BAB II
PEMBAHASAN
AKHLAK KHULAFAURRASYIDIN
Khulafaurrasyidin adalah khalifah Rasulullah SAW, mereka berjumlah empat Orang, yaitu :
sayyidina Abu Bakar Ash-shiddiq, sayyidina Umar Bin Khattab, sayyidina Utsman Bin Affan
dan sayyidina Ali bin Abi Thalib, kesemuanya itu adalah orang-orang yang setia dengan
Rasulullah di saat susah maupun senang, mereka sangat berakhlak mulia karena akhlak
mereka meneladani akhlak nya Rasulullah SAW.
18. Memperhatikan kebutuhan prajurit dan memahami permasalahan yang mereka hadapi.
19. Tidak memata - matai prajuritnya.
20. Menjaga standar agama dan akhlak yang dituntut pada prajurit.
21. Tidak menyinggung tokoh agama lain dan menjaga hak orang lain.
22. Tidak berkhianat dan membatalkan perjanjian secara sepihak.
23. Tidak membunuh anak-anak, orang tua, dan wanita.
24. Juga tidak menyayat-nyayat atau memperlakukan mayat secara tidak manusiawi.
25. Tidak menghalalkan harta dan kehormatan orang lain tanpa hak.
26. Tidak merusak tumbuh-tumbuhan dan pepohonan atau menghancurkan rumah.
27. Adil kepada semua tanpa pandang bulu, bersikap kasih sayang, dan tidak berlebihan
dalam aksi militer.
28. Memberikan hak-hak semua personel tanpa mengurangi sedikitpun.
29. Memberikan perhatian dan simpati kepada semua personel tentara, dan mendengarkan
(keluhan) mereka.
Itulah garis kepemimpinan yang tidak hanya sekadar slogan, namun terwujud dalam dirinya.
Seorang yang rendah hati, lemah lembut, dan orang muslim pertama yang membebaskan
budak. Tidak tanggung-tanggung, ia berani menyerahkan seluruh hartanya kepada Rasulullah
dan berkata, "Saya mewariskan Allah dan rasul-Nya untuk keluarga saya."
4. Pemimpin diktator yang bersama rezimnya menghancurkan keadilan dan merampas hak
rakyat. Pemimpin seperti ini memanipulasi semua peraturan untuk melanggengkan kejahatan
yang ia lakukan. Ia diikuti para bawahannya, tetapi dibenci rakyatnya.Memang terkadang
dengan kelicikannya ia mampu berkuasa sangat lama. Namun kehancuran norma yang
dibuatnya sangat besar sekali. Dan jika kehancuran telah datang, seluruh rakyat turut
merasakannya dan sulit untuk bangkit kembali.
Tips-tips kepemimpinan yang dilaksanakan oleh Umar ibnul - Khaththab diantaranya adalah
sebagai berikut.
Menerapkan seluruh isi AI-Quran.
Menjalankan petunjuk Rasulullah saw.
Tegas terhadap siapa saja.
Bertindak adil tanpa pandang bulu.
Jujur dalmn setiap tindakan.
Hidup dengan kesederhanaan.
Mencintai rakyatnya.
Selalu peduli terhadap kondisi rakyatnya.
Secara rutin melakukan pengontrolan terhadap kehidupan rakyatnya.
Menunaikan semua hak bawahan dan rakyatnya.
Memerintah dengan sikap keteladanan, bukan sekedar kata perintah.
dan lain-lain.
Prestasi yang diraihnya sebagai hasil dari kepemimpinannya yang handal seperti :
Menaklukan Syria dan mengangkat Muawiyah sebagai gubernur di sana.
Menaklukan Afrika Utara dan mengangkat Amr ibnul-`Ash menjadi gubernur di wilayah
tersebut.
Menaklukan daerah Arjan dan Persia.
Menaklukan Khurasan dan Nashabur di Iran.
Membukukan Al-Qur`an ke dalam bentuk baku yang seragam sehingga tidak ada
perselisihan lagi. Mushaf yang dibakukan ini dikenal dengan Mushaf Usmani dan dipakai
hingga sekarang.
Setiap hari Jumat beliau memerdekakan seorang budak (bila ada).
Contoh sifat kedermawan yang dilakukan Usman untuk perjuangan Islam adalah sebagai
berikut :
1. Usman bin Affan membeli sumur yang jernih airnya dari seorang Yahudi seharga 200.000
dirham, dan kemudian mewakafkannya untuk kepentingan umum.
2. Memperluas Masjid Madinah dan membeli tanah disekitarnya.
3. Mendermakan 1000 ekor unta dan 70 ekor kuda, ditambah 1000 dirham sumbangan
pribadi untuk perang Tabuk.
4. Thalhah bin Ubaidillah berutang kepada Usman bin Affan untuk memenuhi kebutuhan
orang lain. Ketika hendak membayar utangnya, Usman bin Affan menolaknya dan
menyedekahkan utang tersebut kepada Thalhah.
Usman bin Affan merupakan pemimpin yang baik bagi rakyatnya. Namun orang-orang
munafik, Yahudi dan musuh - musuh Islam lainnya tidak senang terhadap pemerintahannya.
Beliau wafat karena dibunuh di rumahnya, ketika sedang membaca Al-Quran.
D. Ali bin Abi Thalib
Khalifah Ali bin Abi Thalib terkenal berani dan tegas dalam menjalankan tugas-tugas
kepemimpinannya menegakkan keadilan, menjalankan undang-undang Allah SWT, dan
menindak segala macam kezaliman dan kejahatan. Sehingga sesudah ia dibaiah menjadi
khalifah, dikeluarkannya dua ketetapan:
a. Memecat kepala-kepala daerah yang diangkat Khalifah Utsman dan mengangkat pengganti
pilihannya sendiri
b. Mengambil kembali tanah-tanah yang dibagi-bagikan khalifah Utsman kepada famili-
famili dan kaum kerabatnya tanpa jalan yang sah. Demikian juga hibah atau pemberian
Utsman kepada siapapun yang tiada beralasan diambil Ali kembali.
Khalifah Ali bin Abi Thalib juga seorang yang memiliki kecakapan dalam ilmu pengetahuan,
bidang militer dan strategi perang.
Meneladani artinya mengambil atau mencontoh perbuatan, kelakuan, dan sifat yang baik
yang terdapat pada diri seseorang. Gaya kepemimpinan artinya cara memimpin. Meneladani
gaya kepemimpinan Khulafaurrasyidin artinya mangambil atau mencontoh cara-cara
memimpin yang baik yang pernah dilakukan Khulafaurrasyidin dalam memimpin
rakyatnya.Setiap gerak gerik dan tingkah laku Khulafaurrasyidin sudah seharusnya menjadi
tauladan bagi kita umat Islam. Dan akan sangat menarik apabila kualitas karakter
kepemimpinan Khulafaurrasyidin ini bisa kita transfer kepada pemimpin kita yang barada di
bumi Indonesia ini. Gaya kepemimpinan Khulafaurrasyidin yang tegas namun penuh dengan
kasih sayang, rasa tanggungjawab yang besar, terbuka untuk kritik adalah mutiara yang patut
kita ambil hikmah.
Karakter kepemimpinan Ali bin Abi Thalib, seperti yang diungkapkan Dhirar bin Dhamrah
kepada Muawiyyah bin Abu Sufyan adalah sebagai berikut :
1. Berpandangan jauh ke depan (visioner).
2. Sangat kuat (fisik).
3. Berbicara dengan sangat ringkas dan tepat.
4. Menghukum dengan adil.
5. Ilmu pengetahuan menyemburat dari seluruh sisinya (perbuatan dan perkataannya).
6. Berbicara dengan penuh hikmah (bijaksana) dari segala segi.
7. Menyepi dari dunia dan segala perhiasannya.
8. Berteman dengan ibadah pada malam dan kegelapan.
9. Banyak menangis karena takut kepada Allah.
10. Banyak bertafakur setelah berusaha.
11. Selalu menghitung-hitung kesalahan dirinya (muhasabah).
12. Menyukai pakaian kasar, makanan orang fakir.
13. Selalu mengawali ucapan salam apabila bertemu.
14. Memenuhi panggilan apabila dipanggil.
15. Bawahannya tidak takut berbicara, dan mendahulukan orang lain dalam berpendapat.
16. Jika tersenyum, giginya terlihat seperti mutiara dan tersusun rapi.
17. Menghormati ahli agama dan mencintai kaum fakir miskin.
18. Di hadapannya orang-orang yang kuat tidak akan berani berbuat batil.
19. Di hadapannya, orang-orang yang lemah tidak akan berputus asa dari keadilannya.
20. Di tempat ibadah dia menangis seperti orang yang sedang bersedih.
Nasihat berikut ini diberikan Ali saat menasihati putranya, setelah ditikam Abdurahman bin
Muljam.
Kekayaan yang paling berharga adalah akal.
Kefakiran yang paling besar adalah kebodohan.
Sesuatu yang paling keji adalah sifat ujub.
Kemulian yang paling tinggi adalah akhlak yang mulia.
Jangan bersahabat dengan orang bodoh, karena dia akan memanfaatkan dirimu demi
bahayamu.
Jangan engkau bersahabat dengan pendusta, karena ia akan mendekatkan yang jauh dan
menjauhkan yang dekat kepadamu.
Janganlah engkau bersahabat yang batil.
Kepemimpinannya telah teruji. Ia berani menghadapi kaum musyrikin dalam perang
Khandak yang berjumlah 24.000 prajurit. Pasukan berkuda yang dipimpin oleh Amru Bin
Wudd hendak menikamnya. Namun, Ali berhasil membunuhnya. Tidak heran jika akhirnya ia
mendapat sebutan sebagai orang yang tidak dapat dikalahkan oleh lawan. Belum lagi
segudang kehebatan dan keberanian yang lainnya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa khulafaurrasyidin adalah khalifah Rasulullah
yang sangat mulia akhlak nya, karena akhlak mereka sebagaimana akhlak rasulullah yang
patut untuk diteladani bagi umat islam pada umum nya. Mereka adalah pemimpin yang
sangat bijaksana dalam memimpin rakyat nya.
Hal selanjutnya yang perlu sama-sama kita perhatikan adalah, bersediakah kita termasuk para
pemimpin kita sekarang ini, baik yang berlevel gubernur, wali kota, bupati dan pemimpin di
bidang lainnya rela menerima kritikan dari bawahannya? Mampukah para pemimpin kita
tersebut mengambil pelajaran dari kritikan yang mereka terima? Kritikan itu ibarat pil pahit,
yang memang rasanya terasa amat pahit, namun bisa menyembuhkan, kritikan juga bisa kita
misalkan sebuah rem di kendaraan, dimana rem tersebut akan mampu menyelamatkan sopir
dari kecelakaan. Oleh karena itu hendaklah pemimpin kita di Indonesia ini ikhlas menerima
kritikan dalam bentuk apapun sehingga kritikan tersebut bisa menjadi koreksi dan acuan bagi
pemimpin dan akhirnya mampu meningkatkan kinerjanya.
DAFTAR PUSTAKA