Anda di halaman 1dari 30

PSIKOLOGI THAHARAH

Mata Kuliah
Psikologi Ibadah

Dosen Pengampu
Dra. Siti Faridah, M.Ag
Oleh :

Fatimah Azzahra 180103040237


Halma 180103040326
Muhammad Hamdi Hidayatullah 180103040330
Munirah 180103040066
Qatrunnada Safira Putri 180103040256

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN


FAKULTAS USHULUDDIN DAN HUMANIORA
PSIKOLOGI ISLAM
BANJARMASIN
2021
PENDAHULUAN

a. Latar belakang
Dalam ajaran islam sebelum mengerjakan beberapa ibadah, terutama
shalat, di syaratkan bersuci terlebih dahulu. Hal ini disebabkan karena islam
mengajarkan umatnya untuk senantiasa membersihkan diri, baik lahir maupun
batin. Kebersihan sangat erat kaitannya dengan ibadah teragung dalam islam,
shalat merupakan dialog rohani dengan Allah. Oleh karena itu kesucian
merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi sebelum seseorang memasuki
dialog rohani yang agung tersebut.
Prof Rolf Ehrenfels, seorang neurolog dan psikolog tersohor Eropa, pernah
secara khusus mendalami konsep thaharah, khususnya wudhu. Ia sangat
takjub karena konsep thaharah dalam Islam amat sesuai dengan konsep
neurologi dan psikologi. Air sejuk yang dianggap suci dan menyucikan akan
memberikan efek positif pada kesegaran simpul-simpul saraf dalam tubuh.
Air segar dan sejuk lebih sensitif memberikan rangsangan kepada pusat saraf
ketimbang air hangat. Air sejuk akan lebih mudah memberikan
semacam shock therapy dan menembus lapisan saraf ketimbang air hangat.
Mencuci sekujur badan dengan air sejuk seusai melakukan hubungan suami
istri akan mengembalikan otot-otot dan sel-sel saraf yang tadinya tegang
menjadi segar kembali. Perempuan yang sudah menjalani menstruasi secara
psikologis akan merasa bersih dan suci seusai mandi wajib serta dengan
demikian melahirkan kembali rasa percaya diri seusai menjalani “masa
kotor”.
Menurut Baron Omar Ehrenfels, objek yang didiktekan langsung oleh
Allah SWT untuk dibasuh pada saat mengambil air wudhu, yaitu daerah
muka, tangan, dan kaki, ternyata itu simpul-simpul saraf paling sensitif.
Merangsang anggota badan tersebut dengan air sejuk maka akan
menimbulkan kesegaran dan kesejukan psikis yang memudahkan seseorang
berada dalam keadaan tenang atau khusyuk dalam bahasa Islam. Sentuhan air
segar juga bisa menurunkan gelombang frekuensi otak dari suasana beta ke
alfa, kondisi otak yang lebih memungkinkan seseorang untuk fokus

i
(khusyuk). Komentar Prof Omar Ehrenfels, sebagaimana dikutip di dalam
disertasi Dr H Ahmad Ramali tentang konsep wudhu dalam Islam, di
antaranya: “Pada peristiwa ini daya tubuh itu dipengaruhi oleh berbagai
gerak, sikap, dan perlakuan yang tertentu pada muka, tangan, dan kaki.
Penyucian ini bisa mengistirahatkan pusat saraf dari gelisah sehingga
mencapai kondisi pemusatan pikiran. Urat-urat di sebelah dahi, tangan, dan
kaki sangat peka.” dengan berwudu, Ehrenfels mengungkapkan, akan
membuat saraf yang peka tersebut selaras dengan pusat kesadaran. Dengan
wudhu yang memakai niat dan doa maka ada persiapan, perubahan pemusatan
menuju rohani. Sehingga, getaran jiwa akan mengikuti hukum alam. Ia
menyayangkan masih banyak Muslim yang menganggap wudhu hanya
penyucian tubuh semata padahal banyak sekali manfaat di dalamnya.
b. Rumusan masalah
1. Apa itu psikologi Thaharah (wudhu-tayammum), hakikat, kedudukan &
dalilnya.
2. Apa saja Ruang lingkup dan syarat lainnya.
3. Bagaimana Nilai filosofis, spiritual, sosiologis (wudhu-tayam mum).
4. Aspek apa yang ada di dalam psikologis wudhu dan tayammum.
5. Apa saja Makna dan manfaat Dawam al-wudhu
6. Apa Fakta ilmiah manfaat Thaharah (wudhu-tayammum)terhadap fisik
dan psikhis.
7. Seperti apa Gambaran manusia yang bersuci.
8. Bagaimana Thaharah sebagai terapi
9. Seperti apa Bentuk-bentuk kepribadian thaharah.
c. Tujuan
1. Mengetahui apa itu psikologi Thaharah (wudhu-tayammum), hakikat,
kedudukan & dalilnya.
2. Mengetahui apa saja Ruang lingkup dan syarat lainnya.
3. Memahami bagaimana Nilai filosofis, spiritual, sosiologis (wudhu-tayam
mum).

ii
4. Mengetahui Aspek apa yang ada di dalam psikologis wudhu dan
tayammum.
5. Memahami apa saja Makna dan manfaat Dawam al-wudhu
6. Mengetahui apa Fakta ilmiah manfaat Thaharah (wudhu-tayammum)
terhadap fisik dan psikhis.
7. Mengetahui seperti apa Gambaran manusia yang bersuci.
8. Memahami bagaimana Thaharah sebagai terapi
9. Mengetahui seperti apa Bentuk-bentuk kepribadian thaharah.

iii
PEMBAHASAN

A. Pengertian Psikologi Thaharah, Hakikat, Kedudukan dan Dalilnya


1. Pengertian Thaharah
Thaharah menurut bahasa berarti bersih, thahura, thuhran, dan
thaharatan, artinya suci dari kotoran dan najis. Sedangkan menurut istilah,
thaharah adalah mengerjakan sesuatu yang dengannya kita boleh
mengerjakan sholat, seperti wudhu, mandi, tayammun, dan menghilangkan
najis.1 Menurut syara’, thaharah adalah suci dari hadats atau najis, dengan
cara yang telah ditentukan oleh syara’ atau menghilangkan najis, yang dapat
dilakukan dengan mandi dan tayamum. Dari beberapa pengertian tentang
thaharah tersebut, secara garis besar thaharah berarti mensucikan dan
membersihkan diri dari najis dan hadats sebagai salah satu syarat melakukan
ibadah yang dapat dilakukan dengan wudhu, mandi dan tayamum dengan
alat yang digunakan yaitu air, debu, dan atau batu.2 Bersuci dari najis
berlaku pada badan, pakaian dan tempat. Cara menghilangkannya harus
dicuci dengan air suci dan mensucikan. Thaharah juga menunjukan bahwa
sesungguhnya islam sangat menghargai kesucian dan kebersihan sehingga
diwajibkan kepada setiap muslim untuk senantiasa menjaga kesucian
dirinya, hartanya serta lingkungannya. Dalam hukum Islam, soal bersuci
dan segala selul beluknya termasuk bagian ilmu dan amalan yang penting,
terutama karena di antara syarat-syarat sahnya shalat adalah bahwasanya
seseorang yang akan mengerjakan shalat diwajibkan suci dari hadas dan suci
pula badan, pakaian, dan tempatnya dari najis. Thaharah (bersuci)
hukumnya ialah wajib berdasarkan penjelasan al Quran ataupun as-Sunnah.
Firman Allah dalam Q.S. al-Maidah/5: 6,

1
Suad Ibrahim Shalih. Fiqh Ibadah Wanita, (Jakarta : Amzah, 2011), h 83
2
Moch. Anwar, Fiqih Islam Terjemah Matan Taqrib (Bandung: PT Alma’arif, 1987), h
9.

