Anda di halaman 1dari 15

KONSEP IBADAH DALAM ISLAM

Kelompok 1 :

Isfan Tumenggung (22090200098)

Fadzillahil Ilmi (22090200106)

Fikri Ahsan Muzaffar (22090200127)

Fergi Awan Listanto (22090200144)

Kelas 3C

Dosen Pengampu :

Drs. Didi Sunardii, M.Ag.

Fakultas Ilmu Keperawatan

Universitas Muhammadiyah Jakarta

2023
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu bagian dari syariah adalah ibadah. Ibadah artinya penghambaan
seorang makhluk kepada Allah SWT. Ibadah merupakan tugas hidup manusia selama
di dunia, karena itu manusia yang beribadah kepada Allah SWT disebut ‘abdulla’
atau hamba Allah. Hidup seorang hamba tidak lebih baik melainkan taat, patuh, dan
berserah diri kepada Allah.
Banyak di antara kita yang menganggap sepele ibadah apalagi kita sebagai
mahasiswa yang hanya tau sekedar menjalankan perintah sebagai kewajiban, seperti
sholat dan puasa. Sayangnya, kita lupa bahwa ibadah tidak mungkin lepas dari
pencapaian kepada Tauhid terlebih dahulu. Keduanya berkaitan erat, karena mustahil
kita mencapai tauhid tanpa memahami konsep ibadah dengan sebenar-benarnya.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan: “IBADAH adalah
suatu istilah yang mencakup segala sesuatu yang dicintai Allah dan diridhai-Nya,
baik berupa perkataan maupun perbuatan, yang tersembunyi (batin) maupun yang
nampak (lahir).
Dari definisi singkat tersebut, maka secara umum ibadah seperti yang kita
ketahui di antaranya yaitu mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa pada bulan
ramadhan (maupun puasa-puasa sunnah lainnya), dan melaksanakan haji. Selain
ibadah pokok tersebut, hal-hal yang sering kita anggap sepele pun sebenarnya bernilai
ibadah dan pahalanya tidak dapat diremehkan begitu saja, misalnya :

● Menjaga lisan dari perbuatan dosa.


● Mampu dan bersedia menunaikan amanah dengan sebaik-baiknya dengan
penuh tanggung jawab.
● Berbakti dan hormat kepada kedua orang tua atau orang yang lebih tua dari
kita.
● Menyambung tali silaturahim dan kekerabatan.
● Menepati janji.
● Menyantuni anak yatim, fakir miskin, ibnu sabil (orang yang kehabisan bekal
di perjalanan).
● Menyayangi hewan dan tumbuh-tumbuhan di sekitar tempat tinggal kita.
● Memanjatkan do’a, berdzikir, mengingat Allah kapan dan dimanapun kita
berada.
● Membaca Al Qur’an.
● Mendengarkan ceramah, dan lain sebagainya termasuk bagian dari ibadah.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah yang dimaksud dengan ibadah?
2. Apa saja macam-macam jenis ibadah dalam islam?
3. Apa sifat-sifat dari ibadah?
4. Apa ciri-ciri ibadah dalam islam?
5. Apa tujuan mahasiswa harus memahami konsep ibadah?

1.3 Tujuan

Tujuan ibadah adalah membersihkan dan menyucikan jiwa dengan mengenal


dan mendekatkan diri serta beribadat kepada-Nya. Sesungguhnya ibadah dengan
pengertian yang hakiki itu merupakan tujuan dari dirinya sendiri. Dengan melakukan
ibadah, manusia akan selalu tahu dan sadar bahwa betapa lemah dan hinanya mereka
bila berhadapan dengan kekuasaan Allah, sehingga ia menyadari benar-benar
kedudukannya sebagai hamba Allah. Jika hal ini benar-benar telah dihayati, maka
banyak manfaat yang akan diperolehnya. Misalnya saja surga yang dijanjikan, tidak
akan luput sebab Allah tidak akan menyalahi janjinya. Jadi, tujuan yang hakiki dari
ibadah adalah menghadapkan diri kepada Allah SWT dan menunggalkan-Nya
sebagai tumpuan harapan dalam segala hal.
Kesadaran akan keagungan Allah akan menimbulkan kesadaran betapa hina
dan rendahnya semua makhluk-Nya. Orang yang melakukan ibadah akan merasa
akan terbebas dari beberapa ikatan atau kungkungan makhluk. Semakin besar
ketergantungan dan harapan seseorang kepada Allah, semakin terbebaslah dirinya
dari yang selain-Nya. Harta, pangkat, kekuasaan dan sebagainya tidak akan
mempengaruhi kepribadiannya. Hatinya akan menjadi merdeka kecuali dari Allah
dalam arti sesungguhnya. Kemerdekaan sesungguhnya adalah kemerdekaan hati.

BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 IBADAH

Kata ibadah adalah bentuk dasar (isim masdar) dari kata ‘abada – ya’budu [– ‫َعبَ َد‬
‫]يَ ْعبُ ُد‬, yang secara bahasa artinya merendahkan diri dan ketundukan (al-khudhu’ wa
tadzallul).

Jalan yang sering dilewati, diungkapkan orang arab dengan istilah thariq
ٌ ‫ ]طَ ِري‬yang secara bahasa berarti jalan yang dihinakan. Mereka sebut
muabbad [‫ق ُم َعبَّ ٌد‬
dengan thariq muabbad, karena jalan ini sering dilalui, sehingga sering diinjak-injak.

Kemudian menurut Nahdlatul Ulama ( NU ) Ibadah merupakan bentuk


manifestasi penghambaan manusia (makhluk) kepada Allah swt (khaliq). Pengamalan
ibadah ini juga merupakan bukti syukur yang dilakukan seorang hamba kepada Allah
swt. Ketika seorang hamba tersebut sudah mengetahui hakikat ibadahnya sebagai
bentuk syukur, maka pada saat itulah ibadah akan menjadi perisainya.
Allah swt berfirman dalam Surat an-Nahl ayat 18, "Dan, jika kamu
menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menghitungnya (karena
banyaknya). Sesungguhnya, Allah benar-benar Maha Penyayang." Sejatinya, bahwa
hakikat ibadah itu adalah untuk melaksanakan apa yang dicintai dan diridhai Allah
swt dengan penuh kepasrahan dan karakter rendah diri kepada Allah. Ibadah
merupakan bentuk membangun jalinan komunikasi antara manusia dengan Allah swt
(hablum minallah). Hal ini telah ditegaskan Allah swt dalam Surat adz-Dzariyat ayat
56, “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
beribadah kepada-Ku.” Beribadah itu harus merujuk pada tatanan yang benar, yang
dibangun atas rasa cinta dan pengagungan. Beribadah tidak bisa dilakukan secara
sembarangan, semaunya sendiri. Tetapi harus mengikuti tuntunan dalam al-Qur’an
dan mengikuti petunjuk dan ajaran Nabi Muhammad SAW.
Sedangkan menurut Muhammadiyah Ibadah secara bahasa ialah taat, tunduk,
merendahkan diri, dan menghambakan diri. salah satu tujuan utama ibadah dalam
Islam adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan mengikuti perintah-Nya
dan menjauhi larangan-Nya, serta melaksanakan apa yang diizinkan oleh syariat.

