Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

WUDHU, TAYAMUM DAN MANDI BESAR

diajukan sebagai salah satu tugas Mata Kuliah Fikih


Dosen Pengampu Hj.Indri Silpiani, M.Pd.

disusun oleh:

Imanuel Haba Lado If-K (10221022)


Siti Nur Halizah Ti-K (10120032)
Ryan Purnama If-K (10221093)

KELAS KARYAWAN
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI CIPASUNG
TASIKMALAYA
2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
kami panjatkan puji dan syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah Fikih mengenai “Wudhu,Tayamum dan Mandi
Besar”.
Adapun makalah ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan
tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah
Fikih mengenai “Wudhu,Tayamum dan Mandi Besar”.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena
itu dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi
pembaca yang ingin memberi saran dan kritik kepada kami sehingga kami dapat
memperbaiki makalah ini.
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah ini dapat
memberikan inspirasi terhadap pembaca.

Tasikmalaya, Maret 2022

Penyusun

“Wudhu,Tayamum dan Mandi Besar”. i


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 1


B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan Penulisan 1
D. Manfaat Penulisan 2
E. Metode Penulisan 2
F. Sistematika Penulisan 2

BAB II : PEMBAHASAN

A. Wudhu 3
B. Tayamum 7
C. Mandi Besar 9

BAB III : PENUTUP

A. Kesimpulan 14
B. Saran 14

DAFTAR PUSTAKA 15

“Wudhu,Tayamum dan Mandi Besar”. ii


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang Masalah


Islam adalah agama yang sangat memperhatikan masalah kebersihan,
Allah mensyariatkan wudhu sebagai syarat sah shalat, tawaf, dan menyentuh
mushaf. Ia juga mewajibkan mandi besar dari junub, haid, dan nifas,
menyunahkan mandi besar pada hari Jum’at dan sebelum melaksanakan Shalat
Id. Bahkan, Islam sangat menganjurkan pemeluknya untuk senantiasa
memperhatikan kebersihan dan kesucian pakaian, badan, dan tempat dari
berbagai najis dan kotoran. Allah Swt. juga memotivasi kita untuk melakukan itu
semua, sesuai dengan firman Allah :

‫ياَ ن ِير ل ل ُ ََ ُتمْلا‬


‫ي َ ر ب بَِ ََُّّْلا لُّمِ ُح َا‬
‫َ مِ ُح َا‬
‫َُّنبا بلا‬

“Sesungguhnya Allah menyukai orang – orang yang bertobat dan menyukai


orang-orang yang mensucikan diri.”(Al-Baqarah: 222)

Ada keringanan bagi orang yang tidak bisa melakukan wudhu atau mandi
dengan air karena udzur tertentu yaitu bisa tayamum sebagai penggantinya.
Tayamum dilakukan dengan debu yang suci dan dengan syarat serta rukun yang
sudah diatur dalam syariat Islam. Sebagaimana dalam firman Allah Q.S Al-
Maa’idah ayat 6 yang artinya:

“Dan apabila kamu sakit, atau dalam perjalanan, atau kembali dari tempat
buang air, atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak mendapat air, maka
bertayamumlah dengan tanah yang baik (bersih)...”

B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini akan dibahas beberapa masalah diantaranya sebagai
berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan wudhu?
2. Apa yang dimaksud mandi besar?
3. Apa yang dimaksud Tayamum?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penulisan makalah ini
bertujuan:
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud Wudhu
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud Mandi Besar

“Wudhu, Tayamum dan Mandi Besar” 1


3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud Tayamum

D. Manfaat Penulisan
1. Teoretis
Dapat menambah wawasan keislaman mengenai sebagian ilmu Fikih.

2. Praktis
Dapat memberikan pemahaman bagi kita semua terkait dengan cara
bersuci atau mensucikan diri dari segi keislaman.

E. Metode Penulisan
Adapun metode pengumpulan data ini dengan menggunakan metode studi
pustaka (Library Research), dimana penyusun mengambil rujukan dari berbagai
sumber buku serta mengumpulkan data dari buku-buku ilmiah yang bersangkutan.

