Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

FIQIH

Diajukan untuk melengkapi Tugas yang diberikan oleh Bapak H. Reza Ferdian, Lc, M.Pd
selaku dosen Fiqih (Semester 5) Prodi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Islam
Kalimantan M.A.B

Dibuat Oleh :

Raisya Amalia (2103010812)

UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN M.A.B


FAKULTAS EKONOMI PRODI MANAJEMEN

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan
karunia-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu sesuai dengan waktu yang
ditentukan.

Adapun yang menjadi judul makalah adalah perihal “Thaharah/Bersuci, Shalat, Puasa,
Zakat, Haji & Umrah” dalam makalah ini membahas tentang bagaimana ketentuan yang baik
dan benar sesuai ajaran agam islam. Semoga makalah ini bermanfaat, bagi mahasiswa yang
mengikuti perkuliahan Fiqih dan umumnya bagi siapapun.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak H. Reza Ferdian, Lc, M.Pd, selaku
dosen dengan mata kuliah Fiqih yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan saya tentang ilmu puasa yang benar menurut ajaran agama islam.

Dalam makalah ini saya juga menyadari masih banyak kekurangan yang menyebabkan
makalah ini menjadi tidak sempurna, baik dalam penulisan maupun isinya, untuk itu dengan
hati yang terbuka kami menerima kritik dan saran yang bersifat membangun.

Atas kesempatan dan perhatiannya pembaca, kami mengucapkan terima kasih.

Banjarmasin, November 2023

Penulis

i
1. Pengertian Thaharah

Berasal dari bahasa Arab ‫ رالطها‬yang secara bahasa artinya kebersihan atau bersuci. Sedangkan
menurut istilah, thaharah adalah meyucikan badan, pakaian, dan tempat dari hadas dan najis
dengan cara yang telah ditetapkan oleh syariat islam.
Menurut Imam Ibnu Rusyd, thaharah itu terbagi menjadi 2, yaitu :
1. Thaharah dari hadats, yaitu membersihkan diri dari hadats kecil (sesuatu yang diminta
bersucinya dengan wudhu) dan dari hadats besar (sesuatu yang diminta bersucinya
dengan mandi).
2. Thaharah dari khubts atau najis, yaitu membersihkan diri, pakaian, dan tempat ibadah
dari sesuatu yang najis dengan air

Najis, Hadas, Alat dan cara membersihkan/mensucikannya


Pengertian Najis :
Najis menurut bahasa adalah apa saja yang kotor. Sedangkan menurut syara’ berarti kotoran
yang mengakibatkan shalat/ibadah tidak sah, seperti darah dan kencing.

Cara bersuci dari hadas :


Berdasarkan jenis-jenis hadas yang telah diketahui, ada yang disebut hadas kecil dan ada yang
disebut sebagai hadas besar. Perbedaan jenis hadas ini juga berlaku bagi perbedaan cara
menyucikannya.
Cara bersuci dari hadas kecil, yaitu berwudhu dan tayammum. Sedangkan bersuci dari hadas
besar yaitu, mandi.

Sebab-sebab orang berhadas


1. Karena bersenggama (bersetubuh suami istri) biar keluar mani atau tidak, maka wajib mandi.
Firman Allah SWT dalam surat Al-Maidah ayat 6 :

Artinya : “Jika kamu junub (bersetubuh) maka hendaklah kamu mandi.”


2. Keluar mani baik karena bersebutuh atau tidak seperti bermimpi dan sebagainya, maka wajib
mandi.
3. Sebab buang kotoran (haid). Sabda Rasullulloh SAW. Dari ‘Aisyah R.A berkata : telah bersabda
Rasullulloh SAW, kepada Fatimah binti Hubaisyi, “Bila datang haidh maka tinggalkanlah shalat
(sembahyang) dan bila telah habis maka mandilah Anda.” HR. Bukhari
Karena nifas (darah yang keluar sesudah melahirkan), bila darah nifas itu telah berhenti, maka
diwajibkan mandi.

