Anda di halaman 1dari 12

ATTHULAB:

Islamic Religion Teaching & Learning Journal


Volume 10 Nomor 7 Tahun 2023
http://journal.uinsgd.ac.id./index.php/atthulab/

FIQH THAHARAH
(Mandi Wajib, Berwudhu, & Tayamum)

Januar Adrian Sutisna1), Kirana Salsabila2), dan Nafisa Adzkiya Faza3)


UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Soekarno-Hatta, Cimencrang, Kec. Gedebage, Kota. Bandung, Indonesia, 40614
1)Email:januaradrian01@gmail.com
2)Email:kiranasalsa08@gmail.com
3)Email: nafisaadzki@gmail.com

Abstract: Fiqh thaharah is a branch of fiqh that discusses the rules and procedures for purification or
cleaning oneself from impurity in Islam. Fiqh Taharah is very important in the life of a Muslim, because
cleaning oneself from uncleanness is one of the conditions that must be met before performing worship,
such as praying, fasting, and so on. The research method that we can use to examine articles about fiqh
thaharah is the descriptive method. This method aims to provide a clear picture of the concept of fiqh
thaharah.
Keywords:
Thaharah, janabat bath, wudhu, tayamum

Abstrak: Fiqh thaharah adalah cabang ilmu fiqh yang membahas tentang aturan-aturan dan
tata cara bersuci atau membersihkan diri dari najis dalam Islam. fiqh thaharah sangat penting
dalam kehidupan seorang Muslim, karena membersihkan diri dari najis adalah salah satu syarat
yang harus dipenuhi sebelum melakukan ibadah, seperti sholat, puasa, dan lain sebagainya.
Metode penelitian yang dapat kita lakukan untuk meneliti artikel tentang fiqih thaharah adalah
Metode deskriptif, Metode ini bertujuan untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai
konsep fiqih thaharah.

Kata Kunci:
Thaharah, Mandi Wajib, Wudhu, Tayamum

DOI: https://doi.org/10.15575/ath.xxx.xxx
Received: 03, 2023. Accepted: 03, 2023. Published: 03, 2023.

1
Fiqh Thaharah

PENDAHULUAN
Fiqh thaharah adalah cabang ilmu fiqh yang membahas tentang aturan-
aturan dan tata cara bersuci atau membersihkan diri dari najis dalam Islam.
Secara etimologi, kata "thaharah" berasal dari bahasa Arab yang berarti "bersih"
atau "murni". Oleh karena itu, fiqh thaharah sangat penting dalam kehidupan
seorang Muslim, karena membersihkan diri dari najis adalah salah satu syarat
yang harus dipenuhi sebelum melakukan ibadah, seperti sholat, puasa, dan lain
sebagainya.
Fiqh thaharah meliputi berbagai macam topik, mulai dari jenis-jenis najis
dan cara membersihkannya, hingga tata cara wudhu dan mandi wajib. Dalam
fiqh thaharah, juga dibahas tentang penggunaan air dalam membersihkan diri,
sebab air dianggap sebagai bahan pembersih yang paling utama dalam Islam.
Selain itu, fiqh thaharah juga membahas tentang kondisi-kondisi yang
mempengaruhi kesahihan suatu wudhu atau mandi, serta hukum-hukum yang
terkait dengan najis dan membersihkannya.
Dalam artikel ini, kami menggunakan beberapa tujuan penelitian skripsi
yang dilakukan oleh mahasiswa UIN Alauddin Makassar mengenai fiqh
thaharah. Adapun tujuan penelitian ini yaitu, untuk mengetahui pengetahuan
thaharah, pengamalan thaharah, dan kendala-kendala saat thaharah pada
masyarakat tani Dusun Ma’lengu Kecamatan Bontolempangan Kabupaten
Gowa.
Terkait dengan judul dalam artikel ini, bagi peneliti dan penulis ini
merupakan sesuatu yang sangat penting untuk diteliti dan diketahui, karena
persoalan thaharah erat hubungannya dengan pelaksanaan ibadah. Salat adalah
salah satu ibadah yang paling sering dilaksanakan terutama salat wajib lima
waktu, namun pada pelaksanaannya salat tersebut tidak sah kecuali sebelumnya
seluruh keadaan, pakaian, badan, tempat dan sebagainya dalam keadaan bersih
dan suci, baik suci dari hadas besar, maupun hadas kecil, dan najis. Untuk itu,
thaharah tidak hanya cukup untuk diketahui, tetapi juga harus dipraktekkan
secara benar. Dalam kenyataannya, ada sebagian umat Islam yang masih kurang
tepat dalam melakukan praktek thaharah. Entah karena kurangnya pengetahuan
atau semata-mata salah dalam pelaksanaannya.
Oleh karena itu, pemahaman yang baik tentang fiqh thaharah sangat
penting bagi setiap Muslim, karena hal ini berkaitan langsung dengan ibadah
sehari-hari. Dengan memahami fiqh thaharah dengan baik, seseorang akan
dapat menjaga kebersihan fisik dan spiritualnya, serta memperoleh keberkahan
dalam setiap ibadah yang dilakukan.

METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang dapat kita lakukan untuk meneliti artikel tentang fiqih
thaharah adalah Metode deskriptif, Metode ini bertujuan untuk memberikan
gambaran yang jelas mengenai konsep fiqih thaharah. Metode ini dilakukan
dengan cara mengumpulkan data dari berbagai sumber, baik berupa buku,
artikel, atau sumber lainnya, kemudian data tersebut dapat kita uraikan dan
dianalisis.

2 Atthulab: Islamic Religion Teaching & Learning Journal 10 (7) 2023.


Januar Adrian S, Kirana Salsabila, dan Nafisa Adzkiya F

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pengertian Thaharah (Bersuci)


Thaharoh berasal dari bahasa arab yang berarti bersuci. Bersuci
dilakukan untuk mensucikan diri dari hadas dan najis. Istilah ini
kemudian digunakan dalam keseharian sebagai kegiatan bersuci.
Kegiatan bersuci dari najis ini meliputi menyucikan badan, pakaian,
tempat, dan lingkungan yang menjadi tempat segala aktifitas kita.
Thaharah menurut bahasa artinya “bersih” Sedangkan menurut istilah
syara’ thaharah adalah bersih dari hadas dan najis. Selain itu juga,
thaharah dapat diartikan dalam mengerjakan pekerjaan yang
membolehkan shalat, berupa wudhu, mandi besar, tayamum, dan
menghilangkan najis.

Namun yang dimaksud disini tentu bukan semata tentang


kebersihan. Thaharah dalam istilah para ahli fiqih adalah:
 Mencuci anggota tubuh tertentu dengan cara tertentu.
 Mengangkat hadast dan menghilangkan najis.

Perintah thaharoh (bersuci) dijelaskan Allah SWT dalam Alquran,


salah satu dalil dalam Alquran yang dapat kita ketahui sebagai berikut:
Dalil pertama :

Artinya: …. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang


bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri. (Qs. Al-
Baqarah [2] : 222)
Dalil kedua :

Atthulab: Islamic Religion Teaching & Learning Journal 10 (7) 2023. 3


Fiqh Thaharah

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak


mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai
dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan
kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu
sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus)
atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka
bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan
tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu,
tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-
Nya bagimu, supaya kamu bersyukur. (Qs. Al-Maidah [5] : 6)

Thaharah menduduki masalah penting dalam Islam. Boleh


dikatakan bahwa tanpa adanya thaharah, ibadah kita kepada Allah SWT
tidak akan diterima. Sebab beberapa ibadah utama mensyaratkan
thaharah secara mutlak. Tanpa thaharah, ibadah tidak sah. Bila ibadah
tidak sah, maka tidak akan diterima Allah. Kalau tidak diterima Allah,
maka konsekuensinya adalah kesia-siaan.

B. Macam-Macam Thaharah (Bersuci)


Setelah kita mengetahui pengertian dari thaharah itu sendiri.
Selanjutnya, kita akan mengetahui macam-macam kegiatan thaharah
(bersuci). Ada beberapa macam thaharah (bersuci) yaitu bersuci dari
hadas dan bersuci dari najis.

a. Thaharah (bersuci) dari Hadas


Hadas secara bahasa berarti peristiwa. Secara istilah hadas
yaitu keadaan tidak suci pada diri seorang muslim yang menyebabkan
ia tidak diperbolehkan beribadah. Hadas juga terbagi menjadi dua
macam, yaitu hadas besar dan hadas kecil.

