Anda di halaman 1dari 10

METODE PENETAPAN HUKUM

DEWAN HISBAH PERSIS


Imron Rosyadi
Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta,
Jl. Ahmad Yani, Tromol Pos I, Pabelan Kartasura, Surakarta 57102
Telp. (0271) 717417, 719483 (Hunting) Faks. (0271) 715448

ABSTRAK

Kebangkitan Umat Islam muncul setelah mereka menyadari


bahwa peradaban telah beralih ke dunia barat. Gerakan Islam
mengemukan hampir di dunia Islam pada abad ke 20 dengan nama
gerakan pembaharuan pemikiran Islam. Menjamurnya gerakan
pembaharuan pemikiran Islam seperti yang berkembang di dunia Islam
di atas juga berkembang di Indonesia yang muncul pada awal abad
ke-20, yang salah satunya adalah Persatuan Islam (PERSIS).
Organisasi ini didirikan bermula dari pertemuan-pertemuan informal
tokoh-tokoh yang merasa prihatin atas kondisi umat Islam waktu itu,
baik pada dataran ide maupun praktik. Makalah ini mencoba
mengkritisi penetapan hukum Dewan Hisbah PERSIS, menurut penulis
bahwa pemahaman gerakan pramodernis lebih nampak literal dengan
melihat kebenaran itu disimpulkan berdasarkan makna lafad atau kata
yang ada di dalam al-Quran maupun al-Hadis. Dengan kata lain, dilihat
dari cara ijtihadnya, Dewan Hisbah ini termasuk aliran tradisonalis.

Kata Kunci: Hukum, Dewan Hisbah, Persis.

Pendahuluan terpuruk, bahkan Islam menjadi bulan-


Akhir abad ke 19 merupakan bulanan dunia Barat yang Kristen itu.
momentum bagi kebangkitan dunia Islam. Dari realitas sejarah ini kemudian muncul
Kesadaran ini muncul setelah dunia Islam gerakan yang mencoba untuk melakukan
melihat perputaran roda sejarah berbalik: otokritik secara kritis dengan cwa
dunia Barat maju dan dunia Islam melakukan evaluasi sebab-sebab terjadi-

Metode Penetapan Hukum Dewan Nisbah Persis (Imron Rosyadi) 127


nya perputaran roda sejarah yang satunya adalah Persatuan Islam (PERSIS).
berbalik itu. Gerakan ini lebih menge- Organisasi ini didirikan bermula dari
muka di hampir dunia Islam pada abad pertemuan-pertemuan informal tokoh-
ke 20 dengan nama gerakan pemba- tokoh yang merasa prihatin atas kondisi
haruan pemikiran Islam. umat Islam waktu itu, baik pada dataran
Tema sentral ide pembaharuan ide maupun praktik (Pusat Pembinaan
pemikiran dalam Islam di atas terletak Persatuan Islam, 1993: 4). Dari perte-
pada kata kunci I’adatu al-Islam, yakni muan ini muncul ide untuk mendirikan
keinginan masyarakat Islam untuk organisasi Islam, yang kemudian diberi
mengembalikan peran dunia Islam dalam nama Persatuan Islam. Organisasi ini
percaturan global peradaban dunia, yang secara resmi berdiri pada tanggal 12
dulu pernah dilakukan Islam. Salah satu September 1923 di Bandung dengan
wujud dari I’adatu al-lslam itu adalah motor utama Zam Zam dan Mahmud
lajdid al-fahm, yakni memperbaharui Yunus (PP PERSIS, Nomor 5 Tahun
kembali cara pandang dalam menjawab XXXI September 1993: 5).
problematika yang berkembang dengan Maksud penamaan orgnasisasi
kembali kepada al-Quran dan al-Hadis. dengan Persis di atas diharapkan mampu
Tajdid al-fahm ini dilakukan karena mempersatukan umat Islam Indonesia
kemunduran dunia Islam diakibatkan dalam berpegang teguh pada al-Quran
penempatan qaul ulama abad perte- dan al-Hadis serta beramal sesuai dengan
ngahan dijadikan rujukan utama dalam ajaran Islam yang murni dan mening-
menjawab persoalan kontemporer galkan semua bentuk bid’ah, khurafat
sehingga yang terjadi kemudian adalah serta penyimpangan-peyimpangan prak-
bias-bias dan kekakuan karena qaul itu tik keagamaan lainnya. Dengan kata lain,
sendiri muncul dan dirumuskan berda- PERSIS bercita-cita terbentuknya Islam
sarkan setting sosial oleh ulama ketika dalam bentuk: Persatuan Pemikiran Islam,
masih hidup. Adapun tema sentral Persatuan Rasa Islam, Persatuan Usaha
gerakan untuk memulihkan dunia Islam Islam, dan Persatuan Suara Islam. Untuk
adalah pemurnian akidah, ibadah dan memperkokoh gagasan-gagasan terse-
semangat ijtihad di tengah masyarakat but sebagai ruh organisasi, maka ide
singkretik dan masyarakat yang ber- dasar itu dituangkan dalam Qanun Asasi
orientasi taklid (Amin Abdullah, 1995: (anggaran dasar) PERSIS.
539). Untuk dapat mengimplementasi-
Menjamurnya gerakan pemba- kan gagasan ini, posisi dan peran ulama
haruan pemikiran Islam seperti yang dalam PERSIS menempati posisi yang
berkembang di dunia Islam di atas juga strategis oleh karena darinya dapat
berkembang di Indonesia yang muncul melahirkan pemikiran-pemikiran keaga-
pada awal abad ke-20, yang salah maan yang murni sesuai dengan tuntunan

