al-Quran dan posisi gerakannya sama (sendekap) sebagaimana disaat membaca
Al-Fatihah. Usahakan memilih surat atau ayat yang difahami maknanya agar dapat
menjiwai disaat membaca, adapun panjang pendek surat (ayat) disesuaikan dengan
kelonggaran waktu.

4. Ruku
Setelah selesai membaca salah satu surat (ayat), lalu takbir Allahu Akbar,
dan langsung badan membungkuk hingga kedua tangan diletakkan pada kedua lutut
kaki. Adapun bacan yang pernah dilakukan Rasulullah saw juga banyak jenisnya,
dibolehkan memilih salah satu, sesuai kelonggaran waktu. Doa tersebut sebagai
berikut :
a. Doa ruku yang pernah dibaca Rasulullah saw :

Maha suci Tuhanku, tuhan yang Maha Besar (HR. Muslim dan Ashabus Sunan).
Rasulullah saw, kadang-kadang berlama-lama ruku membaca doa sepuluh
kali tsbih ini, kadang lebih dari itu dan sekurang-kurangnya 3 kali, sebab kalau ada
keperluan beliau menyegerakan shalatnya.
5. Itidal
Setelah ruku dilakukan dengan sempurna, lalu bangun sambil mengangkat
tangan sebagaimana cara bertakbir, kemudian tangan lurus dengan badan dan
bacaannya sebagai berikut :

Mudah-mudahan Allah mendengar pujian orang-orang yang memuji-mujinya(HR.
Bukhari, Muslim, Ahmad, Abi Daud dari Ali ra).
6. Sujud
Setelah membaca doa Itidal langsung bersujud dengan cara meletakkan
kedua lututnya terlebih dulu ke depan, kemudian baru meletakkan kedua tangannya di
samping kiri-kanan kepala dan jari-jari tangan rapat sama dengan di saat takbir.
7. Duduk di antara dua sujud
Setelah sujud selesai dengan sempurna, lalu duduk iftirasy dengan cara
melipatkan kaki kiri dan meletakkan punggung (pantat) atasnya serta menegakan kaki
kanan serta menghadapkan ujung-ujung anak jari ke kiblat.
8. Duduk takhiyat atau tasyahud
Setelah selesai semua prosesi rakaat pertama dan kedua, langsung
duduktakhiyat atau tasyahud dengan cara kaki kiti diletakkan di bawah kaki kanan,
sebagaimana posisi duduk diantara dua sujud dan ia genggam tangannya dengan
isyarat telunjuknya.
9. Salam (takhiat akhir)
Selesai tasyahud akhir langsung salam, dengan cara menoleh kekanan dan
kekiri sambil membaca :

c.

Doa
Adapun doa yang sering Rasulullah baca ketika selesai shalat ialah sebagai
berikut :
, ,


Setelah slesai seluruh prosesi shalat yang mulai dari takbir hingga salam,
kemudian membaca doa-doa sesuai dengan contoh Rasulullah saw atau dapat juga
ditambah asalkan riwatnya sah. Doa sesuadah shalat yang pernah dilakukan Rasulullah
saw,:
Tidak ada Tuhan kecuali Allah sendiri, tiada sekutu baginya, kepunyaan-Nyalah
sekalian kerajaan dan bagi-Nyalah sekalian pujian dan ia di atas sesuatu amat
berkuasa. Wahai Tuhan yang tidak ada yang bisa menghlangi apa yang engkau beri dan
tidak ada yang bisa menarik manfaat dari padamu untuk si kaya (HR.
MuttafaqunAlaih). Wahai Tuhanku, aku berlindung kepadamu dari pada kebakhilan
dan aku berlindung kepadamu dari pada ketakuta, dan aku berlindung dari padamu
daripada umur yang pikun dan aku berlindung kepadamu daripada percobaan hidup dan
aku berlindung kepadamu dari azab kubur (HR. Bukhari).Wahai Tuhan, tolonglah aku
untuk dapat mengingatmu dan berterima kasih kepadamu dan beribadah yang baik
kepadamu (HR. Abu Daud, Ahmad dan An-Nasai).

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan-pembahasan di atas dapat kami simpulkan beberapa hal sebagai
berikut :
v Shalat ialah ibadah yang tersusun dari beberapa perkataan dan perbuataan yang di mulai
dengan takbir dan di akhiri dengan salam.
v Azan merupakan sebuah pemberitauan terhadap orang muslim untuk melaksanakan
perintah Allah, yakni shalat yang hal itu merupakan sebuah kesunnahan sebelum
melaksanakan shalat.
v Shalt merupakan suatu kewajiban bagi ummat islam, akan tetapi ketika seseorang hendak
melksanakan shalat ada beberapa hal yang harus di penuhi dalam pelaksanaan shalat
tersebu yakni, islm, baligh, dan suci ketika empat syarat tersebut tidak tepenuhi kma
gugurlah shalat seseorang itu.
v Shalat merupakan salah satu interaksi antara Tuhan dengan hambanya, kan tetapi shalat di
anggap sah ketika terpenuhi syarat shah shalat, yang di antaranya ialah suci bdan, dari
hadats dan najis.
v Shlat yang wajib di wajibkan oleh tiap mukallaf ialah dhuhur, ashar, maghrib, isya dan
subuh.
v Shalat struktural merupakan bentuk shlat vertikal, yaitu hablum minallah sedangkan shalat
struktural ada tiga pokok utama sebagai satu paket yang harus dilakukan secara utuh
yaitu, wudhu, shalat dan doa.

DAFTAR PUSTAKA
Rasyid Sulaiman, Fiqih Islam, (Bandung : Sinar Baru Algensindo, 1994).
Nasution Lahmuddin, Fiqih Ibadah (Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1999).
Asad Aliy, Fathul Muin (Kudus : Menara Kudus, 1979 M).
Abdul Karim Nafsin, Menggugat Orang Shalat Antara Konsep dan Realita (Mojokerto : C AlHimah, 2005).
[1]

Rasyid Sulaiman. Fiqih Islam (Bandung : Sinar Baru Al-Gensindo.1994), hlm., 53


Ibid; hlm., 53.
[3]
Nasution Lahmuddinn, Fiqih Ibadah (Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 2999), hlm., 63.
[4]
Asad Aliy, Fathul Muin (Kadus : Menara Kudus, 1979 M), hlm.,9.
[5]
Bdul Karim Nafsin ; Menggugat Orang Shalat Antara Konsep dan Realita (Mojokerto :CV AlHimah, 2005), hlm., 26.
Diposkan oleh SYAMSUL HADI di 06.32
[2]

Anda mungkin juga menyukai