1) Hadas Kecil
Hadas kecil adalah keadaan tidak suci pada diri seorang
muslim yang dapat disucikan dengan berwudhu atau tayamum
pada keadaan tertentu. Dalam keadaan apa yang dapat membuat
seseorang mengalami hadas kecil? Seseorang dapat disebut
berhadas kecil apabila mengalami keadaan-keadaan berikut.

a. Keluar sesuatu dari dua jalan/lubang yaitu qubul dan dubur


seperti buang air kecil, buang air besar dan buang angin
b. Hilang akal seperti mabuk, gila, pingsan, dan tidur
c. Bersentuhan kulit dengan lawan jenis yang bukan mahrom tanpa
ada batas yang menghalanginya
d. Menyentuh kemaluan (qubul atau dubur) dengan telapak tangan

4 Atthulab: Islamic Religion Teaching & Learning Journal 10 (7) 2023.


Januar Adrian S, Kirana Salsabila, dan Nafisa Adzkiya F

Menurut jumhur ulama, seseorang yang dalam keadaan


berhadas kecil harus segera bersuci. Saat seseorang yang
mempunyi hadas kecil tidak boleh melakukan ibadah-ibadah
tertentu. Apa saja ibadah yang tidak boleh dilakukan saat
seseorang berhadas kecil? Ibadah ibadah tersebut yaitu:

a. Memegang (menyentuh) mushaf Al-Qur’an dan membawanya


(kecuali yang disertai barang lain yang lebih banyak mengandung
huruf misalnya, tafsir atau terjemahan Al-Qur’an)
b. Melaksanakan sholat, baik sholat fardu maupun sunnah
c. Melaksanakan towafsaat sedang beribadah haji

2) Hadas Besar
Apa itu hadas besar? Hadas besar adalah keadaan tidak suci
pada diri seorang muslim yang dapat disucikan dengan mandi
junub atau mandi besar. Akan tetapi, jika tidak ada air atau sebab
tertentu dapat diganti tayamum. Keadaan yang dapat
menyebabkan seseorang berhadas besar sebagai berikut.

a. Keluar mani baik karena mimpi atau hal yang lain bagi laki-laki
Haid (menstruasi) bagi perempuan
b. Melahirkan (wiladah) yaitu darah yang keluar saat seorang
perempuan melahirkan
c. Nifas yaitu darah yang keluar setelah seorang perempuan
melahirkan
d. Melakukan hubungan suami istri
e. Meninggal dunia kecuali bagi orang yang syahid

b. Thaharah (bersuci) dari Najis


Najis secara bahasa artinya kotor. Secara istilah adalah najis
adalah kotoran yang menjadi sebab terhalangnya seseorang untuk
beribadah kepada Allah. Bersuci dari najis yaitu bagaimana
membersihkan sesuatu dari najis. Najis terbagi menjadi tiga yaitu najis
mukhoffafah, najis mutawasitoh, dan najis mugholladzoh.

1) Najis Mukhoffafah
Najis mukhoffafah adalah najis yang ringan, seperti air
kencing bayi laki-laki yang belum berumur dua tahun dan belum
makan apapun kecuali air susu ibu. Cara mensucikannya cukup
dengan memercikkan air pada benda atau tempat yang terkena
najis tersebut.

2) Najis Mutawasitoh
Najis mutawasitoh yaitu najis sedang. Najis ini dibagi dua
macam yaitu najis mutawasitoh hukmiyah dan najis mutawasitoh

Atthulab: Islamic Religion Teaching & Learning Journal 10 (7) 2023. 5


Fiqh Thaharah

'ainiyah. Najis mutawasitoh hukmiyah adalah najis yang diyakini


ada tapi tidak nyata wujudnya. Cara mensucikannya adalah cukup
dengan mengalirkan air pada benda atau tempat yang terkena
najis. Sedangkan najis mutawasitoh 'ainiyah adalah najis yang
tampak wujudnya dan bisa diketahui melalui bau maupun
rasanya. Cara mensucikannya dengan menghilangkan wujud, rasa,
warna, dan baunya menggunakan air suci. Contoh najis
mutawasitoh yaitu darah, nanah, bangkai binatang, air kencing,
dan lain sebagainya.

