Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH AL-ISLAM KEMUHAMMADIYAHAN II

“HAKEKAT IBADAH”

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah AIK II


Dosen : Muh. Ilyas Padduntu, S. Ag., M.Pd.I

Disusun Oleh Kelompok 1 :


Sitti Syahida 2310752002
Hijrah 2310752012
Firmansyah 2310752030
Desi Ramadhani 2310752029
Alfianti 2310752023
Maikel Owen 2310752004

SEMESTER II
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALU
2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan hidayah dan inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
“Hakekat Ibadah” yang digunakan sebagai salah satu tugas mata kuliah Al-Islam
Kemuhammadiyahan II yang disampaikan oleh dosen bapak Muh. Ilyas Padduntu,
S.Ag, M.Pd.I.

Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak yang telah


membantu dalam menyelesaikan penulisan makalah ini. Semoga makalah ini bisa
membantu bagi siapa saja yang membutuhkan sedikit pengetahuan tentang ibadah.
Namun demikian makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, segala kritik dan
saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan untuk dimasa yang akan
datang.

08 Maret 2024

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................................ ii


DAFTAR ISI ............................................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................................1
1.2 Rumusan masalah .........................................................................................................................2
1.3 Tujuan ................................................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................................... 2
2.1 Hakekat Ibadah ..............................................................................................................................3
2.2 Ibadah Mahdhah dan Ibadah Ghairu Mahdhah.................................................................3
2.3 Fungsi Ibadah..................................................................................................................................4
2.4 Hikmah Ibadah ...............................................................................................................................5
2.5 Makna Spiritual Ibadah Dalam Kehidupan Sosial di Masyarakat..............................6
BAB III PENUTUP.................................................................................................................................... 7
3.1 Kesimpulan ......................................................................................................................................7
3.2 Saran ...................................................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 8

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masalah Ibadah merupakan satu pola hubungan yang menghubungkan diri
seorang hamba dengan Tuhannya. Dengan beribadah, seseorang akan dekat dengan
Allah. Hal ini bermakna bahwa Allah dengan segala keagungan dan kebesaran-Nya,
akan terhubung dengan manusia. Memahami makna ibadah tersebut, seorang
muslim dapat terhubung dengan kasih sayang Allah, karunia dan perlindungan
Allah, pertolongan dan pemeliharaan-Nya yang maha luas. Insan yang telah
menyatakan dirinya sebagai muslim dituntut untuk senantiasa melaksanakan ibadah
sebagai pertanda keikhlasan mengabdi diri kepada Allah SWT. Tanpa adanya
ketaatan beribadah, berarti pengakuannya sebagai seorang muslim diragukan dan
dipertanyakan. Apabila terjadi kesenjangan antara pengakuan dan amal ibadah,
berarti ia belum memahami sepenuhnya konsepsi syari’at tentang kewajiban
pengabdian kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Ibadah kepada Tuhan Yang Maha Esa merupakan salah satu fitrah manusia
yang senantiasa memunculkan ketundukan dan pengagungan kepada Allah dan
merupakan pembawaan dan pengetahuan asli manusia. Fitrah itu merupakan
hakikat keberadaan manusia karena tujuan penciptaan manusia, jin dan makhluk
lainnya tiada lain adalah untuk beribadah kepada Allah. Bentuk ibadah secara
global diantaranya, shalat, puasa, zakat, haji, menyantuni anak yatim, berbuat baik
kepada orang tua, bersedekah dan lain sebagainya. Bahkan tersenyum dinilai
sebagai suatu ibadah. Kendati demikian, harus dengan niat yang ikhlas. Suatu
perbuatan dinilai ibadah kalau diniatkan dengan ibadah.
Ditinjau dari jenisnya, ibadah dalam Islam terbagi menjadi dua jenis ibadah
mahdhah dan Ibadah ghairu mahdhah. Ibadah mahdhah atau ibadah khusus meliputi
bentuk-bentuk ritual tertentu yang diajarkan syara’ seperti shalat, puasa, zakat dan
haji . Sedangkan ibadah ghairu mahdhah merupakan ibadah yang tidak menyangkut
hubungan manusia dengan Tuhan, melainkan manusia dengan manusia lainnya
bentuk dapat berupa sumbangan pribadi untuk kesejahteraan sesama manusia
misalnya zakat, shodaqoh, infaq. Dalam kehidupan sehari-hari ibadah mahdhah dan
ibadah ghoiru mahdah saling beriringan, artinya manusia melakukan shalat, puasa
dibarengi dengan berbuat amal sholeh seperti bersedekah atau berbuat baik kepada
orang lain.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan hakekat ibadah?
2. Apa yang dimaksud dengan ibadah mahdhah dan ibadah ghairu mahdhah?
3. Apa fungsi dari ibadah?
4. Apa hikmah dari ibadah?
5. Apa makna spiritual ibadah bagi kehidupan sosial di masyarakat?

