Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KALIMAT DAN I’RAB DALAM KAIDAH BAHASA ARAB


“Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bahasa Arab”

Disusun Oleh :

Dimas Mulya Gumilar NIM 1219240050


Eneng Tiara Yudiaputri NIM 1219240059
Farras Fitria Badrani NIM 1219240068
Fasihatunnutkiyah NIM 1219240069
Fatih Khairan Miraj Wahyudi NIM 1219240070
Fitria Rahmawati Utami NIM 1219240079

PRODI MANAJEMEN KELAS 1B


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
Jalan A.H. Nasution No. 105A, Cibiru,
Bandung, Jawa Barat, Indonesia
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini dalam bentuk dan isi yang sangat sederhana guna memenuhi tugas kelompok
mata kuliah bahasa Arab dengan judul “KALIMAT DAN I’RAB DALAM KAIDAH
BAHASA ARAB”.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran, serta kritik sehingga makalah
ini dapat terselesaikan. Kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Ustaz Babay Suhaemi,
M. Ag. selaku dosen pengampu mata kuliah bahasa Arab yang telah memberikan tugas
ini dengan membawa manfaat dan ilmu penting bagi kami.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
terdapat banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi karena adanya
keterbatasan pengalaman dan pengetahuan. Oleh karena itu, kami mengharapkan segala
bentuk kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak guna menyempurnakan
makalah ini.
Akhir kata, kami berharap makalah ini dapat memiliki banyak manfaat maupun
inspirasi bagi siapa saja yang membacanya guna mengembangkan wawasan dan
menambah pemahaman ilmu pengetahuan mengenai kalimat dan i’rab dalam kaidah
bahasa Arab.

Bandung, 15 November 2021

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................... i


Daftar Isi .............................................................................................................. ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 1
1.3 Tujuan Makalah .............................................................................................. 2
1.4 Manfaat Makalah ............................................................................................ 2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kalimat dan I’rab .......................................................................... 3
2.1.1 Pengertian Kalimat dalam Bahasa Arab ............................................... 3
2.1.2 Pengertian I’rab dalam Kaidah Bahasa Arab ....................................... 3
2.2 Jenis-Jenis I’rab dalam Kaidah Bahasa Arab ................................................. 4
2.3 Tanda-Tanda I’rab dalam Kaidah Bahasa Arab ............................................. 6
2.4 Rumus dan Contoh I’rab dalam Kaidah Bahasa Arab .................................... 10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 12
3.2 Saran dan Kritik .............................................................................................. 12
Daftar Pustaka .................................................................................................... 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bahasa Arab adalah bahasa yang wajib dipelajari karena bahasa Arab
merupakan alat untuk mempelajari dan mengupas ilmu-ilmu keislaman.
Seseorang tidak mungkin mampu menguasai dan menggali ilmu tafsir dan al-
Hadits yang berbahasa Arab tanpa menguasai terlebih dahulu bahasa Arab dengan
baik. Seperti halnya bahasa-bahasa yang lain, bahasa Arab mempunyai kaidah-
kaidah tersendiri di dalam mengungkapkan atau menuliskan sesuatu hal, baik
berupa komunikasi maupun informasi. Terutama dalam memahami ilmu agama
yang mana bersumber dari al-Qur’an dan al-Hadist.
Nahwu merupakan salah satu cabang dari sekian cabang disiplin ilmu yang
wajib dipelajari apabila seseorang ingin menguasai al-Qur’an maupun al-Hadits
yang notabene berbahasa Arab. Ilmu nahwu dan ilmu sharaf menjadi cabang ilmu
yang tak terpisahkan dari Bahasa Arab. Akan tetapi, tidak semua orang dapat
memahami ilmu nahwu dengan baik. Banyak pembahasan dalam ilmu nahwu
yang dapat dikatakan lebih sulit dipahami dari pada pembahasan yang lain, seperti
pembahasan mengenai bab i’rab dan juga kalimat. Hal ini karena hampir setiap
kata dalam bahasa Arab memiliki “I’rab” dan tata aturan kalimat, dan setiap I’rab
dalam bahasa Arab itu ada berbagai macam.
Dalam memelajari bahasa Arab, seseorang tentunya harus mempelajari
pula aturan-aturan yang ada dalam ilmu Nahwu. Di dalam ilmu Nahwu banyak
sekali bab-bab atau submaterinya, namun yang akan dibahas dalam makalah kami
mengenai i’rab dalam bahasa arab.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari kalimat (kalam) dan i'rab dalam kaidah bahasa Arab?
2. Apa saja jenis-jenis i'rab dalam kaidah bahasa Arab?
3. Apa tanda-tanda dari i'rab dalam kaidah bahasa Arab?
4. Bagaimana cara merumuskan i'rab pada suatu contoh kalimat dalam bahasa
Arab?

