Kelompok 1 :
Kelas 3C
Dosen Pengampu :
2023
BAB 1. PENDAHULUAN
Salah satu bagian dari syariah adalah ibadah. Ibadah artinya penghambaan
seorang makhluk kepada Allah SWT. Ibadah merupakan tugas hidup manusia selama
di dunia, karena itu manusia yang beribadah kepada Allah SWT disebut ‘abdulla’
atau hamba Allah. Hidup seorang hamba tidak lebih baik melainkan taat, patuh, dan
berserah diri kepada Allah.
Banyak di antara kita yang menganggap sepele ibadah apalagi kita sebagai
mahasiswa yang hanya tau sekedar menjalankan perintah sebagai kewajiban, seperti
sholat dan puasa. Sayangnya, kita lupa bahwa ibadah tidak mungkin lepas dari
pencapaian kepada Tauhid terlebih dahulu. Keduanya berkaitan erat, karena mustahil
kita mencapai tauhid tanpa memahami konsep ibadah dengan sebenar-benarnya.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan: “IBADAH adalah
suatu istilah yang mencakup segala sesuatu yang dicintai Allah dan diridhai-Nya,
baik berupa perkataan maupun perbuatan, yang tersembunyi (batin) maupun yang
nampak (lahir).
Dari definisi singkat tersebut, maka secara umum ibadah seperti yang kita
ketahui di antaranya yaitu mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa pada bulan
ramadhan (maupun puasa-puasa sunnah lainnya), dan melaksanakan haji. Selain
ibadah pokok tersebut, hal-hal yang sering kita anggap sepele pun sebenarnya bernilai
ibadah dan pahalanya tidak dapat diremehkan begitu saja, misalnya :
1.3 Tujuan
BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 IBADAH
Kata ibadah adalah bentuk dasar (isim masdar) dari kata ‘abada – ya’budu [– َعبَ َد
]يَ ْعبُ ُد, yang secara bahasa artinya merendahkan diri dan ketundukan (al-khudhu’ wa
tadzallul).
Jalan yang sering dilewati, diungkapkan orang arab dengan istilah thariq
ٌ ]طَ ِريyang secara bahasa berarti jalan yang dihinakan. Mereka sebut
muabbad [ق ُم َعبَّ ٌد
dengan thariq muabbad, karena jalan ini sering dilalui, sehingga sering diinjak-injak.
Ketika Allȃh Subhanahu wa Ta’ala memuji Nabi Zakaria sekeluarga, Dia berfirman:
Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah syaitan yang menakut-nakuti (kamu)
dengan kawan-kawannya (orang-orang musyrik Quraisy), karena itu janganlah kamu
takut kepada mereka, tetapi takutlah kepadaKu, jika kamu benar-benar orang yang
beriman. [Ali ‘Imrȃn/3: 175]
Dan Allȃh Azza wa Jalla memuji hamba-hamba-Nya yang takut kepada-Nya dengan
firman-Nya:
ْ ُ﴾ َوالَّ ِذينَ ُه ْم بِ َربِّ ِه ْم اَل ي٥٨﴿ َت َربِّ ِه ْم يُْؤ ِمنُون
َش ِر ُكون ِ ﴾ َوالَّ ِذينَ ُه ْم بِآيَا٥٧﴿ َشفِقُون ْ ِإ َّن الَّ ِذينَ ُه ْم ِمنْ َخ
ْ شيَ ِة َربِّ ِه ْم ُم
ت َو ُه ْمِ سا ِرعُونَ فِي ا ْل َخ ْي َرا َ ُ﴾ ُأو ٰلَِئ َك ي٦٠﴿ َاجعُون ِ ﴾ َوالَّ ِذينَ يُْؤ تُونَ َما آت َْوا َوقُلُوبُ ُه ْم َو ِجلَةٌ َأنَّ ُه ْم ِإلَ ٰى َربِّ ِه ْم َر٥٩﴿
َ لَ َها
َسابِقُون
Radja’ (berharap) kepada rahmat Allȃh Azza wa Jalla harus disertai dengan amalan.