Etika Wudhu
- Jagalah diri selalu dalam keadaan wudhu atau senantiasa memperbarui wudhu
- Jangan tidur sebelum berwudhu
- Awali dengan basmallah ketika berwudhu
- Bersiwaklah setiap kali berwudhu
- Mulailah berwudhu dengan bagian kanan
- Dan lainnya

2. Pengertian shalat
Asal makna shalat menurut bahasa ialah “doa” tetapi yang di maksud disini ialah “ibadah yang
tersusun dari beberapa perkataan dan perbuatan yang di mulai dengan takbir, di sudahi dengan
salam, dan memenuhi beberapa syarat yang di tentukan.
1
Firman Allah Swt:

)٤٥ ‫َو َاِقْيِم الَّصَالَةِاَّن الَّصَالَةَتْنَهى َع ِن اْلَفْح َش اِءَو اْلُم ْنَك ِر (سورةالعنكبوت‬
Artinya:”Dan dirikanlah shalat, sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan-perbuatan
keji dan munkar”(Q.S. Al-‘ankabut; 45)

Syarat-syarat wajib shalat


Para ulama membagi syarat shalat menjadi dua macam, pertama syarat wajib, dan yang ke dua
syarat sah. Syarat wajib adalah sayarat yang menyebabkan seseorang wajib melaksanakan
shalat. Sedangkan syarat sah adalah syarat yang menjadikan shalat seseorang diterima secara
syara’ di samping adanya kriteria lain seperti rukun. Syarat wajib shalat adalah sebagai berikut:

1. Islam
Orang yang bukan islam tidak di wajibkan shalat, berarti ia tidak di tuntut untuk
mengerjakannya di dunia hingga ia masuk islam, karena meskipun dikerjakannya, tetap tidak
sah. Tetapi ia akan mendapat siksaan di akhirat karena ia tidak shalat, sedangkan ia dapat
mengerjakan shalat dengan jalan masuk islam terlebih dahulu.
1. Baligh
Baligh adalah seseorang yang telah sampai umurnya lima belas tahun hijriah atau sudah
mendapat kan satu tanda baik dengan inzal (mimpi basah) bagi laki laki atau perempuan datang
haidh khusus bagi perempuan anak-anak yang baligh tidak dikenakan kewajiban shalat
berdasarkan sabda Nabi SAW,
yang artinya: Dari Ali r.a. bahwa Nabi SAW berkata: Diangkatkan pena ( tidak ditulis dosa)
dalam tiga perkara: Orang gila yang akalnya tidak berperan sampai ia sembuh, orang tidur
sampai ia bangun dan dari anak-anak sampai dia baligh. (HR Ahmad, Abu Daud dan Al-
Hakim).

2. Berakal
Orang gila, orang kurang akal (ma’tuh) dan sejenisnya seperti penyakit sawan (ayan) yang
sedang kambuh tidak diwajibkan shalat, karena akal merupakan
prinsip dalam menetapkan kewajiban (taklif), demikian menurut pendapat jumhur ulama
alasannya adalah hadits yang diterima dari Ali r.a. yang artinya: “dan dari orang gila yang tidak
berperan akalnya sampai dia sembuh”

3. Suci dari haid dan nifas


Maka tidak wajib shalat bagi keduanya baik tunai ataupun qadha, kecuali datang haid atau nifas
setelah lewat waktu fardhu seukuran muat untuk bersuci dan shalat, maka shalat itu wajib di
qadha setelah suci, atau suci dalam waktu shalat yang sisa waktu nya muat untuk shalat, maka
wajib qadha shalat tersebut dan wajib qadha pula satu waktu sebelumnya bila suci dalam waktu
kedua shalat jama’ yaitu shalat asar dan shalat ‘isya, maka bila suci dalam waktu asar, shalat
yang wajib ditunaikan adalah shalat dhuhur dan asar, dan apa bila suci di waktu isya walau di
ujung waktu, maka shalat yang wajib di tunaikan adalah magrib dan isya.

4. Sampai dakwah
Bila satu balad atau pulau yang tidak sampai dakwah maka tidak wajib shalat bagi ahli pulau
tersebut kecuali setelah datang dakwah.

5. Sejahtera anggota
Maka tidak wajib shalat bagi orang yang dilahirkan dalam keadaan buta dan tuli.
2
Hikmah dilaksanakannya shalat
Dari sudut religious shalat merupakan hubungan langsung antara hamba dengan khaliq-nya
yang di dalamnya terkandung kenikmatan munajat, pernyataan ubudiyah, penyerahan segala
urusan kepada Allah, keamanan dan ketentraman serta perolehan keuntungan. Di samping itu
dia merupakan suatu cara untuk memperoleh kemenangan serta menahan seseorang dari
berbuat kejahatan dan kesalahan.
Secara individual shalat merupakan pendekatan diri (taqarrub) kepada Allah SWT, menguatkan
jiwa dan keinginan, semata-mata mengagungkan Allah SWT, bukan berlomba-lomba untuk
memperturutkan hawa nafsu dalam mencapai kemegahan dan mengumpulkan harta. Di samping
itu shalat merupakan peristirahatan diri dan ketenangan jiwa sesudah melakukan kesibukan
dalam menghadapi aktivitas dunia.
Shalat mengajar seseorang untuk berdisiplin dan mentaati berbagai peraturan dan etika dalam
kehidupan dunia. Hal ini terlihat dari penetapan waktu sholat yang mesti di pelihara oleh setiap
muslim dan tata tertib yang terkandung di dalamnya. Dengan demikan orang yang melakukan
shalat akan memahami peraturan, nilai dan sopan santun, ketentraman dan mengkonsentrasikan
pikiran kepada hal-hal yang bermamfaat, karena shalat penuh dengan pengertian ayat-ayat Al-
Qur’an yang mengandung nilai-nilai tersebut.

3. Pengertian Puasa

Puasa “Saumu” menurut bahasa Arab adalah “menahan dari segala sesuatu”, seperti
menahan makan, minum, nafsu, menahan berbicara yang tidak bermanfaat dan sebagainya.
Menurut istilah agama islam yaitu “menahan diri dari sesuatu yang membatalkannya, satu hari
lamanya, mulai dari terbit fajar sampai terbenam matahari dengan niat dan beberapa syarat.”
Firman Allah Swt :
‫وكلواوشربواحتىي يتبين لكم الخيط االبيض من الخيط االسو دمن الفجر‬

“Makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar”.
(Al - Baqarah : 187).

Penentuan Awal Puasa

Puasa Ramadhan adalah puasa yang telah ditentukan jumlah bilangan hari dan waktu
pelaksanaannya, yakni satu bulan penuh. Ada yang berjumlah 30 hari ada pula yang
berjumlah 29 hari. Perintah puasa pertama kali adalah pada tahun ke-2 Hijriah. Untuk
menentukan awal dan akhir bulan ramadhan dapat dimulai dengan salah satu sebab
sebagai berikut :
1. Dengan cara rukyatul hilal, yaitu dengan melihat bulan sabit tanggal satu bulan
qamariyah dengan mata telanjang.
‫فمن شهد منكم الشهر فليسمه‬

“Maka diantara kamu sekalian yang menyaksikan akan adanya awal ramadhan
haruslah ia puasa”. (Q.S. Al-Baqarah : 185)
3
Oleh para ulama masih dipersoalkan tentang Hilal (melihat bulan):
a. Menurut Imam Hanafi
- Jika seandainya langit cerah, wajib yang melihat itu semuanya/orang banyak (melihat
bulan). Dan orang tersebut mengatakan ashadu dan bersaksi bahwa tiada Tuhan selain
Allah.
- Dan kalau seandainya cuaca tidak cerah (mendung/berkabut), maka cukup satu orang
yang adil, berakal, baliqh (kesaksian). Dan tidak perlu mengucap ashadu.
b. Menurut Imam Maliki
- Yang melihat hilal itu orang banyak, maka wajib puasa, sekalipun orang yang melihat
hilal itu tidak semuanya adil.
- Bahwa yang melihat hilal itu 2 orang yang adil.
- Kalau yang melihat hilal hanya 1 orang (laki-laki), maka yang wajib puasa hanya dia
sendiri.
c. Menurut Imam Syafi’i
- Melihat oleh orang yang adil, walaupun hanya 1 orang (baik laki-laki / perempuan) dan
wajib mengucap ashadu.
- Kalau yang melihat hilal itu orang yang tidak adil (baik laki-laki / perempuan) maka
puasa wajib hanya bagi dirinya.
d. Menurut Imam Hambali
Diterima apabila hilal itu dilihat (perkadaan) 1 orang mukallaf (laki- laki/perempuan,
merdeka/hamba) yang adil, baik adil secara zhahir maupun secara batin. Baik cuaca
cerah/mendung dan mengucapkam ashadu.

