Di Susun Oleh ;
Aziz Abdullah Nmp : 192210158
Ahmad Nur Sidiq Nmp : 191210014
Rijal Muhtarulloh Al fatih Nmp : 192210181
FAKULTAS TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM MA’ARIF (IAIM ) NU
METRO – LAMPUNG
2020/2021
i
KATA PENGATAR
Segala puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat melaksanakan
makalah ini sebagai tugas kelompok dalam Mata Kuliah Akhlak Tasawuf yang
dibimbing oleh Ibu Dian Anggraini, M.Pd Tema yang akan dibahas di makalah ini
sengaja dipilih oleh Dosen Pembimbing kami, untuk kami pelajari lebih dalam.
Penyusun menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari
sempurna, maka kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun,
sehingga kami dapat berusaha lebih baik lagi sesuai kemampuan yang kami miliki
dalam penyusunan tugas di masa yang akan datang. Atas kritik dan saran dari para
pembaca kami ucapkan terimakasih.
02 Oktober 2020
PENULIS
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 1
B. Rumusan Masalah...................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................... 2
A. Keseimpulan............................................................................... 11
B. Saran........................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………….... 13
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PENULISAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
a. Akhlak perorangan
Akhlak ini dibagi menjadi :
b. Akhlak keluarga
Akhlak ini juga terbagi menjadi :
Kewajiban timbal balik orang tua dan anak (wajibat nahwa ushul wa
al-furu).
Kewajiban suami & isteri ( wajibat baina al-azwaj).
Kewajiban terhadap kerabat dekat (wajibat nahwa al-aqarib).
c. Akhlak bermasyarakat
Akhlak ini meliputi :
2
Hal-hal yang dilarang (al-makhdzurat).
Hal-hal yang diperintahkan (al-awamir).
Kaidah-kaidah adab (qawa’id al-adab).
d. Akhlak bernegara
Akhlak ini meliputi :
e. Akhlak beragama
Akhlak ini meliputi kewajiban terhadap Allah swt.
3
istilah khusus mistisisme islam. Sehingga kata “sufisme” tidak ada pada
mistisisme agama-agama lain.
Tasawuf bertujuan untuk memperoleh suatu hubungan khusus langsung
dari Tuhan. Hubungan yang dimaksud mempunyai makna dengan penuh
kesadaran, bahwa manusia sedang berada di hadirat Tuhan. Kesadaran tersebut
akan menuju kontak komunikasi dan dialog antara ruh manusia dengan Tuhan.
Hal ini melalui cara bahwa manusia perlu mengasingkan diri. Keberadaannya
yang dekat dengan Tuhan akan berbentuk “Ijtihad” (bersatu) dengan Tuhan.
Demikian ini menjadi inti persoalan “Sofisme” baik pada agama islam maupun di
luarnya.
Dengan pemikiran di atas, dapat dipahami bahwa “tasawuf/mistisisme
islam” adalah suatu ilmu yang mempelajari suatu cara, bagaimana seseorang dapat
mudah berada di hadirat Allah SWT (Tuhan). Maka gerakan “kejiwaan” penuh
dirasakan guna memikirkan betul suatu hakikat kontak hubung yang mampu
menelaah informasi dari Tuhannya.
Tasawuf atau mistisisme dalam islam beresensi pada hidup dan berkembang
mulai dari bentuk hidup “kezuhudan” (menjauhi kemewahan duniawi). Tujuan
tasawuf untuk bisa berhubungan langsung dengan Tuhan. Dengan maksud ada
perasaan benar-benar berada di hadirat Tuhan. Para sufi beranggapan bahwa
ibadah yang diselenggarakan dengan cara formal belum dianggap memuaskan
karena belum memenuhi kebutuhan spiritual kaum sufi.
Dengan demikian, maka tampaklah jelas bahwa ruang lingkup ilmu tasawuf
itu adalah hal-hal yang berkenaan dengan upaya-upaya/cara-cara untuk
mendekatkan diri kepada Tuhan yang bertujuan untuk memperoleh suatu
hubungan khusus secara langsung dari Tuhan.
B. Tujuan Mempelajari Akhlak dan Tasawuf
4
Tujuan akhlak adalah menggapai suatu kebahagiaan hidup umat manusia baik di
dunia dan di akhirat. Dikarekan itulah kita sebagai manusia untuk hidup saling membantu
baik dari pekerjaan, kebutuhan atau lainnya.
Tujuan mempelajari akhlak diantaranya adalah menghindari pemisahan antara akhlak dan
ibadah. Atau bila kita memakai istilah: menghindari pemisahan agama dengan dunia
(sekulerisme). Kita sering mendengar celotehan, “Agama adalah urusan akhirat sedang
masalah dunia adalah urusan masing-masing”. Atau ungkapan, “Agama adalah urusan
masjid, di luar itu terserah semau gue”. Maka jangan heran terhadap seseorang yang
beribadah, kemudian di lain waktu akhlaknya tidak benar. Ini merupakan kesalahan fatal.
Kita pun sering menjumpai orang-orang yang amanah dan jujur, tetapi mereka tidak
shalat. Ini juga keliru.
Selanjutnya Mustafa Zahri mengatakan bahwa tujuan perbaikan akhlaq itu, ialah
untuk membersihkan kalbu dari kotoran-kotoran hawa nafsu dan amarah sehingga hati
menjadi suci bersih, bagaikan cermin yang dapat menerima Nur cahaya Tuhan.
Dengan demikian secara ringkas dapat dikatakan bahwa Ilmu Akhlak bertujuan untuk
memberikan pedoman atau penerangan bagi manusia dalam mengetahui perbuatan yang
baik atau yang buruk. Terhadap perbuatan yang baik ia beruasaha melakukannya, dan
terhadap yang buruk ia berusaha untuk menghindarinya.
Tujuan tasawuf adalah ma’rifatullah (mengenal Allah secara mutlak dan lebih jelas).
Tasawuf memiliki tujuan yang baik yaitu kebersihan diri dan taqarrub kepada Allah.
Namun taswuf tidak boleh melanggar apa-apa yang telah secara jelas diatur oleh Al-
Qur’an dan As-Sunnah, baik dalam aqidah, pemahaman ataupun tata cara yang dilaku-
kan.( Departemen Agama RI, (Jakarta: PT. Syaamil, 2005:69)
Buah yang diharapkan dari laku Tasawwuf adalah jiwa yang dermawan, hati yang
tenang, dan pekerti yang baik kepada semua makluk. Dan Tassawuf dapat digunakan
sebagai sarana untuk mendidik hati dan mengetahui alam gaib menuju buahnya tersebut
diatas. Ilmu Tassawuf tidak berbicara tentang ungkapan lisan, melainkan tentang
5
perasaan dan emosi. Ilmu ini tidak bisa dipelajari dari lembar kertas, melainkan diambil
dari para ahli rasa. Ilmu ini tidak bisa diperoleh dengan banyak ceritera, melainkan
dengan melayani para guru dan menyertai para ahli kesempurnaan ( Ahlul Kamal).
Melihat dari itu semua, kita dapat untuk bisa memahami betapa pentingnya mengenal
Allah secara lebih dalam dan memahaminya dengan benar. Sama juga dengan kebersihan
diri dan taqarrub, tapi kita tidak boleh melanggar apapun yang telah ditentukan oleh al-
qur`an.
6
2.Problematika Masyarakat Modern
Dalam kehidupan masyaakat modern ada banyak kebaikan atau sisi positif
yang ditampilkan. Baik dalam kemajuan Imu Pengetahuan,Teknologi, Maupun
yang lebih spesifik lagi yaitu dalam kehidupan agama.Akan tetapi, tidak sedikkit
pula sisi negatif atau masalah masyarakatmodern yang akhir-akhir ini menjadi
problematika dan penyakit yangmenghancurkan masyarakat itu sendiri. Karena
kedangkalan iman seseorang dan kurangnya pemahaman tentang akhlak.
Ada beberapa problem yang kini hadir di masyarakat modern ini, Antara lain
yaitu:
7
jikakeilmuan yang berkembang itu tidak berada dibawah kendali agamamaka
proses kehancuran manusia akan terus berjalan.
c. Penyalahgunaan Iptek
d. Pendangkalan iman
Sebagai akibat dari pola fikir keilmuan diatas, khususnya ilmu-ilmu yang
hanya mengakui fakta-fakta yang bersifat empirismenyebabkan manusia dangkal
imannya. Ia tidak tersentuh olehinformasi yang diberikan oleh wahyu, bahkan
informasi yangdiberikan oleh wahyu kadang hanya menjadi bahan tertawaan
karenatidak ilmiah.
Sebagai akibat lebih jauh dari dari dangkalnya iman dan pola
hidupmaterialistik sebagaimana yang disebutkan diatas, maka manusiamudah
menggunakan prinsip menghalalkan berbagai cara dalammencapai tujuannya. Jika
ini terus berlanjut akan terjadi kerusakanakhlak dalam berbagai bidang bidang
kehidupan.
8
3.Urgensi akhlak tasawuf bagi masyarakat modern
9
Tasawuf yang benar adalah adanya tawazun (keseimbangan) antara
keduanya yaitu unsur lahir(formalistik) dan batin (substansialistik) (Rahman,
1984: 181). Intisari ajaran tasawuf adalah betujuan memperoleh
hubunganlangsung dan dusadarai dengan Tuhan, sehingga orang merasa
dengankesadarannya itu berada dihadirat-Nya. Kemampuan berhubungan
denganTuhan ini dapat mengintegrasikan seluruh ilmu pengetahuan yang nampak
berserakan. Karena melalui tasawuf ini seseorang disadarkan bahwasumber segala
yang ada ini berasal dari Tuhan, bahwa dalam faham wahdatul wujud, alam dan
manusia yang menjadi objek copy Tuhan.
Dengan cara demikian antara satu ilmu dengan ilmu lainnya akan
salingmengarah pada Tuhan.Dengan adanya bantuan tasawuf, maka ilmu
pengetahuan satu danlainnya tidak akan betabrakan, karena ia berada dalam satu
jalan dan satutujuan. Tasawuf melatih manusia agar memiliki ketajaman batin
dankehalusan budi pekerti, sikap batin dan kehalusan budi yang tajam
inimenyebabkan ia akan selalu mengutamakan pertimbangan kemanusiaan pada
setiap masalah yang dihadapi, dengan cara demikian, ia akanterhindar dari
melakukan perbuatan-perbuatan yang tercela menurut agama(Rahman, 1984:
297).Sikap materialistik dan hedonistik yang merajalela dalamkehidupan modern
ini dapat diatasi dengan menerapkan konsep zuhud (asketisisme).
Jika sikap ini telahmantap, maka ia tidak akan berani menggunakan segala cara
untukmencapai tujuan. Sebab tujuan yanag ingin dicapai dalam tasawuf
adalahmenuju Tuhan, maka caranya pun harus ditempuh dengan cara yangdisukai
oleh Tuhan. Selanjutnya sikap frustasi, putus asa dapat diatasidengan sikap ridha
yang diajarkan dalam tasawuf, yaitu selalu menerimaterhadap segala keputusan
Tuhan setelah berusaha dengan semaksimalmungkin (Nata, 1998: 299).
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Akhlak dan tasawwuf memiliki tujuan yang sama yaitu, mendekatkan diri kepada
Allah dengan cara membersihkan diri dari perbuatan yang tercela dan menghias
diri dengan perbuatan yang terpuji.
Manfaat mempelajari akhlak tasawwuf, kita bisa mengetahui perbuatan yang baik
dan perbuatan yang buruk, sehingga bisa mengarah kita pada kehidupan yang
bahagia di dunia dan diakhirat.
Tasawuf atau sufisme diakui dalam sejarah telah berpengaruh besaratas kehidupan
moral dan spiritual Islam sepanjang ribuan tahun yang silam. Selam kurun waktu
itu tasawuf begitu lekat dengan dinamikakehidupan masyarakat luas, bahkan
sebatas kelompok kecil yang eksklusifdan terisolasi dari dunia luar. Tasawuf
11
dapat menjadi solusi alternatifterhadap kebutuhan spiritual dan pembinaan
manusia modern.Sehingga kehadiran tasawuf ini sangat diperlukan didunia
modern saat ini, guna membimbing manusia agar tetap merindukan Tuhannya,
dan bisa juga untuk orang-orang yang semula hidupnya glamor dan suka hura-
hura menjadi orang yang esketis (zuhud pada dunia). Disamping itu juga,tasawuf
modern sebagai terapi penyembuhan bagi hati yang merindukantuhannya. Ahklak
tasawuf adalah ilmu yang sangat berguna untukmembentuk manusia yang
humanis dengan moral yang luhur.
B. SARAN
Kritik dan saran dari Dosen dan teman-teman dapat membantukami untuk
mengevaluasi hasil diskusi kami dan kami dapat mempelajarinya kembali. Kami
sadar kalau makalah yang telah kami buatini terdapat banyak sekali kesalahan dan
kekurangan, baik dalam penulisannya maupun dalam pemilihan kata-katanya.
Atas partisipasinya kami sampaikan terimakasih
12
DAFTAR PUSTAKA
http://abdurrahman.mwb.im/pengertian-dan-tujuan-mempelajari-ilmu-
a.xhtml
Nata Abuddin. Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010)
http://makalahakhlaktasawuf.blogspot.com/
Mustofa. Akhlak Tasawuf, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1995)
http://resumehidayat.blogspot.com/2010/06/akhlak-tasawuf.html
Nasution Harun, Filsafat dan Mistisisme dalam Islam, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1983)
http://ber-guru.blogspot.com/2012/01/akhlak-tasawuf.html
http://al-poenya.blogspot.com/2011/11/resume-buku-akhlak-
tasawuf_12.html
http://muhammadyusuf18.blogspot.com/2011/12/pengertian-dan-ruang-
lingkup-tasawuf.html
http://abiturohmansyah.blogspot.com/2012/11/pengertian-akhlak-
tasawuf_8850.html
http://moemartblog.blogspot.com/2012/03/tujuan-akhlak-tasawuf.html
Amin Ahmad, Kitab al-Akhlaq, (Mesir:Daral Kutubal Mishriyah, cet. III,
tt.)
http://dc305.4shared.com/doc/T1XMOCoc/preview.html
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: PT.
Syaamil, 2005)
http://sufipopuler.wordpress.com/artikel-tasawuf/fungsi-dan-keutamaan-
ilmu-tasawuf/
http.//www.aminazizcenter.com/artikel-61-kuliah-akhlak-
tasawuf.html/2009
13