3) Najis Mughollazoh
Najis mugholladzoh berarti najis yang berat. Cara
mensucikannya secara bertahap yaitu dengan membasuh sebayak
tujuh kali, satu kali diantaranya menggunakan air yang dicampur
dengan tanah yang suci. Contoh najis mugholladzoh terdapat pada
anjing dan babi. Adapun yang berasal dari anjing dan babi seperti
air liur, daging, darah, air kencing, bulu, kotorannya.

C. Macam-Macam Air
1. Air Suci dan Menyucikan
Air suci menyucikan adalah air yang turun dari langit ataupun
bersumber dari bumi dan belum berubah sebagian sifat-sifatnya
dengan sesuatu yang merubah kesuciannya seperti air hujan, air laut,
air sungai, air es, dan air embun. Air ini disebut dengan air mutlak.
Di sini kita melihat bahwa apa yang dihasilkan oleh alam adalah
air yang masuk dalam kategori air dengan peringkat tertinggi yaitu
suci menyucikan.
Allah Swt berfirman dalam surat Al-Anfal ayat 11:
Artinya:….”Dan Allah menurunkan kepadamu hujan dari langit
untuk mensucikan kamu dengan hujan itu dan menghilangkan dari
kamu gangguan-gangguan syaitan dan untuk menguatkan hatimu
dan memperteguh dengannya telapak kaki(mu).” (Q.S. Al-Anfal: 11)

2. Air Suci Yang Tidak Menyucikan


Air suci yang tidak menyucikan ada tiga macam:
a. Air suci dan tercampur dengan sesuatu yang suci seperti gula
ataupun madu dan lain sebagainya.
b. Air musta’mal yang sedikit (yaitu kurang dari dua
qulah/kurang lebih 60 cm3) yang telah dipakai untuk
menghilangkan hadast ataupun najis.
c. Air yang keluar dari tumbuhan yang ada di bumi seperti dari
buah seperti buah kelapa dan lain sebagainya.

6 Atthulab: Islamic Religion Teaching & Learning Journal 10 (7) 2023.


Januar Adrian S, Kirana Salsabila, dan Nafisa Adzkiya F

3. Air Najis
Air najis dibagi menjadi dua bagian:
a. Air baik sedikit ataupun banyak yang tertimpa najis sehingga
berubah salah satu dari sifatnya baik bau, rasa, ataupun
warnanya.
b. Air sedikit yaitu yang kurang dari dua qulah dan tertimpa najis
walaupun tak berubah salah satu dari sifatnya baik itu bau,
rasa, ataupun warnanya.

D. Tata Cara Thaharah

1. Mandi Wajib
Mandi atau al-guslu berarti perbuatan yang dikerjakan oleh
seseorang dengan cara mengguyurkan/menyiramkan air ke
seluruh badannya disertai dengan menggosoknya. Adapun alat
pembersih yang berupa sabu atau sampo jika dihubungkan dengan
mandi dalam istilah fikih disebut al-ghislu. Sedangkan media yang
digunakan seperti air dalam kaitan ini disebut al-ghaslu.

a. Hal-Hal Yang Mewajibkan Mandi Wajib


Mandi janabat diwajibkan karena tiga hal:
a) Keluar mani baik laki-laki maupun perempuan waktu tidur
ataupun terjaga. Hal ini berdasarkan pada sabda Nabi Saw,
riwayat Muslim:

Artinya: “Dari Abu Sa’id Al-Khudri Ra. Ia berkata,


Rasulullah Saw. Bersabda, “Air itu karena air (wajibnya
mandi karena keluar nya air mani).”

b) Bersenggama yaitu memasukkan kelamin pria pada


kelamin wanita sekalipun tidak mencapai ejakulasi. Hal ini
berdasarkan pada sabda Rasulullah Saw:

Artinya: “Bila seseorang lelaki duduk diantara empat


potongan tubuh wanita (dua tangan dan dua kaki) dan
tempat khitan (laki-laki) bertemu tempat khitan (wanita)
maka sungguh wajib mandi meskipun ia tidak
mengeluarkan mani.”

