Anda di halaman 1dari 31

i

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


IBADAH UMAT ISLAM







Disusun oleh:

Fauzan Hilmi Hardian
2012 210 00002

ii


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PATRIA ARTHA
MAKASSAR
2013

i

DAFTAR ISI


Daftar Isi ................................................................................................................................... i
Kata Pengantar ........................................................................................................................ ii
BAB I : PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
BAB II : PEMBAHASAN .................................................................................................. 2
I. DEFENISI DAN HAKIKAT IBADAH ........................................................ 2
A. Defenisi Ibadah ............................................................................................. 2
B. P ilar-Pilar Ubudiyyah yang Benar ............................................................ 3
C. Ruang Lingkup Ibadah ................................................................................ 4
D. Syarat-syarat diterimanya Ibadah ............................................................... 5
E. Keutamaan Ibadah ........................................................................................ 7
II. BENTUK-BENTUK IBADAH DALAM ISLAM ..................................... 9
A. Shalat .............................................................................................................. 9
B. Zakat ............................................................................................................... 13
C. Saum ............................................................................................................... 16
D. Haji .................................................................................................................. 23
BAB III : PENUTUP ............................................................................................................ 26
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 27

ii

KATA PENGANTAR


Puji syukur kehadirat Allah SWT. Berkat rahmatnya penulis dapat menyusun dan
menyelesaikan makalah ini. Penulis sadar bahwa banyak sekali kekurangan-kekurangan yang
terdapat dalam penyusunan makalah ini.
Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua yang telah mendukung dan
membantu penyusunan makalah ini, terutama kepada para dosen yang telah memotivasi
sehingga dapat terselesaikan dan menjadi sumber belajar.
Harapan penulis kedepan dapat menyajikan makalah ini yang lebih relevan sehingga
mudah dimengerti dan dipahami bagi para pembaca, mohon kritik dan saran yang bersifat
membangun sehingga dalam penyusunan yang akan datang akan lebih baik lagi. Mudah-
mudahan makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembacanya serta berdampak
positif pada peningkatan mutu dan pelaksanaan dalam beribadah.


Penulis,

Fauzan Hilmi


1

BAB I
PENDAHULUAN

Allah telah menjelaskan tujuan penciptaan manusia, yaitu untuk menyembah-Nya atau
beribadah kepada-Nya. Hal ini disebutkan dalam Surat Adz-Dzariat ayat 56, sebagai berikut:
4`4 e^UE= O}_^- "^e"-4
) p+lu4Og ^)g
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku
(beribadah kepada-ku). (Q.S. Adz-Dzariat: 56)
Dalam ensiklopedia yang diterbitkan oleh Departemen Agama RI terdapat penjelasan
bahwa secara lughawi ibadah berarti mematuhi, tunduk, berdoa. Di buku itu juga terdapat
pengertian ibadah secara istilah yaitu kepatuhan atau ketundukan kepada Dzat yang memiliki
puncak keagungan, Tuhan Yang Maha Esa. Dalam pengertian umum ibadah adalah suatu
nama (konsep) yang mencakup semua (perbuatan) yang disukai dan diridhai Allah, baik
berupa perkataan maupun yang tersembunyi (dalam hati). Sedangkan dalam pengertian
khusus ibadah adalah segala kegiatan yang semua ketentuannya telah ditetapkan oleh nash di
dalam Al-Quran dan As-Sunnah dan tidak menerima perubahan ataupun pengurangan.
Dari segi umum dan khususnya, ibadah dibagi menjadi:
1. Ibadah Khusus, yaitu ibadah yang ketentuannya telah ditetapkan oleh nash Al-
Quran dan Al-Hadits, seperti thaharah, sholat, zakat, puasa,dan haji.
2. Ibadah umum, yaitu semua perbuatan terpuji yang dilakukan oleh manusia
dengan niat ibadah dan diamalkan semata-mata karena Allah SWT.
Dalam makalah ini kami akan membahas tentang defenisi dan hakikat ibadah, serta
beberapa ibadah khusus, yaitu shalat, zakat, puasa, dan haji.
2

BAB II
PEMBAHASAN

I. DEFENISI DAN HAKIKAT IBADAH
A. Definisi Ibadah
Ibadah secara bahasa (etimologi) berarti merendahkan diri serta tunduk. Sedangkan
menurut syara (terminologi), ibadah mempunyai banyak definisi, tetapi makna dan
maksudnya satu. Definisi itu antara lain adalah:
1. Ibadah adalah taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya melalui lisan
para Rasul-Nya.
2. Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah Azza wa Jalla, yaitu tingkatan tunduk
yang paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah (kecintaan) yang paling tinggi.
3. Ibadah adalah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah
Azza wa Jalla, baik berupa ucapan atau perbuatan, yang zhahir maupun yang bathin.
Yang ketiga ini adalah definisi yang paling lengkap.

Ibadah terbagi menjadi ibadah hati, lisan, dan anggota badan. Rasa khauf (takut), raja
(mengharap), mahabbah (cinta), tawakkal (ketergantungan), raghbah (senang), dan rahbah
(takut) adalah ibadah qalbiyah (yang berkaitan dengan hati). Sedangkan tasbih, tahlil, takbir,
tahmid dan syukur dengan lisan dan hati adalah ibadah lisaniyah qalbiyah (lisan dan hati).
Sedangkan shalat, zakat, haji, dan jihad adalah ibadah badaniyah qalbiyah (fisik dan hati).
Serta masih banyak lagi macam-macam ibadah yang berkaitan dengan amalan hati, lisan dan
badan.
Ibadah inilah yang menjadi tujuan penciptaan manusia. Allah berfirman:
Ep) -.- 4O- 7--EeO- O
jEO^- -g-E^- ^)g Ep)
4g~--g W-OU 6O+^O u1g)`
3

O+^O jgO4' E
pOUu4-OEC ^)_
Artinya : Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
beribadah kepada-Ku. Aku tidak menghen-daki rizki sedikit pun dari mereka dan Aku tidak
menghendaki supaya mereka memberi makan kepada-Ku. Sesungguhnya Allah Dia-lah Maha
Pemberi rizki Yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh. [Adz-Dzaariyaat : 56-58].

Allah Azza wa Jalla memberitahukan bahwa hikmah penciptaan jin dan manusia adalah
agar mereka melaksanakan ibadah hanya kepada Allah Azza wa Jalla. Dan Allah Mahakaya,
tidak membutuhkan ibadah mereka, akan tetapi merekalah yang membutuhkan-Nya, karena
ketergantungan mereka kepada Allah, maka barangsiapa yang menolak beribadah kepada
Allah, ia adalah sombong. Siapa yang beribadah kepada-Nya tetapi dengan selain apa yang
disyariatkan-Nya, maka ia adalah mubtadi (pelaku bidah). Dan barangsiapa yang beribadah
kepada-Nya hanya dengan apa yang disyariatkan-Nya, maka ia adalah mukmin muwahhid
(yang mengesakan Allah).

