Anda di halaman 1dari 35

SYARAT WAJIB "N SYARAT SAH

SYAHAD TAIN
yarat wajib adalah hal-hal ng menyebabkan diharuskannya
seseorang melaksanakan syaria Misalnya, salah satu syarat wajib shalat
adalah mukallaf dan erakal. Bagi orang yang belum mukallaf,belum
ada kewajiban shalat aginya. Bagi yang hilang akal tidak wajib
melaksanakan shalat.
Bagaimana apabila seseoran melaksanakan shalat, tapi
belum melaksanakan rukun y ng pertama, syahadatain?

Para ulama fiqih merumuskan yarat wajib dan syarat sah


Syarat sah adalah hal-hal yang h rus ada dalam pelaksanaan suatu
syariat. Misalnya, syarat sah shalat a tara lain: Muslim, Suci dari hadas
kecil dan hadas besar; menghadap biat; menutup aurat; shalat pada
waktunya; dan seterusnya. Shalat d pat dilaksanakan oleh seseorang
apabila telah memenuhi syarat sah ta i. Sebaliknya apabila salah satu
syarat sah tidak dipenuhi, maka Sh lat tidak sah dilaksanakan.
Misalnya seseorang belum be udlu, maka shalatnya tidak sah
walaupun semua syarat sah tela dipenuhi, menghadap kiblat,
menutup aurat. Sholat dilaksana an dengan khusyu, bacaannya
fasih, tetap saja shalatnya tidak sahi karena dia belum
berwudhu.

pe-
laksanaan rukun Islam, mengambil rujukan dari al-Qur'an dan Hadit8
dengan jalan ijtihad. Misalnya untuk menentukan syarat sah shalat:
(1) Suci dari hadas kecil (wudhu) dan hadas besar (mandi), me.
ngambil dari surat al-Maidah (5) ayat 6:

"Hai orang-orang yang beriman apabi/a kamu hendak me.


ngerjakan shalat, maka basuhlah wajahmu, dan tanganmu
sampai sikut, dan sapulah kepa/amu dan kakimu sampai
kedua mata kaki, danjika kamujunub maka mandi/ah, dan
jika kamu sakitatau dalam perjalanan atau kembali dari
tempat buangair (wc) atau menyentuh perempuan, lalu
kamu tidak memperoleh air, maka bertayamumlah..." (QS
al-Maidah [5]:6).
(2) Menghadap kiblat, mengambil dari surat al-Baqarah (2) ayat
149-150:

"Dan dari mana saja kamu keluar, ke arah Masjidil Haram.


berada, palingkanlah wajahmu ke tidak ada hujah bag
manusia atas kamu, kecualiarahnya, agar
orang-orangyang zalim di antara
mereka.... "(QS. al-Baqarah [2]: 150).
(3) Menutup aurat, mengan{bil dari surat al-A'raf (7) ayat 31-
32, sebagai berikut:
Hai anak adam, pakailah pakaian yang indah setiap ke
masjid... "(QS al-A'raf [7]:31).
(4) Shalat pada waktunya, mengambil dari surat al-Nisa (4) ayat
103, sebagai berikut:

Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka


dirikanlah shalat itu. Sesungguhnya shalat itu adalah kewa-
jiban.
rang ditentukan waktunya atas orang-orang yang berimaff
(QS al-Nisa perumusan syarat sah atau syarat wajib tersebut,
para ulama mcnganggap perlu, karena untuk memudahkan
melaksanakan perintah Allah (syari'at per e Islam). Perbedaan antara
mereka (mazhab fiqih) adalah