Atthulab: Islamic Religion Teaching & Learning Journal 10 (7) 2023. 7


Fiqh Thaharah

c) Terhentinya darah haid dan nifas, berdasar pada firman


Allah QS. Al-Baqarah (2) : 222. Termasuk dalam hal ini
adalah wiladah atau melahirkan tanpa mengeluarkan
darah.

b. Tata Cara Mandi Wajib


Cara-cara mandi janabat yang dicontohkan atau selalu
dilakukan oleh Rasulullah Saw, sebagai berikut:
Aisyah mengatakan Nabi Saw. bila mandi disebabkan
janabat mulai dengan mencuci kedua tangan, lalu menuangkan air
dengan tangan yang kanan ke tangan yang kirinya dan mencud
farajnya, lalu berwudhu seperti (berwudhu) ketika mau salat, lalu
menuangkan air dan dimasuk-masukkan jari-jarinya ke dalam urat
rambut hingga terasa air itu telah membasahi kulit. Lalu menyiram
kepala sebanyak tiga kali, kemudian dituangkannya ke seluruh
tubuhnya kemudian mencuci kedua kakinya. (HR Muslim)
Maimunah berkata: Saya sediakan bagi Nabi Saw. air untuk
bersua air itu dituangkannya pada kedua tangannya dan
dibasuhnya dua atau tiga kali. Setelah itu dituangkannya air
dengan tangan kanan ke tangan kirinya lalu membasuh farajnya
dan menggosokkan tangannya dengan tangan lalu berkumur-
kumur dan memasukan air ke hidung dan mengeluarkannya.
Setelah itu dibasuh kepalanya tiga kali, diratakannya air ke seluruh
tubuhnya. Lalu ia melangkah ke belakang dari tempat berdirinya
dan membasuh kedua telapak kakinya. Maimunah berkata: Maka
kubawakan untuknya guntingan kain tetapi tidak diperlukannya,
dan ditimbakan air dengan tangannya. (HR Bukhari)
Berdasarkan hadis di atas, maka pada mandi wajib
disunatkan untuk mulai dengan: (1) mencuci kedua belah tangan,
(2) membasuh alat kelamin, (3) berwudhu secara sempuma, (4)
menuangkan air ke atas kepala tiga kali disertai menggosok-
gosokkan jari di sela-sela rambut sampai menembus kulit kepala,
(5) mengalirkan air ke seluruh tubuh. Sedangkan untuk wanita ada
cara lain berdasarkan pada hadis yang diterima dari Aisah r.a.

Selain mandi wajib, terdapat juga mandi sunah juga


diantaranya yaitu: (1) mandi pada hari jum’at, (2) mandi pada dua
hari raya (idul fitri dan idul adha), (3) mandi bagi orang yang
memandikan mayat, (4) mandi ihram, mandi ketika mau berihram
(niat haji dan umrah), (5) mandi ketika hendak wukuf di Arafah.

2. Wudhu
Kata wudhu dalam bahasa arab berarti membersihkan.
Secara istilah yaitu cara bersuci untuk menghilangkan hadas

8 Atthulab: Islamic Religion Teaching & Learning Journal 10 (7) 2023.


Januar Adrian S, Kirana Salsabila, dan Nafisa Adzkiya F

kecil sebelum melakukan ibadah yang wajib dilakukan dalam


keadaan suci. Kita menjadi muslim memang harus berwudhu
ketika hendak melaksanakan sholat. Jika kita melaksanakan
sholat dalam keadaan berhadas, maka hukumnya tidak sah.
Selain melaksanakan sholat, ber-wudhu dilakukan ketika
seseorang hendak membaca Al-Qur’an dan thowaf. Ber-wudhu
memiliki ketentuan dan tata cara tertentu yang harus dipenuhi.

