Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

IBADAH (RUKUN ISLAM)


Ditujukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Agama Islam

DISUSUN OLEH :

NAMA : WIDYA TRY TARADIPA


NIM 2002046
PROGRAM STUDI : SISTEM INFORMASI

DOSEN PENGAMPU : DR. MUHAMMAD ZEIN, S.Pdi,


M.Pdi PENANGGAP UTAMA :

SEKOLAH TINGGI ILMU KOMPUTER


TUNAS BANGSA PEMATANGSIANTAR
TA. 2022-2023
KATA PENGANTAR

‫مة َب كاتُ ه‬
َ َ ْ ‫َال ََل ع‬
‫ُم لي م ر ه ِلال ح َر‬
‫و‬ ‫س‬
‫ك و‬

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa ta’ala yang senantiasa
melimpahkan rahmat dan ridho-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan
makalah mata kuliah Agama Islam II yang berjudul “Ibadah (Rukun Islam)”.
Tak lupa, saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak dosen selaku pembimbing dalam
pembelajaran mata kuliah Agama Islam II, juga kepada semua teman-teman yang telah
memberikan dukungan kepada saya dalam menyelesaikan makalah ini.
Harapan terdalam saya, semoga penyusunan makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua
serta menjadi tambahan informasi mengenai “Ibadah (Rukun Islam)” bagi para pembaca.
Saya menyadari jika dalam menyusun makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, dengan hati yang terbuka kritik serta saran yang konstruktif guna kesempurnaan
makalah ini. Demikianlah makalah ini saya susun, apabila ada kata-kata yang kurang
berkesan dan banyak terdapat kekurangan, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya. Semoga
bermanfaat.

‫مة وَب كا ُت ه‬
َ َ ْ ‫وال ََل ع‬
‫ُم لي م ر ه ِلال ح َر‬
‫س‬
‫ك و‬

Pematangsiantar, 26 Maret 2023

Widya Try Taradipa

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
1.1 Latar Belakang......................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................1
1.3 Tujuan Masalah.....................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................2
2.1 Pengertian Ibadah..................................................................................................2
2.2 Ruang Lingkup dan Macam-macam Ibadah.........................................................3
2.3 Tujuan, Hakikat, dan Fungsi Ibadah.....................................................................5
2.4 Syarat Diterimanya Ibadah....................................................................................8
2.5 Berbagai Aspek Mengenai Rukun Islam...............................................................8
BAB III PENUTUP.........................................................................................................13
3.1 Kesimpulan...........................................................................................................13
3.2 Saran......................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dari zaman dahulu telah kita ketahui kewajiban kita sebagai hamba Allah Subhanahu
wa ta’ala yang lemah adalah beribadah. Setiap ibadah sebagaimana yang diperintahkan Allah
Subhanahu wa ta’ala mengandung maksud tersendiri dan di dalam pelaksanaannya terdapat
hikmah. Segala bentuk dan jenis ibadah yang di syari’atkan Allah Subhanahu wa ta’ala
kepada manusia di janjikan pahala dunia dan akhirat, juga mengandung hikmah yang luar
biasa bagi siapa saja yang menaatinya.
Ibadah merupakan unsur mutlak dalam agama. Agama yang intinya adalah keyakinan
tentang adanya zat yang berkuasa di atas alam raya, dan kerinduan manusia untuk
mengagumkan dan berhubungan dengan-Nya, melahirkan berbagai macam cara pengabdian,
pemujaan dan ibadah. Dalam pelaksanaannya pun mempunyai cara yang berbeda-beda.
Di dalam agama Islam juga terdapat banyak ibadah yang harus dilaksanakan dan
dipatuhi oleh setiap umatnya kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Salah satu kegiatan ibadah
yang sangat penting dan dijadikan tiang agama dalam agama islam adalah shalat.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Pengertian Ibadah ?
2. Apa Ruang Lingkup dan Macam-macam Ibadah ?
3. Apa Tujuan, Hakikat, dan Fungsi Ibadah ?
4. Bagaimana Syarat Diterimanya Ibadah ?
5. Bagaimana Aspek Mengenai Rukun Islam?

1.3 Tujuan Masalah


1. Kita dapat mengetahui apa Pengertian Ibadah
2. Kita dapat mengetahui apa Ruang Lingkup dan Macam-macam Ibadah
3. Kita dapat mengetahui apa Tujuan , Hakikat, dan Fungsi Ibadah
4. Kita dapat mengetahui bagaimana Syarat Diterimanya Ibadah
5. Kita dapat mengetahui bagaimana Aspek Megenai Rukun Islam

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Ibadah

Ibadah berasal dari kata Arab ‘ibadah (jamak: ‘ibadat) yang berarti pengabdian,
penghambaan, ketundukkan, dan kepatuhan. Dari akar kata yang sama kita mengenal istilah
‘abd (hamba, budak) yang menghimpun makna kekurangan, kehinaan, dan kerendahan.
Karena itu, inti ibadah ialah pengungkapan rasa kekurangan, kehinaan dan kerendahan diri
dalam bentuk pengagungan, penyucian dan syukur atas segala nikmat. Kata ‘abd diserap ke
dalam bahasa Indonesia menjadi abdi, seorang yang mengabdi dengan tunduk dan patuh
kepada orang lain. Dengan demikian, segala bentuk sikap pengabdian dan kepatuhan
merupakan ibadah walaupun tidak dilandasi suatu keyakinan.
Kata “Ibadah” menurut bahasa berarti “taat, tunduk, merendahkan diri dan
menghambakan diri” (Basyir, 1984:12). Adapun kata “Ibadah” menurut istilah berarti
penghambaan diri yang sepenuh-penuhnya untuk mencapai keridhoan Allah Subhanahu wa
ta’ala dan mengharap pahala-Nya di akhirat” (Ash-Shiddiqy, 1954:4).
Dari sisi keagamaan, ibadah adalah ketundukkan atau penghambaan diri kepada Allah
Subhanahu wa ta’ala. Ibadah meliputi semua bentuk kegiatan manusia di dunia ini, yang
dilakukan dengan niat mengabdi dan menghamba hanya kepada Allah Subhanahu wa ta’ala.
Jadi, semua tindakan mukmin yang dilandasi oleh niat tulus untuk mencapai ridha Allah
Subhanahu wa ta’ala dipandang sebagai ibadah. Makna inilah yang terkandung dalam firman
Allah Subhanahu wa ta’ala :

.‫ََّّل ِل ع ُبدُ ْون‬ ْ‫ت وا‬ ‫و ماخلَ ْق‬


‫الجن َِّل ْن َي س‬
‫ا‬
Tidaklah Kuciptakan jin dan manusia melainkan untu mengabdi kepada-Ku,
(al-Dzariyat [51] : 56).

Dengan demikian, segenap tindakan mukmin yang dilakukan sepanjang hari dan
malam tidak terlepas dari nilai ibadah, termasuk tindakan yang dianggap sepele, seperti
senyum kepada orang lain. Atau bahkan tindakan yang dianggap kotor atau tabu jika
dituturkan kepada orang lain, seperti buang hajat, dan lain-lain. Beberapa sahabat bertanya
kepada Nabi Muhammad Shalallaahu Alaihi Wassalaam. tentang pahala shalat, puasa, dan
sedekah. Rasulullah Shalallaahu Alaihi Wassalaam. juga bersabda, “Seseorang muslim yang
menanam pohon atau tumbuhan lain, kemudian buahnya dimakan burung, orang atau
binatang ternak, semua itu menjadi sedekah baginya.”

ibadah mempunyai banyak definisi, tetapi makna dan maksudnya satu. Definisi itu
antara lain adalah:

2
 Ibadah adalah taat kepada Allah Subhanahu wa ta’ala dengan melaksanakan perintah-
Nya melalui lisan para Rasulullah Shalallaahu Alaihi Wassalaam.

3
 Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah Subhanahu wa ta’ala, yaitu tingkatan
tunduk yang paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah (kecintaan) yang paling
tinggi.
 Ibadah adalah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah
Subhanahu wa ta’ala, baik berupa ucapan atau perbuatan, yang zhahir maupun yang
bathin. Yang ketiga ini adalah definisi yang paling lengkap.

Ibadah terbagi menjadi ibadah hati, lisan, dan anggota badan. Rasa khauf (takut), raja’
(mengharap), mahabbah (cinta), tawakkal (ketergantungan), raghbah (senang), dan rahbah
(takut) adalah ibadah qalbiyah (yang berkaitan dengan hati). Sedangkan tasbih, tahlil, takbir,
tahmid dan syukur dengan lisan dan hati adalah ibadah lisaniyah qalbiyah (lisan dan hati).
Sedangkan shalat, zakat, haji, dan jihad adalah ibadah badaniyah qalbiyah (fisik dan hati).
Serta masih banyak lagi macam-macam ibadah yang berkaitan dengan amalan hati, lisan dan
badan.

Ibadah inilah yang menjadi tujuan penciptaan manusia. Allah Subhanahu wa ta’ala
berfirman:

¸p ˚˚' ' ' pœ ´ p ˚i ´ ˚ i3¸ ˚ 3 :˚ ˚


p˚: 3 ¹p ę ’ i3¸˚
ę ’
¹ p˚ ˚ ´i :¸ ˚ ¹ i¸
˚ 'p ' ˚ p ˚'
÷ ´
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah
kepada-Ku. Aku tidak menghendaki rizki sedikit pun dari mereka dan Aku tidak menghendaki
supaya mereka memberi makan kepada-Ku. Sesungguhnya Allah Dia-lah Maha Pemberi
rizki Yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh.” [Adz-Dzaariyaat/51: 56-58]

Allah Subhanahu wa ta’ala memberitahukan bahwa hikmah penciptaan jin dan


manusia adalah agar mereka melaksanakan ibadah hanya kepada Allah Subhanahu wa ta’ala.
Dan Allah Subhanahu wa ta’ala Mahakaya, tidak membutuhkan ibadah mereka, akan tetapi
merekalah yang membutuhkan-Nya, karena ketergantungan mereka kepada Allah Subhanahu
wa ta’ala, maka barangsiapa yang menolak beribadah kepada Allah Subhanahu wa ta’ala, ia
adalah sombong. Siapa yang beribadah kepada-Nya tetapi dengan selain apa yang
disyari’atkan-Nya, maka ia adalah mubtadi’ (pelaku bid’ah). Dan barangsiapa yang beribadah
kepada-Nya hanya dengan apa yang disyari’atkan-Nya, maka ia adalah mukmin muwahhid
(yang mengesakan Allah).

4
2.2 Ruang Lingkup dan Macam-macam Ibadah
Membicarakan ruang lingkup ibadah, tentunya tidak dapat melepaskan diri dari
pemahaman terhadap pengertian ruang lingkup itu sendiri. Oleh sebab itu, menurut Ibnu
Taimiyah (661-726 Hijriyah/1262-1371 Masehi), bahwa ruang lingkup ibadah mencakup
semua bentuk cinta dan kerelaan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala, baik dalam perkataan

5
maupun batin, termasuk dalam pengertian ini adalah shalat, zakat, haji, benar dalam
pembicaraan, menjalankan amanah, berbuat baik kepada orang tua, menjalin silahturrahmi,
memenuhi janji Amar Ma’ruf Nahi Munkar, jihad terhadap orang kafir, berbuat baik pada
tetangga, anak yatim, fakir miskin, berdo’a, zikir, baca Al-qur’an, rela menerima ketentuan
Allah Subhanahu wa ta’ala dan lain sebagainya.
Macam-macam ibadah pada dasarnya digolongkan menjadi dua, yaitu:

1. Ibadah Umum, artinya ibadah yang mencakup segala aspek kehidupan dalam rangka
mencari keridhoan Allah Subhanahu wa ta’ala. Unsur terpenting agar dalam
melaksanakan segala aktivitas kehidupan di dunia ini agar benar-benar bernilai ibadah
adalah niat yang ikhlas untuk memenuhi tuntutan agama dengan menempuh jalan yang
halal dan menjauhi jalan yang haram.
2. Ibadah Khusus, artinya ibadah yang macam dan cara pelaksanaannya ditentukan dalam
syara (ditentukan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala dan Nabi Muhammad Shalallaahu
Alaihi Wassalaam). ibadah khusus ini bersifat tetap dan mutlak, manusia tinggal
melaksanakan sesuai dengan peraturan dan tuntutan yang ada, tidak boleh menambah,
dan mengurangi, seperti tuntutan bersuci (wudhu), sholat, puasa ramadhan, ketentuan
nisab zakat.

a) Dilihat dari segi umum dan khusus, maka ibadah dibagi dua macam :
 Ibadah Khoshoh adalah ibadah yang ketentuannya telah ditetapkan dalam nash
(dalil/dasar hukum) yang jelas, yaitu sholat, zakat, puasa dan haji.
 Ibadah Ammah adalah semua perilaku baik yang dilakukan semata-mata karena Allah
Subhanahu wa ta’ala seperti bekerja, makan, minum dan tidur sebab semua itu untuk
menjaga kelangsungan hidup dan kesehatan jasmani supaya dapat mengabdi kepada-
Nya.

b) Ditinjau dari segi kepentingan perseorangan atau masyarakat, ibadah ada dua macam :
 Ibadah wajib (fardhu) seperti sholat dan puasa.
 Ibadah ijtima’i, seperti zakat dan haji.

c) Dilihat dari cara pelaksanaannya, ibadah dibagi menjadi tiga :


 Ibadah jasmaniyah dan ruhiyah seperti shalat dan puasa
 Ibadah ruhiyah dan amaliyah seperti zakat.
 Ibadah jasmaniyah, ruhiyah dan amaliyah seperti pergi haji.

d) Ditinjau dari segi bentuk dan sifatnya, ibadah dibagi menjadi :


 Ibadah yang berupa pekerjaan tertentu dengan perkataan dan perbuatan, seperti shalat,
zakat, puasa dan haji.
 Ibadah yang berupa ucapan, seperti membaca Al-Qur’an, berdo’a dan berdzikir.
 Ibadah yang berupa perbuatan yang tidak ditentukan bentuknya, seperti membela diri,
menolong orang lain, mengurus jenazah dan jihad.
 Ibadah yang berupa menahan diri, seperti ihrom, berpuasa dan i’tikaf

6
(duduk di masjid)
 Ibadah yang sifatnya menggugurkan hak, seperti membebaskan hutang atau
membebaskan hutang orang lain.

2.3 Tujuan, Hakikat, dan Fungsi Ibadah

1. Tujuan Ibadah
Ada lima tujuan yang dicapai melalui pelaksanaan ibadah :

1. Memuji Allah Subhanahu wa ta’ala dengan sifat-sifat kesempurnaan-Nya yang


mutlak, seperti ilmu, kekuasaan, dan kehendak-Nya. Artinya, kesempurnaan sifat-sifat
Allah Subhanahu wa ta’ala tak terbatas, tak terikat syarat, dan meniscayakan-Nya
tanpa membutuhkan yang lain.
2. Menyucikan Allah Subhanahu wa ta’ala dari segala cela dan kekurangan, seperti
kemungkinan untuk binasa, terbatas, bodoh, lemah, kikir, semena-mena, dan sifat-
sifat tercela lainnya,
3. Bersyukur kepada Allah Subhanahu wa ta’ala sebagai sumber segala kebaikan yang
kita dapatkan berasal dari-Nya, sedangkan segala sesuatu selain kebaikan hanyalah
perantara yang dia ciptakan.
4. Menyerahkan diri secara tulus kepada Allah Subhanahu wa ta’ala dan menaati-Nya
secara mutlak. Mengakui bahwa Dialah yang layak ditaati dan dijadikan tempat
berserah diri. Dialah yang yang berhak memerintah dan melarang kita, kita semua
wajib taat dan menyerahkan diri kepada-Nya, sebab kita adalah hamba-Nya.
5. Tidak ada sekutu bagi-Nya dalam masalah apapun yang kami sebutkan di atas, dialah
satu-satunya yang maha sempura. Dialah satu-satunya yang maha suci dari segala cela
dan kekurangan. Dan dialah satu-satunya pemberi nikmat yang sebenarnya, serta
pencipta segala kenikmatan. Karena itu, segala bentuk syukur layak dipanjatkan
hanya kepada-Nya. Dialah satu-satunya yang layak ditaati dan dijadikan tempat
berserah diri secara tulus. Ketaatan kita kepada Nabi Shalallaahu Alaihi Wassalaam,
imam, pemimpin, agama, ayah, ibu, atau guru harus kita lakukan dalam bingkai
ketaatan kita kepada-Nya. Inilah sikap yang layak bagi seorang hamba di hadapan
penciptanya. Sikap semacam itu hanya boleh dilakukan kepada dia yang betul-betul
nyat keagungan dan kebesaran-Nya.

2. Hakekat Ibadah

Tujuan di ciptakannya manusia di muka bumi ini yaitu untuk beribadah kepada-
Nya. Allah Subhanahu wa ta’ala menetapkan perintah ibadah sebenarnya merupakan
suatu kemampuan yang besar kepada makhluknya, karena apabila direnungkan, hakikat
perintah beribadah itu berupa peringatan agar kita menunaikan kewajiban terhadap Allah
Subhanahu wa ta’ala yang telah melimpahkan karunia-Nya. Hakikat ibadah itu antara
lain firman Allah Subhanahu wa ta’ala yang berbunyi:

7
Artinya: “Wahai para manusia, beribadahlah kamu kepada Tuhanmu, yang telah
menjadikan kamu dan telah menjadikan orang-orang sebelum kamu, agar kamu
bertaqwa.” (QS. Al-Baqarah (2) ;21).

Adapun hakikat ibadah yaitu :

1. Ibadah adalah tujuan hidup kita.


2. Melaksanakan apa yang Allah Subhanahu wa ta’ala cintai dan ridhai dengan penuh
ketundukkan dan perendahan diri kepada Allah Subhanahu wa ta’ala.
3. Ibadah akan terwujud dengan cara melaksanakan perintah Allah Subhanahu wa ta’ala
dan meniggalkan larangan-Nya.
4. Cinta, maksudnya cinta kepada Allah Subhanahu wa ta’ala dan Rasulullah
Shalallaahu Alaihi Wassalaam yang mengandung makna mendahulukan kehendak
Allah Subhanahu wa ta’ala dan Rasulullah Shalallaahu Alaihi Wassalaam atas yang
lainnya. Adapun tanda-tandanya : mengikuti sunnah Rasulullah Shalallaahu Alaihi
Wassalaam.
5. Jihad di jalan Allah Subhanahu wa ta’ala (berusaha sekuat tenaga untuk meraih
segala sesuatu yang dicintai Allah Subhanahu wa ta’ala).
6. Takut, maksudnya tidak merasakan sedikitpun ketakutan kepada segala bentuk dan
jenis makhluk melebihi ketakutannya kepada Allah Subhanahu wa ta’ala.

Dengan demikian orang-orang yang benar-benar mengerti kehidupan adalah yang


mengisi waktunya dengan berbagai macam bentuk ketaatan; baik dengan melaksanakan
perintah maupun menjauhi larangan. Sebab dengan cara itu tujuan hidupnya akan
terwujud.

3. Fungsi Ibadah

Ada tiga aspek fungsi ibadah dalam Islam:

a) Mewujudkan hubungan antara hamba dengan Tuhannya.


Mewujudkan hubungan antara manusia dengan Tuhannya dapat
dilakukan melalui “muqorobah” dan “khudlu”. Orang yang beriman dirinya
akan selalu merasa diawasi oleh Allah Subhanahu wa ta’ala. Ia akan selalu berupaya
menyesuaikan segala perilakunya dengan ketentuan Allah Subhanahu wa ta’ala.
Dengan sikap itu seseorang muslim tidak akan melupakan kewajibannya untuk
beribadah, bertaubat. Demikianlah ikrar seorang muslim seperti tertera dalam Al-
Qur’an surat Al-Fatihah ayat 5 :

8
“Hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta
pertolongan.”Atas landasan itulah manusia akan terbebas dari penghambaan
terhadap manusia, harta benda dan hawa nafsu.

b) Mendidik mental dan menjadikan manusia ingat akan kewajibannya


Dengan sikap ini, setiap manusia tidak akan lupa bahwa dia adalah anggota
masyarakat yang mempunyai hak dan Kewajiban untuk menerima dan memberi
nasihat. Oleh karena itu, banyak ayat Al-Qur'an ketika berbicara tentang fungsi
ibadah menyebutkan juga dampaknya terhadap kehidupan pribadi dan masyarakat.
Contohnya: Ketika Al Qur'an berbicara tentang sholat, ia menjelaskan fungsinya:

“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al kitab (Al Quran) dan
dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji
dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah Subhanahu wa ta’ala (shalat)
adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah - ibadah yang lain). dan Allah
Subhanahu wa ta’ala mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Dalam ayat ini Al-Qur'an menjelaskan bahwa fungsi sholat adalah mencegah dari
perbuatan keji dan mungkar.Perbuatan keji dan mungkar adalah suatu perbuatan
merugikan diri sendiri dan orang lain. Maka dengan sholat diharapakan manusia
dapat mencegah dirinya dari perbuatan yang merugikan tersebut. Ketika Al-Qur'an
berbicara tentang zakat, Al-Qur'an juga menjelaskan fungsinya:

“Ambilah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan
dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu
(menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Subhanahu wa ta’ala maha
mendengar lagi maha mengetahui. “Dan masih banyak ibadah – ibadah lain yang
tujuannya tidak hanya baik bagi diri pelakunya tetapi juga membawa dampak sosial
yang baik bagi masyarakatnya. Karena itu Allah Subhanahu wa ta’ala tidak akan
menerima semua bentuk ibadah, kecuali ibadah tersebut membawa kebaikan bagi
dirinya dan orang lain. Dalam hal ini Nabi Shalallaahu Alaihi Wassalaam bersabda :

“Barangsiapa yang sholatnya tidak mencegah dirinya dari perbuatan keji dan
munkar, maka dia hanya akan bertambah jauh dari Allah” (HR. Thabrani)

c) Melatih diri untuk berdisiplin


Adalah suatu kenyataan bahwa segala bentuk ibadah menuntut kita
untuk berdisiplin. Kenyataan itu dapat dilihat dengajn jelas dalam pelaksanaan sholat,
mulai dari wudhu, ketentuan waktunya, berdiri, ruku, sujud dan aturan-aturan lainnya,
mengajarkan kita untuk berdisiplin. Apabila kita menganiaya sesama muslim,
menyakiti manusia baik dengan perkataan maupun perbuatan, tidak mau membantu
kesulitan sesama manusia, menumpuk harta dan tidak menyalurkannya kepada yang
berhak. Tidak mau melakukan “Amar Ma'ruf Nahi Munkar”, maka ibadahnya tidak
bermanfaat dan tidak bisa menyelamatkannya dari siksa Allah Subhanahu wa ta’ala.

9
2.4 Syarat Diterimanya Ibadah
Tidak semua tindakan manusia dianggap ibadah kecuali jika memenuhi dua syarat berikut ini:

 Niat yang ikhlas, suatu perbuatan dinilai ibadah kalau diniatkan sebagai ibadah.
Rasulullah Shalallaahu Alaihi Wassalaam. bersabda, “Suatu suatu amal hanya (akan
dinilai sebagai ibadah) sesuai dengan niatnya, dan masing-masing orang akan
meraih sesuatu sesuai dengan niatnya.” (HR Bukhari dan Muslim). Hussein Ateshin,
pakar Islam asal Turki, mengatakan, “Suatu tindakan dianggap ibadah hanya jika
dimulai dengan niat, yakni secara mental kita harus menyadari bahwa apa yang akan
kita lakukan itu demi dan dalam kerangka kepatuhan serta ketaatan kepada kehendak
Allah Subhanahu wa ta’ala.”
 Tidak bertentangan dengan syariat. Bila bertentangan dengan syariat, suatu tindakan
tidak akan dianggap ibadah meskipun dilandasi dengan niat ibadah, misalnya
memperkosa, mencuri, merampok, korupsi dan sebagainya. Semua itu tidak dianggap
ibadah meskipun hasil dari tindakan itu dipergunakan untuk kebaikan, misalnya
bersedekah dengan harta hasil korupsi. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,
“Janganlah kamu campurkan yang hak dengan yang batil ..”. (al-Baqarah [2]: 42).

2.5 Berbagai Aspek Mengenai Rukun Islam


Islam memiliki lima rukun atau pilar agama yang merupakan kewajiban dasar dan
harus ditunaikan setiap muslim. Barang siapa yang tidak menunaikannya, apalagi
mengingkari kewajiban ini, maka patut dipertanyakan kualitas keislamannya. Lima rukun
Islam tersebut yaitu :
1. Mengucapkan dua kalimat syahadat
2. Menunaikan shalat
3. Berpuasa pada Ramadan
4. Menunaikan zakat
5. Berhaji bagi yang mampu.
Dalil mengenai kewajiban rukun Islam ini berdasarkan hadis yang diriwayatkan Umar bin
Khattab Radhiyallahu 'Anhu, ketika malaikat Jibril yang menyaru menjadi seorang laki-laki
berkata kepada Nabi Muhammad Shalallaahu Alaihi Wassalaam :

“ ... 'Hai Muhammad, beritahukan kepadaku tentang Islam.' Rasulullah SAW menjawab,
'Islam itu engkau bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah
dan sesungguhnya Muhammad itu utusan Allah, engkau mendirikan salat, mengeluarkan
zakat, berpuasa pada Ramadan dan mengerjakan ibadah haji ke Baitullah (Ka'bah) jika
engkau mampu melakukannya," (H.R. Muslim).
Karena rukun Islam adalah pokok ajaran Islam, maka yang meninggalkannya
tergolong berdosa. Sebaliknya, yang taat dan memenuhi semua rukun Islam ini dijanjikan
pahala besar dan memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat.

1
Macam – macam rukun islam :
1. Mengucapakan Dua Kalimat Syahadat

Syahadat berasal dari kata bahasa Arab yaitu syahida ( ‫ ) ش‬yang artinya "ia telah
menyaksikan". Kalimat itu dalam syariat Islam adalah sebuah pernyataan kepercayaan
sekaligus pengakuan akan keesaan Tuhan (Allah Subhanahu wa ta’ala)
dan Muhammad Shalallaahu Alaihi Wassalaam sebagai rasul-Nya.

Syahadat disebut juga dengan Syahadatain karena terdiri dari 2 kalimat (Dalam
bahasa arab Syahadatain berarti 2 kalimat Syahadat). Kalimat pertama merupakan syahadah
at-tauhid, dan kalimat kedua merupakan syahadah ar-rasul.
Kedua kalimat syahadat itu adalah:
 Kalimat pertama:
˚´ ‫´ ش‬
˚ ´´‫˚ ﻪ‬Æ ²
´ ²
ʾašhadu ʾan lā ʾilāha ʾillā -llāh
artinya: Saya bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak di ibadahi selain Allah

 Kalimat kedua:
˚ ´ ‫˝' ´ ´ ش‬ tp~ ¸Æ ²
p 3
wa ʾašhadu ʾanna muḥammadan rasūlu -llāh
artinya: dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah rasul (utusan) Allah.

Jika kedua kalimat syahadat digabungkan, maka akan berbunyi:


˚´ ‫´ ش‬
˚ ´² ´‫˚ ﻪ‬Æ ² ´ ´ '˝ tp~ ¸Æ ²
´ !¸ ˚ ´ p 3
‫ش‬
ašhadu ʾalā ʾilāha ʾilla -llāhu, wa-ʾašhadu ʾanna muḥammadan rasūlu –llāh
artinya: Saya bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak di ibadahi selain Allah, dan
saya bersaksi bahwa Muhammad adalah rasul (utusan) Allah.

2. Menunaikan Shalat

Shalat lima waktu sehari semalam yang Allah Subhanahu wa ta’ala syariatkan untuk
menjadi sarana interaksi antara Allah Subhanahu wa ta’ala dengan seorang muslim dimana ia
bermunajat dan berdoa kepada-Nya. Juga untuk menjadi sarana pencegah bagi seorang
muslim dari perbuatan keji dan mungkar sehingga ia memperoleh kedamaian jiwa dan badan
yang dapat membahagiakannya di dunia dan akhirat.
Allah Subhanahu wa ta’ala mensyariatkan dalam shalat, suci badan, pakaian, dan
1
tempat yang digunakan untuk sholat. Maka seorang muslim membersihkan diri dengan air
suci dari semua barang najis seperti air kecil dan besar dalam rangka mensucikan badannya
dari najis lahir dan hatinya dari najis batin.

1
Shalat merupakan tiang agama. Ia sebagai rukun terpenting Islam setelah dua kalimat
syahadat. Seorang muslim wajib memeliharanya semenjak usia baligh (dewasa) hingga mati.
Ia wajib memerintahkannya kepada keluarga dan anak-anaknya semenjak usia tujuh tahun
dalam rangka membiasakannya. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman :
"Sesungguhnya sholat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang
yang beriman (An Nisa : 103)
Sholat wajib bagi seorang muslim dalam kondisi apapun hingga pada kondisi
ketakutan dan sakit. Ia menjalankan sholat sesuai kemampuannya baik dalam keadaan
berdiri, duduk maupun berbaring hingga sekalipun tidak mampu kecuali sekedar dengan
isyarat mata atau hatinya maka ia mengkabarkan bahwa orang yang boleh sholat dengan
isyarat.
Sholat lima waktu itu adalah shalat Shubuh, shalat Dhuhur, shalat Ashar,
shalat Maghrib dan shalat Isya’. Waktu shalat Shubuh dimulai dari munculnya mentari pagi
di Timur dan berakhir saat terbit matahari. Tidak boleh menunda sampai akhir waktunya.
Waktu shalat Dhuhur dimulai dari condongnya matahari hingga sesuatu sepanjang bayang-
bayangnya. Waktu shalat Ashar dimulai setelah habisnya waktu Dhuhur hingga matahari
menguning dan tidak boleh menundanya hingga akhir waktu. Akan tetapi ditunaikan selama
matahari masih putih cerah. Waktu Maghrib dimulai setelah terbenamnya matahari dan
berakhir dengan lenyapnya senja merah dan tidak boleh ditunda hingga akhir waktunya.
Sedang waktu shalat Isya’ dimulai setelah habisnya waktu maghrib hingga akhir malam dan
tidak boleh ditunda setelah itu.
Seandainya seorang muslim menunda-nunda sekali shalat saja dari ketentuan
waktunya hingga keluar waktunya tanpa alasan yang dibenarkan syariat diluar keinginannya
maka ia telah melakukan dosa besar. Ia harus bertaubat kepada Allah Subhanahu wa ta’ala
dan tidak mengulangi lagi.

3. Berpuasa Pada Bulan Ramadhan

Seorang muslim berniat puasa sebelum waktu shubuh (fajar) terang. Kemudian
menahan dari makan, minum dan jima’ (hubungan lain jenis) hingga terbenamnya matahari
kemudian berbuka. Ia kerjakan hal itu selama hari bulan Romadhon. Dengan itu ia
menghendaki ridho Allah Subhanahu wa ta’ala dan beribadah kepada-Nya.
Dalam puasa terdapat beberapa manfaat tak terhingga. Diantara yang terpenting :

1. Merupakan ibadah kepada Allah Subhanahu wa ta’ala dan menjalankan perintah-


Nya. Seorang hamba meninggalkan syahwatnya, makan dan minumnya demi Allah
Subhanahu wa ta’ala. Hal itu diantara sarana terbesar mencapai taqwa kepada Allah
Subhanahu wa ta’ala.
2. Adapun manfaat puasa dari sudut kesehatan, ekonomi, sosial maka amat banyak.
Tidak ada yang dapat mengetahuinya selain mereka yang berpuasa atas dorongan
akidah dan iman.

1
4. Menunaikan Zakat

Zakat adalah bagian tertentu dari harta yang wajib dikeluarkan oleh setiap muslim
apabila telah mencapai syarat yang ditetapkan. Sebagai salah satu rukun Islam, zakat
ditunaikan untuk diberikan kepada golongan yang berhak menerimanya (asnaf).
Zakat berasal dari bentuk kata "zaka" yang berarti suci, baik, berkah, tumbuh, dan
berkembang. Dinamakan zakat, karena di dalamnya terkandung harapan untuk memperoleh
berkah, membersihkan jiwa dan memupuknya dengan berbagai kebaikan.

Makna tumbuh dalam arti zakat menunjukkan bahwa mengeluarkan zakat sebagai sebab
adanya pertumbuhan dan perkembangan harta, pelaksanaan zakat itu mengakibatkan pahala
menjadi banyak. Sedangkan makna suci menunjukkan bahwa zakat adalah mensucikan jiwa
dari kejelekan, kebatilan dan pensuci dari dosa-dosa.
Menurut istilah dalam kitab al-Hawi, al-Mawardi mendefinisikan zakat dengan nama
pengambilan tertentu dari harta tertentu, menurut sifat-sifat tertentu dan untuk diberikan
kepada golongan tertentu. Orang yang menunaikan zakat disebut Muzaki. Sedangkan orang
yang menerima zakat disebut Mustahik.
Allah Subhanahu wa ta’ala telah memerintahkan setiap muslim yang memilki harta
mencapai nisab untuk mengeluarkan zakat hartanya setiap tahun. Ia berikan kepada yang
berhak menerima dari kalangan fakir serta selain mereka yang zakat boleh diserahkan kepada
mereka sebagaimana telah diterangkan dalam Al Qur’an.
Nishab emas sebanyak 20 mitsqal. Nishab perak sebanyak 200 dirham atau mata uang
kertas yang senilai itu. Barang-barang dagangan dengan segala macam jika nilainya telah
mencapai nishab wajib pemiliknya mengeluarkan zakatnya manakala telah berlalu setahun.
Nishab biji-bijian dan buah-buahan 300 sha’. Rumah siap jual dikeluarkan zakat nilainya.
Sedang rumah siap sewa saja dikeluarkan zakat upahnya. Kadar zakat pada emas, perak dan
barang-barang dagangan 2,5 % setiap tahunnya. Pada biji-bijian dan buah-buahan 10 % dari
yang diairi tanpa kesulitan seperti yang diairi dengan air sungai, mata air yang mengalir atau
hujan. Sedang 5 % pada biji-bijian yang diairi dengan susah seperti yang diairi dengan alat
penimba air. Diantara manfaat mengeluarkan zakat menghibur jiwa orang-orang fakir dan
menutupi kebutuhan mereka serta menguatkan ikatan cinta antara mereka dan orang kaya.

5. Berhaji Bagi Yang mampu

Haji merupakan rukun Islam kelima yang merupakan penyempurna daripada rukun
Islam lainnya. Menunaikan ibadah haji ini hukumnya wajib bagi setiap orang Islam
dengan kewajiban sekali dalam seumur hidup.
Tidak seperti ibadah lainnya, haji mensyaratkan adanya istitha’ah (mampu) bagi
orang yang hendak menjalankan ibadah haji. Kemampuan tersebut mencakup dua hal, yakni
kemampuan secara fisik dan kemampuan secara finansial.

1
Seseorang dianggap mampu secara finansial apabila dapat mencukupi biaya
perjalanan, bekal makanan selama perjalanan, pakaian, biaya hidup selama di tanah suci, dan
biaya untuk perjalanan kembali. Selain itu, seseorang itu juga harus menjamin kehidupan
keluarganya yang ditinggalkan di rumah.
Umat Islam yang menunaikan ibadah haji harus pergi meninggalkan tanah airnya
dengan mengalami berbagai rintangan dan menjalani kehidupan sebagai pengembara. Selain
itu, umat Islam yang hendak ke tanah suci juga harus merelakan harta bendanya sebagai
biaya transpotasi. Semua itu memerlukan biaya yang tidak sedikit.
Rukun Islam kelima adalah haji ke baitullah mekkah sekali seumur hidup. Adapun
lebihnya maka merupakan sunnah. Dalam ibadah haji terdapat manfaat tak terhingga :
1. Pertama, haji merupakan bentuk ibadah kepada Allah Subhanahu wa ta’ala dengan
ruh, badan dan harta.
2. Kedua, ketika haji kaum muslimin dari segala penjuru dapat berkumpul dan bertemu
di satu tempat. Mereka mengenakan satu pakaian dan menyembah satu Robb dalam
satu waktu. Tidak ada perbedaan antara pemimpin dan yang dipimpin, kaya maupun
miskin, kulit putih maupun kulit hitam. Semua merupakan makhluk dan hamba Allah
Subhanahu wa ta’ala. Sehingga kaum muslimin dapat bertaaruf (saling kenal) dan
taawun (saling tolong menolong). Mereka sama-sama mengingat pada hari Allah
Subhanahu wa ta’ala membangkitkan mereka semuanya dan mengumpulkan mereka
dalam satu tempat untuk diadakan hisab (penghitungan amal) sehingga mereka
mengadakan persiapan untuk kehidupan setelah mati dengan mengerjakan ketaatan
kepada Allah Subhanahu wa ta’ala.

1
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Ibadah berasal dari kata Arab ‘ibadah (jamak: ‘ibadat ) yang berarti pengabdian,
penghambaan, ketundukkan, dan kepatuhan. Ibadah ialah pengungkapan rasa kekurangan,
kehinaan dan kerendahan diri dalam bentuk pengagungan, penyucian dan syukur atas
segala nikmat.

Hakikat ibadah yaitu agar manusia di muka bumi ini untuk beribadah kepada-Nya. Allah
Subhanahu wa ta’ala menetapkan perintah ibadah sebenarnya merupakan suatu
kemampuan yang besar kepada makhluk-Nya, karena apabila direnungkan, hakikat
perintah beribadah itu berupa peringatan agar kita menunaikan kewajiban terhadap Allah
Subhanahu wa ta’ala yang telah melimpahkan karunia-Nya.

Macam-macam ibadah pada dasarnya digolongkan menjadi dua, yaitu:

Ibadah Umum, artinya ibadah yang mencakup segala aspek kehidupan dalam rangka
mencari keridhoan Allah Subhanahu wa ta’ala. Unsur terpenting agar dalam
melaksanakan segala aktivitas kehidupan di dunia ini agar benar-benar bernilai ibadah
adalah “niat” yang ikhlas untuk memenuhi tuntutan agama dengan menempuh jalan yang
halal dan menjauhi jalan yang haram.

Ibadah Khusus, artinya ibadah yang macam dan cara pelaksanaannya ditentukan dalam
syara’ (ditentukan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala dan Nabi Muhammad Shalallaahu
Alaihi Wassalaam). ibadah khusus ini bersifat tetap dan mutlak, manusia tinggal
melaksanakan sesuai dengan peraturan dan yuntutan yang ada, tidak boleh mengybah,
menambah, dan mengurangi, seperti tuntutan bersuci (wudhu), sahlat, puasa ramadhan,
ketentuan nisab zakat.

Pengertian ibadah dalam kehidupan masyarakat ialah pengabdian kepada Allah dalam
bentuk shalat, puasa, zakat, haji dzikir dan membaca Al-Quran. Ini karena kehidupan
tidak hanya untuk berurusan dengan hal-hal tersebut melainkan untuk hal-hal yang
menyeluruh, mencakup seluruh aspek yang dibutuhkan manusia seperti berdagang,
bertani dan bekerja, mencari ilmu dan sebagainya guna mempertahankan dan
mengembangkan kehidupan itu sendiri. Maknanya manusia harus menerapkan apa yang
telah disebutkan dalam Al-Quran dan Hadist ke dalam kehidupan sosial.

B. Saran
Uraian pada beberapa bab diatas sebagaimana telah memberikan sedikit pemahaman dan
pengetahuan kepada kita semua meskipun tiada kesempurnaan, karena memang penulisan
ini tidak terlepas dari kekurangan. Akhirnya upaya dan kegiatan yang tak mengenal lelah
untuk lebih mengkaji tentang perbaikan penulisan makalah Ibadah (Rukun Islam),
Mudah-mudahan Allah Subhanahu wa ta’ala melimpahkan daya dan kekuatan kepada
kita. Aamiin.

1
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/22717744/Fiqih_Ibadah pengertian_dan_hakikat_ibadah

https://almanhaj.or.id/2267-pengertian-ibadah-dalam-islam.html

http://dewyrohmawati.blogspot.com/2016/12/makalah-studi-islam-hakekat-ibadah.html

https://tirto.id/mengenal-5-aspek-rukun-islam-dan-penjelasannya-gaFG

https://id.wikipedia.org/wiki/Syahadat#Makna_syahadat

https://id.wikipedia.org/wiki/Salat#Manfaat

https://id.wikipedia.org/wiki/Ramadan

https://id.wikipedia.org/wiki/Haji

1
1

Anda mungkin juga menyukai