Sebagaimana firman-Nya:
ش ِركْ بِ ِعبَا َد ِة َربِّ ِه َأ َحدًا َ فَ َمنْ َكانَ يَ ْر ُجو لِقَا َء َربِّ ِه فَ ْليَ ْع َم ْل َع َماًل
ْ ُصالِ ًحا َواَل ي
Pertama: Berharapnya seseorang yang telah melakukan ketaatan kepada Allȃh Azza
wa Jalla, di atas cahaya dari Allȃh Azza wa Jalla. Maka orang ini adalah orang yang
mengharapkan pahala-Nya. (Ini adalah radja’ yang terpuji).
Kedua: Seseorang yang telah berbuat dosa-dosa, lalu dia bertaubat darinya. Maka
orang ini adalah orang yang mengharapkan pahala-Nya. (Ini adalah radja’ yang
terpuji). Mengharapkan ampunan Allȃh Azza wa Jalla, ampunan-Nya, kebaikan-Nya,
kemurahan-Nya, kesabaran-Nya, dan kedermawan-Nya. (Ini juga radja’ yang terpuji)
2.Niat (Niyyah): Sebelum melakukan ibadah, seorang Muslim harus memiliki niat
yang tulus dan jelas untuk melakukan ibadah tersebut hanya untuk mendekatkan diri
kepada Allah. Niat adalah bagian penting dari setiap ibadah.
3.Ketaatan kepada Ajaran Islam: Ibadah dalam Islam harus dilakukan sesuai dengan
tata cara dan ajaran yang ditetapkan dalam agama Islam. Ini mencakup tata cara
shalat, puasa, zakat, haji, dan ibadah-ibadah lainnya yang telah dijelaskan dalam
Al-Quran dan hadis.
4.Tidak Bersyirik (Tawhid): Ibadah dalam Islam harus dilakukan dengan keyakinan
bahwa hanya Allah yang berhak disembah. Tidak ada sesembahan lain atau mitos
yang diikutsertakan dalam ibadah.
5.Pengabdian Total: Ibadah mencerminkan pengabdian total kepada Allah. Ini adalah
cara untuk mengakui kekuasaan dan keagungan-Nya serta mengakui ketergantungan
penuh manusia kepada-Nya.
6.Bersifat Pribadi: Ibadah adalah hubungan pribadi antara seorang Muslim dan Allah.
Meskipun ibadah dapat dilakukan secara berjamaah, setiap individu memiliki
hubungan pribadi dengan Allah melalui ibadah.
7.Mengandung Doa (Dua): Banyak ibadah dalam Islam juga mencakup elemen doa
kepada Allah. Seseorang dapat berbicara langsung dengan Allah untuk memohon
bantuan, pengampunan, atau berbicara tentang keinginannya.
8.Mengikuti Contoh Nabi: Banyak ibadah dalam Islam dijalankan sesuai dengan
contoh dan ajaran Nabi Muhammad. Ini termasuk contoh-contoh dari kehidupan
sehari-hari dan ibadah seperti shalat dan puasa.
9.Kontinuitas (Mutaqarrir): Ibadah dalam Islam sering kali dilakukan secara rutin dan
berulang. Misalnya, shalat lima kali sehari dan puasa selama bulan Ramadan adalah
ibadah yang dijalankan secara berkala.
10.Berkembang dalam Perilaku dan Moralitas: Ibadah dalam Islam diharapkan dapat
memengaruhi perilaku dan moralitas seseorang secara positif. Ibadah yang benar
harus tercermin dalam tindakan-tindakan baik dan etika yang kuat dalam kehidupan
sehari-hari.
Ciri-ciri ini mencerminkan pentingnya ibadah dalam kehidupan seorang Muslim dan
bagaimana ibadah tersebut mencerminkan hubungan yang mendalam antara individu
dan Allah dalam Islam. Dengan memahami ciri-ciri ini, seorang Muslim dapat
melaksanakan ibadah dengan penuh keyakinan dan penghormatan kepada Allah.
4.Moralitas dan Etika: Konsep ibadah sering kali terkait dengan nilai-nilai moral dan
etika yang kuat dalam Islam. Mahasiswa yang memahami ini dapat mengintegrasikan
nilai-nilai seperti kejujuran, kesabaran, dan kedermawanan dalam perilaku mereka.
Pemahaman konsep ibadah dalam Islam bukan hanya relevan dalam aspek
keagamaan, tetapi juga memiliki dampak yang mendalam pada aspek kesejahteraan,
moralitas, dan sosial mahasiswa. Ini dapat membantu mereka menjadi individu yang
lebih baik dan lebih bertanggung jawab dalam masyarakat.
BAB 3. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA