Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“HAKIKAT IBADAH”

Disusun Untuk Memenuhi Tugas kemanusiaan dan Keimanan

Dosen : muhammad syafi'i S.E.I, M.E.I

Disusun Oleh:

M. Rofikul Ali 2210921002

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

2022/2023
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu terucapkan kepada
Rasulullah SAW. Berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya, kami mampu menyelesaikan tugas
makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Kemanusian dan Keimanan.

Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca. Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, saya harapkan
kepada pembaca untuk memberikan masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.

Jember, 13 maret 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................. i

DAFTAR ISI............................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang........................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah................................................................................... 2

1.3 Tujuan Masalah ...................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN......................................................................................... 3

2.1 Pengertian ibadah ................................................................................... 3

2.2 ibadah mahdlah dan ghairu mahdhah ................................................. 3

2.3 fungsi dan hikmah ibadah...................................................................... 4

2.4 whudu....................................................................................................... 7

BAB III PENUTUP................................................................................................. 8

3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 8

3.2 Saran ........................................................................................................ 8

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 9
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ibadah merupakan rangkaian ritual yang dilakukan manusia dalam rangka pengabdian atau
kepatuhan kepada sang Pencipta. Ibadah dalam Islam tidak hanya terbatas pada hubungan
manusia dengan Allah semata, melainkan juga terdapat hubungan antara manusia dengan
manusia lainnya serta antara manusia dengan alam (Razak, 1993: 18).Ada dua pembagian
ibadah dalam Islam, yaitu ibadah mahdlah dan ghairu mahdhah. Ibadah mahdlah, yaitu
ibadah yang berhubungan dengan penjalanan syariat Islam yang terkandung dalam rukun
Islam. Contoh ibadah mahdhah antara lain sholat, zakat, puasa dan haji. Sementara ibadah
ghairu mahdhah adalah ibadah yang dilaksanakan umat Islam dalam hubungannya dengan
sesama manusia dan lingkungannya. Ibadah ghairu mahdhah dikenal dengan ibadah
muamalah (Nata, 2002: 55)
Dari dua pembagian ibadah ini, secara implisit maupun eksplisit ibadah tidak hanya berupa
rangkaian ucapan dan gerakan semata. Lebih dari itu dibalik ibadah terdapat nilai-nilai luhur
yang mengatur hubungan antar sesama. Nilai-nilai luhur ini biasa dikenal sebagai etika atau
akhlak. Hal ini yang kemudian dijadikan sebagai pijakan bagi umat Islam untuk dapat
menjadikan kehidupannya menjadi baik dan selalu bermanfaat bagi diri dan lingkungannya.
Terkait manifestasi etika atau akhlak tersebut, di dalam Islam keberadaannya perlu
diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari. Adapun wujudnya adalah 1). Akhlak kepada
Allah SWT, 2) Akhlak terhadap diri sendiri dan 3). Akhlak terhadap orang lain (Zain dkk,
2005: xvii). Pembagian akhlak ini yang kemudian disebut sebagai nilai-nilai luhur yang
penting untuk dikembangkan bagi setiap muslim.Berangkat dari ilustrasi ini jelas bahwa
ibadah mempunyai nilai bagi yang menjalankannya. Selain nilai dari sebuah ibadah,
keberadaannya juga mempunyai tujuan yang telah ditetapkan. Perintah ibadah ini terkandung
dalam filosufi tujuan penciptaan manusia yang terkandung dalam QS. Adz Dzariyat : 56.

1.1 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian ibadah?


2. Apa saja larangan dalam ibadah?
3. Apa itu ibadah mahdlahdanghairumahdhah?
4. Apa fungsi ibadah?

1.2 Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui pengertian ibadah


2. Untuk mengetahui perintah ibadah dalam islam
3. Untuk mengetahui ibadah mahdlah dan ghairu mahdhah
4. Untuk mengetahui fungsi ibadah

BAB II

PEMBAHASAN

A.Konsep ibadah

Ibadah diambil dari bahasa Arab `abdun’ yang artinya adalah menyembah. Dari segi istilah
agama Islam pula ialah tindakan, menurut, mengikut dan mengikat diri dengan sepenuhnya
kepada segala perkara yang disyariatkan oleh Allah dan diserukan oleh para Rasul-Nya,
sama ada ia berbentuk suruhan atau larangan.