c. Ketentuan ber-wudhu
Ketentuan ber-wudhu meliputi syarat-syarat wudhu, rukun
wudhu, sunnah-sunnah wudhu dan hal –hal yang membatalkan
wudhu. Ketentuan-ketentuan tersebut harus diperhatikan agar
wudhu kita menjadi sah. Syarat-syarat ber-wudhu diantaranya
menggunakan air yang suci dan mensucikan, membasuh semua
anggota wudhu, orang yang ber-wudhu hendaknya memahami
rukun dan ketentuan wudhu dengan baik dan lain sebagainya.
Adapun rukun ber-wudhu yaitu niat, membasuh muka,
membasuh kedua tangan hingga siku, mengusap sebagian kepala,
membasuh kedua kaki hingga mata kaki serta tertib. Bagaimana
hukum wudhu jika salah satu rukun tersebut tertinggal? Jika salah
satu rukun tidak dilaksanakan maka wudhu tidak sah. Selain
syarat-syarat dan rukun wudhu terdapat sunnah wudhu.
Bagaimana hukum ber-wudhu seseorang jika meninggalkan sunah
wudhu? Jika seseorang meninggalkan sunnah wudhu, wudhu-nya
tetap sah. Sunnah wudhu dilakukan agar wudhu kita akan
semakin sempurna.
Sunnah-sunnah wudhu terdapat tiga bagian yaitu sunnah
sebelum ber-wudhu, sunnah saat ber-wudhu dan sunnah setelah
ber-wudhu.
1) Sunnah sebelum ber-wudhu yaitu membaca basmallah,
mencuci telapak tangan sampai pergelangan, berkumurkumur
serta istinsyaq (memasukkan air ke dalam hidung) dan istinsyar
(mengeluarkan air dari hidung).
2) Sunnah saat ber-wudhu yaitu menyapu kedua telinga,
menyela-nyela jenggot yang tebal, menyela-nyela jari tangan
dan jari kaki, mengusap dan membasuh anggota wudhu
sebanyak tiga kali, mendahulukan anggota wudhu bagian
kanan, tidak menyela rukun wudhu dengan pekerjaan lain serta
melebihkan batas anggota yang dibasuh atau diusap.
3) Sunnah setelah ber-wudhu yaitu berdoa dan melaksanakan
sholat sunnah wudhu (sholat syukrul wudhu).
Ketika seseorang ber-wudhu menjadi batal karena
keadaan tertentu. Perkara yang membatalkan wudhu
sebagaimana perkara yang menyebabkan seseorang berhadas
kecil yang telah dijelaskan didepan.

Atthulab: Islamic Religion Teaching & Learning Journal 10 (7) 2023. 9


Fiqh Thaharah

d. Tata cara ber-wudhu


Tata cara ber-wudhu berikut dan bandingkan tata cara ber-
wudhu yang biasa kamu lakukan.
1) Niat ber-wudhu untuk menghilangkan hadas kecil. Niat dapat
dilafalkan atau dibaca dalam hati.
2) Mencuci kedua telapak tangan sampai pergelangan dengan
membaca basmallah. Ketika mencuci telapak tangan diimulai
dari tangan kanan serta menyela-nyela jari tangan.
3) Berkumur-kumur.
4) Membersihkan hidung dengan cara istinsyaq (memasukkan air
ke dalam hidung) dan istinsyar (mengeluarkan air dari hidung)
5) Membasuh muka.
6) Membasuh kedua tangan sampai siku.
7) Mengusap sebagian kepala atau seluruh kepala.
8) Mengusap kedua telinga.
9) Membasuh kedua kaki sampai mata kaki.
10) Berdoa setelah wudhu. Doa setelah wudhu sebagai berikut.

Artinya: “Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah


dan tidak ada yang menyekutukan-Nya. Aku bersaksi bahwa
Nabi Muhammad adalah hamba-Nya. Ya Allah, jadikanlah aku
termasuk golongan orang yang ahli bertaubat, jadikanlah aku
termasuk golongan orang yang bersuci, dan jadikanlah aku
termasuk golongan orang-orang sholeh.”

