Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

MANDI WAJIB

(Dasar Hukum, Syarat Dan Rukun, Tata Cara Dalam Pandangan 4 Mazhab)

Dosen Pengampu:

AKHMAD HULAIFY, SHI, M.SI

Disusun Oleh Kelompok 3:

KELAS MANAJEMEN D REGULER PAGI BANJARMASIN

ABDUL WONI NPM 19310577

ALIANI PUTRI NPM 19310632

ERIKA SUHROH NPM 19310650

MUHAMMAD RIZQY HENDRAWAN NPM 19310619

RIZKA FITRIYANI PUTRI NPM 19310639

KELAS MANAJEMEN C REGULER PAGI BANJARMASIN

ALYA RIZKY PERMATASARI NPM 19310519

MUHAMMAD JUNAIDI NPM 19310519

FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN

UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN (UNISKA)

MUHAMMAD ARSYAD AL-BANJARY

BANJARMASIN

2021

1
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur atas kehadirat Tuhan YME, atas segala kebesaran dan
limpahan nikmat yang diberikan-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah berjudul “Mandi
Wajib”.

Pada makalah ini, berbagai hambatan telah kami alami. Oleh karena itu, terselesaikannya
makalah ini tentu saja bukan semata-mata karena kemampuan kami. Namun, karena adanya dukungan
dan bantuan dari pihak yang terkait.

Sehubung dengan hal tersebut, perlu kiranya kami dengan ketulusan hati mengucapkan terima
kasih kepada Bapak Akhmad Hulaify, SHI, M.SI sebagai dosen pengampu mata kuliah Fiqih Fakultas
Ekonomi Program Studi S1 Manajemen kelas Manajemen D reguler pagi Banjarmasin yang telah
membimbing kami dalam menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini disusun dengan segala kemampuan dan semaksimal mungkin. Namun, kami
menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tentu tidaklah sempurna dan masih banyak
kesalahan serta kekurangan. Besar harapan kami kepada pembaca, terutama dosen pengampu mata
kuliah Fiqih agar dapat memberikan kritik dan saran untuk kesempurnaan makalah ini.

Banjarmasin, 27 September 2021

Penulis

2
Daftar Isi

Halaman Judul i

Kata Pengantar ii

Daftar Isi iii

BAB I. PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 1

1.3 Tujuan Penulisan 1

1.4 Manfaat Penulisan 2

BAB II. PEMBAHASAN 3

2.1 Pengertian Mandi Wajib 3

2.2 Dasar Hukum Mandi Wajib 3

2.3 Syarat dan Rukun Mandi Wajib 4

2.4 Sebab Yang Mewajibkan Mandi Wajib 4

2.5 Tata Cara Mandi Wajib Rasulullah saw menurut 4 Mazhab 8

2.5 Ringkasan Perbandingan Mazhab 9

BAB V. PENUTUP 12

3.1 Kesimpulan 12

3.2 Saran 12

DAFTAR PUSTAKA 13

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kebersihan adalah sebagian dari iman. Islam merupakan agama yang bersih yang
menghendaki setiap pengikutnya memiliki jasmani dan rohani yang bersih untuk melaksanakan
ibadah untuk Allah SWT. Salah satu ibadah yang wajib kita kerjakan sehari-hari adalah shalat.
Shalat merupakan tiang agama dan amal perbuatan yang akan dihisab pertama kali. Jika shalatnya
sah, maka amalnya diterima. Sedangkan jika shalatnya tidak sah, maka ditolaklah seluruh
amalannya. Salah satu syarat agar shalatnya sah adalah suci dari hadats, baik hadats kecil maupun
hadats besar. Kapan orang Muslim berhadat besar, maka ia wajib bersuci, yaitu dengan mandi.
selain seperti dari Allah, mandi juga berguna bagi kesehatan kita.Dengan demikian kita harus
mengetahui tentang hal-hal yang hal baik dengan mandi, jadi mandi yang dilakukan itu sah
menurut ajaran syari'at ibadah.
Mandi besar, mandi junub atau mandi wajib adalah mandi dengan menggunakan air suci dan
bersih (air mutlak) yang mensucikan dengan mengalirkan air tersebut ke seluruh tubuh mulai dari
ujung rambut sampai ujung kaki. Tujuan mandi wajib adalah untuk menghilangkan hadats besar
yang harus dihilangkan sebelum melakukan ibadah sholat. Maka dari itu kita sebagai ummat
muslim sangat penting untuk mengetahui bagaimana tata cara mandi besar, mandi junub atau
mandi wajib sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW. Agar ibadah-ibadah yang kita lakukan bisa
di terima dan mendapatkan pahala.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka perumusan masalah yang akan dibahas adalah
sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan mandi wajib?
2. Apa dasar hukum dari mandi wajib?
3. Bagaimana syarat dan rukun mandi wajib?
4. Apa saja sebab yang mewajibkan mandi wajib?
5. Bagaimana tata cara mandi wajib menurut 4 mazhab?

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian dari mandi wajib.
2. Untuk mengetahui dasar hukum dari mandi wajib.

1
3. Untuk mengetahui syarat dan rukun mandi wajib.
4. Untuk mengetahui sebab yang mewajibkan mandi wajib.
5. Untuk mengetahui tata cara mandi wajib menurut 4 mazhab

1.4 Manfaat Penulisan

Makalah ini dapat menambah wawasan mengenai pengertian, dasar hukum, syarat dan rukun,
sebab yang mewajibkan mandi wajib, dan tata cara mandi wajib menurut 4 mazhab.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Mandi Wajib


Dalam bahasa Arab, mandi janabah disebut dengan ghusl janabah (‫ ) الجنابة غسل‬atau
biasa disingkat dengan al-ghusl (‫)الغسل‬. Secara bahasa istilah al-ghusl memiliki makna
menuangkan air ke seluruh tubuh.
Sedangkan istilah janabah (‫ ) الجنابة‬bermakna jauh. di mana istilah janabah dalam fiqih
dipakai untuk menunjukkan kondisi seseorang yang keluar air maninya atau telah
berhubungan suami istri. Dan disebut jauh, karena seseorang itu junub; menjauhi shalat,
masjid, dan membaca al-Quran.
Dalam tradisi lisan bangsa Indonesia, mandi janabah sering juga disebut dengan
istilah mandi wajib. Di mana mandi ini merupakan tatacara ritual yang bersifat ta’abbudi
dan bertujuan menghilangkan hadats besar.
Sedangkan secara istilah, mandi didefinisikan sebagai memakai air yang suci pada
seluruh badan dengan tata cara tertentu dengan syarat-syarat dan rukun-rukunnya.

2.2 Dasar Hukum Mandi Wajib


Dasar hukum (dalil) yang mendasari wajibnya mandi junub ini. Berikut beberapa di
antaranya:
1) Al Maidah: 6

‫َواِ ْن ُك ْنتُ ْم ُجنُبًا فَاطَّهَّر ُْو ۗا‬


Artinya: “Dan jika kamu junub Maka mandilah..”
2) An Nisa: 43

‫ارى َح ٰتّى تَ ْعلَ ُم ْوا‬ ٰ ‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذي َْن ٰا َمنُ ْوا اَل تَ ْق َربُوا الص َّٰلوةَ َواَ ْنتُ ْم ُس َك‬
|‫َما تَقُ ْولُ ْو َن َواَل ُجنُبًا اِاَّل َعابِ ِريْ َسبِي ٍْل َح ٰتّى تَ ْغتَ ِسلُ ْوا‬
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu
dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan,
(jangan pula hampiri mesjid) sedang kamu dalam keadaan junub, terkecuali
sekedar berlalu saja, hingga kamu mandi.

3
3) Hadits Bukhari
“bahwasanya Nabi Muhammad apabila mandi jinabah ia memulai dengan
membasuh kedua tangannya kemudian wudhu seperti wudhu untuk shalat lalu
memasukkan jari-jarinya ke dalam air kemudian menyisirkannya ke pangkal
rambut kemudian mengalirkan air ke kepalanya tiga cawukan dengan kedua
tangannya kemudian meratakan air pada seluruh kulit badannya.”

2.3 Syarat dan Rukun Mandi Wajib


Syarat sah mandi wajib adalah sebagai berikut:
1) Beragama islam
2) Mumayyiz (orang yang sudah bisa membedakan hal yang baik dan buruk)
3) Dengan menggunakan air mutlak (air yang suci menyucikan) seperti air hujan,
air laut, air sungai,air sumur, air mata air, air salju atau es, air embun.
4) Tidak ada yang menghalangi sampainya air pada anggota badan seperti cat,
getah dan lainnya)
5) Tidak dalam keadaan haid atau nifas

Adapun rukun mandi wajib adalah sebagai berikut:


1) Niat mandi wajib harus diucapkan dalam hati bersamaan dengan membasuh
air pada basuhan pertama ke seluruh tubuh
2) Menghilangkan najis yang ada pada badan
3) Meratakan air ke seluruh anggota badan mulai dari ujung rambut sampai ujung
jari-jari kaki

2.4 Sebab Yang Mewajibkan Mandi Wajib


1) Keluar Mani
Para ulama sepakat bahwa keluarnya air mani menyebabkan seseorang
mendapat janabah, baik dengan cara sengaja seperti jima’ atau masturbasi;
maupun dengan cara tidak sengaja, seperti mimpi atau sakit; demikian pula
terjadi pada laki-laki maupun wanita. Dalil kesepakatan ini, sebagaimana
berikut:

4
‫ال َرسُو ُل‬ َ َ‫ ق‬: ‫ال‬ َ َ‫َع ْن َأبِي َس ِعي ٍد ْال ُخ ْد ِريِّ رضي هللا تعالى عنه ق‬
‫هَّللا ِ صلى هللا عليه وسلم { ْال َما ُء ِم ْن ْال َما ِء } َر َواهُ ُم ْسلِ ٌم‬

Dari Abi Said al-Khudhri ra berkata: Rasulullah saw bersabda:


“Sesungguhnya air itu (kewajiban mandi) dari sebab air (keluarnya sperma).
(HR. Bukhari Muslim).

Dari Ummi Salamah ra bahwa Ummu Sulaim istri Abu Thalhah bertanya: “Ya
Rasulullah sungguh Allah tidak malu bila terkait dengan kebenaran, apakah
wanita wajib mandi bila keluar mani? Rasulullah saw menjawab: “Ya, bila dia
melihat mani keluar.” (HR. Bukhari Muslim)
2) Bertemunya Dua Kemaluan
Maksud dari bertemunya dua kemaluan adalah kemaluan laki-laki dan
kemaluan wanita. Istilah ini disebutkan dengan maksud persetubuhan (jima').
Para ulama kemudian meluaskan makna jima’ bukan hanya pada suami istri
saja, tetapi jima’ terjadi juga pada orang dewasa atau anak kecil. Juga
termasuk jima’ baik dilakukan kepada wanita yang masih dalam keadaan
hidup ataupun dalam keadaan mati. Termasuk juga, bila kemaluan
dimasukkan ke dalam dubur, baik dubur wanita, ataupun dubur lakilaki.
Termasuk bila seseorang bersetubuh dengan hewan. Semuanya mewajibkan
mandi janabah, terlepas perbuatan itu terlarang dalam Islam. Hal yang sama,
berlaku juga untuk wanita. Di mana bila faraj-nya dimasuki oleh kemaluan
laki-laki, baik dewasa atau anak kecil, baik kemaluan manusia maupun
kemaluan hewan, baik dalam keadaan hidup atau mati, termasuk juga bila
yang dimasuki itu duburnya. Semua yang disebutkan di atas termasuk hal-hal
yang mewajibkan mandi janabah, meskipun tidak sampai keluarnya mani.
Dalil yang mewajibkan mandi janabah atas sebab ini, sebagaimana berikut:

َ َ‫ان ْال ِخت‬


َ ‫ان فَقَ ْد َو َج‬
‫ب‬ ُ َ‫س بَي َْن ُش َعبِهَا اَأْلرْ بَ ِع َو َمسَّ ْال ِخت‬ َ َ‫إ َذا َجل‬
‫ْال ُغ ْس ُل َوِإ ْن لَ ْم يُ ْن ِزل‬

5
Dari Abi Hurairah ra berkata: Rasulullah saw bersabda: “Bila seseorang duduk
di antara empat cabangnya kemudian bersungguh-sungguh (menyetubuhi)
maka wajib atasnya mandi. (HR. Bukhari Muslim). Dalam riwayat Muslim
ditambahkan: “Meski pun tidak keluar mani.”
3) Meninggal
Para ulama sepakat bahwa seseorang yang meninggal dunia dari kalangan
umat Islam membuat orang Islam yang hidup, wajib untuk memandikan
jenazahnya.

َّ ِ‫ َأ َّن النَّب‬:‫ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ َما‬


‫ي صلى هللا عليه‬ ِ ‫س َر‬
ٍ ‫َو َع ِن اب ِْن َعبَّا‬
‫ ( ا ْغ ِسلُوهُ| بِ َما ٍء‬:‫ات‬ ِ ‫ال فِي ال ِذي َسقَطَ َع ْن َر‬
َ ‫احلَتِ ِه فَ َم‬ َ َ‫وسلم ق‬
ٌ َ‫ َو َكفِّنُوهُ فِي ثَ ْوبَي ِْن ) ُمتَّف‬,‫َو ِس ْد ٍر‬
‫ق َعلَ ْي ِه‬

Dari Ibnu Abbas ra: Nabi saw bersabda mengenai orang yang terjatuh dari
kendaraannya kemudian meninggal, “mandikanlah ia dengan air dan bidara,
dan kafankanlah dengan dua lapis kainnya.” (HR. Bukhari Muslim)

ْ َ‫َع ْن ُأ ِّم َع ِطيَّةَ قَال‬


‫ َد َخ َل َعلَ ْينَا النَّبِ ُّي صلى هللا عليه وسلم‬:‫ت‬
‫ "ا ْغ ِس ْلنَهَا ثَاَل ثًا َأ ْو َخ ْمسًا َأ ْو َأ ْكثَ َر ِم ْن‬:‫ال‬
َ َ‫ فَق‬,ُ‫َونَحْ ُن نُ َغ ِّس ُل ا ْبنَتَه‬
,‫ َواجْ َع ْل َن فِي اآْل ِخ َر ِة َكافُورًا‬,‫ بِ َما ٍء َو ِس ْد ٍر‬،‫ك‬
َ ِ‫ ِإ ْن َرَأ ْيتُ َّن َذل‬،‫ك‬
َ ِ‫َذل‬
َ َ‫ فَق‬.ُ‫ فََأ ْلقَى ِإلَ ْينَا ِح ْق َوه‬،ُ‫" فَلَ َّما فَ َر ْغنَا آ َذنَّاه‬.‫ور‬
:‫ال‬ ٍ ُ‫َأ ْو َش ْيًئا ِم ْن َكاف‬
ٌ َ‫" ( ُمتَّف‬.ُ‫"َأ ْش ِعرْ نَهَا ِإيَّاه‬
)‫ق َعلَ ْي ِه‬

Dari Ummu Athiyyah ra berkata: Nabi saw masuk ketika kami sedang
memandikan jenazah puterinya, lalu beliau bersabda: "Mandikanlah tiga kali,
lima kali, atau lebih dari itu. Jika kamu pandang perlu pakailah air dan bidara,
dan pada yang terakhir kali dengan kapur barus :kamfer) atau campuran dari
kapur barus." Ketika kami telah selesai, kami beritahukan beliau, lalu beliau
memberikan kainnya pada kami seraya bersabda: "Bungkuslah ia dengan kain
ini." (HR. Bukhari Muslim)

6
4) Haid
Haid atau menstruasi adalah kejadian alami yang wajar terjadi pada seorang
wanita dan bersifat rutin bulanan. Keluarnya darah haid itu justru
menunjukkan bahwa tubuh wanita itu sehat. AlQur’an sendiri menyebut
wanita yang haid sedang mengeluarkan kotoran. Dan para ulama sepakat
bahwa haid juga merupakan sebab diwajibkan mandi janabah.

‫يض قُلْ هُ َو َأ ًذى فَا ْعتَ ِزلُوا| النِّ َسا َء ِفي‬


ِ ‫َويَ ْسَألُونَك َع ْن ْال َم ِح‬
‫طهُرْ َن فَِإ َذا تَطَهَّرْ َن فَْأتُوهُ ّن ِم ْن‬
ْ َ‫يض َواَل تَ ْق َربُوهُ َّن َحتَّى ي‬
ِ ‫ْال َم ِح‬
ُ‫ْث َأ َم َر ُك ُم هللا‬
ُ ‫َحي‬
Mereka bertanya kepadamu tentang haid. Katakanlah: "Haid itu adalah
kotoran". Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di
waktu haid; dan janganlah kamu mendekati mereka sebelum mereka suci.
Apabila mereka telah suci maka campurilah mereka itu di tempat yang
diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang
yang tobat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri. (QS. Al-Baqarah
: 222)

ِ ‫صلِّي } َر َواهُ ْالب‬


ّ ‫ُخَار‬
‫ي‬ ْ ‫صاَل ةَ َوِإ َذا َأ ْدبَ َر‬
َ ‫ت فَا ْغت َِسلِي َو‬ َ ‫ت ْال َحي‬
َّ ‫ْضةُ فَ َد ِعي ال‬ ْ َ‫فَِإ َذا َأ ْقبَل‬

Nabi saw bersabda: “Apabila haidh tiba tingalkan shalat apabila telah selesai
(dari haidh) maka mandilah dan shalatlah.” (HR Bukhari Muslim)
5) Nifas
Nifas merupakan darah yang keluar dari kemaluan seorang wanita setelah
melahirkan. Para ulama sepakat bahwa nifas termasuk yang mewajibkan
mandi janabah, meski bayi yang dilahirkannya dalam keadaan meninggal.
Begitu berhenti dari keluarnya darah sesudah persalinan, maka wajib atas
wanita itu untuk mandi janabah. Adapun dasar diwajibkannya wanita yang
nifas untuk mandi janabah adalah ijma’ yang didasarkan kepada qiyas kepada
haid.
6) Melahirkan (Wiladah)
Seorang wanita yang melahirkan anak, meski anak itu dalam keadaan mati
maka wajib atasnya untuk melakukan mandi janabah. Bahkan sekalipun jika

7
saat melahirkan tidak ada darah yang keluar. Artinya, meski seorang wanita
tidak mengalami nifas, namun tetap wajib atasnya untuk mandi janabah
lantaran persalinan yang dialaminya. Sebagian ulama mengatakan bahwa illat
atas wajib mandinya wanita yang melahirkan adalah karena anak yang
dilahirkan itu pada hakikatnya adalah mani juga, meski sudah berubah wujud
menjadi manusia. Dengan demikian dasarnya adalah qiyas kepada seseorang
yang mengeluarkan air mani. Dengan dasar ini maka bila yang lahir bukan
bayi tapi janin sekalipun, tetap diwajibkan mandi lantaran janin itu pun
asalnya dari mani.

2.5 Tata Cara Mandi Wajib Rasulullah saw Menurut 4 Mazhab


Para ulama sepakat bahwa tafsir dan penjelasan atas tata cara mandi janabah
sebagaimana diperintahkan di dalam al-Qur’an, terdapat pada sunnah-sunnah Rasulullah
saw. Apakah sunnah tersebut berupa perkataan, perbuatan, atau ketetapannya. Hanya saja,
mereka berbeda pendapat dalam proses pemilahan hukum-hukum fiqih atas setiap detail
tata cara mandi janabah Rasulullah saw tersebut. Yaitu antara tata cara yang dihukumi
wajib sebagai syarat sahnya ibadah mandi janabah, atau semata dihukumi sunnah yang
dianjurkan. Terkait detail pandangan ulama tersebut, berikut penulis kutipkan beberapa
praktik mandi janabah dari aspek hukum, yang tertulis dalam kitab-kitab fiqih matan
empat mazhab.
1) Praktik Mandi Janabah Mazhab Hanafi

Imam Burhanuddin al-Marghinani (w. 593 H), seorang ulama bermazhab Hanafi,
yang kitab matannya menjadi rujukan mazhab Hanafi, menetapkan praktik mandi
janabah dari sisi rukun dan sunnahnnya, sebagaimana berikut:

2) Praktik Mandi Janabah Mazhab Maliki

Imam Abu an-Naja al-‘Asymawi (w. Sebelum Abad 10 H), seorang ulama
bermazhab Maliki, yang kitab matan-nya menjadi salah satu rujukan dalam
mazhab Maliki, menetapkan praktik mandi janabah dari sisi rukun dan
sunnahnnya, sebagaimana berikut:

3) Praktik Mandi Janabah Mazhab Syafi’i

8
Imam Abu Syuja’ al-Ashfahani (w. 593 H), seorang ulama bermazhab Syafi’i,
yang kitab matan-nya menjadi salah satu rujukan dalam mazhab Syafi’i,
menetapkan praktik mandi janabah dari sisi rukun dan sunnahnnya, sebagaimana
berikut:

4) Praktik Mandi Janabah Mazhab Hanbali

Imam Abu an-Naja al-Hijawi (w. 968 H), seorang ulama bermazhab Hanbali,
yang kitab matan-nya menjadi salah satu rujukan dalam mazhab Hanbali,
menetapkan praktik mandi janabah dari sisi rukun dan sunnahnnya, sebagaimana
berikut:

2.6 Ringkasan Perbandingan Mazhab

Dari praktik mandi janabah Rasulullah saw di atas, terdapat beberapa praktik yang
disepakati oleh para ulama terkait status hukumnya. Apakah sebagai kewajiban yang
menjadi sebab sah atau tidaknya mandi janabah. Maupun sebagai anjuran yang hukumnya
sunnah dan jika ditinggalkan tidak menjadikan mandi janabah menjadi batal.
Di samping itu, ada pula beberapa praktik yang diperselisihkan hukumnya antara wajib
dan sunnah. Wajib / Rukun / Fardhu Mandi Janabah: Setiap praktik mandi janabah yang
jika tidak dilakukan sebagian atau semuanya, maka mandi janabahnya tidaklah sah. Sunnah
Mandi Janabah: Setiap praktik mandi janabah yang jika tidak dilakukan sebagian atau
semuanya, maka mandi janabahnya tetap sah. Berikut ringkasan hukum beragam praktik
mandi janabah berdasarkan perbandingan 4 mazhab. diperselisihkan hukumnya antara
wajib dan sunnah.

Wajib / Rukun / Fardhu Mandi Janabah: Setiap


praktik mandi janabah yang jika tidak dilakukan
sebagian atau semuanya, maka mandi
janabahnya tidaklah sah.
Sunnah Mandi Janabah: Setiap praktik mandi
janabah yang jika tidak dilakukan sebagian atau
semuanya, maka mandi janabahnya tetap sah.

Berikut ringkasan hukum beragam praktik mandi janabah berdasarkan perbandingan


4 mazhab.

Praktik 4 Mazhab
N Mandi Hanafi Maliki Syafi’i Hanbali
o Janabah
1. Niat Sunnah Wajib Wajib Wajib
9
2. Basmalah Sunnah Sunnah Sunnah Wajib
3. Mencuci Sunnah Sunnah Sunnah Wajib
Tangan
4. Menghila- Sunnah Sunnah Wajib Sunnah
ngkan Najis
dan Kotoran
5. Wudhu Sunnah Sunnah Sunnah Sunnah
6. Madhmad- Wajib Sunnah Sunnah Wajib
ah dan
Istinsyaq
7. Meratakan Wajib Wajib Wajib Wajib
Air ke
Seluruh
Tubuh
8. Menyela- Sunnah Sunnah Sunnah Sunnah
nyela
Rambut
9. Menyiram Sunnah Sunnah Sunnah Sunnah
Kepala
10 Mendahuluk Sunnah Sunnah Sunnah Sunnah
an kanan
11 Dalk Sunnah Wajib Sunnah Sunnah

12 Membasuh Sunnah Sunnah Sunnah Sunnah


3 kali
13 Muwalah Sunnah Wajib Sunnah Sunnah

hanafi maliki Syafi’i hanbali

Total 2 wajib 4 wajib 2 wajib 5 wajib 8


11 9 11 sunnah sunnah
sunnah sunnah
14 Tertutup Sunnah Sunnah Sunnah Sunnah

15 Doa Sunnah Sunnah Sunnah Sunnah

16 Shalat Sunnah Sunnah Sunnah Sunnah


Sunnah

Dari 13 praktik mandi janabah di atas, tampak bahwa para ulama menyepakati 1
praktik yang dihukumi sebagai rukun mandi yang wajib dilakukan. Mereka juga menyepakati

10
7 praktik yang dihukumi sunnah. Dan 5 praktik yang diperselisihkan, antara wajib dan
sunnah. Praktik mandi janabah yang disepakati wajib adalah:

1. Ta’mim bisyrah atau meratakan air ke seluruh tubuh. Sedangkan 10 praktik yang
disepakati sunnah, adalah: 1. Mencuci tangan sebelum mandi.

2. Menghilangkan najis dan kotoran sebelum mandi.

3. Berwudhu sebelum mandi.

4. Menyela-nyela rambut saat mandi.

5. Mengawali basuhan dengan menyiram kepala.

6. Mendahulukan anggota tubuh sebelah kanan.

7. Membasuh 3 kali.

Adapun ke-5 praktik yang diperselisihkan hukumnya antara wajib dan sunnah, adalah:

1. Niat.

2. Tasmiyyah atau membaca basmalah.

3. Madhmadhah dan Istinsyaq.

4. Dalk atau menggosok badan.

5. Muwalah.

11
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Thaharah ialah mensucikan diri dari najis dan hadats yang menghalangi shalat dan ibadah-
ibadah sejenisnya dengan air atau batu.
Hadats ialah sesuatu yang terjadi atau berlaku yang mengharuskan bersuci atau
membersihkan diri sehingga sah untuk melaksanakan ibadah. Hadats dibedakan menjadi dua yaitu
hadats kecil dan hadats besar. Diwajibkan bagi umat islam untuk mandi wajib setelah
melakukan/terkena hadats besar. Dan wajib bagi umat islam untuk mensucikan dirinya setelah
terkena hadats kecil.
Bagi umat islam yang mengalami/terkena hadats kecil maupun hadats besar harus melakukan
mandi wajib, rukun mandi wajib, sunah mandi wajib supaya suci kembali sesuai apa yang telah
diperintahkan oleh Nabi Muhammad SAW.
Hukum dari bersuci ialah wajib bagi umat muslim. Berdasarkan firman Allah SWT yang
artinya “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat (yang kembali) dan
mencintai orang-orang mensucikan diri.” (QS. Al-Baqarah : 222)

3.2 Saran

Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok dalam bahasan.
Semoga makalah ini dapat dipahami dan dipelajari sebaik-baiknya agar ilmu yang kita dapatkan
dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya dapat mempermudah kita dalam mempelajari Mata
Kuliah Fiqih.

Penulis berharap makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca untuk mengetahui
lebih dalam bagaimana tata cara bersuci menurut ajaran Rasulullah saw. dan menjadi referensi
untuk menambah pengetahuan bagi rekan mahasiswa.

Dalam pembuatan makalah ini mungkin masih terdapat beberapa kesalahan baik dari isi dan
cara penulisan. Untuk itu kami sebagai penulis mohon maaf apabila pembaca merasa kurang puas
dengan hasil yang kami sajikan, dan kritik beserta saran juga kami harapkan agar dapat
menambah wawasan untuk memperbaiki penulisan makalah kami.

12
DAFTAR PUSTAKA

Asory, Isnan. 2018. Praktik Mandi Janabah Rasulullah Menurut 4 Mazhab. Jakarta: Rumah
Fiqih Publishing
Umma. Apa Dasar Hukum Mandi Wajib. Diakses pada 24 September 2021, dari
https://umma.id/channel/answer/post/apa-dasar-hukum-mandi-wajib-378287
kumparanNEWS. (2021, 29 April). Syarat Sah Mandi Wajib Sesuai Tuntunan Rasulullah.
Diakses pada 24 September 2021, dari https://kumparan.com/berita-update/syarat-sah-mandi-
wajib-sesuai-tuntunan-rasulullah-1veDl2ktadv/full

13

Anda mungkin juga menyukai