PSIKOLOGI SOSIAL
“ORIENTASI KOGNITIF”
Dosen pengampu :
Oleh :
Maulana Azmi (190701038)
Idayatul Khasanah (190701009)
i
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat limpahan rahmat,
taufik dan hidayah-Nya, sehinga penulis dapat menyelesaikan sebuah makalah dengan judul :
“Orientasi Kognitif”
Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan tugas
perkuliahan pada Program Studi Psikologi, Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah
Gresik.
Dengan tersusunnya makalah ini penulis berharap kepada Ibu Pengampu Mata Kuliah
Psikologi belajar berkenan meluangkan waktu untuk membina dan membimbing pembuatan
karya ilmiah (makalah) yang ditugaskan kepada mahasiswa.
Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :
1.1 Dr. Asri Rejeki M.M., Psi. selaku dosen pengampu mata kuliah Psikologi Sosial
yang dengan telaten dan sungguh-sungguh dalam menyampaikan materinya.
2.1 Rekan-rekan seangkatan Tahun Akademik 2019-2020 yang selalu saling
memberikan semangat dan dukungan nya dalam menyelesaikan tugas.
Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya.
Untuk itu dengan kerendahan hati dari pemakalah mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Demikian menjadikan periksa dan pemakalah berharap atas kritik dan saran, guna
perbaikan dalam penulisan makalah ini. Amin.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................iii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
1.3 Tujuan..........................................................................................................................1
BAB II........................................................................................................................................2
PEMBAHASAN........................................................................................................................2
BAB III.....................................................................................................................................19
PENUTUP................................................................................................................................19
3.1 Kesimpulan................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................19
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Dari rumusan masalah diatas, tujuan yang ingin dicapai dalam
pembuatan makalah ini adalah pembaca di harapkan mampu :
1. Mengetahui bagaimana Konsep Dasar Orientasi Kognitif
2. Mengetahui apa saja Teori-Teori Konsistensi Kognitif
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
1. Istilah-istilah Dasar dalam Teori Kognitif
1) Kognisi dan Struktur Kognitif
Kebanyakan dari penulis tidak merasa perlu mendefinisikan istilah
kognisi secara khusus dan rinci.dikarenakan istilah ini sering dipakai dan
semua orang mengerti. Beberapa penulis yang memberikan deskripsi
tentang istilah ini adalah:
Kognisi (Scheerer, 1954:49), Proses sentral yang menghubungkan
peristiwa-peristiwa di luar (external) dan di dalam (internal) diri
sendiri.
Kognisi (Festinger, 1957), Elemen-elemen kognitif, yakni perihal
yang diketahui oleh seseorang tentang dirinya sendiri, tentang
perilakunya, dan tentang keadaan sekitarnya.
Kognisi (Neisser, 1967), Proses yang mengubah, mereduksi,
memerinci, menyimpan, mengungkapkan dan memakai setiap
masukan (input) yang datang asal alat indera.
2) Ransang (Stimulus)
Rangsang (stimulus) merupakan suatu hal yang rumit. Merupakan
suatu hal tang rumit. Menurut Scheerer ada tiga macam rangsang sesuai
dengan adanya tiga elemen dari proses penginderaan, yaitu:
Rangsangan yang merupakan objek dalam bentuk fisiknya
(rangsang distal).
Rangsangan sebagai keseluruhan yang tersebar dalam lapang
proksimal (belum menyangkut proses system syaraf).
Rangsangan sebagai representasi fenomenal (gejala yang
dikesankan) dari objek-objek yang ada di luar.
Ketiga teori di atas digunakan dalam teori-teori kognitif .walaupun
demikian, yang banyak dipakai adalah defenisi yang pertama.
3) Respons
Menurut Scheerer, respons (balas) adalah proses pengorganisasian
rangsang. Rangsang proksimal di organisasikan sedemikian rupa
3
sehingga terjadi representasi fenomena dari rangsang proksimal itu.
Proses inilah yang dinamakan respons.
4) Arti (Meaning)
Arti (meaning) adalah konsep utama dalam teori kognitif dan
memainkan peran dalam menerangkan segala proses psikologik yang
rumit. Ausbel (1965) menyatakan arti merupakan hasil dari proses
belajar yang berwujud gejala idiosinkratik.
