Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

Al-Islam Dan Kemuhammadiyaan

Dosen Pengampu : Drs.arsyad Said, SH,MM

Disusun Oleh:

NAMA : SILVIANA PUTRI

NIM : 2210411050

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALU

ANGKATAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan  kehadirat allah swt. yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini.

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan karya ilmiah ini. tentunya, tidak akan bisa
maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. oleh karena itu, kami
dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.

Kami berharap semoga makalah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga
inspirasi untuk pembaca.

Palu, Mei 2023


BAB I

PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
            Ibadah merupakan bentuk penyembahan manusia terhadap Allah SWT. Dari ibadah
dapat dilihat seberapa bersyukurnya seriap hamba, manusia tidak dapat dipisahkan dengan
penciptanya. Di dunia manusia tidak hidup tanpa manusia yang lain maksudnya adalah
manusia adalah makhluk sosial. Sering kali dan banyak di antara kita yang menganggap
ibadah itu hanyalah sekedar menjalankan rutinitas hal-hal yang dianggap kewajiban, seperti
sholat dan puasa. Sayangnya, kita lupa bahwa ibadah tidak mungkin lepas dari pencapaian
kepada Tauhid terlebih dahulu. Karena mustahil kita mencapai tauhid tanpa memahami
konsep ibadah dengan sebenar-benarnya. Dalam syarah Al-Wajibat dijelaskan bahwa “ibadah
secara bahasa berarti perendahan diri, ketundukan dan kepatuhan.”(Tannbihaat
Mukhtasharah, hal 28)

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana konsep ibadah ?
2.      Apa saja macam-macam ibadah ?
3.      Apa fungsi dan hikmah dari ibadah ?
4.      Bagaimana makna spiritual ibadah bagi kehidupan sosial ?
BAB II
PEMBAHASAN

“Ibadah”

A.      Konsep Ibadah
                       1.         Pengertian Ibadah

     Secara bahasa, kata ibadah berasal dari bahasa arab al-abdiyyah,


al-‘ubudiyyah, dan al-‘ibadah  yang berarti ketaatan. Kata al-‘ubudiyyah identik dengan kata
al-khudhu dan adz-dzull yang berarti ketundukan dan kehinaan ( Yusuf Al Qaradhawi,
2005 ). Oleh karena itu, kata at-ta’bid yang berarti menundukkan diri sama dengan kata at-
tadzlil yang bermakna merendahkan diri dihadapan Allah. Kata al-‘ibadah juga memiliki
persamaan makna dengan kata khudhu, dan tadzallul. Ibadah merupakan suatu bentuk
ketundukan kepada Allah yang memberi nikmat dan anugerah tertinggi kepada manusia.
Ibadah tidak hanya sebatas pada menjalankan rukun islam, tetapi ibadah juga berlaku pada
semua aktivitas duniawi yang didasari rasa ikhlas. Oleh karena itu ibadah terdapat dua
klasifikasi yaitu, ibadah khusus ( khas ) dan umum ( ‘amm ). Ibadah dalam arti khusus adalah
ibadah yang berkaitan dengan arkan al-islam, seperti syahadat, shalat, zakat, puasa, dan haji.
Sedangkan ibadah dalam arti umum adalah segala aktivitas yang titik tolaknya ikhlas yang
ditunjukkan untuk mencapai ridho Allah berupa amal saleh.

2. Rukun Ibadah

a)        Al-Hubb ( Cinta )
          Ibadah dari asal maknanya bisa berarti menghinakan diri. Dan ia selain mengandung
makna penghinaan diri dihadapan Allah SWT juga mengandung Al-Hubb ( cinta ) yang
tinggi kepada-Nya. Dengan kecintaan yang tinggi disertai penghinaan yang sempurna kepada
Allah SWT, seorang hamba akan sampai pada penghambaan diri kepada-Nya SWT, sebab
puncak dari Al-Hubb adalah At-Tayyamum ( penghambaan ). Sehingga tidak akan tebangun
penghambaan diri kepada Allah SWT kecuali dengan terkumpulnya keduanya sekaligus,
yaitu cinta dan penghinaan diri.
b)        Al-Khouf ( Takut )
          Ia merupakan peribadahan hati dan rukun ibadah yang agung yang mana keikhlasan
seseorang dalam beragama bagi Allah SWT. Sebagaimana yang telah Allah perintahkan 
kepada hamba-Nya tidak akan lurus kecuali dengan bantuan-Nya. Khouf ialah kegundahan
hati akan terjadinya sesuatu yang tidak disuka berupa hukuman dan adzab Allah SWT yang
mneimbulkan sikap penghambaan dan ketundukan seorang hamba kepada-Nya.
c)        Ar-Roja ( Berharap )
          Ia juga merupakan peribadahan hati dan rukun ibadah yang sangat agung. Ialah
harapan yang kuat atas rahmat dan balasan berupa pahala dari Allah SWT yang menyertai
ketundukan dan penghinaan diri kepada-Nya.