B. Pilar-Pilar Ubudiyyah yang Benar
Sesungguhnya ibadah itu berlandaskan pada tiga pilar pokok, yaitu: hubb (cinta), khauf
(takut), raja (harapan).
Rasa cinta harus disertai dengan rasa rendah diri, sedang-kan khauf harus dibarengi
dengan raja. Dalam setiap ibadah harus terkumpul unsur-unsur ini. Allah berfirman tentang
sifat hamba-hamba-Nya yang mukmin:
Artinya : Dia mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya. [Al-Maa-idah: 54]
Artinya : Adapun orang-orang yang beriman sangat besar cinta-nya kepada Allah.
[Al-Baqarah: 165]
Artinya : Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam
(mengerjakan) kebaikan dan mereka berdoa kepada Kami dengan penuh harap dan cemas.
Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu kepada Kami. [Al-Anbiya': 90]
Sebagian Salaf berkata, Siapa yang beribadah kepada Allah dengan rasa cinta saja,
maka ia adalah zindiq
[1]
, siapa yang beribadah kepada-Nya dengan raja saja, maka ia adalah

1
Zindiq adalah orang yang munafik, sesat dan mulhid.
4

murji
[2]
. Dan siapa yang beribadah kepada-Nya hanya dengan khauf, maka ia adalah
haruriy
[3]
. Barangsiapa yang beribadah kepada-Nya dengan hubb, khauf, dan raja, maka ia
adalah mukmin muwahhid.

C. Ruang Lingkup Ibadah
Islam amat istimewa hingga menjadikan seluruh kegiatan manusia sebagai ibadah
apabila diniatkan dengan penuh ikhlas kerana Allah demi mencapai keredhaan-Nya serta
dikerjakan menurut cara-cara yang disyariatkan olehNya. Islam tidak membataskan ruang
lingkup ibadah kepada sudut-sudut tertentu sahaja. Seluruh kehidupan manusia adalah medan
amal dan persediaan bekalan bagi para mukmin sebelum mereka kembali bertemu Allah di
hari pembalasan nanti. Islam mempunyai keistimewaan dengan menjadikan seluruh kegiatan
manusia sebagai ibadah apabila ia diniatkan dengan penuh ikhlas kerana Allah demi untuk
mencapai keredaan Nya serta dikerjakan menurut cara cara yang disyariatkan oleh Nya. Islam
tidak menganggap ibadah ibadah tertentu sahaja sebagai 'amal saleh malah ia meliputi segala
kegiatan lain.
Hakikat ini ditegaskan oleh Allah di dalam Al-Quran:

Og~-.- 4-UE =OE^-
E_O4OO4^-4 74OUl4Og
7GC }=O;O 1E44N _ 4O-4
+OCjGE^- +OO4^- ^g
Dialah yang telah mentakdirkan adanya mati dan hidup (kamu) untuk menguji dan
menzahirkan keadaan kamu: Siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya; dan Dia
Maha Kuasa (membalas amal kamu), lagi Maha Pengampun, (bagi orang-orang yang
bertaubat). (QS: Al-Mulk:2)
Ruang lingkup ibadah di dalam Islam amat luas sekali. Ianya merangkumi setiap
kegiatan kehidupan manusia. Setiap apa yang dilakukan baik yang bersangkut dengan
individu maupun dengan masyarakat adalah ibadah menurut Islam selagi mana ia memenuhi
syarat syarat tertentu.
Syarat syarat tersebut adalah seperti berikut:

2
Murji adalah orang murjiah, yaitu golongan yang mengatakan bahwa amal bukan bagian dari iman, iman hanya dalam
hati.
3
Haruriy adalah orang dari golongan khawarij yang pertama kali muncul di Harura, dekat Kufah, yang berkeyakinan bahwa
orang mukmin yang berdosa besar adalah kafir.
5

1. Amalan yang dikerjakan itu hendaklah diakui Islam, bersesuaian dengan hukum
hukum syara' dan tidak bercanggah dengan hukum hukum tersebut. Adapun
amalan amalan yang diingkari oleh Islam dan ada hubungan dengan yang haram
dan ma'siyah, maka tidaklah sekali kali ia dijadikan amalan ibadah.
2. Amalan tersebut dilakukan dengan niat yang baik bagi tujuan untuk memelihara
kehormatan diri, menyenangkan keluarga nya, memberi manfa'at kepada umat
seluruhnya dan bagi mema'murkan bumi sebagaimana yang dianjurkan oleh Allah
3. Amalan tersebut mestilah dibuat dengan seelok eloknya bagi menepati apa yang
ditetapkan oleh Rasulullah s.a.w yang mafhumnya: "Bahawa Allah suka apabila
seseorang dari kamu membuat sesuatu kerja dengan memperelokkan kerjanya."
(Muslim).
4. Ketika membuat amalan tersebut hendaklah sentiasa menurut hukum-hukum
syara' dan ketentuan batasnya, tidak menzalimi orang lain, tidak khianat, tidak
menipu dan tidak menindas atau merampas hak orang.
5. Tidak mencuaikan ibadah-ibadah khusus seperti salat, zakat dan sebagainya
dalam melaksanakan ibadah-ibadah umum. Firman Allah yang mafhumnya:
Oleh itu ruang lingkup ibadah dalam Islam sangat luas. Ia adalah seluas tempoh
hidup seseorang Muslim dan kesanggupan serta kekuatannya untuk melakukan
apa saja amal yang diredhai oleh Allah dalam tempo tersebut.

D. Syarat Diterimanya Ibadah
Ibadah adalah perkara tauqifiyah yaitu tidak ada suatu bentuk ibadah yang disyariatkan
kecuali berdasarkan Al-Qur-an dan As-Sunnah. Apa yang tidak disyariatkan berarti bidah
mardudah (bidah yang ditolak) sebagaimana sabda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam.
Artinya : Barangsiapa yang beramal tanpa adanya tuntunan dari kami, maka amalan
tersebut tertolak.

Agar dapat diterima, ibadah disyaratkan harus benar. Dan ibadah itu tidak bisa dikatakan
benar kecuali dengan adanya dua syarat:
1. Ikhlas karena Allah semata, bebas dari syirik besar dan kecil.
2. Ittiba, sesuai dengan tuntunan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam
Syarat yang pertama merupakan konsekuensi dari syahadat laa ilaaha illallaah, karena ia
mengharuskan ikhlas beribadah hanya kepada Allah dan jauh dari syirik kepada-Nya.
6

Sedangkan syarat kedua adalah konsekuensi dari syahadat Muhammad Rasulullah, karena ia
menuntut wajib-nya taat kepada Rasul, mengikuti syariatnya dan meninggal-kan bidah atau
ibadah-ibadah yang diada-adakan.
Allah Subhanahu wa Taala berfirman.
_O>4 ;}4` =Uc +OE_;_4 *.
4O-4 E}O^4` N- +NO;_
E4gN gO)4O 4 7OE= )_^1U4
4 - 4pO+^4O^4 ^g

Artinya : (Tidak demikian) bahkan barangsiapa yang menyerahkan diri sepenuhnya
kepada Allah, dan ia berbuat kebajikan, maka baginya pahala di sisi Rabb-nya dan tidak ada
rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati. [Al-Baqarah: 112]