F. Sistematika Penulisan
Adapun Sistematika Penulisan makalah ini terdiri dari: 3 bab.
Dalam bab 1 memaparkan belakang masalah latar belakang, rumusan masalah,
tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika
penulisan. Pada bab 2 berisi pembahasan, meliputi pengertian Penjelasan
Mengenai “Wudhu, Tayamum dan Mandi Besar”.Pada bab 3 Penutup meliputi
kesimpulan dan saran.

“Wudhu, Tayamum dan Mandi Besar” 2


BAB II
PEMBAHASAN

A. Wudhu
1.1. Pengertian Wudhu
Secara Bahasa wudhu berasal dari kata Al-Wadha’ah yang artinya
bersih dan berseri-seri.Sedangkan secara syariat,wudhu ialah
menggunakan air pada anggota-anggota badan tertentu yang dimulai
dengan niat.
Adapun makna kata al-wadhu adalah air yang digunakan untuk
berwudhu,dalil yang menjelaskan tentang wudhu dalam firman Allah
SWT.

Hadits Ibnu Umar,ia berkata sesungguhnya aku pernah mendengar


Rasulullah SAW bersabda :

Artinya : “Shalat tidak diterima tanpa bersuci”.


1.2. Hukum Wudhu
a) Wudhu Fardhu
 Sahnya shalat (shalat fardhu/sunah) dan sahnya sujud
tilawah dan sujud syukur.
 Untuk menyentuk mushaf,berdasarkan firman Allah SWT :

“Wudhu, Tayamum dan Mandi Besar” 3


“ tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang
disucikan”.

 Untuk melakukan thawaf berdasarkan hadits Ibnu Abbas


sesungguhnya Nabi Muhammad SAW bersabda :

b) Wudhu Sunnah
 Sehabis mimisan,menurut hadits Salman, ia berkata Nabi
Muhammad SAW melihat hidungku keluar darah beliau
bersabda “berwudhulah lagi”.
 Sehabis muntah-muntah
 Ketika hendak tidur
 Setelah tidur dalam posisi duduk stabil ditemapatnya
 Setelah makan makanan yang dimasak dengan api
 Ketika ragu dengan hadats (buang angina atau tidak)
 Begitu selesai melakukan dosa dan kesalahan (setelah
mencaci maki,berbicara buruk,menggunjing dan berdusta)
tujuannya untuk meleburkan dosa.
 Ketika marah,dll.

1.3. Fardhu-fardhu Wudhu


a) Niat
Niat ialah bermaksud melakukan sesuatu yang dibarengkan
dengan pekerjaan.Hukum niat adalah wajib, tujuan niat didalam
hati ialah untuk membedakan antara ibadah dan adat
kebiasaan.Dalil mengenai niat dalam firman Allah SWT.

“Padahal mereka tidak diperintah kecuali supaya menyembah


Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam
(menjalankan) agama yang lurus.” (Al-Bayyinah;5)

“Wudhu, Tayamum dan Mandi Besar” 4


b) Membasuh muka
Dalam dalil kewajiban membasuh muka ialah firman Allah SWT

Beberapa hadits shaih dan ijma’ ulama :


Batas muka : dimulai dari kening dibagian atas hingga batas dagu
di bagian bawah,batas jenggot memanjang dan batas sepanjang
anak telinga melebar.
c) Membasuh kedua tangan beserta siku.
Dalil atas wajibnya membasuh sikut beserta lengan ialah firman
Allah SWT

d) Mengusap sebagian kepala


Dalil atas hal itu ialah firman Allah SWT

Yang dimaksud mengusap/menyapu disini ialah mengusap tangan


dalam keadaan basah pada anggota badan yaitu sebagian kepala
(mengusap rambut-rambut/sebagian rambut/membasuh kepala)
e) Membasuh dua kakin sampai mata kaki dan tumit.
Mata kaki adalah tulang menonjol yang terdapat pada betis dan
telapak kaki.Menurut hadits Muhammad bin Ziyad berkata :
“Aku mendengar Abū Hurairah berkata saat dia lewat di
hadapan kami, sementara saat itu orang-orang sedang
berwudhū’: “Sempurnakanlah wudhū’ kalian! “ karena
sesungguhnya Abdul Qasim bersabda:

“Wudhu, Tayamum dan Mandi Besar” 5


“celakalah bagi tumit-tumit yang terkena api neraka..”
f) Tertib Wudhu (at-tartib)
At-tartib yaitu memulai pada muka yang dibarengi dengan
niat,lalu kedua tangan dan sikut,lalu kepala dan kedua kaki.
1.4. Yang dianggap Cukup Mewakili Wudhu
a) Jika seorang mualaf berendam dalam air dengan niat wudhu/mandi
hukumnya sah.walapun hanya satu menit
b) Mandi wajib (mandi jinabat/haid/nifas) sudah bisa mewakili
wudhu
c)
1.5. Sunah-sunah Wudhu
a) Bersiwak
b) Menghadap kibalat
c) Melafalkan niat dan menghadirkannya dalam hati selama proses
wudhu
d) Membaca basmallah
e) Membasuh kedua telapak tangan pada awal wudhu
f) Berkumur dan beristinsyap (menyemprotkan air dari dalam
hidung)
g) Memulai pada muka bagian atas dan memulai dengan jari-jari
tangan dan kaki
h) Dll.
1.6. Hal-hal yang sebaiknya ditinggalkan dalam wudhu
a) Meminta tolong orang lain tanpa udzur untuk menuangkan air
wudhu
b) Mengibaskan,menyekap,berbicara kecuali ada kepentingan
c) Jangan mengucapkan salam kepada seseorang yang sedang
berwudhu sampai orang itu selesai berwudhu
d) Menampar muka dengan air
1.7. Hal-hal yang Makruh dalam Wudhu
a) Berlebihan dalam menuang air berdasarkan firman Allah SWT.

b) Melebihi dalam membasuh lebih dari tiga kali


c) Meminta orang lain untuk membasuh anggota-anggota wudhu
kecuali udzur.
d) Tidak mendahulukan anggota-anggota wudhu yang kanan

“Wudhu, Tayamum dan Mandi Besar” 6


e) Berlebihan dalam berkumur dan beristinsyaq
f) Wudhu ditempat yang terkena najis
1.8. Hal-hal yang Membatalkan Wudhu
a) Keluarnya sesuatu dari lubang kemaluan/lubang anus(air
seni/tinja,darah,wasir/wadi)
b) Tidur
c) Hilangnya akal disebabkan gila atau lainnya.
d) Bertemunya kulit seorang laki-laki dan perempuan tanpa ada sekat
e) Menyentuh kemaluan manusia/lubang anusnya dengan
menggunakan perut telapak tangan dan perut jari-jari.

B. Tayamum
1.1. Pengertian Tayamum
Tayamum adalah bersuci dari hadats besar maupun kecil dengan
mengusap wajah dan tangan menggunakan debu, tanah / permukaan bumi
lainnya yang bersih dan suci.
Dalil yang menyebutkan kemudahan bersuci dengan cara tayamum
disampaikan Allah dalam Al-Qur’an surat An-Nisa ayat 43

“Wahai orang yang beriman! Janganlah kamu mendekati salat ketika


kamu dalam keadaan mabuk, sampai kamu sadar apa yang kamu ucapkan,
dan jangan pula (kamu hampiri masjid ketika kamu) dalam keadaan junub
kecuali sekedar melewati jalan saja, sebelum kamu mandi (mandi junub).
Adapun jika kamu sakit atau sedang dalam perjalanan atau sehabis buang
air atau kamu telah menyentuh perempuan, sedangkan kamu tidak
mendapat air, maka bertayamumlah kamu dengan debu yang baik (suci);
usaplah wajahmu dan tanganmu dengan (debu) itu. Sungguh, Allah Maha
Pemaaf, Maha Pengampun.”(An-Nisa:43)

Secara Bahasa Tayamum berarti “Al-qasdu”,mengsengajakan menuju


sesuatu atau memaksudkan sesuatu.Menurut istilah fiqih tayamum adalah

“Wudhu, Tayamum dan Mandi Besar” 7


mengusap wajah dan kedua tangan dengan debu yang bersih dan dengan
cara tertentu.
Tayamum merupakan cara menghilangkan hadats sebagai pengganti
wudhu dikarenakan sebab-sebab yang memaksa seperti dalam keadaan
sakit yang tidak memungkinkan terkena air,dalam perjalanan dan terjadi
krisis air.
Fungsi Tayamum untuk menggantikan wudhu atau mandi hadats
dalam keadaan tertentu sebagai Rukhsah (keringanan dari Allah SWT).