  3.         Syarat Ibadah
     Syarat diterimanya ibadah oleh Allah SWT dalam konsep risalah islam :
1.    Ikhlas
            Ibadah dilakukan secara ikhlas dengan kesadaran diri sendiri dan ikhlas semata-mata
karena Allah SWT, bukan karena ingin dipuji ataupun dipaksa.

2.    Ilmu
            Ibadah yang dilakukan disertai ilmunya. Sebagaimana dalam firman Allah SWT
sebagai berikut :
Artinya :
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta
pertanggungkan jawabnya” (QS. Al-Israa’:36).

3.    Sunah
            Tata cara Ibadah harus sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasul-Nya dan sahabatnya.
“Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat.” (HR. Al-Bukhari, dari Malik bin
Al-Huwairits).

“Barang siapa yang mengadakan sesuatu dalam perkara kami ini yang tidak ada tuntunan
(islam) di dalamnya maka di tolak.” (Muttafaq’alayh).

4.         Prinsip Ibadah
     Untuk memberikan pedoman ibadah yang bersifat final, Islam memberikan prinsip-prinsip
ibadah sebagai berikut :
a.    Prinsip utama dalam ibadah adalah hanya menyembah kepada Allah semata sebagai wujud
hanya mengesakan Allah SWT. Hal ini didasarkan pada firman Allah SWT :
Artinya :
“Hanya kepadaMu kami menyembah dan hanya kepadaMu kami minta pertolongan”. (Q.S
Al-Fatihah : 5 )

b.    Tanpa perantara
Oleh karena Allah SWT berada sangat dekat dengan hamba-hambaNya dan Maha
Mengetahui segala apa yang dilakukan oleh hamba-Nya, maka dalam berdo’a harus langsung
dimohonkan kepada Allah dan tidak melalui perantara siapapun dan apapun juga

c.    Harus ikhlas yakni murni hanya mengharap ridha Allah SWT. Keikhlasan harus ada dalam
seluruh ibadah, karena keikhlasan inilah jiwa dari ibadah. Tanpa keikhlasan, maka tidak
mungkin ada ibadah yang sesungguhnya

