Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

THAHARAH, SHALAT, HAKIKAT PUASA DAN FILOSOFINYA

Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Pendidikan Agama Islam

Dosen Pembimbing
M. Mukhlish Nasrulloh

Disusun Oleh:
Deandra Khalila
NIM: 0311520157
Rizka Aprillia
NIM: 0311520180
Siti Vanessa
NIM: 0311520185
Titin Pransiska
NIM: 0311520187

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


UNIVERSITAS AL AZHAR INDONESIA
JAKARTA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan kami karunia
nikmat dan kesehatan, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Tharah,
Sholat, Puasa Hakikat dan Filosofinya’’, dan terus dapat menimba ilmu di Universitas Al-
Azhar Indonesia.

Penulisan makalah ini merupakan sebuah tugas dari dosen Bapak M. Mukhlis Nasrulloh, pada
mata kuliah pendidikan agama Islam. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk
menambah wawasan dan pengetahuan pada mata kuliah yang sedang dipelajari, agar kami
semua menjadi mahasiswa yang berguna bagi agama, bangsa dan negara.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak M. Mukhlis Nasrulloh sebagai dosen
Pendidikan Agama Islam yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
wawasan dan pengetahuan sesuai bidang yang kami tekuni.

Dengan tersusunnya makalah ini kami menyadari masih banyak terdapat kekurangan dan
kelemahan, demi kesempurnaan makalah ini kami sangat berharap perbaikan, kritik dan saran
yang sifatnya membangun apabila terdapat kesalahan.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, bagi penulis pada
khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.

Jakarta, 3 April 2021

Tim Penulis
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
……………………………………………………………….4
B. Rumusan
Masalah……………………………………………………………………...5
C. Tujuan pembahasan …………………………………………………………………...5
BAB II KAJIAN TEORITIS
A. Definisi Thaharah……………………………………………………………………...6
B. Definisi Sholat…………………………………………………………………………6
C. Definisi Puasa………………………………………………………………………….6
BAB III PEMBAHASAN
A. Pengertian Thaharah dan Hikmat Thaharah…………………………………………...9
B. Hukum Sholat dan Rukun
Sholat………………………………………………..........14
C. Hakikat dan Filosofi Puasa…………………………………………………………...17
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………………………….…………..18
B. Saran………………………………………………………………………………….18
Daftar Pustaka………………………………………………………………………………19
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Thaharah secara bahasa berarti nazhafah (kebersihan) atau bersih dari kotoran
baik yang bersifat nyata seperti najis maupun yang bersifat maknawiyah seperti aib.
Setiap sendi kehidupan yang dijalani manusia mempunyai muatan ibadah di sisi Allah
SWT. Di dalam terminologi fiqih, ibadah dibedakan menjadi dua macam yaitu ibadah
mahdhah dan ghairu mahdhah. Ibadah mahdhah adalah ibadah yang mempunyai tata
cara tertentu dan aturan-aturan yang tertentu pula. Sedangkan ibadah ghairu mahdhah
adalah ibadah yang tidak ditentukan tata cara dan bersifat umum.
Pada pembahasan tentang ibadah khususnya shalat – thaharah menempati
posisi yang sangat penting dalam pelaksanaannya karena thaharah adalah syarat
mutlak sah dan tidaknya shalat yang dilaksanakan oleh seorang muslim.
Shalat secara etimologi kata shalat berasal dari bahasa arab yang berarti doá.
Secara terminologi shalat adalah yang terdiri atas beberapa ucapan dan perbuatan
ucapan dan perbuatan, yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam sesuai
dengan syarat dan rukun-rukun yang telah ditetapkan.
Menurut bahasa puasa berarti imsak atau menahan, sedangkan puasa menurut
syariat ialah menahan dengan niat ibadah dari makanan, minuman, hubungan suami
istri dan semua hal-hal yang membatalkan puasa terbitnya fajar hingga terbenam
matahari.
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan


permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana cara menyucikan diri (Thaharah) sesuai dengan syariat islam?


2. Bagaimana hukum shalat dalam ilmu agama Islam sebagaimana ajaran Nabi
Muhammad SAW?
3. Bagaimana hakikat dan filosofi puasa sesuai dengan ajaran agama Islam?