1
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan
shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan
sapulah kepalamu dan basuh kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan
jika kamu junub maka mandilah, dann jika kamu sakit atau dalam
perjalanan atau kembali dari tempat buang air atau menyentuh perempuan,
lalu kamu tidak memperolehair, maka bertayammumlah dengan tanah yang
baik (bersih): sapulah mukamu dan tangan mu dengan tanah itu. Allah
tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dna
menyempurnakan nikmat-Nya bagimu,supaya kamu bersyukur.

2. Hakikat Thaharah
Hakikat thaharah adalah memakai air atau tanah atau salah satunya
menurut sifat yang disyari’atkan untuk menghilangkan najis dan hadats.
thaharah secara garis besar ada tiga macam yaitu:
a. Thaharah dari hadats, dilakukan karena dasar-dasar kebajikan.pokok
pegangannya bahwa perasaan halus dan jiwa yang mendapat cahaya
kemalaikatan,serta perasaan yang meminta kita menjauhkan diri dari
keadaan yang tidak menyenangkan perasaan (hadats), dan jiwa yang
merasa tentram dan senang dengan keadaan suci. Thaharah dapat

2
meliputi seluruh tubuh seperti jima’, keluar mani, haid dan nifas atau
bagian tertentu dari tubuh seperti kencing, kemih, buang air besar dan
yang disamakan dengannya.dapat diambil kesimpulan bahwa thaharah
yang lengkap dibebankan bagi orang yang hadats lengkap, dan thaharah
tidak lengkap dibebankan bagi orang yang berhadats tidak lengkap pula.
b. Thaharah dari najis yang terdapat di badan,kain dan tempat baik tempat
ibadah maupun tempat umum. Thaharah dari najis digerakkan oleh
kehajatan hidup manusia yang secara kodratnya manusia tidak
menyukai dirinya kotor.
c. Thaharah dari kotoran yang bersifat fitrah, seperti bulu ketiak, bulu
hidung dan bulu kemaluan.
3. Kedudukan Thaharah
Thaharah mempunyai kedudukan penting dalam Islam. Thaharah
menentukan boleh dan sah atau tidak boleh dan tidak sahnya suatu
pelaksanaan ibadah mahdhah dan beberapa aktivitas lainnya. Seorang yang
misalnya terkena badannya najis, ia tidak boleh melakukan shalat sebelum
mencucinya; seorang isteri yang haid, ia tidak boleh melakukan shalat dan
hubungan seksual (jima’) dengan suaminya sebelum bersuci (mandi wajib).3
B. Ruang Lingkup dan Syarat Lainnya
Secara umum ruang lingkup thaharah ada dua, yaitu membersihkan najis
(istinja’) dan membersihkan hadas.
1. Najis (istinja’)
Beristinja’ secara bahasa adalah menghilangka yang mengganggu.
Ulama Fiqih mendefinisikan sebagai perbuatan pensucian diri dari benda
najis yang keluar dari dua lubng (dubur dan qubul). Bersuci dari najis,
yaitu bersuci berkenaan dengan benda kotor yang menyebabkan
seseorang tidak suci, seperti bangkai, darah, nanah dan lain-lain. Cara
bersucinya dengan dicuci atau dibersihkan sesuai dengan tingkatan
najisnya. Najis menurut tingkatannya, dibedakan menjadi tiga.

3
Nasri Hamang Najed, Fikih Islam dan Metode Pembelajarannya (Thaharah,Ibadah, dan
Keluarga Muslim), (Makassar:Umpar Press,2018) h 11

3
a) Najis mukhaffafah (najis ringan), misalnya kencing anak laki-laki
yang belum memakan makanan lain selain ASI. Mencuci benda yang
kena najis ini sudah memadai dengan memercikkan air pada benda
itu, meskipun tidak mengalir. Adapun air kencing anak perempuan
yang belum memakan makanan lain selain ASI, kaifiyat mencucinya
hendaklah dibasuh samapi air mengalir di atas benda yang kena najis
itu, dan hilang zat najis dan sifat-sifatnya.
b) Najis mutawasitah (sedang), najis ini dibagi menjadi dua; pertama
najis „ainiyah yaitu najis yang kita yakini adanya, tetapi tidak nyata
zat, bau, rasa dan warnanya. Seperti kencing yang sudah kering,
sehingga sifat-sifatnya telah hilang. Cara mencuci najis ini cukup
dengan mengalirkan air di atas benda yang kena itu.keduanajis
hukmiyah, yaitu yang masih ada zat, warna, rasa, dan baunya. Cara
mencuci najis ini hendaklah dengan menghilangkan zat, rasa, warna,
dan baunya. c) Najis mugallazah (berat), yaitu najis anjing dan babi.
Benda yang terkena najis ini hendaklah dibasuh tujuh kali, satu kali
di antaranya hendaklah dibasuh dengan air yang dicampur dengan
tanah.
2. Hadas
Hadas adalah sebuah keadaan syar’i dimana sesorang diharuskan
bersuci, tanpa adanya ibadah batal (tidak sah).4 Bersuci dari hadas, yaitu
bersuci yang berkenaan dengan kondisi dimana seseorang dalam keadaan
tidak suci atau keadaan badan tidak suci. Mengalami sesuatu baik itu
hadas kecil (buang air kecil, buang air besar, menyentuh kubul dan
dubur) cara bersucinya dengan wudhu atau tayammum. Adapun hadas
besar (haid, nifas, berhubungan suami isteri, meninggal dunia, dan lain-
lain). Cara bersucinya dengan mandi wajib.

4
Thonthowi, Tuntunan Ibadah Praktis: Thaharah, Sholat, Puasa, dan Perawataan
Jenazah, (Yogyakarta:LSPI,2012) h 7

4
C. Nilai Filosofis, Spiritual, dan Sosiologi Dalam Thaharah
Thaharah merupakan simbol aksi gerakan bersih “luar dalam” yang
disyariatkan oleh Islam. Aksi yang harus diimplementasikan dalam kehidupan
sehari-hari. Thaharah bukan hanya wacana ritual belaka yang tidak memiliki
makna, tetapi aksi yang akan mengikis segala bentuk “kekotoran” yang
melekat dalam hidup kita. Seorang Muslim yang beriman akan menghiasi
dirinya dengan hal-hal yang bersifat sakral dan suci. Oleh karena itu,
keimanan memperlihatkan kejernihan perbuatan dan kemuliaan akhlak yang
dimulai dengan kebersihan badan secara baik.5
Dalam syari’at Islam, pelaksanaan thaharah dapat membawa kebersihan
lahir dan batin. Orang yang bersih secara syara akan hidup dalam kondisi
sehat. Karena hubungan antara kebersihan dan kesehatan sangat erat. Dalam
suatu pepatah dikatakan “Kebersihan pangkal Kesehatan”. Disamping itu
juga, thaharah juga dapat melindungi lingkungan dan masyarakat dari
penularan penyakit, kelemahan, dan kelumpuhan, karena thaharah mencuci
anggota badan yang lahir dan senantiasa akrab dengan debu, tanah, dan
kuman-kuman sepanjang hari. Begitu pentingnya thaharah menurut Islam,
sehingga orang yang membersihkan diri atau mengusahakan kebersihan akan
dicintai oleh Alla SWT.6
Syari’at Islam mengajarkan beragam thaharah. Umat Islam dalam thaarah
disyari’atkan beristinja’, berkumur-kumur, memasukkan air ke hidung,
menggosok gigi (siwak), mencukur rambut dan lain-lain sebagainya. Seluruh
kegiatan ini mewujudkan kebersihan lahiriyah sekaligus mengantisipasi
kedatangan penyakit.7
Al-Ghazali menyatakan, para ahli bashirah (orang-orang yang jernih hati
dan akalnya) menyadari bahwa perkara penting (dalam agama) adalah
menyucikan hati. Sebab, Hadits Nabi saw yang berbunyi, “Kesucian itu

5
Laili Khusniyah, “Hubungan Thaharah Dengan Spiritual Quotient Dalam Hadits Ath-
Thuhuru Syathru Al Iman Riwayat Muslim Materi Pendidikan Agama Islam di Pondok Pesantren
Putri Mamba’us Sholihin” (Skripsi, Surabaya, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, 2017), 21.
6
Muhamad Kudori, “Implementasi Pendidikan Thaharah Pada Santri Pondok Pesantren
Pancasila Kota Bengkulu” (Tesis, Bengkulu, Institut Agama Islam Negeri Bengkulu, 2015), 40.
7
Muhamad Kudori, 40–41.