4
Menurut Bruner ada empat tahap pengambilan keputusan , yaitu:
1) Kategorisasi primitif: dimana objek atau peristiwa diamati, diisolasi,
dan ditandai berdasarkan ciri-ciri khusus.
2) Mencari tanda (cue search) : dimana pengamat secara cepat
memeriksa lingkungan untuk mencari informasi-informasi tambahan
yang memungkinkan melakukan kategorisasi yang tepat.
3) Konfirmasi: hal ini terjadi setelah objek mendapatkan penggolongan
sementara. Pada tahap ini si pengamat tidak lagi terbuka untuk
sembarangan masukan, melainkan ia hanya menerima tambahan
informasi yang akan memperkuat keputusannya. Masukan yang tidak
relevan akan dihindari. Menurut Bruner tahapan ini disebut juga
proses seleksi melalui pintu gerbang (selestive gating process).
4) Konfirmasi tuntas, dimana pencarian tanda diakhiri, tanda yang baru
diabaikan, tanda yang tidak relevan dengan kesimpulanjuga
diabaikan. Sehingga cocok dengan kategori yang dipilih.
B. Belajar
Menurut Ausubel (1961) ada empat tipe belajar:
1) Belajar dengan menerima saja (reception learning): si pelajar hanya
menerima bahan-bahany ang tersedia baginya sehingga dimasa yang
akandatang ia bisa memproduksi kembali.
2) Belajar dengan menemukan arti (discovery learning): si pelajar
menemukan sendiri materi yang harus dipelajari. Ia tidak hanya
menyerap, tetapi mengorganisasi dan mengintegrasikan materi-materi
yang dipelajari ke dalam struktur kognitifnya.
3) Belajar dengan menghafal (rote learning): si pelajar mengingat
kembali bahanyang dipelajari secara verbatim, yaitu sebagi rangkaian
kata.
4) Belajar dengan mengartikan (meaningful learning): si pelajarberada
dalam situasi yang kecenderungan untuk menghubungkan antara
informasi dan konsep-konsep yang relevan.
5
C. Motivasi dan Penguat
Menurut Cohen dan kawan-kawan (1955) yang mendefinisikan
kebutuhan akan kognisi sebagai kebutuhan untuk menstruktur situasi-
situasi yang berarti dengan cara terintegrasi dan dapat dimengerti.
Dua ukuran kebutuhan kognisi menurut Cohen:
1) Tinggi atau rendahnya kebutuhan akan kognisi itu sendiri
2) Kebutuhan itu muncul dalam situasi yang membingungkan atau situasi
yang jelas.+
6
prilaku adaptif (penyesuain diri dengan lingkungan) atau unadaptif
(tidak bisa menyesuaikan diri).
Proposisis 5: cara-cara khusus untuk mencapai tujuan dan mengurangi
keteganagn dapat dipelajari dan dianut secara tetap oleh seseorang.
C. Reorganisasi Kognitif
Prosisi-prosisi yang berikut menyangkut reorganisasi kognitif dan
meliputi belajar, berfikir, pemecahan masalah, lupa, dan perubahan
psikologis.
Prosisi 1: selama ada sesuatu yang memblokir pencapaian tujuan, akan
terjadilah reorganisasi kognitif; sifat reorganisasi ini sedemikian rupa
sehingga menurunkan ketegangan (tension) yang ditimbulkan oleh
situasi yang menimbulkan frustasi.
7
Prosisi 2: proses reorganisasi kognitif secara khas terdiri dari
serangkaian organisasi yang saling berkaitan dan tersusun secara
heirarkis.
Prosisi 3: struktur kognitif setelah beberapa saat mengalami prubahan-
perubahan yang progesif sesuai dengan prinsip-prinsip organisasi.
Prosisi 4: mudah dan cepatnya proses reorganisasi kognitif merupakan
fungsi dari diferensiasi, isolasi, dan kekakuan (rigi-dity) dari struktur
kognitif yang asli.
Struktur-struktur kognitif yang sederhana dan terisolasi lebih
mudah direorganisasi dari-pada yang terdiferensiasi dan saling
berkaitan.Kemudahan berubahnya struktur kognitif ini disebut
‘’Multipleksitas’’.
8
Hubungan inkonsisten antara kognisi kognisi diberi nama berbeda beda oleh
beberapa ahli sebagai berikut :
1. Heider (1946) menamakannya ke-tidak seimbangan kognitif (cognitif
imbalance).