4. Pengertian Zakat Dan Dasar Pensyari’atannya.

Zakat adalah kata bahasa Arab “az-zakâh”. Ia adalah masdar dari fi’il madli “zakâ”, yang berarti
bertambah, tumbuh dan berkembang. Ia juga bermakna suci.

A. Harta Yang Wajib Dizakati.


Di antara syarat-syarat terpenting yang harus terpenuhi dalam harta yang wajib dizakati adalah
sebagai berikut:

1. Harta tersebut merupakan hak milik sempurna bagi muzaki (orang yang menunaikan zakat).
2. Harta tersebut berkembang atau berpotensi untuk berkembang.
3. Harta tersebut mencapai nishab yang telah ditentukan.
4. Harta tersebut adalah kelebihan dari kebutuhan-kebutuhan pokok bagi muzaki dan orang-
orang yang menjadi tanggungannya, tanpa berlebihan atau bermewah-mewahan.
5. harta tersebut terbebas dari hutang. Artinya, harta tersebut sudah dikurangi dengan hutang
yang jatuh temponya.
4
6. Harta tersebut telah dimiliki selama satu haul (satu tahun), terhitung sejak dia
mencapai nishab, kecuali zakat hasil pertanian, buah-buahan, dan rikaz (harta karun).
7. Harta tersebut halal dan baik, karena Allah tidak menerima kecuali yang baik. Juga, karena
harta yang haram tidak memenuhi syarat kepemilikan.

B. Tata Cara Pembayaran


Syarat-syarat harta yang wajib di zakati :
Di antara syarat-syarat terpenting yang harus terpenuhi dalam harta yang wajib dizakati adalah
sebagai berikut:
1. Harta tersebut merupakan hak milik sempurna bagi muzaki (orang yang menunaikan zakat).
2. Harta tersebut berkembang atau berpotensi untuk berkembang.
3. Harta tesebut mencapai nishab yang telah ditentukan.
4. Harta tersebut adalah kelebihan dari kebutuhan-kebutuhan pokok bagi muzaki dan orang-orang
yang menjadi tanggungannya, tanpa berlebihan atau bermewah-mewahan.
5. harta tersebut terbebas dari hutang. Artinya, harta tersebut sudah dikurangi dengan hutang yang
jatuh temponya.
6. Harta tersebut telah dimiliki selama satu haul (satu tahun), terhitung sejak dia mencapai nishab,
kecuali zakat hasil pertanian, buah-buahan, dan rikaz (harta karun).
7. Harta tersebut halal dan baik, karena Allah tidak menerima kecuali yang baik. Juga, karena harta
yang haram tidak memenuhi syarat kepemilikan.1

C. Hikmah Membayar Zakat


Zakat mengandung beberapa hikmah, baik bagi perseorangan maupun masyarakat. Diantara
hikmah dan faedah zakat itu ialah :
1. Mendidik jiwa manusia suka berkorban dan membersihkan jiwa dari sifat-sifat kikir dan bakhil.
2. Zakat mengandung arti rasa persamaan yang memikirka nasib manusia dalam suasana
persaudaraan
3. Zakat memberi arti bahwa manusia itu bukan hidup untuk dirinya sendiri ; sifat mementingkan diri
sendiri harus disingkirkan dari masyarakat Islam.
4. Seorang muslim harus mempunyai sifat-sifat baik dalam hidup perseorangan, yaitu murah hati,
penderma, dan penyayang.
5. Zakat dapat menjaga timbulnya rasa dengki, iri hati dan menghilangkan jurang pemisah antara si
miskin dan si kaya.

