Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

PSIKOLOGI SOSIAL
“ORIENTASI KOGNITIF”

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah psikologi sosial

Dosen pengampu :

Dr. Asri Rejeki M.M.,Psi.

Oleh :
Maulana Azmi (190701038)
Idayatul Khasanah (190701009)

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GRESIK
2019

i
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat limpahan rahmat,
taufik dan hidayah-Nya, sehinga penulis dapat menyelesaikan sebuah makalah dengan judul :
“Orientasi Kognitif”
Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan tugas
perkuliahan pada Program Studi Psikologi, Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah
Gresik.
Dengan tersusunnya makalah ini penulis berharap kepada Ibu Pengampu Mata Kuliah
Psikologi belajar berkenan meluangkan waktu untuk membina dan membimbing pembuatan
karya ilmiah (makalah) yang ditugaskan kepada mahasiswa.
Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :
1.1 Dr. Asri Rejeki M.M., Psi. selaku dosen pengampu mata kuliah Psikologi Sosial
yang dengan telaten dan sungguh-sungguh dalam menyampaikan materinya.
2.1 Rekan-rekan seangkatan Tahun Akademik 2019-2020 yang selalu saling
memberikan semangat dan dukungan nya dalam menyelesaikan tugas.
Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya.
Untuk itu dengan kerendahan hati dari pemakalah mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Demikian menjadikan periksa dan pemakalah berharap atas kritik dan saran, guna
perbaikan dalam penulisan makalah ini. Amin.

Gresik, 18 Maret 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii

DAFTAR ISI............................................................................................................................iii

BAB I.........................................................................................................................................1

PENDAHULUAN......................................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................1

1.3 Tujuan..........................................................................................................................1

BAB II........................................................................................................................................2

PEMBAHASAN........................................................................................................................2

2.1 Orientasi Kognitif........................................................................................................2

A. Konsep Dasar Orientasi Kognitif................................................................................2

B. Teori Teori Knsistensi Kognitif...................................................................................8

BAB III.....................................................................................................................................19

PENUTUP................................................................................................................................19

3.1 Kesimpulan................................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................19

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Psikologi yang berorientasi kognitif, teori teorinya menitikberatkan
pada proses proses Sentral, misalnya sikap, ide harapan untuk menerangkan
perilaku titik orientasi ini dibedakan dengan orientasi psychoanalytic yang
mempelajari proses yang paling dalam misalnya ketidaksadaran, ID dan juga
terhadap teori teori behavioristik, yang menekankan studinya tentang perilaku
pada proses proses luar misalnya rangsangan dan balasan. namun, untuk neo-
behaviorisme  teori-teori orientasi kognitif tidak selalu dapat dibedakan
secara lebih jelas (signifikan)

1.2 Rumusan Masalah


a. Bagaimanakah Konsep Dasar Orientasi Kognitif ?
b. Apa saja Teori-Teori Konsistensi Kognitif ?

1.3 Tujuan
Dari rumusan masalah diatas, tujuan yang ingin dicapai dalam
pembuatan makalah ini adalah pembaca di harapkan mampu :
1. Mengetahui bagaimana Konsep Dasar Orientasi Kognitif
2. Mengetahui apa saja Teori-Teori Konsistensi Kognitif

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Orientasi Kognitif

A. Konsep Dasar Orientasi Kognitif


Teori-teori yang menitikberatkan proses-proses sentral (misalnya sikap, ide,
harapan) dalam menerangkan tingkah laku. Orientasi ini dibedakan dari orientasi
psikoanalitik dan teori-teori behavioristik.
Sebelum kita mendalami teori-teori yang berorientasi kognitif ini, kita perlu
mencatat beberapa perbedaan antara teori kognitif dan neo-behaviorisme berikut
ini:
a. Behaviorisme terutama berkaitan dengan pembiasan (conditioning),baik
yang klasik maupun yang operand an banyak mempelajari proses belajar.
Teori – teori kognitif di lain pihak lebih banyak mempelajari
pembentukan konsep, berpikir, dan membangun pengetahuan.
b. Behaviorisme mempelajari perilaku – perilaku yang kasat mata,
sedangkan teori kognitif membicarakan konsep – konsep mentalistik.
c. Behaviorisme menganggap, bahwa pada setiap perilaku atau peristiwa
psikologik ada proses organismik (fisiologik) yang mendasarinya, sedang
aliran orientasi kognitif menerangkannya sebagai perbedaan-perbedaan
pada keadaan kesadaran (Ausubel, 1965).
d. Analisis dari behaviorisme bersifat molecular (tingkah laku diuraikan
kedalam refleks – refleks), sedangkan analisis kognitif bersifat molar
(secara keseluruhan)
e. Behaviorisme mementingkan factor genetic, sedangkan aliran kognitif
tidak.
f. Menurut behaviorisme setiap tingkah laku dirangsang oleh kebutuhan
primer tertentu dan kalau tidak terpenuhi maka akan terjadi proses belajar.
Teori kognitif berpendapat bahwa proses belajar dapat terjadi tanpa
dipenuhinya kebutuhan tertentu (Allport, 1937)

