Anda di halaman 1dari 13

Laporan Makalah Kelompok 1

Konsep Ibadah, Ibadah Madhah dan Goiru Madhah, Fungsi Ibadah,


Hikmah Ibadah, Makna Spiritual Ibadah bagi Kehidupan Sosial
Disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah

AIKA II (Ibadah, Akhlak dan Muamalah)

Dosen : Ahmad Syarif M, Pdi.

Disusun oleh :

1. Dwi Ayu Paradita (1962201482)

2. Paramitha Kusuma Sari (1962201216)

3. Ermawati Putri (1962201479)

4. Zahra Puji Irmadina (1962201461)

AKUNTANSI 2 SHIFT III SEMESTER 2


FAKULTAS EKONOMI BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Alhamdulillah atas segala limpahan karunia Allah SWT. atas izin-Nya lah
kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Tak lupa pula kami kirimkan shalawat serta
salam kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarganya, para sahabatnya,
dan seluruh ummatnya yang senantiasa istiqomah hingga akhir zaman.Penulisan makalah ini
bertujuan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah AIKA (Al Islam Kemuhammadiyahan dan
Bahasa Arab) dengan tema Hakikat Ibadah.
Dalam makalah ini kami menguraikan mengenai konsep ibadah, ibadah madhah dan goiru
madhah, fungsi ibadah, hikmah ibadah, makna spiritual ibadah bagi kehidupan dalam pandangan
Al-Qur’an.

Dalam penyelesaian makalah ini, kami mendapatkan bantuan serta bimbingan dari
beberapa pihak. Oleh karena itu, sudah sepantasnya kami mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Ahmad Syarif M, Pdi selaku Dosen Mata Kuliah AIKA.
2. Orang tua kami yang banyak memberikan dukungan baik moril maupun materil.
3. Semua pihak yang memberikan masukan referensinya untuk membantu dalam proses
penyusunan makalah ini.
Akhirul kalam, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Harapan kami
semoga makalah ini bermanfaat dan memenuhi harapan berbagai pihak, Amiin.

Tangerang, 05 Maret 2020

KELOMPOK 1
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN..............................................................................................................4
I. LATAR BELAKANG.........................................................................................................4
II. RUMUSAN MASALAH.................................................................................................4
III. TUJUAN MAKALAH.....................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................5
I. KONSEP IBADAH..............................................................................................................5
II. Ibadah mahdhah (@‫)العبادتالمحضة‬............................................................................................5
III. IBADAH GHAIRUHMAHDAH (‫)العبادتغيرالمحضة‬............................................................. 6
IV. FUNGSI IBADAH...........................................................................................................7
V. HIKMAH IBADAH.........................................................................................................8
VI. MAKNA SPIRITUAL IBADAH BAGI KEHIDUPAN SOSIAL...................................9
BAB 3 PENUTUP.........................................................................................................................10
I. KESIMPULAN..................................................................................................................10
II. SARAN...........................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................11
BAB 1
PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG
Kehidupan manusia di dunia merupakan anugerah dari Allah SWT dengan segala
pemberiannya,manusia dapat mengecap segala kenikmatan yang bisa dirasakan oleh
dirinya,tetapi dengan anugerah tersebut kadang kala manusia lupa akan dzat Allah SWT yang
telah memberikannya. Oleh karena itu manusia harus mendapatkan bimbingan sehingga di
dalam kehidupannya dapat berbuat sesuai bimbingan Allah SWT atau memanfaatkan anugerah
Allah SWT.hidup yang dibimbing syariah akan melahirkan kesadaran untuk berperilaku sesuai
dengan tuntunan Allah swt dan rasulnya.
Sebagai rasa syukur terhadap Allah swt hendaknya kita sadar diri untuk beribadah
kepada sang pencipta langit dan bumi beserta isinya sesuai syariat-Nya.Dalam ibadah kita harus
memperhatikan jenis jenis ibadah yang kita lakukan.Apakah ibadah tersebut termasuk ibadah
wajib,sunnah,mubah,dan makruh. Oleh karena itu di dalam makalah ini akan dibahas mengenai
hakikat tentang ibadah,macam macam ibadah,ibadah sosial beserta hikmah dari ibadah itu
sendiri.

