Anda di halaman 1dari 18

‫علم النحو‬

‫النواصب بأن مضمرة‬

‫مقالة‬

‫مكتوبة من فرقة السابعة‬


‫يسليفى نور أمين ‪1. 20200121049 :‬‬
‫محمد إحسان صابر ‪2. 20200121065 :‬‬

‫قسم تدريس اللغة العربية‬


‫كلية التربية وشؤون التدريس‬
‫خامعة عالء الدين اإلسالمية الحكومية مكاسر‬
‫‪2023‬‬
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt yang telah memberikan banyak


kenikmatan diantaranya nikmat kesehatan dan kesempatan sehingga makalah
dengan judul “‫ ”النواصب بأن مضمرة‬dapat terselesaikan. Tak lupa pula shalawat
serta salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw yang telah mengukir
sebaik-baik sejarah sepanjang zaman.

Adapun makalah ini disusun sebagai salah satu tugas kelompok pada mata
kuliah ilmu nahwu. Selain itu, makalah ini bertujuan agar pembaca dapat
mengetahui dan memahami salah satu materi dalam ilmu nahwu yaitu mengenai “
‫”النواصب بأن مضمرة‬.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen pengampu mata


kuliah ilmu nahwu, serta pihak-pihak yang terlibat dalam proses penyelesaian
makalah ini. Meskipun makalah ini telah dianggap rampung namun belum
mencapai kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan sumbangan
pemikiran baik itu saran maupun kritikan demi sempurnanya makalah ini.
Harapan penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Gowa, 13 Mei 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Amil Nawashib

B. Tanda I’rob Nashab Pada Fi’il Mudhari

C. Amil Nawashib bi an Mudhmarah

D. Contoh I’rab

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis menarik beberapa


rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apa itu amil nawashib bi an mudhmarah?


2. Bagaimana tanda i’rob nashab pada fi’il mudhari?
3. Apa saja amil nawashib bi an mudhmarah?
4. Bagaimana i’rob fi’il yang dimasuki amil nawashib bi an mudhmarah?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian amil nawashib bi an mudhmarah.


2. Untuk mengetahui tanda i’rob nashab pada fi’il mudhari.
3. Untuk mengetahui amil nawashib bi an mudhmarah.
4. Untuk mengetahui cara i’rob fi’il yang dimasuki oleh amil nawashib bi an
mudhmarah.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Amil Nawashib

Nashab fi’il mudhari adalah perubahan tanda i’rob fi’il mudhari


dikarenakan adanya perilaku (‘amil) nashab yang berada diawal kata fi’il mudhari
ini. Semula fi’il mudhori i’robnya adalah rafa’ atau marfu’ sebagai bentuk aslinya
dan bisa berubah ketika ada yang merubahnya seperti dimasuki atau didahului
oleh amil nashab atau jazm.1

،‫وْ ِد‬SSSُ‫ اَل ُم ال ُجح‬،)‫ل‬SSSْ‫ اَل ُم َك ْي (اَل ُم التَّ ْعلِي‬،‫ َك ْي‬،‫ ِإ َذ ْن‬،‫ لَ ْن‬،‫ َأ ْن‬: ‫ َرةٌ َو ِه َي‬SSS‫َش‬
َ ‫بُ ع‬SSS‫اص‬ ِ ‫فَاالنَّ َو‬
. ْ‫او َوَأو‬
ِ ‫ َوال َج َوابُ بِالفَا ِء َوال َو‬،‫َحتَّى‬

Amil yang menashabkan itu ada sepuluh, yaitu: ‫( َأ ْن‬bahwa), ‫( لَ ْن‬tidak

ْ ‫( َك‬agar), ‫( لِ َك ْي‬supaya), lam juhud sesudah nafi, ‫َحتَّى‬


akan), ‫( ِإ َذ ْن‬kalau begitu), ‫ي‬
(sehingga), jawab dengan fa, wawu, dan au (kecuali).2

:‫ َو ِه َي َعلَى ثَاَل ثَ ِة َأ ْق َس ٍام‬،‫ُف‬


ٍ ‫ع َع َش َرةُ َأحْ ر‬
ُ ‫ار‬
ِ ‫ض‬ ُ ‫اَألد ََو‬
َ ‫ات الَّتِ ْي يُ ْن‬
َ ‫صبُ بَ ْع َدهَا الفِ ْع ُل ال ُم‬

،‫ َولَ ْن‬،‫ َأ ْن‬:‫رف‬S َ ‫َأ َّما القَ ْس ُم اَأل َّو ُل وهو الذي يَ ْن‬
ٍ S‫ة أح‬S‫ه فأربع‬S‫ار َع بنفس‬SS‫ َل المض‬S‫صبُ الفع‬
.‫ َو َك ْي‬،‫َوِإ َذ ْن‬

Adapun pada bagian pertama yaitu huruf yang menashabkan fi’il mudhari
dengan dirinya sendiri ada empat yaitu ‫ ِإ َذ ْن‬,‫ لَ ْن‬, ‫َأ ْن‬, dan ‫ي‬
ْ ‫ َك‬.

