Anda di halaman 1dari 3

SEBAB KEMUNDURAN ISLAM DALAM PENGUASAAN SAINS DAN TEKNOLOGI

Sebab yang mendorong kemunduran umat Islam di bidang sains adalah adanya perebutan kekuasaan di istana penguasa. Dengan pudarnya penguasaan umat Islam atas sains dan teknologi, dibandingkan dengan menanjaknya kemampuan sains di Barat, lenyap pula kemampuan umat Islam untuk bertahan, sehingga kecenderungan menurunnya peran umat Islam di dunia tidak dapat dibendung. Sebaliknya bangsa Eropa, setelah belajar dari umat Islam, lima abad kemudian berhasil melanjutkan pengembangan sains di masyarakat Barat. walaupun pada awalnya gereja melarang penyebaran sains dengan cara menyiksa para ilmuwan dalam bentuk inkuisisi, namun pada akhirnya gereja kehilangan kekuasannya, dan sekularisasi melanda dunia Barat. Agama dipisahkan dari politik, ekonomi dan sains. Selanjutnya dapat dilihat pertumbuhan sains dan teknologi yang pesat di Barat, disusul dengan penjajahan atas umat Islam. Bagaimana dengan Indonesia? Apakah para intelektual dan saintis Indonesia tidak melakukan penelitian, apakah intelektual dan saintis Indonesia kurang kompetitif dan kurang berkualitas? Seharusnya data di atas memberi motivasi dan cambuk bagi umat Islam Indonesia untuk memperbaiki diri dan membuktikan bahwa bangsa ini juga mampu bersaing dengan Negara-negara lain di dunia. Apalagi umat Islam di Indonesia diakui sebagai pemeluk Islam yang moderat, sehingga sangat memungkinkan untuk mengembangkan pemikiran yang lebih bebas dan kreatif, peluang pemikiran yang bebas membuka kebuntuan pola pikir dalam mengembangkan ayat-ayat qauliyah dan qauniyah, hal ini perlu dilakukan agar umat Islam bangkit dari kelemahan intelektual, tidak saatnya lagi bernostalgia dengan keberhasilan dan keunggulan intelektual Islam masa lalu, tetapi yang lebih penting adalah bangkit dan berusaha menghidupkan kembali budaya meneliti yang pernah ditorehkan oleh saintis dan ilmuwan Islam masa lalu.. Tidak dapat dipungkiri bahwa ketertinggalan umat Islam dalam sains dan teknologi juga di akibatkan rendahnya penguasaan bahasa terutama bahasa Inggris, sebab sebagian besar literatur pengetahuan hampir delapan puluh persen berbahasa Inggris, kelemahan penguasaan bahasa menjadi penghambat kemajuan sains Islam, kenyataan ini tidak terbantahkan karena hampir di semua Negara Islam termasuk Indonesia bahasa Inggris masih belum banyak di kuasai, bahkan belum banyak dijadikan bahasa pengantar dalam dunia pendidikan, untuk itu agar umat Islam bangkit dalam bidang sains tentunya perlu menguasai bahasa Inggris dan kalau perlu bahasa Inggris menjadi bahasa pengantar dalam dunia pendidikan kita. Kemiskinan menjadi factor penghambat kemajuan sains dan teknologi, kemiskinan yang mendera mengakibatkan umat Islam Indonesia bergelut dalam kubangan kemiskinan, para intelektual Islam masih berkutat dalam pemecahan kemiskinan, tidak dipungkiri kemiskinan masih menjadi problem yang mendasar bangsa ini, menurut data dari Tim Indonesia Bangkit pada bulan Februari 2005 orang miskin di Indonesia 16 persen, kemudian pada Juli 2005 menjadi 18,7 persen, dan pada Maret menjadi 22 persen. Jangankan memikirkan masalah penelitian sains dan teknologi untuk memikirkan isi perut saja susah, maka untuk kembali bangkit dari keterpurukan sains dan teknologi tentunya juga perlu membenahi terlebih dahulu masalah kemiskinan, sebab kemiskinan akan membawa seseorang kepada kemiskinan yang lebih komplek. Keadaan di atas, berakibat kepada pengabaian ilmuwan Indonesia, pengabaian ini diakibatkan belum adanya tempat bagi para ilmuwan untuk mengembangkan kariernya sesuai dengan keilmuwan yang dimilikinya, sehingga pada akhirnya ilmu yang didapatkan dari luar

negeri menjadi tidak tersalurkan dengan baik, bahkan terkadang mereka lebih suka bekerja sebagai birokrat di lembaga pemerintahan, menurut mereka bekerja di birokrasi lebih menjanjikan daripada harus melakukan penelitian. Budaya baca yang rendah juga menjadi factor kemunduran sains dan teknologi umat Islam, padahal ayat pertama yang di turunkan oleh Allah adalah perintah untuk membaca,Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah .Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.(Qs. Al-Alaq: 1-5). Dari ayat dapat dipahami bahwa untuk bangkit dari kebodohan dan keterpurukan di bidang keilmuan adakah dengan banyak membaca, membaca apa saja yang dapat dibaca, selain membaca kita juga disuruh oleh Allah untuk menuliskannya, artinya adalah mempublikasikan, ironisnya budaya baca yang diperintahkan oleh Allah banyak diabaikan, sehingga tidak heran kalau umat Islam lebih banyak menjadi umat penonton, umat yang hanya pandai berkomentar, tetapi tidak banyak mempunyai tradisi membaca, waktu lebih banyak untuk mernonton daripada untuk membaca, budaya baca yang sangat rendah berakibat kurangnya budaya riset, dan inilah cikal bakal kemunduran sains Islam, budaya baca yang rendah berakibat kepada kurangnya minat berfikir rumit, yang terjadi adalah sebaliknya, umat Islam lebih suka berfikir ringan, tidak suka bersulit-sulit, dalam menonton pun bangsa Indonesia lebih suka yang bersifat hiburan, tetapi masih sedikit yang menonton tayangan bersifat keilmuan dan teknologi. Kebiasaan menonton menjadikan umat Islam Indonesia menjadi umat konsumen,umat yang terima bersih, terima beres tidak ingin susah kalau ada yang mudah, keadaan ini menjadikan umat Islam enggan untuk menemukan atau mengadakan penelitian sendiri, apalagi berfikir menjadi produsen, untuk itu perlu kesadaran umat Islam untuk membangkitkan budaya baca, sehingga lahir berbagai pemikiran, pikiran dan wawasan terbuka luas seluas alam ini. Berawal dari membacalah akan terbuka gerbang ilmu, pendidikan tanpa budaya membaca akan sia-sia, membaca tanpa penelitian akan kesulitan, sedangkan penelitian tanpa publikasi akan mati. Allahu Alam.

KESIMPULAN
Umat Islam harus segera menyiapkan pendidikan untuk menghasilkan sumber daya manusia yang memadai. Hal ini berarti bahwa pendidikan sains dan teknologi harus digalakkan, dan dipacu dengan kemampuan berpikir kritis analitis serta penggunaan penalaran yang rasional (tidak sekuler). Memagari sains dengan membuat sains sebagai himpunan informasi yang rapat, namun terbuka secara matematis, dengan konsep keTuhanan berada di perbatasannya. Dengan demikian maka akidah Islamiyah tetap berada di luar himpunan, namun dapat dihampiri sebagai limit sedekat-dekatnya karena membawa ajaran-ajaran yang terkandung di dalam Al Qur'an Sudah saatnya umat Islam kembali mengkaji ayat-qauliyah dan qauniyah, agar kejayaan masa lalu dapat diraih kembali, tetapi ada factor-faktor lain yang perlu segera dibenahi, di antaranya adalah memberi perhatian besar terhadap dunia pendidikan, karena dengan pendidikan umat Islam akan bangkit dari kebodohan dan keterpurukan. Perhatian terhadap pendidikan hendaknya mencakup kurikulum sarana dan parasarana, serta sumber daya manusianya. Dengan harapan nantinya dunia pendidikan mampu memberi pengajaran yang menyeluruh, baik pengkajian yang bersifat qauliyah maupun bersifat qauniyah, intinya ada keseimbangan antara pendidikan yang bersifat keislaman dengan pendidikan yang bersifat sains dan teknologi.

Anda mungkin juga menyukai