2
1. Istilah-istilah Dasar dalam Teori Kognitif
1) Kognisi dan Struktur Kognitif
Kebanyakan dari penulis tidak merasa perlu mendefinisikan istilah
kognisi secara khusus dan rinci.dikarenakan istilah ini sering dipakai dan
semua orang mengerti. Beberapa penulis yang memberikan deskripsi
tentang istilah ini adalah:
 Kognisi (Scheerer, 1954:49), Proses sentral yang menghubungkan
peristiwa-peristiwa di luar (external) dan di dalam (internal) diri
sendiri.
 Kognisi (Festinger, 1957), Elemen-elemen kognitif, yakni perihal
yang diketahui oleh seseorang tentang dirinya sendiri, tentang
perilakunya, dan tentang keadaan sekitarnya.
 Kognisi (Neisser, 1967), Proses yang mengubah, mereduksi,
memerinci, menyimpan, mengungkapkan dan memakai setiap
masukan (input) yang datang asal alat indera.
2) Ransang (Stimulus)
Rangsang (stimulus) merupakan suatu hal yang rumit. Merupakan
suatu hal tang rumit. Menurut Scheerer ada tiga macam rangsang sesuai
dengan adanya tiga elemen dari proses penginderaan, yaitu:
 Rangsangan yang merupakan objek dalam bentuk fisiknya
(rangsang distal).
 Rangsangan sebagai keseluruhan yang tersebar dalam lapang
proksimal (belum menyangkut proses system syaraf).
 Rangsangan sebagai representasi fenomenal (gejala yang
dikesankan) dari objek-objek yang ada di luar.
Ketiga teori di atas digunakan dalam teori-teori kognitif .walaupun
demikian, yang banyak dipakai adalah defenisi yang pertama.
3) Respons
Menurut Scheerer, respons (balas) adalah proses pengorganisasian
rangsang. Rangsang proksimal di organisasikan sedemikian rupa

3
sehingga terjadi representasi fenomena dari rangsang proksimal itu.
Proses inilah yang dinamakan respons.
4) Arti (Meaning)
Arti (meaning) adalah konsep utama dalam teori kognitif dan
memainkan peran dalam menerangkan segala proses psikologik yang
rumit. Ausbel (1965) menyatakan arti merupakan hasil dari proses
belajar yang berwujud gejala idiosinkratik.

2. Beberapa Proses Psikologik Diterangkan oleh Teori Kognitif


A. Persepsi
Scheerer (1954) menyatakan bahwa persepsi adalah reprentasi
fenomenal tentang objek distal sebagai hasil pengorganisasian objek
distal itu sendiri, medium, dan rangsang proksimal.
Empat aspek dari dari persepsi menurut Berlyn (1957) dapat
membedakan persepsi dari berpikir adalah:
1) Hal-hal yang diamati dari sebuah rangsang bervariasi, tergantung pola
dari keseluruhan dimana rangsang tersebut menjadi bagiannya.
2) Persepsi bervariasi dari orang ke orang dan dari waktu ke waktu.
3) Persepsi bervariasi tergantung dari arah (focus) alat-alat indra.
4) Persepsi cenderung berkembang ke arah tertentu dan sekali terbentuk
kecenderungan itu biasanya akan menetap.

Faktor-faktor yang berpengaruh pada persepsi, Krech &


Crutchfield (1948) menyatakan bahwa ada dua golongan variabel yang
memengaruhi persepsi yaitu:
1) Variabel struktural : faktor-faktor yang tergantung dalam rangsang
fisikdan proses neurofisiologik.
2) Variabel fungsional : faktor-faktor yang terdapat dalam diri si
pengamat, seperti kebutuhan, suasana hati, pengalaman masa lampau,
dan sifat-sifat individual lainnya.