Aslama wajhahu (menyerahkan diri) artinya memurnikan ibadah kepada Allah. Wahua
muhsin (berbuat kebajikan) artinya mengikuti Rasul-Nya Shallallahu alaihi wa sallam
Syaikhul Islam mengatakan, Inti agama ada dua pilar yaitu kita tidak beribadah kecuali
hanya kepada Allah, dan kita tidak beribadah kecuali dengan apa yang Dia syariat-kan, tidak
dengan bidah.
Sebagaimana Allah berfirman.
~ .E^^) 4^ O=E
7Uu1g)` -/EONC O) .E^^
7_) O) /g4 W }E
4p~E W-ON_O4C 47.g gO)4O
Eu4OU 1E44N w)U= 4
')O;+C jEE14lg) gO)4O
-4 ^
Artinya : Maka barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Rabb-nya maka
hendaknya ia mengerjakan amal shalih dan janganlah ia mempersekutukan sesuatu pun
dalam ber-ibadah kepada Rabb-nya. [Al-Kahfi: 110]

Hal yang demikian itu merupakan manifestasi (perwujudan) dari dua kalimat syahadat
Laa ilaaha illallaah, Muhammad Rasulullah.
7

Pada yang pertama, kita tidak beribadah kecuali kepada-Nya. Pada yang kedua,
bahwasanya Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam adalah utusan-Nya yang
menyampaikan ajaran-Nya. Maka kita wajib membenarkan dan mempercayai beritanya serta
mentaati perintahnya. Beliau Shallallahu alaihi wa sallam telah menjelaskan bagai-mana
cara kita beribadah kepada Allah, dan beliau Shallallahu alaihi wa sallam melarang kita dari
hal-hal baru atau bidah. Beliau Shallallahu alaihi wa sallam mengatakan bahwa semua
bidah itu sesat.
Bila ada orang yang bertanya: Apa hikmah di balik kedua syarat bagi sahnya ibadah
tersebut?
Jawabnya adalah sebagai berikut:
1. Sesungguhnya Allah memerintahkan untuk mengikhlaskan ibadah kepada-Nya
semata. Maka, beribadah kepada selain Allah di samping beribadah kepada-Nya
adalah kesyirikan. Allah Subhanahu wa Taala berfirman.
Artinya : Maka sembahlah Allah dengan tulus ikhlas beragama kepada-Nya. [Az-
Zumar: 2]
2. Sesungguhnya Allah mempunyai hak dan wewenang Tasyri (memerintah dan
melarang). Hak Tasyri adalah hak Allah semata. Maka, barangsiapa beribadah
kepada-Nya bukan dengan cara yang diperintahkan-Nya, maka ia telah melibatkan
dirinya di dalam Tasyri.
3. Sesungguhnya Allah telah menyempurnakan agama bagi kita. Maka, orang yang
membuat tata cara ibadah sendiri dari dirinya, berarti ia telah menambah ajaran
agama dan menuduh bahwa agama ini tidak sempurna (mempunyai kekurangan).
4. Dan sekiranya boleh bagi setiap orang untuk beribadah dengan tata cara dan
kehendaknya sendiri, maka setiap orang menjadi memiliki caranya tersendiri dalam
ibadah. Jika demikian halnya, maka yang terjadi di dalam ke-hidupan manusia
adalah kekacauan yang tiada taranya karena perpecahan dan pertikaian akan meliputi
ke-hidupan mereka disebabkan perbedaan kehendak dan perasaan, padahal agama
Islam mengajarkan kebersamaan dan kesatuan menurut syariat yang diajarkan Allah
dan Rasul-Nya.

E. Keutamaan Ibadah
Ibadah di dalam syariat Islam merupakan tujuan akhir yang dicintai dan diridhai-Nya.
Karenanyalah Allah men-ciptakan manusia, mengutus para Rasul dan menurunkan Kitab-
8

Kitab suci-Nya. Orang yang melaksanakannya di-puji dan yang enggan melaksanakannya
dicela.
Allah Subhanahu wa Taala berfirman.
4~4 N:4O EO)+ONNu1-
U4-c 7 _ Ep) -g~-.-
4p+O'4-OEC ;}4N O)E14:gN
4pOU7=;4OEc 4-E_E_ -@O=-E1
^g
Artinya : Dan Rabb-mu berfirman, Berdoalah kepada-Ku, nis-caya akan Aku
perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang sombong tidak mau beribadah
kepada-Ku akan masuk Neraka Jahannam dalam keadaan hina dina. [Al-Mu'min: 60]

Ibadah di dalam Islam tidak disyariatkan untuk mem-persempit atau mempersulit
manusia, dan tidak pula untuk menjatuhkan mereka di dalam kesulitan. Akan tetapi ibadah itu
disyariatkan untuk berbagai hikmah yang agung, kemashlahatan besar yang tidak dapat
dihitung jumlahnya. Pelaksanaan ibadah dalam Islam semua adalah mudah.
Di antara keutamaan ibadah bahwasanya ibadah mensucikan jiwa dan membersihkannya,
dan mengangkatnya ke derajat tertinggi menuju kesempurnaan manusiawi.
Termasuk keutamaan ibadah juga bahwasanya manusia sangat membutuhkan ibadah
melebihi segala-galanya, bahkan sangat darurat membutuhkannya. Karena manusia secara
tabiat adalah lemah, fakir (butuh) kepada Allah. Sebagaimana halnya jasad membutuhkan
makanan dan minuman, demi-kian pula hati dan ruh memerlukan ibadah dan menghadap
kepada Allah. Bahkan kebutuhan ruh manusia kepada ibadah itu lebih besar daripada
kebutuhan jasadnya kepada makanan dan minuman, karena sesungguhnya esensi dan subtansi
hamba itu adalah hati dan ruhnya, keduanya tidak akan baik kecuali dengan menghadap
(bertawajjuh) kepada Allah dengan beribadah. Maka jiwa tidak akan pernah merasakan
kedamaian dan ketenteraman kecuali dengan dzikir dan beribadah kepada Allah. Sekalipun
seseorang merasakan kelezatan atau kebahagiaan selain dari Allah, maka kelezatan dan
kebahagiaan tersebut adalah semu, tidak akan lama, bahkan apa yang ia rasakan itu sama
sekali tidak ada kelezatan dan kebahagiaannya.
Adapun bahagia karena Allah dan perasaan takut kepada-Nya, maka itulah kebahagiaan
yang tidak akan terhenti dan tidak hilang, dan itulah kesempurnaan dan keindahan serta
kebahagiaan yang hakiki. Maka, barangsiapa yang meng-hendaki kebahagiaan abadi
9

hendaklah ia menekuni ibadah kepada Allah semata. Maka dari itu, hanya orang-orang ahli
ibadah sejatilah yang merupakan manusia paling bahagia dan paling lapang dadanya.
Tidak ada yang dapat menenteramkan dan mendamaikan serta menjadikan seseorang
merasakan kenikmatan hakiki yang ia lakukan kecuali ibadah kepada Allah semata. Imam
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, Tidak ada kebahagiaan, kelezatan, kenikmatan dan
kebaikan hati melainkan bila ia meyakini Allah sebagai Rabb, Pencipta Yang Maha Esa dan ia
beribadah hanya kepada Allah saja, sebagai puncak tujuannya dan yang paling dicintainya
daripada yang lain.
Termasuk keutamaan ibadah bahwasanya ibadah dapat meringankan seseorang untuk
melakukan berbagai kebajikan dan meninggalkan kemunkaran. Ibadah dapat menghibur
seseorang ketika dilanda musibah dan me-ringankan beban penderitaan saat susah dan
mengalami rasa sakit, semua itu ia terima dengan lapang dada dan jiwa yang tenang.
Termasuk keutamaannya juga, bahwasanya seorang hamba dengan ibadahnya kepada
Rabb-nya dapat mem-bebaskan dirinya dari belenggu penghambaan kepada makhluk,
ketergantungan, harap dan rasa cemas kepada mereka. Maka dari itu, ia merasa percaya diri
dan berjiwa besar karena ia berharap dan takut hanya kepada Allah saja.
Keutamaan ibadah yang paling besar bahwasanya ibadah merupakan sebab utama untuk
meraih keridhaan Allah Subhanahu wa Taala, masuk Surga dan selamat dari siksa Neraka.

II. BENTUK-BENTUK IBADAH
A. Shalat
Salat (Bahasa Arab: ; transliterasi: Shalat), merujuk kepada ritual ibadah pemeluk
agama Islam. Menurut syariat Islam, praktik salat harus sesuai dengan segala petunjuk tata
cara Nabi Muhammad, sebagai figur pengejawantah perintah Allah.

Umat muslim
diperintahkan untuk mendirikan salat, karena menurut Surah Al-'Ankabut dapat mencegah
perbuatan keji dan mungkar:

N^>- .4` =/^q El^O) ;g`
U4-^- g~4 E_OUO- W
]) E_OUO- _OeuL> ^;4N
g7.4=E^- @OL^-4
10

NO^g~.4 *.- +O4- +.-4
OUu4C 4` 4pONE4> ^j)
...dirikanlah shalat, sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji
dan mungkar, dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar
(keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). (Al-Ankabut: 45)

Secara bahasa salat berasal dari bahasa Arab yang memiliki arti, doa. Sedangkan,
menurut istilah, salat bermakna serangkaian kegiatan ibadah khusus atau tertentu yang
dimulai dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam.


1. Hukum Shalat
Dalam banyak hadis, Nabi Muhammad SAW telah memberikan peringatan keras kepada
orang yang suka meninggalkan salat wajib, mereka akan dihukumi menjadi kafir dan mereka
yang meninggalkan salat maka pada hari kiamat akan disandingkan bersama dengan orang-
orang, seperti Qarun, Fir'aun, Haman dan Ubay bin Khalaf.
Hukum salat dapat dikategorisasikan sebagai berikut :
Fardu, Salat fardhu ialah salat yang diwajibkan untuk mengerjakannya. Salat Fardhu
terbagi lagi menjadi dua, yaitu :
Fardu Ain: ialah kewajiban yang diwajibkan kepada mukallaf langsung berkaitan
dengan dirinya dan tidak boleh ditinggalkan ataupun dilaksanakan oleh orang lain,
seperti salat lima waktu, dan salat Jumat (fardhu 'ain untuk pria).
Fardu Kifayah: ialah kewajiban yang diwajibkan kepada mukallaf tidak langsung
berkaitan dengan dirinya. Kewajiban itu menjadi sunnah setelah ada sebagian orang
yang mengerjakannya. Akan tetapi bila tidak ada orang yang mengerjakannya maka
kita wajib mengerjakannya dan menjadi berdosa bila tidak dikerjakan. Seperti salat
jenazah.
Salat sunah (salat Nafilah) adalah salat-salat yang dianjurkan atau disunnahkan akan
tetapi tidak diwajibkan. Salat nafilah terbagi lagi menjadi dua, yaitu
11

Nafil Muakkad adalah salat sunah yang dianjurkan dengan penekanan yang kuat
(hampir mendekati wajib), seperti salat dua hari raya, salat sunah witir dan salat
sunah thawaf.
Nafil Ghairu Muakkad adalah salat sunah yang dianjurkan tanpa penekanan yang
kuat, seperti salat sunah Rawatib dan salat sunah yang sifatnya insidentil (tergantung
waktu dan keadaan, seperti salat kusuf/khusuf hanya dikerjakan ketika terjadi
gerhana).

2. Rukun Shalat
Rukun Salat adalah setiap perkataan atau perbuatan yang akan membentuk hakikat
salat. Jika salah satu rukun ini tidak ada, maka salat pun tidak dianggap secara syari dan juga
tidak bisa diganti dengan sujud sahwi.
Rukun Salat berdasarkan sebuah situs web Muslim.or.id:
a. Berdiri (bagi yang mampu),
b. Takbiratul ihram,
c. Membaca surat Al Fatihah pada tiap rakaat,
d. Rukuk dan tumaninah
e. Iktidal setelah rukuk dan tuma'ninah,
f. Sujud dua kali dengan tuma'ninah,
g. Duduk antara dua sujud dengan tuma'ninah,
h. Duduk dan membaca tasyahud akhir,
i. Membaca salawat nabi pada tasyahud akhir,
j. Membaca salam yang pertama,
k. Tertib (melakukan rukun secara berurutan),

3. Shalat dalam Kondisi Khusus
Dalam situasi dan kondisi tertentu kewajiban melakukan salat diberi keringanan tertentu.
Misalkan saat seseorang sakit dan saat berada dalam perjalanan (safar).
Bila seseorang dalam kondisi sakit hingga tidak bisa berdiri maka ia dibolehkan
melakukan salat dengan posisi duduk, sedangkan bila ia tidak mampu untuk duduk maka ia
12

diperbolehkan salat dengan berbaring, bila dengan berbaring ia tidak mampu melakukan
gerakan tertentu ia dapat melakukannya dengan isyarat.
Sedangkan bila seseorang sedang dalam perjalanan, ia diperkenankan menggabungkan
(jama) atau meringkas (qashar) salatnya. Menjamak salat berarti menggabungkan dua salat
pada satu waktu yakni zuhur dengan asar atau maghrib dengan isya. Mengqasar salat berarti
meringkas salat yang tadinya 4 rakaat (zuhur, asar, isya) menjadi 2 rakaat.

4. Hikmah Disyariatkannya Shalat
Shalat adalah cahaya, sebagaimana cahaya bisa menyinari, maka demikian pula
shalat dapat menunjukkan kepada kebenaran, mencegah dari maksiat, dan mencegah
perbuatan keji dan mungkar.
Shalat merupakan hubungan antara seorang hamba dengan Tuhannya, ia adalah
tiang agama, seorang muslim bisa mendapatkan lezatnya bermunajat dengan
tuhannya ketika shalat, sebab jiwanya menjadi tenang, hatinya tentram, dadanya
lapang, keperluannya terpenuhi, dan dengannya sesorang bisa tenag dari
kebimbangan dan problematika duniawi.
Secara lahiriyah Shalat berkaitan dengan perbuatan badan seperti berdiri, duduk,
ruku', sujud, dan semua perkataan dan perbuatan. Dan secara bathiniyah berkaitan
dengan hati, yaitu dengan mengagungkan Allah SWT., membesarkanNya, takut,
cinta, taat, memuji, dan bersyukur kepadaNya, bersikap merendah dan patuh kepada
Allah. Perbuatan dzahir bisa terwujud dengan melakukan apa yang diajarkan oleh
Nabi SAW. dalam shalat, sedangkan yang batin bisa dicapai dengan bertauhid dan
beriman, ikhlas dan khusyu'.
Shalat mempunyai jasad dan ruh. Adapun jasadnya adalah berdiri, ruku', suju, dan
membaca bacaan. Adapun rohnya adalah: Mengagungkan Allah, takut memuji,
memohon, meminta ampun kepadaNya, memujaNya, mengucapkan shalawat dan
salam kepada rasulNya, keluargabeliau, dan hamba-hamba Allah yang shalih.
Allah memerintahkan kepada hambaNya setelah mengucapkan dua syahadah untuk
mengikat kehidupannya dengan empat perkara (shalat, zakat, puasa, dan haji) dan
inilah rukun Islam, dan setiap ibadah tersebut membutuhkan latihan dalam
mewujudkan perintah Allah pada jiwa manusia, harta, syahwat, dan tabi'atnya; agar
dirinya menjalani hidupnya sesuai dengan perintah Allah dan RasulNya dan apa
yang dicintai oleh Allah dan RasulNya, bukan menurut hawa nafsunya.
13