5
adalah setengah dari Iman”10, maksudnya tidak mungkin berupa keharusan
membangun kebersihan tubuh dengan menyiramkan air, tetapi pada saat
bersamaan merobohkan kesucian batin dengan membiarkannya dipenuhi oleh
hal-hal yang keji dan kotor. Dalam hal ini Al-Ghazali mengungkapkan bahwa
arti sebenarnya dalam thaharah (bersuci) tak hanya untuk membersihkan
bagian tubuh (jasmani) namun keseluruhan tubuh mencakup bagian luar
(jasmani) dan bagian dalam (ruhani).
Al-Ghazali mengungkapkan, pada dasarnya bersuci (thaharah) itu
memiliki empat tingkatan yaitu8:
a. Thaharah badan dari segala macam kotoran, hadats dan najasah
b. Thaharah ruh dari dosa, kesalahan dan maksiat
c. Thaharah jiwa dari segala perangai yang keji, buruk dan hina rendah
d. Thaharah sirr (rahasia hati) dari segala sesuatu selain Allah.
Imam Al-Ghazali dalam kitab Al-Ihya’ seperti yang dikutip oleh Hamka
dalam tafsir Al-Azhar menuliskan hikmah dari berwudhu, yakni membasuh
muka karena pada wajah terletak mata, telinga, mulut dan hidung yang setiap
waktunya giat menghubungkan diri dengan kehidupan duniawi seperti
melihat, mendengar, menghirup dan bercakap. Oleh karenanya sebelum
menghadap pada Allah, pancaindra harus dibasuh terlebih dahulu untuk
menghilangkan pengaruh keduniawian yang banyak sedikitnya membawa
kesan kepada jiwa kita. Begitu pula dengan membasuh tangan, menyapu
sebagian kepala dan kaki.
Secara logika, keseluruhan rangkaian wudhu mencerminkan pendidikan
kebersihan. Hal ini menunjukkan semboyan kebersihan adalah sebagian dari
iman. Kebersihan yang dimaksudkan adalah kesucian dalam kehidupan
sehari-hari baik kesucian lahir (kesehatan tubuh) maupun kesucian rohani
(moral agama). Siklus kehidupan ini tercakup dalam makna wudhu dimulai
dari niat sampai mencuci kaki.9 Ketika seorang Muslim tidak dapat

8
Laili Khusniyah, “Hubungan Thaharah Dengan Spiritual Quotient Dalam Hadits Ath-
Thuhuru Syathru Al Iman Riwayat Muslim Materi Pendidikan Agama Islam di Pondok Pesantren
Putri Mamba’us Sholihin,” 22.
9
Laili Khusniyah, 31.

6
menunaikan wudhu, maka dapat diganti dengan Tayamum. Tayamum adalah
salah satu bentuk taharah yang menggunakan debu di sekitar kita, di saat di
sekitar kita tidak ada air untuk bersuci dan juga tayamum digunakan oleh
orang sakit yang tidak boleh terkena air. Tayamum mengandung pengertian
usaha sadar yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan. Tayamum secara
istilah dipahami sebagai upaya penyucian diri sebagai pengganti wudhu.10
Sama halnya seperti wudhu yang mencerminkan kebersihan, tayamum juga
cerminan kebersihan bagi umat Islam. Hal ini menunjukkan bagaimana ajaran
Islam mengedepankan kebersihan dan kesucian dengan air mau pun dengan
debu sekalipun.
1. Wudhu
Adapun nilai tasawuf/psikologi yang terkandung dalam berwudhu’
adalah11:
a. Mencuci telapak tangan, kelak ketika seseorang tersebut di surga
nanti, telapak tangannya akan digunakan untuk mengambil makanan
dan hidangan yang disediakan di surga dan persiapan seorang hamba
menerima jamuan dari Allah SWT.
b. Berkumur-kumur (madhmadh), kelak di surga nanti, ia akan
berkomunikasi dengan Allah SWT. Imam alGhazali dalam kitabnya
Bidayatul al-Hidayah memberikan sebuah isyarat melalui doa yang
beliau ajarkan bahwa yang dimaksud berkomunikasi dengan Allah
adalah dengan membaca al-Quran dan berzikir.
c. Menghirup air (Istinsyaq). Istinsyaq adalah untuk mencium harum
semerbaknya kebun surga.
d. Membasuh wajah, di hari kemudian, diri kita sudah siap berhadapan
dengan Allah SWT dan kelak di akhirat nanti seluruh anggota
wudhu’ orang yang berwudhu’ akan terpancar cahaya.

10
Ahmad Rusdiana dkk., Tuntunan Praktek Ibadah (Bandung: Pusat Penelitian dan
Penerbitan UIN SGD, 2019), 63.
11
Linda, “Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Thaharah” (Skripsi, Banda Aceh, Universitas
Islam Negeri Ar-Raniry Darussalam, 2020), 78–81.

7
e. Membasuh kedua tangan. Ketika membasuh kedua tangan seseorang
akan berniat supaya kelak di akhirat nanti catatan amalnya akan
diterima dengan tangan kanannya dan dipakaikan gelang surga.
f. Mengusap atau menyapu kepala dan rambut. Adalah kelak di akhirat
nanti ia akan dipakaikan oleh Allah sebuah mahkota dari surga dan
ia kekal di dalam surga bersama para bidadari-bidadari yang bermata
jeli
g. Mengusap telinga. Mengusap teliang akan diampuni dosa-dosa yang
disebabkan oleh pendengaran.
h. Membasuh kedua kaki, kelak di akhirat ia akan berjalan dengan
kakinya menuju surga dan berjalan layaknya seorang tamu yang
agung disambut oleh penjaga dan para bidadari cantik.
2. Tayamum
Hikmah yang terdapat pada tanah sebagai pengganti air untuk
bersuci antara lain adalah tanah mudah didapat dan juga dapat
melemahkan nafsu amarah kita, karena tanah yang biasanya kita injak.
Pada saat tayamum harus kita sapukan ke wajah kita, ini berarti menuntut
keikhlasan dan kesabaran kita. Manusia diciptakan dari tanah. Ini berarti
menuntut manusia agar bersifat rendah hati dan tidak sombong.12
D. Aspek Psikologis Dalam Thaharah
1. Aspek Kognitif
Aspek kognitif merupakan segi kemampuan yang berkaitan dengan
aspek-aspek pengetahuan, penalaran, atau pikiran. Penguasaan kemampuan
pada tingkatan ini menjadi dasar bagi penguasaan ilmu pengetahuan.13
Aspek kognitif dalam thaharah (bersuci) yaitu meliputi pengetahuan
individu, seperti mengetahui dan memahami cara bersuci. Pengetahuan ini
juga termasuk mengetahui rukun, sunah, hingga hal-hal yang membatalkan

12
Linda, “Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Thaharah”, 91.
13
Silvy Agustiningrum, “Pengaruh Pembelajaran Fiqih Thaharah Terhadap Kemampuan
Praktik Bersuci Siswa SMP Plus Arroudhoh Sedati” (Skripsi, Surabaya, Universitas Islam Negeri
Sunan Ampel, 2018), 62–64.