1
1.3 Tujuan Makalah
1. Untuk memahami lebih dalam mengenai kalimat dan i’rab dalam kaidah
bahasa Arab;
2. Untuk mengetahui jenis-jenis i’rab;
3. Untuk mengetahui tanda-tanda i’rab; dan
4. Agar kita mengetahui fungsi penggunaan i’rab.

1.4 Manfaat Makalah


1. Membantu para pembaca ataupun masyarakat umum untuk lebih memahami
penggunaan kalimat dan i’rab dalam bahasa arab;
2. Menambah wawasan para pembaca mengenai ilmu nahwu khususnya
permasalahan i’rab; dan
3. Memudahkan kita dalam penerapan i’rab pada pembuatan kalimat bahasa
Arab.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kalam dan I’rab dalam Kaidah Bahasa arab


2.1.1 Pengertian Kalam
Secara etimologi (bahasa) kalimah mempunyai arti “kata”,
sedangkan secara istilah adalah kata atau kosa kata yang mufrod (tunggal)
untuk membentuk sebuah kalimat. Sedangkan jumlah adalah susunan kata-
kata yang nantinya disebut kalimah. Dalam kitab Jurumiyah (kitab dasar
ilmu nahwu) disebutkan pengertian kalimah dalam bahasa arab sebagai
berikut :
َ ‫َّب ا ْل ُم ِفي ُد بِا ْل‬
ْ ‫ـو‬
‫ض ِع‬ ُ ‫ظ ا ْل ُم َرك‬
ُ ‫ألك َََل ُم ه َُو اللَّ ْف‬
Artinya :
“Kalam adalah lafadz yang disusun yang memiliki faedah pada asalnya
(dengan bahasa Arab)”.

2.1.2 Pengertian I’rab


Para ulama nahwu mempunyai definisi i’rab yang berbeda-beda,
namun dalam perbedaan tersebut, i’rab tetap mempunyai tujuan atau
maksud yang sama. Definisi i’rab dalam bahasa Arab menurut Ibnu
Ājurrūm rahimahullah pada matan Al-Jurumiyah adalah:
‫تقديرا‬
ً ً ‫وام ِل الدَّاخلَ ِة عَلي َها لف‬
‫ظا أو‬ ِ ‫الختَلف ال َع‬
ِ ‫أواخ ِر ال َك ِل ِم‬
ِ ‫تغيير‬
ُ ‫هو‬
َ ‫اإلعراب‬
ُ
Artinya :
“I’rob adalah perubahan keadaan akhir-akhir suatu kata yang terjadi
karena adanya perbedaan ‘amil-‘amil yang masuk pada kata tersebut, baik
perubahan itu secara lafazh atau ditakdirkan.”
Sedangkan, menurut ulama lainnya yang bernama Musthafa al-Ghalayain
dan Ahmad al-Hasyim, pengertian i’rab adalah suatu perubahan akhir
suatu kata karena adanya perbedaan amil-amil yang masuk pada suatu kata
yang dimaksudkan.