4
Menurut Bruner ada empat tahap pengambilan keputusan , yaitu:
1) Kategorisasi primitif: dimana objek atau peristiwa diamati, diisolasi,
dan ditandai berdasarkan ciri-ciri khusus.
2) Mencari tanda (cue search) : dimana pengamat secara cepat
memeriksa lingkungan untuk mencari informasi-informasi tambahan
yang memungkinkan melakukan kategorisasi yang tepat.
3) Konfirmasi: hal ini terjadi setelah objek mendapatkan penggolongan
sementara. Pada tahap ini si pengamat tidak lagi terbuka untuk
sembarangan masukan, melainkan ia hanya menerima tambahan
informasi yang akan memperkuat keputusannya. Masukan yang tidak
relevan akan dihindari. Menurut Bruner tahapan ini disebut juga
proses seleksi melalui pintu gerbang (selestive gating process).
4) Konfirmasi tuntas, dimana pencarian tanda diakhiri, tanda yang baru
diabaikan, tanda yang tidak relevan dengan kesimpulanjuga
diabaikan. Sehingga cocok dengan kategori yang dipilih.

B. Belajar
Menurut Ausubel (1961) ada empat tipe belajar:
1) Belajar dengan menerima saja (reception learning): si pelajar hanya
menerima bahan-bahany ang tersedia baginya sehingga dimasa yang
akandatang ia bisa memproduksi kembali.
2) Belajar dengan menemukan arti (discovery learning): si pelajar
menemukan sendiri materi yang harus dipelajari. Ia tidak hanya
menyerap, tetapi mengorganisasi dan mengintegrasikan materi-materi
yang dipelajari ke dalam struktur kognitifnya.
3) Belajar dengan menghafal (rote learning): si pelajar mengingat
kembali bahanyang dipelajari secara verbatim, yaitu sebagi rangkaian
kata.
4) Belajar dengan mengartikan (meaningful learning): si pelajarberada
dalam situasi yang kecenderungan untuk menghubungkan antara
informasi dan konsep-konsep yang relevan.

5
C. Motivasi dan Penguat
Menurut Cohen dan kawan-kawan (1955) yang mendefinisikan
kebutuhan akan kognisi sebagai kebutuhan untuk menstruktur situasi-
situasi yang berarti dengan cara terintegrasi dan dapat dimengerti.
Dua ukuran kebutuhan kognisi menurut Cohen:
1) Tinggi atau rendahnya kebutuhan akan kognisi itu sendiri
2) Kebutuhan itu muncul dalam situasi yang membingungkan atau situasi
yang jelas.+

3. Teori Kognitif dari Krech & Crutchfield


Teori krech dan crutfield (1948) merupakan teori yang paling
ambisius dan paling eksplisit dalam kelompok orientasi kognitif .
A. Dinamika tingkah laku
Dinamika tingkah laku adalah sekumpulan perilaku yang dimiliki
oleh manusia dan dipengaruhi oleh adat, sikap, nilai, etika, kekuasaan,
persuasi, dan genetika. Krech & cruthfield dalam teori tersebut
mengajukan beberapa proposisi (pernyataan).
 Proposisi 1 : unit yang paling tepat untuk menganalisis motivasi
adalah tingkah laku molar (keseluruhan) yang mencakup kebutuhan
(needs) dan tujuan (goals)
 Proposisi 2 : dinamika prilaku molar merupakan hasil dari hal yang
terdapat dalam lapang psikologis pada saat itu (immediate
psychological field) .
 Krech & crutfield menyatakan bahwa jawaban atas pertanyaan-
pertanyaan itu tidak perlu dicari ke masa lampau karena semua motif
adalah bermasa kini (kontemporer).
 Prosposisi 3: ketidakstabilan dalam lapang psikologik menghasilkan
keteganagan(tension) yang mempengaruhi presepsi , kognisi, dan
tindakan(action) sedemikian rupa sehingga lapang psikologik tersebut
mengarah kembali ke struktur yang lebih stabil.
 Proposisi 4: frustasi terhadap pencapaian tujuan dan kegagalan untuk
mengurangi keteganagan bisa membawa individu kepada prilaku-

6
prilaku adaptif (penyesuain diri dengan lingkungan) atau unadaptif
(tidak bisa menyesuaikan diri).
 Proposisis 5: cara-cara khusus untuk mencapai tujuan dan mengurangi
keteganagn dapat dipelajari dan dianut secara tetap oleh seseorang.

B. Struktur Presepsi dan Kognitif


Proposisi-proposisi berikut ini adalah tentang hukum-hukum
presepsi dan kognisi.
 Proposisi 1: lapang pres epsi dan kognisi dalam keadaannya yang
alamiah sudah terorganisir dan berarti.
 Proposisi 2 : presepsi secara fungsional adalah selektif (bersifat
memilih)
 Proposisi 3 : hal-hal yang bersifat presepsi dan kognisi dari suatu
substruktur sebagian terbesar dipengaruhi oleh hal-hal dari struktur
yang lebih besar dimana substruktur yang bersangkutan menjadi
anggota.
 Proposisi 4 : objek-objek atau peristiwa yang saling berdekatan dalam
waktu atau tempat atau mirip satu sama lain cenderung diartikan
sebagai bagian dari suatu struktur yanag sama. (proposisi ini jelas
didasarkan pada prinsip gestalt tentang kesamaan dan kedekatan
sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi.