‫ده‬SS‫مرة بع‬SS‫طَة "َأ ْن" مض‬S‫اس‬


ِ ‫ار َع بِ َو‬SS‫ َل المض‬S‫ب الفِ ْع‬SS‫ذي يَنص‬SS‫و ال‬SS‫وأ َّما القسم الثاني وه‬
.‫عبَّ َر عنها ال ُمَؤ لِّفُ بالم كي‬
َ ‫ فحرف واحد وهو ال ُم التَّ ْعلِيْل َو‬،‫جوازا‬

Bagian yang kedua yaitu huruf yang menashabkan fi’il mudhari dengan
perantaraan "‫ "َأ ْن‬yang tersembunyi (mudhmarah) yang hukumnya boleh
diperkirakan/disembunyikan atau boleh ditampakkan, maka hurufnya hanya satu
yaitu lam ta’lil (‫ )الم التعليل‬yang diistilahkan juga oleh penulis dengan lam kay.

1
Talqis Nurdianto, Ilmu Nahwu Bahasa Arab (Yogyakarta: LP3M, 2018), h. 86.
2
Moch Anwar, Ilmu Nahwu (Cet. XVIII; Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2009), h. 61.
‫ا‬S‫مرةً وجوب‬S‫طة "َأ ْن" مض‬SS‫ارع بواس‬SS‫ل المض‬S‫َوَأ َّما القسم الثالث وهو الذي ينصب الفع‬
. ْ‫ َأو‬،‫ َوا ُوال َم ِعيَة‬،‫سبَبِيَّة‬
َّ ‫ فَا ُء ال‬،‫ َحتَّى‬،‫ ال ُم ال ُجحُود‬:‫فخمسة أحرف‬

Adapun bagian yang ketiga ialah huruf-huruf yang menashabkan fi’il


mudhari dengan perantaraan "‫ "َأ ْن‬yang wajib disembunyikan atau tidak boleh
َّ ‫ فَا ُء ال‬,‫ َحتَّى‬,‫اَل ُم ال ُجحُود‬
ditampakkan, pada bagian ini terdapat lima huruf yaitu ,‫سبَبِيَّة‬

‫ َوا ُو ال َم ِعيَة‬, dan ْ‫َأو‬.3

B. Tanda I’rob Nashab Pada Fi’il Mudhari

I’rob adalah berubahnya bunyi bacaan pada setiap akhir kalimah (kata)
karena berbeda-bedanya amil yang masuk kepadanya, baik secara lafadzh maupun
dikira-kirakan.4

Tanda status manshub pada fi’il mudhari’ yaitu:

1. Fathah
َ ُ‫لَ ْن َأ ْكت‬
Contohnya: ‫ب‬
2. Hadzfu nun (dibuangnya nun) sebagai ganti dari fathah, apabila fi’il
mudhari’ berupa af’al khamsah (‫)َأفعال الخمسة‬.

ْ ِ‫اَ ْن تَ ْكتُبَا – لَ ْن تَ ْكتُبُوْ ا – لَ ْن تَ ْكتُب‬


Contohnya: ‫ي‬
3. Apabila fi’il mudhari’ berupa mu’tal akhir (huruf akhirnya berupa alif,
wau, atau ya’) maka status manshubnya ditandai dengan:
Fathah muqaddarah apabila huruf akhirnya berupa alif
Contoh: ‫ضى – لَ ْن يَتَبَا َرى‬
َ ْ‫لَ ْن يَر‬
Fathah zhahirah bila huruf akhirnya wau atau ya’

َ ‫لَ ْن يَ ْش ُك َو – لَ ْن يَرْ ِم‬


Contoh: ‫ي‬ 5

C. Amil Nawashib bi an Mudhamarah

.76-75 .‫ ص‬،)‫ ه‬1428 ،‫ التحفة السنية (إدارة الشؤون اإلسالمية‬،‫ محمد محيي الدين عبد الحميد‬3
4
Abdurrahman Aufar, dkk., “Nawashibul Mudlori’ dalam Surat Al-Kahfi”, Journal of
Arabic Learning and Teaching 8, no. 2 (2019): h. 109.
5
Fuad Nikma, Mulakkhash Qawa’id al-Lughah al-‘Arabiyyah, terj. Abdul Majid,
Panduan Lengkap Belajar Bahasa Arab Otodidak (Jakarta Selatan: Turos Pustaka, 2016), h. 197-
200.
Amil nawashib bi an mudhmarah terdapat dua bagian yaitu sebagai
berikut:

1. ‫َأ ْن ُمضْ َم َرة َج َوا ًزا‬


Huruf yang menashabkan fi’il mudhari dengan perantaraan "‫ "َأ ْن‬yang
tersembunyi (mudhmarah) yang hukumnya boleh disembunyikan atau
boleh ditampakkan, dan hurufnya hanya satu yaitu ‫ اَل ُم التَّ ْعلِيل‬dan biasa

ْ ‫ اَل ُم َك‬yang artinya supaya atau agar. Hal ini


juga disebut dengan ‫ي‬
dikarenakan kesamaan fungsi kedua kata tersebut dalam menunjukkan
makna ta’lil (alasan/sebab terhadap lafadzh sebelumnya).
Contoh:
ُّ ‫ض َر‬
َ‫الطاَّل بُ فِ ْي ال ُكلِّيَّ ِة لِيَتَ َعلَّ ُموا اللُّ َغةَ ال َع َربِيَة‬ َ ‫َح‬
َ‫أي َأِل ْن يَتَ َعلَّ ُموا اللُّ َغةَ ال َع َربِيَة‬
(Para mahasiswa itu telah hadir di fakultas agar mereka belajar bahasa
Arab)
2. ‫َأ ْن ُمضْ َم َرة ُوجُوْ بًا‬
Huruf yang menashabkan fi’il mudhari’ dengan perantaraan "‫ "َأ ْن‬yang
tersembunyi (mudhmarah) yang hukumnya wajib disembunyikan atau
tidak boleh ditampakkan. Huruf-hurufnya ada lima yaitu:

ُ ‫( اَل ُم‬lam pengingkaran)


a. ‫الج ُحود‬

‫ اَل ُم ال ُجحُود‬ialah lam yang terletak setelah kana manfiyah (‫ )كان المنفية‬yakni kana
yang didahului oleh huruf nafi seperti ‫ ما كان‬dan ‫لَ ْم يَ ُك ْن‬.

Contohnya:

ِ ‫َما َكانَ هللاُ لِيَ ْغفِ َر ال ُم ْش‬


)Allah tidak akan mengampuni orang-orang musyrik( َ‫ر ِك ْين‬

َ ‫لَ ْم يَ ُك ْن ال َكافِرُوْ نَ لِيَ ْد ُخلُوْ ا ال‬


)orang-orang kafir itu tidak akan masuk surga( َ‫جنَّة‬

Selain ‫ الَ ُم التَّ ْعلِيْل‬dan ‫وْ د‬SSSُ‫جح‬


ُ ‫ اَل ُم ال‬yang berfungsi sebagai harf nashab yang
menashabkan fi’il mudhari’, adapula beberapa bentuk huruf lam diantaranya:
1) Lam sebagai huruf jar
Lam huruf jar yaitu huruf yang bisa menjarkan pada isim dzahir dan isim
dhamir. Lam tersebut dibaca kasrah pada isim dzahir, dan dibaca fathah
ketika bertemu pada sebagian isim dhamir.
Lam huruf jar dibaca kasrah dan menerangkan makna milki "‫" ِم ْلك‬
(memiliki) dan makna ta’lil (alasan). Contohnya:

ِ ْ‫ت َو َما فِ ْي اَأْلر‬


‫ض‬ ِ ‫َوهّلِل ِ َما فِي ال َّس َم َوا‬
(dan kepunyaan Allah segala yang ada di langit dan di bumi)
‫يَ ْذهَبُ التِّ ْل ِم ْي ُذ ِإلَى ال َم ْد َر َس ِة لَلتَّ َعلُّ ِم‬
(siswa itu berangkat ke sekolah untuk belajar).
Lam huruf jar dibaca fathah dan digunakan untuk menerangkan makna
istighatsah (minta pertolongan) dan ta’ajjub (ekspresi kekaguman).
Contohnya:
‫ق‬ ِ ‫يَا لَل ُّشرْ طَ ِة ِمنَ الس‬
ِ ‫َّار‬
(wahai polisi, tolonglah dari pencuri ini).
2) Lam sebagai huruf jazm (lam amr)
Lam amr dibaca kasrah dan menerangkan makna thalab dan masuk pada
fi’il mudhari’ dan membuatnya berstatus majzum. Contohnya:
‫لِيُ ْنفِ ْق القَا ِدر ُْونُ ِم ْن ِغنَاهُ ْم‬
(hendaklah orang-orang mampu menginfakkan Sebagian kekayaan
mereka)
3) Lam sebagai huruf ta’kid
Selalu dibaca fathah dan menerangkan makna ta’kid (menguatkan) dan
tidak berpengaruh apa-apa pada status i’rab isim atau fi’il yang
dimasukinya. Sebagai huruf ta’kid, lam berada di beberapa tempat yaitu:
a) Lam ibtida’ masuk pada mubtada’, mudhari’, fi’il mudhari’ jamid, dan
lafadzh qad. Contohnya:

َ ‫ لَزَ ْي ٌد َأ ْف‬: ‫مبتدأ‬


‫ض ُل ِم ْن َع ْمرُو‬

(sungguh Zaid lebih utama daripada ‘Amru)


َ‫ لَيُ ِحبُّ هللاُ ال ُمحْ ِسنِ ْين‬: ‫مضارع‬

(sungguh Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik)

َ‫س َما َكانُوْ ا يَ ْع َملُوْ ن‬


َ ‫ لَبِْئ‬: ‫فعل مضارع جامد‬

(sungguh sejelek-jelek apa yang mereka kerjakan itu)

ٌ َ‫ لَقَ ْد َكانَ فِي يُوْ سُفَ َوِإ ْخ َواتِ ِه آي‬: ‫لفظ قد‬
َ‫ات لَلسَّاِئلِ ْين‬

(sungguh pada diri Yusuf dan saudara-saudaranya terdapat tanda-tanda


kekuasaan Allah bagi orang-orang yang bertanya), dalam QS. Yusuf ayat 7.

b) Lam yang masuk pada khabar inna atau pada isim inna yang diakhirkan.
Contohnya:
َ ْ‫ ِإ َّن َربَّكَ لَبِال ِمر‬: ‫خبر ِإ َّن‬
‫صا ِد‬
(sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mengawasi)
ِ ‫ك لَ ِع ْب َرةً ُأِلوْ لِى اَأل ْلبَا‬
‫ب‬ َ ِ‫ ِإ َّن فِ ْي َذل‬: ‫إسم ِإ َّن ُمؤخر‬
(sesungguhnya di dalamnya terdapat pelajaran bagi yang berakal)
c) Lam yang berkedudukan sebagai jawab ْ‫ لَو‬atau ‫لَوْ اَل‬. Contohnya:

َ‫لَوْ ِجْئتَ َأَل ْك َر ْمتُك‬


(seandainya kamu datang, maka aku akan memuliakanmu)
d) Lam yang berkedudukan sebagai jawab qasam (sumpah). Contohnya:
‫ك ُأَل َسا ِعد ََّن ال ُمحْ تَا َج‬
َ ِ‫َو َش َرف‬
(demi kemuliaanmu, sungguh aku akan membantu orang yang
membutuhkan)

b. ‫( َحتَّى‬hingga)

‫ َحتَّى‬secara makna berfungsi untuk menunjukkan makna ghayah "‫( "غاية‬batas),


dan ta’lil (alasan).

‫معنى الغاية َأ َّن ما قبلها ينقضي بحصول ما بعدها‬


Adapun makna ghayah adalah apa yang disebutkan sebelum huruf ( ‫حتَّى‬
َ ) akan
berakhir dengan terwujudnya apa yang disebutkan sesudah huruf ( ‫حتَّى‬
َ ).
Contohnya yaitu:

saya tidak akan pulang sampai saya menghafal al- ( َ‫رْ آن‬SSُ‫حتَّى َأحْ فَظَ الق‬
َ ‫ َع‬S‫لَ ْن َأرْ ِج‬
)Qur’an

‫ومعنى التعليل َأ َّن ما قبلها ِعلَّةٌ لحصول ما بعدها‬

Dan makna ta’lil yaitu apa yang disebutkan sebelum huruf ( ‫حتَّى‬
َ ) menjadi sebab
diperolehnya apa yang disebutkan sesudah huruf (‫حتَّى‬
َ ). Contohnya yaitu:

َ ‫تَ َعلَّ ْم َحتَّى تَ ْن‬


)belajarlah kamu, dengan sebab itu kamu akan lulus( ‫ج َح‬

Selain ‫حتَّى‬
َ sebagai huruf nashab, hatta (‫ ) َحتَّى‬juga memiliki beberapa macam,
diantaranya:

1) Hatta sebagai huruf jar


Hatta selalu menjarkan pada majrurnya, serta berfungsi sebagai makna
intiha’ al-ghayah (akhir penghabisan) atau menunjukkan makna ujung dari
sebuah batas. Contohnya:
‫ك َحتَّى َرْأ ِس ِه‬ ُ ‫َأ َك ْل‬
َ ‫ت ال َّس َم‬
(aku makan ikan hingga habis kepalanya)
2) Hatta sebagai huruf athaf
Dalam hal ini, hatta mengandung makna seperti halnya wawu, dan ia
diathafkan kepada kalimah isim saja. Dalam ma’tufnya disyaratkan harus
menjadi makna sebagian atau seluruhnya dari kalimah sebelumnya.
Contohnya:
‫َماتَ النَّاسُ َحتَّى اَأل ْنبِيَا ُء‬
(manusia telah mati hingga Sebagian para nabi)
3) Hatta ibtidaiyyah (permulaan)
Kalimah pembicaraan yang berada setelah hatta tersebut merupakan
kalam permulaan (pembuka), serta ia tidak memiliki mahall i’rab
(kedudukan dalam i’rab). Contohnya:
‫ب لِ ْل ِم ْس ِج ِد‬
ِ ‫ َحتَّى النَّاسُ بَا َدرُوا فِي ال ِّذهَا‬،‫ْت اَأل َذانَ فَجْ رًا‬
ُ ‫َس ِمع‬
(saya mendengar adzan shubuh, hingga manusia itu bersegera pergi ke
masjid)

َّ ‫فَا ُء ال‬
c. ‫سبَبِيَّة‬

َ ‫ َويُ ْن‬،‫ْب َم َع ِداَل لَتِ ِه على السببية‬


‫ ُل‬S‫بُ الفِ ْع‬S ‫ص‬ َ ‫ْب َوالتَّ ْعقِي‬
َ ‫فَا ُء ال َّسبَبِيَّة وهي حرف عطف يُفِ ْي ُد التَّرْ تِي‬
6
.‫ع بَ ْع َدهَا بَِأ ْن مضمرة وجوبا‬
ُ ‫ار‬
ِ ‫ض‬َ ‫ال ُم‬

Fa’ sababiyah yaitu huruf athaf yang berfungsi sebagai tartib dan ta’qib serta
menunjukkan atas sebab, dan fi’il mudhari’ dinashabkan setelah fa’ sababiyah
dengan an mudhmarah yang wajib disembunyikan.

ٍ َ‫ب نَ ْف ٍي َأوْ طَل‬


‫ب‬ ِ ‫فَا ُء ال َّسبَبِيَّة بِشَرْ ٍط َأ ْن يَقَ َع فِ ْي َج َوا‬

Fa’ sababiyah dengan syarat terletak pada jawaban dari nafi (penafian) atau
thalab (permintaan).

Adapun yang merupakan jawaban dari nafi, seperti pada firman Allah Swt:

َ ‫اَل يُ ْق‬
‫ضى َعلَ ْي ِه ْم فَيَ ُموْ تُوا‬

“mereka tidak dibinasakan hingga mereka mati” (QS. Fathir ayat 36).

Adapun thalab (permintaan) ada 8 jenis yaitu:

1) ‫االَ ْم ُر‬
َ ‫ اِجْ تَ ِه ْد فَتَ ْن‬:ُ‫ِم ْثل‬
)bersungguh-sungguhlah maka kamu akan berhasil( ‫ج َح‬

2) ‫النَّهْي‬
َ ‫ اَل تُ ْه ِملْ ُدرُوْ َس‬:ُ‫ِم ْثل‬
ِ ‫ك فَتَ ْسقُطَ فِي ا ِال ْمتِ َح‬
‫ان‬

6
Mustafa Nuri dan Hafsah Intan, Al-‘Arabiyyah Muyassarah (Cet. III; Makassar:
Alauddin Press University, 2017), h. 355.
(janganlah mengabaikan pelajaranmu, maka kamu akan gugur dalam
ujian).
ِ ْ‫( التَّح‬dorongan/anjuran) yaitu permintaan disertai penekanan.
3) ‫ضيْض‬

َ ‫ هَاَّل تُ ْك ِر ُم َز ْيدًا فَيُ ْك ِر َم‬:ُ‫ِم ْثل‬


‫ك‬
(mengapa kamu tidak memulaikan zaid, maka dengan sebab itu zaid akan
memuliakanmu).
4) ‫( ال َعرْ ض‬penawaran) yaitu permintaan dengan cara yang halus.

َ ‫ َأاَل تَ ُزوْ ُرنِ ْي فَُأ ْك ِر َم‬:ُ‫ِم ْثل‬


‫ك‬
(tidakkah kamu mengunjungiku sehingga dengan sebab itu aku akan
memuliakanmu).
5) ‫ التَّ َمنِّي‬yaitu meminta sesuatu yang mustahil akan terjadi atau meminta
sesuatu yang sulit terealisasikan, seperti ucapan penyair:
ُ‫اب يَعُوْ ُد يَوْ ًما فَُأ ْخبِ َرهُ بِ َما فَ َع َل ال ُم ِشيْب‬
َ َ‫َأاَل لَيْتَ ال َّشب‬
(andai saja masa mud aitu kembali barang sehari, maka dengan sebab itu
aku akan kabarkan kepadanya tentang apa-apa yang dilakukan oleh orang-
orang yang telah beruban “orang tua”).
6) ‫ التَّ َرجِّي‬yaitu meminta sesuatu hal yang mudah diperoleh atau dicapai.

ُ‫ لَيْتَ ال ُم َوظَّفُ قَا ِد ٌم فََأ ْستَ ْقبِلَه‬:ُ‫ِم ْثل‬


(saya berharap pegawai itu datang maka dengan sebab itu aku akan
menyambutnya).
7) ‫ستِ ْفهَام‬
ْ ‫اال‬
ِ (pertanyaan)
َ َ‫ك فََأ ْس َم َعهَا ل‬
‫ك‬ ْ ِ‫ هَلْ َحف‬:ُ‫ِم ْثل‬
َ ‫ظتَ ُدرُوْ َس‬
(apakah kamu telah menghafal pelajaran-pelajaranmu sehingga dengan
sebab itu saya bisa memperdengarkannya kepadamu).
8) ‫ ُّدعَا ُء‬S ‫ ال‬ialah permohonan yang berasal dari pihak yang berkedudukan
rendah kepada pihak yang berkedudukan lebih tinggi.
‫ اِ ْه ِدنِ ْي فََأ ْع َم َل ال َخي َْر‬:ُ‫ِم ْثل‬
(Ya Allah, tunjukilah aku sehingga dengan sebab itu aku dapat berbuat
kebaikan).
Selain fa’ sababiyah sebagai salah satu jenis huruf fa’ yang menashabkan fi’il
mudhari, huruf fa’ juga memiliki jenis-jenis yang lain, diantaranya:

1) Fa’ athaf
Biasanya berfungsi meng-‘athaf-kan kalimah isim kepada kalimah isim
lain atau jumlah kepada jumlah. Contohnya:
‫َجا َء زَ ْي ٌد فَخَالِ ٌد‬
(telah datang Zaid lalu Khalid)
‫فََأزَ لَّهُ َما ال ّش ْيطَانُ َع ْنهَا فَّأ ْخ َر َجهُ َما ِم َّما َكانَ فِ ْي ِه‬
(lalu setan memperdayakan keduanya dari surga, sehingga keduanya
dikeluarkan dari keadaan semula) “QS. al-Baqarah ayat 36”.
2) Fa’ isti’nafiyyah (‫)فاء االستئنافية‬
Huruf fa’ yang mengawali pembicaraan pada suatu kalimah yang berada
sesudahnya, dengan pembicaraan yang tidak ada kaitan dengan
pembicaraan sebelumnya. Contohnya:
‫ارُئ يَ ْزدَا ُد ِع ْل ًما ُكلَّ َما قَ َرَأ‬
ِ َ‫القِ َرا َءةُ تُفِ ْي ُد اِإل ْن َسانَ فَالق‬
(membaca itu bermanfaat bagi manusia, maka pembaca itu bertambah
ilmunya setiap ia membaca)
3) Fa’ ta’liliyah ( ‫)فاء التعليلية‬
Berfungsi sebagai alasan atau sebab terhadap kalimat yang ada
sebelumnya, dan semakna dengan lafadz ‫ َأِلجْ ل‬atau ‫( َأِل َّن‬karena).
Contohnya:
َ‫ص ِد ْيقُك‬
َ ‫اع ْد زَ ْيدًا فَهُ َو‬
ِ ‫َس‬
(bantulah Zaid, karena ia temanmu)
4) Fa’ rabith (pengikat)/ fa’ jaza’
Huruf fa’ yang berada atau menyertai jawab syarath apabila jawab
syarath ini dalam bentuk jumlah ismiyyah, thalab, jamid, yang didahului
maa nafi, qad, lan, dan saufa. Contohnya:
)‫(جملة إسمية‬ ‫َم ْن يَ ْه ِد هللاُ فَهُ َو ال ُم ْهتَ ِدي‬
(barang siapa yang diberikan petunjuk oleh Allah maka dialah orang yang
mendapat petunjuk)
ُّ ْ‫ِإ ْن يُ َسافِر‬
َ َ‫الطاَّل بُ ف‬
)‫سافِرْ َم َعهُ ْم (طلبيا‬
(jika para siswa itu pergi, maka pergilah Bersama mereka)

ِ ْ‫ِإ ْن َجا َء َز ْي ٌد فَ َما َأض‬


)‫ر ْبهُ (ما نفي‬
(jika zaid telah datang maka aku tidak akan memukulnya)
)‫ك (قد‬ ِ ‫ك فَقَ ْد َأ َّديْتَ َو‬
َ َ‫اجب‬ َ َ‫ِإ ْن ُزرْ ت‬
َ َ‫ص ِد ْيق‬
(jika kamu mengunjungi temanmu maka sungguh kamu telah menunaikan
kewajibanmu)
َ ِ‫ِإ ْن تُ ْه ِملْ ُدرُوْ َسكَ فَلَ ْن تَ ْن َج َح فِي ا ِال ْمت‬
)‫حا ِن (لَ ْن‬
(jika kamu mengabaikan pelajaranmu maka kamu tidak akan lulus dalam
ujian)
ْ ‫ِإ ْن ت‬
َ ‫َطلُبْ ِع ْل ًما فَ َسوْ فَ يَ ْنفَ ُع‬
)‫ك (سوف‬
(jika kamu menuntut ilmu maka kamu akan bermanfaat)
5) Fa’ fasihah (‫)فاء الفصيحة‬
Fa’ yang menyertai jawab dari syarath yang diperkirakan atau
disembunyikan. Contohnya:
‫ْأ‬
ِ ‫س ِمنَ ال َم ْش ِر‬
‫ق‬ ِ ‫ال ِإ ْب َرا ِه ْي ُم فَِإ َّن هللاَ يَ تِ ْي بِال َّش ْم‬
َ َ‫ق‬
(Ibrahim berkata maka sesungguhnya Allah mendatangkan matahari dari
timur)
6) Fa’ tafsiliyah (‫)فاء التفصيلية‬
Fa’ yang memiliki fungsi pada sesuatu yang datang setelahnya berupa
jumlah tafsiliyah (rincian) dari jumlah sebelumnya. Contohnya:

ُ‫ضَأ َز ْي ٌد فَ َغ َس َل َوجْ هَهُ ثُ َّم يَ َده‬


َّ ‫تَ َو‬
(Zaid berwudhu maka ia membasuh wajahnya kemudian tangannya)
7) Fa’ tafri’iyah (‫)فاء التفريعية‬

Memberikan faedah pada sesuatu setelahnya berupa ‫( فَرْ عًا‬cabang) dari


kalimat sebelumnya. Contohnya:
‫صاَل ةُ َعلَى ال ُم ْسلِ ِم ْينَ فَاَل تَ ِجبُ َعلَى ال َكافِ ِر‬
َّ ‫ب ال‬
َ ‫َو َج‬
(shalat wajib bagi kaum muslimin maka tidak wajib bagi orang kafir)
8) Fa’ fi’liyah (‫)فاء الفعلية‬
Terdapat pada fi’il amr lafif mafruq (fi’il yang ada huruf illatnya pada fa’
fi’il dan lam fi’il). Contohnya:
ِ – ‫َوفَى – يَفِي‬
‫ف‬
9) Fa’ zaidah (‫)فاء الزائدة‬
Digunakan untuk memperindah lafadzh, ia tidak ber-‘amal serta tidak
memiliki mahall i’rab, dan huruf fa’ zaidah lazimnya bersambung dengan
ْ َ‫ ق‬atau ‫اعدًا‬
‫ط‬ ِ ‫ص‬َ , dan ‫ َحسْب‬. Contohnya:
ْ َ‫َأ ْق َرُأ ِكتَابَي ِْن فَق‬
‫ط‬
(aku membaca dua buku saja).

d. ‫َوا ُو ال َم ِعيَّة‬

Menerangkan makna mushahabah (kebersamaan). Wawu ma’iyyah dengan syarat


terletak pada jawaban dari nafi (penafian) dan thalab (permintaan), seperti berikut
ini:

1) ‫النَّفِي‬
‫ اَل يَ ُزوْ ُرنِ ْي َز ْي ٌد َويُ ْك ِر َمنِ ْي‬:ُ‫ِم ْثل‬
(Zaid tidak mengunjungiku dan tidak menghormatiku).
2) ‫اَأل ْمر‬
َ‫ اَ ْقبِلْ َوُأحْ ِسنَ ِإلَ ْيك‬:ُ‫ِم ْثل‬
(menghadaplah, maka kusertakan kebaikan untukmu).
3) ‫النَّهْي‬
َ‫ض ْي َع َأ َملُك‬
ِ َ‫ اَل ت َْل َعبْ َوي‬:ُ‫ِم ْثل‬
(jangan bermain-main yang bersamaan dengan itu harapanmu akan sia-
sia).
4) ‫اال ْستِ ْفهَام‬
ِ
َ ْ‫ هَلْ تَ ْق َرُأ ال َّدر‬:ُ‫ِم ْثل‬
َ ْ‫س َوتَض‬
‫حكَ ؟‬
(apakah kamu membaca al-Qur’an sambal tertawa?).
5) ‫التَّ َمنِّي‬
‫ك تَ ْق َرُأ َوتَ ْفهَ َم َما تَ ْق َرُأ‬
َ َ‫ لَ ْيت‬:ُ‫ِم ْثل‬
(semoga kamu membaca serta memahami apa yang kamu baca).

Selain ‫ َوا ُو ال َم ِعيَة‬sebagai salah satu jenis huruf wawu, adapula jenis huruf wawu
yang lain diantaranya:

1) Wawu qasam (sumpah)


Wawu qasam yaitu wawu huruf jar yang selalu menjarkan isim dzahir. Ia
mempunyai ta’alluq kepada fi’il qasam yang dibuang, sementara jawab
qasam tersebut harus dalam bentuk jumlah khabariyyah. Contohnya:
َّ ِ‫َوهللاِ ُأَل َكاف‬
‫َئن ال ُمجْ ت َِح َد‬
(demi Allah, aku benar-benar akan cukupi biaya bagi siswa yang giat
belajar)
2) Wawu rubba
Wawu rubba yaitu wawu huruf zaidah (tambahan) yang berada di awal
kalam, dan ia masuk pada isim nakirah yang dibaca jar secara lafazh oleh
rubba yang dibuang, serta dibaca rafa’ secara mahall sebagai mubtada’,
sementara khabarnya berupa jumlah atau syibhul jumlah yang berada
sesudahnya. Contohnya:
ُ‫ج البَحْ ِر َأرْ خَى ُس ُدوْ لَه‬
ِ ْ‫َولَ ْي ٍل َك َمو‬
(betapa banyak malam itu bagaikan ombak lautan yang menguraikan tabir-
tabirnya)
3) Wawu haliyah atau wawu ibtidaiyyah
Masuk pada jumlah ismiyyah yang berfungsi untuk menautkan shahibul
hal dan kalimat yang berkedudukan sebagai hal. Kalimat yang terletak
sesudah wawu hal berada dalam tempat status manshub sebagai hal.
Contohnya:
ٌ‫َجا َء زَ ْي ٌد َوال َّش ْمسُ طَالِ َعة‬
(Zaid telah datang ketika matahari itu terbit).
4) Wawu isti’nafiyyah
Huruf wawu yang berasal di awal jumlah yang tidak ada kaitan makna
dengan jumlah sebelumnya, dan tidak mempunyai mahall i’rab.
Contohnya:
‫َجا َء خَالِ ٌد َو َد َخ َل ال ُم َعلِّ ُم فِي الفَصْ ِل‬
(Khalid telah datang, guru telah masuk ke dalam kelas)
5) Wawu ma’iyyah
Huruf wawu yang mengandung makna ‫( َم َع‬bersama). Ia selalu didahului
oleh jumlah atau ma dan kaifa istifhamiyyah, sementara kalimah isim yang
berada sesudah wawu harus dibaca nashab sebagai maf’ul ma’ah.
Contohnya:
ُ ْ‫ِسر‬
ِ ‫ت َو َش‬
‫اطَئ البَحْ ِر‬
(aku berjalan bersamaan dengan pinggir sungai).
6) Wawu athaf
Huruf athaf yang berfungsi sebagai makna muthlaq jama’
(menggabungkan). Contohnya:
‫َجا َء زَ ْي ٌد َوخَالِ ٌد‬
(Zaid dan Khalid telah datang)
7) Wawu i’tiradiyyah
Huruf wawu yang berfungsi sebagai penyambung jumlah mu’taradhah
(sampiran) antara dua bagian pembicaraan. Kalimah tersebut biasanya
tidak berfungsi sebagai sifat ataupun tidak memiliki status gramatika lain
dalam kalimah utama, karena itu ia disebut mu’taridhah (penghalang).
Contohnya:
‫َكانَ ُم ِح َّم ٌد – َوه َُو ال َّرسُوْ ُل اَأل ِميْنُ – ُش َجاعًا‬
(Muhammad-yakni Rasul yang dipercaya-adalah seorang pemberani).

e. ‫َأ ْو‬

Bermakna ilaa (‫ )ِإلَى‬atau bermakna illa ( ‫ )ِإاَّل‬.


Contoh ْ‫ َأو‬dengan makna ‫ ِإلَى‬:

َ ‫لَ ْن ُأ ْع ِط ْي‬
)‫ك الهَ ِديَّةَ َأوْ تَ ْن َج َح (َأي ِإلَى َأ ْن تَ ْن َج َح‬

(saya tidak akan memberikan kepadamu hadiah sampai kamu berhasil).

Contoh ْ‫ َأو‬dengan makna ‫ ِإاَّل‬:

َ ‫لَ ْن ُأ ْع ِط ْي‬
)‫ك الهَ ِديَّةَ َأوْ تَ ْن َج َح (َأي ِإاَّل َأ ْن تَ ْن َج َح‬

(saya tidak akan memberikan kepadamu hadiah kecuali kamu berhasil).

Selain huruf ْ‫ َأو‬sebagai salah satu huruf yang menashabkan fi’il mudhari’ dengan
an mudhmarah, ada pula ْ‫ َأو‬sebagai huruf athaf yang berfungsi untuk
menunjukkan pilihan atau keraguan, contohnya:

ٌ ِ‫نَقَ َل الخَ بَ َر ُم َح َّم ٌد َأوْ َعل‬


‫ي‬

(Muhammad atau Ali membawa berita ini)

D. Contoh I’rab

Anda mungkin juga menyukai