II. RUMUSAN MASALAH


Adapun rumusan makalah ini adalah :
a. Apa pengertian ibadah dan hakikat ibadah?
b. Apa.saja macam macam dari ibadah?
c. Apa hikmah dari ibadah itu?
d. Apa dan bagaimana ibadah sosial itu?

III. TUJUAN MAKALAH


Adapun rumusan masalah makalah ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui macam
macam ibadah,agar mahasiswa dapat mengetahui hikmah dari ibadah,dan agar mahasiswa dapat
mengetahui ibadah sosial.
BAB II

PEMBAHASAN

I. KONSEP IBADAH

Ibadah merupakan salah satu dimensi yang begitu asasi didalam ajaran islam. Ibadah
tidak cuma terkait dengan ritual-ritual antara manusia dengan Sang Khalik, namun juga
mengandung sejumlah keutamaan bagi diri manusia dalam hubungannya dengan lingkungan
sosialnya. Dalam konsep ajaran islam, manusia diciptakan tak lain dan tak bukan untuk
beribadah kepada Allah. Dengan kata lain untuk menyembah Allah dalam berbagai bentuk dan
manifestasinya baik secara langsung maupun tidak langsung.

Pengertian ibadah secara bahasa, kata ibadah adalah bentuk dasar (mashdar) dari fi’il


(kata kerja) ‘abada-ya’budu yang berarti: taat, tunduk, hina, dan pengabdian. Berangkat dari
arti ibadah secara bahasa, Ibnu Taymiyah mengertikan ibadah sebagai puncak ketaatan dan
kedudukan yang didalamya terdapat unsur cinta (al-hubb). Seseorang belum dikatakan
beribadah kepada Allah kecuali bila ia mnecintai Allah lebih dari cintanya kepada apapun dan
siapapun juga. Adapun definisi ibadah menurut Muhammadiyah adalah “mendekatkan diri
kepada Allah SWT dengan melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-
Nya serta mengamalkan apa saja yang diperkenankan oleh-Nya. (Himpunan Putusan Tarjih,
278)

Ibadah artinya penghambaan diri kita sebagai makhluk dan Allah sebagai Tuhan kita atau
dengan kata lain segala sesuatu yang kita kerjakan dalam rangka mentaati perintah-perintah-Nya
adalah ibadah. Ibadah meliputi apa saja yang dicintai dan diridhoi oleh Allah, menyangkut
seluruh ucapan dan perbuatan yang tampak dan tidak tampak, seperti solat, zakat, puasa,
menunaikan ibadah haji, berkata yang baik dan benar, belajar, silaturahmi, membaca Al-Qur’an,
berdagang dan lain sebagainya. Adapun pengertian ibadah secara luas terkait dengan beberapa
arti, secara aqidah bisa berarti mentauhidkan Allah SWT, secara fiqih ia bisa berarti menegakkan
hukum Allah SWT dan secara akhlaq berarti berperilaku sesuai dengan tuntunan Allah SWT.
Firman Allah SWT di dalam Al-Qur’an yang artinya: “Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang
telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertaqwa.” (QS Al-
Baqarah [2]: 2
IV. Ibadah mahdhah (/‫)العبادتالمحضة‬

Adalah ibadah yang murni ibadah, ditunjukkan oleh tiga ciri berikut ini:

Pertama, ibadah mahdhah  adalah amal dan ucapan yang merupakan jenis ibadah sejak asal
penetapannya dari dalil syariat. Artinya, perkataan atau ucapan tersebut tidaklah bernilai
kecuali ibadah. Dengan kata lain, tidak bisa bernilai netral (bisa jadi ibadah atau bukan
ibadah). Ibadah mahdhah  juga ditunjukkan dengan dalil-dalil yang menunjukkan terlarangnya
ditujukan kepada selain Allah Ta’ala, karena hal itu termasuk dalam kemusyrikan.