2.2 MACAM - MACAM IBADAH


Jenis ibadah sejatinya terbagi menjadi berbagai macam pembagian yang variatif,
tergantung dari aspek apa kita menilainya. Ada sebagian pandangan yang
mengelompokkan ibadah berdasarkan bentuknya dalam dua kategori, yakni ibadah
mahdhah dan ibadah ghairu mahdhah.
Arti kata mahdhah sendiri adalah murni atau tak bercampur. Sedangkan ghairu
mahdhah berarti tidak murni atau bercampur hal lain.
Dalam literatur kitab salaf, khususnya dalam mazhab syafi’i, pembagian ibadah
dari aspek bolehnya diwakilkan pada orang lain atau tidak, terbagi menjadi tiga
macam.
Pertama, ibadah badaniyah mahdhah, maksudnya adalah ibadah yang murni
berupa gerakan fisik, tanpa dicampuri dengan komponen lainnya, seperti shalat dan
puasa. Maka jenis ibadah demikian, tidak boleh untuk diwakilkan pada orang lain
kecuali dalam satu permasalahan, yakni shalat sunnah thawaf, yang boleh diwakilkan
pada orang lain, atas jalan mengikut (tab’an) pada ibadah haji, yang boleh
diwakilkan.
Kedua, ibadah maliyah mahdhah. Maksudnya adalah Ibadah yang murni hanya
menyangkut urusan harta, seperti sedekah dan zakat. Dalam ibadah jenis ini, para
ulama menghukumi boleh mewakilkan pada orang lain dalam pelaksanaannya.
Ketiga, ibadah maliyah ghairu mahdhah, maksudnya adalah Ibadah-ibadah yang
terdapat kaitannya dengan harta, namun juga terkandung gerakan-gerakan fisik
(badaniyah) di dalamnya. Contoh ibadah jenis ketiga ini seperti haji dan umrah,
yang dalam pelaksanaannya membutuhkan biaya dan terdapat ketentuan-ketentuan
khusus yang melibatkan gerakan fisik dalam melakukannya. Ibadah jenis ketiga ini
boleh untuk diwakilkan, namun dengan syarat-syarat tertentu yang dijelaskan dalam
literatur fiqih, seperti tidak mampu melaksanakan haji karena lumpuh, orang yang
diwakili sudah pernah melakukan haji dan syarat-syarat lainnya. Maka ibadah jenis
ketiga ini tidak seluas dan sebebas ibadah jenis kedua dalam hal bolehnya
mewakilkan pada orang lain.
Meski begitu, sebenarnya pembagian ibadah dalam tiga kategori di atas dapat
dikerucutkan menjadi dua kategori yakni ibadah mahdhah dan ghairu mahdhah.
Ibadah mahdhah adalah ibadah yang secara umum tidak dapat diwakilkan, dalam hal
ini adalah ibadah badaniyah mahdhah. Adapun ibadah ghairu mahdhah adalah
ibadah yang secara umum dapat diwakilkan oleh orang lain, yang meliputi ibadah
maliyah mahdhah dan ibadah maliyah ghairu mahdhah.

2.3 SIFAT DALAM IBADAH


Ibadah yang benar kepada Allȃh Azza wa Jalla harus dilakukan dengan dasar
kecintaan, berharap rahmat dan pahala Allȃh Azza wa Jalla, takut siksa-Nya dan
disertai ketundukan dan pengagungan kepada Allȃh Subhanahu wa Ta’ala.

Ketika Allȃh Subhanahu wa Ta’ala memuji Nabi Zakaria sekeluarga, Dia berfirman:

ِ ‫ت َويَ ْدعُونَنَا َر َغبًا َو َر َهبًا ۖ َو َكانُوا لَنَا َخ‬


َ‫اش ِعين‬ ِ ‫سا ِرعُونَ فِي ا ْل َخ ْي َرا‬
َ ُ‫ِإنَّ ُه ْم َكانُوا ي‬

Sesungguhnya mereka (Nabi Zakaria sekeluarga) adalah orang-orang yang selalu


bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdo’a
kepada Kami dengan harap dan takut. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu’
kepada Kami. [Al-Anbiya’/21: 90]
Diantara sifat - sifat ibadah kepada allah adalah :
> Khauf ( Takut Kepada Allah SWT )
Allȃh Azza wa Jalla telah memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk takut
kepada-Nya, dan Dia menjadikannya sebagai syarat keimanan. Allȃh Azza wa Jalla
berfirman:

َّ ‫ِإنَّ َما ٰ َذلِ ُك ُم ال‬


ِ ُ‫ش ْيطَانُ يُ َخ ِّوفُ َأ ْولِيَا َءهُ فَاَل ت ََخافُو ُه ْم َو َخاف‬
َ‫ون ِإنْ ُك ْنتُ ْم ُمْؤ ِمنِين‬

Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah syaitan yang menakut-nakuti (kamu)
dengan kawan-kawannya (orang-orang musyrik Quraisy), karena itu janganlah kamu
takut kepada mereka, tetapi takutlah kepadaKu, jika kamu benar-benar orang yang
beriman. [Ali ‘Imrȃn/3: 175]

Dan Allȃh Azza wa Jalla memuji hamba-hamba-Nya yang takut kepada-Nya dengan
firman-Nya:

ْ ُ‫﴾ َوالَّ ِذينَ ُه ْم بِ َربِّ ِه ْم اَل ي‬٥٨﴿ َ‫ت َربِّ ِه ْم يُْؤ ِمنُون‬
َ‫ش ِر ُكون‬ ِ ‫﴾ َوالَّ ِذينَ ُه ْم بِآيَا‬٥٧﴿ َ‫شفِقُون‬ ْ ‫ِإ َّن الَّ ِذينَ ُه ْم ِمنْ َخ‬
ْ ‫شيَ ِة َربِّ ِه ْم ُم‬
‫ت َو ُه ْم‬ِ ‫سا ِرعُونَ فِي ا ْل َخ ْي َرا‬ َ ُ‫﴾ ُأو ٰلَِئ َك ي‬٦٠﴿ َ‫اجعُون‬ ِ ‫﴾ َوالَّ ِذينَ يُْؤ تُونَ َما آت َْوا َوقُلُوبُ ُه ْم َو ِجلَةٌ َأنَّ ُه ْم ِإلَ ٰى َربِّ ِه ْم َر‬٥٩﴿
َ ‫لَ َها‬
َ‫سابِقُون‬

Sesungguhnya orang-orang yang berhati-hati karena takut kepada (azab) Tuhan


mereka, dan orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Tuhan mereka, dan
orang-orang yang tidak mempersekutukan dengan Tuhan mereka (sesuatu apapun),
dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang
takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan
mereka, mereka itu bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan, dan merekalah
orang-orang yang segera memperolehnya. [Al-Mukminȗn/23: 57-61]
> Radja ( Mengharap Rahmat Allah SWT )
Radja` secara bahasa artinya berharap. Maksudnya yaitu: mengharapkan
pahala Allȃh Azza wa Jalla , ampunan-Nya, dan rahmat-Nya.

Radja’ (berharap) kepada rahmat Allȃh Azza wa Jalla harus disertai dengan amalan.
Sebagaimana firman-Nya:
‫ش ِركْ بِ ِعبَا َد ِة َربِّ ِه َأ َحدًا‬ َ ‫فَ َمنْ َكانَ يَ ْر ُجو لِقَا َء َربِّ ِه فَ ْليَ ْع َم ْل َع َماًل‬
ْ ُ‫صالِ ًحا َواَل ي‬

Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Rabb-nya, maka hendaklah ia


mengerjakan amal yang shaleh dan janganlah ia mempersekutukan sesuatupun dalam
beribadah kepada Rabbnya. [Al-Kahfi/18: 110]
Radja’ ada tiga jenis: dua jenis terpuji, dan satu jenis tercela.

Pertama: Berharapnya seseorang yang telah melakukan ketaatan kepada Allȃh Azza
wa Jalla, di atas cahaya dari Allȃh Azza wa Jalla. Maka orang ini adalah orang yang
mengharapkan pahala-Nya. (Ini adalah radja’ yang terpuji).

Kedua: Seseorang yang telah berbuat dosa-dosa, lalu dia bertaubat darinya. Maka
orang ini adalah orang yang mengharapkan pahala-Nya. (Ini adalah radja’ yang
terpuji). Mengharapkan ampunan Allȃh Azza wa Jalla, ampunan-Nya, kebaikan-Nya,
kemurahan-Nya, kesabaran-Nya, dan kedermawan-Nya. (Ini juga radja’ yang terpuji)

Ketiga: Seseorang yang terus-menerus dalam melalaikan (kewajiban-kewajiban)


terus-menerus di dalam dosa-dosa. Dia mengharapkan rahmat Allȃh tanpa disertai
amalan. Ini adalah terpedaya, angan-angan kosong, dan radja` yang dusta. (Ini radja’
yang tercela)”.

2.4 Ciri-ciri ibadah dalam islam


Ibadah dalam Islam memiliki ciri-ciri khusus yang membedakannya dari
perbuatan sehari-hari atau aktivitas lainnya. Pemahaman tentang ciri-ciri ini penting
dalam mengenali dan melaksanakan ibadah secara benar dalam Islam. Berikut adalah
beberapa ciri-ciri utama ibadah dalam Islam:
1. Kehusyukan (Khushu'): Salah satu ciri utama ibadah adalah kehusyukan. Ini
mencerminkan perasaan khusyuk, penuh kehormatan, dan rasa hormat kepada Allah.
Khusu' mengharuskan fokus penuh dan ketenangan selama beribadah.