C. Tujuan Pembahasan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini, antara lain:

1. Untuk mengetahui tata cara menyucikan diri sesuai dengan syariat islam.
2. Untuk mengetahui hukum shalat dalam ilmu agama Islam sebagaimana
ajaran Nabi Muhammad SAW.
3. Untuk mengetahui hakikat dan filosofi puasa sesuai dengan ajaran agama
Islam.
BAB II

KAJIAN TEORITIS

A. Definisi Thaharah

Thaharah berasal dari bahasa Arab yang berarti bersih atau suci dan ini sudah
disarikan ke dalam bahasa Indonesia. Pengertian thaharah secara bahasa adalah an-
Nadafatu yang artinya bersih atau suci. Sedangkan menurut istilah, thaharah adalah
membersihkan diri, pakaian, dan tempat dari najis dan hadas, sehingga seseorang
diperbolehkan beribadah yang ditentukan harus dalam keadaan suci.1

B. Definisi Shalat

Shalat dalam arti umum yaitu sebuah ibadah ritual yang diwajibkan oleh Allah
SWT kepada umat Muslim. Secara bahasa shalat berasal dari bahasa Arab yang
artinya doa. Sedangkan, menurut istilah, shalat adalah serangkaian kegiatan ibadah
khusus atau tertentu yang dimulai dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan
salam.2 

C. Definisi Puasa

Puasa adalah kegiatan dimana kita menahan diri dari makan dan minum. Puasa
merupakan rukun Islam. Pada bulan Ramadhan umat muslim wajib melakukan ibadah
puasa. Selain itu puasa juga dimana kita menghindari larangannya. Berpuasa mulai
dari fajar hingga terbenamnya matahari.

1
https://tirto.id/pengertian-thaharah-cara-hikmah-berthaharah-menurut-agama-islam-gaCy Diakses 2 April 2021
2
https://id.wikipedia.org/wiki/Shalat diakses 2 April 2021
BAB III

PEMBAHASAN

A. Pengertian Thaharah, Cara & Hikmah Berthaharah Menurut Agama


Islam

 Thaharah

Thaharah berasal dari bahasa Arab yang berarti bersih atau suci dan ini
sudah disarikan ke dalam bahasa Indonesia. Pengertian thaharah secara bahasa
adalah an-Nadafatu yang artinya bersih atau suci. Sedangkan menurut istilah,
thaharah adalah membersihkan diri, pakaian, dan tempat dari najis dan hadas,
sehingga seseorang diperbolehkan beribadah yang ditentukan harus dalam
keadaan suci.3

Bersuci dari hadas dapat dilakukan dengan berwudu (untuk hadas


kecil), atau mandi (untuk hadas besar) dan tayamum bila dalam keadaan
terpaksa. Bersuci dari najis meliputi suci badan, pakaian, tempat, dan
lingkungan yang menjadi tempat beraktivitas bagi kita semua. Islam memberi
perhatian yang sangat besar terhadap bersuci (thahârah).4

Bersuci merupakan perintah agama yang bisa dikatakan selevel lebih


tinggi dari sekadar bersih-bersih. Sebab, tidak semua hal yang bersih itu suci.

 Hukum Thaharah

Hukum thaharah (bersuci) ini adalah wajib, khususnya bagi orang


yang akan melaksanakan shalat. Bersih dari najis dan menghilangkannya

3
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5480457/pengertian-thaharah-dalam-islam-dan-macam-macamnya
diakses 2 April 2021

4
Ibid.
merupakan suatu kewajiban bagi yang tahu akan hukum dan mampu
melaksanakannya.

Allah SWT berfirman:

‫َوثِيَابَكَ فَطَه ِّۡر‬

Wa siyaabaka fatahhir

Artinya: "Dan bersihkanlah pakaianmu". (QS.Al-Muddassir: 4)

Lalu terdapat juga dalam surah berikut ini:

‫فِ ۡينَ َو ۡال ٰع ِكفِ ۡينَ َوالرُّ َّک ِع ال ُّسج ُۡو ِد‬dِ‫اَ ۡن طَهِّ َرا بَ ۡيتِ َى لِلطَّٓا ِٕٕٮ‬.... ...