8
bersuci sehingga individu tidak melakukan kesalahan dalam melakukan
praktik thaharah.
2. Aspek Afektif
Aspek afektif merupakan kemampuan yang mengutamakan perasaan,
emosi, dan reaksi-reaksi yang berbeda dengan penalaran. Aspek afektif ini
berhubungan dengan respons emosional terhadap tugas, seperti penerimaan,
partisipasi, penilaian. Aspek afektif ini dapat dilihat ketika individu bersuci
dengan air, maka muncul ketenangan dalam dirinya. Bentuk lain afektif
yang dirasakan individu adalah ia akan berhati-hati hingga merasa bersalah
jika melakukan kesalahan atau melupakan rukun dalam bersuci.
3. Aspek Psikomotorik
Aspek Psikomotorik merupakan kemampuan yang dimunculkan oleh
hasil kerja fungsi tubuh manusia, ranah ini berbentuk gerakan tubuh,
misalnya seperti berlari, melompat, berputar, dan lain-lain. Dalam hal
kaitannya dengan Thaharah, aspek psikomotorik dapat tergambar ketika
individu mempraktikkan bersuci, baik itu wudhu maupun tayamum, dengan
melibatkan gerakan tubuh secara tertib dan berurutan.
E. Pengertian Dawamul Wudhu
Wudhu menurut bahasa artinya bersih, indah dan bagus. Menurut syara’,
wudhu ialah membasuh, mengalirkan dan membersihkan dengan
menggunakan air pada setiap bagian dari anggota-anggota wudhu untuk
menghilangkan hadast kecil. (Muhammad Akrom, 2010).
Menurut Sayyid Sabiq, definisi wudhu adalah kegiatan bersuci dengan
menggunakan air. Anggota badan yang disucikan di dalam wudhu adalah
wajah, kedua tangan, kepala dan kedua kaki (Sayyid Sabiq, 2009). Sedangkan
menurut Abu Sangkan, wudhu adalah ibadah zikir yang merupakan sarana
pembersihan jiwa, yang dimulai dari sisi paling luar (fisik) sampai ke dalam
rohaninya (Abu Sangkan, 2013).
Dalam bahasa arab istilah berarti melakukan terus menerus,
membiasakan (Mahfan, tt). Dengan demikian dawamul wudhu dapat diartikan
sebagai membiasakan berwudhu secara terus menerus. Sedangkan istilah

9
da’imu al-wudhu diartikan sebagai orang yang istiqamah dalam wudhunya
(Muhammad Akrom, 2014) atau orang yang sering berwudhu, terbiasa selalu
mengambil wudhu begitu wudhunya batal (Syarif Hidayatullah, 2014).
Keutamaan dawamul wudhu di jelaskan dalam hadits sebagai berikut;

“Dan ketahuilah sebaik-baik amal kalian adalah sholat dan tidaklah


menjaga wudhu melainkan orang-orang yang beriman.” (HR. Ibnu Majah
dan Ahmad)

Dalam Risalatul Mu’awamah dijelaskan, seharusnya kamu selalu


memperbaiki wudhumu di setiap sholat fardhu dan usahakan dengan
sungguhsungguh untuk selalu suci (tidak mengandung hadast). Abu Sangkan
menjelaskan bahwa wudhu merupakan prosesi ibadah yang dipersiapkan
untuk membersihkan jiwa agar mampu melakukan hubungan komunikasi
dengan Allah yaitu shalat. Oleh karena itu dalam melakukan gerakan-gerakan
dan basuhan-basuhan wudhu upayakan untuk menjaga kesadaran agar jiwa
tetap hadir kepada Allah agar tujuan penyucian jiwa melalui wudhu tersebut
dapat tercapai sehingga dapat memberikan terapi bagi jiwa agar menjadi
bersih dan tenang (Abu Sangkan, 2013).14

F. Fakta Ilmiah Manfaat Thaharah


1. Manfaat Wudhu Bagi Kesehatan Fisik
a. Basuhan air di permukaan kulit pada anggota wudhu menyebabkan
normalisasi suhu tubuh karena bertemunya suhu panas dalam tubuh
dengan suhu dingin air. Tubuh menjadi sejuk dan membuat peredaran
darah lancar. Dengan lancarnya peredaran darah, maka kerja
jantungpun terbantu, sehingga akan menghindarkan resiko terkena
penyakit jantung. 15

14
Lela, Lukmawati, “KETENANGAN”: MAKNA DAWAMUL WUDHU (Studi
Fenomenologi Pada Mahasiswa UIN Raden Fatah Palembang)” dalam jurnal psikologi islam vol.
1, no. hal 58.
15
El-Bantanie, Muhammad Syafi’ie, Dahsyatnya Terapi Wudhu, Jakarta: PT Elex Media
Komputindo, 2010. Hal 59-60.

10
b. Dengan membasuh kulit setiap berwudhu, maka sel-sel kulit mati akan
dibersihkan oleh guyuran air wudhu, sehingga pori-pori terbuka. Hal ini
akan mencegah terkena penyakit kulit. Senada dengan hal ini Abdul
Aziz Ismail mengatakan bahwa, Membasuh anggota tubuh yang
kelihatan beberapa kali dalam sehari adalah pencegahan terbaik
terhadap penyakit kulit dan peradangan. 16
c. Dengan membasuh telapak sambil menyela-nyela jari, berarti telah
menstimulasi serabut syaraf pada telapak tangan tersebut sehingga
aliran darah menjadi lancar dan kerja jantungpun terbantu. Dengan
lancarnya aliran darah tersebut, maka organ dalam tubuh akan dapat
berfungsi dengan baik karena telah mendapat makanan yang dibawa
oleh darah. Akhirnya kesehatanpun akan kita peroleh. Pada telapak
tangan terdapat area-area refleksi yang berhubungan dengan bagian-
bagian tubuh, di antaranya: daerah ginjal, paru-paru, maag, usus besar,
usus duabelas jari, jantung, lambung, dan tenggorokan.
d. “Berkumur dapat membersihkan tenggorokan dari bakteri dan mikroba
sebelum ia menyebar dan menimbulkan penyakit, serta mencegah 30%
dari potensi terkena penyakit pilek dan demam. suatu penelitian yang
dilakukan para dokter gigi dari Academy of General Denistry, Amerika
Serikat, diduga mulut kering menjadi pemicu terjadinya radang gusi.
Menurut mereka, kurangnya air liur akibat mulut kering mengakibatkan
menempelnya plak pada gigi dan gusi sehingga memperbesar
kemungkinan terjadinya radang gusi17
e. Dengan istinsyaq dan istinsar sebanyak tiga kali, maka mikroba dan
bakteri yang berada di dalam lubang hidung akan ikut keluar. Dengan
hilangnya bakteri yang berada dalam lubang hidung tersebut, maka
penyakit yang disebabkan oleh masuknya bakteri dari lubang hidung,

16
Al-Khuli Hilmi, Menyingkap Rahasia Gerakan-Gerakan Sholat; Keajaiban Gerakan-
Gerakan Sholat terhadap Kesehatan Psikologis dan Fisik Manusia, Yogyakarta: DIVA Press,
2008. Hal 81.
17
Imam Musbikin, , Wudhu sebagai Terapi; Upaya Memelihara Kesehaatn Jasmani
dengan Perawatan Rohani, Yogyakarta: Nusa Media, 2008. Hal 14-15.

11
seperti infeksi Saluran Napas Atas (ISPA), infeksi daerah telinga,
hidung, dan tenggorokan ini akan terhindari. Penelitian ilmiah
mengatakan bahwa, “Hidung manusia terjaga dari berbagai macam
kotoran dan debu setelah lima jam.”18 Jika tidak dibersihkan, kotoran
itu akan berkembang biak menjadi kuman-kuman yang akan
melemahkan kekebalan tubuh dan akhirnya timbullah berbagai macam
penyakit. Oleh karena itu, ketika berwudhu kita disunnahkan untuk
melakukan istinsyaq dan istintsar.
f. Mokhtar Salem juga mengatakan bahwa, “Membasuh wajah dapat
meremajakan sel-sel kulit wajah dan membantu mencegah munculnya
keriput di wajah. Selain itu, pijatan tangan di sekitar wajah akan
memunculkan rasa fresh, semangat kerjapun terpompa.” Imam
Musbikin menembahkan bahwa, “Manfaat langsung pemijatan di kulit
wajah adalah untuk melancarkan peredaran darah di kulit wajah
sehingga wajah terlihat lebih cerah, serta memberikan rasa nyaman dan
ketenangan.”19 Selain itu, pijatan pada wajah juga akan memberi efek
positif pada organ tubuh lainya seperti usus, ginjal, dan sistem syaraf
maupun organ-organ reproduksi.
g. Manfaat lain dari membasuh tangan hingga siku adalah untuk
menghilangkan keringat dari permukaan kulit dan membersihkan kulit
dari lemak yang dipertisi oleh kelenjar kulit, dan ini biasanya menjadi
tempat yang ideal untuk berkembangbiaknya bakteri. Pada daerah
telapak tangan sampai siku terdapat 34 titik terapi yang ketika dibasuh
akan bisa mencegah dan menyembuhkan penyakit yang berhubungan
dengan telinga, uterus, penis, prostat, indung telur dan testis, kandung
kemih, tiroid dan paratoid, perut, paru-paru, sinus, jantung, limpa,
pinggul, mata, bahu, serta kelenjar getah bening
h. Ahmad bin Salim Baduewilan, menyebutkan bahwa, “Diantara manfaat
mengusap kepala saat berwudhu adalah dapat mengurangi tekanan

