Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

AKHLAK DAN ILMU AKHLAK

Oleh
KELOMPOK I
Dina Putri (19310634)
Faisal Reza (19310598)
Rizka Fitriyani Putri (19310639)

DOSEN PENGAMPU : Umi Hani, S.Ag, M.Ag


PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN(UNISKA)
MUHAMMAD ARSYAD AL-BANJARI
BANJARMASIN
2022

i
ii
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Puji syukur senantiasa selalu kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini. Shalawat serta salam tak lupa kita curahkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang telah menunjukkan jalan kebaikan dan kebenaran di dunia dan
akhirat kepada umat manusia.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Akhlak dengan
Dosen pengampu Umi Hani, S.Ag, M.Ag dan juga untuk khalayak ramai sebagai bahan
penambah ilmu pengetahuan serta informasi yang semoga bermanfaat.

Makalah ini kami susun dengan segala kemampuan kami dan semaksimal mungkin.
Namun, kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tentu tidaklah sempurna dan
masih banyak kesalahan serta kekurangan. Maka dari itu kami sebagai penyusun makalah ini
mohon kritik, saran dan pesan dari semua yang membaca makalah ini terutama dosen mata
kuliah Fiqih yang kami harapkan sebagai bahan koreksi untuk kami.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Banjarmasin, 22 Maret 2022

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...........................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................2

1.3 Tujuan Pembahasan...................................................................................................2

BAB II POKOK PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Akhlak......................................................................................................1

2.2 Pengertian akhlak oleh beberapa ahli khususnya ahli agama dan lainnya.................1

2.3 Ciri Ciri Akhlak.........................................................................................................2

2.4 Konsep Akhlak...........................................................................................................3

2.5 Perbedaan akhlak dan ilmu akhlak............................................................................3

2.5.1 Hakikat Akhlak mencakup dua syarat menurut Al-Ghazali.............................3

2.6 Jenis-jenis Akhlak......................................................................................................4

2.6.1 Contoh Akhlak mulia terhadap Allah...............................................................4

2.6.2 Contoh Akhlak yang tercela kepada Allah.......................................................4

2.6.3 Akhlak terpuji ( Mahmudah ) kepada manusia.................................................5

2.6.4 Akhlak Tercela ( Mazmumah) kepada manusia...............................................5

2.7 Objek Kajian Ilmu Akhlak.........................................................................................6

2.8 Karakteristik Akhlak..................................................................................................8

2.9 Manfaat Mempelajari Ilmu Akhlak..........................................................................9

iii
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan................................................................................................................14

3.2 Saran..........................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................vi

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia bukanlah malaikat yang lepas dari kesalahan dan dosa, sanggup
beribadah dan bertasbih selamanya, namun manusia juga bukan syaitan yang
senantiasa salah, sesat dan menyesatkan, akan tetapi manusia adalah makhluk
yang diberikan dan dibekali oleh allah akal dan nafsu ditambah lagi dengan
qalbu kesinambungan akal dan nafsu disertai dengan hati yang bersih
menjadikan manusia mendapatkan derajat yang tinggi dari malaikat. Kalau kita
tengok sejarah kebelakang sebelum islam itu datang, kita dapat temukan
refernsi-referensi tentang bejad dan tercelanya sifat para kaum-kaum jahiliyah
yang tidak mempunyai peradaban yang murni mereka hanya mengumbar nfsu
belaka tanpa mementingkan etika yang baik dan mulia. Ini semua adallah
disebabkan oleh tidak adanya aturan dalam hidup, oleh sebab itu Allah SWT
mengutus seorang nabi yang merupakan nabi dan rosul terakhir yang diutus
hingga akhir zaman untuk menyempurnakan akhlak dimuka bumi ini terkhusus
bagi bangsa arab sendiri.

Akhlak menyangkut banyak masalah yang berhubungan dengan perbuatan


baik,buruk, benar dan salah d alam tinda kan seseorang yang panutannya
bersumber pada al-qur'an dan al-hadits (sunnah rasulullah saw.) . sedangkan kita
sebagai manusia untuk menyimbangkan akhlak yang baik di butuhkan juga ilmu
pengetahuan dan teknologi terutama pada zaman modern ini, yang begitu
banyak mengalami perubahan bergerak sangat cepat

1
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan akhlak

2. Apa yang dimaksud dengan ilmu akhlak

3. Sebutkan contoh akhlak terpuji bagi allah dan manusia

4. Sebutkan contoh akhlak tercela bagi allah dan manusia

5. Apa manfaat mempelajari ilmu akhlak

1.3 Tujuan

1. mengetahui pengertian akhlak

2. mengetahui pengertian ilmu akhlak

3. mengetahui akhlak terpuji bagi allah dan manusia

4. mengetahui akhlak tercela bagi allah dan manusia

5. mengetahui manfaat mempelajari ilmu akhlak

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Akhlak
Menurut bahasa (Etimonologi) Akhlak ialah bentuk jamak dari khuluq yang berarti
budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabi'at, akhlak disamakan dengan kesusilaan, sopan
santun. Khuluq merupakan gambaran sifat batin manusia, gambaran bentuk lahiriah manusia,
seperti raut wajah, gerak anggota badan dan seluruh tubuh, dalam bahasa yunani pengertian
khuluq ini disamakan dengan kata ethcicos kemudian berubah menjadi etika Pendapat lain
tentang Akhlak merupakan bentuk jama' dari kata khuluq. Kata khuluq adalah lawan dari kata
khalq, yang mana khuluq merupakan bentuk batin sedangkan khalq merupakan bentuk lahir.
Khalq dilihat dengan mata lahir (bashar) sedangkan khuluq dilihat dengan mata batin
(bashirah). Yang keduanya berasal dari katanya adalah kata khalaqa yang artinya penciptaan.
Dalam kamus al-munjadid khuluq berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat,
akhlak diartikan sebagai ilmu tata karma, ilmu yang berusaha mengenal tingkah laku
manusia, kemudian memberi penilaian perbuatan baik atau buruk sesuai dengan norma-
norma dan tata susila. Akhlak adalah suatu bentuk (karakter) yang kuat di dalam jiwa yang
darinya muncul perbuatan yang bersifat iradiyah ikhtiyariyah (kehendak pilihan) berupa, baik
atau buruk, indah atau jelek, sesuai pembawaannya, menerima pengaruh Pendidikan yang
baik dan buruk
2.2 Pengertian akhlak oleh beberapa ahli khususnya ahli agama dan lainnya
1. Menurut beberapa pakar dalam bidang akhlak seperti Ahmad Ibnu Muhammad Miska
waih Razi atau Ibnu Miskawaih (penulis buku Tahdzibul achlaq wa tathhirul a'raaq
dan Tartib as Sa'adah tentang akhlak), Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al
Ghazali ath-Thusi asy-Syafi'i (Imam Al Gazali), dan Ahmad Amin (penulis buku
Dhuhal Islam yang kontroversial) menyatakan bahwa pengertian akhlak adalah
perangai yang melekat pada diri seseorang yang dapat memunculkan perbuatan baik
tanpa mempertimbangkan pikiran terlebih dahulu.
2. Menurut Nurcholish Madjid, bahwa istilah akhlak atau khuluq merupakan satu akar
kata dengan khal atau penciptaan, khaliq (pencipta) dan makhluq (ciptaan), yang
semuanya mengacu pada pandangan dasar Islam mengenai penciptaan manusia,
bahwasanya manusia diciptakan dalam kebaikan, kesucian dan kemulian sebagai
"sebaik baik nya ciptaan" (ahsanu taqwim). Lebih lanjut dijelaskan oleh Bapak
Nurcholish madjid bahwa manusia akan terbimbing ke arah akhlak yang mulia jika
beriman kepada Allah dengan berbagai turunan caranya (derivasi).
Selanjutnya manusia akan menerjemahkan imannya menjadi tingkah laku yang penuh
tanggungjawab kepada sesama manusia, dengan jalan saling berpesan tentang kebenaran
serta saling berpesan tentang ketabahan. Kecenderungan mendasar manusia terhadap
kebaikan tersebut dapat ditemukan dalam QS Ar-Rum (30):30 dengan istilah Fitrah.
Pada garis besarnya akhlak Islam terdiri atas akhlak manusia terhadap Pencipta, dan akhlak
manusia terhadap sesama makhluk. Serupa dengan pengertian akhlak diatas, menurut Ahmadi
(2004) bahwa akhlak berasal dari rangkaian huruf kha-la-qa yang berarti menciptakan. Kata
halaga mengingatkan tentang kata Al Khaliq atau pencipta yaitu Allah SWT dan kata

3
Makhluk yaitu seluruh yang diciptakan oleh Allah SWT. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
pengertian akhlak adalah suatu perilaku yang menghubungkan antara Allah SWT dan
makhluknya
Akhlak menurut Al Ghazali bahwa kata al-khal adalah ' fisik' dan al khuluq berati akhlak. Al-
khalq karena manusia tersusun atas fisik yang dapat dilihat oleh mata kepala dan ruh yang
dapat ditangkap oleh mata batin. Ruh yang dapat ditangkap oleh mata batin memiliki nilai
lebih tinggi dibandingkan dengan nilai fisik yang ditangkap oleh mata kepala.
Kata Al khuluq merupakan satu sifat yang tertanam dalam jiwa yang dari hal tersebut lahirlah
perbuatan perbuatan dengan mudah tanpa memikirnya dirinya dan merenung terlebih dahulu.
Apabila sifat yang tertanam darinya terlahir perbuatan perbuatan buruk maka sifat tersebut
dinamakan akhlak buruk. Al khuluq adalah suatu sifat jiwa dan gambaran batinnya. Agar
terwujud keindahan akhlak atau akhlak baik, dalam batin manusia ada empat ruk un yang
harus terpenuhi yaitu kekuatan ilmu, kekuatan marah, kekuatan syahwat, dan kekuatan untuk
adil terhadap tiga kekuatan sebelumnya (Mahmud, 2004:28). Ditambahkan pula bahwa
puncak dari akhlak adalah hikmah (Al Hikmah) yaitu kepahaman terhadap Al Qur'an dan As
Sunnah. Al Hikmah sendiri akan dibentuk oleh kekuatan atas tujuan dalam mencari ilmu
untuk membedakan yang kebenaran dan kebatilan serta keindahan dan keburukan yang
terolah dengan baik pula.
Dalam hadis dijelaskan pula tentang akhlak seperti dibawah ini: Rasulullah saw. bersabda:
"Tiap-tiap din (agama) memiliki akhlak, dan akhlak Islam ialah malu. " Dalam HR Imam
Malik dalam al-Muwathatha', 2:212, al-Halabi, Kairo, 1371 H.
Selanjutnya, dapat diambil beberapa poin poin tentang pengertian akhlak diatas seperti syarat
syarat yang harus dimiliki oleh individu ataupun manusia untuk dapat dik atakan berakhlak
(baik ataupun buruk) serta macam macam akhlak (pembagian akhlak ) dan contoh contoh
akhlak itu sendiri. Syarat Agar disebut Berakhlak diantaranya
1. Perbuatan yang baik atau buruk.
2. Kemampuan melakukan perbuatan.
3. Kesadaran akan perbuatan itu.
4. Kondisi jiwa yang membuat cenderung melakukan perbuatan baik atau buruk.
2.3 Ciri Ciri Akhlak
Ciri ciri akhlak dalam Islam:
1. Islam menyeru agar manusia menghiasi jiwa dengan akhlak yang baik dan
menjauhkan diri dari akhlak yang buruk. Yang menjadi ukuran baik dan burukna
adalah syarak, iaitu apa yang diperintahkan oleh syarak, itulah yang baik dan apa
yang dilarang oleh syarak itulah yang buruk.
2. Lingkungan akhlak Islam adalah luas meliputi segala perbuatan manusia dengan
Allah, manusia dengan manusia dan manusia dengan makhluk selain manusia.
3. Islam menghubungkan akhlak dengan keimanan. Orang yang paling sempurna
keimanannya ialah orang yang paling baik akhlaknya.
4. Adanya konsep balasan dan ganjaran pahala atau syurga oleh Allah dan sebaliknya
orang yang berakhlak buruk akan mendapat dosa atau disiksa dalam neraka.

4
2.4 Konsep Akhlak
akhlak adalah tabiat atau sifat seseorang, yakni keadaan jiwa yang telah terlatih,
sehinnga dalam jiwa tersebut benar-benar telah melekat sifat-sifat yang melahirkan
perbuatan-perbuatan dengan mudah dan spontan, tanpa dipikirkan dan diangan-angankan
terlebih dahulu. Hal itu tidak berarti bahwa perbuatan tersebut dilakukan dengan tidak
sengaja atau tidak dikehendaki. Hanya saja karena yang demikian itu dilakukan berulang-
ulang sehingga sudah menjadi kebiasaan, maka perbuatan itu muncul dengan mudah tanpa
dipikir dan dipertimbangkan lagi Sebenarnya akhlak itu sendiri bukanlah perbuatan,
melainkan gambaran batin (jiwa) yang tersembunyi dalam diri manusia. Oleh karena itu,
dapat dikatakan bahwa akhlak adalah nafsiyah (sesuatu yang bersifat kejiwaan/abstrak),
sedangkan bentuknya yang kelihatan berupa tindakan (mu'amalah) atau tingkah laku (suluk)
merupakan cerminan dari akhlak tadi. Seringkali suatu perbuatan dilakukan secara kebetulan
tanpa adanya kemauan atau kehendak, dan bisa juga perbuatan itu dilakukan sekali atau
beberapa kali saja, atau barangkali perbuatan itu dilakukan tanpa disertai ikhtiar (kehendak
bebas) karena adanya tekanan atau paksaan. Maka perbuatanperbuatan tersebut diatas tidak
dapat dikategorikan sebagai akhlak. Sebagai contoh, seseorang tidak dapat dikatakan
berakhlak dermawan,apabila perbuatan memberikan hartanya itu dilakukan hanya sekali atau
dua kali saja, atau mungk in dia memberikan itu karena terpaksa (disebabkan gengsi atau
dibawah tekanan) yang sebenarnya dia tidak menghendaki untuk melakukannya, atau
mungkin untuk memberikan hartanya itu dia masih merasa berat sehingga memerlukan
perhitungan dan pertimbangan. Padahal factor kehendak ini me me gang peranan yang sangat
penting, karena dia me nunjukkan adanya unsur ikhtiar dan kebebasan, sehingga suatu
perbuatan bisa disebut perbuatan akhlak.
2.5 Perbedaan akhlak dan ilmu akhlak
1. Akhlak adalah yang berkaitan dengan tingkah laku manusia yang dilakukan dengan
sengaja yang muncul dari dorongan jiwa secara spontan.
2. Ilmu akhlak adalah ilmu yang mempelajari dan memberi petunjuk bagaimana berbuat
kebaikan dan menghindar dari keburukan, sesuai dengan tuntunan syariat islam.
2.5.1 Hakikat Akhlak mencakup dua syarat menurut Al-Ghazali
1. Perbuatan itu harus konstan, yaitu dilakukan berulang kali atau kontinu dalam bentuk
yang sama, sehingga dapat menjadi kebiasaan (habit forming). Misalnya seseorang
yang memberikan sumbangan harta hanya sekali-kali karena dorongan keinginan
sekonyong -konyong saja, maka orang itu tidak dikatakan dermawan selama sifat
demikian itu belum meresap dalam jiwa.
2. Perbuatan yang konstan itu harus tumbuh dengan mudah sebagai wujud refleksi dari
jiwanya tanpa pertimbangan dan pemikiran, yakni bukan karena adanya tekanan-
tekanan atau paksaanpaksaan dari orang Iain, atau pengaruh-pengaruh atau rayuan
dan sebagainya. Misalnya orang yang memberikan harta benda karena tekanan moril
dan pertimbangan maka belum juga termasuk kelompok orang bersifat demawan,

5
2.6 Jenis-jenis Akhlak
2.6.1 Contoh Akhlak terpuji terhadap Allah diantaranya:
1. Ikhlas – Yang artinya suci, murni, jernih tidak tercampur dengan yang lain. Perbuatan
seseorang dikatakan suci apabila dikerjakan hanya karena Allah semata, dengan niat
yang ikhlas, menjauhkan dari riya (menunjuk kepada orang lain) ketika melakukan
amal yang baik.
2. Bertaubat – Yaitu suatu sikap menyesali perbuatan buruk yang dilakukan, berusaha
untuk menjauhkan segala larangannya serta melakukan perbuatan baik.
3. Bersabar – Dapat menahan diri pada kesulitan dengan berbagai ujian serta mencari
ridha-Nya.
4. Bersyukur – Suatu sikap memanfaatkan sebaik-baiknya yang bersifat fisik maupun
non fisik, dan meningkatkan amal shaleh dengan bertujuan mendekat diri kepada-
Nya.
5. Bertawakal – Berusaha seoptimal mungkin dan berdoa, menyerahkan semuanya
kepada Allah, untuk meraih sesuatu yang diharapkan.
6. Bersikap Takut – Takut akan siksaan Allah jika melanggar perintah-Nya.
2.6.2 Contoh Akhlak yang tercela kepada Allah
1. Musyrik
Merupakan mempersekutukan (meminta / memohon) selain kepada Allah dengan
makhluk-Nya. Seperti menyembah berhala pun termasuk dalam hati yang musyrik.
Karena ini bertentangan dengan ajaran tauhid.Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata
kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya, ”Wahai anakku! Janganlah
engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah
benar-benar kezaliman yang besar .” (QS. Lukman : ayat 13).
2. Takabbur
Sikap menyombongkan  diri dan tidak mengakui kekuasaan Allah di alam ini. Adapun
yang menyebabkan seseorang menjadi takabur, salah satunya karena rupa tampan atau
cantik, kedudukan jabatan yang tinggi, kekayaan dan lain sebagainya. Salah satu ayat
Allah yang menerangkan ketakaburan manusia, QS. An-Nahl: 29“Maka masukilah
pintu-pintu neraka Jahanam, kamu kekal di dalamnya. Pasti itu seburuk-buruk tempat
orang yang menyombongkan diri.”(Qs. An-Nahl : ayat 29).
3. Murtad
Sikap mengganti keyakinan diri dan beralih ke keyakinan yang lain dari agama islam /
singkatnya keluar dari agama islam. Maka akan mendapatkan
hukuman riddah (hukuman mati) saat di akhirat kelak.  Sebagaimana firman Allah:
“Barangsiapa murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran,
maka mereka itu sia-sia amalnya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni
neraka, mereka kekal di dalamnya.” (QS. Al-Baqarah : ayat 217).
4. Munafik
Sikap seseorang yang menampilkan dirinya berpura-pura / tidak tulus hatinya
mengikuti ajaran Allah dan ini termasuk sifat berkhianat. Khianat pun diartikan
perbuatan menipu dan menurunkan martabat dirinya. Sebagaimana firman Allah:
“Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan, satu dengan yang lain adalah (sama),
mereka menyuruh (berbuat) yang mungkar dan mencegah (perbuatan) yang makruf

6
dan mereka menggenggamkan tangannya (kikir). Mereka telah melupakan kepada
Allah, maka Allah melupakan mereka (pula). Sesungguhnya orang-orang munafik
itulah orang-orang yang fasik.” (Qs. At-Taubah : ayat 67)
Adapun tanda-tanda orang munafik, menurut sebuah Hadis Rasulullah SAW,
Bersabda:
“Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga (yaitu) apabila berbicara ia berbohong,
apabila berjanji ia menyalahi dan apabila diserahi amanah ia curang.” (HR. Bukhari,
Muslim)
2.6.3 Akhlak terpuji ( Mahmudah ) kepada manusia
Penerapan akhlak sesama manusia yang dan merupakan akhlak yang terpuji adalah sebagai
berikut:
1. Husnuzan Berasal dari lafal husnun ( baik ) dan Adhamu (Prasangka). Husnuzan
berarti prasangka, perkiraan, dugaan baik. Lawan kata husnuzan adalah suuzan yakni
berprasangka buruk terhadap seseorang . Hukum kepada Allah dan rasul nya wajib.
wujud husnuzan kepada Allah dan Rasul-Nya antara lain:
Meyakini dengan sepenuh hati bahwa semua perintah Allah dan RasulNya Adalah
untuk kebaikan manusia
Meyakini dengan sepenuh hati bahwa semua larangan agama pasti berakibat buruk.
Hukum husnuzan kepada manusia mubah atau jaiz (boleh dilakukan). Husnuzan
kepada sesama manusia berarti menaruh kepercayaan bahwa dia telah berbuat suatu
kebaikan. Husnuzan berdampak positif berdampak positif baik bagi pelakunya sendiri
maupun orang lain.
2. Tawaduk berarti rendah hati. Orang yang tawaduk berarti orang yang merendahkan
diri dalam pergaulan. Lawan kata tawaduk adalah takabur. Rasulullah Saw bersabda :
"Barangsiapa rendah hati kepada saudaranya semuslim maka Allah akan mengangkat
derajatnya. Dan barangsiapa mengangkat diri terhadapnya maka Allah akan
merendahkannya" (HR. Ath-Thabrani).
3. Tasamu Artinya sikap tenggang rasa, saling menghormati dan saling menghargai
sesama manusia. Allah berfirman,"Untuk mu agamamu, dan untukku agamaku". (Q.S.
Alkafirun/109: 6) Ayat tersebut menjelaskan bahwa masing-masing pihak bebas
melaksanakan ajaran agama yang diyakini
4. Ta'awun
Ta'awun berarti tolong menolong, gotong royong, bantu membantu dengan sesama
manusia. Allah berfirman," ... dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan)
kebajikan dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosadan
permusuhan ... "(Q.S. Al Maidah/5:2)

2.6.4 Akhlak Tercela ( Mazmumah) kepada manusia


1. Hasad Artinya iri hati, dengki. Iri berarti merasa kurang senang atau cemburu melihat
orang lain beruntung. Sebagaimana sabda Rasulullah saw, "Janganlah kamu saling
membenci dan janganlah kamu saling mendengki, dan janganlah kamu saling
menjatuhkan. Dan hendak lahkamu menjadi hamba Allah yang bersaudara dan tidak
boleh seorang muslim mendiamkan saudaranya lebih dari tiga hari". (HR. Anas).

7
2. Dendam yaitu keinginan keras yang terkandung dalam hati untuk membalas
kejahatan. Allah berfirman: "Dan jika kamu membalas, maka balaslah dengan
(balasan) yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Tetapi jika kamu
bersabar, sesungguhlah itulah yang terbaik bagi orangyang sabar" (Q.S.An
Nah/16:126)
3. Gibah dan Fitnah Membicarakan keje lekan orang lain dengan tujuan untuk
menjatuhkan nama baik nya. Apabila kejelekan yang dibicarakan tersebut memang
dilakukan orangnya dinamakan gibah.Sedangkan apabila keje lekan yang dibicarakan
itu tidak benar, berarti pembicaraan itu disebut fitnah. Allah berfirman, " ... dan
janganlah ada diantara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada
diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu
merasa jijik ... " (Q.S. Al Hujurat/49:12).
4. Namimah Adu domba atau namimah, yakni menceritakan sikap atau perbuatan
seseorang yang belum tentu benar kepada orang lain dengan maksud terjadi
perselisihan antara keduanya. Allah berfirman, "Wahai orang-orang yang beriman!
Jika seseorang yang fasik(keluar dari ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya datang
kepadamu membawa suatu berita maka telitilah kebenarannya, agar kamu tidak
mence lakakan suatu kaum karena kebodohan (kecerobohan), yang akhirnya kamu
menyesali perbuatanmu itu." (Q.S. Al-Hujurat/49:6)
2.7 Objek Kajian Ilmu Akhlak
Objek kajian yang dibahas dalam ilmu akhlak pada intinya adalah perbuatan manusia.
Perbuatan tersebut selanjutnya ditentukan kriterianya apakah baik atau buruk. Dengan
demikian obyek pembahasan ilmu Akhlak berkaitan dengan norma atau penilaian terhadap
suatu perbuatan yang dilakukan oleh seseorang. Berkaitan dengan perilaku manusia, maka
ilmu akhlak memberikan pembelajaran bagaimana manusia berperilaku dan bertindak
sehingga ia dapat memperoleh perilaku dan tindakan yang sesuai dengan aturan Allah.
Sedangkan berkaitan dengan sifat dan karakter, ilmu akhlak memberikan pembelajaran
bagaimana menjadikan sifat dan karakter tersebut tertanam dengan kuat dijiwa seseorang.
Proses pembentukan dan penanaman karakter itu dapat melalui pembiasaan latihan, dan
keteladanan.
Secara garis besar akhlak dibagi menjadi tiga bagian :
1. Akhak yang berkaitan dengan hubungan manusia dengan Allah.
2. Akhlak yang berkaitan dengan hubungan manusia dengan manusia yang lain.
3. Akhlak yang berkaitan dengan hubungan manusia dengan hewan, tumbuh-tumbuhan,
dan lingkungan sekitar.
Pembahasan dan penjelasan mengenai perbuatan, prilaku, sifat, dan karakter yang harus
dimiliki dan atau dihindari dinukilkan/disarikan dari ajaran-ajaran al-Qur’an dan al-Hadits
Rasulullah SAW.
Dengan demikian, pembahasan dalam ilmu akhlak sebenarnya sangat luas, mengingat
cakupannya yang meliputi semua gerak-gerik, prilaku, dan perbuaatan manusia dalam
hubungannya dengan seluruh pihak-pihak diluar dirinya yang didasarkan kepada ajaran-
ajaran al-Qur’an dan al-Hadits.

8
Hubungan manusia dengan Allah sebagai Tuhannya adalah sebagai berikut :
1. Keyakinan yang benar kepada Allah. Keyakinan kepada Allah adalah ajaran-ajaran di
ilmu akhlak yang berkaitan dengan bagaimana seorang mempunyai keyakinan/kepercayaan
yang benar sesuai dengan ajaran-ajaran al-Qur’an dan al-Hadits. Diantara ajaran-ajaran
tersebut diatas adalah :
a. Anjuran hanya bertuhan kepada Allah (tauhid) dan larangan keyakinan
mempersekutukan Allah (syirik). Keyakinan akan ke-Esa-an Allah adalah keyakinan
yang paling utama dalam ajaran islam, sehingga ini dapat penekanan yang sangat
kuat dalam kedua sumber ajaran tersebut. Keyakinan inilah yang membedakan islam
sebagai agama tauhid (monotheisme) dengan agama diluar islam.
b. Anjuran dan ajaran tentang untuk menjauhi perbuatan-perbuatan yang mengarah
kepada murtad, yang mengakibatkan seorang muslim keluar dari agamanya, seperti
meragukan kebenaran adanya Allah, meragukan kebenaran risalah Rasulullah saw,
meragukan adanya hari kiamat, meragukan kebenaran al-Qur’an dan lain-lain.
Termasuk keyakinan yang mendustakan kebenaran syariat shalat, puasa, zakat, dan
haji.
c. Beribadah kepada Allah, yang terdiri dari ibadah yang telah diatur tata cara
pelaksanaannya (mahdah), dan ibadah yaang berkaitan kedudukan manusia sebagai
khalifah Allah (ghairu mahdah).Beribadah dan mengabdi kepada Allah dalam semua
aktivitas kehidupannya.
2. Keyakinan bahwa Allah mempunyai sifat yang baik (dalam al asmaul husna).
a) Selain itu, untuk menilai apakah perbuatan/akhlak itu baik atau buruk diperlukan pula
tolak ukur, yang baik atau buruk menurut siapa, dan apa ukurannya. Imam Al-Ghazali
membagi tingkatan keburukan akhlak menjadi empat macam, yaitu:
b) Keburukan akhlak yang timbul karena ketidaksanggupan seseorang mengendalikan
nafsunya, sehingga pelakunya disebut al-jahil.
c) Perbuatan yang diketahui keburukannya, tetapi ia tidak bisa meninggalkannya karena
nafsunya sudah menguasai dirinya, sehingga pelakunya disebut al-jahil al-dhollu.
d) Keburukan akhlak yang dilakukan oleh seseorang, karena pengertian baik baginya
sudah kabur, sehingga perbuatan buruklah yang dianggapnya baik. Maka pelakunya
disebut al-jahil al-dhollu al-fasiq.
e) Perbuatan buruk yang sangat berbahaya terhadap masyarakat pada umumnya,
sedangkan tidak terdapat tanda-tanda kesadaran bagi pelakunya, kecuali hanya
kekhawatiran akan menimbulkan pengorbanan yang lebih hebat lagi. Orang yang
melakukannya disebut al-jahil al-dhollu al-fasiq al-syarir.
Menurut Imam Al-Ghazali, tingkatan keburukan akhlak yang pertama, kedua dan ketiga
masih bisa dididik dengan baik, sedangkan tingkatan keempat sama sekali tidak bisa
dipulihkan kembali. Karena itu, agama Islam membolehkannya untuk memberikan hukuman
mati bagi pelakunya, agar tidak meresahkan masyarakat umum. Sebab kalu dibiarkan hidup,
besar kemungkinannya akan melakukan lagi hal-hal yang mengorbankan orang banyak.
antara lain anjuran untuk selalu bertobat, bersabar, bersyukur, bertawakal, mencintai orang
lain, mengasihani serta menolongnya. Anjuran-anjuran itu sering didapatkan dalam ayat-ayat
akhlak, sebagai nasihat bagi orang-orang yang sering melakukan perbuatan buruk.

9
Kemudian dilihat dari ruang lingkupnya, akhlak Islam dibagi menjadi dua bagian, yaitu :
1. Akhlak terhadap Khaliq (Allah SWT.)
2. Akhlak terhadap makhluq (ciptaan Allah). Akhlak terhadap makhluk masih dirinci lagi
menjadi beberapa macam, seperti
 Akhlak terhadap sesama manusia
 Akhlak terhadap makhluk hidup selain manusia (seperti tumbuhan dan binatang)
Akhlak terhadap benda mati
Ruang lingkup akhlak dalam pandangan Islam sangatlah luas menurut Yatim, ruang lingkup
akhlak adalah :
1. Perasaan akhlak ialah kekuatan seseorang dapat mengetahui suatu perilaku, sesuaikah
dengan akhlak baik atau tidak.
2. Pendorong akhlak Pendorong atau stimulant yaitu kekuatan yang menjadi sumber
kelakuan akhlak.
3. Ukuran akhlak Ukuran akhlak oleh sebagian ahli diletakkan sebagai alat penimbang
perbuatan baik dan buruk pada faktor yang ada dalam diri manusia.
4. Tujuan akhlak Tujuan akhlak yang dimaksud adalah melakukan akhlak mulia atau
tidak.
5. Pokok-pokok ilmu akhlak Pokok pembahasan ilmu akhlak ialah tingkah laku manusia
untuk menetapkan nilainya, baik atau buruk.

2.8 Karakteristik Akhlak


Kriteria-kriteria yang telah dite tapkan oleh Alquran dan Sunnah, mengandung muatan
universalistik dan partikularistik. Muatan universalistik merupakan "common platform"(titik
persa maan) nilai-nilai moral lain yang ada di dunia, sedangkan muatan partikularistik
menunjukkan cirri khas dan karakteristik akhlak Islam yang berbeda dengan yang lainnya.
Ciri khas dan karakteristik akhlak Islam itu meliputi:
1. Akhlak Rabbaniyah
Akhlak rabbaniyah memiliki pengertian bahwasanya wahyu Ilahi merupakan
"reference source" (sumber rujukan) ajaran akhlak. Hal ini tidak berarti mengandung
kontradik si dengan pendapat akal sehat, karena kebaikan yang diajarkan oleh wahyu
adalah kebaikan menurut akal dan yang diajarkan sebagai keburukan menurut wahyu
adalah keburukan menurut akal.
2. Akhlak Insaniyah
Akhlak insaniyah mengandung pengertian bahwa tuntutan fitrah dan eksistensi
manusia sebagai makhluk yang bermartabat, sesuai dan ditetapkan oleh ajaran akhlak.
Kecenderungan manusia kepada hal-hal yang positif dan ketetapan akal tentang

10
kebaikan, secara langsung ak an terpenuhi dan bertemu dengan kebaikan ajaran
akhlak. Orientasi akhlak insaniyah ini, tidak terbatas pada perikemanusiaan yang
menghargai nlai-nilai kemanusiaan secara umum, tetapi juga mencakup kepada
perikemakhlukan, dalam pengertian menanamkan rasa cinta terhadap semua makhluk
Allah.
3. Akhlak Jami'iyah
Akhlak jami'iyah mempunyai arti bahwa kebaikan yang terkandung di dalamnya
sesuai dengan kemanusiaan yang universal, kebaikannya untuk seluruh umat manusia
di segala zaman dan di semua tempat, mencakup semua aspek kehidupan baik yang
berdimensi vertikal maupun yang berdimensi horisontal.
4. Akhlak Wasithiyah
Akhlak wasithiyah berarti bahwasanya ajaran akhlak itu menitikberatkan
keseimbangan (tawassuth) antara dua sisi yang berlawanan, seperti keseimbangan
antara rohani dan jasmani, keseimbangan antara dunia dan akhirat, dan seterusnya.
Allah swt. dalam firman-Nya mengilustrasikan tentang dua ke lompok manusia yang
memiliki sifat saling berlawanan. Kebmpok pertama hanya memprioritaskan
kehidupan dunianya, dengan sekuat tenaga berusaha memenuhi tuntutan-tuntutan
hedonistiknya dan membunuh kesadarannya akan kehidupan akhirat. Sedangkan
kelompok yang kedua berusaha menyeimbangkan kepentingan hidupnya di dunia dan
di akhirat serta merasa takut akan siksa neraka. Kelompok pertama akan mendapatkan
keinginan-keinginan duniawinya, namun di akhirat tidak mendapatkan apa-apa,
sedangkan kelompok yang kedua benar-benar akan mendapatkan kebahagiaan dunia
dan akhirat.
5. Akhlak Waqi'iyah
Akhlak waqi'iyah mengandung pengertian bahwasanya ajaran akhlak memperhatikan
kenyataan (realitas) hidup manusia didasari oleh suatu kenyataan, bahwasanya
manusia itu di samping memiliki kualitas-kualitas unggul, juga memiliki sejumlah
kele mahan. Firman Allah berikut memperjelas kondisi objektif manusia paling
mendasar: "Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah
mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. (Q.S. 91:7-8)
Ayat di atas memberikan pemahaman bah wasanya manusia memiliki dua potensi
yang berhadapan secara diametral Satu potensi me nunjukkan kualitas insaniyah dan
yang satunya lagi manunjukkan kelemahan. Dalam ayat lain terdapat sebuah ilustrasi,
bahwasanya kondisi realitas menjustifikasi untuk melakukan sesuatu yang tadinya
terlarang. "Barangsiapa dalam keadaanterpak sa (memakannya)sedang dia tidak
menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, Maka tidak ada dosa baginya.
Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q.S. 2:173) Dengan
me maha mi karakteristik akhlak Islam ini, mudah-mudah kita terpacu untuk
mewujudkan akhlak Islam di pentas kehidupan sehingga harmoni tercipta di muka
bumi.
2.9 Manfaat Mempelajari Ilmu Akhlak
Telah disebutkan dalam pembahasan terdahulu, bahwa akhlak merupakan salah satu indikator
ketinggian derajat seseorang baik dalam penilaian Allah dan penilaian manusia, karena
dengan menggunakan akhlak maka seseorang akan menjaga diri untuk selalu dalam
hubungan yang baik kepada Allah dan sesama makhluknya. Disinilah secara garis besar

11
manfaat seseorang memiliki akhlak yang mulia. Sebelum mempelajari manfaat mempelajari
ilmu akhlak, maka terlebih dahulu perlu dijelaskantujuan ilmu akhlak yang menurut Ahmad
Amin adalah sebagai berikut :
“Tujuan mempelajari ilmu akhlak dan permasalahannya menyebabkan kita dapat
menetapkan sebagian perbuatan yang baik dan sebagian perbuataan lainnya yang buruk.
Bersikap adil merupakan sifat yang baik, sedangkan berbuat dzalim termasuk perbuatan yang
buruk, membayar hutaang kepada pemiliknya termasuk sikap yang baik dan mengingkari
perbuatan termasuk sikap yang buruk”.
Senada dengan Ahmad Amin, Mustafa Zahri menyatakan tujuan pembelajaran akhlak adalah
untuk membersihkan kalbu dari kotoran-kotoran hawa nafsu dan amarah sehingga hati
mennjadi suci, bersih, bening seperti cermin.
Berdasarkan rumusan tujuan pembelajaran akhlak maka dapat dikemukakan manfaat dalam
mempelajari ilmu akhlak :
1. Seseorang dapat membedakan hal/perilaku dan perbuatan yang baik dan dalam
kehidupan sehari-hari, sebagaimana yang ditentukan dalam sumber ilmu akhlak
adalah Al-Qur’an dan Al-Hadits. Seluruh ajaran baik yang dianjurkan maupun yang
dilarang untuk dikerjakan, banyak diambil dari kedua sumber ajaran islam tersebut.
Dalam pembahasan-pembahasan tentang akhlak selalu dijelaskan perbuatan/prilaku
yang diperintahkan dan mana perbuatan yang dilarang. Dengan demikian ilmu akhlak
dapat menjadi pegangan dan pedoman sehinggga seorang dapat memilah dan memilih
perbuatan-perbuatannya. Dengan anggapan yang demikian seseorang yang
mempelajari ilmu akhlak, dapat menuntunnya kearah perbuatan/sifat dan karakter
yang sesuai dengan ajaran Allah, serta menghindar dari larangan-larangan Allah
SWT.
2. Selalu dalam posisi dekat dengan Allah dan sesama manusia, Manfaat lain dari
pembelajaran ilmu akhlak adalah memberikan pengetahuan, pemahaman, dan
pengalaman untuk mencapai kedekatan dengan Allah. Upaya pendekatan diri seorang
hamba dengan sang Pencipta dilakukan melalui pengalaman ajaran-ajaran akhlak
dengan istiqomah melaksanakan serangkaian amal sholeh sebagai wasilah menuju
Allah. Wasilah itu dapat berupa shalat lima waktu, shalat sunnat (tahajjud, dhuha,
witir, dan lain-lain), dzikir, puasa wajib dan sunnat, zakat, shadaqah, haji, umrah, dan
semua amalan yang dapat mendekatkan seorang hamba kepada Allah. Dengan
menjalankan semua bentuk peribadatan itu seorang akan merasakan nikmat dan
anugerah dari Allah, yang pada level tertinggi, yaitu merasa dekat kepada Alllah,
yang pada akhirnya mencapai tingkatan mahabbah dan ma’rifat kepada Allah.
3. Memperkuat dan memperbaiki hidupdan ibadahnya, Seseorang yang memiliki akhlak
yang baik/mulia, maka ia akan mendapat kemudahan-kemudahan dalam menjalani
kehidupnya. Ini dapat dilakukan karena ia dapat menjadi teman dan sahabat bagi siapa
saja melalui kelembutan dan ketinggian kepribadian yang ia miliki. Demikian juga
ketika ia dapat menghiasi dengan akhlak yang mulia maka ia dapat meninngkatkan
kualitas ibadah, karena pada hakikatnya akhlak dapat membawa kekhusyukan,
keikhlasan dan kepasrahan, tawadlu, berbaik sangka dan ketergantungan hanya
kepada Allah. Semua sikap dan pola pikir diatas akan memberikan makna yang

12
mendalam pada jiwa seseorang sehingga akan meningkatkan kuualitas ibadahnya juga
meningkat lebih baik.

13
4. Menjadi manusia yang sempurna (insan kamil), Ketika seorang muslim selalu
berusaha untuk mmenghiasi diri dengan akhak-akhlak yang terpuji (al akhlak al
mahmudah) dan mengosongkan diri dengan akhlak yang tercela (al akhlak al
madmumah), maka ia akan mencapai tingkatan tajalli, yaitu terpencarnya cahaya Ilahi
sehingga ia akan menjadi manusia yang sempurna (insan kamil). Derajat insan kamil
hanya akan dicapai oleh pribadi-pribadi agung yang dapat menampilkan keluhuran
dan kemuliaan akhlak dalam semua segi kehidupannya seperti yang dicapai oleh
Rasulullah Muhammad SAW. Jika tujuan ilmu akhlak tersebut tercapai, maka
manusia akan memiliki kebersihan batin yang yang pada gilirannya melahirkan
perbuatan terpuji. Dengan perbuatan terpuji ini, akan lahirlah keadaan masyarakat
yang damai, sejahtera, harmoni lahir dan batin, yang memungkinkan ia dapat
beraktifitas guna mencapai kebahagiaan hidup didunia dan juga di akhirat.

14
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Akhlak adalah ilmu yang menentukan batas antara bak dan buruk , antara yang terpuji
dan yang tercela , tentang perkataan atau perbuatan manusia lahir dan batin. Maksud dari
akhlak itu sendiri adalah adanya hubungan antara khaliq dan makhluk , dan antara makhluk
dengan makhluk. Kita harus membiasakan diri berakhlak terpuji dalam kehidupan sehari hari
agar semuanya berjalan sesuai dengan perintah dan larangan dari Allah Swt.

3.2 Saran
Sebagai seorang mahasiswa, alangkah lebih baik jika kita mempelajari materi tentang
akhlak dari berbagai sumber, baik dari buku maupun situs internet. Agar nantinya kita mudah
dalama memahamİ dan kita akan lebih mudah dalam penulisan makalah kedepannya. Dalam
penulisan makalah ini kami menyadarİ banyak kekurangan dan kesalahan dalam
penyampaian maupun penuIisan kalimat. Oleh karena itu, kamİ sebagai penulis makalah ini
meminta kritik dan saran sehingga kedepannya kani dapat menulis makalah ini dengan baİk.

15
DAFTAR PUSTAKA

Amin, Ahmad. 1995. Etika (ilmu Akhlak). Jakarta: Bulan Bintang.


Nata, Abiddin. 1997. Akhlak Tasawuf. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Asmaran. 2002 Pengantar Studi Akhlak. Jakarta: PT RajaGrafindo.
Mustofa. 2005. Akhlak Tasawuf. Bandung: CV Pustaka Setia.
Rohnun, Roli Abdul. 2017. Menjaga Akidah dan Akhlak. Bandung: Cv Tiga Serangkai

vi

Anda mungkin juga menyukai