An tahhiraa Baitiya littaaa'ifiina wal'aakifiina warrukka'is sujuud

Artinya: "Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang tawaf, orang yang


iktikaf, orang yang rukuk dan orang yang sujud.” (Qs. Al Baqarah: 125)

Sementara bersih dari hadas merupakan suatu kewajiban yang sekaligus


sebagai syarat sah shalat. Hal ini berdasarkan pada sabda Nabi shalallahu
alaihi wasallam:

“Shalat tidak diterima tanpa -didahului dengan bersuci.” (HR. Muslim no.
224)

 Tata Cara Thaharah

Thaharah secara umum dapat dilakukan dengan empat cara berikut ini:

1. Membersihkan lahir dari hadas, najis, dan kelebihan-kelebihan yang


ada dalam badan.
2. Membersihkan anggota badan dari dosa-dosa.
3. Membersihkan hati dari akhlak tercela.
4. Membersihkan hati dari selain Allah.
 Hikmah Thaharah

Thaharah terbagi menjadi dua yakni bersuci dari najis dan bersuci dari
hadas. Ada empat hikmah tentang disyariatkannya thahârah yaitu :

Pertama, bersuci merupakan bentuk pengakuan Islam terhadap fitrah


manusia. Manusia memiliki kecenderungan alamiah untuk hidup bersih dan
menghindari sesuatu yang kotor dan jorok. Karena Islam adalah agama fitrah,
maka ia pun memerintahkan hal-hal yang selaras dengan fitrah manusia.

Kedua, menjaga kemuliaan dan wibawa umat Islam. Orang Islam mencintai
kehidupan bermasyarakat yang aman dan nyaman. Islam tidak menginginkan
umatnya tersingkir atau dijauhi dari pergaulan lantaran persoalan kebersihan.
Seriusnya Islam soal perintah bersuci ini menunjukkan komitmennya yang
tinggi akan kemuliaan para pemeluknya.

Ketiga, menjaga kesehatan. Kebersihan merupakan bagian paling penting


yang memelihara seseorang dari terserang penyakit. Ragam penyakit yang
tersebar umumnya disebabkan oleh lingkungan yang kotor. Karena itu tidak
salah pepatah mengungkapkan, "kebersihan adalah pangkal kesehatan".
Anjuran untuk membersihkan badan, membasuh wajah, kedua tangan, hidung,
dan kedua kaki, berkali-kali saban hari relevan dengan kondisi dan aktivitas
manusia. Sebab, anggota-anggota tubuh itu termasuk yang paling sering
terpapar kotoran.

Keempat, menyiapkan diri dengan kondisi terbaik saat menghadap Allah:


tidak hanya bersih tapi juga suci. Dalam shalat, doa, dan munajatnya, seorang
hamba memang seharusnya dalam keadaan suci secara lahir batin, bersih
jasmani dan rohani, karena Allah yuhhibbut tawwâbîna yayuhibbul
mutathahhirîna (mencintai orang-orang yang bertobat dan menyucikan diri).

 Alat-alat Thaharah

Untuk melakukan thaharah, ada beberapa media yang dapat digunakan,


yakni air, debu yang suci, dan batu untuk diinjak. Air khususnya, dari segi
hukum dibagi menjadi tiga, yaitu :

 Air suci dan dapat mensucikan, seperti air sumur, air sungai, air hujan,
dll
 Air yang dapat mensucikan tapi makruh hukumnya, seperti air yang
dijemur di tempar logam bukan emas
 Air yang tidak dapat mensucikan, seperti air yang kurang dari dua
kulah, air yang sifatnya berbau (air teh, air kopi, air berbau)
B. Shalat

Shalat dalam arti umum yaitu sebuah ibadah ritual yang diwajibkan oleh Allah SWT kepada
umat Muslim. Secara bahasa Shalat berasal dari bahasa Arab yang artinya doa. Sedangkan,
menurut istilah, shalat adalah serangkaian kegiatan ibadah khusus atau tertentu yang dimulai
dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam. 5

Seperti firman Allah SWT di QS al-Baqarah : 238, Allah memerintahkan umatnya untuk
shalat lima waktu yang merupakan ibadah ritual umat Muslim. “Peliharalah segala shalat
(mu), dan (peliharalah) shalat wusthaa. Berdirilah karena Allah (dalam shalatmu) dengan
khusyuk.