C. Reorganisasi Kognitif
Prosisi-prosisi yang berikut menyangkut reorganisasi kognitif dan
meliputi belajar, berfikir, pemecahan masalah, lupa, dan perubahan
psikologis.
 Prosisi 1: selama ada sesuatu yang memblokir pencapaian tujuan, akan
terjadilah reorganisasi kognitif; sifat reorganisasi ini sedemikian rupa
sehingga menurunkan ketegangan (tension) yang ditimbulkan oleh
situasi yang menimbulkan frustasi.

7
 Prosisi 2: proses reorganisasi kognitif secara khas terdiri dari
serangkaian organisasi yang saling berkaitan dan tersusun secara
heirarkis.
 Prosisi 3: struktur kognitif setelah beberapa saat mengalami prubahan-
perubahan yang progesif sesuai dengan prinsip-prinsip organisasi.
 Prosisi 4: mudah dan cepatnya proses reorganisasi kognitif merupakan
fungsi dari diferensiasi, isolasi, dan kekakuan (rigi-dity) dari struktur
kognitif yang asli.
Struktur-struktur kognitif yang sederhana dan terisolasi lebih
mudah direorganisasi dari-pada yang terdiferensiasi dan saling
berkaitan.Kemudahan berubahnya struktur kognitif ini disebut
‘’Multipleksitas’’.

B. Teori Teori Konsistensi Kgnitif

Teori-teori kognitif berpangkal pada sebuah proposisi umum yaitu bahwa


kognisi (pengetahuan, kesadaran) yang tidak konsisten dengan kognisi-kognisi
lain menimbulkan keadaan psikologis yang tidak menyenangkan dan keadaan ini
mendorong orang untuk bertingkah laku agar tercapai konsistensi antar kognisi-
kognisi tersebut yang akan menimbulkan rasa senang.
Keadaan inkonsisten misalnya terjadi bila kita melihat seorang menteri
sedang nongkrong di warung di tepi jalan. Menteri dan warung merupakan dua
kognisi yang tidak bisa saling berkaitan, bahkan mungkin saling berlawanan
sehingga kalau kedua kognisi ini muncul sekaligus, timbul perasaan inkonsisten
dalam diri kita, yang menyebabkan kita perlu melakukan sesuatu agar timbul
konsistensi yang menyenangkan, misalnya melihat orang itu sekali lagi untuk
meyakinkan bahwa dia sesungguhnya bukan menteri ( orang lain yang mirip
menteri), atau mengubah struktur kognitif dengan menyatakan kepada diri sendiri
bahwa menteri adalah manusia juga yang sakali kali ingin santai makan diwarung.

8
Hubungan inkonsisten antara kognisi kognisi diberi nama berbeda beda oleh
beberapa ahli sebagai berikut :
1. Heider (1946) menamakannya ke-tidak seimbangan kognitif (cognitif
imbalance).
2. Newcomb (1953) menamakannya asimetri (asymetry)
3. Osgood & Tannembaum (1955) menamakannnya ketidakselarasan
(inconruence).
4. Festinger (1957) menamakannya disonansi (Dissonance).
Dari keempat tokoh yang dikemukakan diatas, yang paling terbatas kegunaan
teorinya (hanya dapat digunakan dalam situasi tertentu) adalah Teori Osgood dan
Tanembaum, sedangkan yang paling luas pemakaiannya adalah Teori Festinger.
1. Teori P-O-X
Teori ini berpangkal pada perasaan-perasaan yang ada pada seseorang
(P) terhadap orang lain (O) dan hal yang lain (X) yang ada kaitannya dengan
O,X dalam hal ini tidak hanya berupa benda mati, tetapi bisa berupa orang
lain. Ketiga hal tersebut membentuk satu kesatuan.
Hubungan antara P-O-X
Menurut Heider ada dua jenis hubungan dalam sistem P-O-X:
a. Hubungan unit terdiri dari:
a.1. Tipe U
a.2. Tipe bukan U
b. Hubungan Tipe bukan U adalah jika unsur-unsur itu tidak saling mem
b.1. Positif (L)
b.2. Negatif (DL)
Contoh :
Kalo P menyukai O dan tidak menyukai X maka persoalan
keseimbangan tidak akan timbul selama O dan X dipandang sebagai hal-hal
yang terpisah satu sama lain. Sebaliknya, kalau O dan X saling berhubungan ,
tetapi tidak saling memilik (hubungan negatif), terdapatlah keadaan tidak
seimbang dalam struktur kognitif (P).
Pembentukan hubungan unit menu keadaan menurut Heider sebagian
besar dipengaruhi oleh prinsip-prinsip persepsi dari psikologi Gestalt, seperti
kesamaan, kedekatan, kelangsungan, set dan pengalaman masalalu.