3
2.2 Jenis-Jenis I’rab dalam Kaidah Bahasa Arab
1. I’rab Rafa’
I’rab rofa’ berarti harakat huruf terakhir pada suatu kata berada dalam salah
satu diantara empat kondisi ini :
➢ Harakat dhammah
Harakat dhammah terletak diempat tempat, biasanya bentuk dhammah-
nya berada dalam kondisi tanwin.
a) Isim dibentuk mufrad atau tunggal, contoh: ٌ‫س ِجد‬
ْ ‫َم‬
b) Isim dalam bentuk jamak taksir, contoh: ‫طالب‬
c) Jamak muannas salim atau kata khusus untuk objek perempuan yang
diakhiri alif atau ta ta’nis, contoh: ٌ‫( المسلمات‬yang berarti para
muslim)
d) Fi'il mudhari’ yang tidak bertemu dengan huruf ilat (alif, ya, dan
wawu), contoh: ٌ‫( يذهب‬yang artinya pergi).
➢ Diakhiri dengan huruf wawu
Kedudukan huruf wawu adalah sebagai pengganti harakat dhammah.
Kondisi huruf wawu biasanya ada di dua tempat yaitu:
ْ ‫ٌواْلم‬
a) Jamak mudzakar salim, contoh : ٌَ‫س ِلم ْون‬ َ ‫َجا َء‬
َ َ‫ٌالزيْد ْون‬
b) Asma’ul Khamsah, contoh: ٌَ‫ٌواَخ ْوك‬
َ َ‫َجا َءٌاَ َب ْوك‬
➢ Diakhiri huruf Alif
Alif menjadi alamat I’rab Rafa’ bertempat disatu tempat yaitu Isim
َ ٌ‫َجا َء‬
Tasniyah, contoh: ٌَ‫الز ْيدَان‬
➢ Huruf nun
Nun menjadi alamat i’rab rafa’ bertempat di satu tempat yaitu Af’alul
ٌِ ‫ٌتَ ْف َع َال‬،‫يَ ْف َع َال ِن‬
Khamsah, contoh: ‫ن‬
2. I’rab Nashab
Adapun i’rab nashab mempunyai lima alamat, yaitu:
➢ Fathah
Fathah menjadi alamat I’rab nashab bertempat ditiga tempat:
َ ‫َراَيْت‬
a) Isim mufrad, contoh: ‫ٌز ْيدًا‬
b) Jama’ taksir, contoh: ‫جاَل‬ ِ ‫َراَيْت‬
َ ‫ٌالر‬

4
c) Fiil mudhari’ yang kemasukkan salah satu amil nawashib (amil yang
َ ‫ب‬
menashabkan), contoh: ‫ٌزيْدٌع َْم ًٌر‬ ْ َ‫لَ ْنٌي‬
َ ‫ض ِر‬
➢ Alif
Alif menjadi alamat i’rab nashab bertempat disatu tempat yaitu Asmaul
Khamsah, contoh: ‫ٌفيٌالسوق‬
ٌِ َ‫رايتٌابَاك‬
➢ Kasrah
Kasrah menjadi alamat i’rab nashab bertempat disatu tempat yaitu Jama’
ٌِ ‫له ْندَا‬
muannas salim, contoh: ‫ت‬ ِ ْ‫َراَيْتٌا‬
➢ Ya’
Ya’ menjadi alamat i’rab nashab bertempat pada dua tempat yaitu Isim
tasniyyah dengan contoh: ‫ْن‬ َّ ٌ‫ َراَيْت‬dan Jama’ mudzakar saalim
ٌِ ‫الز ْي َدي‬
َّ ‫َراَيْت‬
dengan contoh: ٌَ‫ٌالز ْي ِديْن‬
➢ Hadzfu nun
Hadzhfu nun menjadi alamat i’rab nashab bertempat disatu tempat yaitu
Af’alul Khamsah, contoh: ٌ‫ٌلَ ْنٌيَ ْفعَلوا‬،‫لَ ْنٌيَ ْفعَ َال‬
3. I’rab Jer/Khafadz
I’rab jer memiliki tiga alamat yaitu:
➢ Kasrah
Kasrah menjadi alamat i’rab jer bertempat ditiga tempat:
a) Isim mufrad munsharif (menerima tanwin), contoh: ٌ‫َم َر ْرتٌبِ َزيْد‬