 Hukum Shalat

Dalam banyak hadis, Nabi Muhammad SAW telah memberikan peringatan keras kepada
orang yang suka meninggalkan shalat wajib, mereka akan dihukumi menjadi kafir dan
mereka yang meninggalkan shalat maka pada hari kiamat akan disandingkan bersama dengan
orang-orang, seperti Qarun, Firáun, Haman dan Ubay bin Khalaf.
Hukum shalat dapat dikategorikan sebagai berikut:
 Fardhu, Shalat fardhu ialah shalat yang diwajibkan untuk mengerjakannya. Shalat
fardhu terbagi lagi menjadi dua, yaitu:
o Fardu ain adalah kewajiban yang diwajibkan kepada mukalaf langsung
berkaitan dengan dirinya dan tidak boleh ditinggalkan ataupun
dilaksanakan oleh orang lain, seperti shalat lima waktu, dan shalat
jumat (fardhu 'ain untuk pria).
o Fardu kiyafah adalah kewajiban yang diwajibkan kepada mukalaf
tidak langsung berkaitan dengan dirinya. Kewajiban itu menjadi
sunnah setelah ada sebagian orang yang mengerjakannya. Akan tetapi
bila tidak ada orang yang mengerjakannya maka kita wajib
mengerjakannya dan menjadi berdosa bila tidak dikerjakan,
seperti shalat jenazah.

5
https://www.republika.co.id/berita/q4vmbm320/maknamakna-lain-shalat-yang-disebutkan-dalam-alquran
diakses 2 April 2021
 Shalat sunnah (shalat nafilah) adalah shalat-shalat yang dianjurkan atau
disunnahkan akan tetapi tidak diwajibkan. Shalat nafilah terbagi lagi menjadi dua,
yaitu:
o Nafil muakkad adalah shalat sunnah yang dianjurkan dengan
penekanan yang kuat (hampir mendekati wajib), seperti shalat dua hari
raya, shalat sunnnah witir dan shalat sunah thawaf.
o Nafil ghairu muakkad adalah shalat sunnnah yang dianjurkan tanpa
penekanan yang kuat, seperti shalat sunah Rawatib dan shalat sunah
yang sifatnya insidentil (tergantung waktu dan keadaan, seperti shalat
kusuf/khusuf hanya dikerjakan ketika terjadi gerhana).6

 Syarat-Syarat Shalat
Syarat-syarat shalat adalah hal-hal yang harus dipenuhi sebelum shalat ditunaikan.
1. Beragama Islam
2. Sudah balig
3. Berakal sehat
4. Suci dari hadas dan najis
5. Menghadap kiblat
6. Mengetahui masuknya waktu shalat
7. Mengerti syarat, rukun, dan sunah shalat

 Rukun Shalat
Rukun shalat adalah setiap perkataan atau perbuatan yang akan membentuk hakikat shalat.
Jika salah satu rukun ini tidak ada, maka shalat pun tidak teranggap secara syar’i dan juga
tidak bisa diganti dengan sujud sahwi.
1. Berdiri bagi yang mampu.
2. Niat dalam hati
3. Takbiratul ihram.
4. Membaca surat Al-Fatiha pada tiap rakaat.
5. Rukuk dan tuma’ninah.
6. Iktidal setelah rukuk dan tumakninah.
7. Sujud dua kali dengan tumakninah.
8. Duduk antara dua sujud dengan tumakninah.
9. Duduk tasyahud akhir
10. membaca tasyahud akhir.
11. Membaca salawat nabi pada tasyahud akhir.
12. Membaca salam yang pertama.
13. Tertib melakukan rukun secara berurutan

 Shalat Berjamaah

6
ibid
Shalat tertentu dianjurkan untuk dilakukan secara bersama-sama (berjamaah). Dalam
pelaksanaannya setiap Muslim diharuskan mengikuti apa yang telah Nabi Muhammad
ajarkan, yaitu dengan meluruskan dan merapatkan barisan, antara bahu, lutut dan tumit saling
bertemu.
Pada shalat berjamaah seseorang yang dianggap paling kompeten akan ditunjuk
sebagai imam shalat, dan yang lain akan berlaku sebagai makmum.

 Shalat yang dapat dilakukan secara berjamaah maupun sendiri antara lain:
o Shalat fardu
o Shalat Tarawih
 Shalat yang harus dilakukan berjamaah antara lain:
o Shalat Jumat
o Shalat Hari Raya (Ied)
o Shalat Istisqa'
Yaitu shalat yang tidak wajib berjamaah tetapi sebaiknya berjamaah
.

 Shalat dalam kondisi khusus


Dalam situasi dan kondisi tertentu kewajiban melakukan shalat diberi keringanan tertentu.
Misalkan saat seseorang sakit dan saat berada dalam perjalanan (Safar).
Bila seseorang dalam kondisi sakit hingga tidak bisa berdiri maka ia dibolehkan melakukan
shalat dengan posisi duduk, sedangkan bila ia tidak mampu untuk duduk maka ia
diperbolehkan shalat dengan berbaring, bila dengan berbaring ia tidak mampu melakukan
gerakan tertentu ia dapat melakukannya dengan isyarat.
Sedangkan bila seseorang sedang dalam perjalanan, ia diperkenankan menggabungkan
(jamak) atau meringkas (qashar) shalatnya. Menjamak shalat berarti menggabungkan dua
shalat pada satu waktu yakni shalat zuhur dengan shalat ashar atau shalat
Maghrib dengan shalat isya. Mengqasar shalat berarti meringkas shalat yang tadinya 4 rakaat
(zuhur, asar, isya) menjadi 2 rakaat.

