Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

HAKIKAT IBADAH

KELOMPOK 1

1. Atthoriq Dwi Fallah ( 2102054 )


2. Fito Mahendra ( 2102049 )
3. Herbiyanto Prayogo ( 2102120 )
4. Muhammad Zainudin Zidane ( 2102186 )
5. Rudi Hartono ( 2102127 )

Dosen Pengampu

Thoat Hamim, S.Th.I., MIRKH

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH A.R FACHRUDDIN

Jl. KH. Syekh Nawawi No.99, Mata Gara, Kec. Tigaraksa, Tangerang,

Banten 15720 Tahun 2022 M / 1444 H


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga kita masih
bisa menjalankan kegiatan belajar mengajar. Tak lupa shalawat serta salam
semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah
menuntun kita dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang, juga
kepada keluarganya, sahabat-sahabatnya serta para pengikutnya hingga akhir
zaman.

Pada kesempatan kali ini, penulis akan menyusun sebuah makalah


sederhana dengan judul “Hakikat Ibadah”. Penulisan makalah ini bertujuan untuk
memenuhi tugas kelompok mata kuliah Al-Islam IV

Dalam penyelesaian makalah ini, penulis mendapatkan bantuan serta


bimbingan dari berbagai pihak. Maka dari itu, penulis menghaturkan terimakasih
kepada:

1. Bpk. Apt. Jaka Supriatna, M.Farm selaku ketua Universitas


Muhammadiyah A.R Fachruddin.
2. Bpk. Drs. Ahmad Harimawan, M.Si selaku wakil 1 Universitas
Muhammadiyah A.R Fachruddin
3. Bpk. Thoat Hamim, S.Th.I., MIRKH selaku dosen mata kuliah Al Islam
IV dan Kemuhammadiyahan
4. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam penyelesaian makalah ini

Demikian penyusunan makalah sederhana ini dengan judul “Hakikat


Ibadah”. Penulis sadar bahwa dalam penyusunan dan penulisan makalah ini
masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan
adanya kritik dan saran yang bersifat membangun, guna penulisan makalah yang
lebih baik lagi dimasa yang akan datang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi penulis khususnya pembaca.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG............................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH.......................................................................1
C. TUJUAN.................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Ibadah dan Dalilnya..............................................................2
B. Tujuan dan Urgensi Ibadah....................................................................2
C. Prinsip-prinsip Ibadah............................................................................3
D. Macam-macam Ibadah...........................................................................4
E. Keterkaitan Antara Ibadah dan Akhlak/Kehidupan Sosial.....................5
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................................6
B. Saran.......................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ibadah adalah suatu konsep yang sangat penting dalam agama dan kepercayaan.
Ibadah merujuk pada segala bentuk peribadatan atau penghambaan yang dilakukan oleh
manusia terhadap Tuhan atau yang dianggap suci. Ibadah bisa berupa doa, puasa,
sholat, zakat, dan lain sebagainya.
Hakikat ibadah adalah bahwa ibadah merupakan wujud penghambaan manusia
kepada Tuhan Yang Maha Esa. Ibadah dilakukan karena manusia menyadari bahwa
mereka adalah makhluk yang lemah dan bergantung pada Tuhan. Ibadah juga dilakukan
sebagai bentuk rasa syukur atas segala nikmat yang diberikan oleh Tuhan, serta sebagai
sarana untuk mendekatkan diri kepada-Nya.
Dalam Islam, ibadah dianggap sebagai inti dari kehidupan manusia. Allah SWT
berfirman dalam Al-Quran, "Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan
supaya mereka beribadah kepada-Ku." (QS. Adz-Dzariyat: 56). Ibadah juga dianggap
sebagai sarana untuk memperbaiki diri, mengendalikan hawa nafsu, dan memperoleh
kebahagiaan dunia dan akhirat.
Sementara itu, dalam agama-agama lain, hakikat ibadah mungkin memiliki
pengertian yang sedikit berbeda-beda, tetapi intinya tetap sama yaitu sebagai wujud
penghambaan manusia kepada Tuhan atau kekuatan yang dianggap suci.
B. Rumusan Masalah
Berangkat dari latar belakang diatas, maka kami merumuskan sebuah
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengertian ibadah dan dalilnya
2. Bagaimana tujuan dan urgensi ibadah
3. Bagaimana prinsip-prinsip ibadah
4. Bagaimana macam-macam ibadah
5. Bagaimana keterkaitan antara ibadah dan akhlak/kehidupan sosial
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian ibadah dan dalilnya
2. Untuk mengetahui tujuan dan urgensi ibadah
3. Untuk mengetahui prinsip-prinsip ibadah
4. Untuk mengetahui macam-macam ibadah
5. Untuk mengetahui keterkaitan antara ibadah dan akhlak/kehidupan sosial