18
Akrom, Terapi Wudhu..., hal.109
19
Imam Musbikin, Wudhu sebagai Terapi…, hal. 201

12
darah tinggi atau hipertensi dan penyakit kepala, serta kelelahan otak.
Oleh karena itu, ketika berwudhu, kita dianjurkan untuk mengusap
sambil memijat kepala mulai dari ubun-ubun, kemudian ditarik ke
belakang sampai tengkuk, dan kembali lagi ke ubun-ubun. Hal ini dapat
mengurangi tekanan darah tinggi, menjaga kesehatan dan kelembaban
kulit dan rambut, serta dapat mencegah dan menyembuhkan penyakit
yang berhubungan dengan organ dalam, kelenjar seks, perut,dan tulang
belakang.
i. Sapuan terhadap telinga dengan intensitas tekanan yang optimal, akan
meningkatkan imunoglobullin (kekebalan tubuh), karena terdapat lima
titik yang biasa dijadikan terapi preventif yaitu titik adrenal, internal
secretion, subcortex, limpa, dan hati. Kelima titik tersebut secara klinis
dapat mencegah berbagai serangan virus, seperti virus influenza.
Kurang lebih ada tiga belas titik refleksi trefleksi ketika membasuh
telinga. Maka ketika titik ini dibasuh akan mencegah dan
menyembuhkan penyakit yang berhubungan dengan tangan bagian atas,
punggung bagian bawah, siku, pergelangan tangan, kaki, pingggul,
ginjal, limpa, dan liver.
j. Penelitian ilmiah juga membuktikan bahwa, “Peredaran darah pada
ujung kedua telapak tangan dan kaki serta betis lebih lemah dibanding
dengan peredaran darah pada anggota tubuh lain, karena tempatnya
yang jauh dari pusat peredaran darah, yaitu jantung.”20 Oleh karena itu,
membasuh semua ujung-ujung anggota tubuh yang disebutkan tadi pada
setiap kali wudhu dan memijatnya dengan baik akan memperkuat
peredaran darah sehingga dapat menambah aktifitas dan kebugaran
tubuh.
2. Manfaat Wudhu Bagi Kesehatan Psikis
Manfaat Wudhu Bagi Psikis Manfaat wudhu bagi kesehatan psikis,
antara lain sebagai berikut:
20
Ahmad Bin Salim Baduewilan, Misteri Pengobatan dalam Shalat; Mengungkap
Rahasia Pengobatan dan Kesehatan Ibadah Shalat, terj. Nasrullah Djasam, Jakarta: Mirqat
Publishing, 2008. hal. 32.

13
a. Dapat mereduksi (mengurangi) rasa marah,
sebagaimana sabda Rasulullah Saw : “Sesungguhnya marah itu dari
syetan dan sesungguhnya syetan diciptakan dari api. Dan
sesungguhnya api itu dipadamkan dengan air. Maka jika seseorang
dari kalian sedang marah, maka berwudhulah.” (HR. Abu Daud)
Hadist di atas memang termasuk dalam golongan hadist yang
lemah, namun beberapa penelitian membuktikan bahwa wudhu dapat
mereduksi (mengurangi) rasa marah, karena ketika marah pembuluh
darah kita menyempit dan menyebabkan tekanan darah semakin tinggi.
Air adalah sesuatu yang bagus untuk merelaksasikan pembuluh darah
tersebut agar kembali membesar dan tekanan darah normal kembali
(Syarif Hidayatullah, 2014).
b. Wudhu dapat membantu pikiran berkonsentrasi dan menenangkan
jiwa. Saat berwudhu, kita diwajibkan mengusap kepala dengan air. Ini
akan memberikan efek sejuk pada kepala kita, sehingga pikiran kita
menjadi tenang. Dengan pikiran yang tenang, kita lebih mampu untuk
mengkonsentrasikan pikiran kita. Para ahli syaraf (neurologist) telah
membuktikan bahwa air wudhu yang mendinginkan ujung-ujung
syaraf jari tangan dan jari-jari kaki memiliki pengaruh untuk
memantapkan konsentrasi (Muhammad Syafiie el-Bantanie, 2010).
c. Wudhu dapat menghindarkan reaksi stress. Rehatta, menyatakan
bahwa wudhu yang dijalankan dengan penuh kesungguhan, khusyu‟,
tepat, ikhlas dan kontinu dapat menumbuhkan persepsi dan motivasi
positif dan mengefektifkan coping. Respon emosi positif (positive-
thinking), dapat menghindarkan reaksi stres (Imam Musbikin, 2009).
Wudhu bisa menjadi sarana cooling down (menurunkan temperatur)
dalam setiap jangka waktu aktivitas yang memunculkan eskalasi
(peningkatan) stress (Oan Hasanuddin, 2007).

14
d. Memberikan rasa percaya diri sebagai orang yang “bersih” dan
sewaktu-waktu dapat menjalankan ketaatannya kepada Tuhan, seperti
mendirikan sholat atau membaca mushaf al-Qur’an.21
G. Gambaran Manusia yang Bersuci
Thaharah dianjurkan dalam Islam karena memiliki banyak manfaat bagi
kehidupan manusia dimana manfaat thaharah menurut Drs. Ahsin W.
Alhafidz M.A. dalam bukunya fikih kesehatan antara lain sebagai berikut:
1. Mendorong seseorang untuk selalu suci (bersih baik dirinya, pakaiannya,
tempat yang digunakannya, makanan yang dimakannya, minuman yang
diminumnya bahkan jiwanya. Fisik yang sehat dan pribadi yang bersih
yang melekat pada seseorang akan lebih menjamin kesehatan dan
kebersihan masyarakat serta lingkungannya. Dengan sering bersuci akan
menambahkeindahan dan kesegaran.
2. Kebersihan dan kesucian itu akan lebih banyak memungkinkan seseorang
selalu sehat dan terhindar dari penyakit. Kesehatan dan kesegaran fisik
akan berpengaruh positif pada kesehatan jiwa sehingga seseorang
berpikiran jernih, berpandangan luas selalu optimis dan selalu dinamis
dalam segala hal dan berakhlak mulia.
3. Kotoran, baik najis maupun hadas merupakan tempat berkembang bakteri
atau sebagai sumber penyakit. Jadi bila seseorang selalu menjaga
kebersihan tubuh, tempat dan pakaian akan terhindar dari berbagai
penyakit.
4. Aggota tubuh yang harus dibersihkan adalah anggota tubuh yang rentan
terhadap datangnya penyakit karena biasanya tidak ditutupi oleh pakaian.
Anggota tubuh ynag dimaksud adalah anggota tubuh yang wajib dibasuh
ketika mengambil air wudhu
5. Membasuh dan menyela-nyela jari (daerah lipatan rentan bersarangnya
bakteri), berkumur (membersihkan mulut dengan bersiwak dari sisa-sisa
makanan, akan menghilangkan bau mulut, gusi menjadi kuat, gigi
21
Lela, Lukmawati, “KETENANGAN: MAKNA DAWAMUL WUDHU (Studi
Fenomenologi Pada Mahasiswa UIN Raden Fatah Palembang)” dalam jurnal psikologi Islam vol.
1, no.. hal 58

15
menjadi putih), istinsyaq (memasukkan air kedalam hidung berguna
untuk membersihkan lubang hidung, membersihkan kotoran atau bakteri
yang penyebarannya melalui udara.)
6. Salah satu Sunnah mandi adalah menggosok anggota tubuh. Hal itu
bermanfaat untuk menyingkirkan kotoran atau bakteri yang tidak hilang
hanya dengan menyiramkan air saja disamping menjaga kulit senantiasa
dalamkeadaan bersih.
7. Alat yang digunakan adalah yang suci dan mensucikan adapun indikasi
suci adalah yang tidak berubah warna rupa dan rasanya. Air yang
demikian tentulah air yang steril dan bebas dari kuman yang berbahaya
bagi kesehatan. Selain menyegarka tubh juga mencegah datangnya
penyakit.
8. Dibasuhnya tubuh sebanyak lima kali sehari semalam akan dapat
mengistirahatkan organ tubuh dan meredakan ketegangan fisik dan
psikis.
9. Air mempunyai daya bersih yang sangat kuat.49

Melihat manfaat thaharah yang dikemukakan di atas maka dapat


disimpukan bahwa thaharah memiliki manfaat yang sangat besar bagi
kesehatan. Baik kesehatan jasmani maupun kesehatan rohani. menurut Adi
dan Efendy yang dikutip oleh Drs. Ahsin W. Alhafidz M.A dalam bukunya
fikih kesehatan mengemukakan bahwa “salah satu manfaat thaharah (wudhu)
yang lain adalah mempunyai efek refreshing, membersihkan badan dan jiwa
serta pemulihan tenaga”.22
a. Kesadaran dalam Kebersihan
Kesadaran seseorang dapat mempengaruhi seseorang bertingkah
laku dalam kehidupan sehari-hari, semakin tinggi tingkat kesadaran
seseorang maka semakin baik pula dalam bertingkah laku dalam
kehidupan sehari-harinya. Namun masalah baik buruknya tingkah laku
seseorang ditentukan nilai dan norma yang berlaku secara universal,

22
Ahsin w. Al-Hafidz, Fikih Kesehatan, Cet II (Jakarta: Amzah, 2007) h. 73

16
sebagai contoh dalam Agama Islam seseorang dapat dikatakan tingkah
lakunya baik jika sesuai dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Dalam buku
understanding psychology yang ditulis oleh Robert S. Feldman
mengemukakan bahwa “kesadaran adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan pemahaman kita mengenal dunia eksternal kepada diri
kita sendiri, juga demikian halnya dengan dunia internal kita sendiri.”23
b. Ruang Lingkup Kebersihan dalam Islam
1. Kebersihan badan
Kebersihan badan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan
dengan kebersihan rohani karena setiap ibadah harus senantiasa
menjaga kebersihan badan baik itu dari najis terlebih lagi dari hadas.
Hal-hal yang meliputi kebersihan badan antara lain adalah kebersihan
tangan, kebersihan kepala, kebersihan mulut dan gigi, kebersihan
hidung dan lain sebagainya dimana sarana untuk membersihkan badan
adalah dengan wudhu ataupun mandi. Semakin sering mandi maka
semakin bersih dari daki dan kotoran-kotoran lain yang menempel
pada badan. Ibarat sholat lima waktudapat membersihkan dosa
2. Kebersihan tempat
Ajaran kebersihan tidak hanya menyangkut kebersihan personal
dalam beribadah akan tetapi kebersihan sarana dan tempat peribadatan
juga harus diperhatikan agar dalam beribadah bisa tenang dan khusyuk.
Selain tempat ibadah juga harus memperhatikan kebersihan rumah dan
tempat kerja sehari-hari, dengan menjaga kebersihan rumah berarti
memberi kesenangan kepada penghuninya dan masyarakat sekitar dan
hal tersebut bernilai ibadah. Salah satu sarana untuk
membersihkannya adalah dengan cara menyapu setiap hari.
3. Kebersihan pakaian
Pakaian merupakan segala sesuatu yang melekat pada diri

23 Rober S. Feldman, Understanding Psichology, Terj. Petty Gina Gayatri dan Putri
Nordina Sofyan, Pengantar Psikologi, Edisi x (Jakarta: Salemba Humanika, 2012) h.187

17
manusia dari ujung kaki sampai ujung kepala yang berfungsi untuk
menutup aurat, pelindung dari kotoran dan memperindah tubuh
manusia. Selain fungsi yang telah disebutkan di atas pakaian juga
dipakai ketika beribadah seperti sholat tawaf dan ibadah-ibadah
lainnya oleh karena itu harus dijaga kebersihannya. Disebagian
masyarakat pakaian dijadikan sebagai indikator strata sosial, semakin
baik pakaiannya semakin baik pula starata socialnya, begitupun dalam
agama Islam semakin bersih pakaian hal tersebut dapat menjadi
indikator tingkat keimanannya kepada Allah SWT. Selain itu fungsi
pakaian yang lain adalah sebagai pelindung
4. Kebersihan makanan
Makanan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan manusia oleh karena makanan merupakan kebutuhan
pokok manusia. Ajaran Islam tentang kebersihan makanan
menyatukan dari aspek kesehatan dan aspek makanan yang halal.
Makanan yang halal adalah makanan yang dibolehkan oleh agama
sedangkan makanan yang sehat adalah makanan yang memenuhi
syarat-syarat kesehatan seperti bersih bergizi dan bernutrisi
5. Kebersihan lingkungan
Ajaran Islam memandang penting kebersihan lingkungan hidup
seperti menghindari pencemaran limbah ataupun sampah yang dapat
mengakibatkan kerusakan lingkungan dan akan berdampak pada
kehidupan manusia. Lingkungan yang bersih memberikan kenyamanan
bagi yang tinggal di lingkungan tersebut oleh karena lingkungan yang
bersih akan terhindar dari berbagai macam penyakit yang diakibatkan
oleh berbagai macam kuman yang berkembang biak di daerah yang
kotor.24

24
Majelis Ulama Indonesia, Air Kebersihan, dan Kesehatan Lingkungan Menurut Ajaran
Islam, (Cet.2; t.t, t.p, 1995) h.44-52

18
H. Thaharah sebagai Terapi
Islam merupakan agama yang mencintai kebersihan, dalam Islam terdapat
hukum tentang cara bersuci atau dalam Fiqih ada pembahasan khusus tentang
bersuci atau thaharah. Thaharah adalah mencuci sebagian tubuh dengan cara
tertentu atau mengangkat hadas atau najis. Banyak manfaat yang didapat dari
berwudhu, bukan hanya dari sisi kerohanian namun dari segi kesehatan juga,
yang dapat berdampak pada tubuh. Syahruddin menjelaskan bahwa menurut
ulama Fiqih, wudhu memiliki hikmah sebagai bagian dari upaya untuk
memelihara kebersihan fisik dan rohani.25
Pada penelitian yang berjudul Rekonstruksi Psikoterapi: Telaah Atas
Model Pemulihan Mental Pondok Pesantren dan Rehabilitasi Mental az-
Zainy, Malang, Jawa Timur merupakan pemberian psikoterapi Islam yang
dilakukan kepada orang-orang yang mengalami gangguan kejiwaan dengan
menggunakan terapi thaharah di Pondok Pesantren dan Rehabilitasi Mental
Az-Zainy, Malang, Jawa Timur. Pondok Pesantren dan Rehabilitasi Mental
Az-Zainy merupakan tempat penampungan orang-orang yang mengalami
gangguan mental hebat dan sakit jiwa.
Pasien-pasien mental yang menjadi santri Pondok Pesantren dan
Rehabilitasi Mental Az-Zainy adalah kumpulan-kumpulan orang bermasalah
dengan kejiwaan mereka. Penderitaan pasien di Pondok Pesantren dan
Rehabilitasi Mental Az-Zainy, seperti depresi berat, stress, traumatik, fobia,
dan sakit jiwa dengan latar belakang dan sebab yang berbeda. Pasien mental
tersebut lebih banyak disebabkan himpitan dan jeratan ekonomi, perceraian,
keluarga broken, perdukunan, gangguan jin, dan penggunaan zat-zat adiktif
seperti heroin, sabu, ekstasi, minuman keras, dan lain sebagainya.
Dalam proses terapeutik, pasien mental terlebih dahulu diidentifikasi
mengenai data diri, yang diperoleh dari keluarga yang membawa mereka ke
Pondok Pesantren dan Rehabilitasi Mental Az-Zainy, untuk kemudian
direkomendasikan. Setelah mereka mendapat rekomendasi rawat inap, maka

25
Irawan dan Nasrudin, “Pembiasaan Berwudhu Sebelum Belajar Dalam Meningkatkan
Konsentrasi Belajar Siswa”, dalam ISLAMIKA, Vol. 14, No. 1, Januari-Juli 2020, 47.