B.       Ibadah Mahdah dan Ghairu Mahdah


     Secara umum, ibadah terbagi menjadi dua; yakni ibadah mahdhah (langsung kepada
Allah) dan ghairu mahdhah (tidak langsung kepada Allah).
1.         Ibadah Mahdhah
                 Ibadah mahdhah adalah ibadah yang berupa pengabdian langsung kepada Allah. Segala
bentuk aktifitas ibadah berupa cara, waktu dan kadarnya telah ditetapkan oleh Allah dan
rasul-Nya seperti shalat, puasa, dan haji. Seseorang tidak akan mengetahui ibadah ini kecuali
melalui penjelasan Allah dalam Al-Qur’an atau penjelasan Rasulullah sebagaimana di dalam
Sunnah beliau.
Syarat ibadah mahdhah :
a.              Ikhlas
b.              Benar / sesuai dengan sunnah Rasulullah
          Agar amal ibadah kita diterima oleh Allah SWT maka amal itu harus ikhlas dan benar.
Amal yang ikhlas adalah amal yang dilakukan dengan niat murni untuk mendapat ridha
Allah, bukan untuk mendapat ridha atau pamrih dari selain Allah. Amal yang benar adalah
amal yang sesuai dengan sunnah Rasulullah.
2.         Ibadah Ghairu Mahdhah
Ibadah ghairu mahdhah adalah semua perbuatan yang bermanfaat untuk sesama
manusia dan lingkungannya, yang diniatkan untuk beribadah kepada Allah SWT. Ibadah
ghairu mahdhah tata caranya tidak ditentukan oleh Allah. Hal ini menyangkut segala macam
amal kebaikan yang di ridhai Allah baik berupa perkataan maupun perbuatan. Bahkan
sekedar baru berniat saja sudah dianggap ibadah dan mendapat pahala dari Allah. Ibadah
pada aspek ini cakupannya sangat luas. Contoh ibadah ghairu mahdhah adalah bekerja,
belajar, berinfak, menyantuni anak yatim, membantu orang lain, menunaikan amanah,
berbakti kepada kedua orang tua, menyambung silaturahmi, menepati janji, menyuruh kepada
kebaikan seraya mencegah kemungkaran, menjaga lingkungan dan masih banyak lagi
mencakup seluruh aktifitas manusia yang diniatkan semata-mata untuk mencari ridha Allah
SWT selama apa yang dilakukan sesuai dengan ketentuan syariat Allah.
C.      Fungsi dan Hikmah Ibadah
1.    Fungsi Ibadah
            Ada tiga aspek fungsi ibadah dalam Islam :
a) Mewujudkan hubungan antara hamba dengan Tuhannya. Mewujudkan hubungan antara
manusia dengan Tuhannya dapat dilakukan melalui “muqorobah” dan “khudlu”. Orang yang
beriman dirinya akan selalu merasa diawasi oleh Allah. Ia akan selalu berupaya
menyesuaikan segala perilakunya dengan ketentuan Allah SWT. Dengan sikap itu seseorang
muslim tidak akan melupakan kewajibannya untuk beribadah, bertaubat, serta menyandarkan
segala kebutuhannya pada pertolongan Allah SWT. 
b) Mendidik mental dan menjadikan manusia ingat akan kewajibannya. Dengan sikap ini, setiap manusia
tidak akan lupa bahwa dia adalah anggota masyarakat yang mempunyai hak dan kewajiban untuk
menerima dan memberi nasihat. Oleh karena itu, banyak ayat Al-Qur’an ketika berbicara tentang
fungsi ibadah menyebutkan juga dampaknya terhadap kehidupan pribadi dan masyarakat.
Contohnya: ketika Al-Qur’an berbicara tentang shalat, ia menjelaskan fungsinya: “Bacalah apa yang
telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al-Qur’an dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu
mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Sesungguhnya mengingat Allah (shalat)
adalah lebih besar keutamannya dari ibadah-ibadah yang lain, dan Allah mengetahui apa yang kamu
kerjakan.”
c)  Melatih diri untuk berdisiplin adalah suatu kenyataan bahwa segala bentuk ibadah menuntut kita
untuk berdisiplin. Kenyataan itu dapat dilihat dengan jelas dalam pelaksanaan shalat, mulai dari
wudhu, ketentuan waktunya, berdiri, ruku, sujud dan aturan-aturan lainnya, mengajarkan kita untuk
berdisiplin. 

2.    Hikmah Ibadah
a)    Tidak syirik
        Seorang hamba yang sudah berketetapan hati untuk senantiasa beribadah menyembah
kepada Nya, maka ia harus meninggalkan segala bentuk syirik.

b)   Memiliki ketakwaan

        Ketakwaan yang di landasi cinta timbul karena ibadah yang di lakukan manusia setelah
merasakan kemurahan dan keindahan Nya muncullah dorongan untuk beribadah kepada-Nya.
Sedangkan ketakwaan yang di landasi rasa takut timbl karena manusia menjalankan ibadah
dianggap sebagai suatu kewajiban bukan sebagai kebutuhan.
c)    Terhindar dari kemaksiatan
        Ibadah memiliki daya pensucian yang kuat sehingga dapat menjadi tameng dari
pengaruh kemaksiatan, tetapi keadaan ini hanya bisa dikuasai jika ibadah yang dilakukan
berkualitas.

d) Berjiwa sosial
Artinya ibadah menjadikan seorang hamba menjadi lebih peka dengan keadaan lingkungan
sekitarnya, karena dia mendapat pengalaman langsung dari ibadah yang dikerjakannya. Sebagaimana
ketika melakukan ibadah puasa, ia merasakan rasanya lapar yang biasa dirasakan oleh orang-orang
yang kekurangan. Sehingga mendorong hamba tersebut lebih memperhatikan orang lain.