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ibadah dan Dalilnya

Ibadah merupakan salah satu kegiatan penting yang selalu dilakukan oleh setiap
umat beragama. Dalam hal ini, pengertian ibadah adalah kegiatan menyembah Tuhan
yang Maha Esa, memohon kebaikan dan perlindungan darinya. Bukan hanya itu,
pengertian ibadah juga merupakan salah satu bentuk percaya adanya Tuhan dan rasa
terima kasih atas berkah yang selalu diberikan. Dalam ajaran Islam, ibadah menjadi
kegiatan wajib yang perlu dilakukan. Ibadah wajib dalam Islam dilakukan dengan
menunaikan shalat lima waktu, yaitu shalat di waktu subuh, dhuhur, ashar, magrib, dan
isya.

Dalil yang menjelaskan tentang ibadah sebagaimana yang dijelaskan seperti dalam
QS. Al-'Ankabut Ayat 45, Allah SWT berfirman yang artinya, “Bacalah Kitab (Al-
Qur'an) yang telah diwahyukan kepadamu (Muhammad) dan laksanakanlah salat.
Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar. Dan (ketahuilah)
mengingat Allah (salat) itu lebih besar (keutamaannya dari ibadah yang lain). Allah
mengetahui apa yang kamu kerjakan”.

Pengertian ibadah merupakan bentuk manifestasi penghambaan manusia kepada


Allah Sang Pencipta. Ibadah bukan hanya kegiatan atau ritual yang dilakukan tanpa
makna. Ibadah juga termasuk bentuk rasa syukur manusia kepada Allah SWT atas
semua kebaikan dan berkah yang telah diberikan. Pengertian ibadah juga berarti bentuk
membangun komunikasi antara manusia dan Sang Penciptanya. Dengan beribadah,
semua makhluk ciptaan Allah dapat mendekatkan diri, berkomunikasi, dan kembali
kepada-Nya saat sedang menghadapi ujian atau cobaan. Sebab, hanya Allah SWT
dengan segala kekuatannya yang mampu membimbing setiap hambanya menuju jalan
kebaikan

B. Tujuan dan Urgensi Ibadah


Tujuan ibadah tidak lain akan membantu setiap umat muslim untuk mendapatkan
manfaat kebaikan dan limpahan berkah dari Allah SWT. Bahwa tidak ada satu kerugian
pun saat beribadah dan mendekatkan diri pada Allah. Justru Allah akan memberikan
berbagai kenikmatan bagi hambanya. Ibadah menjadi salah satu cara mengucapkan rasa
syukur kepada Allah atas segala kebaikan yang tak terhitung nikmatnya. Selain itu,

2
ibadah juga berarti melaksanakan apa yang diperintahkan atau dicintai Allah dengan
penuh kepasrahan dan sikap rendah diri pada Allah. Bahwa hamba yang taat akan
melakukan apapun kepada Allah sebagai bentuk rasa terima kasih. Ada dua urgensi
kenapa manusia harus melakukan ibadah pertama guna mencapai tujuan hidup dan
kedua, demi memenuhi kebutuhan hidup. Sejak dalam kandungan ibunya, sebelum roh
ditiupkan Allah ke dalam diri setiap manusia, manusia telah berjanji setia untuk
beribadah kepada Allah.
Rasulullah SAW membahasakan ibadah sebagai hak Allah yang harus dipenuhi oleh
seluruh hamba-Nya. Sebagai timbal baliknya, Allah tidak akan mengazab mereka yang taat
beribadah dengan tidak melakukan syirik dalam semua peribadatan mereka. Dalam ruang
kehidupan yang luas dan variatif, menunaikan Ibadah kepada Allah dalam maknanya yang
komprehensif memiliki tingkat urgensi yang tinggi dalam kehidupan seorang Muslim.
Pertama, ibadah adalah identitas keislaman dan keimanan seseorang kepada Allah
SWT. Identitas ibadah inilah yang akan menjadi pembeda antarseseorang, kelompok
masyarakat, maupun umat dalam kehidupan.
Kedua, ibadah merupakan simbol dan tanda ketundukan seseorang di hadapan Sang
Pencipta. Kesalahan iblis yang mendasar adalah keengganan untuk tunduk dan patuh
kepada Allah SWT dalam bentuk sujud kepada Nabi Adam AS. Karena itu, iblis layak
menerima hukuman yang bersifat permanen: terlaknat dan dijauhkan dari rahmat Allah
SWT.
Ketiga, ibadah merupakan media meraih keberkahan. Kehidupan yang sangat beragam
dan luas cakupannya jika tidak dilandasi dengan ibadah maka tidak bernilai apa pun di sisi
Allah SWT. Pekerjaan yang digeluti oleh seseorang, kekayaan yang dimilikinya, keluarga
yang dibinanya, masyarakat yang berdampingan dengannya, dan seluruh anugerah Allah
kepada dirinya merupakan ujian ubudiyyah kepada Allah SWT. Ketika lulus dari ujian ini,
maka kehidupan seluruhnya bernilai keberkahan yang membawa kepada ketenangan dan
kebahagiaan.

