Oleh Kelompok 1
Nama Anggota :
Sita Anggia Kusuma
Suci Meliyana
Nema
i
KATA PENGANTAR
Akhir kata, Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.
Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi semua usaha kita. Amin
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................1
C. Tujuan Masalah....................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..................................................................3
A. Pengertian ibadah.................................................................3
B. Tujuan dan Fungsi ibadah.....................................................4
C. Syarat diterimanya dan cara penerimanya............................7
A. Kesimpulan...........................................................................9
B. Saran.....................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................10
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Ada dua pembagian ibadah dalam Islam, yaitu ibadah mahdlah dan
ghairu mahdhah. Ibadah mahdlah, yaitu ibadah yang berhubungan dengan
penjalanan syariat Islam yang terkandung dalam rukun Islam. Contoh
ibadah mahdhah antara lain sholat, zakat, puasa dan haji. Sementara ibadah
ghairu mahdhah adalah ibadah yang dilaksanakan umat Islam dalam
hubungannya dengan sesama manusia dan lingkungannya. Ibadah ghairu
mahdhah dikenal dengan ibadah muamalah (Nata, 2002: 55)
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud ibadah?
2. Makna ibadah dalam islam?
3. Kedudukan ibadah dalam islam?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian ibadah menurut ibadah dan istilah.
2. Untuk mengetahui makna-makna Ibadah yang terkandung di dalam
islam.
3. Untuk mengetahui kedudukan ibadah serta memahami dan
mengamalkanya.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ibadah
1. Difinisi Ibadah
Ibadah secara bahasa (etimologi) berarti merendahkan diri serta tunduk.
Sedangkan menurut syara’ (terminologi), ibadah mempunyai banyak
definisi, tetapi makna dan maksudnya satu. Definisi itu antara lain
adalah :
1. Ibadah adalah taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya
melalui lisan para Rasul-Nya.
2. Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah Azza wa Jalla, yaitu
tingkatan tunduk yang paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah
(kecintaan) yang paling tinggi.
3. Ibadah adalah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan
diridhai Allah Azza wa Jalla, baik berupa ucapan atau perbuatan,
yang zhahir maupun yang bathin. Yang ketiga ini adalah definisi
yang paling lengkap.
Ibadah terbagi menjadi badah hati, lisan, dang anggota badan. Rasa
khauf (takut), raja’ (mengharap), mahabbah (cinta), tawakkal
(ketergantungan), raghbah (senang), dan rahbah (takut) adalah ibadah
galbiyah (yang berkaitan dengan hati).
Sedangkan tasbih, tahlil, takbir, tahmid dan syukur dengan lisan dan hati
adalah ibadah lisaniyah galbiyah (lisan dan hati). Sedangkan shalat,
zakat haji, dan jihad adalah ibadah badaniyah galbiyah (fisik dan hati).
Serta masih banyak lagi macam-macam ibadah yang berkaitan dengan
amalan hati, lisan dan badan inilah yang menjadi tujuan penciptaan
manusia, Allah berfirman :
2
pun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka
memberi makan kepada-Ku. Sesungguhnya Allah Dia-lah Maha
Pemberi rizki
Yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh.” [Adz-Dzaariyaat: 56-58]
3
“Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam
(mengerjakan) kebaikan dan mereka berdo’a kepada Kami dengan penuh
harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu’ kepada
Kami “[Al-Ambiya: 90]
Sebagian Salaf berkata, “Siapa yang beribadah kepada Allah dengan rasa
cinta saja, maka ia adalah zindiq, siapa yang beribadah kepadanya dengan
raja’ saja makai a adalah murji’[4]. Dan siapa yang beribadah kepadanya
hanya dengan khauf, maka ia adalah haruriy Barang siapa yang beribadah
kepadanya dengan hubb, khauf, dan raja’, maka ia adalah mukmin
muwahhid.”
“Barang siapa yang beramal tanpa adanya tuntunan dari kami, maka amalan
tersebut tertolak.”
Agar dapat di terima, ibadah disyaratkan harus benar. Dan ibadah itu tidak
bisa dikatakan benar kecuali dengan adanya dua syarat :
a. Ikhlas karena Allah semata, bebas dari syirik besar dan kecil.
b. Ittiba’, sesuai dengan tuntunan Rasulullah Shallallahu’alaihi wa
sallam.
Syarat yang pertama merupakan konsekuensi dari syahadat laa ilaaha
illallaah, karena ia mengharuskan ikhlas beribadah hanya kepada Allah dan
jauh dari syirik kepada-Nya. Sedangkan syarat kedua adalah konsekuensi
dari syahadat Muhammad Rasulullah, karena ia menuntut wajibnya taat
kepada Rasul, mengikuti syari’atnya dan meninggal-kan bid’ah atau ibadah-
ibadah yang diada-adakan.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
4
“(Tidak demikian) bahkan barangsiapa yang menyerahkan diri sepenuhnya
kepada Allah, dan ia berbuat kebajikan, maka baginya pahala di sisi Rabb-
nya dan tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.”
[Al-Baqarah: 112]
Aslama wajhahu (menyerahkan diri) artinya memurnikan ibadah kepada
Allah. Wahua muhsin (berbuat kebajikan) artinya mengikuti Rasul- Nya
Shallallahu Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam. ‘alaihi wa sallam. Syaikhul
Islam mengatakan, “Inti agama ada dua pilar yaitu kita tidak beribadah
kecuali hanya kepada Allah, dan kita tidak beribadah kecuali dengan apa
yang Dia syari’atkan, tidak dengan bid’ah.”
Sebagaimana Allah berfirman :
Pada yang pertama, kita tidak beribadah kecuali kepada-Nya. Pada yang
kedua, bahwasanya Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah
utusan-Nya yang menyampaikan ajaran- Nya. Maka Nya. Maka kita wajib
membenarkan dan membenarkan dan mempercayai mempercayai beritanya
beritanya serta mentaati mentaati perintahnya.
5
semua bid’ah itu sesat. itu sesat. Bila ada orang yang bertanya: “Apa
hikmah di balik kedua syarat bagi sahnya ibadah tersebut?”
Jawabnya adalah sebagai berikut:
1. Sesungguhnya Allah memerintahkan untuk mengikhlaskan ibadah
kepada-Nya semata. Maka, beribadah kepada selain Allah di samping
beribadah kepada-Nya adalah kesyirikan. Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman:
6
D. Keutamaan Ibadah
Ibadah di dalam syari’at Islam merupakan tujuan akhir yang dicintai dan
diridhai- Nya. Karenanya Karenanya lah Allah menciptakan menciptakan
manusia, manusia, mengutus mengutus para Rasul dan menurunkan Kitab-
Kitab suci-Nya. Orang yang melaksanakannya dipuji dan yang enggan
melaksanakannya dicela.
Allah Subhanabu wa Ta’ala berfirman :
7
kedamaian dan ketenteraman kecuali dengan dzikir dan beribadah kepada
Allah. Sekalipun seseorang merasakan kelezatan atau kebahagiaan selain
dari Allah maka kelezatan dan kebahagiaan tersebut adalah semu, tidak akan
lama, bahkan apa yang ia rasakan itu sama sekali tidak ada kelezatan dan
kebahagiaannya.
Adapun bahagia karena Allah dan perasaan takut kepada-Nya, maka
itulah kebahagiaan yang tidak akan terhenti dan tidak hilang, dan itulah
kesempurnaan dan keindahan serta kebahagiaan keindahan serta
kebahagiaan yang hakiki. Maka, bara yang hakiki. Maka, barangsiapa yang
menghendaki keb ngsiapa yang menghendaki kebahagiaan ahagiaan abadi
hendaklah ia menekuni ibadah kepada Allah semata. Maka dari itu, hanya
orang-orang ahli ibadah sejatilah yang merupakan manusia paling bahagia
dan paling lapang dadanya.
Tidak ada yang dapat menenteramkan dan mendamaikan serta
menjadikan seseorang merasakan kenikmatan hakiki yang ia lakukan
kecuali ibadah kepada Allah semata. Imam Ibnul Qayyim rahimahullah
berkata, “Tidak ada kebahagiaan, kelezatan, kenikmatan dan kebaikan hati
melainkan bila ia meyakini Allah sebagai Rabb, Pencipta Yang Maha Esa
dan ia beribadah hanya kepada Allah saja, sebagai puncak tujuannya dan
yang paling dicintainya daripada yang lain.