15
5. Pengertian Haji dan Umroh
Secara bahasa Haji adalah menuju ke suatu tempat secara berulang-ulang, atau menuju ke
suatu tempat yang dimuliakan atau diagungkan oleh suatu kaum peradaban. Ibadah umat
Islam ke Mekkah (Baitullah) inilah yang disebut Haji. Sebab Baitullah adalah tempat yang
diagungkan dan tempat yang suci bagi umat Islam. Adapun menurut istilah, kalangan ahli fiqh
mengartikan bahwa Haji adalah niatan datang ke Baitullah untuk menunaikan ritual ibadah
tertentu. Ibnu Al-Humam mengartikan bahwa Haji adalah pergi menuju Baitul Haram untuk
menunaikan aktivitas tertentu pada waktu tertentu. Para ahli fiqh lainnya juga berpendapat
bahwa Haji adalah mengunjungi tempat-tempat tertentu dengan perilaku tertentu pada waktu
tertentu (Azzi dan Hawwas, 2001:148).
Umroh diambil dari kata I’timar yang berarti mengunjungi, adapun umroh menurut bahasa
bermakna ‘ziarah’. Sedangkan menurut syara’ umroh ialah menziarahi ka’bah, melakukan
tawaf di sekelilingnya, bersa’i antara Shafa dan Marwah dan mencukur atau menggunting
rambut dengan cara tertentu dan dapat dilaksanakan setiap waktu (Aziz dan Hawwas,
2001:297).
A. Perbedaan Haji dan Umroh
Berikut adalah Perbedaan Haji dan Umroh :
1. Hukum pelaksanaan
Ibadah haji hukumnya wajib, farfu ‘ain bagi setiap muslim mukalaf dan mampu. Tidak
ada satu pun ulama yang menyatakan ibadah haji sebagai sunnah. Sementara itu,
mengenai hukum ibadah umroh para ulama berbeda pendapat, sebagian mengatakan
hukumnya wajib dan sebagiannya mengatakan sunnah. Mazhab Hanafi dan Maliki
mengatakan hukum ibadah umroh adalah sunnah. Sedangkan mazhab Syafi’i dan
Hanbali mengatakan hukum ibadah umroh adalah wajib minimal sekali seumur hidup.
2. Waktu pelaksanaan
Ibadah haji dapat dilaksanakan minimal 4 hari, 9, sampai 12 Zulhijjah jika melakukan
nafar awal. Jika melakukan nafar sani, ibadah haji paling cepat bisa dilakukan dalam
waktu 5 hari. Ibadah umroh dapat dilakukan dalam waktu 2 sampai 3 jam saja.
3. Proses pelaksanaan
Dalam prakteknnya, orang yang menjalankan urutan-urutan ibadah haji berarti ia sudah
melakukan praktek umroh. Karena umroh hanya terdiri dari : niat, thawaf dan sa’i,
memotong rambut/tahallul. Sedangkan haji, meliputi semua tata cara umroh ditambah
dengan wuquf di Arafah, menginap di Muzdalifah dan di Mina, serta melempar
jumroh.
4. Miqat
Miqat adalah batas-batas yang telah ditetapkan bagi dimulainya ibadah haji dan umroh.
Apabila melintasi miqat, seseorang yang ingin mengerjakan haji perlu mengenakan
kain ihram dan melakukan niat. Miqat dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Miqat Zamani (batas yang ditentukan berdasarkan waktu)
1. Ibadah haji
Miqat dimulai pada bulan syawal sampai terbit fajar tanggal 10 Zulhijjah yaitu ketika
ibadah haji dilaksanakan

6
2. Ibadah umroh
Miqat dapat dimulai sepanjang tahun pada waktu Umroh dapat dilakukan

b. Miqat Makani (batas yang ditentukan berdasarkann tempat)


1. Bagi mereka yang tinggal di Makkah, tempat untuk ihram haji adalah makkah itu
sendiri (rumah sendiri). untuk umroh adalah keluar dari tanah haram makkah
yaitu sebaiknya di Ji’ranah, Tan’cim atau hudaibiyah.
2. Bagi mereka yang datang dari sebelah timur seperti indonesia, malaysia,
singapura dan kebanyakan negara Asia lain, tempatnya adalah di Yalamlam atau
Jeddah
3. Bagi yang datang dari barat seperti mesir, miqatnya di Juhfah
4. Bagi yang datang dari selatan seperti Yaman, tempat untuk berihram adalah
Qamul Manazil
5. Bagi yang datang dari madinah, tempatnya di Dzulhulaifah Bir Ali (Abyar’ Ali)
6. Bagi yang datang dari bagian Iraq pula adalah di Dzatu ’Irq

B. Syarat-syarat Wajib Haji dan Umroh


Orang-orang yang wajib menjalankan haji dan Umroh itu hanyalah yang memenuhi
syarat-syarat yaitu:
1. Islam (beragama Islam merupa-kan syarat mutlak bagi orang yang akan
melaksanakan ibadah haji dan umrah. Karena itu orang-orang kafir tidak mempunyai
kewa-jiban haji dan umrah. Demikian pula orang yang murtad)
2. berakal (yaitu wajib bagi orang yang bisa membedakan yang mana kebaikan dan yang
mana keburukan)
3. baligh (bagi laki-laki yaitu sudah pernah berimpi basah atau umur lebih 15 tahun dan
bagi perempuan sudah keluar darah haid. Anak kecil tidak wajib haji dan umrah.
Sebagaimana dikatakan oleh nabi Muhammad s.a.w. “Kalam dibebaskan dari
mencatat atas anak kecil sampai ia menjadi baligh, orang tidur sampai ia bangun, dan
orang yang gila sampai ia sembuh”)
4. merdeka (yaitu tidak menjadi budak orang lain. Budak tidak wajib melakukan ibadah
haji karena ia bertugas melakukan kewajiban yang dibebankan oleh tuannya. Padahal
menunaikan ibadah haji memerlukan waktu. Disamping itu budak itu termasuk orang
yang tidak mampu dari segi biaya, waktu dan lain-lain)
5. mampu atau kuasa (artinya yaitu mampu dalam perjalanan, mampu harta, dan mampu
badan atau sehat jasmani dan rohani) (Fiqih Islam, 2001:204-205).

7
C. Sunnah-sunnah Haji
Cukup banyak sunnah-sunnah haji. Diantara berikut ini adalah sunnah-sunnah yang
berhubungan dengan ihram, thawaf, sa’i, dan wukuf, yaitu:
1. Mandi sebelum ihram
2. Menggunakan kain ihram yang baru
3. Memperbanyak talbiyah
4. Melakukan thawaf qudum (kedatangan)
5. Shalat dua rakaat thawaf
6. Bermalam di Mina
7. Mengambil pola ifrad, yaitu pola mendahulukan Haji daripada Umrah
8. Thawaf wada’ (perpisahan) (Salim, 2007)
D. Larangan Selama Berihram Haji
Hal-hal yang dimaksud larangan ini adalah yang diharamkan dilakukan bagi yang
berihram, haram bukan artian sebagai perbuatan yang menjadikan dosa, karena belum
pernah ada pendapat ulama tentang pelanggar larangan-larangan ini mendapatkan dosa.
Sebagai contoh pelanggaran suatu hajat, tidak mencukur rambut dikarenakan memiliki
penyakit yang jika rambutnya dicukur bisa mengurangi kese-hatan seorang haji, maka
ini hukumnya tidak dosa. Adapun jika larangan ini sengaja di-langgar maka ia akan
berdosa. Beberapa larangan tersebut diantaranya, yaitu:
1. Bagi laki-laki dilarang menggunakan pakaian berjahit.
2. Bagi laki-laki dilarang menggunakan penutup kepala.
3. Larangan bagi perempuan untuk menutup muka dan telapak tangganya.
4. Di saat ihram bagi laki-laki maupun perempuan wangi-wangian untuk badan
maupun pakaian, boleh memakainya sebelum ihram.
5. Dilarang menikah, menikahkan, ataupun menjadi wali nikah. Tidak boleh ada
proses pernikahan.
6. Dilarang bersetubuh (senggama) (Uwaydah, 2008).