karena ditulis oleh para tabit-tabi'in maupun tabi'in sangatlah


banyak, Yang an hadits-hadits tersebut diinterpretasikan secara
beragam pula. k•emudi
Dalam merumuskan syarat sah dan syarat sah para ulama fiqih
berbeda-beda. Ada yang menyatukan syarat sah dan syarat wajib, ada
pula Yang memisahkan. Ulama-ulama Mazhab Maliki membagi
syaratsyarat Shalat atas tiga bagian, yaitu syarat wajib, syarat sah,
dan syarat wajib sekaligus syarat sah. Syarat wajib shalat menurut
Mazhab Maliki ialah•. baligh dan berakal. Syarat sah shalat adalah:
bersih dari hadas, bersih dari kotoran, Islam (Muslim), menghadap
kiblat, dan menutup aurat Adapun syarat wajib sekaligus syarat syah,
adalah; telah sampai dawah Nabi, berakal, telah masuk waktu shalat,
bersih dari hadas besar maupun kecil, tidak tidur dan lupa, bersih
dari haid dan nifas. Ulamaulama Mazhab Syafi'i membagi syarat atas
dua bagian, yaitu syarat wajib dan syarat syah. Syarat wajib
mencakup enam syarat, yaitu: telah sampai dakwah, Islam, berakal,
balig, bersih dari haid dan nifas, pancaindera normal, dan seterusnya.
(Ensiklopedia Islam, 1999:209).
Rukun kedua hingga kelima rukun Islam dibahas lengkap oleh para
ulama fiqih baik syarat sah, syarat wajib dan rukun-rukunnya dalam
kitab masing-masing. Namun syahadatain, mengapa syarat wajib, syarat
sah dan rukun-rukun tidak banyak yang dibahas dalam kitab-kitab fiqih?
Padahal syahadatain adalah rukun Islam, bahkan rukun pertama.
Dari beberapa mazhab atau ulama fiqih, dalam merumuskan
syarat sah maupun syarat wajib shalat, puasa, zakat dan hajji,
sebagian besar ulama menuliskan dalam kitabnya bahwa "Muslim"
atau Islam merupakan syarat sah atau syarat wajib terlaksananya
rukun Islam. Jumhur ulama mengatakan bahwa seseorang dikatakan
Muslim apabila telah mengucapkan syahadatain atau melaksanakan
rukun Islam yang pertama.
Dalam masalah ini, penulis berusaha untuk menjawab
permasalahan tersebut. Khusus dalam bab ini dibahas tentang syarat
wajib dan syarat sah pelaksanaan syariat syahadatain.
A. SYARATWAJIB SYAHADATAIN

Untuk merumuskan syarat sah dan syarat wajib maupun ruk


syahadatain, penulis merujuk kepada al-Qur'an, Hadits Nabi maupu
pendapat para ulama fiqih lainnya. Adapun syarat wajib syahadataj
sebagai berikut:
1. Mukmin
Allah menyeru melalui rasul-Nya kepada Mukminl untuk
suki al-lslam (lihat: QS al-Baqarah [21:208) dan menawarinya untu
melakukan "jual beli", tijarah (lihat: Seruan tersebu disambut oleh
Mukmin dengan melakukan transaksi, syahadatain, yai dengan
melakukan bai'at dengan Allah (QS al-Fath [48]: 10; al-Tauba [9]:
111), sebagaimana yang dilakukan oleh:
a. Kaum hawariyyin terhadap Nabi Isa a.s. Firman
Allah SWT sebagai berikut:

Maka tatkala Isa mengetahui keingkaran mereka (Bani Israel)


berkatalah ia: "Siapa yang akan menjadi penolong-penolongku
untuk (menegakkan agama) Allah?." Para hawariyyin menjawab:
"kami]ah penolong-penolong (agama) Allah." Kami beriman
kepada Allah; dan salsikanlah kami adalah orang-orang Islam
(Muslim). (Mereka berdoa), "Ya Tuhan kami, kami telah beriman
kepada apa yang telah Engkau turunkan turunkan dan telah kami
ikuti rasul, Maka tulislah (catatlah) kami bersama orang-
orangyang bers±i. " (QS Ali Imran [3]:52-53; lihat pula QS al-
Maidah [5]:111).
b. Habib al-Najar kepada para utusan (QS Yasin
[36]:25-26).
Habib An-Najar, adalah seorang manusia biasa. Ketika masya•
rakatnya didatangi oleh Mursalin (misionaries), mereka menolaknya
Namun Habib al-Najar menerima apa yang telah disampaikan oleh pa ra
pembawa risalah (mursalin) tersebut. Dia menyadari tentang "k e•
sesatan" dirinya (QS Yasin [361:20-23), kemudian dia beriman
dan nyatakan keimanannya di depan para utusan:
Jahiliyyah adalah orang yang memiliki sifat bodoh. M
narnya tidak beriman kepada Allah sebagai Malikdan ereka
Ilah Sebe mereka melaksanakan syahadatain. Mereka
melaksana rena ingin mendapat Allah SWT,perlindungan
keamanan atau harta, seba mana firman

Berkata orang-orangArab, 'Kami telah beriman. 'Katakanlah:


R belum beriman, tapi katakanlah, kami telah Islam.' Karena
belum masukke dalam hatimu dan jika kamu taatkepada
Allah dan Rasul-Nya (melaksanakan syari'at Islam), Allah
tidak akan ngurangi sedikitpun pahala amalmu.
Sesungguhnya Allah Maha: pengampun
lagiMahapenyayang(QS al-Hujurat [49]:14).
Mereka melaksanakan syari'at-syari'at Islam, namun penuh
dengan keterpaksaan dan kebodohan, sebagaimana firman
Allah SWT.