 Shalat dalam Al-Quran


Berikut ini adalah ayat-ayat yang membahas tentang shalat di dalam Al-Quran, kitab suci
agama Islam.
۟ ُ‫صلَ ٰوةَ َويُنفِق‬
‫وا ِم َّما َرزَ ْق ٰنَهُ ْم ِس ًّرا َو َعاَل نِيَةً ِّمن قَ ْب ِل أَن يَأْتِ َى يَوْ ٌم‬ ۟ ‫وا يُقِي ُم‬
َّ ‫وا ٱل‬ ۟ ُ‫ى ٱلَّ ِذينَ َءامن‬
َ ‫قُل لِّ ِعبَا ِد‬
َ
‫اَّل بَ ْي ٌع فِي ِه َواَل ِخ ٰلَ ٌل‬
 Katakanlah kepada hamba-hamba-Ku yang telah beriman: Hendaklah mereka
mendirikan shalat, menafkahkan sebahagian rezeki yang Kami berikan kepada
mereka secara sembunyi ataupun terang-terangan sebelum datang hari (kiamat)
yang pada hari itu tidak ada jual beli dan persahabatan (Ibrahim 14:31).

d‫ن‬dِ d‫ َع‬d‫ى‬dٰ dَ‫ ه‬d‫ ْن‬dَ‫ ت‬dَ‫ اَل ة‬d‫ص‬


َّ d‫ل‬d‫ ا‬d‫ َّن‬dِ‫ إ‬dۖ dَ‫ اَل ة‬d‫ص‬ َّ d‫ل‬d‫ ا‬d‫م‬dِ dِ‫ق‬dَ‫ أ‬d‫ َو‬d‫ب‬ِ d‫ا‬dَ‫ ت‬d‫ ِك‬d‫ ْل‬d‫ ا‬d‫ن‬dَ d‫ ِم‬d‫ك‬ dَ d‫ح‬dِ d‫و‬dُ‫ أ‬d‫ ا‬d‫ َم‬d‫ ُل‬d‫ ْت‬d‫ا‬
dَ d‫ ْي‬dَ‫ ل‬dِ‫ إ‬d‫ي‬
dْ dَ‫ ت‬d‫ ا‬d‫ َم‬d‫ ُم‬dَ‫ ل‬d‫ ْع‬dَ‫ ي‬dُ ‫ هَّللا‬d‫و‬dَ dۗ d‫ ُر‬dَ‫ ب‬d‫ ْك‬dَ‫ أ‬dِ ‫ هَّللا‬d‫ ُر‬d‫ ْك‬d‫ ِذ‬dَ‫ ل‬d‫ َو‬dۗ d‫ ِر‬d‫ َك‬d‫ ْن‬d‫ ُم‬d‫ ْل‬d‫ ا‬d‫ َو‬d‫ ِء‬d‫ ا‬d‫ َش‬d‫ح‬dْ dَ‫ ف‬d‫ ْل‬d‫ا‬
d‫ َن‬d‫ و‬d‫ ُع‬dَ‫ ن‬d‫ص‬
 Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji (zina) dan
mungkar, dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar
(keutamaannya dari ibadat-ibadat lain), dan Allah mengetahui apa yang kamu
kerjakan (al-‘Ankabut 29:45).

d‫ ا‬dًّ‫ ي‬d‫ َغ‬d‫ن‬dَ d‫و‬dْ dَ‫ ق‬d‫ ْل‬dَ‫ ي‬d‫ف‬ ِ d‫ ا‬d‫و‬dَ dَ‫ ه‬d‫ َّش‬d‫ل‬d‫ ا‬d‫ا‬d‫ و‬d‫ ُع‬dَ‫ب‬dَّ‫ت‬d‫ ا‬d‫و‬dَ dَ‫ اَل ة‬d‫ص‬
dَ d‫و‬dْ d‫ َس‬dَ‫ ف‬dۖ d‫ت‬ َ dَ‫ أ‬d‫ف‬
َّ d‫ل‬d‫ ا‬d‫ا‬d‫ و‬d‫ ُع‬d‫ ا‬d‫ض‬ dٌ d‫ ْل‬d‫ َخ‬d‫ ْم‬d‫ ِه‬d‫ ِد‬d‫ ْع‬dَ‫ ب‬d‫ن‬dْ d‫ ِم‬d‫ف‬
dَ dَ‫ ل‬d‫ َخ‬dَ‫ف‬
 Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan
shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui
kesesatan (Maryam 19:59).