2.Niat (Niyyah): Sebelum melakukan ibadah, seorang Muslim harus memiliki niat
yang tulus dan jelas untuk melakukan ibadah tersebut hanya untuk mendekatkan diri
kepada Allah. Niat adalah bagian penting dari setiap ibadah.

3.Ketaatan kepada Ajaran Islam: Ibadah dalam Islam harus dilakukan sesuai dengan
tata cara dan ajaran yang ditetapkan dalam agama Islam. Ini mencakup tata cara
shalat, puasa, zakat, haji, dan ibadah-ibadah lainnya yang telah dijelaskan dalam
Al-Quran dan hadis.

4.Tidak Bersyirik (Tawhid): Ibadah dalam Islam harus dilakukan dengan keyakinan
bahwa hanya Allah yang berhak disembah. Tidak ada sesembahan lain atau mitos
yang diikutsertakan dalam ibadah.

5.Pengabdian Total: Ibadah mencerminkan pengabdian total kepada Allah. Ini adalah
cara untuk mengakui kekuasaan dan keagungan-Nya serta mengakui ketergantungan
penuh manusia kepada-Nya.

6.Bersifat Pribadi: Ibadah adalah hubungan pribadi antara seorang Muslim dan Allah.
Meskipun ibadah dapat dilakukan secara berjamaah, setiap individu memiliki
hubungan pribadi dengan Allah melalui ibadah.

7.Mengandung Doa (Dua): Banyak ibadah dalam Islam juga mencakup elemen doa
kepada Allah. Seseorang dapat berbicara langsung dengan Allah untuk memohon
bantuan, pengampunan, atau berbicara tentang keinginannya.
8.Mengikuti Contoh Nabi: Banyak ibadah dalam Islam dijalankan sesuai dengan
contoh dan ajaran Nabi Muhammad. Ini termasuk contoh-contoh dari kehidupan
sehari-hari dan ibadah seperti shalat dan puasa.

9.Kontinuitas (Mutaqarrir): Ibadah dalam Islam sering kali dilakukan secara rutin dan
berulang. Misalnya, shalat lima kali sehari dan puasa selama bulan Ramadan adalah
ibadah yang dijalankan secara berkala.

10.Berkembang dalam Perilaku dan Moralitas: Ibadah dalam Islam diharapkan dapat
memengaruhi perilaku dan moralitas seseorang secara positif. Ibadah yang benar
harus tercermin dalam tindakan-tindakan baik dan etika yang kuat dalam kehidupan
sehari-hari.

Ciri-ciri ini mencerminkan pentingnya ibadah dalam kehidupan seorang Muslim dan
bagaimana ibadah tersebut mencerminkan hubungan yang mendalam antara individu
dan Allah dalam Islam. Dengan memahami ciri-ciri ini, seorang Muslim dapat
melaksanakan ibadah dengan penuh keyakinan dan penghormatan kepada Allah.

2.5 TUJUAN MEMPELAJARI KONSEP IBADAH


Mahasiswa yang memahami konsep ibadah dalam Islam memiliki tujuan yang
sangat berarti dalam perjalanan pendidikan mereka. Pemahaman yang baik tentang
konsep ibadah dapat memiliki dampak positif yang mendalam pada berbagai aspek
kehidupan mereka. Berikut adalah beberapa alasan mengapa mahasiswa harus
memahami konsep ibadah:

1.Pengenalan Diri dan Tujuan Hidup: Memahami konsep ibadah membantu


mahasiswa untuk lebih memahami diri mereka sendiri, identitas agama mereka, dan
tujuan hidup mereka. Ini memberikan kerangka kerja spiritual yang kuat untuk
menjalani kehidupan yang bermakna.
2.Peningkatan Ketakwaan: Pemahaman tentang konsep ibadah mendukung
pengembangan ketakwaan. Mahasiswa dapat memahami pentingnya beribadah,
menjaga ketaatan kepada Allah, dan melaksanakan kewajiban agama mereka dengan
benar.