"Mereka telah merasa memberi ni'mat kepadamu dengan ke.


islaman mereka. Katakanlah: 'Janganlah kamu merasa telah
mem. beri ni'mat kepadaku dengan keislamanmu, sebenarnya
Allah-lah yang melimpahkan ni'mat kepadamu dengan
menunjuki kam kepada keimanan jika kamu orang-orang
yang benar." (QS al. Hujurat [49]: 17).7
2. Mukallafdan Mumayyiz8
Mukallafadalah seorang yang sudah mencapai usia dewasa
atau telah memahami dan membedakan yang benar dan yang salah,
sehingga terpikul kewajiban untuk melaksanakan syariat atasnya.
Bagi orangyang belum mukallaftidak dibebankan baginya syariat,

sebagaimana firman Allah:


Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan
k? sanggupannya.... " (QS al-Baqarah [2]:286).
Dan hadits Nabi:
«Diangkat pena dari tiga (golongan manusia), yaitu dari: (I) anak
kecil hingga balig (dewasa), (2) orang tidur hingga bangun, dan
(3) orang gila hingga sembuh." (HRAbu Dawud dan Ibn Majah)
pelaksanaan syari'at syahadatain mempunyai konsekuensi, selain
menerima sepenuh hati Allah sebagai ilah, juga harus siap menolak
semua "sesembahan" selain Allah SWT, dan mengakui dan
menerima kerasulan Nabi Muhammad SAW dengan segala loyalitas
dan kesetiaan serta uswah kepadanya. Penolakan dan pengakuan ini
hanya bisa dilak,ukan oleh orang-orang yang sudah mukalaf.
Dalam kitab Sulam Taufiq, syarah Syaikh Muhammad Nawawi,
setiap mukalaf wajib melaksanakan syahadatain, sebagai syarat
syahnya melaklsanakan hukum-hukum Islam:

Diwajibkan atas semua mukallafmasuk ke dalam al-lslanfi,


Tidak ada kewajiban bagi anak kecil atau yang belum mukallaf,
dan tidak ada kewajiban bagi "orang" yang berasal dari "agama" lain
untuk melaksanakan syariat syahadatain. Bagi mereka harus diberi
pelajaran (tadris dan ta'lim) terlebih dahulu tentang al-lslam
(Perhatikan: QS alQalam [681:35-41). Setelah mereka mukallaf10 atau
siap melaksanakan syari'at Islam, maka syariat ini harus mereka
laksanakan.
3. Berakal
Berakal merupakan syarat sahnya pelaksanaan syari'at Islam,
misalnya: jual beli, munakahah, menjadi saksi dan sebagainya. Berakal
di sini artinya dalam keadaan sadar, tidak dalam keadaan hilang ingatan
atau tidak dalam keadaan mabuk (sukara).
Orang yang berakal wajib melaksanakan perintah Allah SWT.
Orang yang berakal tetapi tidak mau melaksanakan perintah Allah,
maka mereka akan dimasukkan ke dalam neraka sebagaimana firman
Allah swr:
"Dan sesungguhnya kami jadikan untuk isi neraka Jahanam
kebanyakan darijin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak
diper-
9 10C. Cit.
10 Mukallaf berbeda dengan muallaf. Muallaf (Iihat: QS al-Taubah [91:60) adalah orang yang masih lemah abu
bimbang hatinya, antara iman dan kufur terhadap Islam. Mereka perlu dibujuk untuk masuk Islam (obyek dawah).
Muallaf ini seharusnya diberi bimbingan dahulu hingga faham tentang Islam, setelah faham, maka diperkenankan
untuk melak-sanakan syariat syahadatain.
gunakan untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mata
tetapi tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-
tandamPkQhYài

untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu bagaikan binatan


nak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-oran:yî t
lalai. "(QS al-A'raf [71:179).
Orang yang melaksanakan syariat syahadatain, harus dalam k
daan sadar, yaitu:
a. Tidak dalam keadaan tertekan, stress atau bingung
Orang yang dalam keadaan bingung karena masalah ekono
keamanan ataupun rumah tangga. Tidak sah melaksanakan mi' dalam
keadaan tidak mengerti konsekuesyariat syahadatain. Karena mereka
pelak-sanaan syariat itu syahadatain. Mereka melaksanakan
syahadaèà ke-mungkinan hanya untuk menggantungkan hidup dalam
hal keamanan dan perjodohan.
b. Tidak berada dalam keterpaksaan
Bagi orang yang melaksanakan syariat syahadatain dalam
keada.an, terpaksa, atau tekanan tertentu, belum wajib
melaksanakannya. Apabila mereka, karena akan menjadi "beban"
bagi mas'ul atau institusi (Per. hatikan: QS al-Hujurat [49]:17). Dan
mereka akan menjadi "fitnaff' setiap kegiatan (Perhatikan: QSal-
Ankabut[29]:10-11).

4. Baligh
Baligh berasal dari balagha artinya menyampaikan. Baligh
artinya orang yang telah sampai kepadanya pemahaman dan misi
Islam. Misi Islam di sampaikan oleh: dai, nadzir, atau rusul.ll
Bagi orang yang belum tersampaikan pemahaman tentang mak-
na dan kewajiban syahadatain, belum wajib melaksanakan syari'at ini
Karena mereka akan menganggap syahadatain, sebagai kegiatan
ritual.12 Sebaliknya apabila telah tersampaikan, kemudian tidak
melaksanakan• nya, maka mereka akan dimurkai Allah dan mereka
akan menjadi penghuni neraka. Hal ini ditegaskan Allah,
sebagaimana firman-Nya:
Hai golongan jin dan manusia, apakah belum datang
kepada-fflU rasul-rasul dari golonganmu sendiri, yang
menyampaikan kepadamu ayat-ayat-Ku dan memberi peringatan
kepadamu terhadap perteftlllan•
dengan hari ini? Mereka berkata, "Kami menjadi saksi atAS diri kami
sendiri. 'Kehidupan dunia telah menipu mereka... "(QS al-An'am (61: 130).
Dan di akhirat kelak, orang-orang yang menolak seruan para
pembawa risalah (rusul) ketika hidup di dunia, mereka akan digiring
masuk ke dalam Neraka, sebagaimana firman Allah SWT:
orang-orang kafir dibawa ke neraka Jahanam berombong-
rombongan. Sellingga apabila sampai ke neraka itu dibukakan/ah
pintupintunya dan berkatalah penjaga-penjaganya, 'Apakah belum
pernah datang kepadanlll rasul-rasul di antaramu yang memba-cakan
kepadamu ayat-ayat Tuhanmu dan memperingatkan kepada-mu akan
pertemuan dengan hari ini?' Mereka menjawab, 'Benar' (telah datang).
Tetapi telah pasti berlaku ketetapan azab terhadap orang-orang yang
fasik (QS alzumar [39]:71).
B. SYARATSAHSYAHADATAIN
Syarat sah ini adalah hal-hal yang harus dilakukan atau dimiliki
oleh seseorang apabila akan melaksanakan syariat syahadatain.
Adapun syarat sah syahadatain adalah sebagai berikut:13
1. Niat Ikhlash
Niat adalah sahnya segala amal, sebagaimana sabda Nabi Muhammad
SAW:
"Segala amal perbuatan tergantung niatnya dan bagi setiap orang
hanyalah apa yang ia niatkan. Barang siapa yang berhijrah hanya
karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu menuju Allah
dan rasul-Nya. Barang siapa hijrahnya karena dunia yang ia
harapkan atau karena wanita yang ingin ia nikahi, maka
hijrahnya itu menuju yang ia inginkan." (HR Bukhari dan
Muslim).
Dalam kehidupan sehari-hari, niat dapat membedakan amal
shaleh dan amal salah. Yang membedakan shalat wajib shubuh dan
shalat sunah shubuh adalah niat. Bila kita shalat wajib shubuh,
kemudian shalat sunah, maka amal kita ditolak.
Ikhlash adalah sikap yang hanya mengharapkan keridlan Allah
semata, tidak menyekutukan dengan sesuatupun. Syarat utama
diterimanya suatu amal adalah ikhlash. Allah memerintahkan kepada
manusia untuk beribadah kepada-Nya dengan penuh keikhlasan,
sebagaimana firman-Nya:

Katakanlah, 'Sesungguhnya aku diperintahkan untuk


menyernbaô Allah dengan mengikhlaskan ibadah kcpada-Nya dan
aku diperintah agar menfadi orangpertama orang-orang Islam (QS
al-Zumar (39]: 11-12).14
Tidak sah melaksanakan syari'at syahadatain, apabila tidak
diniaă. Sebegaimana yang ditulis olch Imam Sayidy Muhammad al-
Sanusy dałam kitab
Ummu al-Barahin

men
yebutkan:f5
Adapun Mu'min al-Shalah (Mu'min keturunan), maka wajib
atasnya mengucapkan (melaksanakan syari'at) syahadatain satu
kali umur hidup dengan Niniati melakșanakannya suatu
kewąjiban. lika meninggalkannya (tidak melaksanakan) maka dia
hidupnya dałam ma'syiat.
Niał menjalankan kewajiban adalah syarat sahnya melaksanakan
kewajiban syari'at syahadatain. Tanpa niat, semua pelaksanaan syari'at
tidak mempunyai nilai sedikitpun.
Niał karena Allah adalah sahnya ibadah kepada Allah SWT.
Apabila melaksanakan suatu amal tanpa niat yang ikhlas, maka
amalnya pun tidak akan diterima oleh Allah SWT. Misalnya
Melaksanakan syariat syahadatain ada niat-niat tertentu, misalnya
karena ingin perlindungan, mengharapkan wanita, menginginkan
kedudukan atau harta dan sebagainya, pelaksanaan tersebut tidak akan
mendapat ridla Allah. Dia akan mendapatkan apa yang diniatkannya.
Seseorang melaksanakan syari'at syahadatain berarti dia sedang
berhijrah niat atau aqidah (ikatan). Hijrah aqidah artinya pindah 10-1
yalitas, dari loyalitas kepada al-Thaghut kepada Allah (QS al-Baqarah
[2]:256). Apabila niatnya bukan karena Allah, maka hakekatnya
pelak• sanaan syahadatain tidak sah.
2. Yakin dan tidak ragu-ragu
Orang yang memahami tentang kalimah tauhid (syahadatain),
akan meyakini kebenaran Islam. Pelaksanaan syahadatain tidak akan
berarti apa-apa apabila tidak diyakini kebenarannya. Pelaksanaannya
hanyalah kegiatan ritual semata.
pelaksanaan syanadatain bagi orang yang benar-benar beriman
dan tidak ragu-ragu, maka itulah orang-orang yang benar,
sebagaimana firman Allah SWT:

sesungguhnya orang-orang yang beriman hanya/ah orang-orang


yang beriman kepada Allah dan rasul-Nya, kemudian tidak ragu-ragu
sedikitpun dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwa mereka.
Mereka itulah orang-orangyang benar(QS al-Hujurat [49]:15).
Hadits dari Abu Hurairah r.a.
Nabi Muhammad SAW bersabda: "Aku bersaksi bahwa tidak
ada tuhan selain Allah. Tidak ada seorang hamba yang bertemu
dengan Allah dengan kalimat ini dan tak ragu tentang keduanya,
kecuali masuk surga." (HR Muslim).
3. Shiddiq aäu Membenarkan
Shiddiq adalah sikap yang membenarkan kebenaran al-Islam.
Tindakannya apa yang dikatakan di mulut sama dengan apa yang
diyakini di dalam hati. Dalam hal ini Rasulullah SAW bersabda:
"Syafaatku teruntuk orang-orang yang bersyahadat dengan
benarbenar ikhlas, hatinya membenarkan lisannya dan lisannya
membenarkan hatinya." (HR Hakim).
"Tak seorangpun bersyahadat dengan jujur dari hatinya, kecuali
Allah mengharamkannya disentuh api neraka." (HR Muslim).
Lawan katanya adalah berpura-pura. Ucapannya tidak sama
dengan kata hatinya. Sifat ini seperti adalah sifat orang-orang
Munafiq. Mereka mengucapkan syahadatain di hadapan Rasulullah,
namun hatinya menolak akan kebenaran Nabi Muhammad SAW.,
sebagaimana firman Allah swr:
Apabila orang-orang munafik datang kepadamu (Muhammad),
mereka berkata: Kami mengakui (bersaksi), bahwa sesung-guhnya kamu
b
enar-benar Rasulullah. ' Dan Allah mengetahui bahwa se-sungguhnya
ka
mu benar-benar rasul-Nya, dan Allah mengetahui bah wa sesunguhnya
Oran
g-orang munafik itu benar-benar orangpendusta (QS Al-Munafiqun