1.2 Tujuan
1. Untuk memahami hakekat ibadah.
2. Untuk mengetahui pengertian ibadah mahdhah dan ibadah ghairu
mahdhah.
3. Untuk mengetahui fungsi dari ibadah.
4. Untuk mengetahui hikmah dari ibadah.
5. Untuk mengetahui makna spiritual ibadah bagi kehidupan sosial di
masyarakat.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Hakekat Ibadah


Kata hakikat, merupakan kata benda yang dalam bahasa Indonesia menjadi
kata pokok yaitu kata “hak” yang berarti milik (kepunyaan), kebenaran, atau yang
benar-benar ada. Sedangkan secara etimologi hakikat berarti inti sesuatu, puncak
atau sumber dari segala sesuatu.
Ibadah secara bahasa berarti taat, tunduk, dan pengabdian. Menurut Ibnu
Taymiyah ibadah merupakan sebagai puncak ketaatan dan ketundukan yang di
dalamnya terdapat unsur cinta (al-hubb). Sedangkan menurut muhammadiyah,
ibadah adalah mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan melaksanakan segala
perintahnya dan menjauhi segala larangannya serta mengamalkan apa saja yang
diperkenankan olehnya. Adapun definisi ibadah menurut ulama Fiqh yaitu apa yang
dikerjakan untuk mendapatkan keridhaan Allah SWT dan mengharapkan pahalanya
di akhirat.
Dari kedua pengertian di atas, maka hakikat ibadah dapat disimpulkan bahwa
Ibadah yang semata hanya untuk menunjukkan makna yang sebenarnya atau makna
yang paling dasar dari yang sebenar-benarnya semata hanya karena Allah.
Seorang cendikiawan muslim yakni Hasbi As-Shiddiqi dalam kitabnya kuliah
ibadah mengemukakan bahwa hakikat dari ibadah ialah: Ketundukan jiwa yang
timbul dari hati yang merasakan cinta terhadap Tuhan yang disembah dan
merasakan kebesaran-Nya, meyakini bahwa bagi alam ini ada penguasanya, yang
tidak dapat diketahui oleh akal hakikatnya. Ibnu Katsir, salah seorang ilmu tafsir
mengemukakan bahwa hakikat ibadah itu adalah suatu himpunan dari semua rasa
cinta, tunduk, dan takut yang sempurna (kepada Allah SWT).

2.2 Ibadah Mahdhah dan Ibadah Ghairu Mahdhah


1. Ibadah Mahdhah
Ibadah mahdhah atau ibadah khusus yaitu ibadah langsung kepada Allah
SWT, tata cara pelaksanaannya telah diatur dan ditetapkan oleh Allah SWT atau
dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Karena itu, pelaksanaannya sangat ketat,
yaitu harus sesuai dengan contoh dari Rasul. Allah dan Rasul-Nya telah
menetapkan pedoman atau cara yang harus ditaati dalam beribadah, tidak boleh
ditambah-tambah atau dikurangi. Penambahan atau pengurangan dari ketentuan-
ketentuan ibadah yang ada dinamakan bid’ah dan berakibat batalnya ibadah yang
dilakukan. Contoh ibadah khusus ini adalah shalat (termasuk didalamnya
thaharah), puasa, zakat, dan haji.