Di dalam shalat, seorang muslim mewujudkan perintah Allah pada setiap anggota
badannya, hal itu agar dirinya terbiasa taat kepada Allah dan melaksanakan
perintahnya dalam segala aspek kehidupanya, pada prilaku, pergaulan, makanan,
pakaiannya dan seterusnya sehingga ia terbentuk menjadi pribadi yang taat kepada
tuhannya di dalam shalat maupun di luar shalatnya.
Shalat mencegah dari perbuatan mungkar dan merupakan sebab dihapuskannya
kesalahan.
Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya beliau mendengar Rasulullah SAW. bersabda:
"Bagaimana pendapatmu apabila seandainya di depan pintu salah seorang dari kalian
terdapat sungai, dimana ia mandi pada sungai tersebut setiap hari sebanyak lima kali,
adakah daki yang akan tersisa pada badannya? Mereka menjawab: "Daki mereka
tidak akan tersisa sedikitpun". Rasulullah bersabda: "Demikianlah perumpamaan
shalat lima waktu, Allah menghapuskan dosa-dosa dengannya."

B. Zakat
Zakat (Bahasa Arab: ; transliterasi: Zakah) adalah jumlah harta tertentu yang wajib
dikeluarkan oleh orang yang beragama Islam dan diberikan kepada golongan yang berhak
menerimanya (fakir miskin dan sebagainya) menurut ketentuan yang telah ditetapkan oleh
syarak. Zakat merupakan rukun ketiga dari Rukun Islam.

1. Hukum Zakat
Zakat merupakan salah satu rukun Islam, dan menjadi salah satu unsur pokok bagi
tegaknya syariat Islam. Oleh sebab itu hukum zakat adalah wajib (fardhu) atas setiap muslim
yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu. Zakat termasuk dalam kategori ibadah
seperti salat, haji, dan puasa yang telah diatur secara rinci berdasarkan Alquran dan Sunah.
Zakat juga merupakan sebuah kegiatan sosial kemasyarakatan dan kemanusiaan yang dapat
berkembang sesuai dengan perkembangan umat manusia dimana pun.

2. Jenis Zakat
Zakat terbagi atas dua jenis yakni:
Zakat fitrah
14

Zakat yang wajib dikeluarkan muslim menjelang Idul Fitri pada bulan Ramadan. Besar
zakat ini setara dengan 3,5 liter (2,7 kilogram) makanan pokok yang ada di daerah
bersangkutan.
Zakat maal (harta)
Zakat yang dikeluarkan seorang muslim yang mencakup hasil perniagaan, pertanian,
pertambangan, hasil laut, hasil ternak, harta temuan, emas dan perak. Masing-masing
jenis memiliki perhitungannya sendiri-sendiri.

3. Hak Zak
a. Yang berhak menerima
Ada delapan pihak yang berhak menerima zakat, tertera dalam Surah at-Taubah ayat
60 yakni:
Fakir - Mereka yang hampir tidak memiliki apa-apa sehingga tidak mampu
memenuhi kebutuhan pokok hidup.
Miskin - Mereka yang memiliki harta namun tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan dasar untuk hidup.
Amil - Mereka yang mengumpulkan dan membagikan zakat.
Mu'allaf - Mereka yang baru masuk Islam dan membutuhkan bantuan untuk
menyesuaikan diri dengan keadaan barunya atau kaum kafir yang merupakan
pendukung kaum Muslim.
Hamba sahaya - Budak yang ingin memerdekakan dirinya
Gharimin - Mereka yang berhutang untuk kebutuhan yang halal dan tidak sanggup
untuk memenuhinya.
Fisabilillah - Mereka yang berjuang di jalan Allah (misal: dakwah, perang dsb)
Ibnus Sabil - Mereka yang kehabisan biaya di perjalanan.

b. Yang tidak berhak menerima
Orang kaya dan orang yang masih memiliki tenaga.
Hamba sahaya, karena masih mendapat nafkah atau tanggungan dari tuannya.
15

Keturunan Rasulullah (ahlul bait).
Orang yang dalam tanggungan yang berzakat, misalnya anak dan istri.




4. Faedah Zakat
a. Faedah agama (Diniyyah)
1) Dengan berzakat berarti telah menjalankan salah satu dari Rukun Islam yang
mengantarkan seorang hamba kepada kebahagiaan dan keselamatan dunia dan
akhirat.
2) Merupakan sarana bagi hamba untuk taqarrub (mendekatkan diri) kepada Rabb-
nya, akan menambah keimanan karena keberadaannya yang memuat beberapa
macam ketaatan.
3) Pembayar zakat akan mendapatkan pahala besar yang berlipat ganda, sebagaimana
firman Allah, yang artinya: "Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah"
(QS: Al Baqarah: 276). Dalam sebuah hadits yang muttafaq "alaih Nabi
Shallallaahu 'alaihi wa Sallam" juga menjelaskan bahwa sedekah dari harta yang
baik akan ditumbuhkan kembangkan oleh Allah berlipat ganda.
4) Zakat merupakan sarana penghapus dosa.

b. Faedah akhlak (Khuluqiyah)
1) Menanamkan sifat kemuliaan, rasa toleran dan kelapangan dada kepada pribadi
pembayar zakat.
2) Pembayar zakat biasanya identik dengan sifat rahmah (belas kasih) dan lembut
kepada saudaranya yang tidak punya.
3) Merupakan realita bahwa menyumbangkan sesuatu yang bermanfaat baik berupa
harta maupun raga bagi kaum Muslimin akan melapangkan dada dan meluaskan
jiwa. Sebab sudah pasti ia akan menjadi orang yang dicintai dan dihormati sesuai
tingkat pengorbanannya.
4) Di dalam zakat terdapat penyucian terhadap akhlak.
16

5) Menjadi Tangan di atas lebih baik dari pada tangan di bawah.

c. Faedah kesosialan (Ijtimaiyyah)
1) Zakat merupakan sarana untuk membantu dalam memenuhi hajat hidup para fakir
miskin yang merupakan kelompok mayoritas sebagian besar negara di dunia.
2) Memberikan dukungan kekuatan bagi kaum Muslimin dan mengangkat eksistensi
mereka. Ini bisa dilihat dalam kelompok penerima zakat, salah satunya
adalah mujahidin fi sabilillah.
3) Zakat bisa mengurangi kecemburuan sosial, dendam dan rasa dongkol yang ada
dalam dada fakir miskin. Karena masyarakat bawah biasanya jika melihat mereka
yang berkelas ekonomitinggi menghambur-hamburkan harta untuk sesuatu yang
tidak bermanfaaat bisa tersulut rasa benci dan permusuhan mereka. Jikalau harta
yang demikian melimpah itu dimanfaatkan untuk mengentaskan kemiskinan tentu
akan terjalin keharmonisan dan cinta kasih antara si kaya dan si miskin.
4) Zakat akan memacu pertumbuhan ekonomi pelakunya dan yang jelas berkahnya
akan melimpah.
5) Membayar zakat berarti memperluas peredaran harta benda atau uang, karena
ketika harta dibelanjakan maka perputarannya akan meluas dan lebih banyak pihak
yang mengambil manfaat.

