FIQH THAHARAH
(Mandi Wajib, Berwudhu, & Tayamum)
Abstract: Fiqh thaharah is a branch of fiqh that discusses the rules and procedures for purification or
cleaning oneself from impurity in Islam. Fiqh Taharah is very important in the life of a Muslim, because
cleaning oneself from uncleanness is one of the conditions that must be met before performing worship,
such as praying, fasting, and so on. The research method that we can use to examine articles about fiqh
thaharah is the descriptive method. This method aims to provide a clear picture of the concept of fiqh
thaharah.
Keywords:
Thaharah, janabat bath, wudhu, tayamum
Abstrak: Fiqh thaharah adalah cabang ilmu fiqh yang membahas tentang aturan-aturan dan
tata cara bersuci atau membersihkan diri dari najis dalam Islam. fiqh thaharah sangat penting
dalam kehidupan seorang Muslim, karena membersihkan diri dari najis adalah salah satu syarat
yang harus dipenuhi sebelum melakukan ibadah, seperti sholat, puasa, dan lain sebagainya.
Metode penelitian yang dapat kita lakukan untuk meneliti artikel tentang fiqih thaharah adalah
Metode deskriptif, Metode ini bertujuan untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai
konsep fiqih thaharah.
Kata Kunci:
Thaharah, Mandi Wajib, Wudhu, Tayamum
DOI: https://doi.org/10.15575/ath.xxx.xxx
Received: 03, 2023. Accepted: 03, 2023. Published: 03, 2023.
1
Fiqh Thaharah
PENDAHULUAN
Fiqh thaharah adalah cabang ilmu fiqh yang membahas tentang aturan-
aturan dan tata cara bersuci atau membersihkan diri dari najis dalam Islam.
Secara etimologi, kata "thaharah" berasal dari bahasa Arab yang berarti "bersih"
atau "murni". Oleh karena itu, fiqh thaharah sangat penting dalam kehidupan
seorang Muslim, karena membersihkan diri dari najis adalah salah satu syarat
yang harus dipenuhi sebelum melakukan ibadah, seperti sholat, puasa, dan lain
sebagainya.
Fiqh thaharah meliputi berbagai macam topik, mulai dari jenis-jenis najis
dan cara membersihkannya, hingga tata cara wudhu dan mandi wajib. Dalam
fiqh thaharah, juga dibahas tentang penggunaan air dalam membersihkan diri,
sebab air dianggap sebagai bahan pembersih yang paling utama dalam Islam.
Selain itu, fiqh thaharah juga membahas tentang kondisi-kondisi yang
mempengaruhi kesahihan suatu wudhu atau mandi, serta hukum-hukum yang
terkait dengan najis dan membersihkannya.
Dalam artikel ini, kami menggunakan beberapa tujuan penelitian skripsi
yang dilakukan oleh mahasiswa UIN Alauddin Makassar mengenai fiqh
thaharah. Adapun tujuan penelitian ini yaitu, untuk mengetahui pengetahuan
thaharah, pengamalan thaharah, dan kendala-kendala saat thaharah pada
masyarakat tani Dusun Ma’lengu Kecamatan Bontolempangan Kabupaten
Gowa.
Terkait dengan judul dalam artikel ini, bagi peneliti dan penulis ini
merupakan sesuatu yang sangat penting untuk diteliti dan diketahui, karena
persoalan thaharah erat hubungannya dengan pelaksanaan ibadah. Salat adalah
salah satu ibadah yang paling sering dilaksanakan terutama salat wajib lima
waktu, namun pada pelaksanaannya salat tersebut tidak sah kecuali sebelumnya
seluruh keadaan, pakaian, badan, tempat dan sebagainya dalam keadaan bersih
dan suci, baik suci dari hadas besar, maupun hadas kecil, dan najis. Untuk itu,
thaharah tidak hanya cukup untuk diketahui, tetapi juga harus dipraktekkan
secara benar. Dalam kenyataannya, ada sebagian umat Islam yang masih kurang
tepat dalam melakukan praktek thaharah. Entah karena kurangnya pengetahuan
atau semata-mata salah dalam pelaksanaannya.
Oleh karena itu, pemahaman yang baik tentang fiqh thaharah sangat
penting bagi setiap Muslim, karena hal ini berkaitan langsung dengan ibadah
sehari-hari. Dengan memahami fiqh thaharah dengan baik, seseorang akan
dapat menjaga kebersihan fisik dan spiritualnya, serta memperoleh keberkahan
dalam setiap ibadah yang dilakukan.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang dapat kita lakukan untuk meneliti artikel tentang fiqih
thaharah adalah Metode deskriptif, Metode ini bertujuan untuk memberikan
gambaran yang jelas mengenai konsep fiqih thaharah. Metode ini dilakukan
dengan cara mengumpulkan data dari berbagai sumber, baik berupa buku,
artikel, atau sumber lainnya, kemudian data tersebut dapat kita uraikan dan
dianalisis.
1) Hadas Kecil
Hadas kecil adalah keadaan tidak suci pada diri seorang
muslim yang dapat disucikan dengan berwudhu atau tayamum
pada keadaan tertentu. Dalam keadaan apa yang dapat membuat
seseorang mengalami hadas kecil? Seseorang dapat disebut
berhadas kecil apabila mengalami keadaan-keadaan berikut.
2) Hadas Besar
Apa itu hadas besar? Hadas besar adalah keadaan tidak suci
pada diri seorang muslim yang dapat disucikan dengan mandi
junub atau mandi besar. Akan tetapi, jika tidak ada air atau sebab
tertentu dapat diganti tayamum. Keadaan yang dapat
menyebabkan seseorang berhadas besar sebagai berikut.
a. Keluar mani baik karena mimpi atau hal yang lain bagi laki-laki
Haid (menstruasi) bagi perempuan
b. Melahirkan (wiladah) yaitu darah yang keluar saat seorang
perempuan melahirkan
c. Nifas yaitu darah yang keluar setelah seorang perempuan
melahirkan
d. Melakukan hubungan suami istri
e. Meninggal dunia kecuali bagi orang yang syahid
1) Najis Mukhoffafah
Najis mukhoffafah adalah najis yang ringan, seperti air
kencing bayi laki-laki yang belum berumur dua tahun dan belum
makan apapun kecuali air susu ibu. Cara mensucikannya cukup
dengan memercikkan air pada benda atau tempat yang terkena
najis tersebut.
2) Najis Mutawasitoh
Najis mutawasitoh yaitu najis sedang. Najis ini dibagi dua
macam yaitu najis mutawasitoh hukmiyah dan najis mutawasitoh
3) Najis Mughollazoh
Najis mugholladzoh berarti najis yang berat. Cara
mensucikannya secara bertahap yaitu dengan membasuh sebayak
tujuh kali, satu kali diantaranya menggunakan air yang dicampur
dengan tanah yang suci. Contoh najis mugholladzoh terdapat pada
anjing dan babi. Adapun yang berasal dari anjing dan babi seperti
air liur, daging, darah, air kencing, bulu, kotorannya.
C. Macam-Macam Air
1. Air Suci dan Menyucikan
Air suci menyucikan adalah air yang turun dari langit ataupun
bersumber dari bumi dan belum berubah sebagian sifat-sifatnya
dengan sesuatu yang merubah kesuciannya seperti air hujan, air laut,
air sungai, air es, dan air embun. Air ini disebut dengan air mutlak.
Di sini kita melihat bahwa apa yang dihasilkan oleh alam adalah
air yang masuk dalam kategori air dengan peringkat tertinggi yaitu
suci menyucikan.
Allah Swt berfirman dalam surat Al-Anfal ayat 11:
Artinya:….”Dan Allah menurunkan kepadamu hujan dari langit
untuk mensucikan kamu dengan hujan itu dan menghilangkan dari
kamu gangguan-gangguan syaitan dan untuk menguatkan hatimu
dan memperteguh dengannya telapak kaki(mu).” (Q.S. Al-Anfal: 11)
3. Air Najis
Air najis dibagi menjadi dua bagian:
a. Air baik sedikit ataupun banyak yang tertimpa najis sehingga
berubah salah satu dari sifatnya baik bau, rasa, ataupun
warnanya.
b. Air sedikit yaitu yang kurang dari dua qulah dan tertimpa najis
walaupun tak berubah salah satu dari sifatnya baik itu bau,
rasa, ataupun warnanya.
1. Mandi Wajib
Mandi atau al-guslu berarti perbuatan yang dikerjakan oleh
seseorang dengan cara mengguyurkan/menyiramkan air ke
seluruh badannya disertai dengan menggosoknya. Adapun alat
pembersih yang berupa sabu atau sampo jika dihubungkan dengan
mandi dalam istilah fikih disebut al-ghislu. Sedangkan media yang
digunakan seperti air dalam kaitan ini disebut al-ghaslu.
2. Wudhu
Kata wudhu dalam bahasa arab berarti membersihkan.
Secara istilah yaitu cara bersuci untuk menghilangkan hadas
c. Ketentuan ber-wudhu
Ketentuan ber-wudhu meliputi syarat-syarat wudhu, rukun
wudhu, sunnah-sunnah wudhu dan hal –hal yang membatalkan
wudhu. Ketentuan-ketentuan tersebut harus diperhatikan agar
wudhu kita menjadi sah. Syarat-syarat ber-wudhu diantaranya
menggunakan air yang suci dan mensucikan, membasuh semua
anggota wudhu, orang yang ber-wudhu hendaknya memahami
rukun dan ketentuan wudhu dengan baik dan lain sebagainya.
Adapun rukun ber-wudhu yaitu niat, membasuh muka,
membasuh kedua tangan hingga siku, mengusap sebagian kepala,
membasuh kedua kaki hingga mata kaki serta tertib. Bagaimana
hukum wudhu jika salah satu rukun tersebut tertinggal? Jika salah
satu rukun tidak dilaksanakan maka wudhu tidak sah. Selain
syarat-syarat dan rukun wudhu terdapat sunnah wudhu.
Bagaimana hukum ber-wudhu seseorang jika meninggalkan sunah
wudhu? Jika seseorang meninggalkan sunnah wudhu, wudhu-nya
tetap sah. Sunnah wudhu dilakukan agar wudhu kita akan
semakin sempurna.
Sunnah-sunnah wudhu terdapat tiga bagian yaitu sunnah
sebelum ber-wudhu, sunnah saat ber-wudhu dan sunnah setelah
ber-wudhu.
1) Sunnah sebelum ber-wudhu yaitu membaca basmallah,
mencuci telapak tangan sampai pergelangan, berkumurkumur
serta istinsyaq (memasukkan air ke dalam hidung) dan istinsyar
(mengeluarkan air dari hidung).
2) Sunnah saat ber-wudhu yaitu menyapu kedua telinga,
menyela-nyela jenggot yang tebal, menyela-nyela jari tangan
dan jari kaki, mengusap dan membasuh anggota wudhu
sebanyak tiga kali, mendahulukan anggota wudhu bagian
kanan, tidak menyela rukun wudhu dengan pekerjaan lain serta
melebihkan batas anggota yang dibasuh atau diusap.
3) Sunnah setelah ber-wudhu yaitu berdoa dan melaksanakan
sholat sunnah wudhu (sholat syukrul wudhu).
Ketika seseorang ber-wudhu menjadi batal karena
keadaan tertentu. Perkara yang membatalkan wudhu
sebagaimana perkara yang menyebabkan seseorang berhadas
kecil yang telah dijelaskan didepan.
3. Tayamum
Arti tayamum menurut Muhammad bin Ali bin
Muhammad Al-Syaukani menjelaskan:
Tayamum menurut arti bahasa ialah bermaksud
(menyengaja). Sementara arti tayamum menurut syara ialah
bermaksud menggunakan tanah (debu) untuk mengusap muka
dan kedua telapak tangan dengan niat untuk melaksanakan
salat dan selainnya.
g. Kewajiban Tayamum
Yang termasuk fardhu tayamum adalah:
a. Niat melaksanakan tayamum di dalam hati.
b. Menepukkan/menempelkan kedua telapak tangan ke tempat
yang berdebu (suci).
c. Mengusap seluruh wajah termasuk janggut.
d. Mengusap dua tangan sampai ke pergelangan.
SIMPULAN
Fiqh thaharah adalah cabang ilmu fiqh yang membahas tentang aturan-
aturan dan tata cara bersuci atau membersihkan diri dari najis dalam Islam. fiqh
thaharah sangat penting dalam kehidupan seorang Muslim, karena
membersihkan diri dari najis adalah salah satu syarat yang harus dipenuhi
sebelum melakukan ibadah, seperti sholat, puasa, dan lain sebagainya.
Fiqh thaharah meliputi berbagai macam topik, mulai dari jenis-jenis najis
dan cara membersihkannya, hingga tata cara wudhu dan mandi wajib. Selain itu,
fiqh thaharah juga membahas tentang kondisi-kondisi yang mempengaruhi
kesahihan suatu wudhu atau mandi, serta hukum-hukum yang terkait dengan
najis dan membersihkannya.
Salah satu syarat sah suatu ibadah adalah benar tidaknya thaharah
dilakukan. Oleh karenanya, thaharah sangat penting untuk dipelajari. Dalam Al-
Qur’an pun banyak disebut, ini dapat diartikan betapa besarnya peran thaharah
dalam aktivitas kita.
REFERENSI