9
Hubungan sentimen di pihak lain adalah penilaian seseorang terhadap
sesuatu. Jadi, termasuk di dalamnya antara lain adalah menyukai, memuja,
menolak, tidak mencela, mengejek, dan sebagainya. Kalau penilaian positif
diberi simbol-simbol: L, sedangkan kalau penilaian itu negatif diberi simbol:
DL.

Keadaan Seimbang dan Tidak Seimbang


Keadaan seimbang menurut Heider (1958) adalah suatu keadaan di
mana unsur-unsur saling berhubungan satu sama lain secara harmonis dan
tidak ada tekanan untuk berubah.
Konsekuensi-konsekuensi da kecenderungan menuju keseimbangan,
adalah :
a. Keadaan seimbang (balanced) pada umumnya lebih disukai daripada
kadaan tidak seimbang (inbalanced), walaupun kadang-kadang
keadaan tidak seimbang bisa juga menyenangkan
b. Keadaan seimbang menyebabkan P menginduksikan hubungan-
hubungan lain.
c. Keadaan tidak seimbang atmenimbulkan desakan untuk mengubah
hubungan-hubungan kognitif, baik hubungan unit atau hubungan
sentiment

2. Sistem A-B-X
Hipotesisi umum yang diajukan NewComb 1937, 1957) adalah bahwa
ada hukum-hukum yang mengatur hubungan-hubungan antara kepercayaan-
kepercayaan dan sikap-sikap yang ada pada seseorang. Beberapa kombinasi
kepercayaan dan sikap itu ada yang tidak stabil yang mendorong orang yang
bersangkutan menuju ke situasi yang lebih stabil. Newcomb menambahkan
faktor komunikasi antar individu dan hubungan—hubungan dalam
kelompok-kelompok daripada teori P-O-X dari Heider.

10
Definisi-definisi
a. Tindak komunikatif (communicative act)
yaitu pemindahan informas dari sumber ke penerima. Informasi terdiri
dari rangsang-rangsang yang diasosiasikan dengan benda, keadaan,
sifat atau peristiwa yang memungkinkan seseorang membedakannya
dari hal-hal lain. Tidakan komunikatif yang paling sederha adalah
seseorang (A) menyampaikan informasi kepada orang lain (B) tentang
sesuatu (X). Ia menyimbolkan hal ini sebagai A ke B tentang X.
b. Orientasi
Yaitu kebiasaan seseorang (baik kognitif maupun kateksis) untuk
selalu mengaitkan diri sendiri dengan orang-orang lain atau objek-
objek di sekitar dirinya. Orientasi ini dapat disamakan artinya dengan
“sikap”, tetapi Newcomb membedakan 2 orientasi yaitu atraksi dan
sikap sendiri. Atraksi adalah orientasi terhadap orang lain, sedangkan
sikap adalah orientasi terhadap objek.
c. Koorientasi atau orientasi simultan
Yaitu saling ketergantungan antara situas A terhadap B dan terhadap
X.
d. Arus sistem (system strain) atau arus menuju simetri
Yaitu suatu ketegangan psikologis yang disebabkan oleh adanya
perbedaan orientasi antara diri sendiri (A) dengan orang lain (B) dan
antara diri sendiri (A) dengan hal-hal lain. Ketegangan ini dapat
disebabkan oleh adanya keraguan A tentang orientasi B terhadap X.
Dalam teori Heider, arus sistem ini disebut keadaan tidak seimbang.
Kadar/derajat arus sistem dipengaruhi oleh:
1. Kadar perbedaan orientasi yang dipersepsi
2. Tanda (positif atau negatif) dan derajat dari atraksi
3. Pentingnya objek komunikasi
4. Kepastian tentang orientasi yang ada pada dri sendiri
5. Relevansi dari objek yang dikenai orientasi.