19
pasien-pasien di mandikan oleh karyawan sebagai upaya penyucian dan
kebersihan jasmani pasien mental. Proses pemandian dan penyucian badan
ini, setidaknya 2 kali sehari. Dalam Islam, mandi adalah salah satu metode
menyucikan diri. Di mana setiap muslim harus membersihkan dirinya dari
hadats kecil dan besar. Orang yang suci dari hadats kecil dan besar adalah
orang secara lahiriyah dipandang sebagai orang yang telah mengaplikasikan
satu tahapan dari thaharah. Thaharah adalah dimensi penting proses
pendekatan diri kepada Tuhannya. Seorang muslim yang menghadap Tuhan,
haruslah suci dari hadats kecil dan besar. Setiap orang yang suci dari hadats
kecil dan besar, ia dapat merasakan keselesaan dan kenyamanan, sehingga
dengan senang hati meraih sesuatu lain yang bermanfaat untuk kehidupannya.
Spiritualisasi Islam memandang thaharah sebagai sesuatu yang teramat
penting artinya, karena itu para fuqaha’ selalu saja mendahulukan
pembahasan thaharah sebelum pembahasan mengenai ibadah lainnya, seperti
shalat. Thaharah merupakan kunci dan syarat syahnya shalat. Shalat tidak
syah sebelum terlebih dahulu bersuci. Syarat mestilah didahulukan dari
masyruth (hal yang merupakan syarat). Dalam sebuah riwayat Nabi saw
bersabda: “Kunci shalat adalah suci” Thaharah adalah deskripsi terbebasnya
seorang individu dari hadats kecil dan besar, sehingga dapat melenyapkan
kotoran-kotoran yang melekat pada jasmani. Apabila thaharah adalah ajaran
Islam yang prinsipil, maka dengan berthaharah, seorang muslim jadi suci dan
bersih. Setiap muslim yang suci dan bersih, baik lahir maupun batin
berimplementasi positif terhadap kesehatan jasmani dan rohani. Berthaharah
melalui mandi ataupun wudhu’, adalah upaya pembersihan jasmani dari
hadats kecil dan besar. Jasmani yang terbebas dari noda dapat menimbulkan
energi positif dan inovatif. Dengan demikian, berthaharah adalah cerminan
jiwa yang tenang, damai, dan sehat. Maka thaharah dalam terminologi ini
mampu melahirkan sugesti positif, untuk kemudian menimbulkan perasaan
bening yang mendatangkan ketenangan dan kebahagian dalam diri individu.
Keharusan mandi yang diamalkan Pondok Pesantren dan Rehabilitasi az-
Zainy adalah model aplikasi psikoterapi Islam melalui pendekatan Thaharah.

20
Pasien yang mengalami gangguan mental seperti stress, depresi, traumatik,
dan sakit jiwa, untuk kemudian mandi secara rutin minimal dua kali sehari
dapat meringankan beban pikiran dan mengurangi stress, depresi, traumatik,
dan sakit jiwa. Praktek psikoterapi Islam, melalui mandi, terbukti dapat
meringankan gangguan mental dan penyakit mental yang diderita pasien pada
Pondok Pesantren dan Rehabilitasi az-Zainy.26
I. Bentuk-Bentuk Kepribadian Thaharah
Pada firman Allah QS. Al-Maidah ayat 6 yang artinya: Hai orang-orang
yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah
mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan
basuh kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka
mandilah, dann jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari
tempat buang air atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak
memperolehair, maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih):
sapulah mukamu dan tangan mu dengan tanah itu. Allah tidak hendak
menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dna
menyempurnakan nikmat-Nya bagimu,supaya kamu bersyukur.
Prof. Dr. Hamka menjelaskan bahwa di dalam ayat ini kehendak Allah
SWT yang pertama adalah supaya hambanya menjadi suci dan bersih.
Yuthah-hirukum, membersihkan kamu. Dalam ayat ini Allah memerintahkan
dalam melakukan ibadah (shalat) hendaklah bersihkan diri dengan air wudhu
atau mandi junub. Jika tidak terdapat air maka dilakukan dengan cara
bertayammum. Maka dengan perintah wudhu lebih dahulu, atau mandi bagi
yang junub, dan mengganti keduanya dengan tayammum pada waktu air tidak
ada atau membawa susah, adalah semuanya itu untuk menyempurnakan
nikmat Allah bagi hamba-Nya. Nikmat Allah yang amat utama bagi umat
Mu’min adalah pendidikan kebersihan dan kesucian itu, bersih suci jasmani
dan rohani. Dengan jasmani bersih dan hati suci, mengerjakan ibadah juga

26
Khairunnas Rajab, Mas’ud Zein, dan Yasmaruddin Bardansyah, Rekonstruksi
Psikoterapi Islam: Telaah Atas Model Pemulihan Mental Pondok Pesantren dan Rehabilitasi
Mental Az-Zainy, Malang, Jawa Timur, (Pekanbaru: Cahaya Firdaus, 2016), 41-45.

21
dengan hati yang suci bersih dari pada pengaruh yang lain, maka datanglah
nikmat kepadanya yang dirasakan oleh jiwanya sendiri. Pembersihan diri dari
kotoran hadats dan najis tidak cukup untuk mencapai tingkatan keridhaan
Allah SWT. Karena thaharah yang dimaksud bukan hanya sekedar
membersihkan lahir saja. Dalam kesehatan mental, kebersihan lahir akan
bermuara kepada kebersihan batin. Dalam segi psikologis, kebersihan badan
maupun batin sangat diperlukan bagi terwujudnya kesehatan mental dan
kesehatan badan secara bersamaan.
Oleh karena itu, Islam mengajarkan umatnya supaya senantiasa bersih
lahir dan batin. Kebersihan batin hanya boleh dicapai dengan amalan-amalan
saleh dan meninggalkan amalan-amalan sai’at (jelek). Sebagaimana yang
dijelaskan sebelumnya bahwa menyucikan anggota badan adalah separuh
yang pertama, sedangkan memakmurkannya dengan berbagai ketaatan adalah
separuh yang kedua. Ketaatan pada tingakatan ini adalah memakmurkan hati
dengan akhlak-akhlak terpuji dan akidah-akidah yang masyru’, yang kita
sebut dengan akhlakul karimah. Salah satu contoh akhlakul karimah dalam
ibadah diantaranya: taat (al-tha’ah), tunduk (al-khudlu), Cinta (mahabbah),
merendahkan diri (al-dzull), berserah diri (tawakkal), dan lain sebagainya.27
Maka dengan demikian, nilai akhlak yang terkandung adalah ketika
menjalankan konsep thaharah ini mencerminkan orang yang selalu menjaga
kesucian dan kebersihan dirinya. Dalam keutamaan berwudhu’ disebutkan
bahwa orang yang sedang berkumur-kumur akan dibersihkan dari ucapan-
ucapan kotor, mengusap kepala akan menjernihkan pikiran dari hal yang tidak
baik. membasuh tangan akan digunakan kepada yang baik-baik dan
membasuh kaki akan melangkah ke tempat-tempat baik seperti masjid dan
lainnya. Berhati-hati dalam menggunakan air dan pemilihan air dalam
berwudhu’ merupakan akhlak yang dibangun dalam bersuci. Berwudhu’
harus menggunakan air suci lagi mensucikan, jangan sampai air yang

27
Laili Khusniyah , “Hubungan Thaharah Dengan Spiritual Quotient Dalam Hadits
‫ ال طهور شطر اال يم ن‬Riwayat Muslim Materi Pendidikan Agama Islam Di Pondok Pesantren Putri
Mamba’us Sholihin”, Skripsi, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Fakultas Tarbiyah
Dan Keguruan Program Studi Pendidikan Agama Islam, Surabaya,2017, 56-57.

22
digunakan dalam berwudhu’ menjadi musta’mal dan air yang terkena sinar
matahari juga makruh digunakan untuk berwudhu’. sikap was-was dan hati-
hati dalam menggunakan air dalam berwudhu’ sangat penting ditanamkan
dalam diri seseorang, agar air yang digunakan tetap suci, tidak musta’mal dan
terkena paparan sinar matahari. Serta tidak berlebih-lebihan dalam
menggunakan air. Seseorang yang berwudhu’ memenuhi peraturan
berwudhu’ merupakan akhlak yang tercermin dari bersuci. Maksudnya,
melakukan wudhu’ sesuai dengan rukun-rukunnya dan tertib (berturut-turut).
Ini berarti seseorang telah menjalankan adab dalam berwudhu’ dan mematuhi
tata cara yang sudah ditentukan oleh Syara’. Tidak asal-asal, tetapi dia
mengikuti pedoman, bertanggung jawab dan patuh. Tidak melakukan hal-hal
yang makruh juga merupakan adab yang baik dalam berwudhu’.28

28
Linda, “Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Thaharah”, Skripsi, Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Darussalam Banda Aceh, 2020, 82-83.

23
PENUTUP
Thaharah menurut bahasa berarti bersih, thahura, thuhran, dan
thaharatan, artinya suci dari kotoran dan najis. Sedangkan menurut istilah,
thaharah adalah mengerjakan sesuatu yang dengannya kita boleh mengerjakan
sholat, seperti wudhu, mandi, tayammun, dan menghilangkan najis. secara garis
besar thaharah berarti mensucikan dan membersihkan diri dari najis dan hadats
sebagai salah satu syarat melakukan ibadah yang dapat dilakukan dengan wudhu,
mandi dan tayamum dengan alat yang digunakan yaitu air, debu, dan atau batu.
Secara umum ruang lingkup thaharah ada dua, yaitu membersihkan najis
(istinja’) dan membersihkan hadas. Dalam syari’at Islam, pelaksanaan thaharah
dapat membawa kebersihan lahir dan batin. Orang yang bersih secara syara akan
hidup dalam kondisi sehat. Selain itu, thaharah juga memiliki aspek kognitif,
afektik dan juga psikomotorik. Aspek kognitif dalam thaharah (bersuci) yaitu
meliputi pengetahuan individu, seperti mengetahui dan memahami cara bersuci.
Aspek afektif ini dapat dilihat ketika individu bersuci dengan air, maka muncul
ketenangan dalam dirinya. Aspek psikomotorik dapat tergambar ketika individu
mempraktikkan bersuci, baik itu wudhu maupun tayamum, dengan melibatkan
gerakan tubuh secara tertib dan berurutan.
Dalam thaharah juga terdapat berbagai manfaat kesehatan baik secara fisik
dan psikis, misalnya seperti dapat meringankan/mengurangi rasa marah,
mengembalikan konsentrasi dan lainnya. Pembersihan diri dari kotoran hadats dan
najis tidak cukup untuk mencapai tingkatan keridhaan Allah SWT. Karena
thaharah bukan hanya sekedar membersihkan lahir saja namun juga secara batin.
Dalam kesehatan mental, kebersihan lahir akan bermuara kepada kebersihan batin.
Dalam segi psikologis, kebersihan badan maupun batin sangat diperlukan bagi
terwujudnya kesehatan mental dan kesehatan badan secara bersamaan.

24
DAFTAR PUSTAKA

Agustiningrum, Silvy, “Pengaruh Pembelajaran Fiqih Thaharah Terhadap


Kemampuan Praktik Bersuci Siswa SMP Plus Arroudhoh Sedati” Skripsi,
Surabaya, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, 2018.
Ahmad Bin Salim Baduewilan, Misteri Pengobatan dalam Shalat; Mengungkap
Rahasia Pengobatan dan Kesehatan Ibadah Shalat, terj. Nasrullah Djasam,
Jakarta: Mirqat Publishing, 2008.
Al-Hafidz, Ahsin w., Fikih Kesehatan, Cet II (Jakarta: Amzah, 2007) h. 73
Anwar, Moch., Fiqih Islam Terjemah Matan Taqrib, Bandung, PT Alma’arif,
1987.
El-Bantanie, Muhammad Syafi’ie, Dahsyatnya Terapi Wudhu, Jakarta: PT Elex
Media Komputindo, 2010.
Feldman, Rober S., Understanding Psichology, Terj. Petty Gina Gayatri dan Putri
Nordina Sofyan, Pengantar Psikologi, Edisi x Jakarta, Salemba Humanika,
2012.
Hilmi, Al-Khuli, Menyingkap Rahasia Gerakan-Gerakan Sholat; Keajaiban
Gerakan-Gerakan Sholat terhadap Kesehatan Psikologis dan Fisik
Manusia, Yogyakarta: DIVA Press, 2008.
Irawan dan Nasrudin, “Pembiasaan Berwudhu Sebelum Belajar Dalam
Meningkatkan Konsentrasi Belajar Siswa”, dalam ISLAMIKA, Vol. 14, No.
1, Januari-Juli 2020.
Khusniyah, Laili, “Hubungan Thaharah Dengan Spiritual Quotient Dalam Hadits
Ath-Thuhuru Syathru Al Iman Riwayat Muslim Materi Pendidikan Agama
Islam di Pondok Pesantren Putri Mamba’us Sholihin” Skripsi, Surabaya,
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, 2017.
Kudori, Muhamad, “Implementasi Pendidikan Thaharah Pada Santri Pondok
Pesantren Pancasila Kota Bengkulu” Tesis, Bengkulu, Institut Agama Islam
Negeri Bengkulu, 2015.
Lela, Lukmawati, “KETENANGAN: MAKNA DAWAMUL WUDHU (Studi
Fenomenologi Pada Mahasiswa UIN Raden Fatah Palembang)” dalam
jurnal psikologi Islam vol. 1, no..
Linda, “Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Thaharah” Skripsi, Banda Aceh,
Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Darussalam, 2020.
Majelis Ulama Indonesia, Air Kebersihan, dan Kesehatan Lingkungan Menurut
Ajaran Islam, Cet.2; t.t, t.p, 1995.
Musbikin, Imam, Wudhu sebagai Terapi; Upaya Memelihara Kesehaatn Jasmani
dengan Perawatan Rohani, Yogyakarta: Nusa Media, 2008.
Najed, Nasri Hamang, Fikih Islam dan Metode Pembelajarannya
(Thaharah,Ibadah, dan Keluarga Muslim), Makassar, Umpar Press,2018.
Rajab, Khairunnas, Mas’ud Zein, dan Yasmaruddin Bardansyah, Rekonstruksi
Psikoterapi Islam: Telaah Atas Model Pemulihan Mental Pondok Pesantren

25
dan Rehabilitasi Mental Az-Zainy, Malang, Jawa Timur, Pekanbaru, Cahaya
Firdaus, 2016.
Rusdiana, Ahmad, dkk., Tuntunan Praktek Ibadah Bandung: Pusat Penelitian dan
Penerbitan UIN SGD, 2019.
Shalih, Suad Ibrahim, Fiqh Ibadah Wanita, Jakarta, Amzah, 2011.
Thonthowi, Tuntunan Ibadah Praktis: Thaharah, Sholat, Puasa, dan Perawataan
Jenazah, Yogyakarta, LSPI,2012.

26

Anda mungkin juga menyukai