b) Jama’ taksir munsharif, contoh: ‫جاِل‬


َ ‫الر‬
ِ ِ‫َم َر ْرتٌب‬
ٌِ ‫له ْندَا‬
c) Jama’ muanas salim, contoh: ‫ت‬ ِ ْ ‫َم َر ْرتٌبِا‬
➢ Ya’
Ya menjadi alamat i’rab jer bertempat ditiga tempat:
a) Isim tasniah, contoh: ‫ْن‬ َّ ‫َم َر ْرتٌ ِب‬
ٌِ ‫الز ْي َدي‬
b) Jama’ mudzakar salim, contoh: ‫ْن‬ َّ ‫َم َر ْرتٌ ِب‬
ٌِ ‫الز ْي ِدي‬
c) Asmaul khamsah, contoh: ٌَ‫ٌواَ ِخيْك‬
َ َ‫َم َر ْرتٌ ِبا َ ِب ْيك‬
➢ Fathah
Fathah menjadi alamat i’rab jer bertempat disatu tempat yaitu Isim ghoiru
munshorif, contoh: ‫َم َر ْرتٌ ِباَحْ َم ٌَد‬

5
4. I’rab Jazem
I’rab Jazem mempunyai dua alamat, yaitu:
➢ Sukun
Sukun menjadi alamat I’rab jazem bertempat disatu tempat yaitu Fi’il
mudhari shahihul akhir, contoh: ‫ب‬ ْ َ‫ٌَلمٌت‬،‫ب‬
ٌَ ‫ض ِر‬ ْ َ‫لَ ْمٌي‬
َ ‫ض ِر‬
➢ Hadzf (membuang)
Hadzf menjadi alamat i’rab jazem bertempat didua tempat:
a) Fill mudhari’ mu’tal akhir, contoh: ٌ‫ٌلَ ْمٌيَ ْغز‬،‫لَ ْمٌيَ ْر ِم‬
b) Af’alul khamsah, contoh: ‫ب‬ ْ َ‫ٌلَ ْمٌت‬،‫ب‬
ٌَ ‫ض ِر‬ َ ‫لَ ْمٌيَض َِر‬

2.3 Tanda dan Contoh I’rab


Setiap kata dalam suatu kalimat, baik isim maupun fi’il, keduanya
memiliki tanda ‘irab berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh jenis dan bentuk kata
yang bervariasi, baik dari segi lafadz maupun posisi dalam kalimat. Pada materi
i’rab ini terdapat 4 tanda yang wajib diketahui yaitu rafa’, nashab, khafad dan
jazm.
1. Tanda I’rab Rafa’
‫ النون‬،‫ الواو‬،‫ االلف‬،‫الضمة‬: ‫عَلمة الرفع‬
Tanda i’rab rafa terdiri dari dhammah, wawu, alif, dan nun dengan rincian
sebagai berikut:
a. Lafazh yang di rafa’ kan dengan memakai dhamah
Dhammah menjadi alamat bagi i’rab rafa’ pada empat tempat, yaitu pada
isim mufrod, jamak taksir, jamak muannats salim, dan fi’il mudhari’
yang pada akhirnya tidak bertemu dengan salah satu pun (dari alif
tatsniyah, wawu jamak, atau ya muannats mukhatabah).
Contoh :
1) Isim mufrod
= Zaid berdiri
2) Jamak taksir
= Zaid-zaid itu berdiri
3) Jamak muannats salim
= Hindun-hindun itu berdiri