4. Berilmu atau Memahami


5. Qabul Menerima
Qabul adalah menerima secara bulat terhadap ketentuan dan
tuntutan yang dikandung dalam kalimat syahadatain, baik dalam hati
maupun dalam lisannya.18 Lawan dari qabul adalah menolak dengan
penuh kesombongan, seperti halnya orang-orang Musyrik. Mereka
menolak syahadatain, sehingga mereka dikatagorikan sebagai orang.
orang Kafir, sebagaimana firman Allah SWT:

Sesungguhnya mereka (musyrikin) dahulu apabila dikatakan


kepada mereka, La ilaha illa Allah, mereka menyombongkan diri (QS
al. Shafat [37]:35).
Seseorang yang telah memahami makna syahadatain, maka
konsekuensinya adalah melaksanakan makna yang terkandung di
dalamnya. Namun banyak gangguan untuk dapat mengamalkannya.
Ada beberapa penghalang seseorang untuk menerima syariat ini, antara
lain:
a. Tidak siap melaksanakan syariat Islam selanjutnya
b. Tidak siap melaksanakan Islam secara terikat dan terpimpin
c. Tidak siap meninggalkan ajaran atau kebiasaan yang sudah
menjadi adat
d. Tidak siap mentaati orang lebih rendah usia, ilmu atau
martabatnya.
Meskipun mereka telah memahami tentang pelaksanaan
syariat syahadatain, namun karena kesombongan dan keberatan
melaksana-kan syariat Islam, maka mereka sangat berat untuk
melaksanakannya, sebagaimana firman Allah SWT:

...Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya,


niscaya Allah menjadikan dadanya sesak Iagisempit, seolah-olah ia
sedang mendaki ke langit Begitulah Allah menimpakan siksa kepada
orangorangyangtidakberiman (QS al-An'am [6]:125).
Bagi orang yang menerimanya, maka mereka akan berlapang
dada menerima Islam (QS al-An'am [6]:125). Penerimaan Islam inilah
yang menjadi syarat sah pelaksanaan syariat syahadatain. Karena
wujud menerima Islam adalah melaksanakan rukun Islam yang
pertama. Setelah melaksanakan syariat ini Muslim dituntut untuk
menerima seutuhnya syariat Islam, tanpa memilih-milih syariat yang
ringan atau yang mudahmudah. Sikap Muslim terhadap syariat Islam
atau ketetapan Allah dan rasul-Nya adalah seperti yang digambarkan
Allah dalam al-Qur'an:

Dan tidaklah patut bagi mu'min dan mu'minat, apabila Allah dan
rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, ada bagi mereka pilihan
lain tentangurusan mereka. ... (QS al-Ahzab [33]:36).
6. Inqiyad atau Siap Mengikuti
Inqiyad19 adalah kesiapan mengikuti terus dan terikat pada
perjanjian atau sumpah yang tersirat dalam kalimat syahadatain.

Firman Allah SWT:


Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orangyang
ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedangkan ia pun
mengerjakan kebaikan... "(QS al-Nisa

Rasulullah SAW bersabda, "Demi yang nyawaku ada ditangan-


Nya, tiada seorang di antara kamu menjadi seorang mukmin
melainkan jika nafsunya meng-ikuti yang aku bawa." (HR al-
Thabarani)
Seseorang yang telah mengikrarkan syahadatain dengan penuh
keyakinan dan pemahaman, harus mampu mewujudkan amal Islam
dalam kehidupan nyata. Bila tidak, maka ikrar tersebut tidak mempu-
nyai arti apa-apa. Apabila seseorang melaksanakan syahadatain, maka
dia harus siap pula melaksanakan segala konsekuensinya, yaitu
terlaksanakannya syariat Islam dalam kehidupan. Allah, Rasul-Nya
dan kaum Mukmin akan melihat amal nyata dari Muslim, firman Allah
SWT:

Anda mungkin juga menyukai