Konsep ibadah memiliki makna yang luas yang meliputi seluruh aspek kehidupan baik
sosial, politik maupun budaya. Ibadah merupakan karakteristik utama dalam sebuah agama,
karena pusatnya ajaran agama terletak pada pengabdian seorang hamba pada Tuhannya.

B.Ibadah mahdhah dan ghairu mahdhah

Ibadah mahdhah adalah ibadah yang dilakukan dalam rangka menjalin hubungan yang baik
antara hamba dan Allah SWT.  Kaidah  ibadah mahdoh menyatakan bahwa seluruh ibadah
pada asalnya boleh kecuali ada dalil yang memgharamkannnya. Pada jenis ibadah ini
diharamkan melakukan  kreativitas  karena   ibadah ini  hanya Allah yang memiliki otoritas
penuh dalam memberikan perintah dan mengatur tatacaranya. Manusia tidak punya pilihan
lain kecuali tunduk dan patuh pada ketetapan hukum yang telah diatur secara terperinci.

Ibadah mahdhah memiliki 4 prinsip yaitu :

Keberadaannya harus berdasarkan adanya dalil perintah

Tatacaranya harus berpola kepada contoh Rasul saw

Bersifat supra rasional (di atas jangkauan akal)

Azasnya “taat”

Ibadah ghairu mahdhoh adalah ibadah yang dilakukan dalam hubungan antara manusia
dengan manusia lainya. Maka pengertian ibadah ini berlakunya kaidah muamalah yang
memyatakan bahwa seluruh ibadah muamalah pada asalnya boleh kecuali ada dalil yang
mengharamkannya.dengan cemikian dalam masalah ibadah ini terbuka peluang akal untuk
melakukan kreativitas dalam menetapkan suatu hukum. Amal ibadah ghairah mahdhoh ini
yang memiliki korelasi langsung antara amal shaleh dalam bermuamalah  dengan keimanan
seorang . Keimanan yang kuat tentu mendorong manusia untuk bergairah melaksanakan
perintah-Nya.

Prinsip-prinsip dalam ibadah ini :


Keberadaannya didasarkan atas tidak adanya dalil yang melarang

Tatalaksananya tidak perlu berpola kepada contoh Rasul

Bersifat rasional

Azasnya “Manfaat”

C.Fungsi dan hikmah ibadah

Fungsi Ibadah

Setiap muslim tidak hanya dituntut untuk beriman, tetapi juga dituntut untuk beramal sholeh.
Karena Islam adalah agama amal, bukan hanya keyakinan. Ia tidak hanya terpaku pada
keimanan semata, melainkan juga pada amal perbuatan yang nyata. Islam adalah agama
yang dinamis dan menyeluruh. Dalam Islam, Keimanan harus diwujudkan dalam bentuk
amal yang nyata, yaitu amal sholeh yang dilakukan karena Allah. Ibadah dalam Islam tidak
hanya bertujuan untuk mewujudkan hubungan antara manusia dengan Tuhannya, tetapi juga
untuk mewujudkan hubungan antar sesama manusia. Islam mendorong manusia untuk
beribadah kepada Allah SWT dalam semua aspek kehidupan dan aktifitas. Baik sebagai
pribadi maupun sebagai bagian dari masyarakat. Ada tiga aspek fungsi ibadah dalam
Islam :

1.    Mewujudkan hubungan antara hamba dengan Tuhannya.

2.    Mendidik mental dan menjadikan manusia ingat akan kewajibannya

3.    Melatih diri untuk berdisiplin

Hikmah Ibadah

Tidak Syirik

Seorang hamba yang sudah berketetapan hati untuk senantiasa beribadah menyembah
kepada Nya, maka ia harus meninggalkan segala bentuk syirik.
Memiliki ketakwaan

 Ketakwaan yang dilandasi cinta timbul karena ibadah yang dilakukan manusia setelah
merasakan kemurahan dan keindahan Allah SWT. Setelah manusia melihat kemurahan dan
keindahan Nya munculah dorongan untuk beribadah kepada Nya.

Terhindar dari kemaksiatan. 

Ibadah memiliki daya pensucian yang kuat sehingga dapat menjadi tameng dari pengaruh
kemaksiatan, tetapi keadaan ini hanya bisa dikuasai jika ibadah yang dilakukan berkualitas.
Ibadah ibarat sebuah baju yang harus selaludipakai dimanapun manusia berada.

Berjiwa sosial

Ibadah menjadikan seorang hamba menjadi lebih peka dengan keadaan lingkungan
disekitarnya, karena dia mendapat pengalaman langsung dari ibadah yang dikerjakannya.

Tidak kikir

Harta yang dimiliki manusia pada dasarnya bukan miliknya tetapi milik Allah SWT yang
seharusnya diperuntukan untuk kemaslahatan umat. Hamba yang mencintai Allah SWT,
senantiasa dawam menafkahkan hartanya di jalan Allah SWT, ia menyadari bahwa miliknya
adalah bukan haknya tetapi ia hanya memanfaatkan untuk keperluanya semata-mata sebagai
bekal di akhirat yang diwujudkan dalam bentuk pengorbanan hartauntuk keperluan umat.

D.Makna spiritual ibadah dalam kehidupan sosial

Di dalam setiap ibadah yang kita kerjakan harus bisa menyentuh dan memasuki dimensi
spritual. Dimensi spiritual itu tidak lain adalah ihsan, “An ta’buda Allah ka annaka tarahu
wain lam yakun tarahu fainnahu yaraka. Kita beribadah kepada-Nya seakan kita melihat-
Nya, apabila kita tidak melihat-Nya maka sesungguhnya Dia melihat kita”. Dalam
beribadah kita akan merasa kerdil jika dibandingkan Sang Pencipta, hal tersebut
dimaksudkan agar kita selalu ingat kepada Allah yang telah menciptakan bumi dan seisinya.

B. WUDHU (THAHARAH)

Wudhu atau yang sering kita kenal dengan thaharah adalah salah satu bentuk ibadah
yang sering dilakukan oleh umat Islam, denga menggunakan air yang suci kita membasuh
dan mengusap anggta-anggota tubuh tertentu. Berikut adalah makna spiritual wudhu yang
sepatutnya dipahami oleh umat Islam :

1. Membasuh Kedua Telapak Tangan

Membasuh kedua telapak tangan adalah perkara sunnah yang pertama kali dilakukan saat
berwudhu. Itu artinya bahwa setiap muslim agar menjaga kebersihan kedua telapak
tangannya dari perbuatan maksiat.

2. Berkumur-kumur

Berkumur artinya membersihkan mulut dari sisa-sisa kotoran. Pengertian berkumur secara
spiritual bisa berarti bahwa setiap muslim harus menyeleksi makanan yang akan dimakan.
Setiap makanan yang masuk ke mulut, harus halal, baik dzatnya maupun halal cara
mendapatkannya. Makanan yang haram akan mengotori tubuh dan batin seorang muslim.

3. Memasukan air ke hidung

Manfaat langsung dari memasukkan air ke hidung ini adalah membersihkan sisa-sisa
kotoran yang menempel di lubang lidung. Makna spiritual dari memasukkan air ke hidung
adalah bahwa hidung tidak diperkenankan untuk mencium sesuatu yang mengandung dosa
dan kemaksiatan.

4. Membasuh muka

Manfaat secara langsung, tentu, agar muka hamba-hambanya selalu bersih dari kotaran
debu dan tanah yang melekat pada wajahnya. bahwa setiap wajah muslim, pada saat
bertatap muka dengan orang harus senantiasa mengeluarkan aura positif, tidak menakutkan,
baik terhadap sesama muslim maupun bukan. Semua anggota tubuh yang bersemayam di
muka, selalu digunakan untuk hal yang bernilai ibadah, bukan maksiat.

5. Membasuh kedua tangan sampai ke siku

Makna spiritualnya adalah kedua tangan yang dimilikinya tidak boleh digunakan untuk
berbuat maksiat. semestinya tangan-tangan yang tersentuh oleh air wudhu selalu ringan
tangan, yakni membantu saudara-saudara kita, si fakir, si miskin dan kaum dhu’afa serta
orang lain yang memerlukan bantuan kita.

6. Mengusap sebagian kepala

Di dalam kepala kita terdapat benda yang sangat misterius, yakni berupa otak. Otak yang
ada di dalam kepala manusia bisa merancang dan mengendalikan melakukan apa saja,
termasuk tindak kejahatan. Oleh sebab itu, melalui sentuhan air wudhu ini, otak setiap
muslim akan selalu selalu mengarahkan seluruh anggota badan dan aktifitas pada sesuatu
yang lebih baik dan positif.

7. Membersihkan kedua telinga

Membersihkan kedua daun telinga, bisa disimbolkan bahwa, semestinya, kedua telinga yang
dimiliki tidak digunakan untuk mendengar perkataan-perkataan yang kurang bermanfaat
dan mengandung maksiat dari orang lain. Seharusnya telinga digunakan untuk
mendengarkan ayat-ayat Allah ataupun hal-hal yang mengandung manfaat dan kebaikan.

8. Membasuh kedua kaki

Makna spiritualnya adalah setiap muslim kemanapun ia melangkahkan kedua kakinya pasti
akan menuju tempat-tempat yang bersih dan suci, bukan ketempat-tempat yang kotor dan
mengandung maksiat.

C. SHALAT

Adapun makna spiritual dari berbagai gerakan shalat antara lain :

Takbiratul Ihram
Maknanya penyerahan totalitas pada yang Maha Awal bahwa karena Allah lah kita adandan
karena Allah juga kita bisa melakukan perjalanan hidup.

Berdiri

Berdiri lambang siap berjalan menjelajahi kehidupan. Dalam tegak berdiri, posisi kepala
tunduk, artinya dalam perjalanan hidup akan tunduk dan patuh pada segala Hukum dan
Kehendak Allah bebas dari rasa kesombongan diri. Kedua tangan memegang ulu hati,
simbol bahwa hati akan selalu dijaga kebersihannya dalam perjalanan hidup.

Ruku’

Ruku’ adalah lambang penghormatan kita kepada para Nabi dan rosul yang telah
mengenalkan kita kepada Allah, penghormatan sebagai rasa syukur kita kepada Allah SWt
atas segala nikmat dan karunia-Nya.

Itidal

Kita berdiri lagi melakukan Itidal, maknanya adalah untuk mengisi perjalanan hidup dengan
penuh puja dan puji pada Allah serta penuh syukur setiap saat sehingga tercipta kepatuhan
dan ketaatan.

Sujud

Sujud dengan kaki dilipat, atau setengah berdiri adalah simbol dari perjalanan hati (rohani).
Dangan sujud hati dan fikiran kita direndahkan serendahnya sebagai tanda ketundukan total
pada segala kehendak Allah dan mengikuti segala kehendak Allah. Menyatu kan kehendak
Allah dengan Kehendak kita.

Merekatkan diri ke Bumi, bahwa awal dan akhir manusia dari dan ke bumi, berharap pada
saat kematian keadaan diri kita sama saat dengan saat dilahirkan, yaitu dalam keadaan suci,
sehingga bisa bertemu Allah. Makna sujud ada 2 macam yaitu :

a. Sujud pertama bermakna penyatuan Kehendak Allah dengan kehendak ruhani atau hati
atau jiwa. Diselangi permohonan pada duduk antara 2 sujud.
b. Sujud kedua bermakna pernyataan pengagungan Allah Swt, dimana Allah berbeda dengan
makhluknya dan pernyataan ingin kembali kepada Allah pada akhir perjalanan hidup
nantinya.

Duduk antara 2 Sujud

Pengungkapan berbagai permohonan pada Allah untuk memberikan segala kebutuhan yang
diperlukan dalam bekal perjalanan menuju pertemuan dengan Allah, butuh sumber
dukungan hidup jasmani dan ruhani, serta pemeliharaan dan perlindungan jasmani ruhani
agar tetap pada jalan Allah yaitu berupa ampunan, kesehatan, rizky, kasih sayang, derajat,
pengampunan terhadap aib dan kejelekan, petunjuk, dan peleburan kekhilafan.

Attahiyat

Yaitu sebuah pemantapan hati yang disimbolkan dengan Ikrar Syahadat melalui telunjuk
kanan. Sebelum Ikrar memberikan penghormatan untuk para Utusan Allah dan Ruh Hamba-
hamba Sholeh (Auliya) karena berkat merekalah kita mengenal Allah juga melalui ajaranya
kita dibimbing menujuNya dan menjadikan mereka menjadi saksi atas Ikrar kita. Sholawat
menjadi pernyataan kebersediaan mengikuti apa yang diajarkan Rasulullah Muhammad
SAW, dan menempatkannya sebagai pimpinan dalam perjalanan kita. Salam penghormatan
kepada Bapak para Nabi yaitu Nabi Ibrahim yang menjadi bapak induk ajaran Tauhid.
Kemudian diakhir dengan permohonan doa dan permohonan perlindungan dari kejahatan
tipuan Dajal/Iblis untuk menjaga perjalanan tetap pada keselamatan dan berhasil mencapai
Allah.

Salam

Salam adalah ucapan yang mengakui adanya manusia lain yang sama-sama dalam
perjalanan, menunjukkan bahwa hidup ini tidak sendiri, sehingga hendaknya menyebarkan
salam dan berkah kepada sesama untuk bahu-membahu menegakkan kehidupan yang
harmonis dan tegaknya kedamaian, kesejahteraan dan keselamatan di bumi Allah.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Akidah Islam adalah prinsip utama dalam pemikiran Islami yang dapat
membina setiap individu muslim sehingga memandang alam semesta dan
kehidupan dengan kaca mata tauhid dan melahirkan konotasi-konotasi valid
baginya yang merefleksikan persfektif Islam mengenai berbagai dimensi kehidupan
serta menumbuhkan perasaan-perasaan yang murni dalam dirinya. Atas dasar ini,
akidah mencerminkan sebuah unsur kekuatan yang mampu menciptakan mu’jizat
dan merealisasikan kemenangan-kemenangan besar di zaman permulaan Islam.
Akidah memiliki peranan yang besar dalam membina akhlak setiap individu
muslim sesuai dengan prinsip-prinsip agama yang pahala dan siksa disesuaikan
dengannya, dan bukan hanya sekedar wejangan yang tidak menuntut tanggung-
jawab. Lain halnya dengan aliran-aliran pemikiran hasil rekayasa manusia biasa
yang memusnahkan perasaan diawasi oleh Allah dalam setiap gerak dan rasa
tanggung jawab di hadapan-Nya. Dengan demikian, musnahlah tuntunan-tuntunan
akhlak dari kehidupan manusia. Karena akhlak tanpa iman tidak akan pernah
teraktualkan dalam kehidupan sehari-hari.

1.1 Saran

Dalam penyusunan tulisan ini terdapat banyak kekurangan. Untuk itu saran dan
masukan yang membangun sangat penyusun harapkan untuk perbaikan makalah ini
kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA
[Disalin dari kitab Syarah Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah Oleh Yazid bin Abdu!
Qadir Jawas, Penerbit Pustaka At-Taqwa, Po Box 264 Bogor 16001, Cetakan Pertama
Jumadil Akhir 1425HIAgustus 2004M]
[1]. Lisaanul `Arab (IX/31 1:tj-~) karya tbnu Nlanzhur (wafat th. 711 H) t dan Mu'jamu!
Wasiith (tl/614:tL.3-~).
[2]. Tauhid Rububiyyah, Uluhiyyah, dan Asma' wa Shifat Allah.
[3]. Lihat Buhuuts fii `Aqiidah Ahtis Sunnah wat Jamaa'ah (hal. 11-12) oleh Dr. Nashir
bin `Abdul Karim at `Aql, cet. !II Daarul `Ashimah/ th. 1419 H, `Aqiidah Ahiis Sunnah
wal Jamaa'ah (hal. 13-14) karya Syaikh Muhammad bin Ibrahim alHamd dan Mujmal
Ushuul Ahlis Sunnah wal Jamaa'ah fil `Aqiidah oleh Dr. Nashir bin `Abdul Karim al-
`Aql.
[Disalin dari kitab AI-Qadha wal Qadar, edisi Indonesia Qadha & Qadhar, Penyusun
Syaikh Muhammad Shalih AI-Utsaimin, Penerjemah A.Masykur Mz, Penerbit
Daru( Haq, Cetakan Rabi'ul Awwa( 1420HIJuni 1999M]

Anda mungkin juga menyukai