D.      Makna Spiritual Ibadah Bagi Kehidupan Sosial


     Ibadah memiliki dimensi keakhiratan sekaligus keduniawian. Ibadah dalam ajaran Islam
tidak hanya dimaksudkan dalam kerangka hubungan dengan Allah semata, tetapi juga
mengandung dimensi sosial yang tinggi bagi para pemeluknya. Semua bentuk ibadah
memiliki makna sosialnya masing-masing sebagaimana dijelaskan sebagai berikut:
Pertama, ibadah shalat. Kandungan sosial dari ibadah shalat adalah bahwa shalat
mengajarkan makna persaudaraan dan persatuan manusia yang begitu tinggi. Ketika
melaksanakan shalat di masjid lima kali dalam sehari, maka sesungguhnya ibadah tersebut
tengah menghimpun penduduknya lima kali sehari.
Kedua, ibadah puasa. Puasa mampu menumbuhkan kepekaan sosial bagi pelakunya. Dengan
berpuasa, si kaya merasakan betapa tidak enaknya merasakan lapar. Puasa mengajarkan
kepadanya untuk bisa mengenali serta merasakan penderitaan orang yang sehari-hari
senantiasa berada dalam kekurangan dan berbalut kemiskinan.
Ketiga, ibadah zakat. Ibadah zakat memiliki fungsi dan hikmah ganda. Secara individu zakat
mengandung hikmah untuk membersihkan dan menyucikan diri beserta harta bendanya.
Dengan begitu, zakat melatih manusia menghilangkan sifat kikir, rakus, tamak yang melekat
pada dirinya.
Keempat, ibadah haji. Dalam ibadah haji terkandung pengalaman nilai-nilai kemanusiaan
yang universal. Ibadah haji dimulai dengan niat sambil menanggalkan pakaian biasa dan
kemudian mengenakan pakaian ihram. Dengan mengenakan pakaian ihram pada saat haji,
manusia diajarkan untuk menanggalkan perbedaan status sosial yang mereka sandang dan
bersatu dalam persamaan dan persaudaraan. Pada saat melaksanakan ihram, seseorang
dilarang menyakiti binatang, dilarang membunuh, menumpahkan darah, serta dilarang
mencabut pepohonan.
BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
1.         Secara bahasa, kata ibadah berasal dari bahasa arab al-abdiyyah,
al-‘ubudiyyah, dan al-‘ibadah  yang berarti ketaatan. Kata al-‘ubudiyyah identik dengan kata
al-khudhu dan adz-dzull yang berarti ketundukan dan kehinaan.
2.         Sedangkan menurut terminologi syariat, Muhammad Abduh menafsirkan ibadah sebagai
suatu bentuk ketundukkan dan ketaatan sebagai dampak dari rasa pengagungan yang
bersemai didalam lubuk hati seseorang terhadap siapa yang menjadi tujuan ketundukannya.
3.         Rukun ibadah ada tiga yaitu : Al-Hubb ( Cinta ), Al-Khouf ( Takut ), dan Ar-Roja
( Berharap ).
4.         Syarat ibadah ada tiga yaitu : ikhlas, ilmu, dan sunnah.
5.         Prinsip dalam beribadah antara lain : 
a)        Hanya menyembah kepada Allah semata sebagai wujud hanya mengesakan Allah SWT.
b)        Tanpa perantara.
c)         Harus ikhlas
d)        Harus sesuai dengan tuntutan.
e)        Seimbang antara unsur jasmani dan rohani.
f)          Mudah dan meringankan
6.         Fungsi ibadah :
a)        Mewujudkan hubungan antara hamba dengan Tuhannya. Mewujudkan hubungan antara
manusia dengan Tuhannya dapat dilakukan melalui “muqorobah” dan “khudlu”.
b)        Mendidik mental dan menjadikan manusia ingat akan kewajibannya.
c)        Melatih diri untuk berdisiplin adalah suatu kenyataan bahwa segala bentuk ibadah
menuntut kita untuk berdisiplin.

7.         Dengan beribadah kita akan mendapat hikmah berupa kita tidak menjadi syirik, tidak
kikir, memiliki ketakwaan, terhindar dari kemaksiatan, dan berjiwa sosial.
8.         Kandungan sosial dari ibadah shalat adalah bahwa shalat mengajarkan makna
persaudaraan dan persatuan manusia yang begitu tinggi.
9.         Puasa mampu menumbuhkan kepekaan sosial bagi pelakunya. Dengan berpuasa, si kaya
merasakan betapa tidak enaknya merasakan lapar.
10.     Ibadah zakat memiliki fungsi dan hikmah ganda. Secara individu zakat mengandung
hikmah untuk membersihkan dan menyucikan diri beserta harta bendanya.
11.     Dalam ibadah haji terkandung pengalaman nilai-nilai kemanusiaan yang universal. Ibadah
haji dimulai dengan niat sambil menanggalkan pakaian biasa dan kemudian mengenakan
pakaian ihram.

Anda mungkin juga menyukai