2. Newcomb (1953) menamakannya asimetri (asymetry)
3. Osgood & Tannembaum (1955) menamakannnya ketidakselarasan
(inconruence).
4. Festinger (1957) menamakannya disonansi (Dissonance).
Dari keempat tokoh yang dikemukakan diatas, yang paling terbatas kegunaan
teorinya (hanya dapat digunakan dalam situasi tertentu) adalah Teori Osgood dan
Tanembaum, sedangkan yang paling luas pemakaiannya adalah Teori Festinger.
1. Teori P-O-X
Teori ini berpangkal pada perasaan-perasaan yang ada pada seseorang
(P) terhadap orang lain (O) dan hal yang lain (X) yang ada kaitannya dengan
O,X dalam hal ini tidak hanya berupa benda mati, tetapi bisa berupa orang
lain. Ketiga hal tersebut membentuk satu kesatuan.
Hubungan antara P-O-X
Menurut Heider ada dua jenis hubungan dalam sistem P-O-X:
a. Hubungan unit terdiri dari:
a.1. Tipe U
a.2. Tipe bukan U
b. Hubungan Tipe bukan U adalah jika unsur-unsur itu tidak saling mem
b.1. Positif (L)
b.2. Negatif (DL)
Contoh :
Kalo P menyukai O dan tidak menyukai X maka persoalan
keseimbangan tidak akan timbul selama O dan X dipandang sebagai hal-hal
yang terpisah satu sama lain. Sebaliknya, kalau O dan X saling berhubungan ,
tetapi tidak saling memilik (hubungan negatif), terdapatlah keadaan tidak
seimbang dalam struktur kognitif (P).
Pembentukan hubungan unit menu keadaan menurut Heider sebagian
besar dipengaruhi oleh prinsip-prinsip persepsi dari psikologi Gestalt, seperti
kesamaan, kedekatan, kelangsungan, set dan pengalaman masalalu.
9
Hubungan sentimen di pihak lain adalah penilaian seseorang terhadap
sesuatu. Jadi, termasuk di dalamnya antara lain adalah menyukai, memuja,
menolak, tidak mencela, mengejek, dan sebagainya. Kalau penilaian positif
diberi simbol-simbol: L, sedangkan kalau penilaian itu negatif diberi simbol:
DL.
2. Sistem A-B-X
Hipotesisi umum yang diajukan NewComb 1937, 1957) adalah bahwa
ada hukum-hukum yang mengatur hubungan-hubungan antara kepercayaan-
kepercayaan dan sikap-sikap yang ada pada seseorang. Beberapa kombinasi
kepercayaan dan sikap itu ada yang tidak stabil yang mendorong orang yang
bersangkutan menuju ke situasi yang lebih stabil. Newcomb menambahkan
faktor komunikasi antar individu dan hubungan—hubungan dalam
kelompok-kelompok daripada teori P-O-X dari Heider.
10
Definisi-definisi
a. Tindak komunikatif (communicative act)
yaitu pemindahan informas dari sumber ke penerima. Informasi terdiri
dari rangsang-rangsang yang diasosiasikan dengan benda, keadaan,
sifat atau peristiwa yang memungkinkan seseorang membedakannya
dari hal-hal lain. Tidakan komunikatif yang paling sederha adalah
seseorang (A) menyampaikan informasi kepada orang lain (B) tentang
sesuatu (X). Ia menyimbolkan hal ini sebagai A ke B tentang X.
b. Orientasi
Yaitu kebiasaan seseorang (baik kognitif maupun kateksis) untuk
selalu mengaitkan diri sendiri dengan orang-orang lain atau objek-
objek di sekitar dirinya. Orientasi ini dapat disamakan artinya dengan
“sikap”, tetapi Newcomb membedakan 2 orientasi yaitu atraksi dan
sikap sendiri. Atraksi adalah orientasi terhadap orang lain, sedangkan
sikap adalah orientasi terhadap objek.
c. Koorientasi atau orientasi simultan
Yaitu saling ketergantungan antara situas A terhadap B dan terhadap
X.
d. Arus sistem (system strain) atau arus menuju simetri
Yaitu suatu ketegangan psikologis yang disebabkan oleh adanya
perbedaan orientasi antara diri sendiri (A) dengan orang lain (B) dan
antara diri sendiri (A) dengan hal-hal lain. Ketegangan ini dapat
disebabkan oleh adanya keraguan A tentang orientasi B terhadap X.