11
Sistem Orientasi
Menurut Newcomb ada dua macam sistem orientasi, yaitu :
a. Sistem individual (dalam diri sendiri)
b. Sistem kelompok (menyangkut hubungan antara individu-
individu).
Dalam kedua sistem tersebut di atas minimal diperlukan
komponen berikut :
1. Sikap A terhadap X;
2. Atraksi A terhadap B;
3. Sikap B terhadap X;
4. Atraksi B terhadap A.
Sistem kelompok dibuat untuk menerangkan hubungan dua
orang dengan beberapa batasan berikut:
1.) Tindakan komunikatif adalah tindakan verbal (bicara) dalam situasi
berhadap hadapan (face to face)
2.) Komunikasi dicetuskan dengan sengaja
3.) Tindakan komunikatif dihadiri oleh penerima.
4.) A dan B adalah anggota - anggota kelompok yang terus menerus
saling berhubungan.
Dengan demikian, terdapat desakan atau arus (strain) yang
menuju simetri dalam sistem A-B-X

Manfaat Simetri
1. Kegunaan pertama dari kognisi yang simetris adalah
memungkinkan seseorang untuk memperhitungkan atau
meramalkan tingkah laku orang lain.
2. Kognisi simetris memungkinkan lebih mantapnya sikap terhadap
X.

Konsekuensi – konsekuensi dari Asimetri


Asimetri menyebabkan ketegangan ( Tension) yang mendorong
tingkah laku baju simetri. tidak begitu jelas dalam teori newcomb Apakah
motivasi tingkah laku itu untuk mengurangi ketegangan ataukah untuk
mencari manfaat dari simetri atau kedua-duanya. yang jelas, kadar arus

12
menuju simetri bisa rendah dan bisa tinggi tergantung dari beberapa
faktor:
1. tingkat perbedaan sikap antara A dan dan B ;
2. tanda (+/-) dan tingkat atraksi antara A dan B;
3. tingkat pentingnya X (objek komunikasi);
4. keyakinan pada orientasi diri masing-masing;
5. relevansi X terhadap sistem.
selanjutnya, Newcomb menunjukkan 7 cara untuk seseorang
mengurangi arus sistem (system strain):
1. mengurangi kekuatan atraksinya kepada B;
2. mengurangi relevansi X;
3. mengurangi persepsi B tentang relevansi X;
4. mengurangi pentingnya arti X;
5. mengurangi persepsi B tentang pentingnya X;
6. mengubah sikap sendiri; dan
7. dan mengubah persepsi sendiri tentang sikap B terhadap X.
semua itu bisa dilakukan tanpa komunikasi walaupun akan lebih
dipermudah melalui komunikasi.

3. prinsip keselarasan (congruity)


Asumsi-asumsi Dasar
Teori keselarasan awal dan berkembang dari penelitian tentang arti
dari konsep-konsep. dalam penelitian Itu diansumsikan bahwa konotasi (arti
yang tersirat) dari sebuah kata dapat ditetapkan letaknya pada suatu
spektrum bipolar (dua kutub) yang terbagi-bagi dalam suatu skala menarik.
skala tersebut disebut skala d iferensial semantik yang bentuknya sebagai
berikut.
baik: : : : : : : : : :buruk.
suatu konsep yang akan diteliti diajukan Kepada sejumlah
responden dan responden tersebut diminta untuk membubuhkan suatu tanda
(V) pada salah satu kolom diantara 7 kolom dalam skala di atas.

13
Osgood Menggunakan Skala ini untuk beberapa konsep dan
melakukan analisis faktor. hasilnya, Osgood menemukan tiga faktor dari
skala tersebut yaitu evaluatif, aktivitas, dan potensi.
Asumsi dasar yang kedua adalah bahwa kerangka penilaian seseorang
cenderung ke arah penyederhanaan yang maksimal. asumsi ini berkaitan
dengan 2 asumsi lainnya, yaitu:
1. Ada kecenderungan bahwa objek-objek dipandang baik sama sekali atau
buruk sama sekali.
2. Objek-objek yang dipandangi baik, berapapun tingkat kebaikan-nya
Dipandang sama atau serupa, sedangkan objek-objek yang dipandang
jelek sampai batas tertentu akan digolongkan sebagai suatu Kelompok.

Prinsip Kselarasan
Dalam mengamalkan prinsip keselarasan ini pada situasi situasi
khusus, perlu diperhatikan hal-hal berikut:
a. masalah keselarasan;
b. arah perubahan menuju keselarasan;
c. beban tekanan yang ditimbulkan oleh ketidak selarasan dan penyebaran
beban tersebut diantara objek-objek sikap.

ad.a masalah keselarasan


masalah keselarasan hanya timbul jika ada dua objek atau lebih saling
dihubungkan dengan suatu pernyataan. selama objek-objek itu tidak saling
berkait orang bisa saja mempunyai sikap bermacam-macam terhadap
berbagai objek itu tanpa ada tekanan untuk berubah. dengan perkataan lain,
tidak timbul masalah keselarasan.