Termasuk keutamaan ibadah bahwasanya ibadah dapat meringankan
seseorang untuk melakukan berbagai kebajikan dan meninggalkan
kemunkaran. Ibadah dapat menghibur seseorang ketika dilanda musibah dan
meringankan beban penderitaan saat susah dan mengalami rasa sakit, semua
i mengalami rasa sakit, semua itu ia terima dengan la tu ia terima dengan
lapang dada dan jiwa yang tenan pang dada dan jiwa yang tenang.
Termasuk keutamaannya juga, bahwasanya seorang hamba dengan
ibadahnya kepada Rabb-nya dapat membebaskan dirinya dari belenggu
penghambaan kepada makhluk, ketergantungan, harap dan rasa cemas
kepada mereka. Maka dari itu, ia merasa percaya diri dan berjiwa besar
8
karena ia berhar dan berjiwa besar karena ia berharap dan takut hany ap dan
takut hanya kepada Allah saja.
Keutamaan ibadah yang paling besar bahwasanya ibadah merupakan
sebab utama untuk meraih keridhaan Allah l, masuk Surga dan selamat dari
siksa Neraka.
2. Makna Ibadah
Ibadat atau Ibadah adalah sebuah kata yang diambil dari bahasa Arab
bahasa Arab ‘Ibadah ( )Dalam terminologi bahasa Indonesia
sebagaimana yang terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) kata ini memiliki arti:
Perbuatan atau penyataan Perbuatan atau penyataan bakti terhadap
terhadap Allah atau Tuhan yang didasari yang didasari olehperaturan
olehperaturan agama. agama.Segala usaha lahir dan batin yang sesuai
per Segala usaha lahir dan batin yang sesuai perintah a intah agama yang
harus gama yang harus dituruti pemeluknya.
Upacara yang berhubungan dengan agama.
Makna ibadah menurut Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Rahimullah :
Ibadah adalah segala sesuatu yang mencakup semua hal yang dicintai
dan diridhai Allah Ta’ala, baik berupa ucapan dan Ta’ala, baik berupa
ucapan dan amalan, yang nampak amalan, yang nampak dan yang
tersembunyi.
3. Kedudukan Agama dalam Islam
Secara umum pengertian ibadah dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu
ibadah dalam pengertian umum dan ibadah dalam pengertian khusus .
ibadah dalam pengertian umum ialah segala aktivitas jiwa dan raga
manusia (makhluk, yang diciptakan) yang ditujukan kepada Allah (al-
khaliq, sang maha pencipta), sebagai tanda ketundukan dan kepatuhan
hamba tersebut kepada-Nya. Sedangkan ibadah dalam arti khusus ialah
semua kegiatan ibadah yang ketentuannya telah digariskan leh nash-
nash Al- Qur’an dan hadits yang ketentuanketentuan itu tidak boleh
ditambah atau dikurangi atau diubah.
9
Kedudukan ibadah dalam islam menempati posisi yang paling tinggi dan
penting serta menjadi titik sentral dari seluruh aktifitas muslim. Namun
tujuan islam mendirikan ibadah bukanlah untuk ibadah saja . ibadah
dalam islam adalah semua perbuatan manusia yang diarahkan kepada
Allah baik berupa ibadah ritual maupun ibadah sosial.
E. Dasar Ibadah
Sebagaimana dasar Sebagaimana dasar melakuakan melakuakan ibadah
diatur ibadah diatur dalam al- dalam al- qur’an dan as sunnah seperti di
bawah ini :
Dalam surat An-Nisa’ Ayat 36
Artinya : Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka menyembahKu. (Q.S az- Zariyat : 56)
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ibadah meliputi segala yang dicintai Allah dan diridhai-Nya, perkataan dan
perbuatan lahir dan batin. Termasuk di dalamnya shalat, puasa, zakat, haji,
berkata benar dll. Sementara tujuan ibadah itu sendiri ialah menghambakan
diri kepada Allah Swt dan mengkonsentrasikan niat kepada-Nya dalam
setiap keadaan.
B. Saran
Dari makalah ini penulis sangat berharap pada rekan-rekan mahasiswa prodi
Pendidikan Agama Islam yang sejatinya adalah calon guru dapat memahami
apa sebenarnya itu ibadah dan mengerti bagaimana cara menjadi guru yang
susuai dengan ajaran agama Islam. Semoga apa yang menjadi cita-cita kita
sebagai mahasiswa prodi Pendidkan Agama islam dapat diridoi dan
dikabulkan oleh Allah SWT. Amin ya rabbal alamin.
11
DAFTAR PUSTAKA
12