3
Ibadah mahdhah adalah hubungan manusia dengan Tuhannya, yaitu
hubungan yang akrab dan suci antara seorang muslim dengan Allah SWT yang
bersifat ritual (peribadatan), ibadah mahdhah merupakan manifestasi dari rukun
islam yang lima. Atau juga sering disebut ibadah yang langsung. Selain itu juga
ibadah mahdhah adalah ibadah yang perintah dan larangannya sudah jelas dan
tidak memerlukan penambahan atau pengurangan.
Islam memberikan prinsip-prinsip ibadah sebagai berikut:
a. Beribadah hanya menyembah Allah sebagai sebagai wujud hanya mengesakan
Allah.
b. Ibadah dilakukan secara ikhlas, yakni niat murni semata hanya mengharap ke-
ridhaan Allah SWT.
c. Ibadah harus sesuai tuntunan baik dari Al-Qur’an maupun Al-Sunnah.

2. Ibadah Ghairu Mahdhah


Ibadah ghairu mahdhah adalah semua perbuatan yang bermanfaat untuk
sesama manusia dan lingkungannya, yang diniatkan untuk beribadah kepada
Allah SWT. Ibadah ghairu mahdhah tata caranya tidak ditentukan oleh Allah.
Hal ini menyangkut segala macam amal kebaikan yang di ridhai Allah SWT baik
berupa perkataan maupun perbuatan. Bahkan sekedar baru berniat saja sudah
dianggap ibadah dan mendapat pahala dari Allah. Contoh dari ibadah ghairu
mahdhah yaitu bersedekah, belajar, dzikir, dakwah, tolong menolong dan lain
sebagainya.

2.3 Fungsi Ibadah


Terdapat tiga aspek fungsi ibadah dalam Islam :
1. Mewujudkan hubungan antara hamba dengan Tuhannya. Orang yang beriman
dirinya akan selalu merasa diawasi oleh Allah. Ia akan selalu berupaya
menyesuaikan segala perilakunya dengan ketentuan Allah SWT. Dengan sikap
itu seseorang muslim tidak akan melupakan kewajibannya untuk beribadah,
bertaubat, serta menyandarkan segala kebutuhannya pada pertolongan Allah
SWT. Demikianlah ikrar seorang muslim seperti tertera dalam Al-Qur’an surat
Al-Fatihah ayat 5 “Hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada
Engkaulah Kami meminta pertolongan.” Atas landasan itulah manusia akan
terbebas dari penghambaan terhadap manusia, harta benda dan hawa nafsu.
2. Mendidik mental dan menjadikan manusia ingat akan kewajibannya. Dengan
sikap ini, setiap manusia tidak akan lupa bahwa dia adalah anggota masyarakat
yang mempunyai hak dan kewajiban untuk menerima dan memberi nasihat. Oleh
karena itu, banyak ayat Al-Qur’an ketika berbicara tentang fungsi ibadah
menyebutkan juga dampaknya terhadap kehidupan pribadi dan masyarakat.

4
Contohnya: ketika Al-Qur’an berbicara tentang shalat, ia menjelaskan
fungsinya: “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al-Qur’an dan
dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan)
keji dan mungkar.
3. Melatih diri untuk berdisiplin adalah suatu kenyataan bahwa segala bentuk
ibadah menuntut kita untuk berdisiplin. Kenyataan itu dapat dilihat dengan jelas
dalam pelaksanaan shalat, mulai dari wudhu, ketentuan waktunya, berdiri, ruku,
sujud dan aturan-aturan lainnya, mengajarkan kita untuk berdisiplin.