E. Jenis-jenis Haji
Berikut merupakan Jenis-jenis Haji :
1. Ifrad
Haji ifrad adalah haji yang dilaksanakan dengan cara melaksankan ibadah haji terlebih
dahulu baru melaksanakan umroh di luar musim haji. Orang yang berhaji dengan ifrad
tetap dalam keadaan ihram hingga selesai segala amalan hajinya.
2. Qiran
Haji qiran adalah melaksanakan ihram haji dan umroh secara bersamaan di miqat. Orang
yang berhaji qiran tetap dalam keadaan ihram hingga selesai semua rangkaian ibadah
haji dan umrohnya. Dinamakan haji qirah karean dikumpulkan antara haji dan umroh
dalam satu ihram

8
3. Tamattu’
Cara melaksanakan haji tamattu’ yaitu dengan mendahulukan ibadah umroh terlebih
dahulu setelah itu melaksanakan ibadah haji pada musim haji tahun itu juga. Ada pula
ulama yang mengatakan nahwa haji tamattu’ adalah mengumpulkan antara haji dan
umroh dalam satu kali pergi ke Makkah di dalam bulan-bulan haji tahun itu juga.
Prosesnya, mendahulukan umroh terlebih dahulu, kemudian setelah selesai umroh atau
pada tanggal 8 Zulhijjah berniat untuk ihram haji. Dengan melakukan haji tamattu’,
jamaah harus membayar dam (denda). Mayoritas orang Indonesai yang menunaikan
ibadah haji melakukan tamattu’
F. Rukun Haji
Rukun haji adalah kegiatan-kegiatan yang apabila tidak dikerjakan, maka hajinya
dianggap batal. Berbeda dengan wajib Haji, wajib Haji adalah suatu perbuatan yang perlu
dikerjakan, namun wajib Haji ini tidak menentukan sah nya suatu ibadah haji, apabila
wajib haji tidak dikerjakan maka wajib digantinya dengan dam (denda). Rukun haji ada
enam, yaitu:
a. Ihram (Berniat) Ihram adalah berniat mengerjakan Haji atau Umrah bahkan
keduanya sekaligus, Ihram wajib dimulai miqatnya, baik miqat zamani maupun
miqat makani. Sunnah sebelum memulai ihram diantarnya adalah mandi,
menggunakan wewangian pada tubuh dan rambut, mencukur kumis dan
memotong kuku. Untuk pakaian ihram bagi laki-laki dan perempuan berbeda,
untuk laki-laki berupa pakaian yang tidak dijahit dan tidak bertutup kepala,
sedangkan perempuan seperti halnya shalat (tertutup semua kecuali muka dan
telapak tangan).
b. Wukuf (Hadir) di Arafah
Waktu wukuf adalah tanggal 9 dzulhijjah pada waktu dzuhur, setiap seorang yang
Haji wajib baginya untuk berada di padang Arafah pada waktu tersebut. Wukuf
adalah rukun penting dalam Haji, jika wukuf tidak dilaksanakan dengan alasan
apapun, maka Hajinya dinyatakan tidak sah dan harus diulang pada waktu
berikutnya. Pada waktu wukuf disunnah-kan untuk memperbanyak istighfar, zikir,
dan doa untuk kepentingan diri sendiri maupun orang banyak, dengan
mengangkat kedua tangan dan menghadap kiblat.
c. Tawaf Ifadah Tawaf ifadah adalah mengelilingi Kakbah sebanyak 7 kali dengan
syarat: suci dari hadas dan najis baik badan maupun pakaian, menutup aurat,
kakbah berada di sebelah kiri orang yang mengelilinginya, memulai tawaf dari
arah hajar aswad (batu hitam) yang terletak di salah satu pojok di luar Kakbah.
Macam-macam tawaf itu sendiri ada lima macam yaitu:
1. Tawaf qudum adalah tawaf yang dilakukan ketika baru sampai di
Mekah.
2. Tawaf ifadah adalah tawaf yang menjadi rukun haji.
3. Tawaf sunah adalah tawaf yang dilakukan semata-mata mencari
rida Allah.
4. Tawaf nazar adalah tawaf yang dilakukan untuk memenuhi nazar.
9

KESIMPULAN
Islam menyatakan bahwa bersuci melahirkan banyak sifat, sikap, nilai serta pesan yang akan
berdampak kepada perilaku seseorang. Banyak hadits-hadits yang menerangkan keutamaan
thaharah, yang apabila dilakukan dapat membersihkan dosa dan kesalahan manusia. Oleh
karenannya, apabila thaharah atau bersuci selalu diamalkan sebagaimana sunnahnya, maka akan
mampu menghadirkan kesucian lahir dan batin.

Shalat Merupakan Syarat Menjadi Takwa. Taqwa merupakan hal yang penting dalam Islam
karena dapat menentukan amal / tingkah laku manusia, orang – orang yang betul – betul taqwa
tidak mungkin melaksanakan perbuatan keji dan munkar, dan sebaliknya.Salah satu persyaratan
orang – orang yang betul betul taqwa ialah diantaranya mendirikan shalat sebagimana firman
Allah SWT dalam surat Al Baqara.

Zakat adalah mengeluarkan sebagian dari harta benda atas perintah Allah, sebagai shadaqah
wajib atas mereka yang telah ditetapkan menurut syarat yang telah ditentukan oleh hukum
Islam.Dasar hukum zakat dalam Al Qur an antara lain QS. al-Baqarah (2): 43) dan QS. al-
Bayyinah: (98): 5).
Harta yang wajib dizakati antara lain, yaitu: emas, perak dan mata uang; harta perniagaan;
binatang ternak; buah-buahan dan biji-bijian yang dapat dijadikan makanan pokok; dan barang
tambang dan barang temuan.

Puasa adalah salah satu rukun islam yang wajib dikerjakan oleh hamba Allah yang bertakwa,
didalamnya banyak terdapat manfaat bagi jasmani dan rohani, puasa sendiri dibagi menjadi dua
macam, yaitu puasa wajib dan puasa sunah. Puasa wajib adalah puasa wajib dikerjakan yang
dilaksanakan mendapat pahala dan tidak dikerjakan mendapat dosa. Puasa Sunnah adalah puasa
yang boleh dikerjakan ataupun tidak. Puasa wajib meliputi puasa ramadhan, puasa kafarat dan
puasa nadzar. Sedangkan puasa sunah meliputi puasa daud, puasa senin kamis, puasa syawal,
puasa arafah, puasa asyura, puasa sya’ban dan puasa pada bulan pertengahan komariah.
Masalah pelaksanaan Haji dan Umroh adalah masalah yang penting, karena termasuk dari bagian rukun
Islam yang ke lima. Pelaksaan ibadah Haji dan Umroh haruslah sesuai dengan tata cara yang telah diatur
dalam syari’at Islam dalam hal ini seseorang yang ingin melaksanakan ibadah Haji dan Umroh haruslah
mengetahui Rukun, Syarat, sesuatu yang diwajibkan dalam Ibadah Haji dan Umroh serta kesunnahan-
kesunnahannya.

Masalah pelaksanaan Haji dan Umroh adalah masalah yang penting, karena termasuk dari bagian rukun
Islam yang ke lima. Pelaksaan ibadah Haji dan Umroh haruslah sesuai dengan tata cara yang telah diatur
dalam syari’at Islam dalam hal ini seseorang yang ingin melaksanakan ibadah Haji dan Umroh haruslah
mengetahui Rukun, Syarat, sesuatu yang diwajibkan dalam Ibadah Haji dan Umroh serta kesunnahan-
kesunnahannya.
10

Anda mungkin juga menyukai