Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

IBADAH DAN KEDUDUKANNYA DALAM ISLAM


MAKALAH INI DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS
MATA KULIAH : FIQIH
DOSEN PENGAMPU : Drs. H. Sokhibi, M. Pd.I

Oleh Kelompok 1
Nama Anggota :
Sita Anggia Kusuma
Suci Meliyana
Nema

Pendidikan Agama Islam


Sekolah Tinggi Agama Islam Brebes
2023/2024

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kita semua sehingga kami
berhasil menyelesaikan makalah yang berjudul ibadah.

Makalah ini berisikan tentang pengertian Ibadah, tujuan dan fungsi


ibadah, dan ibadah dalam kedudukan islam. Penulis berharap makalah ini
dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang ibadah. Kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.
Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi semua usaha kita. Amin

Bumiayu, 22 Februari 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................i

DAFTAR ISI.....................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................1
C. Tujuan Masalah....................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..................................................................3

A. Pengertian ibadah.................................................................3
B. Tujuan dan Fungsi ibadah.....................................................4
C. Syarat diterimanya dan cara penerimanya............................7

BAB III PENUTUP..........................................................................9

A. Kesimpulan...........................................................................9
B. Saran.....................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................10

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Ibadah merupakan rangkaian ritual yang dilakukan manusia dalam


rangka pengabdian atau kepatuhan kepada sang Pencipta. Ibadah dalam
Islam tidak hanya terbatas pada hubungan manusia dengan Allah semata,
melainkan juga terdapat hubungan antara manusia dengan manusia lainnya
serta antara manusia dengan alam (Razak, 1993: 18).

Ada dua pembagian ibadah dalam Islam, yaitu ibadah mahdlah dan
ghairu mahdhah. Ibadah mahdlah, yaitu ibadah yang berhubungan dengan
penjalanan syariat Islam yang terkandung dalam rukun Islam. Contoh
ibadah mahdhah antara lain sholat, zakat, puasa dan haji. Sementara ibadah
ghairu mahdhah adalah ibadah yang dilaksanakan umat Islam dalam
hubungannya dengan sesama manusia dan lingkungannya. Ibadah ghairu
mahdhah dikenal dengan ibadah muamalah (Nata, 2002: 55)

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud ibadah?
2. Makna ibadah dalam islam?
3. Kedudukan ibadah dalam islam?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian ibadah menurut ibadah dan istilah.
2. Untuk mengetahui makna-makna Ibadah yang terkandung di dalam
islam.
3. Untuk mengetahui kedudukan ibadah serta memahami dan
mengamalkanya.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ibadah
1. Difinisi Ibadah
Ibadah secara bahasa (etimologi) berarti merendahkan diri serta tunduk.
Sedangkan menurut syara’ (terminologi), ibadah mempunyai banyak
definisi, tetapi makna dan maksudnya satu. Definisi itu antara lain
adalah :
1. Ibadah adalah taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya
melalui lisan para Rasul-Nya.
2. Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah Azza wa Jalla, yaitu
tingkatan tunduk yang paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah
(kecintaan) yang paling tinggi.
3. Ibadah adalah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan
diridhai Allah Azza wa Jalla, baik berupa ucapan atau perbuatan,
yang zhahir maupun yang bathin. Yang ketiga ini adalah definisi
yang paling lengkap.
Ibadah terbagi menjadi badah hati, lisan, dang anggota badan. Rasa
khauf (takut), raja’ (mengharap), mahabbah (cinta), tawakkal
(ketergantungan), raghbah (senang), dan rahbah (takut) adalah ibadah
galbiyah (yang berkaitan dengan hati).
Sedangkan tasbih, tahlil, takbir, tahmid dan syukur dengan lisan dan hati
adalah ibadah lisaniyah galbiyah (lisan dan hati). Sedangkan shalat,
zakat haji, dan jihad adalah ibadah badaniyah galbiyah (fisik dan hati).
Serta masih banyak lagi macam-macam ibadah yang berkaitan dengan
amalan hati, lisan dan badan inilah yang menjadi tujuan penciptaan
manusia, Allah berfirman :

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya


mereka beribadah kepada-Ku. Aku tidak menghendaki rizki sedikit

2
pun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka
memberi makan kepada-Ku. Sesungguhnya Allah Dia-lah Maha
Pemberi rizki
Yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh.” [Adz-Dzaariyaat: 56-58]