5. Hikmah Zakat
Hikmah dari zakat antara lain:
Mengurangi kesenjangan sosial antara mereka yang berada dengan mereka yang
miskin.
Pilar amal jama'i antara mereka yang berada dengan para mujahid dan da'i yang
berjuang dan berda'wah dalam rangka meninggikan kalimat Allah SWT.
Membersihkan dan mengikis akhlak yang buruk
Alat pembersih harta dan penjagaan dari ketamakan orang jahat.
Ungkapan rasa syukur atas nikmat yang Allah SWT berikan
Untuk pengembangan potensi ummat
Dukungan moral kepada orang yang baru masuk Islam
17

Menambah pendapatan negara untuk proyek-proyek yang berguna bagi ummat.

C. Saum
Saum (Bahasa Arab: , transliterasi: Sauwm) secara bahasa artinya menahan atau
mencegah. Menurut syariat agama Islam artinya menahan diri dari makan dan minum serta
segala perbuatan yang bisa membatalkan puasa, mulai dari terbit fajar hinggalah terbenam
matahari, dengan syarat tertentu, untuk meningkatkan ketakwaan seorang muslim. Perintah
puasa difirmankan oleh Allah pada Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 183.
Berpuasa (saum) merupakan salah satu dari lima Rukun Islam. Terdapat puasa wajib dan
puasa sunnah, namun tata caranya tetap sama.

1. Perintah dalam Al-Quran
Perintah berpuasa dari Allah terdapat dalam Al-Quran di surat:
- [Al-Baqarah] ayat 183.
E_GC^4C 4g~-.- W-ONL4`-47
=Ug-7 N:^OU4 N4O_-
EE =Ug-7 O>4N -g~-.- }g`
:)Ul~ 7+UE 4pO+-> ^g@
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.
- [Al-Baqarah] ayat 185.

NOgE+ 4p_4`4O -Og~-.- 4@O^q
gO1g Np-47O^- O1-
+EE4Ug eE4)O44 =}g)`
OE_^- p~O^-4 _ }E
EjgE+ N74g` 4OgO-
+O;O41U W }4`4 4p _CjO
u _O>4N OEEc EOg ;}g)`
`+C 4OE=q C@ONC +.- N:)
4OON1^- 4 C@ONC N:)
4O;ON^- W-OUg-:+-g4
18

EOg^- W-+O)E:+-g4 -.-
_>4N 4` 7.EE- :^UE4
]NO7;= ^g)
(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya
diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-
penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil).
karena itu, Barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu,
Maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan Barangsiapa sakit atau dalam
perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang
ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu,
dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. dan hendaklah kamu mencukupkan
bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang
diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.


2. Hikmah Puasa
Ibadah puasa Ramadhan yang diwajibkan Allah kepada setiap mukmin adalah ibadah
yang ditujukan untuk menghamba kepada Allah seperti yang tertera dalam QS. Al-
Baqarah/2: 183. Hikmah dari ibadah shaum itu sendiri adalah melatih manusia untuk sabar
dalam menjalani hidup. Maksud dari sabar yang tertera dalam al-Quran adalah gigih dan
ulet seperti yang dimaksud dalam QS. Ali Imran/3: 146. Di antara hikmah dan faedah puasa
selain untuk menjadi orang yang bertakwa adalah sebagai berikut;

a. Untuk pendidikan/latihan rohani
Mendidik jiwa agar dapat menguasai diri
Mendidik nafsu agar tidak senantiasa dimanjakan dan dituruti
Mendidik jiwa untuk dapat memegang amanat dengan sebaik-baiknya
Mendidik kesabaran dan ketabahan
b. Untuk perbaikan pergaulan
19

Orang yang berpuasa akan merasakan segala kesusahan fakir miskin yang banyak
menderita kelaparan dan kekurangan. Dengan demikian akan timbul rasa suka menolong
kepada orang-orang yang menderita.
c. Untuk kesehatan
Perlu diingat ibadah puasa Ramadhan akan membawa faedah bagi kesehatan rohani
dan jasmani jika pelaksanaannya sesuai dengan panduan yang telah ditetapkan, jika tidak
maka hasilnya tidaklah seberapa, malah mungkin ibadah puasa kita sia-sia saja.
Allah berfirman dalam surat [Al-A'Raaf] ayat 31:

/j_4:4C 4E1-47 W-7O
74-4[C)e ELgN ]7 lO4`
W-OU4 W-O+4O'=-4 4
W-EO)O;O _ +O^^) OUg47
4-g)O;O^- ^@

"Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan
dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berlebih-lebihan"

Nabi S.A.W.juga bersabda:
"Kita ini adalah kaum yang makan bila lapar, dan makan tidak kenyang."

Tubuh manusia memerlukan makanan yang bergizi. Jika manusia makan berlebih-
lebihan sudah tentu akan membawa muzarat kepada kesehatan. Badan bisa menjadi
gemuk, yang bisa mengakibatkan sakit jantung, darah tinggi, penyakit kencing manis,
dan berbagai penyakit lainnya. Oleh itu makanlah secara sederhana, terutama ketika
berbuka, mudah-mudahan Puasa akan membawa kesehatan bagi rohani dan jasmani kita.
d. Sebagai rasa syukur atas segala nikmat Allah

3. Jenis-jenis Puasa
20

Puasa yang hukumnya wajib
Puasa Ramadan
Puasa karena nazar
Puasa kifarat atau denda

Puasa yang hukumnya sunah
Puasa 6 hari di bulan Syawal selain hari raya Idul Fitri.
Puasa Arafah pada tanggal 9 Dzulhijah bagi orang-orang yang tidak menunaikan
ibadah haji.
Puasa Tarwiyah pada tanggal 8 Dzulhijah bagi orang-orang yang tidak menunaikan
ibadah haji.
Puasa Senin dan Kamis
Puasa Daud (sehari puasa, sehari tidak), bertujuan untuk meneladani puasanya Nabi
Daud As.
Puasa 'Asyura (pada bulan muharram), dilakukan pada tanggal 10
Puasa 3 hari pada pertengahan bulan (menurut kalender islam)(Yaumul Bidh),
tanggal 13, 14, dan 15
Puasa Sya'ban (Nisfu Sya'ban) pada awal pertengahan bulan Sya'ban.
Puasa bulan Haram (Asyhurul Hurum) yaitu bulan Dzulkaidah, Dzulhijjah,
Muharram dan Rajab.