ad.b Arah Perubahan


Osgood & Tannenbaum Mengemukakan prinsip keselarasan berikut.
Manakala suatu objek penilaian diasosiasikan dengan objek yang lain
melalui sebuah pernyataan, maka posisi keselarasan objek itu pada
skala penilaian selalu berada pada derajat polarisasi yang sama dengan

14
objek yang satu lagi, baik dalam arah yang sama (positif) maupun
dalam arah yang berbeda (negatif).

ad.c Kadar dan Penyebaran Tekanan


Jumlah tekanan (P) adalah sama dengan selisih antara skor polarisasi
dan titik keselarasan maksimal. contoh sumber dan objek dihubungkan
dengan pernyataan positif. polarisasi awal dari sumber adalah +3 dan pola
awal dari objek adalah +1, maka jumlah tekanan untuk mengubah penilaian
terhadap objek adalah 2 . jika penilaian diubah dengan menambah penilaian
+2, maka terjadilah keselarasan titik sebaliknya, tekanan untuk mengubah
penilaian terhadap sumber adalah -2.

kesimpulan dari prinsip keselarasan


1. Perubahan penilaian terhadap dua objek yang dihubungkan dengan suatu
pernyataan selalu menuju ke arah keseimbangan yaitu jika kedua objek
itu dinilai jauh berbeda ( polarisasi), maka perbedaan penilaian itu akan
dikurangi; sebaliknya antara objek-objek yang dinilai sama akan timbul
kecenderungan untuk memperbesar perbedaan penilaian.
2. Pada tingkat tekanan tertentu kearah keselarasan, lebih mudah terjadi
perubahan ke arah perbedaan penilaian (polarisasi) yang semakin besar
daripada ke arah berkurang polarisasi.
3. Derajat perubahan sikap merupakan fungsi kebalikan dari intensitas sikap
awal terhadap objek. sikap yang lemah, derajat perubahan sikapnya
besar; sedangkan sikap awal yang kuat derajat perubahan sikap yang
dapat terjadi hanya kecil.
4. Perubahan sikap terhadap objek atau sumber merupakan fungsi langsung
linear dari Derajat sikap awal terhadap sumber atau objek. jadi, kalau A
menyukai B maka perubahan sikap terhadap B dipengaruhi langsung
oleh sikap awal saya kepada A sebaliknya perubahan sikap saya terhadap
A merupakan fungsi linear dari sikap awal saya kepada B. Kalau saya
menyukai a maka saya akan lebih menyukai B. sebaliknya Kalau saya
tidak menyukai B, sikap positif saya kepada A juga akan berkurang .

15
5. Jika 2 objek yang netral dinilai berbeda tetapi dihubungkan dengan
pernyataan yang selaras maka objek yang dinilai nya. misalnya, seorang
dosen (+3) suka main karambol (+1). dengan pernyataan ini ini gengsi
dosen tersebut menurun sedikit, sedangkan nilai permainan karambol
justru meningkat.

4. Teori Disnosiasi Kognitif


Disonansi kognitif dari festinger 1957 tidak jauh Berbeda dari teori-
teori kognitif lainnya tetapi ada dua perbedaan yang perlu dicatat berikut ini:
1. Teori ini berisi tentang tingkah laku umum jadi tidak khusus
tentang tingkah laku sosial.
2. Walaupun demikian, pengaruhnya terhadap penelitian-penelitian
psikologi sosial jauh lebih mencolok daripada teori teori
konsistensi yang lain.
definisi disonansi
disonansi didefinisikan sebagai berikut: 2 elemen dikatakan ada
dalam hubungan yang disonan jika dengan hanya memperhatikan kedua
elemen itu saja terjadi suatu penyangkalan dari 1 elemen yang diikuti oleh
eh atau mengikuti suatu elemen yang lain. contoh jika seseorang berdiri di
bawah hujan, seharusnya ia kebasahan . akan tetapi kalau orang yang berdiri
di bawah hujan 1 elemen tidak basah pengangkatan elemen yang kedua,
terjadilah hubungan disonan
konsekuensi-konsekuensi disonansi
1. Pengurangan disonansi dapat melalui tiga kemungkinan:
a. Mengubah elemen tingkah laku, misalnya seorang gadis membeli baju
baru mahal titik ketika baju ini dipakai ke sekolah, seorang teman
mengatakan baju itu Norak kampungan untuk menghilangkan
disonansi, Gadis itu bisa menjual lagi baju tersebut atau
menghadiahkannya kepada orang lain mengubah elemen tingkah laku.
b. Mengubah elemen kognitif lingkungan, misalnya Gadis itu
meyakinkan temannya bahwa baju tersebut tidak norak dan justru
sedang menjadi Mode top masa kini.