Dalam teori Heider, arus sistem ini disebut keadaan tidak seimbang.
Kadar/derajat arus sistem dipengaruhi oleh:
1. Kadar perbedaan orientasi yang dipersepsi
2. Tanda (positif atau negatif) dan derajat dari atraksi
3. Pentingnya objek komunikasi
4. Kepastian tentang orientasi yang ada pada dri sendiri
5. Relevansi dari objek yang dikenai orientasi.
11
Sistem Orientasi
Menurut Newcomb ada dua macam sistem orientasi, yaitu :
a. Sistem individual (dalam diri sendiri)
b. Sistem kelompok (menyangkut hubungan antara individu-
individu).
Dalam kedua sistem tersebut di atas minimal diperlukan
komponen berikut :
1. Sikap A terhadap X;
2. Atraksi A terhadap B;
3. Sikap B terhadap X;
4. Atraksi B terhadap A.
Sistem kelompok dibuat untuk menerangkan hubungan dua
orang dengan beberapa batasan berikut:
1.) Tindakan komunikatif adalah tindakan verbal (bicara) dalam situasi
berhadap hadapan (face to face)
2.) Komunikasi dicetuskan dengan sengaja
3.) Tindakan komunikatif dihadiri oleh penerima.
4.) A dan B adalah anggota - anggota kelompok yang terus menerus
saling berhubungan.
Dengan demikian, terdapat desakan atau arus (strain) yang
menuju simetri dalam sistem A-B-X
Manfaat Simetri
1. Kegunaan pertama dari kognisi yang simetris adalah
memungkinkan seseorang untuk memperhitungkan atau
meramalkan tingkah laku orang lain.
2. Kognisi simetris memungkinkan lebih mantapnya sikap terhadap
X.
12
menuju simetri bisa rendah dan bisa tinggi tergantung dari beberapa
faktor:
1. tingkat perbedaan sikap antara A dan dan B ;
2. tanda (+/-) dan tingkat atraksi antara A dan B;
3. tingkat pentingnya X (objek komunikasi);
4. keyakinan pada orientasi diri masing-masing;
5. relevansi X terhadap sistem.
selanjutnya, Newcomb menunjukkan 7 cara untuk seseorang
mengurangi arus sistem (system strain):
1. mengurangi kekuatan atraksinya kepada B;
2. mengurangi relevansi X;
3. mengurangi persepsi B tentang relevansi X;
4. mengurangi pentingnya arti X;
5. mengurangi persepsi B tentang pentingnya X;
6. mengubah sikap sendiri; dan
7. dan mengubah persepsi sendiri tentang sikap B terhadap X.
semua itu bisa dilakukan tanpa komunikasi walaupun akan lebih
dipermudah melalui komunikasi.
13
Osgood Menggunakan Skala ini untuk beberapa konsep dan
melakukan analisis faktor. hasilnya, Osgood menemukan tiga faktor dari
skala tersebut yaitu evaluatif, aktivitas, dan potensi.
Asumsi dasar yang kedua adalah bahwa kerangka penilaian seseorang
cenderung ke arah penyederhanaan yang maksimal. asumsi ini berkaitan
dengan 2 asumsi lainnya, yaitu:
1. Ada kecenderungan bahwa objek-objek dipandang baik sama sekali atau
buruk sama sekali.
2. Objek-objek yang dipandangi baik, berapapun tingkat kebaikan-nya
Dipandang sama atau serupa, sedangkan objek-objek yang dipandang
jelek sampai batas tertentu akan digolongkan sebagai suatu Kelompok.
Prinsip Kselarasan
Dalam mengamalkan prinsip keselarasan ini pada situasi situasi
khusus, perlu diperhatikan hal-hal berikut:
a. masalah keselarasan;
b. arah perubahan menuju keselarasan;
c. beban tekanan yang ditimbulkan oleh ketidak selarasan dan penyebaran
beban tersebut diantara objek-objek sikap.
14
objek yang satu lagi, baik dalam arah yang sama (positif) maupun
dalam arah yang berbeda (negatif).
15
5. Jika 2 objek yang netral dinilai berbeda tetapi dihubungkan dengan
pernyataan yang selaras maka objek yang dinilai nya. misalnya, seorang
dosen (+3) suka main karambol (+1). dengan pernyataan ini ini gengsi
dosen tersebut menurun sedikit, sedangkan nilai permainan karambol
justru meningkat.
16
c. Menambah elemen kognitif baru, misalnya mencari pendapat teman
lain yang mendukung pendapat bahwa baju tersebut bagus dan tidak
norak. sayang sekali Teori ini tidak memberikan cara untuk
memperkirakan kemungkinan mana yang akan ditempuh untuk
mengurangi disonansi dalam keadaan-keadaan tertentu.
2. Penghindaran disonansi
Adanya disonansi selalu menimbulkan dorongan untuk
menghindari disonansi tersebut titik dalam hubungan ini caranya adalah
dengan menambah informasi baru yang diharapkan dapat menambah
dukungan terhadap pendapat orang yang bersangkutan atau menambah
perbendaharaan Elemen kognitif dalam diri orang yang bersangkutan.
Penambahan elemen baru ini harus sangat selektif, yaitu hanya
Mencarinya pada orang-orang yang diperkirakan dapat memberi
dukungan dan menghindari orang-orang yang pandangannya berbeda
titik demikianlah cara menghindari disonansi.
Dampak teori
Teori festinger ini mmepunyai pngaruh terhadap berbagai situasi
dalam kehidupan sehari hari. dampak teori tersebut antara lain terlihat dalam
hal-hal berikut :
1. pembuatan keputusan
mengenai suatu keputusan biasanya terjadi hal-hal sebagai berikut :
a. akan terjadi peningkatan pencarian informasi baru yang
menghasilkan elemen kogmisi yang mendukung (konsonan
dengan) keputusan yang sudah dibuat.
b. akan timbul kepercayaan yang semakin mantap tentang
keputusan yang sudah dibuat atau timbul pandangan yang
semakin tegas membedakan kemenarikan alternatif yang telah
diputuskan dari pada alternatif-alternatif lainnya.
c. semakin sulit untuk mengubah arah keputusan yang sudah
dibuat, terutama pada keputusan yang sudah mengurangi banyak
disonansi
17
2. paksaan untuk mengalah
dalam situasi-situasi publik seseorang dapat dapat dipaksa
untuk melakukan sesuatu (dengan ancaman hukuman atau
menjanjikan hadiah). kalau perbuatan itu tidak sesuai kehendak
maka timbul dinsonansi. kadar disonansi tergantung pada besarnya
ancaman hukuman atau hadiah yang diterima.
3. ekspose pada informasi-informasi
disonansi akan mendorong pencarian informasi-infomasi
baru. kalau disonansi hanya sedikit, maka usaha mencari infromasi
baru juga tidak ada. kalau kadar disonansi berada pada taraf
menengah, maka usaha pencarian informasi baru akan mencapai
taraf maksimal. namun kalau kadar disonansi maksimal, justru
usaha mencari informasi baru akan sangat berkurang karena pada
tahap ini akan terjadi perubahan elemen kogmitif.
4. Dukungan Sosial
Jika seseorang ( misal A) mengetahui bahwa pendapatnya
berbeda dari orang lain, maka timbullah apa yang disebut
kekurangan dukungan sosial. Kekurangan dukungan sosial ini
menimbulkan disonansi pada A yang kadarnya ditetapkan
berdasarkan faktor-faktor sebagai berikut :
a. ada tidaknya objek yang menjadi sasaran pendapat orang lain
itu, disekitar A;
b. banyaknya orang yang dikenal A berpendapat sama dengan A;
c. pentingnya elemen yang bersangkutan bagi A
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penelitian kontemporer pada teori belajar kognitif berfokus pada prosesi
informasi, memori, metakognisi, teori transfer, simulasi komputer, kecerdasan
buatan, model pembelajaran matematika, Ausubel, Bruner, Gagne dan
diklasifikasikan sebagai teori kognitif kontemporer. Masing-masing teori
menekankan perbedaan aspek dari fungsi kognitif pada konteks perorangan dan
kelompok. Teori kognitif cukup beragam, tetapi semua disatukan dengan
pentingnya proses mental internal pelajar . Ketiga perintis teori kognitif, Bruner,
Gagne dan Ausubel berbagi ide umum juga. Mereka tidak menekankan perspektif
Perkembangan, seperti yang Piaget lakukan.
DAFTAR PUSTAKA
19