Anda di halaman 1dari 7

AKHLAK KHULAFAURRASYIDIN

BAB II
PEMBAHASAN
AKHLAK KHULAFAURRASYIDIN

Khulafaurrasyidin adalah khalifah Rasulullah SAW, mereka berjumlah empat Orang, yaitu :
sayyidina Abu Bakar Ash-shiddiq, sayyidina Umar Bin Khattab, sayyidina Utsman Bin Affan
dan sayyidina Ali bin Abi Thalib, kesemuanya itu adalah orang-orang yang setia dengan
Rasulullah di saat susah maupun senang, mereka sangat berakhlak mulia karena akhlak
mereka meneladani akhlak nya Rasulullah SAW.

A. SAYYIDINA ABU BAKAR ASH-SHIDDIK


Abu bakar ash-Shiddiq adalah seorang pedagang yang selalu memelihara kehormatan dan
harga dirinya. la seorang yang kaya, mempunyai pengaruh yang besar, dan memiliki akhlak
mulia. Sebelum datangnya Islam, ia sudah menjadi kawan akrab Rasulullah. Usianya pun
hampir sama dengan Rasulullah. Begitu pun dengan kemuliaan, profesi, dan keturunannya.
Tidak berlebihan jika ia terpilih menjadi khalifah pertama. Sayyidina Abu Bakar mempunyai
sifat yang berjiwa pemimpin yang bijaksana, kebijaksanan beliau antara lain adalah :
1. Musyawarah
Apabila terjadi suatu perkara Khalifah Abu Bakar Ash Shiddiq mencari hukumnya dalam
kitab Allah, bila tidak memperolehnya, ia mempelajari bagaimana Rosulullah SAW bertindak
dalam perkara seperti ini. Dan bila ia tidak menemukannya, ia mengajak tokoh-tokoh yang
terbaik untuk bermusyawarah.
2. SikapTegas
Bersikap tegas dalam menghadapi orang-orang yang murtad, orang-orang yang mengaku
sebagai nabi dan orang-orang yang tidak membayar zakat.
3. Terbuka untuk kritik
Hal ini dapat terlihat sebagaimana dalam khutbah pertama setelah beliau dibaiat menjadi
khalifah Apabila aku berbuat baik, bantulah aku; tapi apabila aku berbuat buruk, maka
luruskanlah jalanku.
Sayyidina Abu bakar telah meletakkan garis-garis besar kepemimpinan yang menerangkan
tentang sifat dan akhlak pemimpin yang baik. Sifat - sifat tersebut adalah sebagai berikut.
1. Kepemimpinan kerja dan perbuatan, bukan perkataan.
2. Takwa dan amal saleh adalah pondasi kepemimpinan.
3. Menjaga kesatuan dan persatuan pasukan.
4. Menjelaskan metode kepemimpinan kepada para pengikut.
5. Menggunakan nasihat yang baik dan pengarahan yang benar kepada para personel
pasukan.
6. Memperbaiki diri sendiri sebelum orang lain.
7. Selalu melaksanakan shalat tepat pada waktunya.
8. Menghormati utusan musuh dan tidak melakukan hal buruk kepada mereka.
9. Menjaga rahasia dan menyembunyjkan strategi gerakan tentara.
10. Menerima tamu (utusan musuh) di tempat yang melambangkan kekuatan yang dapat
menggentarkan musuh agar dia kembali ke negerinya dengan membawa berita tentang
kekuatan lawan yang dia saksikan.
11. Menguasai urusan negosiasi terhadap negosiator musuh.
12. Mempunyai kesadaran yang tinggi untuk menjaga keselamatan tentara.
13. Mengedepankan musyawarah dalam mendiskusikan sebagian strategi kemiliteran.
14. Inspeksi rutin terhadap pos-pos penjagaan.
15. Bersikap adil dalam membagi tugas dan kerja kepada para prajurit.
16. Menjatuhkan sanksi kepada tentara yang membangkang atau melanggar aturan.
17. Mempunyai sikap hati-hati, sabar, dan tidak terburu - buru dalam mengambil keputusan.

18. Memperhatikan kebutuhan prajurit dan memahami permasalahan yang mereka hadapi.
19. Tidak memata - matai prajuritnya.
20. Menjaga standar agama dan akhlak yang dituntut pada prajurit.
21. Tidak menyinggung tokoh agama lain dan menjaga hak orang lain.
22. Tidak berkhianat dan membatalkan perjanjian secara sepihak.
23. Tidak membunuh anak-anak, orang tua, dan wanita.
24. Juga tidak menyayat-nyayat atau memperlakukan mayat secara tidak manusiawi.
25. Tidak menghalalkan harta dan kehormatan orang lain tanpa hak.
26. Tidak merusak tumbuh-tumbuhan dan pepohonan atau menghancurkan rumah.
27. Adil kepada semua tanpa pandang bulu, bersikap kasih sayang, dan tidak berlebihan
dalam aksi militer.
28. Memberikan hak-hak semua personel tanpa mengurangi sedikitpun.
29. Memberikan perhatian dan simpati kepada semua personel tentara, dan mendengarkan
(keluhan) mereka.
Itulah garis kepemimpinan yang tidak hanya sekadar slogan, namun terwujud dalam dirinya.
Seorang yang rendah hati, lemah lembut, dan orang muslim pertama yang membebaskan
budak. Tidak tanggung-tanggung, ia berani menyerahkan seluruh hartanya kepada Rasulullah
dan berkata, "Saya mewariskan Allah dan rasul-Nya untuk keluarga saya."

B. SAYYIDINA UMAR BIN KHATTAB


Sebelum menjadi khalifah, Umar ibnul - Khaththab menghidupi keluarganya dari usaha
dagang. Namun ketika diangkat menjadi khalifahl ia sibuk dengan urusan negara dan
pemerintahan. Dan atas usul dari para sahabat Rasulullah yang lain, ia pun hidup dari
tunjangan Baitul Maal. Setelah beberapa lama, para sahabat Rasul yang lain hendak
menambahkan besar uang tunjangan tersebut.
Usul para sahabat itu disampaikan kepada Umar melalui Hafshah, anak Umar. Namun, Umar
menolak usul tersebut dan berkata, "Pergilah, dan katakan kepada mereka bahwa Rasulullah
mencontohkan pola hidup sederhana dan merasa cukup dengan apa yang ada demi
mendapatkan akhirat. Dan, aku akan megikuti jejak langkahnya hingga kelak aku bertemu
dengannya."
Hasil dari kepemimpinannya yang piawai, yang terkenang hingga kini adalah:
1. Perluasan wilayah Islam.
2. Pembuatan kalender Islam.
3. Membentuk Majelis Syuro untuk pertama kalinya.
Umar ibnul-Khaththab merupakan salah satu sosok pemimpin yang tegas, jujur dan adil
dalam Islam. Ia adalah khalifah kedua dalam Islam setelah Abu Bakar ash-Shiddiq. Untuk
menertibkan para pejabat bawahannya, Umar ibnul-Khaththab menulis Risalatul Qada atau
Dustur Umar" yang berisi nasehat dan aturan praktis untuk menerapkan keadilan dan
kejujuran dalam pemerintahan.
Sebelumnya, di masa Khalifah Abu Bakar ash-Shiddiq, Umar menjabat sebagai hakim. la
menjalankan amanah tersebut dengan begitu cerdas, adil, dan tegas, sehingga ia pemah
mengajukan pengunduran diri dari jabatan tersebut kepada Abu Bakar, karena tak ada lagi
perkara kejahatan yang bisa diurusnya.
sayyidina Umar Dekat dan memerhatikan dengan seksama kondisi kehidupan umat. Menjadi
kebiasaannya keluar di malam hari hanya untuk mengetahui persis keadaan umat. Khalifah
Umar sering berkeliling tanpa diketahui orang untuk mengetahui kehidupan rakyat terutama
mereka yang hidup sengsara. Dengan pundaknya sendiri ia memikul gandum yang hendak
diberikan sebagai bantuan kepada seorang janda yang sedang ditangisi oleh anak-anaknya
yang kelaparan. Ketika mengetahui keadaan si ibu dan anak yang sudah kelaparan, Khalifah
Umar merasa bahwa kelaparan yang dialami oleh keluarga miskin tersebut adalah disebabkan
karena kelalaiannya dan ketidakmampuannya memberikan keadilan terhadap semua lapisan
masyarakat, oleh karena itu, langkah pertama yang beliau lakukan adalah menyelesaikan
masalah yang dialami oleh sang ibu dengan memberikan makanan kepadanya.
Kualitas kepemimpinan Umar bin Khatthab adalah cermin dari kualitas pemimpin umat yang
bijak, arif, dan adil. Beliau ikut merasakan penderitaan rakyatnya.
Beliau Memiliki jiwa yang besar dalam menerima kritikan dari rakyat yang dipimpinnya.
Keikhlasan menerima kritikan adalah sebuah sikap yang sangat sulit untuk diwujudkan
terlepas dari posisi sosialnya. Pernah pada suatu peristiwa Salman al Farisi membuat
perhitungan dengan Khalifah Umar bin Khattab di hadapan orang banyak, yaitu ketika ia
melihat Umar mengenakan baju yang bahannya terdiri atas dua kali lipat yang menjadi
bagian satu orang rakyat biasa dari bahan yang sama. Maka, Umar meminta kepada putranya,
Abdullah agar menjelaskan hal itu. Abdullah langsung bersaksi bahwa ia telah memberikan
bagiannya itu kepada ayahandanya.
Sayyidina Umar bin Khaththab membagi tipe pemimpin menjadi empat macam.

1. Pemimpin yang berwibawa.


Yaitu pemimpin yang tegas bertindak terhadap segala bentuk kejahatan, tak peduli siapapun
yang melakukannya. Tak peduli apakah pelaku itu diri sendiri, keluarga, atau orang-orang
dekatnya sekali pun. Jika mereka salah, pemimpin yang berwibawa akan menghukumnya,
sehingga rakyat yang dipimpinnya menjadi sejahtera lahir dan batin.

2. Pemimpin yang tidak tegas terhadap dirinya sendiri.


Pemimpin seperti ini tidak berani bersikap tegas terhadap bawahannya. la juga lemah dan
tidak berwibawa di mata rakyatnya. Pemimpin seperti ini selalu di buntuti oleh bahaya, dan
jika tidak diperbaiki maka kehancuran akan datang kepadanya.
3. Pemimpin egois.
lni tipe pemimpin yang hanya mementingkan diri sendiri, tanpa peduli terhadap bawahan dan
rakyatnya. la hanya mengeruk keuntungan untuk dirinya sendiri. Pemimpin seperti ini dibenci
oleh bawahan dan rakyatnya. Dan kudeta selalu menunggu untuk merebut kekuasaan darinya.

4. Pemimpin diktator yang bersama rezimnya menghancurkan keadilan dan merampas hak
rakyat. Pemimpin seperti ini memanipulasi semua peraturan untuk melanggengkan kejahatan
yang ia lakukan. Ia diikuti para bawahannya, tetapi dibenci rakyatnya.Memang terkadang
dengan kelicikannya ia mampu berkuasa sangat lama. Namun kehancuran norma yang
dibuatnya sangat besar sekali. Dan jika kehancuran telah datang, seluruh rakyat turut
merasakannya dan sulit untuk bangkit kembali.
Tips-tips kepemimpinan yang dilaksanakan oleh Umar ibnul - Khaththab diantaranya adalah
sebagai berikut.
Menerapkan seluruh isi AI-Quran.
Menjalankan petunjuk Rasulullah saw.
Tegas terhadap siapa saja.
Bertindak adil tanpa pandang bulu.
Jujur dalmn setiap tindakan.
Hidup dengan kesederhanaan.
Mencintai rakyatnya.
Selalu peduli terhadap kondisi rakyatnya.
Secara rutin melakukan pengontrolan terhadap kehidupan rakyatnya.
Menunaikan semua hak bawahan dan rakyatnya.
Memerintah dengan sikap keteladanan, bukan sekedar kata perintah.
dan lain-lain.

C. SAYYIDINA UTSMAN BIN AFFAN


Khalifah Islam yang ketiga ini memiliki nama panjang Ustman bin Affan al-Umawi al-
Quraisyi. Ia biasa dipanggil dengan nama Abu Abdillah atau Abu Amr. Usianya lebih muda 5
tahun daripada Rasulullah saw.. Ia adalah saudagar kain yang kaya raya dan juga memiliki
ternak yang paling banyak diantara orang-orang Arab lainnya. Ia diangkat rnenjadi khalifah
oleh Majelis Syuro ketika itu. Bakat kepemimpinannya telah terlatih karena ia berpengalaman
memimpin usaha dagang dan ternaknya.
Diantara sifat-sifat kepemimpinan yang dimilikinya yaitu:
1. Menjalankan Al-Qur an dan As-Sunnah.
2. Teguh pendirian.
3. Dermawan.
4. Lemah lembut dan sopan santun, bahkan terhadap lawannya.
5. Bertanggung jawab.
6. Bersikap Adil.
7. Berani mengambil keputusan.
8. Pandai memilih bawahannya yang kompeten.
9. Aspiratif terhadap pendapat rakyatnya.
10. dan lain-lain.

Prestasi yang diraihnya sebagai hasil dari kepemimpinannya yang handal seperti :
Menaklukan Syria dan mengangkat Muawiyah sebagai gubernur di sana.
Menaklukan Afrika Utara dan mengangkat Amr ibnul-`Ash menjadi gubernur di wilayah
tersebut.
Menaklukan daerah Arjan dan Persia.
Menaklukan Khurasan dan Nashabur di Iran.
Membukukan Al-Qur`an ke dalam bentuk baku yang seragam sehingga tidak ada
perselisihan lagi. Mushaf yang dibakukan ini dikenal dengan Mushaf Usmani dan dipakai
hingga sekarang.
Setiap hari Jumat beliau memerdekakan seorang budak (bila ada).

Contoh sifat kedermawan yang dilakukan Usman untuk perjuangan Islam adalah sebagai
berikut :
1. Usman bin Affan membeli sumur yang jernih airnya dari seorang Yahudi seharga 200.000
dirham, dan kemudian mewakafkannya untuk kepentingan umum.
2. Memperluas Masjid Madinah dan membeli tanah disekitarnya.
3. Mendermakan 1000 ekor unta dan 70 ekor kuda, ditambah 1000 dirham sumbangan
pribadi untuk perang Tabuk.
4. Thalhah bin Ubaidillah berutang kepada Usman bin Affan untuk memenuhi kebutuhan
orang lain. Ketika hendak membayar utangnya, Usman bin Affan menolaknya dan
menyedekahkan utang tersebut kepada Thalhah.
Usman bin Affan merupakan pemimpin yang baik bagi rakyatnya. Namun orang-orang
munafik, Yahudi dan musuh - musuh Islam lainnya tidak senang terhadap pemerintahannya.
Beliau wafat karena dibunuh di rumahnya, ketika sedang membaca Al-Quran.
D. Ali bin Abi Thalib
Khalifah Ali bin Abi Thalib terkenal berani dan tegas dalam menjalankan tugas-tugas
kepemimpinannya menegakkan keadilan, menjalankan undang-undang Allah SWT, dan
menindak segala macam kezaliman dan kejahatan. Sehingga sesudah ia dibaiah menjadi
khalifah, dikeluarkannya dua ketetapan:
a. Memecat kepala-kepala daerah yang diangkat Khalifah Utsman dan mengangkat pengganti
pilihannya sendiri
b. Mengambil kembali tanah-tanah yang dibagi-bagikan khalifah Utsman kepada famili-
famili dan kaum kerabatnya tanpa jalan yang sah. Demikian juga hibah atau pemberian
Utsman kepada siapapun yang tiada beralasan diambil Ali kembali.
Khalifah Ali bin Abi Thalib juga seorang yang memiliki kecakapan dalam ilmu pengetahuan,
bidang militer dan strategi perang.
Meneladani artinya mengambil atau mencontoh perbuatan, kelakuan, dan sifat yang baik
yang terdapat pada diri seseorang. Gaya kepemimpinan artinya cara memimpin. Meneladani
gaya kepemimpinan Khulafaurrasyidin artinya mangambil atau mencontoh cara-cara
memimpin yang baik yang pernah dilakukan Khulafaurrasyidin dalam memimpin
rakyatnya.Setiap gerak gerik dan tingkah laku Khulafaurrasyidin sudah seharusnya menjadi
tauladan bagi kita umat Islam. Dan akan sangat menarik apabila kualitas karakter
kepemimpinan Khulafaurrasyidin ini bisa kita transfer kepada pemimpin kita yang barada di
bumi Indonesia ini. Gaya kepemimpinan Khulafaurrasyidin yang tegas namun penuh dengan
kasih sayang, rasa tanggungjawab yang besar, terbuka untuk kritik adalah mutiara yang patut
kita ambil hikmah.
Karakter kepemimpinan Ali bin Abi Thalib, seperti yang diungkapkan Dhirar bin Dhamrah
kepada Muawiyyah bin Abu Sufyan adalah sebagai berikut :
1. Berpandangan jauh ke depan (visioner).
2. Sangat kuat (fisik).
3. Berbicara dengan sangat ringkas dan tepat.
4. Menghukum dengan adil.
5. Ilmu pengetahuan menyemburat dari seluruh sisinya (perbuatan dan perkataannya).
6. Berbicara dengan penuh hikmah (bijaksana) dari segala segi.
7. Menyepi dari dunia dan segala perhiasannya.
8. Berteman dengan ibadah pada malam dan kegelapan.
9. Banyak menangis karena takut kepada Allah.
10. Banyak bertafakur setelah berusaha.
11. Selalu menghitung-hitung kesalahan dirinya (muhasabah).
12. Menyukai pakaian kasar, makanan orang fakir.
13. Selalu mengawali ucapan salam apabila bertemu.
14. Memenuhi panggilan apabila dipanggil.
15. Bawahannya tidak takut berbicara, dan mendahulukan orang lain dalam berpendapat.
16. Jika tersenyum, giginya terlihat seperti mutiara dan tersusun rapi.
17. Menghormati ahli agama dan mencintai kaum fakir miskin.
18. Di hadapannya orang-orang yang kuat tidak akan berani berbuat batil.
19. Di hadapannya, orang-orang yang lemah tidak akan berputus asa dari keadilannya.
20. Di tempat ibadah dia menangis seperti orang yang sedang bersedih.
Nasihat berikut ini diberikan Ali saat menasihati putranya, setelah ditikam Abdurahman bin
Muljam.
Kekayaan yang paling berharga adalah akal.
Kefakiran yang paling besar adalah kebodohan.
Sesuatu yang paling keji adalah sifat ujub.
Kemulian yang paling tinggi adalah akhlak yang mulia.
Jangan bersahabat dengan orang bodoh, karena dia akan memanfaatkan dirimu demi
bahayamu.
Jangan engkau bersahabat dengan pendusta, karena ia akan mendekatkan yang jauh dan
menjauhkan yang dekat kepadamu.
Janganlah engkau bersahabat yang batil.
Kepemimpinannya telah teruji. Ia berani menghadapi kaum musyrikin dalam perang
Khandak yang berjumlah 24.000 prajurit. Pasukan berkuda yang dipimpin oleh Amru Bin
Wudd hendak menikamnya. Namun, Ali berhasil membunuhnya. Tidak heran jika akhirnya ia
mendapat sebutan sebagai orang yang tidak dapat dikalahkan oleh lawan. Belum lagi
segudang kehebatan dan keberanian yang lainnya.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa khulafaurrasyidin adalah khalifah Rasulullah
yang sangat mulia akhlak nya, karena akhlak mereka sebagaimana akhlak rasulullah yang
patut untuk diteladani bagi umat islam pada umum nya. Mereka adalah pemimpin yang
sangat bijaksana dalam memimpin rakyat nya.
Hal selanjutnya yang perlu sama-sama kita perhatikan adalah, bersediakah kita termasuk para
pemimpin kita sekarang ini, baik yang berlevel gubernur, wali kota, bupati dan pemimpin di
bidang lainnya rela menerima kritikan dari bawahannya? Mampukah para pemimpin kita
tersebut mengambil pelajaran dari kritikan yang mereka terima? Kritikan itu ibarat pil pahit,
yang memang rasanya terasa amat pahit, namun bisa menyembuhkan, kritikan juga bisa kita
misalkan sebuah rem di kendaraan, dimana rem tersebut akan mampu menyelamatkan sopir
dari kecelakaan. Oleh karena itu hendaklah pemimpin kita di Indonesia ini ikhlas menerima
kritikan dalam bentuk apapun sehingga kritikan tersebut bisa menjadi koreksi dan acuan bagi
pemimpin dan akhirnya mampu meningkatkan kinerjanya.
DAFTAR PUSTAKA

Al Maududi, Abul Ala. Khilafah dan Kerajaan. Bandung: Mizan. 1993.


Asad, Mahrus. Ayo Mengenal Sejarah Kebudayaan Islam. Bandung: Penerbit Erlangga.
2009.
Ismail, Faisal. Sejarah dan Kebudayaan Islam. Yogyakarta: CV Bina Usaha. 1983.
Syalabi, A. Sejarah dan Kebudayaan Islam 1. Jakarta: PT Pustaka Al Husna Baru. 2003.
http://www.promagmulia.com/artikel/detail/6/kepemimpinan-khulafaur-rasyidin
http://members.fortunecity.com/imansw/Khulafaurrasyidin.htm

Anda mungkin juga menyukai