1.2. Syarat Tayamum


1. Sulit menemukan air
2. Debu yang suci

1.3. Tata Cara Tayamum


Untuk melakukan Tayamum yang benar haruslah mengetahui niat
tayamum dan tata cara bertayamum yang benar.Berikut tata cara
bertayamum diantaranya :
a) Mengucapkan niat
Membaca bissmillahirahmanirahim letakan kedua telapak
tangan diatas debu yang suci lalu membaca niat tayamum, yaitu

Kemudian mengangkat kedua telapak tangan tersebut dan


menghembuskan (meniupnya) atau mengadu kedua sisi telapak
tangan dengan dalam posisi terbalik supaya debu yang
menempel dapat menipis.
b) Mengusap Wajah
Usapkan debu yang berada ditelapak tangan tadi dua kali
usapan dengan memejamkan mata dan hatinya mengucapkan :
“aku niat bertayamum untuk dapat mengerjakan shalat fardu
karena Allah Ta’ala.
c) Kedua telapak tangan diletakan (ditepukan) kembali diatas
debu seperti langkah pertama tadi tanpa membaca niat lagi.
d) Mengusap kedua belah tangan sampai siku dua kali usapan.
e) Lalu membaca doa setelah bertayamum sama seperti doa ketika
selesai wudhu.yaitu ;

“Wudhu, Tayamum dan Mandi Besar” 8


Tayamum dilakukan dengan cara menepukan kedua tangan ke
tanah yang suci dengan satu kali tepukan,lalu mengusapkannya ke
wajah,kemudian pada kedua tangan Rasulullah SAW bersabda :
“Sebenarnya cukup begini,seraya menepukan kedua telapak
tangan ke tanah,lalu mengusapkannya kewajah,kemudian kepada
kedua tangannya.”

C. Mandi Besar
1.1. Pengertian Mandi Besar
Menurut pengertian Bahasa Mandi ialah mengalirnya air pada
sesuatu secara mutlak.Menurut pengertian syariat Mandi ialah
mengalirnya air pada sekujur tubuh dengan niat tertentu.

1.2. Hal-hal yang Mewajibkan Mandi

Ada enam hal yang mewajibkan mandi, yang tiga berlaku bagi
laki-laki dan perempuan dan tiga lagi hanya khusus bagi perempuan.

1. Hal-hal yang mewajibkan mandi yang berlaku bersama laki-laki


dan perempuan
a) Jima’ atau bersetubuh, meskipun dalam keadaan dipaksa ataudalam
keadaan tidur atau dalam keadaan lupa, sekalipun tanpa
mengeluarkan sperma, baik terjadi pada kemaluan atau pada anus,
baik ada pelindung yang tebal atau tidak.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah sesungguhnya Nabi bersabda

“jika dia (laki-laki) sudah duduk diantara empat bagian


tubuhnya (perempuan),lalu ia sudah berusaha,maka ia wajib
mandi”.

b) Keluarnya sperma apapun penyebabnya.berdasarkan hadits Abu


Said Al-Khudri dari Nabi Muhammad SAW sesungguhnya beliau
bersabda

“Wudhu, Tayamum dan Mandi Besar” 9


”sesungguhnya air itu dari air”

Yang dimaksud dengar air yang pertama dalam hadits ini ialah air
seperti yang kita kenal, sedangkan yang dimaksud dengan air yang
kedua ialah sperma.
Dalam hal kewajiban mandi, tidak ada bedanya antara keluarnya
air sperma karena persetubuhan atau karena mimpi basah atau
karena memandang atau karena tanpa sebab apapun.Baik sperma
ini keluar karena ada rangsangan nafsu birahi atau tanpa adanya hal
itu.Baik keluarnya menimbulkan rasa nikmat atau tidak.Baik yang
keluar banyak ataupun sedikit, baik keluar dalam keadaan seorang
yang bersangkutan tidur atau keadaan terjaga.Dan baik air sperma
keluar dari seorang lelaki ataupun perempuan.Hal itu berdasarkan
hadits Ummu Salamah,ia berkata ”Wahai
Rasulullah,sesungguhnya Allah tidak malu terhadap masalah
kebenaran.Apakah seorang perempuan wajib mandi jika ia mimpi
bassah?” Rasulullah bersabda.”Ya.jika ia melihat sperma”.
Jika seseorang ragu apakah yang keluar sperma atau bukan, ia
boleh memilih salah satu yang ia inginkan dan berlaku hukum yang
ia pilih.Tetapi ia boleh menarik kembali pilihannya dan memilih
yang lain.Dalam hal ini sikap berhati-hati dalam memilih salah satu
dari keduanya adalah lebih baik.
c) Meninggal dunia,yakni terpisahnya roh dari jasad.
Kewajiban memandikan hanya terhadap mayat seorang muslim
saja.Memandikannya adalah Fardhu kifayah bagi seluruh
kaummuslimin.berdasarkan hadits Ibnu Abbas,sesungguhnya ada
seseorang bersama Nabi Muhammad SAW yang mengalami patah
tulang leher karena terjatuh dari untanya saat sedang dalam
ihram,kemudian dia meninggal dunia.Rasulullah bersabda.