Kedua, ibadah mahdhah juga ditunjukkan dengan maksud pokok orang yang mengerjakannya,


yaitu dalam rangka meraih pahala di akhirat.

Ketiga, ibadah mahdhah hanya bisa diketahui melalui jalan wahyu, tidak ada jalan yang
lainnya, termasuk melalui akal atau budaya.

Contoh sederhana ibadah mahdhah adalah shalat. Shalat adalah


ibadah mahdhah  karena memang ada perintah (dalil) khusus dari syariat. Sehingga sejak awal
mulanya, shalat adalah aktivitas yang diperintahkan (ciri yang pertama). Orang mengerjakan
shalat, pastilah berharap pahala akhirat (ciri ke dua). Ciri ketiga, ibadah shalat tidaklah
mungkin kita ketahui selain melalui jalur wahyu. Rincian berapa kali shalat, kapan saja, berapa
raka’at, gerakan, bacaan, dan seterusnya, hanya bisa kita ketahui melalui penjelasan
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, bukan hasil dari kreativitas dan olah pikiran kita sendiri.

V. IBADAH GHAIRUHMAHDAH (‫)العبادتغيرالمحضة‬

Ibadah yang tidak murni ibadah memiliki pengertian yang berkebalikan dari tiga ciri di atas.
Sehingga ibadah ghairumahdhah  dicirikan dengan:

Pertama, ibadah (perkataan atau perbuatan) tersebut pada asalnya bukanlah ibadah. Akan
tetapi, berubah status menjadi ibadah karena melihat dan menimbang niat pelakunya.

Kedua, maksud pokok perbuatan tersebut adalah untuk memenuhi urusan atau kebutuhan yang
bersifat duniawi, bukan untuk meraih pahala di akhirat.

Ketiga, amal perbuatan tersebut bisa diketahui dan dikenal meskipun tidak ada wahyu dari
para rasul.

Contoh sederhana dari ibadah ghairumahdhah  adalah aktivitas makan. Makan pada


asalnya bukanlah ibadah khusus. Orang bebas mau makan kapan saja, baik ketika lapar
ataupun tidak lapar, dan dengan menu apa saja, kecuali yang Allah Ta’ala haramkan. Bisa jadi
orang makan karena lapar, atau hanya sekedar ingin mencicipi makanan. Akan tetapi, aktivitas
makan tersebut bisa berpahala ketika pelakunya meniatkan agar memiliki kekuatan (tidak
lemas) untuk shalat atau berjalan menuju masjid. Ini adalah ciri pertama.

Berdasarkan ciri kedua, kita pun mengetahui bahwa maksud pokok ketika orang makan
adalah untuk memenuhi kebutuhan pokok (primer) dalam hidupnya, sehingga dia bisa menjaga
keberlangsungan hidupnya. Selain itu, manusia tidak membutuhkan wahyu untuk bisa
mengetahui pentingnya makan dalam hidup ini, ini ciri yang ketiga. Tanpa wahyu, orang sudah
mencari makan.

VI. FUNGSI IBADAH


1. Mewujudkan hubungan antara hamba dengan Tuhannya.

Mewujudkan hubungan antara manusia dengan Tuhannya dapat dilakukan melalui


“muqorobah dan “khudlu”Orang yang beriman dirinya akan selalu merasa diawasi oleh Allah. Ia
akan selalu berupaya menyesuaikan segala perilakunya dengan ketentuan Allah SWT. Dengan
sikap itu seseorang muslim tidak akan melupakan kewajibannya untuk beribadah, bertaubat,
serta menyandarkan segala kebutuhannya pada pertolongan Allah SWT