6
4) Fi’il mudhari’
= Dia mengetahui
b. Lafadz yang dirafa’kan dengan wawu
Wawu menjadi tanda i’rab dalam dua tempat, yakni:
1) Jamak mudzakar salim (kata benda jamak beraturan untuk pria)
Contoh: = Zaid-zaid itu telah berdiri
2) Asma’ul khamsah (kata benda yang lima)
Contoh: = Bahwasannya saudaramu
yaitu murid yang mempunyai akhlak yang mulia
c. Lafadz yang dirafa’kan dengan alif
Alif menjadi alamat bagi i’rab rafa’ khusus pada isim tasniyah.
Contoh: = Dua orang muslim itu telah datang
d. Lafadz yang dirafa’kan dengan nun
Huruf nun menjadi tanda i'rab rafa' pada fi'il (kata kerja) mudharik yang
akhirnya bertemu dengan dhamir tasniyah (kata ganti dua orang), dhamir
jamak mudzakar(kata ganti jamak), dan dhamir mu'annats mukhatabah
(kata ganti perempuan tunggal).
Contoh:
1) Dhamir tasniyah
= Kamu berdua sedang melakukan (sesuatu)
2) Dhamir jamak mudzakar
= Mereka (laki-laki) sedang melakukan (sesuatu)
3) Dhamir mu’annats mukhatabah
= Kamu (seorang perempuan) sedang melakukan (sesuatu)
2. Tanda I’rab Jaz
Memiliki dua alamat, yaitu sukun dan membuang huruf ‘illat atau nun tanda
rafa’.
▪ Lafadz yang dijazkan dengan sukun
Sukun menjadi alamat i’rab jazm pada fi’il mudhori yang shahih akhir
(yang pada bagian akhirnya tidak berhuruf alif, ya, dan wawu).
▪ Lafadz yang dijazkan dengan membuang huruf ‘illat atau nun tanda rafa’

7
Membuang itu menjadi tanda bagi i’rab jazm pada fi’il mudhari yang
mu’tal akhir dan pada fi’il yang dirafa’kannya dengan nun tetap.
3. Tanda I’rab Nasab
I’rab nashab mempunyai lima alamat, yaitu fathah, alif, kasrah, ya’, dan
membuang nun.
a. Lafadz yang dinasabkan dengan fathah
Fathah menjadi alamat bagi i’rab nashab berada pada tiga tempat yaitu
pada isim mufrod, jamak taksir, dan fi’il mudhari’ bilamana kemasukan
padanya amil yang menashabkan dan pada akhir kalimatnya tidak
bertemu dengan sesuatupun (dari alif tatsniyah, wawu jamak,dan nun
taukid).
Contoh:
▪ Isim mufrod
= Aku telah melihat zaid
▪ Jamak taksir
= Aku telah melihat zaid-zaid
▪ Fi’il mudhari bilamana kemasukan padanya amil yang menashabkan
dan pada akhir kalimatnya tidak bertemu dengan sesuatupun (dari
alif tatsniyah, wawu jamak,dan nun taukid)
= Dia tidak akan dapat berbuat
b. Lafadz yang dinasabkan dengan alif
Alif menjadi alamat i’rab nasab bila berada pada asmaul khomsah
Contoh: = Aku telah melihat ayahmu dan saudaramu
c. Lafadz yang dinasabkan dengan kasrah
Terbentuk hanya pada jamak muannats salim
Contoh:
d. Lafadz yang dinasabkan dengan ya’
Terbentuk pada isim tasniyah dan jamak mudzakar salim
Contoh:
▪ Isim tasniyah
= Aku telah membaca dua buah kitab
*Huruf ya’ disukunkan dan huruf sebelumnya difathahkan

8
▪ Jamak mudzakar salim
= Aku telah melihat guru-guru
*Huruf ya’ disukunkan dan huruf sebelumnya dikasrahkan
e. Lafadz yang dinasabkan dengan membuang nun
Membuang nun menjadi alamat pada i’rab nashab pada af’aalul
khomsah. Yang di rafa’ kan dengan memakai nun itsbat.
Contoh: = Hendaknya mereka berdua mengetahui
4. Tanda I’rab Khafadh
Terdapat tiga alamat yakni:
a. Lafadz yang dikhafadhkan dengan kasrah
Kasroh menjadi alamat bagi i’rab khafadh pada tiga tempat, yakni pada
isim mufrod yang menerima tanwin, jamak taksir yang menerima tanwin,
dan jamak muannats.
Contoh:
▪ Isim mufrod yang menerima tanwin
= Aku telah bersua dengan zaid
▪ Jamak taksir yang menerima tanwin
= Aku telah berjumpa dengan beberapa lelaki
▪ Jamak muannats
= Aku telah berjumpa dengan wanita-wanita
muslim
b. Lafadz yang dikhafadhkan ya
Terdapat pada tiga tempat, yaitu asmaul khomsah, isim tasniyah, dan
jamak mudzakar salim.
Contoh:
▪ Asmaul khomsah
= Aku telah bertemu
dengan ayahmu, saudaramu, mertuamu, dan pemilik harta
▪ Isim tasniyah
= Aku telah duduk didua rumah

9
▪ Jamak mudzakar salim
= Aku telah berdua dengan zaid-zaid
yang muslim itu
c. Lafadz yang dikhafadhkan fathah
Fathah menjadi alamat i’rab khafadh pada isim yang tidak menerima
tanwin (ghair munsharif). Isim yang tidak menerima tanwin diantaranya:
▪ Isim alam yang berwazan af’al
▪ Alam ‘ajam yang hurufnya lebih dari tiga
▪ Bentuk shighat muntahal jumu’
▪ ‘alam muannats yang memakai ta’ marbuthah
▪ ‘alam tarkib mazji
▪ ‘alam dan ‘adal

2.4 Rumus dan Contoh I’rab


1. Rumus i’rab lapadz

Contoh mengi’rab kalimat:

Lapadz muhammadun dibaca rofa’ sebab menjadi mubtada dengan alasan


karena isim ma’rifat di awal kalimat, tanda rofanya dengan dhomah karna
isim mufrod. Adapun alasan menjadi mubtada yaitu karna isim ma’rifat di
awal kalimat. Lapadz rosulu merupakan khobarnya mubtada, dibaca rofa’
karna isim mufrod, tandanya dengan dhomah selain itu lapadz rosulu
berkedudukan sebagai mudhof.. Lapada Allahi dibaca jeer karena menjadi
mudhof ilaih, tandanya kasroh karena isim mufrod.
2. Rumus i’rab takdir atau muqoddaroh
Bila kalimat yang menjadi mubtada berupa isim yang mu’tal akhir baik itu
isim maqshur atau pun isim manqush maka tanda rofanya bukan dengan

10
dhomah dhahiroh melainkan dengan dhomah muqoddaroh, rumusnya sebagai
berikut:

Contoh i’rab taqdir atau muqoddaroh:

Lapadz al qhodi dibaca rofa karna menjadi mubtada, tnada rofanya dengan
menggunakan dhomah muqoddaroh atau dhomah taqdiran karena isim
mu’tal. Lapadz qooimun dibaca rofa arna menjadi khobarnya mubtada,
tandanya dengan dhomah dhohiroh.
Penjelasan : lapadz al qhodi dibaca rofa karena berkedudukan menjadi
mubtada, menjadi mubtada alasannya karena isim ma’rifat. Tanda rofanya
menggunakan dhomah muqoddaroh. Yang seharusnya berharokat dhomah
adalah hurup ya’, namun bagi orang arab melafalkan huruf elat yang
berharokat itu di anggap berat sehingga huruf ya’ tersebut tidak dibaca.
Sehingga tanda dhomahnya tidak di tampakan di atas huruf ya’ dan oleh para
ulama ahli nahwu shorof disebut i’rab muqoddaroh atau i’rab taqdiran.

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dalam mempelajari dan memahami kalam dalam bahasa Arab, kita wajib
memahami i’rab yang merupakan bagian dari penunjang kalam itu sendiri.
Menurut Ibnu Ajurrum ra, i’rab adalah perubahan keadaan akhir-akhir suatu kata
yang terjadi karena adanya perbedaan ‘amil-‘amil yang masuk pada kata tersebut,
baik perubahan secara lafadziyyah maupun takdiriyyah. Yang dimaksud dengan
perubahan lafdziyyah adalah perubahan pada ujung atau akhir kata yang dapat
sahabat muslim sekalian ketahui dan tandai karena adanya perbedaan pada bentuk
tulisan dan bunyi, sedangkan perubahan takdiriyyah adalah perubahan pada ujung
atau akhir kata yang tidak ada perbedaan dari bentuk tulisan maupun bunyi,
namun perubahannya dapat diketahui dari I’lal (melakukan telaah asal usul).
I’rab dalam ilmu nahwu terbagi menjadi empat macam, yaitu i’rab rafa’,
i’rab nashab, i’rab jar/khafadh, dan i’rab jazem. Keempat macam i’rab tersebut
didasarkan pada empat harakat dalam bahasa Arab (dhammah, fathah, kasrah, dan
sukun), tetapi tidak semua kalimah itu mengalami perubahan pada harakatnya.
Terdapat sebagian kalimah yang harakatnya tetap, namun mengalami perubahan
pada hurufnya. Oleh karena itu, dibutuhkan istilah lain untuk empat macam
perubahan tersebut.

3.2 Kritik dan Saran


Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih terdapat banyak
kesalahan dan kekurangannya, baik secara teknis penulisan maupun materi akibat
dari kurangnya pengalaman dan pengetahuan kami. Oleh karena itu, kami akan
menerima segala saran serta kritik guna memperbaiki dan menyempurnakan
makalah ini.
Adapun saran kami kepada para pembaca untuk dapat menggali sumber
lebih dalam mengenai kalimat dan i’rab serta dapat menerapkannya secara tepat
dalam penggunaan bahasa Arab yang baik dan benar.

12
DAFTAR PUSTAKA

Tanpa Nama. (2021, 11 November). I’rab dalam Bahasa Arab. [Online Tersedia].
Diakses dari : https://haloedukasi.com/irab-dalam-bahasa-arab
Tanpa Nama. (2021, 11 November). Rumus I’rab. [Online Tersedia]. Diakses dari :
https://sahabatmuslim.id/rumus-irab/
Tanpa Nama. (2021, 11 November). I’rab dalam Ilmu Nahwu. [Online Tersedia]. Diakses
dari : https://www.maskuns.my.id/2021/05/irab-dalam-ilmu-nahwu.html
Tanpa Nama. (2021, 11 November). Tanda dan Contoh I’rab. [Online Tersedia]. Diakses
dari : https://id.scribd.com/document/361990370/I-Rab-Dab-Tanda-tanda-I-Rab-1
Tanpa Nama. (2021, 11 November). Jenis-Jenis I’rab. [Online Tersedia]. Diakses dari :
https://www.kangnahwu.com/2019/09/pembagian-irab-dan-tanda-tandanya-
lengkap.html?m=1
Tanpa Nama. (2021, 11 November). Macam-Macam I’rab. [Online Tersedia]. Diakses
dari : https://belajarbahasaarabdasar.blogspot.com/2019/06/macam-macam-irab-
isim-contohnya.html

13

Anda mungkin juga menyukai