“Mandikanlah ia dengan air dan daun bidara”

Adapun orang yang mati syahid tidak dimandikan,berdasarkan


hadits tentang korban-korban terbunuh pada perang Uhud.Ketika
itu,Nabi memerintahkan untuk menguburkan mereka dengan darah
mereka,tidak dishalatkan dan juga tidak dimandikan.

“Wudhu, Tayamum dan Mandi Besar” 10


2. Hal-hal yang Mewajibkan Mandi khusus bagi Perempuan
a) Haid,berdasarkan firman Allah SWT

“Dan mereka bertanya kepadamu tentang haid.Katakanlah Haiditu


adalah kotoran.Karena itu,hendaklah kamu menjauhkandiri dari
wanita di waktu haid,dan janganlah kamu mendekati merek
sebelum mereka suci.Apabila mereka sudah suci maka campurilah
mereka itu di tempat yang Allah perintahkan
kepadamu.Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.”(Al-
Baqarah:222)
b) Nifas, yakni darah yang keluar setelah melahirkan
c) Melahirkan meskipun hanya berupa segumpal darah atau seonggok
daging

1.3. Mandi-mandi yang Disunahkan

1. Mandi jum’at bagi setiap orang yang hendak menghadirinya, baik laki-
laki maupun perempuan.Juga bagi orang yang wajib melakukannya
dan yang tidak wajib.Tidak di anjurkankepada selainnya.Hal ini
berdasarkan hadits Ibnu Umar,ia berkata Rasulullah bersabda.

“apabila salah seorang kalian hendak menghadiri shalat


jum’at,hendaklah ia mandi”.
2. Mandi hari raya Idul Fitri dan Idul Adha
3. Mandi untuk mendatangi shalat istisqa
4. Mandi untuk mendatangi shalat gerhana matahari dan gerhana bulan
5. Mandi bagi orang yang selesai memandikan mayat berdasarkan hadits
Abu Hurairah,sesungguhnya Nabi bersabda.

“barangsiapa memandikan maya,hendaklah ia mandi”.

“Wudhu, Tayamum dan Mandi Besar” 11


6. Orang kafir jika masuk islam
7. Orang gila yang sudah waras
8. Orang yang hendak berkumpul dengan banyak orang
9. Wanita yang mengalami istihadhah ketika marahnya sudah berhenti
dan sudah sembuh
10. Terkait dengan ibadah haji,disunahkan mandi dalam hal-hal berikut:
a) Ketika hendak melakukan ihram
b) Ketika akan memasuki Makkah
c) Ketika akan wukuf di padang Arafah
d) Ketika hendak menginap di Muzdalifah
e) Ketika hendak melempar tiga jamrah
f) Ketika hendak Thawaf
g) Ketika hendak memasuki Madinah

Diantara yang ditekankan dari semua mandi tersebut ialah


mandi jum’at dan mandi setelah memandikan maya.

1.4. Kewajiban-kewajiban Mandi

Hanya ada dua,yaitu niat dan menuangkan air agar bisa sampai ke kulit
dan rambut.

1. Niat ,yakni niat untuk menghilangkan junub atau niat fardhu mandi
atau niat untuk menghilangkan hadats besar.Yang terakhir inilah yang
paling utama.
Tempatnya di hati,waktunya semenjak pertama kali
menuangkan air pada sebagian angota tubuh.
2. Menyampaikan air keseluruh rambut dan kulit

1.5. Sunah-sunah Mandi

1. Menghadap kiblat
2. Membaca basmalah yang dibarengi denan niat
3. Menghadirkan niat dalam hati
4. Membasuh kedua telapak tangan
5. Menghilangkan kotoran dari tubuh seperti sperma,dahak dan
sebagainya.
6. Berwudhu sebelum mandi
7. Meratakan air pada bagian-bagian lekuk
8. Menyela-nyelai pangkal rambut sebanyak tiga kali dengan
menggunakan tangan yang dibasahi air

“Wudhu, Tayamum dan Mandi Besar” 12


9. Tertib urutan.Dianjurkan untuk memulai mengguyurkan airke
kepala,lalu ke bagian atas tubuh,lalu kebagian samping kanan lalu
kebagian samping kiri.
10. Mengulang tiga kali
11. Dianjurkan menggosok pada setiap kalinya.
12. Membasuh bagian aurat yang tertutup.

1.6. Hal-hal yang Makruh Pada mandi Junub

1. Berlebihan dalam menggunakan air


2. Mandi di air yang keruh dan tidak mengalir
3. Menambahi lebih dari tiga
4. Tidak berkumur dan beristinsyaq

1.7. Yang Dilarang dalan Keadaan Junub

1. Larangan yang berlaku dalam junub sama seperti larangan yang


berlaku dalam hadats kecil,yaitu melakukan shalat sujud tilawah.sujud
syukur,thawaf yang sunah maupun fardhu,menyentuh mushaf
membawa mushaf dan menyentuh sampulnya jika memang ada.Hal ini
berdasarkan firman Allah SWT

“Tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang


disucikan”(Al-Waqi’ah:79)
2. Berdiam diri dalam masjid meskipun hanya sebentar kecuali karena
darurat seperti orang yang berlindung di masjid dan susah untuk bisa
keluar darinya karena khawatir akan keselamatan nyawanya atau
hartanya.Allah berfirman

“(Jangan pula hampiri masjid) sedang kamu dalam keadaan


junub,kecuali sekedar berlalu saja hingga kamu mandi”.(An-
Nisaa:43)
3. Membaca Al-Qur’an baik sedikit maupun banyak termasuk hanya
sebagian ayat apapun dengan niat membaca.

“Wudhu, Tayamum dan Mandi Besar” 13


BAB III
PENTUP
A. Kesimpulan
Wudhu merupakan cara bersuci yang tujuan utamanya untuk
menghilangkan hadas kecil, seperti keluar angin dari dubur (kentut), buang air
besar, buang air kecil, dan tidur nyenyak. Wudhu itu menjadi salah satu syarat
untuk menunaikan ibadah seperti shalat.
Mandi adalah mengalirkan air ke seluruh anggota badan dengan cara-
cara tertentu, sebagai mana yang telah diatur dalam syariat. Dalam kondisi
tertentu, setiap muslim harus melakukannya, kadang-kadang disunnahkan
untuk melakukannya. Pada kondisi tertentu, setiap muslim harus melakukan
mandi yang bukan mandi biasa atau disebut dengan “mandi besar”.
Tayamum ialah mengusap debu ke muka dan kedua tangan sampai siku
dengan beberapa syarat. Tayamum adalah pengganti wudhu atau mandi,
sebagai keringanan untuk orang yang tidak dapat memakai air karena beberapa
halangan.
Wudhu, tayamum dan mandi tidak dilakukan dengan sembarangan.
Ada aturan yang mengikatnya seperti syarat dan rukun. Ada juga sunnah-
sunnahnya, dan wudhu maupun tayamum bisa batal karena sesuatu hal.
B. Saran
Mari, mulai hari ini kita lebih menyempurnakan lagi dalam hal bersuci
atau mensucikan diri dari segala hal yang di anjurkan dalam agama Islam.

“Wudhu, Tayamum dan Mandi Besar” 14


DAFTAR PUSTAKA

Za’tari, DR.Syaikhn Alauddin. (2019). Fikih ibadah Madzhab


Syafi’i.Jakarta:Pustaka Al-Kautsar.
Rusdiana.Dr.H.Ahmad.dkk.(2019).Tuntunan Praktek Ibadah.Bandung:Pusat
penelitian dan penerbitan UIN SGD bandung Pustaka Tresna Bhakti

“Wudhu, Tayamum dan Mandi Besar” 15

Anda mungkin juga menyukai