ۡ‫نَ الَّ ِذ ۡينَ هُم‬dۙ ‫صلِّ ۡي‬َ ‫ق هَلُ ۡوعًا ۙاِ َذا َم َّسهُ ال َّشرُّ َج ُز ۡوعًا َواِ َذا َم َّسهُ ۡالخ َۡي ُر َمنُ ۡوعًا اِاَّل ۡال ُم‬
َ ِ‫اِ َّن ااۡل ِ ۡن َسانَ ُخل‬
َ ‫ع َٰلى‬
َ‫ ُم ۡون‬dِ‫صاَل تِ ِهمۡ دَٓا ِٕٕٮ‬
 Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia
ditimpa kesusahan ia berkeluh-kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat
kikir, kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat, yang mereka itu tetap
mengerjakan shalatnya (al-Ma’arij 70:19-23).

C. Hakikat Puasa Dan Filosofinya

Puasa adalah kegiatan dimana kita menahan diri dari makan dan minum.
Puasa merupakan rukun Islam. Pada bulan Ramadhan umat muslim wajib
melakukan ibadah puasa. Selain itu puasa juga dimana kita menghindari
larangannya. Berpuasa mulai dari fajar hingga terbenamnya matahari.7

Pada bulan Ramadhan pahala akan dilipat gandakan. Banyak hal yang
dapat kita lakukan dalam bulan Ramadhan untuk mendapatkan pahala yang di
gandakan yaitu, shalat baik wajib maupun shalat sunnah tarawih, membaca Al-
Quran, bersedekah, zakat, dan ibadah lainnya.8

Al - Baqarah ayat 185 yang berbunyi :

ؕ ُ‫ان فَ َم ۡن َش ِه َد ِم ۡن ُك ُم ال َّش ۡه َر فَ ۡليَـصُمۡ ه‬ ِ ۚ َ‫ت ِّمنَ ۡاله ُٰدى َو ۡالفُ ۡرق‬ ۡ


ِ َّ‫ى اُ ۡن ِز َل فِ ۡي ِه القُ ۡر ٰانُ هُدًى لِّلن‬
ٍ ‫اس َو بَيِّ ٰن‬ ٓ ۡ ‫ضانَ الَّ ِذ‬
َ ‫َش ۡه ُر َر َم‬
َ‫ َّدة‬d‫وا ۡال ِع‬ddُ‫ َر َولِتُ ۡک ِمل‬d‫ ُد بِ ُک ُم ۡالع ُۡس‬d‫ َر َواَل ي ُِر ۡي‬d‫ ُد هّٰللا ُ بِ ُک ُم ۡالي ُۡس‬d‫ َرؕ ي ُِر ۡي‬d‫َو َم ۡن َکانَ َم ِر ۡيضًا اَ ۡو ع َٰلى َسفَ ٍر فَ ِع َّدةٌ ِّم ۡن اَي ٍَّام اُ َخ‬
َ‫َولِتُ َکبِّرُوا هّٰللا َ ع َٰلى َما ه َٰدٮ ُكمۡ َولَ َعلَّ ُکمۡ ت َۡش ُكر ُۡون‬
7
7 Filosofi Puasa Ramadan Bagi Umat Islam, Ajang Mendekatkan Diri Kepada Allah SWT - Ramadan
Liputan6.com diakses 2 April 2021
8
Ibid.
“Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'an,
sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu
dan pembeda (antara yang benar dan yang batil). Karena itu, barangsiapa di antara
kamu ada di bulan itu, maka berpuasalah. Dan barangsiapa sakit atau dalam
perjalanan (dia tidak berpuasa), maka (wajib menggantinya), sebanyak hari yang
ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan
bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Hendaklah kamu
mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang
diberikan kepadamu, agar kamu bersyukur.”

Syarat wajib puasa:

1. Islam
2. Baligh
3. Berakal sehat
4. Mampu
5. Suci dari haid dan nifas (bagi kaum wanita)
6. Menetap atau bermukim

Hal-hal yang membatalkan puasa :

1. Makan minum dengan disengaja.


2. Muntah dengan disengaja.
3. Haid & nifas bagi wanita.
4. Melakukan aktivitas seksual/senggama.
5. Mabuk, gila atau pingsan.
6. Murtad.
7. Keluarnya air mani dengan sengaja.

 Filosofi puasa

1. Mengendalikan hawa nafsu.


Pada dasarnya berpuasa adalah dimana kita menahan hawa
nafsu baik menahan dari makan dan minum. Puasa juga menahan nafsu
syahwat, nafsu syahwat ini salah satu penyebab batalnya puasa dan
berkurangnya pahala pada bulan Ramadhan.
‫ضانَ اِ ْي َمانًا َواحْ تِ َسابًا ُغفِ َرلَهُ َما تَقَ َّد َم ِم ْن َذ ْنبِ ِه‬ َ ‫ َم ْن‬.
َ ‫صا َم َر َم‬

Barangsiapa yang berpuasa pada bulan Ramadhan karena iman dan


mengharap pahala (ridha Allah), maka diampuni dosa-dosanya yang
terdahulu (HR. Bukhari).

2. Mendekatkan diri kepada Allah.


Pada bulan Ramadhan pahala akan di lipat gandakan. Umat
muslim akan berlomba-lomba mencari pahala pada bulan ini. Dengan
berlomba-lombanya ini membuat kita semakin dekat dengan Allah
SWT.

3. Mensyukuri nikmat.
Dalam bulan Ramadhan ini akan membuat kita menyadari dan
mensyukuri nikmat yang selama ini Allah berikan.

4. Menjadi orang yang bertakwa.


Dengan berpuasa kita di tunjukan untuk menjadi manusia yang
bertakwa.

5. Kesehatan.
Selain bersangkutan dengan Allah, berpuasa juga memberikan
efek baik untuk tubuh kita. Berpuasa membersihkan metabolism tubuh
kita.

Banyak hikmah yang bisa kita ambil dari berpuasa. Meningkatkan


kesabaran, berpuasa mulai dari terbitnya fajar hingga terbenamnya
matahari hanyalah orang-orang yang sabar kuat menahan segala
larangan dalam berpuasa.

Melatih kedisplinan diri. Berpuasa kita harus displin mulai dari bangun
lebih awal dari biasanya untuk sahur, menyiapkan sahur, shalat 5
waktu, menahan hawa nafsu baik pada makan atau minum juga nafsu
syahwat. Juga shalat tarawih meskipun sunnah namun ada baiknya di
laksanakan untuk menambahkan pahala dalam bulan Ramadhan.

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

َّ‫ َّل إِال‬d‫ َّز َو َج‬dَ‫ا َل هَّللا ُ ع‬dَ‫ْف ق‬ ِ ‫ ْب ِع ِمائَ ِة‬d‫ا إِلَى َس‬dَ‫ ُر أَ ْمثَالِه‬d‫َش‬
ٍ ‫ع‬d‫ض‬ ْ ‫نَةُ ع‬d‫ضا َعفُ ْال َح َس‬
َ ُ‫ُكلُّ َع َم ِل اب ِْن آ َد َم ي‬
‫ر ِه‬d ْ ِ‫ع َشه َْوتَهُ َوطَ َعا َمهُ ِم ْن أَجْ لِى لِلصَّائِ ِم فَرْ َحتَا ِن فَرْ َحةٌ ِع ْن َد ف‬
ِ d‫ط‬ ُ ‫الصَّوْ َم فَإِنَّهُ لِى َوأَنَا أَجْ ِزى بِ ِه يَ َد‬
ِ ‫يح ْال ِمس‬ ْ
‫ْك‬ ِ ‫ َولَ ُخلُوفُ فِي ِه أَطيَبُ ِع ْن َد هَّللا ِ ِم ْن ِر‬.‫َوفَرْ َحةٌ ِع ْن َد لِقَا ِء َربِّ ِه‬

“Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan


dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh
ratus kali lipat. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Kecuali amalan
puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan
membalasnya. Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan
makanan karena-Ku. Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua
kebahagiaan yaitu kebahagiaan ketika dia berbuka dan kebahagiaan
ketika berjumpa dengan Rabbnya. Sungguh bau mulut orang yang
berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak kasturi.” (HR.
Bukhari no. 1904, 5927 dan Muslim no. 1151)

Beberapa hukum puasa:

1. Puasa wajib. Contoh puasa wajib yaitu puasa pada bulan


Ramadhan, puasa membayar denda, dan puasa nazar.
2. Puasa haram. Contoh puasa sunnah yaitu Hari Raya Idul Fitri,
Puasa pada hari tasyriq yaitu ke 11, 12, 13 bulan Dzulhijah, Puasa
wanita pada saat haid/ nifas( sesudah melahirkan).
3. Puasa sunnah, sangat baik jika di laksanakan contohnya adalah
puasa senin-kamis, puasa Daud, puasa 3 hari setiap bulan.
4. Puasa makruh, berpuasa yang bila dilakukan mendapat pahala,
namun jika di tinggalkan tidak dosa.
5. Puasa mubah adalah puasa yang boleh dilakukan pada hari-hari
biasa

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan

1. Keutamaan menyucikan diri dalam Islam telah tertuang dalam Qs. Al Baqarah: 125.
Suci atau Thaharah dalam islam terdiri dari dua, yakni suci dari najis dan suci dari
hadas. Tata cara bersuci dalam Islam, sebagaimana telah disebutkan sebelumnya,
secara umum dapat dilakukan dengan empat cara, yakni membersihkan lahir dari
hadas, najis, dan kelebihan-kelebihan yang ada dalam badan, membersihkan anggota
badan dari dosa-dosa, membersihkan hati dari akhlak tercela, membersihkan hati dari
selain Allah. Serta kesucian diri dalam Islam memiliki hikmah yang besar.
2. Hukum shalat dalam ilmu agama Islam sebagaimana ajaran Nabi Muhammad SAW
ada dua, yakni shalat fardhu atau shalat wajib serta shalat sunnah. Shalat fardhu
secara umum hukumnya bersifat wajib dikerjakan dan akan mendapat dosa apabila
tidak mengerjakannya. Sedangan shalat sunnah secara umum bersifat anjuran atau
tidak wajib dikerjakan, namun bagi umat muslim yang mengerjakan akan mendapat
pahala.
3. Puasa pada hakikat dan filosofinya adalah suatu aktivitas untuk menahan hawa nafsu,
tidak hanya atas kegiatan makan dan minum saja, namun menurut ajaran Islam, juga
menahan diri dari beberapa aktivitas lain yang dilakukan dengan sengaja, misalnya,
muntah, bersenggama, mabuk, hilang akal dan lain-lain.

B. Saran

1. Dalam rangka menyempurnakan ibadah dan meningkatkan ketaqwaan kepada Allah


SWT, diharapkan kepada umat muslim untuk senantiasa selalu dalam keadaan suci.
Apabila kesucian hilang disebabkan oleh beberapa hal yang telah disebutkan
sebelumnya, diharapkan kepada umat muslim untuk kembali menyucikan diri
sebelum melanjutkan aktivitas.
2. Diharapkan kepada umat muslim untuk dapat memahami hukum shalat dan senantiasa
menunaikan shalat fardhu serta shalat sunnah apabila mampu untuk mengerjakannya.
3. Diharapkan kepada umat muslim untuk dapat memahami hakikat dan filosofi puasa
serta menjalankan ibadah puasa dengan khusyuk agar mendapatkan hikmah dari puasa
yang jumlahnya tidak sedikit.
DAFTAR PUSTAKA

https://tirto.id/pengertian-thaharah-cara-hikmah-berthaharah-menurut-agama-islam-gaCy

https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5480457/pengertian-thaharah-dalam-islam-dan-
macam-macamnya

https://www.republika.co.id/berita/q4vmbm320/maknamakna-lain-shalat-yang-disebutkan-
dalam-alquran

https://id.wikipedia.org/wiki/Shalat

https://tafsirweb.com/4077-quran-surat-ibrahim-ayat-31.html

https://kalam.sindonews.com/surah/70/al-maarij

https://tafsirq.com/19-maryam/ayat-59

https://www.liputan6.com/quran/al-ankabut/45

15 Hadis Tentang Ramadhan yang Membuat Ibadah Puasamu Bersemangat | Dream.co.id

Puasa adalah: Pengertian, Hikmah, Syarat, Rukun, Hukum, Macam (pakdosen.co.id)

Filosofi Puasa (gontor.ac.id)

7 Filosofi Puasa Ramadan Bagi Umat Islam, Ajang Mendekatkan Diri Kepada Allah SWT -
Ramadan Liputan6.com

Anda mungkin juga menyukai