16
c. Menambah elemen kognitif baru, misalnya mencari pendapat teman
lain yang mendukung pendapat bahwa baju tersebut bagus dan tidak
norak. sayang sekali Teori ini tidak memberikan cara untuk
memperkirakan kemungkinan mana yang akan ditempuh untuk
mengurangi disonansi dalam keadaan-keadaan tertentu.
2. Penghindaran disonansi
Adanya disonansi selalu menimbulkan dorongan untuk
menghindari disonansi tersebut titik dalam hubungan ini caranya adalah
dengan menambah informasi baru yang diharapkan dapat menambah
dukungan terhadap pendapat orang  yang bersangkutan atau menambah
perbendaharaan Elemen kognitif dalam diri orang yang bersangkutan.
Penambahan elemen baru ini harus sangat selektif, yaitu hanya
Mencarinya pada orang-orang yang diperkirakan dapat memberi
dukungan dan menghindari orang-orang yang pandangannya berbeda
titik demikianlah cara menghindari disonansi.
Dampak teori 
Teori festinger ini mmepunyai pngaruh terhadap berbagai situasi
dalam kehidupan sehari hari. dampak teori tersebut antara lain terlihat dalam
hal-hal berikut :
1. pembuatan keputusan 
mengenai suatu keputusan biasanya terjadi hal-hal sebagai berikut :
a. akan terjadi peningkatan pencarian informasi baru yang
menghasilkan elemen kogmisi yang mendukung (konsonan
dengan) keputusan yang sudah dibuat. 
b. akan timbul kepercayaan yang semakin mantap tentang
keputusan yang sudah dibuat atau timbul pandangan yang
semakin tegas membedakan kemenarikan alternatif yang telah
diputuskan dari pada alternatif-alternatif lainnya. 
c. semakin sulit untuk mengubah arah keputusan yang sudah
dibuat, terutama pada keputusan yang sudah mengurangi banyak
disonansi

17
2. paksaan untuk mengalah
dalam situasi-situasi publik seseorang dapat dapat dipaksa
untuk melakukan sesuatu (dengan ancaman hukuman atau
menjanjikan hadiah). kalau perbuatan itu tidak sesuai kehendak
maka timbul dinsonansi. kadar disonansi tergantung pada besarnya
ancaman hukuman atau hadiah yang diterima.
3. ekspose pada informasi-informasi 
disonansi akan mendorong pencarian informasi-infomasi
baru. kalau disonansi hanya sedikit, maka usaha mencari infromasi
baru juga tidak ada. kalau kadar disonansi berada pada taraf
menengah, maka usaha pencarian informasi baru akan mencapai
taraf maksimal. namun kalau kadar disonansi maksimal, justru
usaha mencari informasi baru akan sangat berkurang karena pada
tahap ini akan terjadi perubahan elemen kogmitif.
4. Dukungan Sosial
Jika seseorang ( misal A) mengetahui bahwa pendapatnya
berbeda dari orang lain, maka timbullah apa yang disebut
kekurangan dukungan sosial. Kekurangan dukungan sosial ini
menimbulkan disonansi pada A yang kadarnya ditetapkan
berdasarkan faktor-faktor sebagai berikut :
a. ada tidaknya objek yang menjadi sasaran pendapat orang lain
itu, disekitar A; 
b. banyaknya orang yang dikenal A berpendapat sama dengan A;
c. pentingnya elemen yang bersangkutan bagi A

cara-cara untuk mengurangi disonansi seperti ini adalah


sebagai berikut :
 mengubah pendapat sendiri;
 mempengaruhi orang orang yang tidak setuju agar mengubah
pendapat mereka;
 membuat mereka yang tidak setuju tidak sebanding dengan
dirinya sendiri;

18
 
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Penelitian kontemporer pada teori belajar kognitif berfokus pada prosesi
informasi, memori, metakognisi, teori transfer, simulasi komputer, kecerdasan
buatan, model pembelajaran matematika, Ausubel, Bruner, Gagne dan
diklasifikasikan sebagai teori kognitif kontemporer. Masing-masing teori
menekankan perbedaan aspek dari fungsi kognitif pada konteks perorangan dan
kelompok. Teori kognitif cukup beragam, tetapi semua disatukan dengan
pentingnya proses mental internal pelajar . Ketiga perintis teori kognitif, Bruner,
Gagne dan Ausubel berbagi ide umum juga. Mereka tidak menekankan perspektif
Perkembangan, seperti yang Piaget lakukan.

DAFTAR PUSTAKA

Sarwono, W. Sarlito. 2011. Teori-teori psikologi social. Jakarta: Rajawali pers.

19

Anda mungkin juga menyukai