C. Prinsip-prinsip Ibadah
Beribadah kepada Allah tidak hanya menjalankan kewajiban tanpa makna. Namun,
ibadah menjadi kebutuhan dan syukur manusia kepada Allah. Ketua Majelis Tarjih dan
Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Syamsul Anwar menjelaskan prinsip-prinsip
ibadah dalam Islam, yakni :
a. Kemudahan
Dalam kaidah usul disebutkan setiap kesulitan pada dasarnya menuntut
kemudahan (al-masyaqqah tajlib al-taysir). Kalau diperhatikan secara saksama,
setiap ibadah dalam Islam disediakan kemudahan-kemudahan. Misalnya, bersuci

3
dalam kondisi normal harus dilakukan dengan air. Namun kalau dalam kondisi
sulit, bersuci dapat dilakukan dengan tayamum. Islam tidak menghendaki
penderitaan. Rasulullah pernah meluruskan kekeliruan tiga orang sahabat yang
mengaku menjalankan agamanya secara benar.
b. Kemampuan
Bertakwa kepada Allah menurut kesanggupan seseorang. Allah telah
menentukan segala sesuatu sesuai dengan ukurannya. Demikian pula manusia
sebagai makhluk taklifi tidak akan dibebani dengan suatu hukum melainkan
sesuai dengan kadar kemampuannya. Mereka yang memiliki keterbatasan dan
berkebutuhan khusus, soal pelaksanaan ibadah dikembalikan kepada kondisi dan
kemampuan masing-masing.
c. Tidak menimbulkan mudarat
Hal tersebut berdasarkan hadis Nabi yang diriwayatkan Malik dan Ahmad
menyebut bahwa laa dlirara wa la dlirara, yakni tidak mudarat dan
memudaratkan. Lawan sepadan mudarat adalah maslahat. Imam Al-Ghazali
dalam kitab “Mushtasfa min Ilm al-Usul” berpendapat bahwa relasi yang
terbangun antara syariat dan istislah (kemaslahatan) erat sekali. Maslahat
menurut Al-Ghazali adalah memelihara agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta.
Oleh karena itu, jika mengancam kelima hal ini, maka termasuk dalam kondisi
darurat.
d. Mengikuti Sunnah Rasulullah
Dengan prinsip mengikuti sunah Rasulullah, ini artinya setiap muslim harus
selalu mendasarkan diri dan menaati seluruh larangan dan perintah Allah
sekaligus meneladani serta mengikuti Rasulullah. Dalam Al-Quran banyak ayat
yang memerintahkan kaum muslim untuk ittiba kepada Rasulullah agar hidupnya
selamat di dunia dan akhirat (QS. An-Nisa: 59).Dalam hadis dikatakan ‘salatlah
kalian sebagaimana aku salat’. Ini menjadi dasar agar mengikuti sunah
Rasulullah. Walaupun konteksnya berbicara ibadah salat, tetapi ini jadi landasan
bahwa pelaksanaan ibadah harus mengikuti Rasulullah,” katanya.

D. Macam-macam Ibadah
1. Macam Ibadah Berdasarkan Bentuk & Sifatnya
a. Ibadah dalam bentuk perkataan atau lisan. Misalnya seperti zikir, doa, dan baca
Al-Quran.
b. Ibadah dalam bentuk perbuatan yang tidak ditentukan bentuknya. Seperti
misalnya membantu atau menolong orang lain.
c. Ibadah dalam bentuk pekerjaan yang sudah ditentukan bentuknya. Misalnya
sholat, puasa, zakat dan ibadah haji.

4
d. Ibadah yang tata cara dan pelaksanaannya berbentuk menahan diri. Sebagai
contoh puasa, iktikaf dan ihram.
e. Ibadah yang berbentuk menggugurkan hak. Contohnya: memaafkan kesalahan
orang lain dan membebaskan hutang seseorang.

2. Macam Ibadah Berdasarkan Pelaksanaan


a. Ibadah jasmaniah dan rohaniah (jasmani dan rohani). Misalnya seperti sholat dan
puasa.
b. Ibadah rohaniah dan maliyah (rohani dan harta). Sebagai contoh zakat.
c. Ibadah jasmaniah, rohaniah dan maliyah (jasmani, rohani dan harta). Contohnya
seperti ibadah haji.
E. Keterkaitan antara Ibadah dan Akhlak/Kehidupan Sosial
Ibadah dan akhlak/kehidupan sosial memiliki keterkaitan yang sangat erat dalam
agama dan kepercayaan. Kedua hal tersebut saling melengkapi dan mempengaruhi satu
sama lain. Pertama-tama, ibadah dapat membentuk akhlak dan perilaku seseorang.
Melalui ibadah, seseorang belajar untuk menghormati dan tunduk kepada Tuhan, serta
memperkuat kesadaran bahwa segala perbuatan akan dipertanggungjawabkan di
hadapan-Nya. Hal ini dapat membentuk sikap jujur, disiplin, sabar, dan menjaga
kehormatan diri.
Selain itu, ibadah juga dapat membantu seseorang memperbaiki diri dalam
kehidupan sosial. Contohnya, sholat lima waktu di Islam mengajarkan kesederhanaan
dan keteraturan dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Puasa Ramadhan juga
mengajarkan kesabaran dan keteraturan dalam menjalani hidup. Di sisi lain, akhlak dan
kehidupan sosial juga dapat memengaruhi ibadah seseorang.
Sebagai contoh, seseorang yang memiliki akhlak buruk dan perilaku yang tidak baik
mungkin sulit untuk fokus dan khusyuk dalam menjalankan ibadahnya. Kehidupan
sosial yang buruk juga dapat mempengaruhi kualitas ibadah seseorang karena dapat
mengganggu konsentrasi dan ketenangan dalam beribadah. Oleh karena itu, dalam
agama dan kepercayaan, ibadah dan akhlak/kehidupan sosial dianggap sebagai dua hal
yang tak terpisahkan dan harus diperhatikan dengan seimbang. Dengan menjalankan
ibadah dengan baik dan memperbaiki akhlak serta kehidupan sosial, seseorang dapat
mencapai kehidupan yang lebih baik dan bermanfaat bagi dirinya dan lingkungannya.

5
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa hakikat ibadah adalah wujud
penghambaan manusia kepada Tuhan Yang Maha Esa. Ibadah dilakukan sebagai bentuk
rasa syukur atas segala nikmat yang diberikan oleh Tuhan, serta sebagai sarana untuk
mendekatkan diri kepada-Nya. Ibadah juga dapat membentuk akhlak dan perilaku
seseorang, serta membantu seseorang memperbaiki diri dalam kehidupan sosial.

B. Saran

Sebagai saran, dalam menjalankan ibadah, perlu diperhatikan juga pentingnya


memperbaiki akhlak dan kehidupan sosial. Memiliki akhlak yang baik dan berperilaku
yang benar dapat memperkuat kualitas ibadah seseorang. Sebaliknya, kehidupan sosial
yang buruk dan perilaku yang tidak baik dapat mengganggu kualitas ibadah seseorang.
Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya untuk terus memperbaiki diri dalam beribadah
dan menjalani kehidupan sehari-hari dengan baik.

Selain itu, penting juga untuk memahami bahwa ibadah tidak hanya dilakukan
sebagai ritual atau kewajiban semata, tetapi sebagai bentuk penghambaan dan kecintaan
kepada Tuhan. Dalam menjalankan ibadah, perlu diimbangi dengan kesadaran bahwa
semua perbuatan akan dipertanggungjawabkan di hadapan-Nya.

Terakhir, penting untuk menghargai perbedaan dalam beribadah dan


menghormati kepercayaan orang lain. Dalam menjalankan ibadah, perlu diiringi dengan
sikap toleransi dan menghargai keberagaman agama dan kepercayaan, karena setiap
orang memiliki hak untuk memilih dan menjalankan agama atau kepercayaan yang
diyakininya.

6
DAFTAR PUSTAKA

https://www.merdeka.com/jateng/pengertian-ibadah-dan-tujuannya-dalam-islam-perlu-
diketahui-kln.html
https://khazanah.republika.co.id/berita/ptay2j313/urgensi-ibadah
https://bandungmu.com/inilah-4-prinsip-ibadah-dalam-islam-menurut-muhammadiyah/
https://www.merdeka.com/trending/macam-ibadah-dalam-agama-islam-lengkap-
dengan-yang-paling-utama-di-mata-allah-swt-kln.html

Anda mungkin juga menyukai