2. Mendidik mental dan menjadikan manusia ingat akan kewajibannya

Dengan sikap ini, setiap manusia tidak akan lupa bahwa dia adalah anggota masyarakat
yang mempunyai hak dan kewajiban untuk menerima dan memberi nasihat. Oleh karena itu,
banyak ayat Al-Qur'an ketika berbicara tentang fungsi ibadah menyebutkan juga dampaknya
terhadap kehidupan pribadi dan masyarakat. Contohnya:

Ketika Al-Qur'an berbicara tentang sholat, ia menjelaskan fungsinya: 

“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al Quran) dan dirikanlah
shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan
Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat
yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.”[9]

Dalam ayat ini Al-Qur'an menjelaskan bahwa fungsi sholat adalah mencegah dari
perbuatan keji dan mungkar. Perbuatan keji dan mungkar adalah suatu perbuatan merugikan diri
sendiri dan orang lain. Maka dengan sholatdiharapakan manusia dapat mencegah dirinya dari
perbuatan yang merugikan tersebut.

Ketika Al-Qur'an berbicara tentang zakat, Al-Qur'an juga menjelaskan fungsinya: 


“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan
mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi)
ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.”[10]

Zakat berfungsi untuk membersihkan mereka yang berzakat dari kekikiran dan kecintaan
yang berlebih-lebihan terhadap harta benda. Sifat kikir adalah sifat buruk yang anti
kemanusiaan. Orang kikir tidak akan disukai masyarakatzakat juga akan menyuburkan sifat-sifat
kebaikan dalam hati pemberinya dan memperkembangkan harta benda mereka. Orang yang
mengeluarkan zakat hatinya akan tentram karena ia akan dicintai masyarakat. Dan masih banyak
ibadah-ibadah lain yang tujuannya tidak hanya baik bagi diri pelakunya tetapi juga membawa
dapak sosial yang baik bagi masyarakatnya. Karena itu Allah tidak akan menerima semua bentuk
ibadah, kecuali ibadah tersebut membawa kebaikan bagi dirinya dan orang lain. Dalam hal ini
Nabi SAW bersabda:

“Barangsiapa yang 7 tidak mencegah dirinya dari perbuatan keji dan munkar, maka dia
hanya akan bertambah jauh dari Allah” (HR. Thabrani)

3. Melatih diri untuk berdisiplin

Adalah suatu kenyataan bahwa segala bentuk ibadah menuntut kita untuk berdisiplin. Kenyataan
itu dapat dilihat dengan jelas dalam pelaksanaan sholat, mulai dari wudhu, ketentuan waktunya,
berdiri, ruku, sujud dan aturan-aturan lainnya, mengajarkan kita untuk berdisiplin. Apabila kita
menganiaya sesama muslim, menyakiti manusia baik dengan perkataan maupun perbuatan, tidak
mau membantu kesulitan sesama manusia, menumpuk harta dan tidak menyalurkannya kepada
yang berhak. Tidak mau melakukan “amar ma'ruf nahi munkar”, maka ibadahnya tidak
bermanfaat dan tidak bisa menyelamatkannya dari siksa Allah SWT

VII. HIKMAH IBADAH


a)    Tidak syirik

        Seorang hamba yang sudah berketetapan hati untuk senantiasa beribadah menyembah
kepada Nya, maka ia harus meninggalkan segala bentuk syirik. Ia telah mengetahui segala sifat-
sifat yang dimiliki Nya adalah lebih besar dari segala yang ada, sehingga tidak ada wujud lain
yang dapat mengungguli-Nya.

b)   Memiliki ketakwaan
    Ketakwaan yang di landasi cinta timbul karena ibadah yang di lakukan manusia setelah
merasakan kemurahan dan keindahan Nya muncullah dorongan untuk beribadah kepada-
Nya. Sedangkan ketakwaan yang di landasi rasa takut timbl karena manusia menjalankan
ibadah dianggap sebagai suatu kewajiban bukan sebagai kebutuhan. Ketika manusia
menjalankan ibadah sebagai suatu kewajiban ada kalanya muncul ketidakikhlasan, terpaksa
dan ketakutan akan balasan dari pelanggaran karena tidak menjalankan kewajiban.