128 SUHUF, Vol. 19, No. 2, Nopember 2007: 127 - 136


al-Quran dan al-Hadis. Berdasarkan hal oleh K.H.E. Sar’an (PP. PERSIS, 1990:
tersebut, PERSIS membentuk Dewan 6).
Hisbah sebagai wadah untuk mengkaji Penggantian nama tersebut di atas
berbagai hal yang menyangkut keaga- tentu diharapkan lebih memaksimalkan
maan sesuai dengan garis besar haluan peran dan fungsi lembaga fatwa itu bagi
dalam Qanun Asasi. Tulisan ini bermak- organisasi dalam menjalankan fungsinya.
sud menyajikan metode penetapan Dengan cara demikian, fungsi ulama yang
hukum Dewan Hisbah PERSIS. sebelumnya hanya melakukan, pem-
bahasan, pengkajian serta melahirkan
Sejarah Singkat Dewan Hisbah pemikiran keagamaan, diperluas dengan
Semula, institusi fatwa ini tidak melakukan kontrol terutama terhadap
bernama Dewan Hisbah, tetapi bernama fungsionaris PP Persis berserta anggota
Majlis Ulama Persis (Majlis Ulama jam’iyahnya di samping menjawab
Persatuan Islam berdiri melalui Mukta- persoalan-persoalan keagamaan yang
mar PERSIS ke VI tanggal 15-18 berkembang.
Desember 1956 di Bandung), namun Lembaga Dewan Hisbah adalah
dikemudian hari, lembaga ini dirubah salah satu lembaga dalam Jam’iyah
namanya menjadi Dewan Hisbah. Peru- PERSIS yang merupakan salah satu
bahan ini terkait dengan kondisi internal realisasi dari pasal 36 Qanun Dakhili.
dan eksternal Persatuan Islam sebagai Berdasarkan Qanun itu, Dewan Hisbah
ormas Islam dalam perjalanan seja- merupakan dewan pertimbangan dan
rahnya. Perubahan nama ini dilakukan pengkaji hal-hal yang berhubungan
merupakan hasil keputusan Muktamar dengan syar’iyah yang dibentuk oleh
ke VIII Persis tahun 1967 di Bangil Jawa pusat pimpinan.
Timur. Kedudukan Dewan Hisbah dalam
Majlis Ulama untuk pertama PERSIS sangat strategis oleh karena di
kalinya dipimpin oleh A. Hasan. Setelah dalamnya berkumpul ulama-ulama
berganti nama dengan Dewan Hisbah, sebagai warats al-ambiya, oleh karena
maka yang memimpin adalah Abdul itu, Dewan Hisbah mi menjadi penyangga
Qadir Hasan karena waktu itu A. Hasan keberlangsungan PERSIS sebagai
telah wafat. Kemudian karena Abdul organisasi Islam modernis.
Qadir Hasan mengajukan pengunduran Untuk lebih jelasnya, perhatikan
diri karena alasan kesehatan, maka rumusan tugas Dewan Hisbah seperti
digantikan oleh K.H. Abdurrahman. dirumuskan dalam Qanun Asasi: (1)
Setelah wafatnya Abdurrahman, jabatan Meneliti hukum-hukum Islam. (2)
ketua Dewan Hisbah dijabat oleh K.H. Menyusun petunjuk pelaksanakaan
Abdullah. Pada Muktamar ke 10 di ibadah bagi anggota jam’iyah. (3)
Garut Jawa Barat K.H. Abdullah diganti Mengawasi pelaksaan hukum Islam. (4)

Metode Penetapan Hukum Dewan Nisbah Persis (Imron Rosyadi) 129


memberikan teguran kepada anggota primer, sekunder dan tambahan. Yang
Persatuan Islam yang melakukan termasuk ke dalam sumber primer itu
pelanggaran hukum melalui Pimpinan adalah al-Quran dan al-Hadis. Sedang
Pusat (ibid: 181). sumber hukum Islam sekunder adalah
Qiyas dan Ijma’. Sedang sumber hukum
Sumber Hukum Dewan Hisbah Islam tambahan adalah kitab-kitab fiqh.
Dalam wacana ilmu ushul al-fiqh, Klasifikasi Mayer ini didasarkan pada
persoalan sumber hukum dalam hukum penelitiannya tentang perjalanan hukum
Islam terjadi perbedaan pendapat. Ada Islam sepanjang sejarah Islam. Yang baru
pendapat yang menyatakan bahwa dari temuan Mayer ini adalah sumber
sumber hukum Islam itu hanya dua, yaitu hukum tambahan dalam hukum Islam,
al-Quran dan al-Hadis, selain dari yakni kitab-kitab fikih. Menurutnya,
keduanya adalah metode. Pendapat lain sumber tambahan ini dipakai umat Islam
menyatakan bahwa sumber hukum Islam pada abad pertengahan dengan meng-
itu ada tiga, yakni di samping al-Quran abaikan sumber hukum utamanya. Oleh
dan al-Hadis ditambah dengan ijtihad. karena pengabaian ini, ketertinggalan
Selain kedua pendapat ini, ada yang dan kemunduran umat Islam tidak
berpendapat bahwa sumber hukum yang terhindarkan lagi dalam percaturan
disepakati ulama itu adalah al-Quran, al- hukum dunia. Berdasar pada analisis ini,
Hadis, Qiyas dan Ijma’, sedang sumber umat Islam sekarang ini tidak boleh
hukum Islam yang masih diperselisihkan mengulangi lagi, yakni di samping
adalah Istihsan, Maslahah Mursalah, mengedepankan sumber hukum Islam
Istishab, Sadd al-Dzari’ah, dsb.1 yang utama, yakni al-Quran dan al-
Berbeda dengan pendapat-pen- Hadis, juga tidak boleh memperlakukan
dapat di atas, Ann Elizabeth Mayyer kitab fikih sebagai sumber Islam tanpa
(1990: 184) berpendapat bahwa sumber dibarengi dengan sikap kritis, bahkan
hukum Islam itu ada tiga, yaitu sumber kalau perlu tidak mempergunakan lagi

1
Penulis sendiri sepakat bahwa sumber hukum Islam itu hanya ada dua, yaitu al-Quran dan al-
Hadis. selain dari kedua sumber ini hanya metode saja. Qiyas dan ijma’ misalnya, keduanya ini bukan
sumber tetapi metode untuk menemukan hukum Islam. Hukum Islam yang dihasilkan dari kedua
metode ini disebut dengan fikih dan ia dapat dijadikan sebagai sumber rujukan untuk memutus persoalan
yang sedang dihadapi atau dibahas. Dalam hal ini. saya lebih setuju dengan pendapatnya Mayer tentang
sumber tambahan dalam hukum Islam, yakni kitab-kitab fikih. Tentu kitab-kilab fikih ini tidak bisa
diperiakukan seperti al-Quran dan al-Hadis yang mempunyai nilai universal. Hukum-hukum (fiqh)
yang termuat dalam kitab fikih harus dilihat secara kritis dalam konteks kesejarahan karena ia memang
disusun oleh penulisnya terkait dengan setting sosial. baik berkaitan dengan penulisnya sendiri maupun
situasi dan kondisi waktu yang mengitari penulisnya.

130 SUHUF, Vol. 19, No. 2, Nopember 2007: 127 - 136


karena tidak sesuai lagi dengan konteks Sedang contoh kedua dapat diterapkan
masa kini.2 pada ayat:
Sesuai dengan paradigma kela-
∂ąÂ¹ –ń“ čĄÎ þđƒ«čÙ«ÉĚòݸ õ√ą
hiran Persatuan Islam, yaitu kembali
kepada al-Quran dan al-Sunnah, maka Bila kedua sumber tersebut tidak me-
sumber hukum Dewan Hisbah adalah al- nyebutkan masalah yang sedang dibahas,
Quran dan al-Sunnah. Untuk sumber maka digunakan metode, seperti qiyas,
pertama, al-Quran mempunyai apa yang ijma’, maslahah, istihsan dan lainnya,
disebut dengan Dilalah al-hnkm. seperti dibahas dalam ushul al-fiqh.
Adapun dilalah al-Quran terhadap
hukum dari aspek turunnya, menurut Pedoman Istimbat Hukum Dewan
Dewan Hisbah, diyakini qath’iyu al- Hisbah
wurud, pasti dan meyakinkan peri- Dalam memahami al-Quran, De-
wayatannya karena disampaikan dengan wan Hisbah menggunakan pedoman
jalan mutawatir. Oleh karena itu, istimbat sebagai berikut:
kandungan hukumnya pun pasti benar, 1) Mendahulukan dhahir ayat dari
hanya dalalahnya terhadap hukum dari takwil dalam masalah I’tiqadiyah.
aspek pemahaman bisa dua kemung- 2) Menerima dan meyakini isi kan-
kinan: antara qath ‘iy al-dilalah dan dungan al-Quran sekalipun nampak
dzamy al-dalalah (PP PERSIS, 1990: bertentangan dengan akal dan adat.
180). 3) Mendahulukan makna hakiki dari
Qath’iy al-dilalah adalah apabila makna mqjazi kecuali ada qarinah.
lafadnya tidak memberikan kemungkinan 4) Mendahulukan al-Quran dari hadis
arti lain, tetapi hanya memberikan satu bila terjadi pertentangan.
pengertian saja. Sedang dzaniy al- 5) Menerima adanya nasikh dalam al-
dilalah ialah apabila lafadnya mem- Quran.
berikan kemungkinan beberapa arti, dan 6) Menerima tafsir dari para sahabat
tidak menunjukkan kepada satu penger- dalam memahami al-Quran.
tian yang pasti. Contoh pertama dapat 7) Mengutamakan tafsir bit maktsur
diterapkan pada ayat: dari tafsir bil ra ‘yi.

· İ÷ À¡ƒĆƒćĄ̄Ć· ⁄ √ąĞ¼√ą· İ÷ƒÞ 8) Menerima hadis sebagai bayan al-

2
Berkaitan dengan posisi kitab-kitab fikih ini. banyak tokoh yang menawarkan solusi,misalnya,
Munawir Sjadzali yang menyerukan untuk melahirkan reaktualisasi hukum Islam, Abdurrahman Wahid.
mantan Presiden RI yang dilengserkan oleh MPR, memberikan solusi dengan melakukan pribumisasi
ajaran Islam, dan banyak tokoh lainnya.

Metode Penetapan Hukum Dewan Nisbah Persis (Imron Rosyadi) 131


quran, kecuali telah digunakan sighat laskan sebab jarhnya maka didahulu-
hasr. kan ta’dil. (c) Bila yang menjarh tidak
Dalam memahami al-Sunnah, menjelaskan sebab jarhnya tetapi tidak
Dewan Hisbah menggunakan pedoman seorangpun yang menyatakan ta’dil,
istimbat seperti berikut: maka jarhnya bisa diterima.
1) Menggunakan hadis sahih dan hasan 10) Riwayat orang yang suka melakukan
dalam memahami hukum. tadlis diterima jika ia menerangkan
2) Menerima kaidah: bahwa apa yang ia riwayatkan itu
ƒ̄ Ž«ƒĄ̄ Ž«ďĎ²ĚÀþě̄ ğ√—Ě
‡ƒ⁄ Ń√ jelas sighat tahammulnya menun-
jukkan ittisal.
Kaidah ini berlaku bila dhaifnya dari 11) Tidak menerima ijma’ secara mutlak
sisi hafalan (dhabit) dan tidak dalam urusan ibadah kecuali ijma’
bertentangan dengan al-Quran dan sahabat.
hadis sahih. 12) Tidak menerima qiyas dalam masalah
3) Tidak menerima kaidah: ibadah mahdhah.
₣ƒćšŃ√Ğ¡ƒ̄ ÞĐÞĞćŽĚý ě̄ ğ√—Ě
· ô√ 13) Bila terjadi pertentangan dua nash,
maka ditempuh cara (a) thariq al-
karena yang menunjukkan fadhail jam’i, (b) thariq al-tarjih, (c) tha-
al- ‘a’mal dalam hadis sahih cukup riq al-naskh (Lembaga Kerja, 6-
banyak. 10).
4) Menerima hadis sahih sebagai tasyri’
yang mandiri, sekalipun tidak me- Penutup: Catata Kritis Metode
rupakan bayan dari al-Quran. Penetapan Dewan Hisbah
5) Menerima hadis ahad yang sahih Dede Rosyada (1999), dalam
sebagai dasar hukum. penelitian untuk Disertasinya mengangkat
6) Hadis mursal dan mauquf bi hukmil hasil-hasil keputusan hukum yang
marfu’ bisa sebagai hujjah selama diputuskan Dewan Hisbah sebagai
tidak bertentang hadis yang sahih. obyek kajiannya. Dalam penelitian untuk
7) Hadis mnrsal tabi’i dijadikan hujjah meraih gelar doktor di IAIN Syarif
bila ada qarinah yang menunjukkan Hidayatullah Jakarta ini, Dede mencoba
ittisal. melihat hasil-hasil keputusan Dewan
8) Menerima kaidah: ₣ą· š şĄİ¼À« ƒ€Ùğ√ Hisbah itu dari sisi metode kajian hukum
Islam, dengan mengambil sampel hukum-
9) Menerima kaidah: ĞĚ
· Žœ
ğ
√ Đ İš Ş
· ²ĆÿÂ
ò√ hukum yang berkaitan dengan ibadah
dengan ketentuan sebagai berikut: (a) dan non ibadah. Hasil penelitian Dede
Jika yang menjarh menjelaskan jarh- ini menyimpulkan bahwa Dewan Hisbah
nya, maka didahulukan jarh dari ta’- PERSIS secara konsisten menerapkan
dil. (b) Jika yang menjarh tidak menje- metode istimbat hukum seperti diru-

132 SUHUF, Vol. 19, No. 2, Nopember 2007: 127 - 136


muskan Dewan Hisbah ke dalam masa- Dengan cara demikian, Islam diyakini
lah-masalah yang dipecahkan, baik secara pasti mampu kembali berperan
masalah ibadah maupun non ibadah. dalam pentas peradaban dunia global.
Dede juga menemukan bahwa Dewan Gerakan modern Islam awal abad
Hisbah menggunakan metode ushul al- ke 20 di Timur Tengah di atas, sebetulnya
fiqh seperti yang dipakai para ushuliyin merupakan respon terhadap dua realitas
pada umumnya yang metode itu diru- yang diametral: kondisi kritis umat Islam
muskan jauh sebelum umat Islam ber- dan kemajuan Barat. Umat Islam waktu
jumpa dengan peradaban Barat modern. itu sangat tertutup terhadap perkem-
Melihat pedoman istimbat dan bangan dunia. Yang terjadi kemudian
hasil penelitian Dede Rosyad di atas, pada diri umat Islam adalah kejumudan,
agaknya menarik untuk dicermati lebih kebodohan dan marginal. Karena itu,
jauh tentang Dewan Hisbah ini, khu- solusinya adalah membuka kembali pintu
susnya dari perspektif gerakan moder- ijtihad dan terbuka untuk menerima
nisme. Dari uraian seperti dijelaskan di informasi dari manapun, termasuk dari
muka dapat disimpulkan bahwa PERSIS Barat sekalipun. Membuka pintu ijtihad
dan Dewan Hisbahnya lahir karena maksudnya adalah umat Islam harus
disemangati oleh gerakan modernisme selalu berani melakukan kajian ulang
abad ke 20 dari Timur Tengah, seperti terhadap warisan Islam. Dalam pan-
Muhammad Abduh, Rasyid Ridia, dangan tokoh-tokoh gerakan pembaharu
Muhammad b. Abdul Wahab dan lain- dari Timur Tengah ini, warisan Islam
nya. Pengaruh ini nampak dilihat dari ide tidak boleh disakralkan seperti meman-
I’adat al-Islam dengan cara melakukan dang al-Quran. Oleh karena itu, warisan
pembaharuan pemahaman Islam, yakni Islam harus terbuka untuk dikaji dan
kembali kepada al-Quran dan al-Hadis. dirumuskan ulang sesuai dengan per-
Untuk keperluan ini, tema-tema gerakan kembangan yang terjadi pada masya-
yang dilakukan adalah permurnian rakat dengan cara membuka pintu ijtihad
praktik keagamaan dari bid’ah, khura- lebar-lebar.
fat dan takhayyul dan membuka lebar PERSIS sebagai salah satu gera-
pintu ijtihad. Hal ini dilakukan untuk kan Islam di Indonesia yang mewarisi
mengeliminir praktik dan cara pandang semangat gerakan modernisme dari
yang masih berkembang di tengah Timur Tengah ini mendapat tantangan
masyarakat muslim Indonesia. Dari keras dari sebagian ulama karena tidak
perspektif ini, umat Islam Indonesia telah setuju dengan gerakan tersebut, yang
salah dalam memahami dan meng- selanjutnya akan memberikan warna
amalkan Islam sehingga Islam sebe- terhadap dinamika perjalanan Islam di
narnya telah dikaburkan dengan menja- Indonesia. Kemunculan gerakan pem-
murnya bid’ah, khurafat dan takhayyul. baharu ini dianggap sebagai ancaman

Metode Penetapan Hukum Dewan Nisbah Persis (Imron Rosyadi) 133


serius terhadap tradisi Islam yang telah dilihat dari cara ijtihadnya, Dewan
mengakar di tengah masyarakat. Dalam Hisbah ini termasuk aliran tradisonalis.
sejarah gerakan pembaharuan dalam Berpedoman pada semangat
Islam, reaksi seperti ini merupakan gejala modernisme yang dijadikan sebagai
yang universal. Artinya, setiap gerakan tonggak bagi Dewan Hisbah untuk
yang mencoba memperbaharui cara melakukan pembaharuan, mestinya
pandang yang telah mapan akan selalu gerakan ini bisa merubah paradigma
disertai dengan penolakan-penolakan. hukumnya untuk bisa mengimbangi
Tantang ini kemudian melembaga men- perkembangan modern yang tengah kita
jadi sebuah organisasi dalam pengertian hadapi. Jika hal itu tidak dilakukan,
modern, yang mampu mewariskan maka gerakan yang dilakukan dengan
semangat pertentangan antar generasi. tema-tema bid’ah, khurafal dan ta-
Untuk waktu yang sulit dibayangkan khayyul di tengah kehidupan yang serba
perkembangan awal abad ini akan modern ini akan memperlihatkan ketra-
memiliki pengaruh yang permanem. disionalan dan rigidisitas Dewan Hisbah
Meskipun mewarisi semangat itu sendiri. Dengan cara demikian, itu
modernisme, namun dalam bidang berarti Dewan Hisbah telah melakukan
hukum, seperti terlihat dari pedoman sesuatu yang bertentangan dengan
istimbat dan penelitian Dede, nampak semangat awal berdirinya Dewan Hisbah
bahwa Dewan Hisbah dalam bidang yang memberikan ruang yang lebar
hukum menggunakan semangat pramo- terhadap terbukanya pintu ijtihad sebagai
dernis. Hal ini merupakan sesuatu yang bentuk pewarisan modernisme. Se-
ironis mengingat Dewan Hisbah meru- mangat dari gerakan terbukanya pintu
pakan gerakan yang mewarisi semangat ijtihad dalam perspeketif gerakan
gerakan modernisme. Mestinya, sema- modernisme dari Timur Tengah adalah
ngat modernisme yang lahir sebagai sebuah upaya yang selalu memper-
antitesis dari semangat taklidisme yang baharui metode pemahaman Islam sesuai
menutup pintu ijtihad dan semangat anti dengan perkembangan modern. Karena
hal baru itu harus dijadikan sebagai titik itu, kalau Dewan Hisbah tetap terus
dasar dalam mendasari setiap gerakan bertahan dalam memegangi paradigma
yang dilakukan bukan menggunakan hukumnya seperti yang dirumuskan
karaktristik pramodernis. Seperti. selama ini sepanjang zaman, itu berarti
diketahui bahwa pemahaman gerakan Dewan Hisbah telah menutup pintu
pramodernis lebih nampak literal dengan ijtihad yang sebetulnya sangat ditentang
melihat kebenaran itu disimpulkan oleh Dewan Hisbah sendiri, seperti yang
berdasarkan makna lafad atau kata yang diikrarkan awal berdirinya.
ada di dalam al-Quran maupun al-Hadis Untuk menghindari literalitas
(Wael B. Hallaq, 200). Dengan kata lain, pemahaman terhadap al-Quran, Fazlur

134 SUHUF, Vol. 19, No. 2, Nopember 2007: 127 - 136


Rahman telah menawarkan metodologi pakan suatu kaharusan. Dengan demi-
pemahaman 3, khususnya terhadap al- kian, ketentuan hukum yang akan
Quran dan al-Hadis. Tawaran Rahman diberikan betul-betul menjadi jawaban
ini dimaksudkan untuk dapat menjawab sesuai dengan tuntutan zaman ber-
tantang zaman dengan ruh al-Quran dan dasarkan semangat moral yang telah
al-Hadis. Dalam kaitan ini, Rahman ditentukan di atas. Rumusan hukum yang
menawarkan kajian Islam melalui teori dikeluarkan bisa saja sama dengan
pendekatannya yang disebut dengan ketentuan yang diberikan pada masa
double movement, yakni satu proses Nabi dan bisa juga berbeda karena
pemahaman yang harus diperhatikan konteksnya berbeda. Yang penting,
dalam setiap aktifitas ijtihad. Pada setiap semangat moral yang akan ditegakkan
proses ijtihad, kata Rahman lebih lanjut, oleh ajaran hukum dalam Islam bisa
perlu memahami norma-norma hukum terealisasi (Akh. Minhaji, 1999: 70).
yang terdapat pada teks-teks al-Quran Dengan mengikuti pola pema-
dan al-Hadis yang ada hubungannya haman Rahman dalam memahami al-
dengan masalah yang dibahas. Setelah Quran dan al-Hadis tersebut, pemilahan
itu berusaha memahami secara mendalam ayat al-Quran ke dalam muhkan dan
kondisi dan situasi yang mengitari nuitasyabhihal, qath’y dan dzanny, dan
munculnya satu ayat al-quran dan al- sebagainya seperti dirumuskan ulama
hadis yang sedang dikaji. Pada tahap ini terdahulu menjadi tidak perlu. Pema-
penggalian semangat moral yang di- haman berdasarkan makna kata menjadi
bangun dari ayat dan al-Hadis serta sesutau pendekatan yang harus diting-
situasi dan kondisi yang melingkupinya. galkan. Beranikah Dewan Hisbah
Setelah itu, semangat moral tersebut mengikuti model Rahman? Sebagai
dicoba dihubungkan dengan persoalan pewaris tradisi modernisme Islam, seperti
kontemporer yang sedang dihadapi. Dari yang ditunjukkan oleh Muhammad
sini memahami kondisi dan situasi yang Abduh, mestinya Dewan Hisbah berani.
mengitari persoalan kontemporer meru- Wallahu ‘Alam.

3
Karya-karya Rahman yang menjelaskan tentang metodologi pemahaman ini, dapat dibaca dalam
Islam and Modernity: Transformation of an Intel ectual Tradition (Chicago: The University of Chicago
press. 1994); Islamic Methodology in History (Karachi: Central Institute of Islamic Research. 1965):
Islamic Modernism: Its Scope, Method and Alternativ, International Journal o/’A/f idle East Studies 1
(1970), 317-32; Ghufran A. Mas’adi, Pemikiran Fazlur Rahman tentang Metodologi Pembaharuan
Hukum Islam (Jakarta: Rajawali Press, 1997), dll.

Metode Penetapan Hukum Dewan Nisbah Persis (Imron Rosyadi) 135


DAFTAR PUSTAKA

Akh. Minhaji, “Pendekatan Sejarah Dalam Kajian Hukum Islam” dalam Mu-
kaddimah. Nomor 8 Tahun V 1999.Yogyakarta: Kopertais Wilayah III dan
PTAIS DIY, 1999.
Amin Abdullah, 1995.”Telaah Hermenetis terhadap Masyarakat Muslim Indonesia”,
dalam Muhammad Wahyuni Nafis, dkk.. Kontekstnalisasi Ajaran Islam:
70 Tahun Prof. Dr. Munawir Sjadzali. Jakarta: Paramadina.
Ann Elizabeth Mayer, 1990. “The Shari’ah: A Methodology or a Body of Substantive
Rules?” dalam Nocholas Heer. ed.. Islamic Law and Jurisprudence: Studies
in Honor of Farhat J. Ziadeh (Seattle: University of Washington Press.
Majlis Ulama Persatuan Islam berdiri melalui Muktamar PERSIS ke VI tanggal 15-
18 Desember 1956 di Bandung. Sejarah perubahan nama ini dapat dibaca
dalam Dadan Wildan, Persis Dalam Pentas Sejarah Islam Indonesia (t.p.
t.th.).
PP PERSIS,1993. “Persis Dalam Pentas Sejarah Islam Indonesia”, dalam Risalah,
Nomor 5 Tahun XXXI September.
PP. PERSIS, 1990.Tasykil PP PERSIS Periode 1990-1995 Garut: tanpa penerbit
Pusat Pembinaan Persatuan Islam,1993. Tafsir Qanun Asasi dan Dakhili
Persatuan Islam. Bandung: tanpa penerbit.
Waelb. Hallaq, 2000. A History of Islamic Legal Theories: An Introduction to
Sunni Usul al-Fiqh, terjemahan E. Kusnadiningrat dan Abdul Haris b. Wahid,
Sejarah Teori Hukum Islam, Pengantar untuk Ushul Fiqh Mazhab Sunni
. Jakarta: Rajawali Press.

136 SUHUF, Vol. 19, No. 2, Nopember 2007: 127 - 136

Anda mungkin juga menyukai