Allah Azza wa Jalla memberitahukan bahwa hikmah penciptaan jin


dan manusia adalah agar mereka melaksanakan ibadah hanya kepada
Allah Azza wa Jalla. Dan Allah Mahakaya, tidak membutuhkan ibadah
mereka, akan tetapi merekalah yang membutuhkan-Nya, karena
ketergantungan mereka kepada Allah, maka barangsiapa yang menolak
beribadah kepada Allah, ia adalah sombong. Siapa yang beribadah
kepadanya tetapi dengan selain apa yang disyariatkannya maka dia
adalah mubtadi’ (pelaku bid’ah). Dan barang siapa yang beribadah
kepadanya hanya denga napa yang di syariatkannya, maka ia adalah
mukmin muwahhid (yang mengesakan Allah).

B. Pillar-Pillar Ubudiyyah yang benar


Sesungguhnya ibadah itu berlandaskan pada tiga pilar pokok, yaitu :
hubb (cinta), khauf (takut), raja’ (barapan).
Rasa cinta harus disertai dengan rasa rendah diri, sedangkan khauf harus
dibarengi dengan raja’. Dalam setiap ibadah harus terkumpul unsur-unsur
ini. Allah berfirman tentang sifat hamba-hambanya yang mukmin :

“Dia mencintai mereka dan merekapun mencintainya” [Al-Maa-idah: 54]

“Adapun orang-orang yang beriman sangat besar cintanya kepada Allah.”


[Al-Baqarah : 165]

3
“Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam
(mengerjakan) kebaikan dan mereka berdo’a kepada Kami dengan penuh
harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu’ kepada
Kami “[Al-Ambiya: 90]
Sebagian Salaf berkata, “Siapa yang beribadah kepada Allah dengan rasa
cinta saja, maka ia adalah zindiq, siapa yang beribadah kepadanya dengan
raja’ saja makai a adalah murji’[4]. Dan siapa yang beribadah kepadanya
hanya dengan khauf, maka ia adalah haruriy Barang siapa yang beribadah
kepadanya dengan hubb, khauf, dan raja’, maka ia adalah mukmin
muwahhid.”

C. Syarat Diterimanya Ibadah


Ibadah adalah perkara tauqifiyah yaitu tidak ada suatu bentuk ibadah yang
disyari’atkan kecuali berdasarkan Al-Qur-an dan As-Sunnah. Apa yang
tidak disyari’atkan berarti bid’ah mardudah (bid’ah yang ditolak)
sebagaimana sabda Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam :

“Barang siapa yang beramal tanpa adanya tuntunan dari kami, maka amalan
tersebut tertolak.”
Agar dapat di terima, ibadah disyaratkan harus benar. Dan ibadah itu tidak
bisa dikatakan benar kecuali dengan adanya dua syarat :
a. Ikhlas karena Allah semata, bebas dari syirik besar dan kecil.
b. Ittiba’, sesuai dengan tuntunan Rasulullah Shallallahu’alaihi wa
sallam.
Syarat yang pertama merupakan konsekuensi dari syahadat laa ilaaha
illallaah, karena ia mengharuskan ikhlas beribadah hanya kepada Allah dan
jauh dari syirik kepada-Nya. Sedangkan syarat kedua adalah konsekuensi
dari syahadat Muhammad Rasulullah, karena ia menuntut wajibnya taat
kepada Rasul, mengikuti syari’atnya dan meninggal-kan bid’ah atau ibadah-
ibadah yang diada-adakan.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

4
“(Tidak demikian) bahkan barangsiapa yang menyerahkan diri sepenuhnya
kepada Allah, dan ia berbuat kebajikan, maka baginya pahala di sisi Rabb-
nya dan tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.”
[Al-Baqarah: 112]
Aslama wajhahu (menyerahkan diri) artinya memurnikan ibadah kepada
Allah. Wahua muhsin (berbuat kebajikan) artinya mengikuti Rasul- Nya
Shallallahu  Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam. ‘alaihi wa sallam. Syaikhul
Islam mengatakan, “Inti agama ada dua pilar yaitu kita tidak beribadah
kecuali hanya kepada Allah, dan kita tidak beribadah kecuali dengan apa
yang Dia syari’atkan, tidak dengan bid’ah.”
Sebagaimana Allah berfirman :

“Maka barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Rabb-nya maka


hendaknya ia mengerjakan amal shalih dan janganlah ia mempersekutukan
sesuatu pun dalam beribadah kepada Rabb-nya.” [Al-Kahfi: 110]
Hal yang demikian itu merupakan manifestasi (perwujudan) dari dua
kalimat syahadat Laa ilaaha illallaah, Muhammad Rasulullah.2

Pada yang pertama, kita tidak beribadah kecuali kepada-Nya. Pada yang
kedua, bahwasanya Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah
utusan-Nya yang menyampaikan ajaran-  Nya. Maka  Nya. Maka kita wajib
membenarkan dan membenarkan dan mempercayai mempercayai beritanya
beritanya serta mentaati mentaati perintahnya.

Beliau Shallallahu ‘alaihi wa Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah


menjelas sallam telah menjelaskan bagaimana cara kita beriba kan
bagaimana cara kita beribadah kepada dah kepada Allah, dan beliau
Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang kita dari hal-hal baru atau bid’ah.
Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan bahwa semua bid’ah wa

5
semua bid’ah itu sesat. itu sesat. Bila ada orang yang bertanya: “Apa
hikmah di balik kedua syarat bagi sahnya ibadah tersebut?”
Jawabnya adalah sebagai berikut:
1. Sesungguhnya Allah memerintahkan untuk mengikhlaskan ibadah
kepada-Nya semata. Maka, beribadah kepada selain Allah di samping
beribadah kepada-Nya adalah kesyirikan. Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman:

“Maka sembahlah Allah dengan tulus ikhlas beragama kepada- Nya.”


[Az-Zumar: 2]
2. Sesungguhnya Allah mempunyai hak dan wewenang Tasyri’
(memerintah dan melarang). Hak Tasyri’ adalah hak Allah semata.
Maka, barangsiapa beribadah kepada-Nya bukan dengan cara yang
diperintahkan-Nya, maka ia telah melibatkan dirinya di dalam Tas h
melibatkan dirinya di dalam Tasyri’.
3. Sesungguhnya Allah telah menyempurnakan agama bagi kita. Maka,
orang yang membuat tata cara ibadah sendiri dari dirinya, berarti ia telah
menambah ajaran agama dan menuduh  bahwa agama ini tidak
sempurna (mempunyai keku  bahwa agama ini tidak sempurna
(mempunyai kekurangan).
4. Dan sekiranya boleh bagi setiap orang untuk beribadah dengan tata cara
dan kehendaknya sendiri, maka setiap orang menjadi memiliki caranya
tersendiri dalam ibadah. Jika demikian halnya, maka yang terjadi di
dalam kehidupan manusia adalah kekacauan yang tiada taranya karena
perpecahan dan pertikaian akan meliputi kehidupan mereka disebabkan
perbedaan kehendak dan perasaan, padahal agama Islam mengajarkan
kebersamaan dan kesatuan menurut syari’at yang diajarkan Allah dan
Rasul-Nya.

6
D. Keutamaan Ibadah
Ibadah di dalam syari’at Islam merupakan tujuan akhir yang dicintai dan
diridhai-  Nya. Karenanya Karenanya lah Allah menciptakan menciptakan
manusia, manusia, mengutus mengutus para Rasul dan menurunkan Kitab-
Kitab suci-Nya. Orang yang melaksanakannya dipuji dan yang enggan
melaksanakannya dicela.
Allah Subhanabu wa Ta’ala berfirman :

“Dan Rabb-mu berfirman, ‘Berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan Aku


perkenankan  bagimu.  bagimu. Sesungguhnya Sesungguhnya orang-orang
orang-orang yang sombong sombong tidak mau beribadah beribadah
kepada-Ku kepada-Ku akan masuk Neraka Jahannam dalam keadaan hina
dina.’” [Al-Mu’min: 60]
Ibadah di dalam Islam tidak disyari’atkan untuk mempersempit atau
mempersulit manusia, dan tidak pula untuk menjatuhkan mereka di dalam
kesulitan. Akan tetapi ibadah itu disyari’atkan untuk berbagai hikmah yang
agung, kemashlahatan besar yang tidak dapat dihitung jumlahnya.
Pelaksanaan ibadah dalam Islam semua adalah mudah.
Di antara keutamaan ibadah bahwasanya ibadah mensucikan jiwa dan
membersihkannya, dan mengangkatnya ke derajat tertinggi menuju
kesempurnaan manusiawi.
Termasuk keutamaan ibadah juga bahwasanya manusia sangat
membutuhkan ibadah melebihi segala-galanya, bahkan sangat darurat
membutuhkannya. Karena manusia secara tabi’at adalah lemah, fakir
(butuh) kepada Allah. Sebagaimana halnya jasad membutuhkan makanan
dan minuman, demikian pula hati dan ruh memerlukan ibadah dan
menghadap kepada Allah. Bahkan kebutuhan ruh manusia kepada ibadah itu
lebih besar daripada kebutuhan jasadnya kepada makanan dan minuman,
karena sesungguhnya esensi dan subtansi hamba itu adalah hati dan ruhnya,
keduanya tidak akan baik kecuali dengan menghadap (bertawajjuh) kepada
Allah dengan beribadah. Maka jiwa tidak akan pernah merasakan

7
kedamaian dan ketenteraman kecuali dengan dzikir dan beribadah kepada
Allah. Sekalipun seseorang merasakan kelezatan atau kebahagiaan selain
dari Allah maka kelezatan dan kebahagiaan tersebut adalah semu, tidak akan
lama, bahkan apa yang ia rasakan itu sama sekali tidak ada kelezatan dan
kebahagiaannya.
Adapun bahagia karena Allah dan perasaan takut kepada-Nya, maka
itulah kebahagiaan yang tidak akan terhenti dan tidak hilang, dan itulah
kesempurnaan dan keindahan serta kebahagiaan keindahan serta
kebahagiaan yang hakiki. Maka, bara yang hakiki. Maka, barangsiapa yang
menghendaki keb ngsiapa yang menghendaki kebahagiaan ahagiaan abadi
hendaklah ia menekuni ibadah kepada Allah semata. Maka dari itu, hanya
orang-orang ahli ibadah sejatilah yang merupakan manusia paling bahagia
dan paling lapang dadanya.
Tidak ada yang dapat menenteramkan dan mendamaikan serta
menjadikan seseorang merasakan kenikmatan hakiki yang ia lakukan
kecuali ibadah kepada Allah semata. Imam Ibnul Qayyim rahimahullah
berkata, “Tidak ada kebahagiaan, kelezatan, kenikmatan dan kebaikan hati
melainkan bila ia meyakini Allah sebagai Rabb, Pencipta Yang Maha Esa
dan ia beribadah hanya kepada Allah saja, sebagai puncak tujuannya dan
yang paling dicintainya daripada yang lain.
Termasuk keutamaan ibadah bahwasanya ibadah dapat meringankan
seseorang untuk melakukan berbagai kebajikan dan meninggalkan
kemunkaran. Ibadah dapat menghibur seseorang ketika dilanda musibah dan
meringankan beban penderitaan saat susah dan mengalami rasa sakit, semua
i mengalami rasa sakit, semua itu ia terima dengan la tu ia terima dengan
lapang dada dan jiwa yang tenan pang dada dan jiwa yang tenang.
Termasuk keutamaannya juga, bahwasanya seorang hamba dengan
ibadahnya kepada Rabb-nya dapat membebaskan dirinya dari belenggu
penghambaan kepada makhluk, ketergantungan, harap dan rasa cemas
kepada mereka. Maka dari itu, ia merasa percaya diri dan berjiwa besar

8
karena ia berhar dan berjiwa besar karena ia berharap dan takut hany ap dan
takut hanya kepada Allah saja.
Keutamaan ibadah yang paling besar bahwasanya ibadah merupakan
sebab utama untuk meraih keridhaan Allah l, masuk Surga dan selamat dari
siksa Neraka.
2. Makna Ibadah
Ibadat atau Ibadah adalah sebuah kata yang diambil dari bahasa Arab
bahasa Arab ‘Ibadah ( )Dalam terminologi bahasa Indonesia
sebagaimana yang terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) kata ini memiliki arti:
Perbuatan atau penyataan Perbuatan atau penyataan bakti terhadap
terhadap Allah atau Tuhan yang didasari yang didasari olehperaturan
olehperaturan agama.  agama.Segala usaha lahir dan batin yang sesuai
per Segala usaha lahir dan batin yang sesuai perintah a intah agama yang
harus gama yang harus dituruti pemeluknya.
Upacara yang berhubungan dengan agama.
Makna ibadah menurut Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Rahimullah :
Ibadah adalah segala sesuatu yang mencakup semua hal yang dicintai
dan diridhai Allah Ta’ala, baik berupa ucapan dan Ta’ala, baik berupa
ucapan dan amalan, yang nampak amalan, yang nampak dan yang
tersembunyi.
3. Kedudukan Agama dalam Islam
Secara umum pengertian ibadah dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu
ibadah dalam  pengertian umum dan ibadah dalam pengertian khusus .
ibadah dalam pengertian umum ialah segala aktivitas jiwa dan raga
manusia (makhluk, yang diciptakan) yang ditujukan kepada Allah (al-
khaliq, sang maha pencipta), sebagai tanda ketundukan dan kepatuhan
hamba tersebut kepada-Nya. Sedangkan ibadah dalam arti khusus ialah
semua kegiatan ibadah yang ketentuannya telah digariskan leh nash-
nash Al- Qur’an dan hadits yang ketentuanketentuan itu tidak boleh
ditambah atau dikurangi atau diubah.

9
Kedudukan ibadah dalam islam menempati posisi yang paling tinggi dan
penting serta menjadi titik sentral dari seluruh aktifitas muslim. Namun
tujuan islam mendirikan ibadah  bukanlah untuk ibadah saja . ibadah
dalam islam adalah semua perbuatan manusia yang diarahkan kepada
Allah baik berupa ibadah ritual maupun ibadah sosial.
E. Dasar Ibadah
Sebagaimana dasar Sebagaimana dasar melakuakan melakuakan ibadah
diatur ibadah diatur dalam al- dalam al- qur’an dan as sunnah seperti di
bawah ini :
Dalam surat An-Nisa’ Ayat 36

Artinya : Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya


dengan sesuatu apapun. (Q.S An- Nisa : 36).
Surat az –  Zariyat ayat 56:

Artinya : Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka menyembahKu. (Q.S az- Zariyat : 56)

10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ibadah meliputi segala yang dicintai Allah dan diridhai-Nya, perkataan dan
perbuatan lahir dan batin. Termasuk di dalamnya shalat, puasa, zakat, haji,
berkata benar dll. Sementara tujuan ibadah itu sendiri ialah menghambakan
diri kepada Allah Swt dan mengkonsentrasikan niat kepada-Nya dalam
setiap keadaan.

B. Saran
Dari makalah ini penulis sangat berharap pada rekan-rekan mahasiswa prodi
Pendidikan Agama Islam yang sejatinya adalah calon guru dapat memahami
apa sebenarnya itu ibadah dan mengerti bagaimana cara menjadi guru yang
susuai dengan ajaran agama Islam. Semoga apa yang menjadi cita-cita kita
sebagai mahasiswa prodi Pendidkan Agama islam dapat diridoi dan
dikabulkan oleh Allah SWT. Amin ya rabbal alamin.

11
DAFTAR PUSTAKA

Abdul 2009. Fiqih ibadah,Bandung:Pustaka setiaLihat surat Al-Maa-idah ayat3.


DR.Shalin bin Fauzan bin Abdullah Al Fauzan BAB 1: BUKU FIQIH
SEMESTER 1.(online) diakses di 1.(online) diakses di
https://almanhaj.or.id/2267-pe https://almanhaj.or.id/2267-pengertian-ibadah-
dalam ngertian-ibadah-dalam-islam.[8 -islam.[8 Desember 2017]
Disalin dari buku Prinsip Dasar Islam Menutut Al-Qur’an dan As-Sunnah yang
Shahih, Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit Pustaka At-Taqwa Po Box 264
Bogor 16001, [Cetakan ke 3]Read more [Cetakan ke 3]Read
more https://almanhaj.or.id/2267  https://almanhaj.or.id/2267-pengertian-ibadah-
dala -pengertian-ibadah-dalam-islam.htm m-islam.htm Ibnu button dalam Al
lalika’i : dalam sunah (1/21/1)
Mawaaridul Amaan al-Muntaqa min Ighatsatul Lahafan (hal. 67), oleh Syaikh
‘Ali Hasan ‘Ali ‘Abdul Hamid.
Muhammad Abduh Tuasikal:Bab 2 (online)
http://duniamimasadepan.blogspot.com/2017/12/kedudukan-ibadah-dalam-
islam.html makalahkuindonesia.blogspot.com  
Nata,Abudin 2008  Nata,Abudin 2008 kajian tematik Al Quran tentang f kajian
tematik Al Quran tentang fiqih Ibadah iqih Ibadah
Ramli. 2003 Memahami konsep dasar islam, Semarang: UPT MKU UNNE

12

Anda mungkin juga menyukai