c)    Terhindar dari kemaksiatan


        Ibadah memiliki daya pensucian yang kuat sehingga dapat menjadi tameng dari pengaruh
kemaksiatan, tetapi keadaan ini hanya bisa dikuasai jika ibadah yang dilakukan berkualitas.
Ibadah ibarat sebuah baju yang harus selalu dipakai dimanapun manusia berada.

d)   Berjiwa sosial, artinya ibadah menjadikan seorang hamba menjadi lebih peka dengan keadaan
lingkungan sekitarnya, karena dia mendapat pengalaman langsung dari ibadah yang
dikerjakannya. Sebagaimana ketika melakukan ibadah puasa, ia merasakan rasanya lapar yang
biasa dirasakan oleh orang-orang yang kekurangan. Sehingga mendorong hamba tersebut lebih
memperhatikan orang lain.

e)    Tidak kikir, harta ang dimiliki manusia pada dasarnya bukan muliknya tetapi milik Allah SWT
yang seharusnya diperuntukan untuk kemaslahatan umat. Tetapi karena kecintaan manusia yang
begitu besar terhadap keduniawian menjadikan dia lupa dan kikir akan hartanya. Berbeda
dengan hamba yang mencintai Allah SWT, senantiasa menafkahi hartanya di jalan Allah SWT.
Ia menyadari bahwa miliknya adalah bukan haknya tetapi ia hanya memanfaatkan untuk
keperluannya semata-mata sebagai bekal di akhirat yang di wujudkan dalam bentuk
pengorbanan harta untuk keperluan umat.

VIII. MAKNA SPIRITUAL IBADAH BAGI KEHIDUPAN SOSIAL


      Ibadah memiliki dimensi keakhiratan sekaligus keduniawian. Ibadah dalam ajaran Islam
tidak hanya dimaksudkan dalam kerangka hubungan.

dengan Allah semata, tetapi juga mengandung dimensi sosial yang tinggi bagi para pemeluknya.
Semua bentuk ibadah memiliki makna sosialnya masing-masing sebagaimana dijelaskan sebagai
berikut:

          Pertama, ibadah shalat. Kandungan sosial dari ibadah shalat adalah bahwa shalat
mengajarkan makna persaudaraan dan persatuan manusia yang begitu tinggi. Ketika
melaksanakan shalat di masjid lima kali dalam sehari, maka sesungguhnya ibadah tersebut
tengah menghimpun penduduknya lima kali sehari. Dalam aktivitas tersebut, mereka saling
mengenal, saling berkomunikasi, dan saling menyatukan hati. Mereka shalatdibelakang seorang
imam, mengadu kepada Tuhan yang satu, membaca kitab yang sama, serta menghadap kiblat
yang sama. Mereka juga melakukan amalan yang sama yakni sujud, ruku, dan sebagainya. Allah
berfirman dalam surat Al-Hujurat ayat 10:

َ‫اال ُم ْؤ ِمنُونَإ ِ ْخ َوةٌفَأَصْ لِحُوابَ ْينَأ َ َخ َو ْي ُك ْم ۚ َواتَّقُوااللَّهَلَ َعلَّ ُك ْمتُرْ َح ُمون‬


ْ ‫إِنَّ َم‬

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara, karena itu damaikanlah


antara kedua saudaramu ( yang berselisih ) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu
mendapat rahmat.”  ( Q.S Al-Hujurat:10).
      Kedua, ibadah puasa. Puasa mampu menumbuhkan kepekaan sosial bagi pelakunya. Dengan
berpuasa, si kaya merasakan betapa tidak enaknya merasakan lapar. Puasa mengajarkan
kepadanya untuk bisa mengenali serta merasakan penderitaan orang yang sehari-hari senantiasa
berada dalam kekurangan dan berbalut kemiskinan. Kemudian puasa diakhiri dengan membayar
zakat fitrah yang memaksa seseorang untuk berderma, sekalipun mungkin hatinya belum sadar
ini akan menjadi latihan dan pembinaan tersendiri bagi orang yang besangkutan untuk menjadi
orang yang dermawan dan peduli terhadap orang-orang yang lemah.

      Ketiga, ibadah zakat. Ibadah zakat memiliki fungsi dan hikmah ganda. Secara individu zakat
mengandung hikmah untuk membersihkan dan menyucikan diri beserta harta bendanya. Dengan
begitu, zakat melatih manusia menghilangkan sifat kikir, rakus, tamak yang melekat pada
dirinya. Zakat menjadi tanda kedermawanan, solidaritas, dan kasih sayang seorang muslim
terhadap saudara-saudaranya agar bisa ikut merasakan rezeki sebagai karunia Allah SWT.

      Keempat, ibadah haji. Dalam ibadah haji terkandung pengalaman nilai-nilai kemanusiaan
yang universal. Ibadah haji dimulai dengan niat sambil menanggalkan pakaian biasa dan
kemudian mengenakan pakaian ihram. Dengan mengenakan pakaian ihram pada saat haji,
manusia diajarkan untuk menanggalkan perbedaan status sosial yang mereka sandang dan
bersatu dalam persamaan dan persaudaraan. Pada saat melaksanakan ihram, seseorang dilarang
menyakiti binatang, dilarang membunuh, menumpahkan darah, serta dilarang mencabut
pepohonan.

Maknanya manusia harus menerapkan apa yang telah disebutkan dalam Al-Qur’an dan Hadist ke
dalam kehidupan sosial.
BAB 3
PENUTUP

I. KESIMPULAN
Ibadah merupakan usaha kita untuk mendekatkan diri kepada Allah swt. Ibadah dalam islam itu
ada dua macam yaitu ibadah mahdah dan ghairu mahdah.
Hakikat ibadah itu adalah melaksanakan apa yang Allah cintai dan ridhai dengan penuh
ketundukan dan perendahan diri kepada Allah.
Hikmah ibadah diantaranya :
a. Tidak syirik
b. Memiliki ketakwaan
c. Terhindar dari kemaksiatan
d. Berjiwa sosial
e. Tidak kikir
f. Merasakan keberadaan Allah swt
g. Terkabul doa doanya
h. Banyak saudara
i. Memiliki kejujuran
j. Berhati ikhlas
k. Sehat jasmani dan rohani
l. Memiliki kedispilinan

IX. SARAN
Kami menyadari makalah yang berjudul Hakikat Ibadah ini masih memiliki banyak
kekurangan dari segi penyusunan maupun isi materi yang kami tuangkan. Kami berharap
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya umat muslim, serta dapat
meningkatkan ilmu dan pengetahuan dalam bidang Manusia dan Kehidupannya.
DAFTAR PUSTAKA

Ibrahim. 1998. Pengantar Studi Aqidah Islam. Robbani Press : Jakarta


Razak, Yusron, dkk. 2011. Pendidikan Agama. Uhamka Press : Jakarta
Hatta, Ahmad. 2013. Bimbingan Islam untuk Hidup Muslim. Maghfirah Pustaka : Jakarta
Muhaimin, dkk. 2005. Kawasan dan Wawasan Studi Islam. Kencana : Jakarta
Jamaluddin, Syakir. 2010. Kuliah Fiqih Ibadah. LPPI UMY : Yogyakarta

Sumber :
https://muslim.or.id/46004-perbedaan-antara-ibadah-mahdhah-dan-ibadah-ghairu-mahdhah-bag-1.html
http://seputarpengertian.blogspot.com/2018/04/pengertian-ibadah-serta-fungsi-dan-jenisnya.html?m=1
http://studi-agama-islam.blogspot.com/2013/10/pengertian-hakikat-dan-fungsi-ibadah.html?m=1
https://portal-ilmu.com/arti-dan-hikmah-ibadah-shalat/
http://nurdianaisma.blogspot.com/2017/10/makalah-ibadah.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai