Anda di halaman 1dari 6

Nama : Fikratannisa Nadhirah

NPM : 1906295132
Fakultas : MIPA
FG :3

Implementasi Ibadah Mahdhah Dalam Kehidupan

Bab I

Pendahuluan

Di dalam syariat Islam, ibadah merupakan aspek operasional seseorang dalam


beragama. Ibadah merupakan salah satu tujuan penciptaan manusia. Dalam mencapai tujuan
itu, diutuslah para Nabi dan Rasul yang menyampaikan ajaran-ajaran Allah melalui kitab-
kitab yang telah diturunkan. Umat yang beriman kepada Allah SWT, pastinya akan
berlomba-lomba untuk mengerjakan ibadah kepada Allah. Jenis-jenis ibadah sangatlah
banyak, diantaranya adalah ibadah Mahdhah. Ibadah Mahdhah adalah Ibadah mahdhah
adalah ibadah yang perintah dan larangannya sudah jelas secara zahir dan tidak memerlukan
penambahan atau pengurangan. Ibadah ini ditetapkan oleh dalil-dalil yang kuat (qath’i ah-
dilalah) ketentuan-ketentuan hukum yang berkaitan dengan bidang ubudiyah dan ibadah
khusus (khas). Ibadah dalam arti khusus adalah ibadah yang berkaitan dengan arkan al-Islam,
seperti syahadat, shalat, zakat, puasa, dan haji, bersuci dari hadas kecil maupun besar, wajib
‘ain dan wajib kifayah. Syahadat merupakan kajian akidah karena menyangkut keyakinan
bahwa kita percaya kepada Allah SWT dan meyakini bahwa Nabi Muhammad adalah utusan
Allah. Syahadat sangatlah penting, karena bila kita tidak memegang teguh syahadat, ibadah
yang kita kerjakan tidak ada nilainya dimata Allah. Sementara itu, kita tidak bisa mengukur
keislaman seseorang hanya dengan ucapan syahadat saja, tetapi harus diwujudkan dengan
melaksanakan ibadah dan interaksi sosial sesuai dengan ajaran islam.
Bab II

Isi

Setelah sesorang telah mengikrarkan dua kalimat syahadat, maka orang tersebut
wajib untuk melakukan shalat 5 waktu. Sebelum melakukan shalat, diwajibkan untuk bersuci
(tharah) terlebih dahulu. Thaharah menurut bahasa artinya “bersih” Sedangkan menurut
istilah syara’ thaharah adalah bersih dari hadas dan najis. Selain itu thaharah dapat juga
diartikan mengerjakan pekerjaan yang membolehkan shalat, berupa wudhu, mandi, tayamum
dan menghilangkan najis. Thaharah secara umum, dapat dilakukan dengan empat cara
berikut. 1) Membersihkan lahir dari hadas, najis, dan kelebihan-kelebihan yang ada dalam
badan.2) Membersihkan anggota badan dari dosa-dosa. 3) Membersihkan hati dari akhlak
tercela. 4) Membersihkan hati dari selain Allah.

Allah berfirman pada surah Al-Maidah ayat 6


Artinya : Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat,
Maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan
(basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub Maka mandilah, dan
jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau
menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, Maka bertayammumlah dengan
tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak
hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan
nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.” (al -Maa-idah: 6)

Setelah membaca dua kalimat syahadat, setiap umat islam tentunya diwajibkan untuk
melaksanakan shalat. Shalat adalah ibadah wajib yang telah diperintahkan oleh Allah.
Perintah untuk mengerjakan shalat dapat ditemukan diberbagai ayat di dalam Al-Quran.
Shalat adalah ibadah pertama yang diperiksa dalam perhitungan amal nanti dan menjadikan
tolak ukur seluruh amal ibadah lainnya.

Allah berfirman pada Q.S Al-Ankabut ayat 45 :

Artinya : Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan
dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan
mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya
dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Dengan selalu mengerjakan shalat, kita akan selalu mengingat Allah dalam setiap keadaan
sehingga memperoleh rasa tentram dan tenang hati, sehingga akan dapat menjalani hidup ini
dengan bahagia baik di dunia maupun di akhirat. Dengan demikian, mengerjakan shalat dapat
membuat kita untuk menjadi lebih taat kepada Allah dan melatih diri untuk menjadi lebih
disiplin dan tepat waktu.

Selain diwajibkan untuk bersyahadat, shalat dan bersuci setiap umat Islam juga
diwajibkan untuk berzakat bagi yang sudah memenuhi kewajiban untuk berzakat. Zakat
adalah memberikan sebagian harta yang telah ditetapkan bagi orang-orang yang mampu dan
diberikan kepada mereka yang berhak untuk menerimanya. Para penerima zakat (Mustahik)
terdiri atas delapan golongan, yaitu fakir, miskin, ibnu sabil, gharim, ‘amil, muallaf, dan
budak yang ingin memerdekakannya dan sabilillah.

Allah berfirman pada Surah At-Taubah ayat 103

Artinya : Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan
dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu
(menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui.

Jika kita berzakat, secara tidak langsung kita diajarkan untuk merasakan empati dan simpati
kepada rakyat miskin dan menjadikan kita untuk lebih peka terhadap lingkungan sosial yang
ada disekitar kita. Selain itu, dengan berzakat dapat membersihkan diri dari sifat bakhil,
menghilangkan sifat kikir para pemilik harta dan menumbuhkan kekayaan hati serta
mensucikan diri dari dosa.

Saat bulan Ramadhan tiba, umat Islam diwajibkan untuk berpuasa selama satu bulan
penuh. Dalam Bahasa Arab dan al-Qur‟an puasa disebut shaum atau shiyam yang berarti
menahan diri dari sesuatu dan meninggalkan sesuatu atau mengendalikan diri. Ditinjau dari
segi kebahasaan, puasa artinya menahan diri. Allah SWT berfirman pada QS Al-Baqarah ayat
183

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,

Apabila kita menjalankan puasa di waktu yang telah ditentukan, maka kita akan mendapatkan
hikmah dan manfaat yang luar biasa. Ibadah puasa dapat membersihkan jiwa, mengendalikan
hawa nafsu, dan menumbukan semangat untuk bersyukur kepada Allah. Selain itu,
menjalankan ibadah puasa bertujuan untuk membentuk akhlak yang mulia.

Adapun dalam melaksanakan ibadah haji, kita dididik untuk meninggalkan perbuatan-
perbuatan tercela dan maksiat. Hal ini juga menjadikan bukti bahwa saat melaksanakan
ibadah haji dapat menciptakan manusia untuk mempunyai akhlak yang mulia.

Allah berfirman pada Q.S Al-Baqarah ayat 197

Artinya : (Musim) haji itu (pada) bulan-bulan yang telah dimaklumi. Barangsiapa
mengerjakan (ibadah) haji dalam (bulan-bulan) itu, maka janganlah dia berkata jorok
(rafats), berbuat maksiat dan bertengkar dalam (melakukan ibadah) haji. Segala yang baik
yang kamu kerjakan, Allah mengetahuinya. Bawalah bekal, karena sesungguhnya sebaik-
baik bekal adalah takwa. Dan bertakwalah kepada-Ku wahai orang-orang yang mempunyai
akal sehat!

Bab III

Refleksi Diri

Ibadah mahdhah adalah ibadah yang perintah dan larangannya sudah jelas secara zahir dan
tidak memerlukan penambahan atau pengurangan apapun. Tharah, Shalat, Zakat, Puasa dan
Ibadah Haji termasuk dalam Ibadah Mahdhah. Jika kita melaksanakan ibadah-ibadah tersebut
sesuai dengan syariat Islam, tentunya kita akan mendapatkan hikmah bagi kehidupan kita.
Selain itu, dengan menjalankan Ibadah Mahdhah, niscaya kita akan selalu mengingat Allah
dalam situasi apapun. Menjalankan Ibadah Mahdhah juga memberikan dampak positif bagi
diri kita untuk lebih bertakwa kepada Allah, bersyukur, disiplin, dan saling berbagi kepada
orang yang memerlukan bantuan.

Daftar Pustaka

Mujilan dkk. 2019. Buku Ajar Matakuliah Pengembangan Kepribadian.Depok:


Midada Rahma Press
Ahmad Syafiq. 2015 . Zakat Ibadah Sosial Untuk Meningkatkan Ketaqwaan dan
Kesejahteraan Sosial. [Online]. Jurnal Zakat dan Wakaf. [Online], 21 halaman. Tersedia :
journal.stainkudus.ac.id [13 Maret 2020]

Deden Suparman. 2015. Pembelajaran Ibadah Shalat Dalam Perspektif Psikis dan Medis.
[Online]. 23 halaman. Tersedia : journal.uinsgd.ac.id [13 Maret 2020]

Anda mungkin juga menyukai