3.Keseimbangan Hidup: Memahami konsep ibadah membantu mahasiswa dalam


mencapai keseimbangan antara aspek spiritual dan materi dalam hidup mereka. Ini
dapat membantu mengatasi stres, kecemasan, dan tekanan dalam kehidupan akademik
dan sosial.

4.Moralitas dan Etika: Konsep ibadah sering kali terkait dengan nilai-nilai moral dan
etika yang kuat dalam Islam. Mahasiswa yang memahami ini dapat mengintegrasikan
nilai-nilai seperti kejujuran, kesabaran, dan kedermawanan dalam perilaku mereka.

5.Konteks Sosial dan Multikulturalisme: Memahami konsep ibadah membantu


mahasiswa untuk memahami konteks sosial dan budaya dalam masyarakat yang
beragam. Ini mempromosikan toleransi dan penghargaan terhadap perbedaan.

6.Pemimpinan dan Kontribusi Masyarakat: Mahasiswa yang memahami konsep


ibadah dapat memainkan peran yang lebih aktif dalam masyarakat. Mereka dapat
memimpin dalam aktivitas keagamaan, memberikan nasihat agama, atau membantu
individu dan kelompok yang membutuhkan.

7.Pemimpinan dan Kontribusi Masyarakat: Mahasiswa yang memahami konsep


ibadah dapat memainkan peran yang lebih aktif dalam masyarakat. Mereka dapat
memimpin dalam aktivitas keagamaan, memberikan nasihat agama, atau membantu
individu dan kelompok yang membutuhkan.

8.Pencarian Kebenaran: Memahami konsep ibadah juga membantu mahasiswa dalam


pencarian makna dan kebenaran dalam hidup. Ini dapat memotivasi mereka untuk
menjalani kehidupan yang lebih bermakna dan mencari jawaban atas pertanyaan
spiritual mereka.

9.Kesempurnaan Pribadi: Pemahaman tentang konsep ibadah dapat membantu


mahasiswa mencapai kesempurnaan pribadi dalam menjalani hidup mereka. Mereka
dapat menggunakan ibadah sebagai alat untuk perbaikan diri dan perbaikan karakter.

10.Pendekatan Terhadap Pendidikan: Mahasiswa yang memahami konsep ibadah


mungkin akan membawa pendekatan yang lebih berfokus pada nilai dan moralitas
dalam pendidikan mereka. Mereka dapat mengintegrasikan nilai-nilai agama dalam
pembelajaran mereka.

Pemahaman konsep ibadah dalam Islam bukan hanya relevan dalam aspek
keagamaan, tetapi juga memiliki dampak yang mendalam pada aspek kesejahteraan,
moralitas, dan sosial mahasiswa. Ini dapat membantu mereka menjadi individu yang
lebih baik dan lebih bertanggung jawab dalam masyarakat.

BAB 3. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, M Ali Zainal. “Perbedaan Ibadah Mahdhah dan Ghairu Mahdhah”


https://islam.nu.or.id/. diakses pada Selasa 3 Oktober 2023.
https://islam.nu.or.id/syariah/perbedaan-ibadah-mahdhah-dan-ghairu-mahdhah-xYfK
F

Al-Atsari, Abu Isma’il Muslim “Sifat-sifat Ibadah yang Benar” https://almanhaj.or.id/


. diakses pada Rabu 4 Oktober 2023.
https://almanhaj.or.id/53071-sifat-sifat-ibadah-yang-benar.html

Baits, Ammi Nur. “Apa itu Ibadah” https://konsultasisyariah.com/. diakses pada


Selasa 3 Oktober 2023. https://konsultasisyariah.com/30399-apa-itu-ibadah.html

Fathoni, Abdul Halim. “Beribadah dengan Hati dan Akal Sehat”.https://nu.or.id/


diakses pada Senin 2 Oktober 2023.
https://nu.or.id/pustaka/beribadah-dengan-hati-dan-akal-sehat-SLMvT

Ilham. “Pengertian dan Prinsip-prinsip Ibadah dalam Islam”


https://muhammadiyah.or.id/ diakses pada Selasa 3 Oktober 2023.
https://muhammadiyah.or.id/pengertian-dan-prinsip-prinsip-ibadah-dalam-islam/

Anda mungkin juga menyukai