2.4 Hikmah Ibadah


1. Tidak Syirik
Ia telah mengetahui segala sifat-sifat yang dimiliki Nya adalah lebih besar
dari segala yang ada, sehingga tidak ada wujud lain yang dapat mengungguli-
Nya.
2. Memiliki ketakwaan
Ketakwaan yang di landasi cinta timbul karena ibadah yang di lakukan
manusia setelah merasakan kemurahan dan keindahan-Nya muncullah dorongan
untuk beribadah kepada-Nya. Sedangkan ketakwaan yang dilandasi rasa takut
timbul karena manusia menjalankan ibadah dianggap sebagai suatu kewajiban
bukan sebagai kebutuhan. Ketika manusia menjalankan ibadah sebagai suatu
kewajiban ada kalanya muncul ketidak-ikhlasan, terpaksa dan ketakutan akan
balasan dari pelanggaran karena tidak menjalankan kewajiban.
3. Terhindar dari kemaksiatan
Ibadah memiliki daya pensucian yang kuat sehingga dapat menjadi tameng
dari pengaruh kemaksiatan, tetapi keadaan ini hanya bisa dikuasai jika ibadah
yang di lakukan berkualitas. Ibadah ibarat sebuah baju yang harus selalu dipakai
dimanapun manusia berada.
4. Berjiwa sosial
Artinya ibadah menjadikan seorang hamba menjadi lebih peka dengan
keadaan lingkungan sekitarnya, karena dia mendapat pengalaman langsung dari
ibadah yang dikerjakannya. Sebagaimana ketika melalukan ibadah puasa, ia
merasakan rasanya lapar yang biasa dirasakan oleh orang-orang yang
kekurangan. Sehingga mendorong hamba tersebut lebih memperhatikan orang
lain.
5. Tidak Kikir
Harta yang dimiliki manusia pada dasarnya bukan miliknya tetapi milik
Allah SWT yang seharusnya diperuntukkan untuk kemaslahatan umat. Tetapi
karena kecintaan manusia yang begitu besar terhadap keduniawian menjadikan
dia lupa dan kikir akan hartanya. Berbeda dengan hamba yang mencintai Allah

5
SWT, senantiasa menafkahi hartanya di jalan Allah SWT. Ia menyadari bahwa
miliknya adalah bukan haknya tetapi ia hanya memanfaatkan untuk
keperluannya semata-mata sebagai bekal di akhirat yang di wujudkan dalam
bentuk pengorbanan harta untuk keperluan umat.

2.5 Makna Spiritual Ibadah Bagi Kehidupan Masyarakat


Pengertian ibadah dalam kehidupan masyarakat ialah pengabdian kepada
Allah dalam bentuk shalat, puasa, zakat, haji dzikir dan membaca Al-Quran.Ini
karena kehidupan tidak hanya untuk berurusan dengan hal-hal tersebut melainkan
untuk hal-hal yang menyeluruh, mencakup seluruh aspek yang dibutuhkan manusia
seperti berdagang, bertani dan bekerja, mencari ilmu dan sebagainya guna
mempertahankan dan mengembangkan kehidupan itu sendiri. Maknanya manusia
harus menerapkan apa yang telah disebutkan dalam Al-Quran dan Hadist ke dalam
kehidupan sosial.

6
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Hakekat ibadah adalah ibadah yang dilakukan semata hanya karena Allah
SWT. Ibadah mahdhah atau ibadah khusus ialah ibadah yang ketentuannya telah
ditetapkan oleh Allah SWT dan telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Contoh
ibadah khusus ini adalah shalat (termasuk didalamnya thaharah), puasa, zakat, dan
haji. Sedangkan ibadah ghairu mahdhah adalah semua perbuatan baik yang
dilakukan dengan niat karena Allah SWT semata, misalnya bersedekah, belajar,
dzikir, dakwah, tolong menolong dan lain sebagainya.
Terdapat tiga aspek fungsi ibadah yaitu mewujudkan hubungan antara
hamba dengan Tuhannya, mendidik mental dan menjadikan manusia ingat akan
kewajibannya dan melatih diri untuk berdisiplin. Kemudian, hikmah dari ibadah
sendiri diantaranya tidak syirik, memiliki ketakwaan, terhindar dari kemaksiatan,
berjiwa sosial dan tidak kikir.

3.2 Saran
Sebagai umat islam kita harus memahami secara mendalam tentang ibadah
baik ibadah mahdhah maupun ibadah ghairu mahdhah serta mengaplikasikan
kedalam kehidupan sehari-hari sebagai bukti ketakwaan kita terhadap Allah SWT
serta menjadikan Al-Quran dan Sunnah sebagai pegangan hidup.

7
DAFTAR PUSTAKA

Farihah, A., Supriyadi. (2017). Buku Ajar Al-Islam Kemuhammadiyahan-2 (AIK-


2). ISBN : 978-979-3401-76-8. UMSIDA PRESS.
https://id.scribd.com/document/456999606/Agama-Islam-Ibadah-Mahdhah-Dan-
Ghairu-Mahdhah

Anda mungkin juga menyukai