3. Tayamum
Arti tayamum menurut Muhammad bin Ali bin
Muhammad Al-Syaukani menjelaskan:
Tayamum menurut arti bahasa ialah bermaksud
(menyengaja). Sementara arti tayamum menurut syara ialah
bermaksud menggunakan tanah (debu) untuk mengusap muka
dan kedua telapak tangan dengan niat untuk melaksanakan
salat dan selainnya.

e. Sebab-Sebab Dibolehkan Tayamum


Allah Swt. tidak membebani manusia dengan beban yang
berat tetapi Allah memberi kemudahan-kemudahan bagi manusia
untuk menjalankan ibadah kepada-Nya. Tayamum dibolehkan

10 Atthulab: Islamic Religion Teaching & Learning Journal 10 (7) 2023.


Januar Adrian S, Kirana Salsabila, dan Nafisa Adzkiya F

sebagai pengganti wudhu dan mandi bagi orang yang ber-hadats


kecil dan besar.
Yang menyebabkan orang boleh tayamum adalah:
a. Bila seseorang tidak memeroleh air, atau air itu ada tetapi tidak
mencukupi untuk bersuci.
b. Bila ada luka atau sakit dan merasa khawatir akan semakin
berat resikonya apabila terkena air.
c. Bila air itu sangat dingin dan akan membahayakannya jika
dipakai, dengan syarat ia tidak sanggup.
d. Bila la khawatir akan keselamatan diri, kehormatan atau harta
karena air itu berada di dekat musuh.
e. Bila air itu sangat dibutuhkan oleh orang atau binatang untuk
minum.
f. Bila dalam Safar (bepergian).

f. Syarat Tanah Yang Digunakan Untuk Tayamum


Al-Quran telah mengisyaratkan bahwa tayamum itu
dengan sha'id (debu) bisa berupa tanah, batu, pasir, dan
sebagainya. Disyaratkan harus suci dan mensucikan (al-thuhûru).
Jika tanahnya kotor maka tidak sah.

g. Kewajiban Tayamum
Yang termasuk fardhu tayamum adalah:
a. Niat melaksanakan tayamum di dalam hati.
b. Menepukkan/menempelkan kedua telapak tangan ke tempat
yang berdebu (suci).
c. Mengusap seluruh wajah termasuk janggut.
d. Mengusap dua tangan sampai ke pergelangan.

Atthulab: Islamic Religion Teaching & Learning Journal 10 (7) 2023. 11


Fiqh Thaharah

SIMPULAN
Fiqh thaharah adalah cabang ilmu fiqh yang membahas tentang aturan-
aturan dan tata cara bersuci atau membersihkan diri dari najis dalam Islam. fiqh
thaharah sangat penting dalam kehidupan seorang Muslim, karena
membersihkan diri dari najis adalah salah satu syarat yang harus dipenuhi
sebelum melakukan ibadah, seperti sholat, puasa, dan lain sebagainya.
Fiqh thaharah meliputi berbagai macam topik, mulai dari jenis-jenis najis
dan cara membersihkannya, hingga tata cara wudhu dan mandi wajib. Selain itu,
fiqh thaharah juga membahas tentang kondisi-kondisi yang mempengaruhi
kesahihan suatu wudhu atau mandi, serta hukum-hukum yang terkait dengan
najis dan membersihkannya.
Salah satu syarat sah suatu ibadah adalah benar tidaknya thaharah
dilakukan. Oleh karenanya, thaharah sangat penting untuk dipelajari. Dalam Al-
Qur’an pun banyak disebut, ini dapat diartikan betapa besarnya peran thaharah
dalam aktivitas kita.

REFERENSI

Abdullah, I. (2018). FIQIH THAHARAH. Pustaka Media.


Ahmad Sarwat, L. (2004). Fiqih Thaharah. Pustaka Al-Kautsar, 432.
Dery, T. (2012). Bimbingan Ibadah Dalam Naungan Sunnah Rasul. LSIPK Unisba.
QODIM, H. (2008). Fikih Ibadah Kelas 1 OK.pdf.
Saleh, O. S. (2016). Bahan Ajar Bahan Ajar Bahan Ajar. Mkb 7056, 1–101.

12 Atthulab: Islamic Religion Teaching & Learning Journal 10 (7) 2023.

Anda mungkin juga menyukai