4. Syarat-syarat Puasa
Syarat wajib puasa yaitu
1) Beragama Islam
2) Berakal sehat
3) Baligh (sudah cukup umur)
4) Mampu melaksanakannya

Syarat sah puasa yaitu
21

1) Islam (tidak murtad)
2) Mummayiz (dapat membedakan yang baik dan yang buruk)
3) Suci dari haid dan nifas (khusus bagi wanita)
4) Mengetahui waktu diterimanya puasa


5. Waktu Haram Berpuasa
Umat Islam diharamkan berpuasa pada waktu-waktu berikut ini:
Hari raya Idul Fitri, yaitu pada (1 Syawal)
Tanggal 1 Syawwal telah ditetapkan sebagai hari raya sakral umat Islam. Hari itu
adalah hari kemenangan yang harus dirayakan dengan bergembira. Karena itu
syariat telah mengatur bahwa di hari itu tidak diperkenankan seseorang untuk
berpuasa sampai pada tingkat haram. Meski tidak ada yang bisa dimakan, paling
tidak harus membatalkan puasanya atau tidak berniat untuk puasa.
Hari raya Idul Adha, yaitu pada (10 Zulhijjah)
Hal yang sama juga pada tanggal 10 Zulhijjah sebagai Hari Raya kedua bagi umat
Islam. Hari itu diharamkan untuk berpuasa dan umat Islam disunnahkan untuk
menyembelih hewan Qurban dan membagikannya kepada fakir msikin dan kerabat
serta keluarga. Agar semuanya bisa ikut merasakan kegembiraan dengan menyantap
hewan qurban itu dan merayakan hari besar.


:
"Rasulullah SAW melarang berpuasa pada dua hari: hari Fithr dan hari Adha" (HR
Muttafaq 'alaihi)
Hari-hari Tasyrik, yaitu pada (11, 12, dan 13 Zulhijjah)
Hari syak, yaitu pada (30 Syaban)
Puasa selamanya
Wanita saat sedang haid atau nifas
Puasa sunnah bagi wanita tanpa izin suaminya
22



6. Hal-hal yang Membatalkan Puasa
Puasa akan batal jika;
a. Masuknya benda (seperti nasi, air, asap rokok dan sebagainya) ke dalam rongga
badan dengan disengaja.
b. Bersetubuh.
c. Muntah dengan disengaja.
d. Keluar mani (Istimna' ) dengan disengaja.
e. Haid (datang bulan) dan Nifas (melahirkan anak)
f. Hilang akal (gila atau pingsan).
g. Murtad (keluar dari agama Islam).

7. Orang yang Boleh Tidak Berpuasa
Berikut ini adalah orang yang boleh untuk meninggalkan puasa wajib (puasa Ramadhan),
yaitu:
Yang wajib qadha' saja
Orang-orang yang tersebut di bawah ini, boleh tidak berpuasa, tetapi wajib qadha',
artinya wajib mengganti puasanya di hari lain, sebanyak hari yang ditinggalkan. Yaitu
sebagai berikut :
1. Orang yang sakit, yang ada harapan untuk sembuh.
2. Orang yang bepergian jauh (musafir) sedikitnya 81 km.
3. Orang yang hamil, yang khawatir akan keadaannya atau bayi yang dikandungnya.
4. Orang yang sedang menyusui anak, yang khawatir akan keadaannya atau anaknya.
5. Orang yang sedang haid (datang bulan), melahirkan anak dan nifas.
6. Orang yang batal puasanya dengan suatu hal yang membatalkannya selain bersetubuh.

Yang tidak wajib qadha', tetapi wajib fidyah
Orang-orang di bawah ini tidak wajib qadha' (menggantikan puasa di hari lain), tetapi
wajib membayar fidyah, yaitu memberi makan orang miskin setiap hari yang ia tidak
berpuasa, berupa bahan makanan pokok sebanyak 1 mud (576 gram).
23

1. Orang yang sakit yang tidak ada harapan akan sembuhnya.
2. Orang tua yang sangat lemah dan tidak kuat lagi berpuasa.

Yang wajib qadha' dan kifarat
Orang yang membatalkan puasa wajibnya dengan bersetubuh, wajib melakukan kifarat
dan qadha'. Kifarat ialah memerdekakan hamba sahaya yang mukmin. Jika tidak ada hamba
sahaya yang mukmin maka wajib berpuasa dua bulan berturut-turut (selain qadha'
menggantikan hari yang ditinggalkan), jika tidak bisa, wajib memberi makan 60 orang
miskin, masing-masing sebanyak 1 mud (576 gram) berupa bahan makanan pokok.


D. Haji
Haji (Bahasa Arab: ; transliterasi: Hajj) adalah rukun (tiang agama) Islam yang kelima
setelah syahadat, salat, zakat dan puasa. Menunaikan ibadah haji adalah bentuk ritual tahunan
yang dilaksanakan kaum muslim sedunia yang mampu (material, fisik, dan keilmuan) dengan
berkunjung dan melaksanakan beberapa kegiatan di beberapa tempat di Arab Saudi pada
suatu waktu yang dikenal sebagai musim haji (bulan Zulhijah). Hal ini berbeda dengan
ibadah umrah yang bisa dilaksanakan sewaktu-waktu.
Kegiatan inti ibadah haji dimulai pada tanggal 8 Zulhijah ketika umat Islam bermalam di
Mina, wukuf (berdiam diri) di Padang Arafah pada tanggal 9 Zulhijah, dan berakhir setelah
melempar jumrah (melempar batu simbolisasi setan) pada tanggal 10 Zulhijah. Masyarakat
Indonesia lazim juga menyebut hari raya Idul Adha sebagai Hari Raya Haji karena bersamaan
dengan perayaan ibadah haji ini.

1. Defenisi
Secara lughawi, haji berarti menyengaja atau menuju dan mengunjungi. Menurut
etimologi bahasa Arab, kata haji mempunyai arti qashd, yakni tujuan, maksud, dan
menyengaja. Menurut istilah syara', haji ialah menuju ke Baitullah dan tempat-tempat tertentu
untuk melaksanakan amalan-amalan ibadah tertentu pula. Yang dimaksud dengan temat-
tempat tertentu dalam definisi diatas, selain Ka'bah dan Mas'a(tempat sa'i), juga Arafah,
Muzdalifah, dan Mina. Yang dimaksud dengan waktu tertentu ialah bulan-bulan haji yang
dimulai dari Syawal sampai sepuluh hari pertama bulan Zulhijah. Adapun amal ibadah
24

tertentu ialah thawaf, sa'i, wukuf, mazbit di Muzdalifah, melontar jumrah, mabit di Mina, dan
lain-lain.

2. Latar Belakang Ibadah Haji
Orang-orang Arab pada zaman jahiliah telah mengenal ibadah haji ini yang mereka
warisi dari nenek moyang terdahulu dengan melakukan perubahan disana-sini. Akan tetapi,
bentuk umum pelaksanaannya masih tetap ada, seperti thawaf, sa'i, wukuf, dan melontar
jumrah. Hanya saja pelaksanaannya banyak yang tidak sesuai lagi dengan syariat yang
sebenarnya. Untuk itu, Islam datang dan memperbaiki segi-segi yang salah dan tetap
menjalankan apa-apa yang telah sesuai dengan petunjuk syara' (syariat), sebagaimana yang
diatur dalam al-Qur'an dan sunnah rasul. Latar belakang ibadah haji ini juga didasarkan pada
ibadah serupa yang dilaksanakan oleh nabi-nabi dalam agama Islam, terutama nabi Ibrahim
(nabinya agama Tauhid). Ritual thawaf didasarkan pada ibadah serupa yang dilaksanakan
oleh umat-umat sebelum nabi Ibarahim. Ritual sa'i, yakni berlari antara bukit Shafa dan
Marwah (daerah agak tinggi di sekitar Ka'bah yang sudah menjadi satu kesatuan Masjid Al
Haram, Makkah), juga didasarkan untuk mengenang ritual istri kedua nabi Ibrahim ketika
mencari susu untuk anaknya nabi Ismail. Sementara wukuf di Arafah adalah ritual untuk
mengenang tempat bertemunya nabi Adam dan Siti Hawa di muka bumi, yaitu asal mula dari
kelahiran seluruh umat manusia.


3. Jenis Ibadah Haji
Setiap jamaah bebas untuk memilih jenis ibadah haji yang ingin dilaksanakannya.
Rasulullah SAW memberi kebebasan dalam hal itu, sebagaimana terlihat dalam hadis
berikut.
Aisyah RA berkata: Kami berangkat beribadah bersama Rasulullah SAW dalam
tahun hajjatul wada. Di antara kami ada yang berihram, untuk haji dan umrah dan
ada pula yang berihram untuk haji. Orang yang berihram untuk umrah ber-tahallul
ketika telah berada di Baitullah. Sedang orang yang berihram untuk haji jika ia
mengumpulkan haji dan umrah. Maka ia tidak melakukan tahallul sampai dengan
selesai dari nahar.
Berikut adalah jenis dan pengertian haji yang dimaksud.
25

Haji ifrad, berarti menyendiri. Pelaksanaan ibadah haji disebut ifrad bila sesorang
bermaksud menyendirikan, baik menyendirikan haji maupun menyendirikan umrah.
Dalam hal ini, yang didahulukan adalah ibadah haji. Artinya, ketika mengenakan
pakaian ihram di miqat-nya, orang tersebut berniat melaksanakan ibadah haji dahulu.
Apabila ibadah haji sudah selesai, maka orang tersebut mengenakan ihram kembali
untuk melaksanakan umrah.
Haji tamattu', mempunyai arti bersenang-senang atau bersantai-santai dengan
melakukan umrah terlebih dahulu di bulan-bulah haji, lain bertahallul. Kemudian
mengenakan pakaian ihram lagi untuk melaksanakan ibadah haji, ditahun yang sama.
Tamattu' dapat juga berarti melaksanakan ibadah di dalam bulan-bulan serta di dalam
tahun yang sama, tanpa terlebih dahulu pulang ke negeri asal.
Haji qiran, mengandung arti menggabungkan, menyatukan atau menyekaliguskan.
Yang dimaksud disini adalah menyatukan atau menyekaliguskan berihram untuk
melaksanakan ibadah haji dan umrah. Haji qiran dilakukan dengan tetap berpakaian
ihram sejak miqat makani dan melaksanakan semua rukun dan wajib haji sampai
selesai, meskipun mungkin akan memakan waktu lama. Menurut Abu Hanifah,
melaksanakan haji qiran, berarti melakukan dua thawaf dan dua sa'i.

4. Kegiatan Ibadah Haji
Berikut adalah kegiatan utama dalam ibadah haji berdasarkan urutan waktu:
Sebelum 8 Zulhijah, umat Islam dari seluruh dunia mulai berbondong untuk
melaksanakan Tawaf Haji di Masjid Al Haram, Makkah.
8 Zulhijah, jamaah haji bermalam di Mina. Pada pagi 8 Zulhijah, semua umat Islam
memakai pakaian Ihram (dua lembar kain tanpa jahitan sebagai pakaian haji),
kemudian berniat haji, dan membaca bacaan Talbiyah. Jamaah kemudian berangkat
menuju Mina, sehingga malam harinya semua jamaah haji harus bermalam di Mina.
9 Zulhijah, pagi harinya semua jamaah haji pergi ke Arafah. Kemudian jamaah
melaksanakan ibadah Wukuf, yaitu berdiam diri dan berdoa di padang luas ini
hingga Maghrib datang. Ketika malam datang, jamaah segera menuju dan bermalam
Muzdalifah.
10 Zulhijah, setelah pagi di Muzdalifah, jamaah segera menuju Mina untuk
melaksanakan ibadah Jumrah Aqabah, yaitu melempar batu sebanyak tujuh kali ke
26

tugu pertama sebagai simbolisasi mengusir setan. Setelah mencukur rambut atau
sebagian rambut, jamaah bisa Tawaf Haji (menyelesaikan Haji), atau bermalam di
Mina dan melaksanakan jumrah sambungan (Ula dan Wustha).
11 Zulhijah, melempar jumrah sambungan (Ula) di tugu pertama, tugu kedua, dan
tugu ketiga.
12 Zulhijah, melempar jumrah sambungan (Ula) di tugu pertama, tugu kedua, dan
tugu ketiga.
Sebelum pulang ke negara masing-masing, jamaah melaksanakan Thawaf Wada'
(thawaf perpisahan).
BAB III
PENUTUP

Dari pembahasan di atas dapat penyusun simpulkan bahwa : Ibadah adalah ketundukan
yang tidak terbatas bagi pemilik keagungan yang tidak terbatas pula. Dalam Islam
perhubungan dapat dilakukan oleh seorang hamba dengan Allah secara langsung. Ibadah di
dalam Islam tidak berhajat adanya orang tengah sebagaimana yang terdapat pada setengah
setengah agama lain. Begitu juga tidak terdapat dalam Islam tokoh-tokoh tertentu yang
menubuhkan suatu lapisan tertentu yang dikenali dengan nama tokoh-tokoh agama yang
menjadi orang orang perantaraan antara orang ramai dengan Allah.
Manusia diciptakan Allah bukan sekedar untuk hidup di dunia ini kemudian mati tanpa
pertanggungjawaban, tetapi manusia diciptakan oleh Allah untuk beribadah. Karena Allah
maha mengetahui tentang kejadian manusia, maka agar manusia terjaga hidupnya, bertaqwa,
diberi kewajiban ibadah. Tegasnya manusia diberi kewajiban ibadah agar menusia itu
mencapai taqwa.
Demikianlah makalah sederhana ini kami buat. Namun demikian, saya sebagai
penyusun menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Kami mohon maaf apabila
masih banyak ditemui kesalahan, itu datangnya dari saya. Oleh karena itu, kritik dan saran
27

yang membangun sangat saya harapkan dari pembaca, terutama dari dosen Pendidkan Agama
Islam, Bapak Nurdin, S.Pd., M.M selaku pembimbing saya.
Akhirnya, marilah kita kembalikan semua urusan kepada-Nya. Billahit taufiq wal
hidayah war ridho wal inayah wassalamualaikum wr.wb.




DAFTAR PUSTAKA


http://abuafif.wordpress.com/2007/08/09/pengertian-ibadah-dalam-islam/
http://id.wikipedia.org/wiki/Salat
http://id.wikipedia.org/wiki/Zakat
http://wildaznov11.blogspot.com/2009/06/ibadah.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Puasa_(Islam)
http://id.wikipedia.org/wiki/Haji
http://donielibra.wordpress.com/
http://lutfi-nurul-aulia.blogspot.com/

Anda mungkin juga menyukai